Visibilitas Transman Indonesia dan Media (1)

“I Post Therefore I am”
Sebuah Kajian Budaya Populer tentang Social Media
dan Visibilitas Transgender Female to Male (Transman) di Ruang Publik
oleh Vania Sharleen Setyono - 50160022
“Just be yourself!
Let people see the real, imperfect,
flawed, weird, beautiful,
magical person that you are”
- Mandy Hale

Abstrak
Media sosial merupakan salah satu produk budaya populer yang tidak asing di masyarakat modern
saat ini. Kemudahan teknologi dan internet membuat setiap orang dari berbagai golongan dan usia
dapat menggunakan media sosial. Penelitian ini akan melihat bagaimana media sosial digunakan
oleh kelompok minoritas, transman di Indonesia pada tahun 2016. Penelitian ini menghasilkan
bahwa media sosial tidak hanya sekedar hiburan tetapi media yang dapat membentuk identitas dan
meningkatkan visibilitas di ruang publik. Identitas transman yang awalnya samar-samar menjadi
semakin dikenali oleh masyarakat luas. Secara teologis, media sosial tidak dapat dipandang sebagai
sesuatu yang baik atau buruk tetapi bagaimana kita menggunakannya sebagai sesuatu yang
bermanfaat bagi orang banyak.
Keyword: transman, media sosial, facebook, instagram, Indonesia, budaya populer, uses and

gratification theory
1. Pendahuluan
Dewasa ini, masyarakat Indonesia sangat familiar dengan social media. Tetapi seringkali masyarkat
menerima begitu saja kehadiran media sosial ini (taken for granted) tanpa menyadari bahwa media
sosial memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri, kajian mengenai
media sosial menjadi sesuatu hal yang urgent bagi masyarakat masa kini. Media sosial sendiri lahir
dan berkembang ketika internet mulai digunakan oleh masyarakat untuk berbagi informasi dan
berkomunikasi. Sejarah penggunaan internet terus berkembang dan teknologi internet menjadi
inklusif, dapat digunakan oleh siapapun dari berbagai latar belakang dan usia. Penggunaan media
sosial pun dipermudah dengan hadirnya smartphone dengan berbagai spesifikasi yang
mempermudah masyarakat untuk mengaksesnya.

Di Indonesia, pengguna internet sampai saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95
persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial1, 48 persen diantaranya
merupakan pengguna internet harian. Untuk wilayah Indonesia ada sekitar 65 juta pengguna
facebook aktif. Berdasarkan data paling terkini, dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
1

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+
%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker, diakses Desember 2016


!1

(APJII), pengguna internet di Indonesia telah mencapai 88,1 juta. Dari jumlah pengguna internet
aktif ini berbanding lurus dengan jumlah pengguna media sosial, sekitar 79 juta2. Ada sekitar 30
persen penduduk Indonesia yang menjadi pengguna aktif media sosial. Ada perbedaan antara data
Kominfo dan APJII. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pesat pengguna internet di Indonesia
(25 juta). Berdasarkan data yang dihimpun We Are Social, kenaikan pengguna internet Indonesia
selama setahun, mulai dari Januari 2015 sampai Januari 2016 meningkat sebanyak 15 persen.
Pengguna media sosial bertambah sekitar 10 persen dari Januari tahun lalu.3 Selain itu, pengguna
media sosial di perangkat mobile pun turut naik sekitar 6 persen dari tahun sebelumnya.

Media sosial juga menyebabkan perubahan sosial (social change)4, memfasilitasi masyarakat untuk
mengekspresikan pemikiran dan opini mereka serta membagikannya dengan khalayak ramai. Segala
golongan dapat memanfaatkan media sosial untuk membentuk opini publik. Dalam tulisan ini, saya
mencoba untuk memaparkan hasil penelitian saya tentang bagaimana transgender female to male
atau transman memanfaatkan media sosial. Lewat penelitian ini, saya ingin melihat bagaimana
kelompok minoritas di Indonesia menggunakan serta memanfaatkan sosial media. Berdasarkan
pengalaman pribadi, istilah transman pun saya pelajari dari pengamatan di media sosial, terkhusus
instagram dan facebook. Transman merupakan istilah yang belum ramah di telinga masyarakat

Indonesia. Oleh karena itu, saya terlebih dahulu akan menjelaskan tentang transgender, dimana
transman juga termasuk didalamnya

2. Transgender - Sebuah Realitas yang Tak Terelakkan
Di Indonesia, isu transgender sebenarnya bukan isu yang baru. Beberapa artis Indonesia sudah
coming out kepada publik sebagai transgender, seperti contohnya Dorce Gamalama, Tata Liem, dan
Renaldy Rachman (Dena Rachman). Meskipun terdapat pro-kontra terhadap eksistensi transgender,
masyarakat Indonesia tetap menerima keberadaan mereka sebagai selebriti. Transgender dikotakkan
oleh masyarakat indonesia di bidang kesenian. Seperti contohnya di Jogjakarta ada Cabaret Show Oyot Godhog di Mirota Batik setiap sabtu, dimana para waria menampilakan lipsync dengan busana
yang bagus mirip selebritis ternama. Hal ini menunjukkan bahwa sudah sejak lama transgender

2

http://tekno.liputan6.com/read/2435997/3-fakta-mengejutkan-pengguna-internet-di-indonesia, diakes
Desember 2016
3 http://tekno.liputan6.com/read/2435997/3-fakta-mengejutkan-pengguna-internet-di-indonesia, diakses
Desember 2016
4
Varinder Taprial & Priya Kanwar, Understanding Media sosial, (London: Ventus Publishing ApS, 2012)
hlm 6


!2

dianggap sebagai bagian dari budaya industri seni Indonesia. Barulah ketika Indonesia digemparkan
oleh isu same sex marriage di Amerika pada 2015 silam, masyarakat Indonesia mulai
mempertanyakan eksistensi hakiki transgender: apakah dosa, penyakit yang dapat disembuhkan,
menular. Selama ini, transgender yang dipahami oleh masyarakat Indonesia lebih kepada waria,
yaitu laki-laki yang memilih identitas untuk menjadi perempuan. Waria hanyalah salah satu bagian
dari payung transgender. Selanjutnya saya akan mencoba menjelaskan apa itu transgender dan
variasinya.

