Konsep Pengembangan Kawasa Pariwisata daerah

KONSEP
PENGEMBANGAN
KAWASAN WISATA
STUDIO III ANALITIK
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA,
UNISBA
SENIN, 30 MARET 2015

* Rangkaian,

kombinasi yang terintegrasi :
kegiatan-pelayanan-industri yang memberikan
pengalaman
perjalanan
(transportasi,
akomodasi, makan-minum, belanja, hiburan,
sarana kegiatan dan berbagai pelayanan) yang
disediakan dalam kaitan dengan kenyamanan
bagi wisatawan yang melakukan perjalanan
meninggalkan tempat tinggalnya.


* Menyangkut

semua penyedia pelayanan bagi
wisatawan atau yang terkait.

PARIWISATA

* Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang

memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
atau tujuan kunjungan wisatawan. (UU No. 10
Tahun 2009)

* Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang

menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi
suatu daerah tertentu. (A. Yoeti, 1985)


* Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang

menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
(S. Pendit, 1994)

DAYA TARIK

RAGAM JENIS KEGIATAN
WISATA
1. Wisata petualangan/adventure
tourism;
2. Wisata bahari/marine tourism;
3. Wisata agro/farm tourism;
4. Wisata kreatif/creative tourism;
5. Wisata kapal pesiar/cruise tourism;
6. Wisata kuliner/culinary tourism;
7. Wisata budaya/cultural tourism;
8. Wisata sejarah/heritage tourism;
9. Dark tourism;
10. Wisata ekologi/ecotourism/wild

tourism;
11. Wisata pendidikan/educational
tourism;
12. Wisata ekstrim/extreme tourism;
13. Wisata insentif/incentive tourism;

14. Wisata masal/mass tourism;
15. MICE tourism;
16. Wisata kesehatan/medical tourism/wellness
tourism;
17. Nature-based tourism;
18. Wisata religi/religious tourism/pilgrimage
tourism;
19. Wisata budaya kekinian/pop culture
tourism;
20. Pro-poor tourism/poverty led tourism;
21. Wisata desa/rural tourism;
22. Wisata luar angkasa/space tourism;
23. Wisata olah raga/sport tourism;
24. Wisata kota/urban tourism;

25. Wisata relawan/volunteer tourism.

Konsep Daya Tarik Wisata Berbasis
Alam
Definisi daya tarik wisata alam, yaitu;
 Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata berupa keanekaragaman dan
keunikan lingkungan alam.
 Daya tarik wisata alam merupakan daya tarik yang didalamnya terdapat unsur
atraksi wisata yang memanfaatkan lingkungan alam sebagai daya tarik utama.
PP No. 50 tahun 2011 tentang RIPARNAS tahun 2010 – 2025 membagi daya tarik
wisata alam ke dalam dua jenis;
 Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah perairan laut, yang berupa antara lain: (a)
bentang pesisir pantai; (b) bentang laut, baik perairan di sekitar pesisir pantai
maupun lepas pantai yang menjangkau jarak tertentu yang memiliki potensi
bahari; (c) kolam air dan dasar laut, contoh: Taman Laut Bunaken, Taman Laut
Wakatobi.
 Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam di wilayah daratan, yang berupa antara lain: (a) pegunungan
dan hutan alam/taman nasional/taman wisata alam/taman hutan raya; (b)

perairan sungai dan danau; (c) perkebunan, contoh: agro wisata Gunung Mas;
(d) Pertanian, contoh: area persawahan Jatiluwih dan area persawahan Ubud;
(e) bentang alam khusus, seperti gua, karst, padang pasir, dan sejenisnya.

Daya tarik wisata alam juga dibagi ke dalam beberapa jenis (WTO:2004),
yaitu;
 Perairan bahari/ pesisir
 Pantai
 Pulau-pulau kecil
 Kawasan gurun dan daerah gersang
 Kawasan gunung dan pegunungan
 Kawasan Ekowisata
 Kawasan taman nasional dan cagar alam
 Komunitas di sekitar kawasan lindung/ konservasi
 Cultural dan Heritage

Aktivitas pariwisata yang didapat dilakukan dan dikembangkan di daya tarik wisata
alam cukup beragam (PP No.50 : 2011), antara lain;



Wisata petualangan (adventure tourism)
Wisata petualangan adalah suatu bentuk pariwisata yang menggabungkan unsur
resiko, tingkat penggunaan tenaga fisik yang lebih tinggi, dan kebutuhan keahlian/
skil yang khusus. Contoh kegiatan wisata petualangan di daya tarik wisata alam
adalah arung jeram.



Wisata bahari (marine tourism)
Wisata Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai atau laut.



Wisata agro (agrotourism)
Agrowisata adalah sebuah tindakan mengunjungi ladang pertanian, hortikultura
atau bentuk agribisnis lain untuk mendapatkan hiburan, pendidikan, atau
keterlibatan dengan aktivitas-aktivitas didalamnya. Lobo (2001) dalam Che et al.
(2005)




Wisata sejarah (heritage tourism)
Perjalanan atau berlibur untuk mengunjungi situs sejarah dan belajar tentang
sejarah.



