PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS

RANCANGAN PENELITIAN DENGAN MEMPERHATIKAN
KAIDAH PENULISAN KARYA ILMIAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah
Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah

Disusun oleh :
Apriliani Ariyanto

(1815153827)

KELAS 6A

PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MULTIPLE
INTELLIGENCE SEBAGAI BAHAN AJAR MATEMATIKA UNTUK SISWA
KELAS III SEKOLAH DASAR

A. Pengertian Pengembangan
Berbagai macam produk di zaman sekarang sebagian besar
membutuhkan banyak pengembangan, guna meningkatkan kualitas produk
tersebut agar mampu bersaing di dunia yang semakin berkembang pesat ini.
Adapun, pengembangan di dunia pendidikan juga semakin diperlukan.
Mengingat kualitas Pendidikan Indonesia yang termasuk ke dalam golongan
Negara berkembang dan menurut Human Development Index, Indonesia
berada di ranking 113 dengan HDI 0,689 serta rata-rata usia sekolah 7,9 pada
tahun 2015. Pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara
sadar, terencana, terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi
produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya
untuk menciptakan mutu yang lebih baik.1
Berdasarkan pendapat ini, kualitas pendidikan di Indonesia dapat
dikembangkan lagi menjadi jauh lebih baik, melalui pengembangan produkproduk

pembelajaran.

Adapun

pengembangan


tersebut,

meliputi

pengembangan produk yang sudah ada maupun yang belum ada. Hal ini
sesuai dengan pengertian pengembangan yang terarah untuk membuat suatu
produk yang baru, maupun memperbaiki produk yang sudah ada menjadi jauh
lebih baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
B. Pengertian Lembar Kerja Siswa
Berdasarkan informasi yang berkaitan dengan kualitas pendidikan di
Indonesia, Negara Indonesia masih tergolong rendah kualitas pendidikannya
jika dibandingkan dengan Negara lainnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
faktor, diantaranya adalah faktor kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap
pembelajaran dikarenakan minimnya media pembelajaran dan sumber belajar
siswa.
Kurangnya media pembelajaran dan sumber belajar siswa ini menjadi
perhatian penting dikalangan pendidik. Salah satu upaya pendidik dalam
1


(A. Seto Suryo, 2012, p. 8)

meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar adalah diperlukannya
bahan ajar yang juga bisa digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.
Salah satu bahan ajar yang bisa digunakan oleh para pendidik adalah Lembar
Kerja Siswa. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi
materi, ringkasan, dan tugas yang harus di kerjakan oleh peserta didik. Peran
Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran salah satunya adalah sebagai
bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan
peserta didik.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan sarana yang dapat
digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan dan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar. Selain itu bentuk soal yang membosankan juga dapat
mengurangi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. LKS dapat
mengarahkan siswa untuk menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya
sendiri atau dalam kelompok kerja. 3
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Lembar Kerja Siswa adalah suatu materi yang diringkas dan dituliskan dalam
suatu lembaran-lembaran untuk dikerjakan peserta didik secara mandiri dan
terstruktur sesuai dengan petunjuk arahan yang telah tertulis di dalam Lembar
Kerja Siswa.

C. Multiple Intelligence
Setiap peserta didik di dalam kelas, tidak semuanya memiliki
kemampuan yang sama. Kemampuan yang dimiliki peserta didik sangat
bervariasi, baik dari Kemampuan IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional
Quotient) semuanya memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Adapun faktorfaktor

yang

mempengaruhinya,

bisa

dari

faktor

internal

(dari dalam dirinya) atau bahkan faktor eksternal (pengaruh lingkungannya).
Kemampuan peserta didik yang berbeda-beda ini, membuat guru harus

kritis dan kreatif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan,
supaya siswa tidak merasa didiskriminasi dalam pembelajaran. Misalnya, pada
pembelajaran Matematika guru hanya berfokus pada siswa yang mampu
Matematika saja, dengan kata lain bagus dalam hitung-hitungan. Akan tetapi,

2
3

(Anggraini, Wahyuni, dan Lesmono, 2016, p. 351)
(Afiffah, 2015, p.2)

guru kurang fokus atau kurang memperhatikan siswa yang lain, yang lemah
dalam Matematika. Tentunya, hal ini sangat tidak boleh terjadi dalam proses
pembelajaran. Nantinya, jika pembelajaran seperti ini terus terjadi maka
beberapa siswa tidak mendapatkan arti dari pelajaran secara utuh.
Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Harvard University,
menemukan bahwa sebenarnya manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan.
Howard menyebutnya sebagai kecerdasan majemuk atau multiple intelligence.
Mula-mula


Howard

menemukan

tujuh

kecerdasan,

namun

dalam

perkembangan selanjutnya, ia berhasil menemukan satu kecerdasan lagi.
Sehingga sampai hari ini diperkirakan setiap manusia memiliki delapan jenis
kecerdasan. Kedelapan jenis kecerdasan itu adalah: (1) Kecerdasan Linguistik
(word smart), (2) Kecerdasan Spasial (picture smart), (3) Kecerdasan
Matematis (logic smart), (4) Kecerdasan Kinestetis (body smart), (5)
Kecerdasan Musik (music smart), (6) Kecerdasan Interpersonal (people smart),
(7) Kecerdasan Intrapersonal (self smart), dan (8) Kecerdasan Naturalis
(nature smart).4

Ditinjau dari bahasan di atas, terdapat delapan tipe kemampuan
manusia, dalam hal ini membuktikan bahwa terdapat beragam variasi
kecerdasan di dalam kelas, bukan berarti siswa yang tidak bisa mengerjakan
soal-soal Matematika adalah siswa yang tidak mampu dalam pembelajaran.
Adapun, siswa tersebut bukan tidak mampu tetapi siswa tersebut memiliki
kemampuan yang lain, selain Matematika.
Melalui pembelajaran yang berbasis pada Multiple Intelligence,
diharapkan siswa yang kurang minatnya dalam pembelajaran Matematika bisa
meningkat dan prestasinya juga meningkat. Hal ini dikarenakan, pembelajaran
yang berbasis pada Multiple Intelligence akan mencakup segala jenis
kemampuan peserta didik dan diharapkan dapat membuat suasana belajar
lebih menyenangkan karena semua siswa dapat dengan nyaman mengerjaka
soal-soal yang diberikan.