2.1. Transgender
Transgender adalah orang yang mengidentifikasikan dirinya berbeda dengan apa yang ditentukan
saat lahir (assigned gender). Transgender sendiri bukanlah orientasi seksual. Seseorang yang
mengidentifikasikan dirinya sebagai transgender dapat mempunyai orientasi seksual heteroseksual,
homoseksual, biseksual ataupun aseksual. Banyak masyarkat belum mengetahui perbedaan antara
transgender, lesbian dan gay. Masyarakat cenderung menyamakan ketiga istilah ini. Untuk lebih
jelasnya, skema gender bread person5 dapat memperjelas perbedaan antara ketiganya ini.6

Source: http://itspronouncedmetrosexual.com/2012/03/the-genderbread-person-v2-0/


5

http://itspronouncedmetrosexual.com/2012/03/the-genderbread-person-v2-0/#sthash.Ya9qGXJo.dpbs,
diakses Desember 2016
6
Genderbread person yang dijelaskan pada paper ini adalah versi 2.0. Perkembangan genderbread person
sudah sampai ke versi 3. Saya menggunakan versi 2.0 karena pembahasan akan hanya berfokus kepada
perbedaan orientasi seksual dan identitas gender. Kalau menggunakan versi 3.0 maka perlu kajian yang lebih
mendalam dan tidak terlalu relevan dengan keseluruhan pembahasan yang terdapat pada paper ini. Lih.
http://itspronouncedmetrosexual.com/2012/01/the-genderbread-person/, diakses Desember 2016

!3

Masyarakat hanya mengerti gender binary (laki-laki dan perempuan) yang sudah terkonstruksi
sejak bayi lahir. Dari gambar diatas, kita dapat memahami bahwa ada empat aspek seksualitas yang
terdiri dari spektrum. Ada empat garis yang sebenarnya merupakan sebuah spektrum yang terdiri
dari titik-titik yang tidak terhitung jumlahnya. Setiap orang tidak harus berada di pojok kanan atau
kiri karena garis ini merupakan sebuah spektrum seksualitas manusia. Berikut ini penjelasan singkat
masing-masing garis:

1. Biological Sex atau jenis kelamin merupakan aspek biologis yang ditetapkan sejak manusia
lahir: jika lahir dengan organ biologis female (kromosom XY, rahim, vagina) maka ia akan
disebut perempuan. Diantara laki-laki dan perempuan ada jenis kelamin lainnya, yaitu intersex.
2. Gender Identity merupakan bagaiamana seseorang memandang dirinya. Ini menyangkut dengan
konsep diri. Pembahasan mengenai transgender berada pada spektrum ini.
3. Sexual Orientation merupakan penjelasan kepada siapa seseorang tertarik. Apakah ia tertarik
kepada perempuan, laki-laki, keduanya atau tidak kepada siapapun. Pada spektrum inilah,
seseorang dapat mengidentifikasi dirinya sebagai homoseksual, biseksual, heteroseksual
ataupun aseksual.
4. Gender Expression berkaitan dengan bagaimana seseorang menampilkan atau mengekpresikan
dirinya: feminime, maskuline atau androgyne. Kebanyakan transmen berpenampilan maskulin
guna mengukuhkan identitasnya sebagai transman atau laki-laki. Sehingga mereka memilih
untuk tampil maskulin di publik, guna mendapatkan penerimaan di tengah masyrakat.

Melihat spektrum yang terdapat dalam genderbread person diatas, dapat dipahami bahwa persoalan
transgender merupakan sesuatu yang kompleks, menyangkut banyak aspek. Seperti yang telah
dijelaskan diatas, masyarakat Indonesia sudah familiar dengan keberadaan waria dalam dunia
hiburan maupun waria yang menjadi pengamen di jalanan atau di dunia kecantikan seperti salon.
Tetapi pada paper kali ini, saya memutuskan untuk membahas transmen, sebuah fenomena yang
belum begitu banyak dibahas oleh masyarakat Indonesia. Baru sekitar dua tahun belakangan ini,

beberapa transmen coming out di publik maupun media sosial.

2.2. Transgender Female to Male atau Transman
Apakah transman itu? Sama seperti waria, transman juga merupakan seseorang dengan identitas
transgender. Tetapi transman terlahir dengan organ biologis perempuan dan menghayati dirinya
dengan identitas gender laki-laki. Memutuskan untuk mempunyai identitas trans bukanlah sesuatu
hal yang mudah. Lewins (1995) dalam bukunya Transsexualism in Society meneliti fenomena
!4

transgender female to male, yang juga relevan dengan fenomena transgender female to male.
Dalam bukunya ini, ia meneliti dan menemukan ada 6 tahapan yang dialami oleh individu
transgender7:

Pertama, perasaan cemas yang terus menerus karena merasa tidak nyaman dengan tugas gendernya.
Ia merasa bahwa identitasnya tidak cocok dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Contohnya
adalah masyarakat menganggap transman adalah perempuan maka ia harus dapat memasak,
menikah dengan laki-laki, melahirkan seorang anak, dll. Kedua, adalah tahap pencarian, dimana
mereka mulai belajar dan mencari tahu serta menyadari bahwa transisi gender itu memungkinkan.
Ketiga, mereka menyangkal bahwa identitas tersebut dapat berlaku bagi mereka, sehingga mereka
melakukan “penjernihan dan penundaan”. Keempat, setelah menunda akhirnya mereka menerima

dirinya sebagai trans. Kelima, mereka mulai melakukan sex reassignment. Barulah tahap terakhir,
keenam, mereka meraih “invisibility” sebagai individu yang ditugaskan sebagai laki-laki.

Sedangkan Henry Rubin (2003) dalam bukunya yang berjudul Self-made men: Identity and
Embodiment among Transsexual Menuses Sociologist menemukan bahwa ada empat tahap dalam
mengembangkan identitas trans.8 Pertama, merasa atau mengalami secara subjektif adanya
perbedaan. Kedua, menemukan kategori yang tepat untuk menempatkan perasaan yang berbeda
dengan makna yang tepat. Ketiga, menerima kategori sebagai pengalaman pribadi. Ketiga kategori
ini mirip dengan yang dipaparkan Lewin, berkutat pada persoalan kecemasan, penemuan dan
penerimaan. Keempat, mencari komunitas untuk menggambarkan pengalaman individu FTM.
Rubin berhenti pada “membuat pilihan transisi”. Hal ini menceriminkan model transman lain yang
juga mengakui pilihan-pilihan berebda dalam memutuskan bagaimana mereka akan hidup di
masyarakat.

2.3. Konteks Transmen di Indonesia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arus Pelangi, kelompok transgender mendapatkan
kekerasan lebih besar dibandingkan kelompok lesbian, gay ataupun bisexual. Hal ini dikarenakan
ekspresi gender mereka yang terlihat jelas di masyarakat. Angka kekerasan fisik mencapai 64%,

7


Lih. Frank William Lewins, Transexualism in Society: A Sociology of Male-to-Female Transsexuals.
(Australia: Macmillan Education, 1995)
8
Henry Rubin, Self-made Men: Identity, Embodiment and Recognition among Transsexual Men, (USA:
Vanderbilt University Press, 2003)

!5

sementara rata-rata kekerasan yang diterima LGB umumnya 34%. Angka kecendrungan untuk
bunuh diri adalah 40%.9

Di tengah kondisi penindasan seperti ini, para FTM merasa perlu untuk membentuk sebuah support
system, sebuah komunitas. Sehingga kurang lebih dua tahun lalu muncul komunitas bernama
Transmen Indonesia. Pergerakan mereka dapat dilihat dan diamati dari media sosial instagram
dengan nama akun @TranshitionID. Mereka tidak menyembunyikan identitas mereka di ruang
publik, justru malahan meningkatkan visibilitas lewat media sosial. Ini adalah fenomena yang
menarik untuk diamati.

