Manajemen Investigasi Tindak Kriminal (1)

MANAJEMEN INVESTIGASI TINDAK KRIMINAL
SYARAT, ATTITUDE, TEKNIK
MENJADI SAKSI AHLI DIGITAL FORENSIC

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Yudi Prayudi, M. Kom

disusun oleh:
Subektiningsih

15917225

PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016

SYARAT, ATTITUDE, TEKNIK
MENJADI SAKSI AHLI DIGITAL FORENSIC
I. Pengertian Saksi Ahli
Sistem pembuktian hukum acara pidana yang menganut stelsel negatief wettelijk, hanya
alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang yang dapat dipergunakan untuk pembuktian. 1

Hal ini mempunyai arti bahwa sebuah bukti yang berada di luar ketentuan tersebut tidak dapat
dijadikan sebagai alat bukti yang sah. Alat bukti yang sah sudah dijabarkan di dalam UndangUndang dan berikut ini penjelasannya :
1. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.2
2. Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. 3
3. Surat dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah.4
4. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik
antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.5
5. Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang
ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.6
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 183 menyebutkan bahwa Hakim tidak
boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat
bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Penjelasan tentang keterangan ahli tidak ditegaskan dalam HIR (Herzien Inlandsch
Reglement), karena keterangan ahli tergabung dengan keterangan saksi. Padahal kedua alat bukti
tersebut merupakan dua hal yang berbeda. Keterangan saksi merupakan keterangan yang
diberikan oleh seseorang yang mengalami, melihat, dan mendengar suatu peristiwa tindak
pidana. Sedangkan keterangan ahli merupakan sebuah keterangan yang diberikan oleh seorang


1 Martiman Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti, hal. 19
2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Bab XVl Pasal 185 Ayat (1)
3 Ibid. Pasal 186
4 Ibid. Pasal 187
5 Ibid. Pasal 188
6 Ibid. Pasal 189

yang mempunyai pengetahuan khusus yang dapat membantu dalam penyelesaian sebuah tindak
pidana.
Hal ini juga disebutkan di dalam Undang-Undang ITE tahun 2008 Pasal 43 Ayat (5) huruf
h, yaitu “meminta bantuan ahli yang diperlukan dalam penyidikan terhadap tindak pidana
berdasarkan Undang-Undang ini;”. Selanjutnya pengertian ahli dijelaskan lebih lanjut bahwa
yang dimaksud dengan “ahli” adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidang
Teknologi Informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis maupun praktis
mengenai pengetahuannya tersebut.7 Ketika keterangan ahli berada pada tingkat penyidikan,
maka sebelum memberikan keterangan tersebut, ahli harus mengucapkan sumpah atau janji
terlebih dahulu.
Melihat uraian KUHAP Pasal 186 tersebut tidak penegaskan secara lengkap dan jelas
tentang keahlian apa yang seharusnya dimiliki seorang ahli supaya bisa memberikan keterangan
ahli yang dapat disampaikan dalam pengadilan. Sehingga melihat dalam Pasal 343 Ned. SV

(Werboek Van Strafvording Belanda) menyatakan bahwa,
“Keterangan ahli adalah pendapat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang
telah dipelajarinya, tentang sesuatu apa yang dimintai pertimbangannya.”8
Pendapat seorang ahli yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari
tentang sesuatu apa yang diminta pertimbangannya, oleh karena itu sebagai saksi ahli seseorang
dapat didengar keterangannya mengenai persoalan tertentu yang menurut pertimbangan hakim
orang itu mengetahui bidang tersebut secara khusus.9
Istilah saksi ahli tidak disebutkan dalam KUHAP, seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa dalam KUHAP disebutkan alat bukti yang sah diantaranya; keterangan saksi dan
keterangan ahli. Antara “saksi” dan “ahli” berdiri sendiri-sendiri. Secara sederhana saksi
memberikan keterangan melalui apa yang dialami, dilihat, atau didengar secara langsung.
Sedangkan ahli memberikan keterangan berdasarkan kompetensi yang dimilikinya, sehingga
seorang ahli bisa menganalisa dan menjabarkan keterangan yang diperlukan. Namun, dalam
prakteknya istilah saksi ahli digunakan untuk penyebutan seseorang yang mempunyai keahlian
dalam bidang khusus yang memberikan keterangan terkait yang disampaikan dalam peradilan.

