Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia Dal
Oleh
Dhevy Murdhiyanti 13/348124/SP/25764
I
ndonesia sebagai salah satu
negara yang tergabung dalam
keanggotaan ASEAN, per tahun
2015 lalu telah menerapkan
kebijakan ekonomi ASEAN
yang disebut dengan MEA atau
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kebijakan
ini membuat peningkatan daya saing
antara negara-negara di Asia Tenggara
dalam
hal
perdagangan
dan
perekonomian. Untuk menghadapinya,
salah satu sektor yang dapat diperkuat
adalah UMKM atau Usaha Mikro Kecil
Menengah. UMKM merupakan sektor
penggerak perekonomian di Indonesia
yang sangat berperan terutama dalam
lingkup domestik atau lokal. Adanya MEA
menuntut UMKM untuk dapat terus
berkembang.
Namun,
dalam
perkembangannya UMKM masih kalah
bersaing dengan barang-barang impor.
Lalu apakah penyebabnya? Sehingga
kebijakan seperti apa yang harus
dilakukan pemerintah untuk bersaing pada
tahun MEA ini?
MEA Bak Dua Sisi Mata Uang Bagi
Indonesia
Apakah
MEA
itu?
MEA
merupakan bentuk integrasi ekonomi
regional yang memiliki tujuan utama yaitu
menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal
basis produksi di Asia Tenggara yang
mana terjadi arus barang, jasa, investasi
dan tenaga terampil yang bebas serta aliran
modal yang lebih bebas (kemendag, 2015).
Adanya perdagangan bebas dengan
persaingan ketat dalam wadah MEA
merupakan ancaman bagi Indonesia.
Kendati peringkat daya saing ekonomi
menurut World Economic Forum (WEF)
Indonesia masih pada peringkat 34 pada
tahun 2014 dibawah Singapura (2),
Malaysia (18) dan Thailand (32)
(www.cnnindonesia.com). Namun hal ini
harus dimaknai secara positif, sehingga
bisa memanfaatkan ancaman menjadi
peluang. Disamping itu, MEA bertujuan
untuk meningkatkan daya saing barang/
jasa di negara-negara ASEAN sehingga
diharapkan dapat meingkatkan investasi
asing, jumlah lapangan pekerjaan dan
kesejahteraan masyarakat.
Potensi UMKM di Indonesia
Dengan berjalannya MEA,muncul
pertanyaan mendasar tentang kesiapan
Indonesia untuk bersaing dengan produk
lain yang tentu saja akan membanjiri pasar
dalam negeri dan juga akan menggeser
atau menyaingi produk lokal. Berkaitan
dengan hal pertanyaan tersebut, sektor
penggerak perekonomian dalam negeri
yang dapat diandalkan adalah UMKM atau
Usaha Mikro Kecil Menengah. Menurut
World Bank (dalam Sri Susilo, 2010),
Usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) merupakan salah satu kekuatan
pendorong terdepan dalam pembangunan
ekonomi. Hal tersebut sangat relevan
dengan yang terjadi di Indonesia, dilihat
dari data yang dihimpun dari Kementrian
Koperasi dan UKM, jumlah UMKM di
Indonesia berjumlah 56.539.560 yang
tersebar diseluruh Indonesia yang dimana
jumlah tersebut mnewakili hampir 99,9%
jumlah bisnis yang ada di Indonesia yang
dimana pertumbuhan setiap tahunnya
semakin banyak. Selain itu, UMKM juga
memiliki
kontribusi
pada
Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dengan
data yang di tunjukan oleh Kementrian
Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
1
Koperasi dan UKM, adapaun kontribusi
UMKM pada tahun 2012 sebesar Rp
4.869.568,1 Milyar atau sekitar 59,01 %
dari total PDB Indonesia yang dimana
angka tersebut cukup besar dibanding
dengan kontribusi dari Usaha Besar yang
hanya memiliki kontribusi pada PDB
tahun 2012 sebesar Rp 3.372.296,1 Milyar
atau sekitar 40,99 % dari total PDB.
Dalam hal penyerapan tenaga kerja,
kementrian
koperasi
dan
UKM
menyatakan bahwa pada tahun 2012
penyerapan tenaga kerja mencapai
110.808.154 pekerja atau 97,16 % dari
total pekerja yang bekerja di Indonesia.
