makalah teori thedore ( 1 )
MAKALAH
TEORI THEODORE MILLION
Fasillitator
Novi yulianti M.Psi
Disusun oleh:
Kelompok 5
Alicia safanah
Fitriyani
Euis tita s
Siti Nurul Fajariah
Pebby Nur Herdiansyah
AKADEMI KEPERAWATAN RS.EFARINA
PURWAKARTA
2015
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
kesempatan,kesehatan dan kemudahan dalam penyusunan makalah ‘Teori Psikologi
menurut theodeore’.Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan yang baik bagi kami.
Makalah ini disajikan dalam bentuk penjelasan teori mengenai ‘Teori Psikologi
menurut theodeore ‘kami menyadari bahwa dengan menyusun atau menulis makalah
ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran kami harapkan dari teman-teman
dan dosen kami yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini bisa bermanfaaat bagi kita semua dan kita bisa lebih
mengetahui tentang ‘Teori Psikologi menurut theodeore’ .
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Purwakarta,Desember 2015
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Psikologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang ilmu kejiwaan
atau psikis agar dapat mengerti ilm-ilmu psikologi kita harus dapat mengerti
beberapa teori dari peneliti psikologi yaitu seperti theodeore million yang
menjeleskan gangguan-gangguan yang terdapat dalam tubuh kita teori ini adalah
dasar dari mempelajari ilmu mempelajari psikologi dalam keperawatan kita harus
mengetahui psikis orang atau pasien tersebut maka dari itu harus dapat mempelajari
ilmu psikologi atau gangguan-gangguan yang terjadi pada manusia.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui teori psikologi dari theodeore million?
Dan pengembangan ilmu psikologi menurut teori theodeore million?
Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu mengaplikasikan teori theodeore million
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini :
1. menjelaskan
gangguan-gangguan dan
cirri-ciri
yang menyebabkan
gangguan gangguan tersebut?
Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, kami menggunakan literature yaitu dengan
metode studi kepustakaan dan media internet
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini, terdiri dari Bab 1 yakni
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan,
sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan teori yang terdiri dari latar belakang
teori theodeore million. Bab 3 Penutup yang terdiri dari
halaman terakhir terdapat Daftar pustaka.
3
kesimpulan. Di
BAB II
TEORI
1. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain
yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri
terhadap tuntutan eksternal; sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat self-defeating. Traittrait kepribadian yang terganggu menjadi jelas di masa remaja atau awal masa dewasa dan terus
berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa, semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin
sulit untuk diubah. Tanda-tanda peringatan akan adanya gangguan kepribadian dapat dideteksi
pada masa kanak-kanak, bahkan pada perilaku bermasalah dari anak-anak prasekolah. Anakanak dengan gangguan psikologis atau perilaku bermasalah di masa kanak-kanaknya, seperti
gangguan tingkah laku, depresi, kecemasan, dan ketidakmatangan, lebih besar resikonya
dibandingkan resiko rata-rata untuk mengembangkan gangguan kepribadian di kemudian hari
(Berstein dkk.,1996; Kasen dkk., 2001). Gangguan kepribadian tampaknya menjadi lebih umum
terjadi, survei komunitas menunjukan bukti akan adanya satu atau lebih gangguan kepribadian
(Torgesen, Kringlen, & Cramer, 2001)
Terlepas dari konsekuensi perilaku mereka yang bersifat self-defeating, orang dengan
gangguan kepribadian pada umumnya tidak merasa perlu untuk berubah.
-
Menurut Millon, ada tiga polarisasi yang mendasari terjadinya perilaku yaitu :
Mengejar kesenangan dan menghindari kesakitan
Pasif (bersifat akomodasi) dan aktif memodifikasi lingkungan
Berorientasi pada diri (self) dan berorientasi pada lingkungan (the other)
B. Gangguan Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Dramatis, Emosional, atau Eratik
Kelompok gangguan kepribadian ini mencakup antisosial, histirionik,narsistik, dan
gangguan kepribadian ambang. Pola perilaku dari berbagai tipe ini adalah berlebih-lebihan, tidak
dapat diramalkan, atau self-centered. Orang dengan gangguan ini memiliki kesulitan untuk
membentuk dan membina hubungan.
1.
Gangguan Antisosial
Etiologi : anak-anak yang diabaikan, dan bahkan sering menunjukan sikap permusuhan dengan
orang tua mereka.
Tindakan yang diekspresikan : impulsif : tidak sabaran dan pemarah, kegiatannya bersifat
spontan dan tergesa-gesa, terburu-buru, berpandangan dangkal, tidak hati-hati, tidak memiliki
perencanaan atas aktivitasnya, dan perilakunya tanpa mempertimbangkan alternatif maupun
konsekuensi yang lebih jauh atas tindakannya.
Perilaku interpersonal : tidak bertanggung jawab : s tidak dapat dipercaya, gagal dlm mengambil
tanggung-jawab sebagai pribadi dalam setting perkawinan, sebagai orang tua, sebagai pekerja,
atau hal yg berkaitan dengan finansial, aktif memperlihatkan suatu tindakan kekerasan dan
pelanggaran hukum.