7 Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik No. 11 Tahun 2008
8 Andi Hamzah. 2009: 13
9 Ibid. 2002:268


dr. Handoko Tjondroputranto memberikan pernyataan bahwa ahli terbagi menjadi dua,
yaitu antara “ahli” dan “saksi ahli”. Ahli adalah orang yang dimintakan keterangan itu hanya
mengemukakan pendapatnya saja tanpa melakukan pemeriksaan di persidangan. Sedangkan
saksi ahli adalah orang yang memberikan keterangan di hadapan hakim dengan disumpah baik
sebelum atau sesudah memberikan keterangannya.10
Pencatatan dalam Kamus Hukum menyatakan bahwa saksi ahli adalah orang yang
mengetahui dengan jelas mengenai sesuatu karena melihat sendiri atau karena pengetahuannya.
Dalam memberikan keterangan di muka pengadilan, seorang saksi harus disumpah menurut
agamanya agar supaya apa yang diterangkannya itu mempunyai kekuatan sebagai alat bukti.11
Penuturan lain disampaikan oleh Sudarsono bahwa saksi ahli adalah orang yang tidak
terlibat suatu perkara yang sedang disidangkan akan tetapi dijadikan saksi karena keahliannya. 12
Hal ini mempunyai kaitan erat dengan KUHAP Pasal 180 ayat (1) dan (2).
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan penjelasan tentang saksi ahli adalah orang
yang dijadikan saksi karena keahliannya, bukan terlibat dengan suatu perkara yang sedang
disidangkan.13
Menurut Federal Rules of Evidence, Amerika Serikat, saksi ahli itu adalah “An expert
witness, professional witness or judicial expert is a witness, who by virtue of education,
training, skill, or experience, is believed to have expertise and specialised knowledge in a
particular subject beyond that of the average person, sufficient that others may officially
and legally rely upon the witness's specialised (scientific, technical or other) opinion about

an evidence or fact issue within the scope of his expertise, referred to as the expert opinion,
as an assistance to the fact finder.”14
“Seorang saksi ahli, saksi profesional atau ahli peradilan yang bertindak sebagai
saksi,

adalah

mereka

yang

mempunyai pendidikan, pelatihan, keterampilan, ataupun

pengalaman, yang diyakini mempunyai keahlian dan pengetahuan khusus di bidang tertentu
yang tidak semua orang bisa, sudah bisa dikatakan sah dan pendapat saksi yang
mempunyai spesialisasi (sains, teknik, atau lainnya) tentang barang bukti dalam lingkup

10 dr. Handoko Tjondroputranto, Pokok-Pokok Ilmu Kedokteran Forensik
11 J.C.T. Simorangkir. Kamus Hukum. 2002:151
12 Sudarsono. Kamus Hukum. 1992:415

13 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1994:864
14 H. A. Feder, Law 101: Legal Guide for the Forensic Expert. U.S. Department of Justice, 2011.

keahliannya tersebut dapat dipercayai dan legal dalam segi hukum. Dan pendapat mereka
tersebut dikatakan sebagai pendapat ahli dalam membantu menemukan fakta yang sebenarnya”.