Permasalahan dan Tantangan UMKM
di Indonesia
Seiring dengan berkembangnya
UMKM di Indonesia, dalam perjalanannya
menemukan beberapa permasalahan dalam
menghadapi
MEA
yang
sedang
berlangsung ini. Produktivitas, seperti
yang kita tau bahwa kebanyakan UMKM
yang
tidak
dapat
meningkatkan
produktivitasnya biasanya akan berhenti
dan bahkan gugur dalam menghadapi
pasar yang semakin bebas ini. Rendahnya
produktivitas oleh sebagian besar UMKM
ini dikarenakan oleh rendahnya kualitas
sumber daya manusia yang bekerja pada
sektor
UMKM,
terbatasnya
akses
permodalan, terbatasnya akses tehadap
pasar, hingga keterbatasan akses informasi
mengenai sumberdaya dan teknologi (Sri
Susilo, 2010).
1. Rendahnya Kualitas Sumber Daya
Manusia
Pelaku UMKM kebanyakan berasal
dari bisnis keluarga sejak dahulu.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia
pada UMKM dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pendidikan formal dan juga
skill. Menurut survey MARS Indonesia
2012, Sedikit dari pelaku UMKM yang
berasal dari lulusan perguruan tinggi hanya
sedikit dengan lulusan diploma sebanyak
10,5% dan lulusan sarjana 22,1%.
Sedangkan, pendidikan terakhir yang
dimiliki pelaku UMKM sebagian besar
adalah lulusan SMA dengan 45%
Grafik 1. Tingkat Pendidikan
Pelaku UKM
Sumber: MARS Indonesia, 2012
Selain pendidikan formal yang masih
kurang, permasalahan rendahnya kualitas
sumber daya manusia juga diakibatkan
banyak masyarakat yang belum memiliki
ketrampilan khusus untuk mengolah
produknya dan memberikan inovasiinovasi pada produknya agar dapat
bersaing dengan produk asing.
2. Keterbatasan akses permodalan
Keterbatasan modal yang dimiliki juga
mempengaruhi dalam hal produktivitas
UMKM. Modal merupakan faktor utama
dalam berjalananya proses produksi.
Namun, sebagian UMKM memiliki
keterbatasan dalam mengakses modal.
Umumnya modal UMKM berasal dari
pelaku UMKM atau investasi pribadi.
Modal tersebut belum dapat dijadikan
sebagai sarana pengembangan modal
karena relatif terbatas sehingga diperlukan
modal lain dengan pinjaman bank
misalkan. Akan tetapi, tidak semudah yang
di lihat bahwa UMKM juga mengalami
kesulitan dalam memperoleh modal dari
bank-bank komersial karena persyaratan
administratif dan teknis yang sangat ketat
dan sulit untuk dipenuhi. Kebanyakan
pinjaman modal hanya diberikan secara
mudah
kepada
usaha-usaha
besar.
Imbasnya kesulitan mengakses modal pada
UMKM ini adalah berhentinya proses
produksi UMKM yang berakhir dengan
gulung tikar.
3. Keterbatasan akses pasar
Hal ini terkait dengan produk-produk
Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2
UMKM yang sulit dipasarkan pada pasar
nasional ataupun internasional. Produk
UMKM biasanya hanya mampu beredar
pada pasar lokal atau setempat.
Ketidakmampuan produk UMKM untuk
memasuki
pasar
nasional
ataupun
internasional ini diakibatnkan oleh
rendahnya nilai kompetitif produk dan
kualitas produk yang masih belum mampu
bersaing dengan produk luar negeri yang
berkualitas baik. Selain itu, pada beberapa
produk UMKM yang telah memiliki
kualitas baik sekalipun terkadang sulit
untuk berkompetisi pada pasar nasional
dan
internasional
karena
masalah
pemasaran. Selain itu, yang menyulitkan
produk UMKM untuk berkembang di
pasar adalah belum adanya legalitas
usahanya dikarenakan banyaknya jenis
perizinan yang harus dibuat dan rendahnya
informasi yang dimiliki pelaku UMKM.
4. Keterbatasan
akses
informasi
mengenai
sumberdaya
dan
teknologi
Seperti yang kita ketahui bahwa
teknologi informasi kini semakin canggih
dengan munculnya internet dan media
lainnya. Namun, kebanyakan pelaku
UMKM belum menggunakan teknologi
modern dalam memproduksi barangnya.