Kognitif style : deviant : memandang dan menafsirkan kejadian-kejadian di dalam hubungannya
dengan orang lain secara tidak bermoral, dan cenderung menghina dan mengabaikan aturanaturan sosial yang berlaku.
4
Mekanisme regulasi : acting out : subyek akan semakin meningkat ketegangan-ketegangannya,
jika menangguhkan untuk mengekspresikan pemikiran-pemikiran dalam bentuk menyerang
orang lain atau mengekspresikan kedengkian terhadap orang lain; secara sosial impuls-impuls
buruk pada diri mereka tidak dapat diubah ke dalam bentuk sublimasi, tetapi lebih mudah untuk
diekspresikan secara langsung, tanpa disertai rasa salah.
Self image : otonom : memandang diri sebagai orang yang terkekang oleh kebiasaan-kebiasaan
sosial maupun kesetiaan untuk pengendalian pribadinya; mereka menilai citra diri dan
kesenangannya kearah kebebasan, dan tidak merasa terbebani, atau terikat oleh seseorang, oleh
tempat, atau tanggung jawab, kegiatan-kegiatan rutin lainnya.
Gambaran tentang objek : rebellious : menggambarkan kondisi internal yang bercampur baur
antara pembalasan, perasaan dendam dan impuls-impuls kegelisahan; kondisi inilah yang telah
mendorong mereka untuk membantah adat-istiadat atau kebudayaan yang tidak dapat
dipungkirinya, serta mereka menunjukkan cenderung untuk merendahkan nilai-nilai sosial, dan
menyangkal nilai-nilai sosial yang dihasilkan masyarakat.
Morphologic : unbounded : mengambarkan kondisi internal untuk melakukan pertahanan diri
atas kekurangan-kekurangannya dengan sikap dan dorongan yang sangat kuat untuk melanggar
aturan, disertai ambang toleransi frustrasi yang rendah, dan sedikit kemampuan sublimasi untuk
mengekspresikan pengekangan diri.
Mood / temperamen : callous : ditunjukan dengan sifat-sifat tidak sensitif, tidak adanya empatik,
berdarah dingin, tidak ramah, tidak adanya penyesalan, kasar dan tidak sopan, kejam, tidak
peduli terhadap kesejahteraan orang lain.
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial secara persisten melakukan pelanggaran
terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan
konvensi sosial,impulsif, serta gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Meski
demikian, mereka sering menunjukan karisma dalam penampilan luar mereka dan paling tidak
memiliki intelegensi rata-rata (Cleckley, 1976). Mungkin ciri yang paling menonjol dari mereka
adalah tingkat kecemasan yang rendah ketika berhadapan dengan situasi yang mengancan dan
kurangnya rasa bersalah atau penyesalan atas kesalahan yang merela lakukan. Hukuman
tampaknya hanya memiliki sedikit dampak, bila ada, pada perilaku mereka. Meski orang tua dan
orang lain biasa menghukum mereka untuk kesalahan yang mereka lakukan, mereka tetap
menjalani kehidupan yang tidak bertanggung jawab dan impulsif.
Walaupun perempuan lebih cenderung untuk mengembangkan gangguan kecemasan dan depresi
dibanidngkan laki-laki, laki-laki lebih cenderung menerima diagnosis gangguan kepribadian
antisosial dibandingkan perempuan (Robins, Locke, & Reiger, 1991). Tingkat prevalensi untuk
gangguan ini dalam sampel komunitas berkisar antara 3% sampai 6% pada laki-laki dan sekitar
1% pada perempuan (APA,2000; Kessler dkk., 1994). Untuk mendapatkan diagnosis gangguan
kepribadian antisosial, orang tersebut paling tidak harus berusia 18 tahun. Diagnosis alternatif
yang berupa gangguan tingkah laku dapat dikenakan pada orang yang lebih muda. Banyak anak
dengan gangguan tingkah laku ang tidak berlanjut menunjukan perilaku antisosial ketika dewasa.
Kita dulu pernah menggunakan istilah psikopat dan sosiopat untuk menunjukan tipe orang yang
kini termasuk dalam kepribadian antisosial, orang dengan perilaku tidak bermoral dan asosial,
impulsif, serta kurang memiliki penyesalan dan rasa malu. Sejumlah klinisi terus menggunakan
istilah-istilah ini secara bergantian dengan istilah kepribadian antisosial. Akar dari kata psikopat
berfokus pada gagasan bahwa ada sesuatu yang tidak benar (patologis) pada fungsi psikologis
individu. Sedangkan akar dari kata sosiopat berpusat pada deviasi (penyimpangan) sosial orang
tersebut.
5
Pola perilaku yang menandai gangguan kepribadian antisosial dimulai dari masa kanakkanak atau remaja dan berlanjut hingga dewasa. Namun demikian, perilaku antisosial dan
kriminal yang terkait dengan gangguan ini cenderung menurun sesuai usia, dan mungkin akan
menghilang pada saat orang tersebut mencapai umur 40 tahun. Namun, tidak demikian denga
trait kepribadian yang mendasari gangguan antisosial-tait seperti egosentrisitas; manipulatif;
kurangnya empati; kurangnya rasa bersalah atau penyesalan; dan kekejaman pada orang lain.