II. Syarat atau Kriteria Menjadi Saksi Ahli
Penunjukkan sakhi ahli juga berbeda-beda. Tergantung dengan kebutuhan yang
diinginkan oleh penegak hukum. Saksi ahli bisa diperlukan oleh penuntut dalam proses
penyidikan. Selain itu, saksi ahli bisa berada dalam posisi pihak terdakwa untuk membantu
menggumpulkan materi dan bukti yang diajukan. Sebagai saksi ahli mempunyai fungsi utama,
yaitu dapat membuat terang sebuah perkara. Sebuah perkara ini bisa dalam tingkat penyidikan,
pengadilan, maupun tuntutan. Meyakinkan hakim atas sebuah perkara dengan pembuktian
ilmiah. Seorang saksi ahli harus mempunyai kompetensi yang sesuai dalam bidangnya. Dalam
KUHAP memang tidak mengatur tentang syarat teknis yang harusdimiliki oleh seorang saksi
ahli. Namun, berikut ini disampaiakan kriteria yang harus dimiliki oleh saksi ahli menurut Debra
Shinder :15
1. Gelar pendidikan tinggi atau pelatihan lanjutan dibidang tertentu;
2. Mempunyai spesialisasi tertentu;
3. Pengakuan sebagai guru, dosen, atau pelatih dibidang tertentu;

4. Lisensi Profesional;
5. Anggota dalam suatu organisasi profesi
6. Publikasi artikel, buku, atau publikasi lainnya;
7. Sertifikasi teknis. Untuk bidang Forensika Digital diantaranya yaitu CEH, CHFI, GCIH,
LPT, CEI, MCSE;
8. Penghargaan atau pengakuan dari industri.
Sebuah keberatan terhadap keterangan seorang saksi ahli bisa diutarakan oleh salah satu
pihak apabila meragukan hasil keterangannya. Keberatan tersebut diajukan kepada hakim yang
selanjutnya diputuskan apakah penolakan tersebut diterima atau ditolak. Apabila keberatan
diterima maka harus mencari saksi ahli lain yang lebih dipercaya kemampuannya. Oleh karena
penyebab ini maka, pemilihan saksi ahli harus cermat. Harus dipastikan semua kriteria dimiliki

15 D. L. Shinder, “Testifying as an expert witness in computer crimes cases,” techrepublic.com

oleh seorang saksi ahli. Supaya keterangan yang disampaikannya tepat dan tidak diragukan lagi
kesaksian yang disampaikannya.

III.Attitude atau Etika Saksi Ahli
Etika (Etimologi) berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang artinya watak kesusilaan
atau adat kebiasaan. Etika ini berkaitan dengan moral. Namun, dari keduanya mempunyai

pengertian yang berbeda. Moral merupakan penilaian terhadap sebuah perbuatan yang dilakukan
seseorang. Namun, apabila etika merupakan pengkajian dari nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Sebuah etika diterapkan juga dalam sebuah profesi yang merupakan suatu jabatan
atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Sehingga dikenal
istilah etika profesi.
Saksi ahli harus berani bertanggung jawab atas keterangan yang disampaikannya adalah
sebuah kebenaran. Tanggung jawab tersebut meliputi proses dan hasil yang disampaikan.
Seorang saksi ahli juga harus mempunyai rasa keadilan. Memberikan hak keterangan yang sesuai
kepada pihak yang meminta keterangan darinya. Saksi ahli juga harus mempunyai kompetensi
dalam melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya.
Etika seorang ahli diatur dalam Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, antara lain :16
1. Ahli adalah orang yang dipanggil dalam persidangan untuk memberikan keterangan
sesuai keahliannya;
2. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan dalam persidangan;
3. Ahli dapat diajukan oleh pemohon, presiden atau pemerintah, dpr, dpd, pihak terkait,
atau dipanggil atas perintah mahkamah;
4. Ahli wajib dipanggil secara sah dan patut;
5. Ahli wajib hadir memenuhi panggilan mahkamah;
6. Keterangan ahli yang dapat dipertimbangkan oleh Mahkamah adalah keterangan
yang diberikan oleh seorang yang tidak memiliki kepentingan yang bersifat pribadi

(conflict interst) dengan subjek dan atau objek perkara yang sedang diperiska;