3. Social Media

Media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup keseharian manusia. Masyarkat
di berbagai kalangan dan usia menggunakannya. Ketika orang mendengar media social maka orang
akan dengan mudah memahaminya. Secara sederhana Taprial dan Kanwar mengatakan, “media
sosial is the media that allows one to be social, or get social online by sharing content, news,
photos etc with other people”.10 Untuk lebih jelasnya, saya akan memaparkan berbagai definisi dari
media sosial.
According to the Merriam-Webster dictionary online,
Media sosial is de ned as “forms of electronic communication (as Web sites for social networking
and microblogging) through which users create online communities to share information, ideas,
personal messages, and other content (as videos).”
According to Wikinvest, “Media sosial describes websites that allow users to share content, media,
etc. Common examples are the popular social networking sites like Friendster, Facebook, MySpace,
etc. Media sosial also includes YouTube, Photobucket, Flickr, and other sites aimed at photo and
video sharing. News aggregation and online reference sources, examples of which are Digg and
Wikipedia, are also counted in the media sosial bucket. Micro- blogging sites such as twitter can
also be included as media sosial.” (Varinder Taprial & Priya Kanwar, 2012, p. 8)

Media sosial berkembang dan berubah bentuk mulai dari The Preakhing Era (1950-1990), The
World Wide Web - WWW (1991), IRC and Instant Messenger (1983-1996), Social Bookmarking
(1996-2003), Blogs (1994-1999). Perkembangan dan perubahan wujud media sosial mempunyai

sejarah yang sangat panjang. Oleh karena itu, saya akan menjelaskan fenomena media sosial dari 10
tahun terkahir. Pada 2008 dan sampai detik ini, media sosial ditemukan dalam bentuk yang

9

Data ini diambil dari hasil penelitian yang dilakukan di Arus Pelangi, sebuah lembaga advokasi HAM
LGBT di Jakarta. Lih. King Oey (ed), Menguak Stigma, Kekerasan & Diskriminasi pada LGBTQ di
Indonesia - Studi Kasus di Jakarta, Yogyakarta dan Makasar. (Jakarta : Arus Pelangi, 2013)
10
Varinder Taprial & Priya Kanwar, hlm 8

!6

dinamakan real-time & location-based social networking, seperti contohnya: Twitter11; Facebook,
dan Foursquare.

Pada dasarnya, orang tertarik dalam berjejaring dan berkoneksi dengan teman-teman, berbagi
konten, mengirimkan pesan, berkolaborasi dengan yang lain dalam kenyataan, mengumpulkan
informasi, atau hanya mengunduh dan mengunggah file (film, lagu, foto) di internet. Sekarang ini,
media sosial secara substansial mengubah cara berogranisasi, komunitas dan individu dalam
berkomunikasi dnegan yang lain12. Situs media sosial sangat murah dan terlebih lagi dapat
digunakan secara gratis.13 Di Indonesia sendiri, mayoritas konsumsi internet adalah untuk
mengakses media sosial, seperti Facebook dan Instagram.14

3.1. Facebook
Facebook merepresentasikan kekuatan dari media sosial di dunia maya. Meski banyak jenis media
sosial yang beredar, Facebook memiliki keuikan dan kekuatannya tersendiri yang mampu menyedot
perhatian pengguna internet (media sosial user). Dari segi jumlah pengguna, dalam sekala
internasional, pengguna aktif Facebook per bulannya mencapai 1,79 milliar, meningkat 16 % dari
tahun ke tahun (monthly active user). Sementara itu, per September 2016, sekitar 1,18 milliar orang
log in dalam Facebook account per harinya (daily active user).15 Rata-rata orang mengakses
Facebook selama 20 menit per hari dan setiap 60 detik terdapat 510 komentar, 293.000 status
terbaru dan 136.000 postingan foto. Penelitian menunjukkan bahwa 50% orang berumur 18-24
tahun segera mengakses Facebook ketika mereka bangun di pagi hari.16

11

Twitter merupakan micro-blogging site, yang diciptakan oleh Jack Dorsey pada Maret 2006. Twitter
menyediakan penggunanya untuk mengirim dan membaca postingan berbasis text (text-based posts) sampai
140 karakter, yang dikenal sebagai tweets. Popularitas Twitter mendunia, penggunanya 300 juta sampai
dengan tahun 2011. Ini mirip dengan “SMS” dalam dunia internet. Lih. Varinder Taprial & Priya Kanwar,
hlm 23-24
12 Varinder Taprial & Priya Kanwar, hlm 28
13 Anita Whiting dan David Williams, Why People Use Media sosial: A Uses and Gratifications Approach,
dalam Qualitative Market Research: An International Journal, Emerald Group Publishing Limited, Vol. 16
No. 4, 2013, hlm 363
14
Tempo, Mayoritas Konsumsi Internet di Indonesia Untuk Media Sosial, April 2016, dari https://
m.tempo.co/read/news/2016/04/29/172766923/mayoritas-konsumsi-internet-di-indonesia-untuk-mediasosial, diakses Desember 2016
15 Facebook, Third Quarter 2016 Financial Highlights, 2016, dari https://investor.fb.com/investor-news/
press-release-details/2016/Facebook-Reports-Third-Quarter-2016-Results/default.aspx, diakses Desember
2016
16
Zephoria, The Top 20 Valuable Facebook Statistics - Updated December 2016, dari https://zephoria.com/
top-15-valuable-facebook-statistics/, diakses Desember 2016

!7

Di Indonesia sendiri, menurut Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), jumlah
pengguna internet di Indonesia di tahun 2013 mencapai 63 juta orang dan 95% dari jumlah ini
menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Adapun situs jejaring sosial yang paling
banyak diakses salah satunya adalah Facebook. Indonesia menempati peringkat ke 4 pengguna
Facebook terbesar setelah USA, Brazil dan India.17 Menjelang akhir tahun 2016, jumlah pengguna
akif bulanan Facebook telah mencapai 88 juta. Sebanyak 94% orang Indonesia mengakses
Facebook dari gadget mobile.18