Wisata kapal pesiar (cruise tourism)
Wisata kapal pesiar adalah kegiatan berwisata yang dilakukan di kapal pesiar.
Kegiatan ini dapat terjadi dalam perjalanan jangka panjang ataupun pendek.



Wisata kuliner (culinary tourism)
UNWTO pada tahun 2012 mendefinisikan wisata kuliner sebagai pengalaman ke
wilayah gastronomi untuk tujuan rekreasi atau hiburan yang meliputi kunjungan
ke produsen primer dan sekunder makanan, festival gastronomi, pameran
makanan, farmers market, acara memasak dan demonstrasi, mencoba produk
makanan berkualitas atau kegiatan pariwisata apapun yang berhubungan dengan
makanan.




Wisata kreatif (creative tourism)
Sebuah pengalaman berwisata yang memberikan peluang kepada wisatwan
tuntuk mengembangkan potensi kreatif (Richards & Wilson : 2000)



Wisata budaya (cultural tourism)
Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan
ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan
adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni meraka (Pendit :
1994).

Beberapa permasalahan yang umum ditemukan di dalam pengembangan daya
tarik wisata alam, antara lain:



Karakteristik daya tarik wisata
Karakteristik daya tarik wisata menjadi salah satu pertimbangan utama dalam
pengembangan daya tarik wisata berbasis alam. Keberlanjutan daya tarik
wisata tergantung kepada karakteristik daya tarik itu sendiri. Contoh: pada
saat daya tarik wisata alam gunung seperti Gunung Tangkuban Parahu
mengalami erupsi, secara otomatis daya tarik utama (kawah) tidak dapat
dinikmati oleh wisatawan. Sedangkan daya tarik wisata seperti Sariater
dengan kegiatan wisata pemandian air panas, harus berhadapan dengan
permasalahan keringnya sumber mata air.



Kepemilikan
Kepemilikan daya tarik wisata alam menjadi karakteristik khusus tersendiri.
Daya tarik wisata alam tidak mengenal batasan-batasan administrasi. Contoh:
Banyak daya tarik wisata alam dimiliki oleh pemerintah pusat yang memiliki
aturan tersendiri, tetapi dalam pengelolaan tetap harus memperhatikan aturan
daerah dimana daya tarik wisata tersebut berada. Hal ini dapat menyebabkan
konflik antara pengelola dan daerah sering bermunculan.




Sumber Daya Manusia
Dengan latar belakang pendidikan yang belum memenuhi standar, pengelola
harus bekerja keras dalam memberikan pelatihan bagi para pekerja yang
biasanya berasal dari masyarakat sekitar daya tarik wisata. Watak kedaerahan
yang masih kental dan rasa memiliki yang cukup tinggi menjadi permasalahan
tersendiri di dalam pengembangan daya tarik wisata berbasis alam.



Local Support
Masyarakat lokal menjadi salah satu kunci keberhasilan pengembangan daya
tarik wisata berbasis alam. Masyarakat lokal dan daya tarik wisata berbasis alam
dapat hidup berdampingan, bahkan tidak jarang beberapa daya tarik berada di
tengah-tengah kehidupan masyarakat.



Safety & Security

Keamanan dan keselamatan wisatawan menjadi prioritas utama di dalam daya
tarik wisata alam. Untuk menanggulangi kecelakaan di dalam daya tarik wisata
hendaknya pengelola sadar dengan manajemen resiko. Hal ini terkadang tidak
hanya timbul dari ketidaksiapan pengelola dalam menanggulangi kecelakaan di
daya tarik wisata, tidak jarang permasalahan keselamatan dan keamanan timbul
dari wisatawan. Sehingga pengelola hendaknya memberikan pelajaran
pencegahan dan penanganan kecelakaan pada wisatawan sebelum masuk ke
dalam daya tarik wisata.

Prinsip – Prinsip Pengembangan Daya Tarik Wisata Alam
 Prinsip lingkungan hidup
 Prinsip sosial budaya
 Prinsip ekonomi


Pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan daya tarik
wisata alam adalah pendekatan pembangunan yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan (environmental and sustainable
development approach).

Artinya ...


Pariwisata berwawasan lingkungan adalah upaya terencana dalam
menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana guna
meningkatkan kualitas hidup, sedangkan pariwisata berkelanjutan adalah
pariwisata yang dapat memberikan manfaat jangka panjang kepada
perekonomian lokal tanpa merusak lingkungan.

KONSEP PENGEMBANGAN
KAWASAN EKOWISATA


Wisata alam adalah perjalanan wisata yang bertujuan untuk
menikmati kehidupan liar atau daerah alami yang belum
dikembangkan.



Ekowisata adalah “Wisata alam berdampak ringan yang
menyebabkan terpeliharanya spesies dan habitatnya secara
langsung dengan peranannya dalam pelestarian, dan atau
secara tidak langsung dengan memberikan pandangan
kepada masyarakat setempat, untuk membuat masyarakat
setempat dapat menaruh nilai, dan melindungi wisata alam
dan kehidupan lainnya sebagai sumber pendapatan
(Goodwin, 1997:124)”.

Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata di Daerah, dalam Pasal 2 yaitu :
 Kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata.
 Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara
lestari sumber daya alam yang digunakan untuk ekowisata.
 Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan
menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta
memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.
 Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi
seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen
terhadap pelestarian lingkungan dan budaya.
 Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung.
 Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan
menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di
sekitar kawasan, dan
 Menampung kearifan lokal.

Beberapa ciri yang melatarbelakangi wisatawan eko, seperti
dikemukakan Silver (1998:103):
 Menginginkan pengalaman asli yang mendalam.
 Menganggap pengalaman itu layak dijalani, baik secara pribadi
maupun secara sosial.
 Kurang menyukai rombongan yang besar dengan rencana
perjalanan yang ketat.
 Mencari tantangan fisik dan mental.
 Mengharapkan interaksi pengalaman dengan budaya dan penduduk
setempat.
 Mudah menyesuaikan diri, sering lebih menyukai tempat menginap
yang asli seperti pedesaan.
 Toleran terhadap ketidaknyamanan.
 Ingin ikut terlibat, tidak bersifat pasif.
 Lebih suka membayar untuk petualangan dari pada untuk
kenyamanan.

Beberapa pendekatan dalam pengembangan dan pembinaan
ekowisata integratif, antara lain:
1. Pendekatan lingkungan
Wisatawan dituntut untuk tidak hanya mempunyai kesadaran
lingkungan dan kepekaan sosial budaya yang tinggi, tetapi mereka
harus mampu melakukannya dalam kegiatan wisata melalui sifatsifat empati wisatawan, digugah untuk mengeluarkan pengeluaran
ekstra untuk pelestarian alam.
2. Pendekatan partisipasi dan pemberdayaan
Partisipasi masyarakat setempat dilibatkan dalam penyusunan
perencanaan sejak awal, dimana masyarakat dapat
menyampaikan gagasan-gagasan yang dapat memberikan nuansa
Participatory Planning, dan mendorong mereka mengembangkan
gagasan murni tanpa pengendalian dan pengarahan terkendali dari
pihak-pihak berkepentingan.

3. Pendekatan sektor publik
Peran sektor publik sangat penting dalam pembinaan otoritas untuk
menyusun kebijakan dan pengendalian tentang manfaat sumber
daya alam dan lingkungan,
4. Pendekatan pengembangan infrastruktur
Penyediaan infrastruktur dasar adalah merupakan kegiatan penting
untuk memperkuat pengembangan ekowisata. Jalan, jembatan, air
bersih, jaringan telekomunikasi, listrik dan sistem pengendalian dan
pemeliharaan lingkungan, merupakan unsur-unsur fisik yang
dibangun dengan cara menghindari perusakan lingkungan atau
menghilangkan ranah keindahan pada lokasi ekowisata.
5. Pendekatan pengendalian dampak ekologi pariwisata
Perlu dirumuskan pembinaan usaha pariwisata oleh pihak-pihak yang
akan melakukan monitoring lingkungan pariwisata yang didukung
oleh para ahli, mengingat bentuk dampak lingkungan sangat
berbeda-beda antara satu usaha dengan usaha lainnya.

6. Pendekatan zonasi kawasan ekowisata
Zoning peletakan fasilitas dibedakan dalam tiga zonasi yaitu zona inti,
zona penyangga, zona pelayanan dan zona pengembangan.
 Zona Inti : dimana atraksi/daya tarik wisata utama ekowisata.
 Zona Antara (Buffer Zone) : dimana kekuatan daya tarik
ekowisata dipertahankan sebagai ciri-ciri dan karakteristik
ekowisata yaitu mendasarkan lingkungan sebagai yang harus
dihindari dari pembangunan dan pengembangan unsur-unsur
teknologi lain yang akan merusak dan menurunkan daya dukung
lingkungan dan tidak sepadan dengan ekowisata.
 Zona Pelayanan : wilayah yang dapat dikembangkan berbagai
fasilitas yang dibutuhkan wisatawan, sepadan dengan kebutuhan
ekowisata.
 Zona Pengembangan : areal dimana berfungsi sebagai lokasi
budidaya dan penelitian pengembangan ekowisata.

7. Pendekatan pendidikan ekowisata
Ekowisata memberikan sarana untuk meningkatkan
kesadaran orang akan pentingnya pelestarian dan
pengetahuan lingkungan, baik wisatawan nusantara maupun
mancanegara.
8. Pendekatan pemasaran
Pendekatan pemasaran ekowisata lebih ditujukan dalam
konsep pemasaran social dan pemasaran bertanggung
jawab.

Undang-undang

No.

10

Tahun

2009

Pasal

7,

mengamandatkan pembangunan kepariwisataan meliputi 4
aspek utama, yaitu :

1.

Industri Pariwisata

2.

DestinasiPariwisata

3.

Pemasaran, dan

4.

Kelembagaan kepariwisataan

SEKIAN
TERIMAKASIH....