Peran serta dalam penegakan HAM di Indon

Peran serta dalam penegakan HAM di Indonesia
Peran Serta dalam Penegakan HAM di Indonesia Hak Asasi Manusia, selama ini lebih
banyak dianggap dan diperlakukan sebagai urusan negara dengan pendekatan
legalistik formal. Dengan pendekatan seperti itu, HAM hanya menjadi urusan pasalpasal dan tidak pernah menjadi urusan rakyat. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pendekatan yang berbeda sebagai alternatif untuk memperjuangkan HAM. Seperti
halnya dalam rangka membantu pelaksanaan sosialisasi hukum dan Hak Asasi
Manusia, yakni memasyarakatkan aturan dan pengetahuan hukum serta
penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia kepada khalayak umum, perlu dilakukan
dengan cara dan metode yang tepat. Apabila sosialisasi dan pendidikan
pengetahuan praktis di bidang hukum dan Hak Asasi Manusia didapatkan secara
formal melalui lembaga pendidikan seperti sekolah maka kurikulum dan materinya
dapat disusun sesuai dengan kebutuhan umum, tidak demikian halnya dengan
masyarakat umum di luar jalur pendidikan formal. Penjelasan yang diberikan
kepada masyarakat yang semestinya sangat banyak, tidak mungkin diberikan
dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang baik dari
semua pihak, terutama dari kalangan aparat Negara maupun penegak hukum.
Heterogenitas masyarakat mensyaratkan kebijakan yang benar-benar arif untuk
mengajak mereka (warga masyarakat) berpengetahuan dan berkesandaran yang
tinggi menjunjung hukum, dan Hak Asasi Manusia, dalam kaitannya dengan upaya
sosialisasi hukum dan penegakan Hak Asasi Manusia, media massa baik cetak
maupun elektronik mempunyai peran yang sangat besar. Pemuatan berita atas

suatu peristiwa dalam masyarakat yang tampaknya sekilas berupa penyampain
informasi, apabila kurang berimbang dapat berakibat lain yang belum tentu positif
bagi sosialisasi pengetahuan dan aturan hukum contohnya, seperti penayangan
gambar dalam berita kurang dilengkapi dengan informasi yang berasal dari pihak
pemilik lahan dari rumah yang digusur secara lengkap, kapan diberi peringatan,
berapa kali, dan sebagainya. Pemilik tanah yang sah secara hukum memiliki Hak
Asasi Manusia yang juga perlu dilindungi, sebaliknya, suatu kasus melibatkan orang
yang sedang menjabat di pemerintahan. Informasi lebih banyak disiarkan dengan
kecenderungan menguntungkan pejabat atau penguasa tertentu. Ini pun
merupakan ketidak seimbangan informasi kalau memang ada pihak-pihak yang
mungkin merasa dirugikan. Pesatnya perkembangan media massa baik cetak
maupun elektronik memungkinkan sosialisasi hukum dan penegakan Hak Asasi
Manusia semakin cepat dan efektif.
Berikut ini partisipasi yang dapat dilakukan melalui berbagai organisasi HAM.
1. Organisasi dan Institusi HAM Sebagai Pemberdaya Gerakan HAM Gerakan HAM
yang telah mapun yang akan dikembangkan oleh masyarakat korban pelanggaran
HAM membutuhkan organisasi HAM yang independen sebagai salah satu muara dari
arus politik gerakan HAM. Ada baiknya gerakan HAM di daerah mendorong lahirnya
komisi HAM di daerah-daerah untuk menjadi pelindung, dan memberdayakan
gerakan HAM. Komisi HAM merupakan lembaga independen, bukan lembaga


Negara. Oleh karena itu, dalam pengembangannya perlu adanya landasan undangundang. Atas dasar itu diperlukan suatu advokasi dan kampanye DPRD menyetujui,
dan akhirnya pemerintah menyediakan sarana untuk berdirinya lembaga HAM
daerah.
2. Menumbuhkan Organisasi HAM sebagai Strategi Melindungi Gerakan HAM Salah
satu bentuk pengembangan gerakan HAM adalah dengan jalan mendorong
tumbuhnya organisasi-organisasi HAM. Perencanaan strategis adalah suatu metode
cara yang dapat dilakukan untuk mendorong berdirinya lembaga atau organisasi
HAM daerah. Proses ini merupakan proses pendidikan sekaligus juga perencanaan
untuk pengembangan organisasi. Banyak program yang dilakukan oleh organisasi
HAM saat ini relatif terpisah antara satu dan lainnya. Setiap organisasi mengenal,
menganalisis, dan mendefinisikan realitas dari sisinya sendiri dan membangun citacitanya sendiri dalam lapangan yang ia geluti.
3. Konsep Perencanaan Terintegrasi Perjuangan untuk menegakkan HAM, dalam arti
mencegah terjadinya pelanggaran HAM, promosi, melindungi, dan mendampingi
masyarakat dalam persoalan HAM, pada intinya didasari oleh prinsip pemihakan
kepada kelompok- kelompok masyarakat yang marginal dan tertindas. Kegiatan
pendampingan tertuju pada terwujudnya pemberdayaan masyarakat untuk
memecahkan masalah serta memperjuangkan hak- hak mereka. Pendampingan
dengan konsep ini mencakup upaya perbaikan kualitas hidup masyarakat yang
diukur tidak hanya dari peningkatan kesejahteraan ekonomi saja, tetapi juga

partisipasi dalam pengambilan keputusan dan percaturan kekuasaan di semua
tingkatan. Pendampingan dengan prinsip di atas membutuhkan pemahaman
tentang pola relasi kelas, gender antar-individu, antara individu dan kelompok, dan
antarkelompok, serta pola relasi manusia dengan komponen-komponen lain dalam
lingkungannya. Arah perubahan dan pendampingan ini adalah terwujudnya
masyarakat dengan pola relasi yang setara dan demokratis, di mana kelas bawah
mempunyai kekuatan untuk memperjuangkan kepentingannya, hak-hak asasi
dihormati, lelaki dan perempuan berbagi peran dan kekuasaan secara adil dan
setara, serta antara manusia dan semua komponen lain dalam lingkungannya
terbangun relasi harmonis yang berlanjut dan dinamis. Selain itu, HAM dan gender
merupakan bagian integral dari konsep pendampingan ini karena wawasan HAM
dan gender memungkinkan upaya perwujudan demokratisasi.