3.2. Instagram
Di samping Facebook, Instagram juga merupakan ragam media sosial yang banyak digunakan.
Berbeda dengan Facebook, fitur Instagram hanya mementingkan postingan foto dan video.19
Desember 2016, Instagram melaporkan bahwa jumlah penggunanya (Instagrammers) mencapai 600
juta orang. Sekitar 100 juta orang merupakan pengguna baru dalam 6 bulan terakhir.20 Instagram
cukup populer dikalangan remaja dan dewasa muda. Setengah dari pengguna Instagram berumur
18-29 tahun (konteks Amerika) dan secara global berumur 24 tahun atau lebih muda.21 Sebanyak 95
juta foto dan video diposting setiap hari diiringi dengan 4,2 milliar likes per harinya. Di Indonesia
sendiri, terdapat 22 juta pengguna aktif Instagram.22

3.3. Kaitan antara Transman dan Media sosial - Hasil penelitian sebelumnya
Pada dasarnya, media sosial dibuat untuk mempublikasikan kehidupan kepada khalayak ramai
(public). Setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya23 dan media
sosial merupakan salah satu fasilitas yang mendukung aktualisasi diri seseorang. Yang menjadi

17

Kominfo, Kominfo: Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang, 2013, dari https://kominfo.go.id/
index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/
berita_satker, diakses Desember 2016
18 Oik Yusuf dan Reska Nistanto, Jumlah Pengguna Facebook di Indonesia Terus Bertambah, dari http://
tekno.kompas.com/read/2016/10/20/17062397/jumlah.pengguna.facebook.di.indonesia.terus.bertambah,
Oktober 2016, diakses Desember 2016
19 Instagram, FAQ, dari https://www.instagram.com/about/faq/, diakses Desember 2016
20 Instagram, 600 Million and Counting, 15 December 2016, dari http://blog.instagram.com/post/
154506585127/161215-600million, diakses Desember 2016
21
Statista, Number of monthly active Instagram users from January 2013 to June 2016 (in millions), 2016,
dari https://www.statista.com/statistics/253577/number-of-monthly-active-instagram-users/, diakses
Desember 2016
22 Hani Nur Fajrina, Ada 22 Juta Pengguna Aktif Instagram dari Indonesia, Juni 2016, dari http://
www.cnnindonesia.com/teknologi/20160623112758-185-140353/ada-22-juta-pengguna-aktif-instagram-dariindonesia/, diakses Desember 2016
23
Teori dari A. Maslow

!8

menarik adalah bahwa posisi transman sendiri menjadi semakin rawan ketika secara sengaja
“mempublikasikan” keberadaannya.

Bahasan tentang kaitan antara identitas gender dan media sosial terlebih dahulu dibahas oleh Stein,
Nisiforou dan Laghos Stein24 membahas mengenai transmen yang memutuskan untuk go public
mengenai transformasi tubuh mereka sedangkan Nisiforou dan Laghos25 membahas mengenai efek
dari identitas gender terhadap penggunaan media sosial. Meski tidak membahas mengenai
transmen, penelitian yang dilakukan oleh Nisiforou dan Laghos menunjukkan bahwa perbedaan
identitas gender membawa dampak yang meskipun tidak signifikan di antara perempuan dan lakilaki. Oleh karenanya, penelitian sederhana kali ini menjadi menarik sebab membahas mengenai
identitas gender lainnya yaitu transmen.

Judul Penelitian

Author

Persamaan

Perbedaan

Examining the Effect of Efi A. Nisiforou, Andrew Meneliti penggunaan
Gender Identity on the Laghos
social media
Use of
Media sosial
Technology: A Higher
Education Approach

• Memasukkan variabel
pendidikan
• Tidak membahas
transmen secara
spesifik, lebih kepada
gender equality
• Social media yang
diteliti lebih beragam

Transitioning Out Loud
and Online

• Media social yang
diteliti adalah youtube
yang berfokus pada
vlog atau video blog
• Topik transman
berfokus pada chest
binding

Arlene Stein

Objek penelitian samasama transman

3.4. Uses and Gratification Theory (UGT)
Uses and Gratifications Theory (UGT) berasal dari jajaran ilmu komunikasi. Teori ini pertama kali
dikembangkan oleh Katz dan Blumer dan telah diaplikasikan ke banyak penelitian dalam berbagai
jurusan akademis. Komunikasi jelas memainkan peranan penting dari dunia media sosial karena
melalui media sosial, orang berkomunikasi dengan ribuan bahkan jutaan orang lainnya di berbagai
belahan dunia. Teori komunikasi ini merupakan pendekatan yang positivistik, bersumber pada
24

Arlene Stein, Transitioning Out Loud and Online, dalam Contexts, American Sociological Association, Vol
15, No 2, 2016, hlm 40-45
25
Efi A. Nisiforou dan Andrew Laghos, Examining the Effect of Gender Identity on the Use of Media sosial
Technology: A Higher Education Approach, dalam Journal of Arts and Humanities, Vol. 4 No. 4, (2015) hlm
16-32

!9

tradisi komunikasi sosiologis-psikologis dan berfokus pada komunikasi pada skala media massa.
Pertanyaan yang menggerakan UGT adalah: “Why do people use media and what do the use them
for?”. Teori ini berasumsi bahwa audience bukanlah konsumer media yang pasif tetapi audience
yang mempunyai kekuatan terhadap media yang mereka gunakan. Argumen dasar yang diajukan
oleh UGT adalah: manusia atau individual akan menggunakan media untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan mereka yang dimana hal pemenuhan kebutuhan ini mengarah kepada kepuasan
seutuhnya pribadi tersebut (ultimate gratifications). Tujuh tema dalam teori Uses and Gratification
dalam kaitan dengan penggunaan media sosial adalah:26

1. Social interaction
Menurut Blumer dan Katz, salah satu tujuan orang menggunakan media sosial adalah untuk
berinteraksi secara sosial, untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Motivasi dari
interaksi sosial dan durasi penggunaan media sosial menjadi faktor yang berpengaruh dalam tema
pertama ini. Contoh motivasi dapat berupa “apakah hanya ingin bertemu dengan orang yang
memiliki kesamaan bidang minat (interests)” atau “apakah hanya supaya tidak ketinggalan berita
terbaru sehingga harus sering berkomunikasi dengan orang yang bersangkutan.”
2. Information seeking
Tujuan lain penggunaan media sosial adalah untuk mencari informasi atau untuk mengedukasi diri
sendiri (self-educate).
3. Pass time
Media sosial digunakan untuk mengisi waktu agar tidak bosan. Dalam tema ini, orang yang
menggunakan media sosial untuk mengisi waktu luang dapat menyatakan: “I use the social media
when I have nothing better to do” and “to occupy my time.”
4. Entertainment
Media sosial digunakan demi memperoleh hiburan (entertainment) maupun enjoyment. Korgaonkar
dan Wolin (1999) mengkaitkan tema ini dengan faktor dari penggunaan internet yang mereka sebut
dengan istilah escapism. Mereka mendefinisikan escapism sebagai sebuah hal yang menyenangkan,
menggembirakan dan membuat nyaman (pleasurable, fun, and enjoyable).

