Chapter II Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kontrasepsi Suntik DMPA dengan Kepatuhan Jadwal Penyuntikan Ulang di Puskesmas Sukaramai Tahun 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pengetahuan

1.

Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui
panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan
tersendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian presepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan
manusia di peroleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2012 hal. 138).

2.

Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012, hal. 138), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a.

Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik
dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan dan sebagainya.
b.

Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh
menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.


Universitas Sumatera Utara

c.

Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari kepada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau
situasi yang lain.
d.

Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya dengan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.

e.

Sintesis
Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya
dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.

Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria
yang telah ada.

3.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Health (2009 dalam Linawati, 2013 ¶ 3), ada beberapa faktor yang


mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain:
a.

Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah
tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu
obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah
yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak
aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
obyek tersebut.
b.

Media massa / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
c.

Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
d.

Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang


dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri, dan
pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya
hubungan sosial yang baik dengan baik.Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam
menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi

Universitas Sumatera Utara

kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan
berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmojo, 2007).

B.

Kontrasepsi Suntik

1.

Pengertian Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara mencegah kehamilan melalui suntikan hormonal.

Suntikan merupakan bagian dari kontrasepsi modern. Diantara kontrasepsi yang lain,

kontrasepsi suntik lah yang paling banyak diminati. Tingginya minat pemakai KB suntik
oleh karena kontrasepsi ini selain juga aman, sederhana dan efektif juga tidak
menimbulkan gangguan serta dapat dipakai pasca persalinan (Sibagariang, Pusmaika &
Rismalinda. 2010, hal. 179).
2.

Kontrasepsi Suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone)

a.

Pengertian Kontrasepsi Suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone)
DMPA (Depo Medroxy Progesterone) merupakan kontrasepsi suntik yang hanya

mengandung progestin. DMPA berada dalam bentuk mikrokristal, tersuspensi dalam laruta
akuosa. Dosis yang benar untuk tujuan kontrasepsi adalah 150 mg intramuskular yang
diberikan setiap 3 bulan atau 12 minggu. Kontrasepsi suntik DMPA sangat efektif dan
aman oleh semua wanita pada usia reproduksi (Speroff dan Darney 2005 hal. 183).
b.

Cara Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone)

Menurut Dewi (2013 hal. 178) cara kerja dari kontrasepsi suntik DMPA antara lain

yaitu : dapat menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu, terjadi perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu
serta menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Universitas Sumatera Utara

c.

Efektifitas Kontrasepsi Suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone)
Kontrasepsi DMPA memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0.3 kehamilan per 100

perempuan pertahun asal penyuntikan dilakukan secara benar sesuai jadwal yang telah
ditentukan (Pinem, 2009 hal. 270)

d.

Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik DMPA ( Depo Medroxy Progesterone)
Menurut Sulistyawati (2012 hal. 77) waktu pemberian alat kontrasepsi DMPA yaitu,


setiap saat selama siklus haid dengan syarat tidak hamil atau dimulai dari hari pertama
sampai hari ke tujuh siklus haid. Pada perempuan yang tidak haid, injeksi pertama dapat
diberikan setiap saat, dengan syarat tidak hamil dan tidak melakukan hubungan seksual
selama 7 hari setelah penyuntikan dan penyuntikan juga harus dilakukan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan dan suntikan tidak boleh diberi kurang dari 11 minggu atau
lebih dari 14 minggu setelah penyuntikan sebelumnya (WHO, 2007 hal. 29).

e.

Keuntungan Kontrasepsi Suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone)
Kontrasepsi suntik DMPA memiliki beberapa keuntungan antara lain adalah :

Sangat efektif, dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang, tidak mempengaruhi
dalam melakukan hubungan suami istri, tidak mengandung esterogen sehingga tidak
berdampak serius pada penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi produksi ASI, memiliki efek samping yang sedikit dan klien tidak perlu
menyimpan obat suntik serta dapat digunakan oleh wanita usia lebih dari 35 tahun sampai
premenopause (Sulistyawati, 2012 hal. 76).


f.