Hal-hal tersebut relatif stabil meski terdapat penambahan usia (Harpur& Hare, 1994).
Faktor-faktor sosiokultural dan Gangguan kepribadian AntisosialGangguan keribadian
antisosial terjadi pada semua ras dan kelompok etnik. Peneliti tidak menemukan bukti perbedaan
etnik atau ras dalam hal tingkat prevalensi gangguan (Robind, Tipp, & Przybeck, 1991). Namun
gangguan ini lebih umum terjadi dalam kelompk sosial ekonomi yang lebih rendah. Salah satu
penjelasannya, adalah bahwa orang dengan gangguan kepribadian antisosial kemungkinan
mengalami penurunan dalam hal pekerjaan, mungkin karena perilaku antisosial mereka membuat
mereka sulit untuk memiliki pekerjaan yang tetap atau meningkatkan karier. Mungkin juga
bahwa orang dari tingkat sosial ekonomi yang lebih rendah lebih cenderung untuk diasuh oleh
orang tua yang memberi panutan perilaku antisosial. Bagaimanapun, bisa juga terjadi bahwa
diagnosis ini teah diberikan secara keliru pada orang yang hidup dalam komunitas keras yang
mungkin menunjukan perilaku antisosial sebagai sebuah strategi pertahanan hidup (APA,2000).
Ciri-ciri umum dari orang dengan gangguan kepribadian antisosial, yaitu mencakup
kegagalan untuk patuh pada norma sosial, tidak bertanggung jawab, tidak mau berusaha dan
tidak memiliki rencana atau tujuan jangka panjang, perilaku yang impulsif, benar-benar tidak
patuh pada hukum, melakukan kekerasan, tidak memiliki pekerjaan dalam waktu yang lama,
meiliki masalah perkawinan, kurangnya rasa penyesalan atau empati, penyalahgunaan obat,
riwayat alkoholisme, serta tidak menghargai kebenaran dan perasaan juga kebutuhan orang lain (
Patrick, Cuthbert, & Lang, 1994; Robins dkk., 1991). Perilaku tidak bertanggung jawab juga
dapat dilihat dari riwayat pribadi yang ditandai oleh ketidakhadiran di tempat kerja berulang kali
tanpa alasan, meninggalkan pekerjaan tanpa memiliki cadangan pekerjaan di tempat lain, atau
tidak bekerja dalam jangka watu yang panjang meski tersedia kesempatan kerja. Perilaku tidak
bertanggung jawab meluas hingga ke masalah keuangan, di mana terdapat kemungkinan
kegagalan berulang untuk membayar hutang, untuk membiayai anak, atau untuk memenuhi
tanggung jawab keuangan terhadap keluarga atau orang yang bertanggung padanya. Ciri
diagnostik dari gangguan kepribadian antisosial, sebagaimana ditentukan dalam DSM,
ditunjukan dalam tabel berikut :
Ciri-ciri Diagnostik dari Gangguan Kepribadian Antisosial
a) Paling tidak berusia 18 tahun
b)
Ada bukti gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun, ditunjukan dengan pola perilaku
seperti membolos, kabur, memulai perkelahian fisik, menggunakan senjata, memaksa
seseorang untuk melakukan aktivitas seksual, kekejaman fisik pada orang atau binatang,
merusak atau membakar bangunan secara sengaja, berbohong, mencuri, atau merampok.
c) Sejak usia 15 tahun menunjukan kepedulian yang kurang dan pelanggaran terhadap hakhak orang lain, yang ditunjukan oleh beberapa perilaku sebagai berikut :
1) Kurang patuh terhadap norma sosial dan peraturan hukum, ditunjukan dengan perilaku
melanggar hukum yang dapat atau tidak dapat mengakibatkan oenahanan, seperti merusak
bangunan, terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan dengan hukum, mencuri atau
menganiaya orang lain.
6
2) Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan orang lain, ditunjukan
dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang, mungkin
termasuk penganiayaan terhadap pasangan atau anak-anak.
3) Secara konsisten tidak bertanggung jawab, ditunjukan dengan kegagalan mempertahankan
pekerjaan karena ketidakhadiran berulang kali, keterlambatan, mengabaikan kesempatan
kerja atau memperpanjang periode pengangguran meski ada kesempatan kerja; dan/atau
kegagalan mematuhi tanggung jawab keuangan seperti gagal membiayai anak-anak atau
membayar hutang; dan/atau kurang dapat bertahan dalam hubungan monogami.
4) Gagal membuat perencanaan masa depan atau impulsivitas, seperti ditunjukan oleh
perilaku berjalan-jalan tanpa pekerjaan atau tujuan yang jelas.
5) Tidak menghormati kebenaran, ditunjukan dengan berulang kali berbohong, memperdaya,
atau menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi atau kesenangan.