26

Anita Whiting dan David Williams, Why People Use Social Media: A Uses and Gratifications Approach,
dalam Qualitative Market Research: An International Journal, Emerald Group Publishing Limited, Vol. 16
No. 4, 2013, hlm 363- 365

!10

5. Relaxation
Maksud dari penggunaan media sosial disini adalah sebagai penghilang stress (day-to-day stress).
Beda relaksasi (relaxation) dan entertainment adalah relaksasi bertujuan menghilangkan stress dan
menciptakan kelegaan akibat berkurangnya stress tersebut sedangkan entertainment hanya fokus
kepada kegembiraan (enjoyment).
6. Communicatory utility
Media sosial didefinisikan sebagai sebuah fasilitas berkomunikasi dan penyedia informasi kepada
orang lain. Bedanya dengan media sosial sebagai interaksi sosial adalah bahwa dalam tema ke-6 ini,
media sosial membantu memfasilitasi jalannya komunikasi dan bukan sekedar menjadi jalur
interaksi sosial.
7. Convenience utility
Media sosial digunakan sebab keberadaannya membuat segalanya menjadi lebih nyaman. Media
sosial dipandang sebagai penyedia keamanan atau membuat sesuatu hal menjadi lebih mudah dan
berguna bagi individu. Ko et al. (2005) menyebutkan contoh dari hal ini adalah peranan interactive
advertising yang mengutamakan kenyamanan bagi konsumennya. Selain itu, Korgaonkar dan Wolin
(1999) memberikan contoh lain berupa kenyamanan yang ditawarkan oleh online shopping sebagai
salah satu pengukur mengapa orang menggunakan media sosial (enjoy the convenience of shopping
on the web).

4. Penelitian
Pada poin ini, saya akan membahas hasil penelitian beserta analisis dari perspektif budaya populer,
yaitu kajian tentang media sosial - instagram dan facebook - menggunakan Uses and Gratification
Theory. Berbagai teori yang telah dipaparkan diatas akan digunakan dalam melakukan analisis.

4.1. Rumusan Penelitian
Berdasarkan penjelasan diatas, maka rumusan besar pertanyaan penelitian ini adalah: Bagaimana
transman Indonesia menggunakan social media? Pertanyaan ini akan di-break down kepada
pertanyaan-pertanyaan operasionalisasi27.

27

Lih. Lampiran 1

!11

4.2. Batasan Penelitian
Mengingat keterbatasan waktu dan paper ini dibuat dalam rangka tugas akhir mata kuliah - bukan
skripsi atau thesis - maka penelitian ini mempunyai batasan penelitian. Saya membatasi untuk
membahas media sosial spesifik pada facebook dan instagram. Kedua jenis media sosial ini dipilih
dengan pertimbangan karena kedua media sosial ini yang digunakan paling sering oleh transman
dan juga merupakan media sosial dengan tingkat penggunaan tertinggi di Indonesia.

4.3. Metodologi Penelitian
Konsep pemikiran mengenai penggunaan media sosial berupa facebook dan instagram oleh
transman tentu menjadi wacana yang menarik untuk diteliti dalam skala yang lebih luas. Namun
mengingat keterbatasan waktu dan halaman maka saya hanya akan mewawancarai (in-depth
interview) dua orang transman, yang merupakan aktivis gerakan LGBT di Indonesia yang terlibat
aktif dalam NGO. Mereka berdua merupakan pionir dan penggerak komunitas transman di
Indonesia. Dengan alasan ini, saya memilih mereka berdua untuk menjadi informan dengan harapan
mereka dapat merepresentasikan jawaban dari pertanyaan penelitian saya.

Selain melakukan wawancara mendalam, saya juga menggunakan metode digital etnography.
Etnografi merupakan pendekatan yang holistik terhadap masyrakat dan suatu budaya, yang dapat
memberikan kontribusi untuk pengetahuan masa kini. Etnografi sendiri bukanlah metode yang baru
digunakan. Peneliti di bidang sosial seringkali menggunakan metode etnografi. Tetapi digital
etnography masih merupakan suatu metode baru dalam penelitian. Digital etnography merupakan
pendekatan untuk menangkap bentuk dan natur dari praktek komunikasi.28 Saya mencoba untuk
menelusuri gambar atau status yang diposting oleh kedua informan di media sosial , baik facebook
maupun instagram. Hasil telusuran atas media sosial ini akan saya kombinasikan dengan hasil
wawancara yang akan dibahas pada poin analisis.

4.4. Hasil Penelitian dan Analisis
4.4.1. Informan
Seperti yang telah dijelaskan diatas, saya akan melakukan penelitan terhadap dua orang transman.
Kedua transman ini cukup lama menggunakan media sosial dan sangat gadget-able. Kedua
informan tersebut bernama: Abhipraya Ardiansyah Muchtar dan Cesariano Abrisam Julivandy.

28

Piia Varis, Digital Ethnography, (Tilburg University, 2014), hlm 2

!12

Pertama, Abhipraya A. Muchtar29 atau biasaya dipanggil Erky merupakan seorang pegawai swasata.
Erky berusia 25 tahun dan merupakan lulusan dari perguruan tinggi negeri di Jogjakarta. Ia sudah
menghidupi identitas transman lebih dari 2 tahun. Erky terlahir di kelurga Muslim yang kental
dengan adat jawa. Sejak kecil, Erky sudah ditamkan peraturan-peraturan sebagai perempuan Jawa
dan Muslim. Sewaktu kecil, Erky tidak nyaman dengan tubuhnya (harus menggunakan rok, dilarang
pergi ke Masjid bersama teman laki-laki, tidak bisa buang air kecil berdiri). Penemuan jati diri
sebagai transman dimulai ketika Erky kuliah, jauh dari orang tua. Erky takut memiliki payudara dan
vagina. Pada awalnya, Erky menerima label sebagai butch (lesbian maskulin). Tetapi ia menolak
identitas peremuan karena merasa diri laki-laki. Beberapa kali ia menyakiti dirnya sendiri hingga
mencoba bunuh diri. Ketika usia 21 tahun, Erky menemukan identitas yang bisa menjelaskan
dirinya, transgender. Erky memulai terapi hormon pada 10 Juni 2014.