Kerugian Kontrasepsi Suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone)
Disamping memiliki keuntungan, kontrasepsi suntik DMPA juga memiliki kerugian,

diantaranya adalah sering ditemukan gangguan haid, klien harus kembali ke tempat sarana
pelayanan kesehatan untuk melakukan suntikan ulang, penyuntikan tidak dapat dihentikan

Universitas Sumatera Utara

sewaktu-waktu, mengalami peningkatan berat badan serta tidak melindungi dari infeksi
menular seksual (Sibagariang, Pusmaika dan Rismalinda 2010 hal.181).

g.

Indikasi Kontrasepsi Suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone)
Kontrasepsi suntik DMPA dapat digunakan oleh wanita pada usia reproduksi dan

telah memiliki anak dan yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas
yang tinggi. Kontrasepsi suntik DMPA juga dapat digunakan oleh ibu yang sedang

menyusui yang membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak
menyusui, setelah abortus serta yang sudah memiliki banyak anak tetapi belum
menginginkan kontrasepsi mantap (tubektomi) (Pinem, 2009 hal. 271).

h.

Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone)
Kontrasepsi suntik DMPA tidak dapat digunakan pada wanita yang sedang hamil

atau dicurigai hamil, memiliki riwayat perdarahan yang belum diketahui penyebabnya,
serta pada wanita yang tidak dapat menerima efek dari kontrasepsi tersebut yaitu terjadinya
gangguan haid (Sulistyawati, 2012 hal. 77)

C.

Kepatuhan

1.

Pengertian Kepatuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suparyanto, 2010 dalam Pranoto, 2007 ¶

1), patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah
perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau
petunjuk dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau
menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley, 2007 dalam Edoqs, 2013 ¶ 1).

Universitas Sumatera Utara

2.

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Niven (2008 dalam

Suparyanto, 2010 ¶ 2) adalah:
a.

Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

b.

Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang dapat
mempengaruhi kepatuhan adalah jarak dan waktu

c.

Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman,
kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan

d.

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien
Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu hal penting
untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh infomasi tentang
diagnosis.

e.

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

D.

Tinjauan Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan
Pengetahuan memiliki peranan penting dalam memberikan pengaruh terhadap

perilaku seseorang. Dan kepatuhan merupakan salah satu dari perilaku seseorang.
Kepatuhan adalah kesesuaian antara perilaku pasien dengan ketentuan yang diberikan oleh

Universitas Sumatera Utara

tenaga kesehatan yaitu mendatangi fasilitas kesehatan untuk melakukan kunjungan ulang
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan (Notoatmodjo, 2012 hal. 138).
Seseorang yang berpengetahuan tinggi akan lebih mudah memahami dan dan dapat
dengan mudah menyerap tentang konsep - konsep yang berkaitan dengan kesehatan
sehingga orang - orang tersebut dapat mengetahui dan memiliki tingkat kesadaran untuk
merubah perilaku - perilaku mereka agar menjadi lebih baik dibandingkan dengan orang
yang berpengetahuan rendah. Pengetahuan yang tinggi dapat diperoleh dari pendidikan
yang tinggi serta dapat diperoleh dari informasi yang ia dapatkan. Rendahnya pengetahuan
seseorang akan membuat mereka sulit dan tidak mudah memahami dengan apa yang
disampaikan orang lain sehingga terdapat hambatan dalam menyaring informasi yang
mereka dapat tersebut sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku yang mereka miliki.
Jadi pengetahuan merupakan domain penting terhadap pembentukan perilaku sesorang,
dalam hal ini adalah kepatuhan untuk melakukan kunjungan penyuntikan ulang sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan (Notoadmodjo, 2012 hal. 138).

Universitas Sumatera Utara