Keterbatasan pelaku dalam mengakses
informasi dan teknologi ini diakibatkan
dari
keterbatasan
mereka
dalam
pendidikan yang telah kita bahas
sebelumnya.
Keterbatasan
teknologi
pelaku UMKM disebabkan oleh banyak
faktor di antaranya, keterbatasan modal
investasi untuk membeli mesin-mesin baru
atau untuk menyempurnakan proses
produksi, keterbatasan informasi mengenai
perkembangan teknologi atau mesin-mesin
dan alat-alat produksi baru, dan
keterbatasan
SDM
yang
dapat
mengoperasikan mesin-mesin baru atau
melakukan inovasi-inovasi dalam produk
maupun proses produksi (Tambunan,
2002).
Permasalahan
yang
dialami
UMKM untuk bersaing di pasar MEA
tersebut
tentu
dapat
menggangu
perkembangan UMKM di Indonesia.
Berjalannya MEA selama setahun ini
belum mampu menunjukan peran positif
dari UMKM. Hal ini ditunjukkan dengan
menurunnya
peringkat
daya
saing
Indonesia pada tahun 2015 yang dirilis
oleh World Economic Forum (WEF)
dengan turunnya 4 perngkat menjadi
rangking 37, yang masih terlampau jauh
dari negara-negara ASEAN lainnya seperti
Singapura (2), Malaysia (18), dan Thailand
(32).
Rekomendasi Kebijakan
Dengan
melihat
berbagai
permasalahan yang dimiliki oleh UMKM
di Indonesia, maka mendorong pemerintah
untuk berperan aktif dalam menyusun
strategi untuk meningkatkan kapasitas
produktivitas UMKM dalam MEA. Selain
itu pemerintah juga berperan untuk
melindungi keberadaan UMKM di
Indonesia. Berikut beberapa strategi yang
perlu dilakukan yaitu:
1. Meningkatkan kualitas dari sumber
daya manusia yaitu pelaku UMKM
dengan memberikan Training
Pemerintah memiliki peran penting
dalam mengembangkan skill para pelaku
UMKM agar barang yang dihasilkan
memiliki nilai kompetitif dan kualitas yang
lebih baik untuk bersaing di pasar
ASEAN. Training didalamnya termasuk
dalam
hal
sosialisasi
penggunaan
teknologi yang lebih modern untuk
memudahkan produktivitas. Teknologi
informasi seperti internet juga diberikan
sosialisasi agar dapat dimanfaatkan oleh
pelaku dalam memasarkan produk pada
jangkauan yang lebih luas.
2. Kemudahan dalam Mengakses
Pinjaman Modal
Permasalahan
UMKM
dalam
memperoleh modal ini harus ada intervensi
Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
3
dari pemerintah. Pemerintah perlu
mendorong bank-bank komersial untuk
memberikan kemudahan pinjaman modal
pada UMKM dengan memberikan bunga
pinjaman yang rendah pada pelaku usaha.
Selain itu masalah urusan administratif
juga perlu dipermudah agar tidak
menyulitkan pelaku untuk mengurusnya.
Mungkin dengen memangkas beberapa
persyaratan, misal surat-surat yang
diperlukan untuk mengurus pinjaman
hanya dengan KTP dan beberapa surat
pengantar dari desa.
3. Mengadakan event “Karya Anak
Bangsa” untuk memfasilitasi dalam
promosi produk-produk UMKM
Pemerintah melakukan sosialisasi
UMKM
yang
bertujuan
untuk
mengenalkan produk-produk UMKM
kepada masyarakat dengan memfasilitasi
promosi
produk
UMKM
seperti
mengadakan event tersebut setahun sekali.
Hal tersebut dilakukan agar menumbuhkan
rasa cinta terhadap produk dalam negeri
sehingga nantinya tidak hanya pemerintah
namun masyarakat juga akan berperan
untuk mempertahankan produk dalam
negeri. Pemerintah juga berperan untuk
menginformasikan pasar ASEAN agar
pelaku dapat mengambil langkah dalam
menetapkan standar harga dan kualitas
yang mampu bersaing dengan barang
impor.
4. Memberikan
kemudahan
pengurusan
perijinan
dalam
mendirikan usaha agar mendapat
legalitas hukum
Salah satu kendala yang sangat sering
dihadapi oleh UMKM adalah kesulitan
untuk mendapatkan legalitas usahanya
sehingga menjadi penyumbang dalam
iklim usaha yang tidak kondusif. Sehingga
pemerintah mampu mendorong agar
pelaku usaha memiliki legalitas usahanya.