4

(Siskandar, 2008, p.125)

D. Pengertian Bahan Ajar Matematika
1. Pengertian Bahan Ajar

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu hal yang kompleks, di
dalamnya terdapat rencana pembelajaran yang utuh, media pembelajaran,
hingga bahan pembelajaran (bahan ajar). Bahan ajar sangat diperlukan
bagi guru untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Bahan ajar
merupakan komponen utama di dalam proses belajar mengajar, karena
bahan ajar adalah suatu bahan yang dijadikan sebagai pedoman
pembelajaran bagi siswa, tanpa bahan ajar maka proses pembelajaran
siswa di kelas tidak akan menghasilkan apa-apa.
Bahan pembelajaran merupakan seperangkat materi atau substansi
pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari
suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif
mampu menguasai semua materi secara utuh/terpadu.5
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
adalah suatu materi yang disusun secara runtut untuk digunakan siswa
selama proses pembelajaran dan dapat membantu guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Selain itu, bahan ajar yang sesuai dengan
pembelajaran dan dapat membuat situasi belajar mengajar menjadi lebih
menyenangkan, efektif, dan bermakna dapat meningkatkan prestasi,

motivasi, dan minat belajar siswa.
Bahan ajar juga merupakan poin terpenting dalam terciptanya proses
pembelajaran, semakin menarik bahan ajar maka semakin tinggi minat
belajar siswa terhadap suatu pembelajaran. Proses penerimaan pelajaran
bagi siswa juga semakin mudah, sehingga pembelajaran yang meaningful
(bermakna) akan tercipta.

5

(Hernawan, Permasih, dan Dewi, tanpa tahun, p.3)

2. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memegang peranan
penting baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
maupun dalam membentuk kepribadian manusia. Peranan matematika
telah merasuk ke semua sendi kehidupan manusia. Matematika sebagai
alat

bantu


telah

banyak

diaplikasikan

untuk

mempermudah,

mengefektifkan, dan mengefisienkan pekerjaan-pekerjaan manusia.6
Ditinjau dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa Matematika
adalah ilmu utama dalam struktur ilmu pengetahuan. Pembelajaran
Matematika sudah banyak membantu dan terbukti pengaplikasiannya di
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran Matematika, diperlukan alat bantu pengajaran
yang dapat memudahkan ilmu Matematika menjadi konkret, dengan begitu
maka proses penerimaan dan pemahaman konsep kepada siswa akan
semakin terarah dan lebih nyata. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan
atau ilmu Matematika siswa.

E. Karakteristik Siswa Kelas III SD
Karakteristik peserta didik di setiap tingkatan kelas, tentu berbeda-beda.
Karakter peserta didik pada usia sekolah dasar, dibedakan menjadi dua
tingkatan kelas. Kelas 1 – 3, yaitu peserta didik yang berumur 7 – 9 tahun
berada pada tingkatan kelas rendah. Adapun peserta didik kelas 4 – 6, yaitu
peserta didik yang berumur 10 – 12 tahun berada pada tingkatan kelas
tinggi. Hal ini menunjukkan, bahwa peserta didik di kelas III SD berada di
tingkatan kelas rendah.
Perkembangan kecerdasan siswa kelas rendah ditunjukkan dengan
kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek,
berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,
senang

berbicara,

memahami

sebab

pemahaman terhadap ruang dan waktu.7

6
7

(Yuhasriati, 2012, p.81)
(Kawuryan, tanpa tahun, p.2)

akibat

dan

berkembangnya

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran bagi siswa kelas rendah
harus didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan
dapat menarik perhatian siswa. Selain itu, anak usia sekolah dasar belajar
melalui hal-hal yang konkret. Hal ini juga berdasar pada teori Piaget yang
menyatakan bahwa anak usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional
konkret. Peserta didik di tahap ini, belajar melalui berbagai hal yang konkret,
logis, dan sistematis. Pembelajaran juga harus berkaitan dengan fakta-fakta
yang ada di sekitar anak. Kondisi pembelajaran dan bahan ajar harus
sesuai dengan tahap perkembangan siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Suryo. (2012). Pengembangan media belajar teknik dasar bola basket untuk
siswa sekolah menengah pertama. eprints.uny.ac.id, 8.
Anggraini, Wahyuni, & Lesmono. (2016). Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) berbasis keterampilan proses di SMAN 4 Jember. repository.unej.ac.id,
351.
Afiffah. (2015). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Ilmu Pengetahuan
Alam. repository.upy.ac.id, 2.
Siskandar. (2008). Pengembangan Multiple Intelligences Melalui Kegiatan
Non-Intrakurikuler dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan Hasil
Pembelajaran. Journal.uny.ac.id, 125.
Hernawan, Permasih, & Dewi. (tanpa tahun). Pengembangan Bahan Ajar.
file.upi.edu, 3.
Yuhasriati. (2012). Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika.
Jurnal Peluang, 1 (1), 81.
Kawuryan. (tanpa tahun). Karakteristik Siswa SD Kelas Rendah dan
Pembelajarannya. staff.uny.ac.id, 2.