Kedua, Cesariano Abrisam Julivandy atau biasa dipanggil Sam merupakan seorang freelance di
Jakarta. Sam berusia sama seperti Erky dan juga sama-sama lulusan perguruan tinggi negeri, tetapi
Sam merupakan lususan salah satu PTN di Bandung. Sam mulai menerima diri sebagai transman
pada 3 Desember 2013. Sewaktu kecil, Sam sudah merasa bahwa dirinya adalah laki-laki dengan
penis yang belum tumbuh. Sampai mulai masuk pendidikan (les ngaji, TK, SD, dst), Sam bingung
mengapa ia harus menggunakan rok. Ia mulai semakin stress ketika masuk masa puber. Menstruasi
adalah hal yang paling menakutkan. Pada tahun 2012, Sam menerima dengan berat hati bahwa
dirinya adalah perempuan yang suka perempuan, berorientasi lesbian. Meskipun demikian, Sam
merasa dirinya hetero, katanya “gue suka sama cewe tp gue bukan lesbian”. Awalnya ketika Sam
searching informasi di internet, ia berpikir bahwa transgender merupakan waria. Sam tidak
menyadari kalau transmen itu ada. Lalu Sam menemukan forum yang terdiri dari LGB. Sam sendiri
tidak nyaman berada di komunitas lesbian karena mereka menganggap Sam aneh. Lama kelamaan
Sam jenuh berada di forum ini dan akhirnya membuka postingan di bagian Transgender dan banyak
postingan tentang Transmen. Sejak saat itu, Sam merasa bahwa grup ini lebih cocok dengan dirinya
dan lebih bisa mendeskripsikan dirinya. Sejak saat itu, Sam mulai mengamati teman-teman
transmen. Meskipun identitasnya cocok tetapi perspektifnya belum sepenuhnya cocok karena masih
terlalu maskulin dan heteronormatif saat itu. Sampai akhirnya sekarang Sam lebih bisa untuk
mendefinisikan sendiri soal konsep “menjadi laki-laki.” Jika mengacu pada teori yang diajukan oleh
29

Data diperoleh dari proses wawancara dan penelusuran internet bersumber: http://melela.org/abhiprayaardiansyah/, diakses Desember 2016

!13

Lewins diatas, Sam sudah masuk ke dalam tahap yang ke-enam, yaitu mencapai “invisibility” untuk
menjadi laki-laki di tengah masyrakat.

4.4.2. Analisis Transman dan Media sosial
Erky dan Sam menggunakan facebook dan instagram secara rutin. Total postingan Erky di
instagram sejumlah 278 gambar sejak 3 November 2013. Sedangkan Sam mengunggah 776 gambar
sejak 21 Mei 2012.

Berdasarkan teori Lewins yang sudah dijelaskan diatas, Sam dan Erky sudah sampai pada tahap
keenam, yaitu “invisibilty” di tengah masyarakat dengan menjadi laki-laki. Hal ini saya temukan
dari pengalaman ketika saya membeli makanan dengan Sam dan petugas kasir bertanya, “ada
tambahan lain, Pak?”. Terapi suntik hormon selama dua tahun pun memberikan pengaruh
munculnya tanda-tanda fisik laki-laki, seperti: tumbuh jenggot, suara memberat, muncul otot. Di
tengah masyarakat, Sam dan Erky sudah terlihat dan dianggap oleh masyrakat sebagai laki-laki.
Lantas, apa yang menjadi alasan Sam dan Erky tetap menggunakan identitas transman di media
sosial ? Menurut Sam:
“Tujuannya untuk menginformasikan bahwa transmen itu ada dan it’s ok dengan transmen, mereka
sama kayak manusia biasa. Gini, orang secara fisik mungkin ga menyangka gue trans. Justru itu,
gue pengen menegaskan kalau kita sama aja sama orang-orang pada umumnya.”

!14

Selain itu, menurut Sam penggunaan media sosial sangat erat dengan konsep identitas transmen
yang ingin dibangun di ruang publik. Lewat media sosial , Sam ingin meningkatkan visibilitas
identitas transmen. Hal ini ditemukan ketika Sam menjawab:
“Mengakui diri gue sebagai trans itu juga bentuk penerimaan diri gue. Walau pengen dianggap dan
gender gue laki-laki, gue akan menjelaskan laki-laki seperti apa sih gue itu ya laki-laki trans”

Oleh karena itu, dalam postingannya di instagram, ia menggunakan berbagai hashtag - #ftm,
#transmanofinstagram, #transman, #thisiswhattranslookslike, #transisbeautiful, #ftmindonesia,
#selfmademan, #transmenindonesia - untuk mengukuhkan identitasnya sebagai transman.

Selanjutnya dari hasil penelitian dengan metode digital etnografi, saya menemukan bahwa
menelusuri postingan Erky lebih mudah ketimbang Sam. Hal ini karena dari segi kuantitas,
postingan Erky lebih sedikit daripada Sam. Postingan Erky juga dapat dikategorikan. Saya mencoba
untuk mengklasifikasikan postingan Erky menjadi tiga jenis: pengukuhan identitas transman
melalui physical things (gym, workout, shaving, foto dengan binder - semi topless, menunjukkan
otot), keikutsertaan dalam acara-acara LGBT (baik nasional maupun internasional) dan makanan.
Dari keseluruhan postingan Erky, hanya 25 postingan yang tidak berhubungan dengan identitasnya
sebagai transman, yaitu foto yang berkaitan dengan makanan. Meskipun ada beberapa postingan
makanan yang berkaitan dengan identitasnya sebagai transman (makanan diet sehat khusus
transman).

Terkait dengan alasan penggunaan media sosial , Erky merasa bahwa media sosial digunakan untuk
mencari informasi dan networking. Menurut UGT, Erky menggunakan media sosial untuk tujuan
pertama dan kedua, social interaction dan information seeking. Ketika ditanya lebih lanjut
mengenai tujuan menggunakan instagram, Erky menjawab:
“mancing ikan di laut. hahahaha. Ada niat juga untuk sharing informasi, karena gw tau banyak
yang bernasib seperti gw beberapa tahun yang lalu di luar sana, bingung, frustasi ingin mati saja”

Dari jawaban Erky diatas, saya menyimpulkan bahwa Erky memang menggunakan instagramnya
untuk mengukuhkan identitasnya sebagai transman dan mencoba untuk berbagi informasi dengan
transmen lainnya. Dari UGT, Erky menggunakan instagram dengan tujuan communicatory utilty.
Tetapi ketika digali lebih dalam, sebagai seseorang transman yang memposting banyak tentang
kehidupan transman, Erky tidak menyadari bahwa dirinya dilihat dan dijadikan tokoh figur oleh
!15

transmen lainnya di Indonesia. Erky tidak menyadari karena selama ini, Erky membangun citra
transman yang tidak friendly di media sosial . Hal ini dapat ditemukan ketika Erky mengelola dan
menjadi admin @TranshitionID. Erky dan Sam berbagi peran, Erky cenderung menjadi transman
yang lebih cuek sedangkan Sam yang lebih friendly.
“gue ga pernah expect jadi panutan loh. nah, di situlah gue dan Sam membagi peran sebagai
malaikat dan iblis. GUE IBLISNYA. hahaha. kalo lagi ngadmin, jadilah gue malaikat. walau sarkas
di beberapa titik. Tetapi kalau dari akun pribadi, gue akan galak: saya-kamu, jawab seperlunya, irit
kata”