Padahal perijinan untuk mengurus legalitas
usaha sangatlah banyak seperti HO (Izin
gangguan), SIUP (Surat Izin Gangguan
Perdagangan), TDP (Tanda Daftar
Perusahaan), TDI (Tanda Daftar Industri),
dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
Maka dari itu pemerintah perlu
memberlakukan cara yang efektif dalam
pengurusan perijinan. Terkadang pelaku
kekurangan informasi tentang hal tersebut
sehingga peran pemerintah dapat dimulai
dari pemerintah daerah setempat yang
memberikan penyuluhan mengenai cara
dan pentingnya sebuah perijinan dalam
usaha mereka. Selain itu, pemerintah juga
perlu membuat komitmen atau political
will untuk tidak memungut biaya dari
perijinan tersebut terlebih tidak melakukan
pemungutan
liar
pada
pengurusan
perijinan.
Referensi
Sri Susilo, Y. 2010. Strategi Meningkatkan
Daya
SAING
UMKM
dalam
Menghadapi Implementasi CAFTA
dan MEA. Jakarta : Bulentin Ekonomi.
Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan
Menengah di Indonesia: Beberapa Isu
Penting. Jakarta: Salemba
Pelaku UKM Mayoritas Usia Produktif &
Tamatan SMA. 27 februari 2013.
http://www.marsindonesia.com/newsl
etter/pelaku-ukm-mayoritas-usiaproduktif-tamatan-sma diakses pada
Jumat, 29 April 2016
Supriadi, Agust. 4 Oktober 2015. WEF:
Daya Saing Indonesia Turun ke
Peringkat 37 Dunia . CNN Indonesia
http://www.cnnindonesia.com/ekonom
i/20151002162426-92-82410/wefdaya-saing-indonesia-turun-keperingkat-37-dunia/ diakses pada
Jumat, 29 April 2016
World
Economic
Forum.
Global
Competitivenenss
Rankings:
Competitivenerss Rangkins 2015.
http://reports.weforum.org/globalcompetitiveness-report-20152016/competitiveness-rankings/
diakses pada Jumat, 29 April 2016
Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
4
Dhevy Murdhiyanti 13/348124/SP/25764
I
ndonesia sebagai salah satu
negara yang tergabung dalam
keanggotaan ASEAN, per tahun
2015 lalu telah menerapkan
kebijakan ekonomi ASEAN
yang disebut dengan MEA atau
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kebijakan
ini membuat peningkatan daya saing
antara negara-negara di Asia Tenggara
dalam
hal
perdagangan
dan
perekonomian. Untuk menghadapinya,
salah satu sektor yang dapat diperkuat
adalah UMKM atau Usaha Mikro Kecil
Menengah. UMKM merupakan sektor
penggerak perekonomian di Indonesia
yang sangat berperan terutama dalam
lingkup domestik atau lokal. Adanya MEA
menuntut UMKM untuk dapat terus
berkembang.
Namun,
dalam
perkembangannya UMKM masih kalah
bersaing dengan barang-barang impor.
Lalu apakah penyebabnya? Sehingga
kebijakan seperti apa yang harus
dilakukan pemerintah untuk bersaing pada
tahun MEA ini?
MEA Bak Dua Sisi Mata Uang Bagi
Indonesia
Apakah
MEA
itu?
MEA
merupakan bentuk integrasi ekonomi
regional yang memiliki tujuan utama yaitu
menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal
basis produksi di Asia Tenggara yang
mana terjadi arus barang, jasa, investasi
dan tenaga terampil yang bebas serta aliran
modal yang lebih bebas (kemendag, 2015).
Adanya perdagangan bebas dengan
persaingan ketat dalam wadah MEA
merupakan ancaman bagi Indonesia.
Kendati peringkat daya saing ekonomi
menurut World Economic Forum (WEF)
Indonesia masih pada peringkat 34 pada
tahun 2014 dibawah Singapura (2),
Malaysia (18) dan Thailand (32)
(www.cnnindonesia.com). Namun hal ini
harus dimaknai secara positif, sehingga
bisa memanfaatkan ancaman menjadi
peluang. Disamping itu, MEA bertujuan
untuk meningkatkan daya saing barang/
jasa di negara-negara ASEAN sehingga
diharapkan dapat meingkatkan investasi
asing, jumlah lapangan pekerjaan dan
kesejahteraan masyarakat.