6) Tidak menghargai keselamatan diri sendiri atau keselamatan orang lain, ditunjukan dengan
berkendara saat mabuk atau berulang kali mengebut.
7) Kurangnya penyesalan atas kesalahan yang dibuat, ditunjukan dengan ketidakpedulain
akan kesulitan yang ditimbulkan pada orang lain, dan/atau membuat alasan untuk kesulitan
tersebut.
2. Gangguan Kepribadian Histirionik
Etiologi : anak-anak yang sedikit memperoleh punishment dan sangat banyak memperoleh
reward.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : afektif: menunjukkan reaksi yang sangat berlebihan,
cenderung mencari stimulasi dan perhatian orang lain melalui tindakan impulsivitas;
menunjukkan kemampuan berfikir rendah, reaksi-reaksi lebih bersifat teatrikal, dan
menunjukkan kegemaran untuk memperoleh kegembiraan sesaat, maupun mencapai keuntungan
dan kesenangan yang cepat.
Perilaku interpersonal : genit : aktif mencari pujian dengan memanipulasi orang lain untuk
memperoleh keuntungan yang dibutuhkan, atau untuk memperoleh ketentramam hatinya;
individu ini cenderung mencari perhatian dan persetujuan orang lain; dia sangat bergantung pada
orang lain, dan cenderung mendramatisasi diri, serta menunjukan kegairahan yang tinggi.
Kognitif style : bertingkah laku tidak karuan (flighty): menghindari instrospeksi atas perilakunya,
dan lebih tertarik pada kejadian luar yang sesaat, dan dengan perhatian yang cepat berlalu; serta
rendahnya kemampuan untuk mengintegrasikan pengalaman-pengalamannya yang diperoleh,
sebagai akibat tidak terfokusnya perhatian terhadap permasalahan-permasalahan yang
dihadapinya.
Mekanisme regulasi : disosiasi: mengatur tampilan dirinya dengan menciptakan suatu
keberhasilan sosial yang atraktif, tetapi perubahannya berlangsung secara tiba-tiba: melalui
pengalihan diri untuk menghindari dan mengintegrasikan pemikiran dan emosi yang tidak
menyenangkan.
Self image : sociable: memandang diri mudah bergaul, menarik dan manis, menggambarkan citra
diri sebagai teman yang menarik dan menyenangkan serta sibuk untuk membujuk orang lain
dengan orientasi pada kehidupan sosial yang menyenangkan.
Gambaran tentang objek : swallow: menggambarkan kondisi internal yang sebagian besar tidak
mendalam (superficial), serta afeks yang tidak menyatu dengan ingatan-ingatan, maupun
konflik-konfliknya, serta lebih menuruti dorongan dan mekanisme yang tidak substansial.
7
Gambaran tentang objek : swallow: menggambarkan kondisi internal yang sebagian besar tidak
mendalam (superficial), serta afeks yang tidak menyatu dengan ingatan-ingatan, maupun
konflik-konfliknya, serta lebih menuruti dorongan dan mekanisme yang tidak substansial.
Mood / temperamen : fickle: menunjukkan kehidupan yang dramatis dengan emosi yang
dangkal; aktivitasnya berlebihan, tidak sabaran, mudah mencari perhatian dan mudah marah atau
bosan.
Gangguan kepribadian histirionik melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang
besar untuk menjadi pusat perhatian. Istilah ini berasal dari bahasa latinhistrio, yang berarti
“aktor”. Orang dengan gangguan kepribadian histirionik cenderung dramatis dan emosional,
namun emosi mereka tampak dangkal, dibesar-besarkan, dan muda berubah. Gangguan ini
sebelumnya disebut juga sebagi kepribadian histerikal. Contoh kasus berikut mengilustrasikan
perilaku dramatis yang berlebihan yang merupakan ciri khas dari seseorang dengan gangguan
kepribadian histirionik:
Sebuah kasus Ganggaun kepribadian Histironik
Marcella adalah seorang perempuan berusia 36 tahun, menarik, tapi berdandan secara
berlebihan. Ia mengenakan celana ketat dan sepatu tumit tinggi. Rambutnya diatat seperti
sarang burung yang populer saat ia remaja. Kehisupan sosialnya tamak melambung dari satu
hubungan ke hubungan yang lain, dari krisis ke krisis. Pada saat ini, Marcella mencari bantuan
psikolog dikarenakan anaknya yang berusia 17 tahun, Nancy,baru saja masuk rumah sakit
akibat menyayat pergelangan tangannya Nancy tinggal bersama Marcella dan pacar terkahir
Marcella, Moris, dan terjadi perdebatan terus menerus di dalam apartement tersbeut. Marcella
menceritakan perselisihan yang terjadi secara dramatis, mengayunkan tangannyam
menggemerincingkan gelang-gelang di lengannya, dan kemudian mendekap dadanya. Sulit
tinggal bersama Nancy di rumah karena Nancy memiliki selera tinggi, “selalu mencari
perhatian,” dan menggoda Morris sebagai cara untuk “menunjukan keremajaannya.” Marcella
meihat dirinya sebagai ibu yang penuh kasih dan menyangkal segala kemungkinan ia bersaing
dengan anaknya.