Ketika saya menelusuri instagram Erky, saya menemukan ada beberapa istilah yang dipakai olehnya
seperti: transdodol, perjaka pathetic, frog prince. Memang Erky menggunakan istilah-istilah yang
agak nyeleneh dalam kesehariannya. Erky pun telah menerbitkan sebuah buku dengan judul C O T Confession of a Trans-dodol-ic30 . Erky dengan sadar ingin membangun citra transman di media
sosial .
“untuk lebih memperlihatkan berbagai macam perspektif transman kali ya. gue kan emang sarkas
nyinyir lambe jahara. biar anak2 pada aware kalo living as transman itu nggak seindah yg terlihat
di socmed Frog Prince ini”
“[living as a transman] ya biasa aja.. kayak orang2 pada umumnya. karena issue transmen di
indonesia yg paling hot adalah soal acceptance, gw sering posting rerumpian gw bersama temen2
straight allies. biar orang2 tahu kalau ada banyak temen yg bisa terima temennya yg trans”

Lewat media sosial , Erky ingin membangun citra kehiduapan transman. Dapat saya simpulkan
bahwa media sosial

dimanfaatkan oleh Erky untuk meningkatkan visibilitas dirinya sebagai

transman dan membiarkan dirinya untuk dapat ditemui oleh transmen lainnya, baik dari akun
instagram miliknya atau lewat @TranshitionID.
“[transmen baru nyari informasi] biasanya langsung ke socmed gw, trus gw suruh kontak ke
transhition. Saat ngadmin di Transhition, attitude gw akan sangat berbeda dengan saat anak2 baru
yang tanya2 itu ngejapri langsung ke sosmed gw. Kalo di Jabodetabek, gw ajak ketemu. Dulu
sebelom IG gw protect, gw sering boost hastag, dari situ mereka nemu.”

Dari hasil penelitian ini, saya melihat bahwa media sosial

mempunyai peranan besar dalam

pengukuhan identitas seseorang di ruang publik. Sebuah realitas baru dapat diciptakan dan
disebarluaskan oleh sebuah media bernama media sosial , terkhusus instagram dan facebook.
30

Lih. http://www.suarakita.org/2015/06/resensi-confession-of-a-trans-dodol-ic-cerita-hidup-seorangtransman/, diakses Desember 2016

!16

Meskipun instagram dan facebook merupakan dua media sosial yang berbeda tetapi mereka
merupakan wadah bagi transmen meningkatkan visibilitasnya di ruang publik. Dari hasil penelitian
ini, saya menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial oleh transman bertujuan untuk: (1)
pengukuhan identitas sebagai laki-laki transman, (2) meningkatkan visibilitas identitas transmen
kepada masyarakat, (3) menciptakan pertemuan dengan orang-orang yang mempunyai identitas
yang sama dan (4) sarana edukasi bagi teman-teman transmen maupun yang non-transmen.

5. Evaluasi Teologis
Dari hasil penelitian diatas, saya mencoba untuk merefleksikan fenomena transmen dan media
sosial . Bagimana sebagai orang Kristen melihat fenomena ini? Saya tidak akan berbicara tentang
transgender dari perspektif biblis. Tetapi saya mencoba melihat bagaimana selama ini masyarakat
melihat media sosial hanyalah sebagai wahana hiburan yang tidak lebih baik dari hal lainnya
(seperti belajar, membaca berita, bekerja). Beberapa orang tua di gereja menjadi khawatir melihat
anaknya lebih sering memegang handphone dan laptop ketimbang belajar. Apakah fenomena ini
dapat dilihat sebagai sesuatu yang bertentangan?

“Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu
diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorang pun yang
mencari keuntungan sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain
1 Korintus 10: 23-24 (TB)
Ayat diatas mengandung dua unsur, kebebasan dan tanggung jawab sebagai orang Kristen. Kalimat
“segala sesuatu diperbolehkan” ditulis dua kali dan dalam sebuah kutipan.31 Hal ini mungkin karena
ini merupak slogan dari beberapa golongan yang berada di Korintus atau peribahasa di budaya
tersebut.32 Kota Korintus merupakan kota dengan situasi pusat komersil (center commercial).33 Di
era Paulus, banyak kapal besar mengirimkan muatan kepada kendaran-kendaraan darat yang akan
mengangkutnya ke Teluk Korintus, Barat dari Isthmus, Teluk Saronik, Timur dari Isthmus dan
begitu pula sebaliknya.34 Lokasi Korintus yang sangat strategis membawa keuntungan. Pertama
kali, Paulus datang ke Korintus melalui Athena. Di Korintus Paulus mengabarkan Injil dan
membangun gereja. Seiring berjalannya waktu, muncul konflik diantara gereja Korintus dan Paulus.

31

Bob Utley, Paul’s Letters to a Troubled Church: 1 and II Corinthians - Study Guide Commentary Series
New Testament, Vol 6, (Texas: Bible Lessons International, 2002), hlm 147
32
http://www.ibiblio.org/freebiblecommentary/pdf/EN/VOL06.pdf
33 Thomas L. Constable, Notes on 1 Corinthians, (Sonic Light, 2016), hlm 1
34
Thomas L. Constable, Notes on 1 Corinthians, hlm 1

!17

Masalah kunci antara Paulus dan jemaat di Korintus adalah mempertanyakan apa artinya menjadi
“spiritual”.35

Sebelumnya, Paulus dalam 1 Korintus 6:12 mengangkat isu kebebasan orang Kristen dengan
mengatakan “segala sesuatu” halal baginya tetapi tidak semuanya berguna. Berguna disini berarti
bermanfaat, mendatangkan keuntungan atau profitable. Sekarang Paulus menjelaskan lebih jauh
bahwa “profitable” berarti berguna untuk yang lain, tidak hanya untuk dirinya sendiri. Jemaat
Korintus melihat kebebasan mereka sebagai kesempatan untuk mengejar kepentingannya sendiri.
Paulus melihatnya sebagai kesempatan untuk menguntungkan (seek the good) dan membangun
(edify) orang lain.36 Ayat 24 ini merupakan sebuah kalimat perintah aktif (present active
imperative), dimana kekristenan yang matang harus melakukan sesuatu demi kesejahteraan yang
lain.37

Lewat penelitian ini, saya berefleksi ternyata sebagai seorang yang berasal dari golongan minoritas,
Erky dan Sam dapat menggunakan media sosial dengan baik. Mereka menggunakan media sosial
bukan hanya untuk kepentingannya sendiri, melainkan juga memikirkan kepentingan orang lain.
Dalam hal ini transmen lainnya yang masih belum menerima diri dan coming out, mengingat
pergumulan yang dialami oleh transman tidaklah mudah. Media sosial dapat digunakan baik untuk
untuk kepentingan pribadi (mencari informasi, menghabiskan waktu) tetapi juga tidak melupakan
keuntungan orang lain, sama seperti nasehat Paulus kepada jemaat di Korintus. Segala sesuatu
diperbolehkan termasuk penggunaan sosial media, asalkan kita dapat menggunakannya dengan
bijak dan demi kepentingan orang lain juga.