Potensi UMKM di Indonesia
Dengan berjalannya MEA,muncul
pertanyaan mendasar tentang kesiapan
Indonesia untuk bersaing dengan produk
lain yang tentu saja akan membanjiri pasar
dalam negeri dan juga akan menggeser
atau menyaingi produk lokal. Berkaitan
dengan hal pertanyaan tersebut, sektor
penggerak perekonomian dalam negeri
yang dapat diandalkan adalah UMKM atau
Usaha Mikro Kecil Menengah. Menurut
World Bank (dalam Sri Susilo, 2010),
Usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) merupakan salah satu kekuatan
pendorong terdepan dalam pembangunan
ekonomi. Hal tersebut sangat relevan
dengan yang terjadi di Indonesia, dilihat
dari data yang dihimpun dari Kementrian
Koperasi dan UKM, jumlah UMKM di
Indonesia berjumlah 56.539.560 yang
tersebar diseluruh Indonesia yang dimana
jumlah tersebut mnewakili hampir 99,9%
jumlah bisnis yang ada di Indonesia yang
dimana pertumbuhan setiap tahunnya
semakin banyak. Selain itu, UMKM juga
memiliki
kontribusi
pada
Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dengan
data yang di tunjukan oleh Kementrian
Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
1
Koperasi dan UKM, adapaun kontribusi
UMKM pada tahun 2012 sebesar Rp
4.869.568,1 Milyar atau sekitar 59,01 %
dari total PDB Indonesia yang dimana
angka tersebut cukup besar dibanding
dengan kontribusi dari Usaha Besar yang
hanya memiliki kontribusi pada PDB
tahun 2012 sebesar Rp 3.372.296,1 Milyar
atau sekitar 40,99 % dari total PDB.
Dalam hal penyerapan tenaga kerja,
kementrian
koperasi
dan
UKM
menyatakan bahwa pada tahun 2012
penyerapan tenaga kerja mencapai
110.808.154 pekerja atau 97,16 % dari
total pekerja yang bekerja di Indonesia.
Permasalahan dan Tantangan UMKM
di Indonesia
Seiring dengan berkembangnya
UMKM di Indonesia, dalam perjalanannya
menemukan beberapa permasalahan dalam
menghadapi
MEA
yang
sedang
berlangsung ini. Produktivitas, seperti
yang kita tau bahwa kebanyakan UMKM
yang
tidak
dapat
meningkatkan
produktivitasnya biasanya akan berhenti
dan bahkan gugur dalam menghadapi
pasar yang semakin bebas ini. Rendahnya
produktivitas oleh sebagian besar UMKM
ini dikarenakan oleh rendahnya kualitas
sumber daya manusia yang bekerja pada
sektor
UMKM,
terbatasnya
akses
permodalan, terbatasnya akses tehadap
pasar, hingga keterbatasan akses informasi
mengenai sumberdaya dan teknologi (Sri
Susilo, 2010).
1. Rendahnya Kualitas Sumber Daya
Manusia
Pelaku UMKM kebanyakan berasal
dari bisnis keluarga sejak dahulu.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia
pada UMKM dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pendidikan formal dan juga
skill. Menurut survey MARS Indonesia
2012, Sedikit dari pelaku UMKM yang
berasal dari lulusan perguruan tinggi hanya
sedikit dengan lulusan diploma sebanyak
10,5% dan lulusan sarjana 22,1%.
Sedangkan, pendidikan terakhir yang
dimiliki pelaku UMKM sebagian besar
adalah lulusan SMA dengan 45%
Grafik 1. Tingkat Pendidikan
Pelaku UKM
Sumber: MARS Indonesia, 2012
Selain pendidikan formal yang masih
kurang, permasalahan rendahnya kualitas
sumber daya manusia juga diakibatkan
banyak masyarakat yang belum memiliki
ketrampilan khusus untuk mengolah
produknya dan memberikan inovasiinovasi pada produknya agar dapat
bersaing dengan produk asing.
2. Keterbatasan akses permodalan
Keterbatasan modal yang dimiliki juga
mempengaruhi dalam hal produktivitas
UMKM. Modal merupakan faktor utama
dalam berjalananya proses produksi.
Namun, sebagian UMKM memiliki
keterbatasan dalam mengakses modal.
Umumnya modal UMKM berasal dari
pelaku UMKM atau investasi pribadi.