Marcella datang untuk beberapa sesi, di mana pada dasarnya ia mengeluarkan perasaannya
dan ia terdorong untuk membuat keputusan yang akan mengurangi tekanan yang terdapat
anatara dirinya dan anak perempuannya. Di akhir setiap sesi ia berkata. “Saya merasa jauh
lebih baik” dan sangat berterima kasih pada psikolognya. Saat menyudahi
“terapi”, dia mengambil tangan psikolog dan menggenggam penuh karisma. “Terima kasih
banyak, Dokter,” katanya dan keuarlah ia.
Penggantian histerikal menjadi histirionik dan perubahan yang terkait dengan akar kata hysteria
(berarti “rahim”) menjadi histirio memungkinkan pada para profesional untuk menjaga jarak dari
gagasan bahwa ganggyan ini secara kompleks berhubungan dengan menjadi perempuan.
Gangguan ini di diagnosis lebih sering pada perempuan daripada laki-laki (Hartung & Widiger,
1998), meski sejumlah penelitian dengan menggunakan metode wawancara terstruktur
menemukan tungkat kemunculan yang serupa antara laki-laki dan perempuan (APA,2000).
Apakah kesenjangan gender dalam praktik klinis mencerminkan perbedan sesungguhnya pada
jumlah pokok gangguan atau tidak, ataukah terdapat bias diagnostik atau adanya faktor lain yang
tidak diketahui, tetapi menjadi pertanyaan (Corbitt & Widiger, 1995).
Meski keyakinan lama di antara para klinisi menyatakan bahwa kepribadian histirionik erat
kaitannya dengan gangguan konversi, peneliti belum dapat mengungkap hubungan ini
8
(Kellner,1992). Orang dengan gangguan konversi sebetulnya lebih cenderung untuk menunjukan
ciri-ciri gangguan kepribadian dependen daripada gangguan kepribadian histirionik.
Orang dengan kepribadian histirionik bisa merasa kecewa dalam pengertian yang tidak umum
karena kabar mengenai suatu kejadian yang menyedihkan dan membatalkan rencana untuk sore
hari, membuat teman-temannya menjadi tidak nyaman. Mereka dapat menunjukan keriangan
yang berlebihan saat bertemu dengan seseorang atau menjadi sangat marah saat seseorang tidak
menyadari gaya rambut mereka yang baru. Mereka daoat pingsan saat melihat sedikit darah atau
merona pada hal-hal yang tidak sopan. Mereka cenderung menuntut agar orang lain memenuhi
kebutuhan mereka akan perhatian dan berperan sebagai korban saat orang lain mengecewakan
mereka. Bila mereka merasa demam, mereka akan mendesak agar orang lain segera
meninggalkan segala aktivitas dan segera membawa mereka ke dokter. Mereka cenderung selfcentered dan tidak toleran terhada penundaan kesenangan; mereka ingin apa yang mereka
inginkan saat mereka menginginkannya. Mereka cepat bosan dengan rutinitas dan haus akan halhal yang baru dan stimulasi. Mereka tertarik pada mode. Orang lain memandang mereka sebagai
menyombongkan diri atau sedang berakting, meski mereka menunjukan pesona tertentu. Mereka
memasuki ruangan dengan penuh gaya dan menceritakan pengalaman mereka dengan elegan.
Meskipun demikian, bila ditekan untuk menceritakan hal yang detail, mereka gagal untuk
menjelaskan kisah mereka secara spesifik. Mereka cenderung menggoda dan merayu namun
terlalu terikat pada diri sendiri untuk dapat mengambangkan hubungan dekat atau memiliki
perasaan yang mendalam terhadap orang lain. Sebagai hasilnya, hubungan mereka cenderung
naik turun dan sangat tidak memuaskan. Mereka cenderung menggunakan penampilan fisik
mereka sebagai cara untuk menarik perhatian. Pria dengan gangguan ini mungkin bertindak dan
berbusana dengan gaya yang sangat “macho” untuk menarik perhatian; sedangkan yang
perempuan akan memilih busana feminim, banyak hiasannya. Kilau menutupi tubuh.
Orang dengan kepribadian histirionik kemungkinan tertarik pada profesi seperti modeling atau
akting, di mana mereka dapt mendominasi lampu sorot. Meski tamapk suskses di luar,
sebenarnya mereka memiliki self-esteem yang kurang dan sedang berjuang untuk memberi kesan
pada orang lain dengan tujuan meningkatkan self-worth mereka. Bila mereka mengalami
kemunduran atau kehilangan perhatian publik, keraguan yang menyedihkan akan muncul dalam
diri mereka.
3.
Gangguan kepribadian Narsistik
Etiologi : orangtua yang memberikan penilaian yang berlebihan dan memperturutkan keinginan
si anak.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : arogan : memiliki kecenderungan untuk mencemooh
aturan-aturan sosial yang berlaku, menunjukkan ketidakpedulian serta acuh tak acuh terhadap
integritas personal, serta sering mengabaikan kebenaran orang lain.