16 Mahkamah Konstitusi RI, “Pengajuan Saksi Ahli.”
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.TataCara&id=12.

7. Sebelum memberikan keterangannya, ahli wajib mengangkat sumpah sesuai dengan
agama atau kepercayaannya;
8. Pemeriksaan ahli dalam bidang keahlian yang sama yang diajukan oleh pihak-pihak
dilakukan dalam waktu yang bersamaan;
Seorang ahli forensik digital dari saksi ahli ini mempunyai kewajiban untuk menyajikan
tujuan yang berisi kebenaran dari materi pengadilan. Seorang ahli harus membantu pengadilan
untuk mencapai tujuan utama dengan memberikan keterangan yang obyektif. Memberikan opini
yang berisi tentang hal-hal dalam keahliannya yang diperlukan untuk memperjelas sebuah
perkara. Seorang ahli wajib menyampaikan kepada pengadilan apabila menemui perubahan
dalam menganalisa alat bukti yang ada. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
dari seorang ahli. Hal ini wajar karena seorang ahli juga mempunyai perasaan, tuduhan, dan
bahkan prasangka. Namun, untuk menjadi seorang ahli harus bisa mengatasi perasan itu semua.
Seorang ahli, maupun saksi ahli harus mempunyai rasa sadar diri yang tinggi dan harus tahan
terhadap pengaruh perasaan seperti emosi, keserakahan yang bisa menjadi perangkap dalam
dirinya. Sehingga menjaga etika dan menumbuhkan profesionalisme seorang ahli forensik digital

adalah sangat penting. Sudah disinggung bahwa seorang ahli harus mempunyai prinsip keadilan.
Sehingga untuk menjalankan prinsip tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. legitimasi moral keahlian.
Ahli harus benar-benar mempunyai kompetensi pada bidang keahliannya tersebut
2. Kebebasan profesi
Dalam memberikan keterangan ahli tidak boleh ditekan untuk memberikan keterangan
sesuai permintaan pihak tertentu. Keterangan yang disampaikan harus berdasarkan
kebenaran dan keadilan.
3. Kebenaran Ilmiah
Keterangan yang diberikan ahli harus bersifat seilmiah mungkin bersama dengan barang
bukti yang ada.
IV. Mekanisme Saksi Ahli
Penyampaian keterangan ahli mempunyai mekanisme yang harus dipatuhi. Berikut ini
mekanisme tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Yahya Harahap :17
17 Yahya Harahap. 2002: 275

1. Diminta penyidik pada taraf pemeriksaan penyidikan. Tata cara dan bentuk atau jenis
keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah pada bentuk ini:
a. Diminta dan diberikan ahli pada saat pemriksaan penyidikan. Jadi pada saat penyidikan
demi kepentingan peradilan, penyidik meminta keterangan ahli. Permintaan itu dilakukan

oleh penyidik secara tertulis dengan menyebut secara tegas untuk hal apa pemeriksaan itu
dilakukan.
b. Atas permintaan penyidik, ahli yang bersangkutan membuat laporan. Laporan itu berupa
surat keterangan, misalnya visum et repertum.
c. Laporan atau visum et repertum itu dibuat oleh ahli yang bersangkutan mengingat
sumpah di waktu ahli menerima jabatan atau pekerjaan.
d. Dengan tata cara dan bentuk laporan ahli, keterangan yang dituangkan dalam laporan,
mepunyai sifat dan nilai sebagai alat bukti yang sah menurut undang-undang.
2. Tata cara keterangan ahli yang diminta dan diberikan di persidangan melalui mekanisme:
a. Apabila dianggap perlu dan dikehenndaki baik oleh ketua sidang karena jabatan atau
permintaan penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum dapat meminta
pemeriksaan keterangan ahli dalam pemeriksaan di sidang pengadilan.
b. Keterangan ahli menurut tata cara ini berbentuk keterangan lisan dan secara langsung
diberikan dalam pemeriksaan sidang pengadilan oleh panitera.
c. Dan untuk itu ahli yang memberikan keterangan lebih dahulu mengucapkan sumpah
atau janji sebelum ia memberikan keterangan.
d. Dengan dipenuhinya tata cara dan bentuk keterangan yang demikian dalam pemeriksaan
sidang di pengadilan, bentuk keterangan ahli tersebut menjadi alat bukti yang sah
menurut udang-undang dan sekaligus keterangan ahli yang seperti ini mempunyai nilai
kekuatan pembuktian.