Modal tersebut belum dapat dijadikan
sebagai sarana pengembangan modal
karena relatif terbatas sehingga diperlukan
modal lain dengan pinjaman bank
misalkan. Akan tetapi, tidak semudah yang
di lihat bahwa UMKM juga mengalami
kesulitan dalam memperoleh modal dari
bank-bank komersial karena persyaratan
administratif dan teknis yang sangat ketat
dan sulit untuk dipenuhi. Kebanyakan
pinjaman modal hanya diberikan secara
mudah
kepada
usaha-usaha
besar.
Imbasnya kesulitan mengakses modal pada
UMKM ini adalah berhentinya proses
produksi UMKM yang berakhir dengan
gulung tikar.
3. Keterbatasan akses pasar
Hal ini terkait dengan produk-produk
Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2
UMKM yang sulit dipasarkan pada pasar
nasional ataupun internasional. Produk
UMKM biasanya hanya mampu beredar
pada pasar lokal atau setempat.
Ketidakmampuan produk UMKM untuk
memasuki
pasar
nasional
ataupun
internasional ini diakibatnkan oleh
rendahnya nilai kompetitif produk dan
kualitas produk yang masih belum mampu
bersaing dengan produk luar negeri yang
berkualitas baik. Selain itu, pada beberapa
produk UMKM yang telah memiliki
kualitas baik sekalipun terkadang sulit
untuk berkompetisi pada pasar nasional
dan
internasional
karena
masalah
pemasaran. Selain itu, yang menyulitkan
produk UMKM untuk berkembang di
pasar adalah belum adanya legalitas
usahanya dikarenakan banyaknya jenis
perizinan yang harus dibuat dan rendahnya
informasi yang dimiliki pelaku UMKM.
4. Keterbatasan
akses
informasi
mengenai
sumberdaya
dan
teknologi
Seperti yang kita ketahui bahwa
teknologi informasi kini semakin canggih
dengan munculnya internet dan media
lainnya. Namun, kebanyakan pelaku
UMKM belum menggunakan teknologi
modern dalam memproduksi barangnya.
Keterbatasan pelaku dalam mengakses
informasi dan teknologi ini diakibatkan
dari
keterbatasan
mereka
dalam
pendidikan yang telah kita bahas
sebelumnya.
Keterbatasan
teknologi
pelaku UMKM disebabkan oleh banyak
faktor di antaranya, keterbatasan modal
investasi untuk membeli mesin-mesin baru
atau untuk menyempurnakan proses
produksi, keterbatasan informasi mengenai
perkembangan teknologi atau mesin-mesin
dan alat-alat produksi baru, dan
keterbatasan
SDM
yang
dapat
mengoperasikan mesin-mesin baru atau
melakukan inovasi-inovasi dalam produk
maupun proses produksi (Tambunan,
2002).
Permasalahan
yang
dialami
UMKM untuk bersaing di pasar MEA
tersebut
tentu
dapat
menggangu
perkembangan UMKM di Indonesia.
Berjalannya MEA selama setahun ini
belum mampu menunjukan peran positif
dari UMKM. Hal ini ditunjukkan dengan
menurunnya
peringkat
daya
saing
Indonesia pada tahun 2015 yang dirilis
oleh World Economic Forum (WEF)
dengan turunnya 4 perngkat menjadi
rangking 37, yang masih terlampau jauh
dari negara-negara ASEAN lainnya seperti
Singapura (2), Malaysia (18), dan Thailand
(32).
Rekomendasi Kebijakan
Dengan
melihat
berbagai
permasalahan yang dimiliki oleh UMKM
di Indonesia, maka mendorong pemerintah
untuk berperan aktif dalam menyusun
strategi untuk meningkatkan kapasitas
produktivitas UMKM dalam MEA. Selain
itu pemerintah juga berperan untuk
melindungi keberadaan UMKM di
Indonesia. Berikut beberapa strategi yang
perlu dilakukan yaitu:
1. Meningkatkan kualitas dari sumber
daya manusia yaitu pelaku UMKM
dengan memberikan Training
Pemerintah memiliki peran penting
dalam mengembangkan skill para pelaku
UMKM agar barang yang dihasilkan
memiliki nilai kompetitif dan kualitas yang
lebih baik untuk bersaing di pasar
ASEAN. Training didalamnya termasuk
dalam
hal
sosialisasi
penggunaan
teknologi yang lebih modern untuk
memudahkan produktivitas. Teknologi
informasi seperti internet juga diberikan
sosialisasi agar dapat dimanfaatkan oleh
pelaku dalam memasarkan produk pada
jangkauan yang lebih luas.