6. Penutup
Demikianlah tulisan singkat saya mengenai laporan hasil penelitian media sosial dan fenomena
transman. Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan ini. Kiranya ada penelitian
berikutnya yang memperdalam dan mengkaji media sosial dan identitas seksual secara lebih
mendalam. Semoga tulisan ini dapat memperluas cakrawala kita dalam menyikapi salah satu produk
budaya populer, media sosial. Biarlah apapun yang kita gunakan dan lakukan dapat memperluas
Kerajaan Allah di bumi. Ad Mayorem Dei Gloriam!
35

Thomas L. Constable, Notes on 1 Corinthians, hlm 3
Thomas L. Constable, Notes on 1 Corinthians, hlm 125
37
Bob Utley, Paul’s Letters to a Troubled Church: 1 and II Corinthians - Study Guide Commentary Series
New Testament, Vol 6, hlm 148
36

!18

Daftar Pustaka
Anita Whiting dan David Williams. Why People Use Social Media: A Uses and Gratifications
Approach, dalam Qualitative Market Research: An International Journal. Emerald Group
Publishing Limited, Vol. 16 No. 4. 2013
Constable, Thomas L. Notes on 1 Corinthians. Sonic Light. 2016
Detweiler, Craig dan Taylor. A Matrix of Meanings: Findings God in Pop Culture. Grand Rapids:
Brazoz Press. 2013
Dustin Kidd dan Keith McIntosh, Media Social and Social Movements, dalam Sociology Compass,
10/9 (2016)
Efi A. Nisiforou dan Andrew Laghos. Examining the Effect of Gender Identity on the Use of Media
sosial Technology: A Higher Education Approach, dalam Journal of Arts and Humanities,
Vol. 4 No. 4. 2015
Ibrahim, Idi Subandy. Kritik Budaya Komunikasi - Budaya, Media dan Gaya Hidup dalam Proses
Demokratisasi di Indonesia. Yogykarta: Jalasutra. 2011
King Oey (ed). Menguak Stigma, Kekerasan & Diskriminasi pada LGBTQ di Indonesia - Studi
Kasus di Jakarta, Yogyakarta dan Makasar. Jakarta : Arus Pelangi. 2013
Lewins, Frank William. Transexualism in Society: A Sociology of Male-to-Female Transsexuals.
Australia: Macmillan Education. 1995
Rubin, Henry. Self-made Men: Identity, Embodiment and Recognition among Transsexual Men.
USA: Vanderbilt University Press. 2003
Romanowski, William D. Eyes Wide Open: Looking for God in Popular Culture (revised and
expanded edition). Grand Rapids: Brazos Press. 2007
Stein, Arlene. Transitioning Out Loud and Online, dalam Contexts, American Sociological
Association, Vol 15, No 2. 2016
Utley, Bob. Paul’s Letters to a Troubled Church: 1 and II Corinthians - Study Guide Commentary
Series New Testament, Vol 6. Texas: Bible Lessons International. 2002
Varinder Taprial & Priya Kanwar, Understanding Media sosial, (London: Ventus Publishing ApS,
2012

Sumber Website
Facebook, Third Quarter 2016 Financial Highlights, 2016, dari https://investor.fb.com/investornews/press-release-details/2016/Facebook-Reports-Third-Quarter-2016-Results/default.aspx
http://itspronouncedmetrosexual.com/2012/01/the-genderbread-person/
!19

http://tekno.liputan6.com/read/2435997/3-fakta-mengejutkan-pengguna-internet-di-indonesia
Hani Nur Fajrina, Ada 22 Juta Pengguna Aktif Instagram dari Indonesia, Juni 2016, dari http://
www.cnnindonesia.com/teknologi/20160623112758-185-140353/ada-22-juta-pengguna-aktifinstagram-dari-indonesia/
Instagram, 600 Million and Counting, 15 December 2016, dari http://blog.instagram.com/post/
154506585127/161215-600million
Instagram, FAQ, dari https://www.instagram.com/about/faq/
Kominfo, Kominfo: Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang, 2013, dari https://
kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+
%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker,
Oik Yusuf dan Reska Nistanto, Jumlah Pengguna Facebook di Indonesia Terus Bertambah, dari
http://tekno.kompas.com/read/2016/10/20/17062397/
jumlah.pengguna.facebook.di.indonesia.terus.bertambah, Oktober 2016
http://www.ibiblio.org/freebiblecommentary/pdf/EN/VOL06.pdf
Statista, Number of monthly active Instagram users from January 2013 to June 2016 (in millions),
2016, dari https://www.statista.com/statistics/253577/number-of-monthly-active-instagram-users/
Tempo, Mayoritas Konsumsi Internet di Indonesia Untuk Media Sosial, April 2016, dari https://
m.tempo.co/read/news/2016/04/29/172766923/mayoritas-konsumsi-internet-di-indonesia-untukmedia-sosial,
Zephoria, The Top 20 Valuable Facebook Statistics - Updated December 2016, dari https://
zephoria.com/top-15-valuable-facebook-statistics/

!20

Lampiran 1
Daftar Pertanyaan:
1. Biodata Pribadi (nama lengkap, umur, pendidikan terakhir, gender, hari kelahiran transman)
2. Bagaimana proses sampai akhirnya dapat menerima diri dan coming out sebagai transman?
3. Bagaimana konteks transmen Indonesia yang ditemukan lewat media sosial? Apa dan
bagaimana terbentuknya IG @transhitionID?
4. Penggunaan Media sosial:
a) Mengapa menggunakan media sosial?
b) Media sosial apa saja yang digunakan?
c) Kenapa memilih menggunakan instagram dan facebook dan tidak menggunakan yang lain,
misalnya twitter atau trans vlog?
d) Seberapa sering menggunakan instagram dan facebook?
e) Apa tujuan menggunakan facebook?
f) Apa tujuan menggunakan instagram?
g) Bagaimana menggunakan instagram?
h) Bagaimana menggunakan facebook?

!21

Lampiran 2

Gambar 2 - Tabel statistik pengguna Facebook di Indonesia berdasrkan kategori usia
Source: https://id.techinasia.com/talk/statistik-pengguna-internet-dan-media-sosial-terbaru-di-indonesia, diakses Desember 2016

!22

Lampiran 3

Gambar 3.1. - Tampilan Facebook di PC

Gambar 3.2. - Tampilan Facebook di smartphone
Source: https://fbnewsroomus.files.wordpress.com/2015/03/image-5.png

!23

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24