Perilaku interpersonal : ekloitatif : merasa diri hebat (bergelar), kurang empatik dan
mengharapkan penghargaan tanpa menerima tanggung jawab secara timbal balik, tak tahu malu
untuk mengakui dan menggunakan orang lain untuk meningkatkan diri dan memperturutkan
keinginan-keinginannya.
Kognitif style : expansive : terpaku dengan fantasi-fantasi yang tidak matang atas kesuksesannya,
maupun keindahan atau kecantikannya, dan melihat realitas obyektif dengan mendasarkan ilusi
diri.
Mekanisme regulasi : rasionalisasi : menipu diri dan berpikir secara mudah untuk mencari
alasan-alasan yang masuk akal untuk membenarkan perilaku sosialnya; dengan mencari alibi,
9
serta untuk menempatkan dan memusatkan perhatian pada dirinya sebagai individu yang terbaik,
meskipun dalam kenyataannya kurang atau mengalami kegagalan.
Self image : admirable : menampilkan kepercayaan diri tinggi, kegiatan-kegiatannya lebih
dimaknakan untuk melindungi diri dengan menampilkan prestasi; menunjukkan perasaan harga
diri tinggi, meskipun dilihat keberadaanya oleh orang lain sebagai sesuatu yang egoistik, dan
kurang memperhatikan terhadap orang lain, serta lebih menunjukkan sikap arogansinya.
Gambaran tentang objek : contrived (menghayal) : menggambarkan kondisi internal dalam
bentuk idea-idea dan ingatan yang dalam kondisi yang tidak lazim atau lebih menggambarkan
ilusi-ilusi tentang kemegahan, serta adanya perpaduan antara dorongan-dorongan dan konflikkonflik, serta kemegahan-kemegahan, jika tidak terstimulasi oleh persepsi dan sikap-sikapnya
yang cepat berubah sebagaimana kebutuhan-kebutuhan yang dimunculkannya.
Morphologic : spurious : strategi coping dan pertahanan diri sangat tipis atau transparan,
perpaduan dinamika dan regulasi impuls sangat kecil, penyaluran kebutuhan dengan pertahanan
diri minimal, dengan menghilangkan konflik-konflik internal serta dengan segera diselamatkan
oleh kebanggaan diri yang dipertegas disertai usaha yang lemah.
Mood/temperamen : insouciant : secara umum dicerminkan oleh sikapnya yang kurang
tertantang, dingin tanpa impresi atau optimistik tanpa didukung oleh semangat dan usahanya,
kecuali ketika kepercayaan akan narcistiknya tergoyahkan, atau di saat marah, merasa malu atau
mengalami kehampaan.
Narkissos adalah seorang pemuda tampan yang menurut mitologi Yunani, jatuh cinta pada
bayangannya sendiri. Karena self-love-nya yang berlebihan, dalam salah satu versi dari mitologi,
ia diubah oleh para dewa menjadi bunga yang kini kita kenal sebagainarcissus.
Orang dengan gangguan kepribadian narsisitik memiliki rasa bangga atu keyakinan yang
berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan pemujaan. Merek
membesar-besarkan prestasi mereka sendiri dan berharap orang lain menghujani mereka dengan
pujian. Mereka berharap orang lain melihat kualitas khusus mereka, bahkan saat prestasi biasa
aja, dan mereka menikmati bersantai di bawah sinar pemujaan. Mereka bersifat selfabsorbed dan kurang memiliki empati pada orang lain. Meski mereka berbagi ciri tertentu
dengan keribadian histirionik, seperti tuntutan untuk menjadi pusat perhatian, mereka memiliki
pandangan yang jauh lebih membanggakan tentang diri mereka sendiri dan kurang melodramatik
dibanding orang yang mengalami gangguan kepribadian histirionik. Label gangguan kepribadian
ambang (BPD) terkadang dikenakan kepada mereka, namun orang dengan gangguan kepribadian
narsistik umumnya dapat mengorganisasi pikiran dan tindakan mereka dengan lebih baik.
Mereka cenderung lebih berhasil dalam karier mereka dan lebih bisa meraih posisi dengan status
tinggi dan kekuasaan. Hubungan mereka juga cenderung lebih stabil dibanding dengan orang
yang BPD.
Gangguan kepribadian narsistik ditemukan kurang dari 1% dalam populasi umum (APA,2000).
Walaupun lebih dari setengah orang yang didiagnosis dengan gangguan ini adalah laki-laki, kita
tidak dapat mengatakan bahwa ada perbedaan gender yang mendasar pada tingkat prevalensi
dalam populasi umum. Derajat tertentu dari narsisme dapat mencerminkan penyesuaian diri yang
sehat akan rasa tidak aman, sebuah tameng terhadap kritik dan kegagalan, atau motif untuk
berprestasi (Goleman, 1988). Kualitas narsisitik yang berlebihan dapat menjadi tidak sehat,
terutama bila kelaparan akan pemujaan menjadi keserakahan. Berikut adalah tabel yang
membandingkan self-interestyang “normal” dan narsisisme ekstrem yang self-defeating.