2. Kemudahan dalam Mengakses
Pinjaman Modal
Permasalahan
UMKM
dalam
memperoleh modal ini harus ada intervensi
Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
3
dari pemerintah. Pemerintah perlu
mendorong bank-bank komersial untuk
memberikan kemudahan pinjaman modal
pada UMKM dengan memberikan bunga
pinjaman yang rendah pada pelaku usaha.
Selain itu masalah urusan administratif
juga perlu dipermudah agar tidak
menyulitkan pelaku untuk mengurusnya.
Mungkin dengen memangkas beberapa
persyaratan, misal surat-surat yang
diperlukan untuk mengurus pinjaman
hanya dengan KTP dan beberapa surat
pengantar dari desa.
3. Mengadakan event “Karya Anak
Bangsa” untuk memfasilitasi dalam
promosi produk-produk UMKM
Pemerintah melakukan sosialisasi
UMKM
yang
bertujuan
untuk
mengenalkan produk-produk UMKM
kepada masyarakat dengan memfasilitasi
promosi
produk
UMKM
seperti
mengadakan event tersebut setahun sekali.
Hal tersebut dilakukan agar menumbuhkan
rasa cinta terhadap produk dalam negeri
sehingga nantinya tidak hanya pemerintah
namun masyarakat juga akan berperan
untuk mempertahankan produk dalam
negeri. Pemerintah juga berperan untuk
menginformasikan pasar ASEAN agar
pelaku dapat mengambil langkah dalam
menetapkan standar harga dan kualitas
yang mampu bersaing dengan barang
impor.
4. Memberikan
kemudahan
pengurusan
perijinan
dalam
mendirikan usaha agar mendapat
legalitas hukum
Salah satu kendala yang sangat sering
dihadapi oleh UMKM adalah kesulitan
untuk mendapatkan legalitas usahanya
sehingga menjadi penyumbang dalam
iklim usaha yang tidak kondusif. Sehingga
pemerintah mampu mendorong agar
pelaku usaha memiliki legalitas usahanya.
Padahal perijinan untuk mengurus legalitas
usaha sangatlah banyak seperti HO (Izin
gangguan), SIUP (Surat Izin Gangguan
Perdagangan), TDP (Tanda Daftar
Perusahaan), TDI (Tanda Daftar Industri),
dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
Maka dari itu pemerintah perlu
memberlakukan cara yang efektif dalam
pengurusan perijinan. Terkadang pelaku
kekurangan informasi tentang hal tersebut
sehingga peran pemerintah dapat dimulai
dari pemerintah daerah setempat yang
memberikan penyuluhan mengenai cara
dan pentingnya sebuah perijinan dalam
usaha mereka. Selain itu, pemerintah juga
perlu membuat komitmen atau political
will untuk tidak memungut biaya dari
perijinan tersebut terlebih tidak melakukan
pemungutan
liar
pada
pengurusan
perijinan.
Referensi
Sri Susilo, Y. 2010. Strategi Meningkatkan
Daya
SAING
UMKM
dalam
Menghadapi Implementasi CAFTA
dan MEA. Jakarta : Bulentin Ekonomi.
Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan
Menengah di Indonesia: Beberapa Isu
Penting. Jakarta: Salemba
Pelaku UKM Mayoritas Usia Produktif &
Tamatan SMA. 27 februari 2013.
http://www.marsindonesia.com/newsl
etter/pelaku-ukm-mayoritas-usiaproduktif-tamatan-sma diakses pada
Jumat, 29 April 2016
Supriadi, Agust. 4 Oktober 2015. WEF:
Daya Saing Indonesia Turun ke
Peringkat 37 Dunia . CNN Indonesia
http://www.cnnindonesia.com/ekonom
i/20151002162426-92-82410/wefdaya-saing-indonesia-turun-keperingkat-37-dunia/ diakses pada
Jumat, 29 April 2016
World
Economic
Forum.
Global
Competitivenenss
Rankings:
Competitivenerss Rangkins 2015.
http://reports.weforum.org/globalcompetitiveness-report-20152016/competitiveness-rankings/
diakses pada Jumat, 29 April 2016
Potensi Dan Tantangan UMKM Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
4