10
Ciri-ciri Self-Interest yang Normal dibandingkan dengan Narsisisme yang Selfdefeating
Self Interest yang Normal
Narsisme yang Self-Defeating
Mengahragai pujian, namun tidak Lapar akan pemujaan; memerlukan pujian
membutuhkannya untuk menjaga self- agar dapat merasa baik akan diri sendiri
esteem.
untuk sementara.
Kadang-kadang terluka oleh kritik
Merasa marah atau hancur oleh kritik dan
merasakan kesedihan yang mendalam.
Merasa tidak bahagia dalam menghadapi Memikul perasaan malu dan tidak berharga
kegagalan namun tidak merasa berharga
setelah megalami kegagalan.
Merasa “spesial” atau memiliki bakat unik Merasa lebih baik dari orang lain, dan
meminta penghargaan akan kemampuannya
yang tidak dapat dibandingkan.
Merasa nyaman dengan diri sendiri, Perlu dukungan terus-menerus dari orang
bahkan saat orang lain mengkritik.
lain untuk menjaga perasaan nyaman dan
bahagia.
Menerima masa lalu secara logis, meski Berespons terhadap luka kehidupan dengan
hal tersebut menyakitkan dan dirasa tidak depresi atau kemarahan.
stabil untuk sementara.
Mempertahankan self-esteem dalam
menghadapi ketidaksetujuan atau kritik.
Berespons terhadap ketidaksetujuan atau
kritik dengan hilangnya self-esteem.
Mempertahankan
keseimbangan Merasa pantas mendapat perlakuan khusus
emosional meski kurangnya perlakuan dan
menjadi
sangat
marah
saat
khusus.
diperlakukan dengan cara yang biasa.
Empati dan peduli dengan perasaan orang Tidak sensitif terhadap kebutuhan dan
lain.
perasaan orang lain; mengeksploitasikan
orang lain sampai mereka puas.
Pada titik tertentu, self-interest mendorong keberhasilan dan kebahagiaan. Pada kasus
yang lebih ekstrem, seperti pada narsisisme, hal itu dapat merusak hubungan dan karir.
Orang dengan kepribadian narsistik cenderung terpaku pada fantasi akan keberhasilan
dan kekuasaan, cinta yang ideal, atau pengakuan akan kecerdasan atau kecantikan. Mereka,
seperti orang modeling, akting, atau politik. Meski mereka cenderung membesar-besarkan
prestasi dan kemampuan mereka, banyak orang dengan kepribadian narsistik yang cukup
11
berhasil dalam pekerjaan mereka. Namun mereka iri dengan orang lain yang lebih berhasil.
Ambisi yang serakah membuat mereka mendedikasikan diri untuk bekerja tanpa lelah. Mereka
terdorong untuk berhasil, bukan untuk mendapatkan uang melainkan untuk mendapatkan
pemujaan yang menyertai kesuksesan.
Hubungan interpersonal selalu berantakan karena adanya tuntutan yang dipaksakan oleh
orang dengan kepribadian narisistik kepada orang lain dan karena kurangnya empati serta
kepedulian mereka terhadap orang lain. Mereka mencari pertemanan dengan para pemuja mereka
dan sering tampak penuh karisma dan ramah serta dapat menarik perhatian orang. Namun minat
mereka pada orang lain hanya bersifat satu sisi: Mereka mencari orang yang mau melayani minat
mereka dan memelihara rasaself-importance mereka (Goleman, 1988b). Mereka memiliki
perasaan berhak yang membuat mereka merasa bisa mengekploitasi orang lain. Mereka
memperlakukan pasangan seks mereka sebagi alat untuk kenikmatan mereka sendiri atau
mendukung self-esteem mereka, sebagaimana kasus Bill berikut ini :
Sebuah Kasus Gangguan Kepribadian narsisitik
Banyak orang setuju bahwa Bill, bankir berusia 35 tahun, memiliki karisma tertentu. Dia
cerdas, pandai bicara, dan menarik. Dia memiliki rasa humor yang bisa menarik perhatian
orang kepadanya dalam pertemuan-pertemuan sosial. Dia selalu memposisikan dirinya di
tengah ruangan, dimana dia bisa menjadi pusat perhatian. Topik percakapannya selalu berfokus
pada “kesepakatan transaksi-transaksi:-nya, orang “kaya dan terkenal” yang pernah
ditemuinya, serta strateginya daklam mengalahkan lawan. Proyek berikutnya selalu lebih besar
dan lebih menantang dibanding yang terakhir. Bill senang akan adanya audiensi. Wajahnya
akan terangkat saat orang lain memujinya atau memuja keberhasilan bisnisnya, yang selalu
dibesar-besarkan melebihi kondisi sebenarnya. Namun saat percakapan berpindah ke orang
lain, dia akan kehilangan minat dan meminta izin untuk mencari minum atau menelpon mesin
penjawab teleponnya. Bila nnenjadi tuan rumah pesta, dia memakda tamunya untuk tinggal
lebih lama dan merasa tersinggung bila mereka harus pergi lebih awal; tidak menunjukan
sensitivitas, atau kesadaran, akan kebutuan teman-temannya. Beberapa teman yang ia
pertahankan selama bertahun-tahun dapat menerima Bill apa adanya. Mereka menyadari
bahwa Bill perlu memuaskan egonya atau dia akan menjadi dingin dan menjauh.
Bill juga memiliki serangkaian hubungan romantis dengan sejumlah perempuan yang bersedia
untuk berperan sebagai pemujanya dan melakukan pengorbanan yang ia minta-untuk waktu
tertentu. Namun mereka pasti lelah dengan hubungan satu pihak atau frustasi dengan
ketudakmampuan Bill dalam membuat komitmen atau merasakan sesuatu yang mendalam
terhadap mereka. Karena kurangnya empati yang dimiliki, Bill tidak dapat memahami perasaan
orang lain dan kebutuhan mereka. Tuntutannya akan perhatian yang terus menerus dari
pemujanya bukan berasal dari keegoisannya, namun dari kebutuhan untuk menyingkirkan
perasaan tidak adekuat dan self-esteem yang rendah. Menyedihkan, pikir teman-temannya,
bahwa Bill perlu begitu banyak perhatian dan pemujaan dari orang lain dan bahwa sebanyak
apa pun prestasi yang ia raih tidak pernah cukup untuk menenangkan keraguan dalam dirinya.
4.
Gangguan Kepribadian Ambang
12
Etiologi : parental inconsistency ; dalam bentuk berubah-ubah dari hostility danrejection pada
satu saat dan pada saat lainnya afeksi dan cinta kasih.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : keras kepala : menentang harapan dan keinginan orang
lain, banyak menunda aktivitasnya, tidak efisien dan tidak menentu, perilakunya sering
menjengkelkan, menunjukkan kepuasan yang tidak bermoral, aspirasi dan kesenangan dengan
memanipulasi orang lain.
Perilaku interpersonal : bertentangan : mengalami banyak konflik dan sering berubah-ubah
peran di dalam relasi sosialnya, kadang-kadang terlihat dependent dan kadangkala dengan tegas
menampilkan diri sebagai individu independent. kurang toleransinya terhadap orang lain, mudah
mengekspresikan sikap negatif atau sikap bertentangan dengan orang lain.
Kognitif style : negativistik: menunjukkan sikap sinis , skeptis, dan kejadian-kejadian positif
tidak dapat dipercaya, tidak diyakini, dan memandang masa depan dengan penuh keragu-raguan,
serta memandang kehidupan orang lain dengan penuh kebencian, serta kecenderungan untuk
mengekspresikan penghinaan dan sindiran yang pedas untuk memperoleh keuntungan yang baik
bagi dirinya.
Mekanisme regulasi : displacement : mengekspresikan kemarahan dan permasalahan emosi
terhadap orang lain secara tidak langsung atau melalui cara menghasut, yang secara signifikan
kemarahan menjadi lebih lemah kadarnya; atau mengganti kemarahan dengan berperilaku pelupa
atau menunjukkan kemalasan.
Self image : discontented : melihat diri sebagai orang yang tidak dipahami, tidak dihargai, dan
direndahkan oleh orang lain, menunjukkan kebencian, dan ketidakpuasan, serta kekecewaan
terhadap kehidupannya.
Gambaran tentang objek : oposisi : menggambarkan kondisi internal dengan kecenderungankecenderungan yang saling bertentangan secara kompleks; kondisi ini telah mendorong tindakantindakan yang tidak wajar sebagai kekuatan dari impuls-impuls ketidaksetujuan yang terpolakan
dengan meniadakan pencapaian dan kesenangannya dengan memanipulasi orang lain.
Morphologic : divergent : pola dari elemen-elemen internal untuk kepentingan coping dan
manuver pertahanan diri yang secara langsung mengarah pada tujuan yang bertentangan, sebagai
akibat dari banyaknyakonflik yang tidak dapat diselesaikan secara terpadu untuk memenuhi
dorongan atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat diabaikan atau tidak dapat diputarbalikan.
Mood / temperamen : irritable; ditandai oleh: seringnya membandel, keras kepala, dan mudah
marah, diikuti oleh sifat yang mendongkol, moody: cerewet, tidak sabaran, mudah kecewa oleh
orang lain.
Gangguan kepribadian ambang ditandai oleh suatu cakupan ciri perilaku, emosional,
dan kepribadian (Sanislow, Grilo, & McGlashan,2000). Pada intinya gangguan ini mencakup
suatu pola pervasif dari ketidakstabilan dalam hubungan, self-image, dan mood, serta kurangnya
kontrol dan impuls. Orang dengan gangguan kepribadian ambang cenderung tidak yakin akan
identitas pribadi mereka-nilai, tujuan, karier, dan bahkan mungkin orientasi seksual mereka.
Ketidakstabilan dalam self-image atau identitas pribadi membuat mereka dipenuhi perasaan
kekosongan dan kebosanan yang terus menerus. Mereka tidak dapat menoleransi ide untuk
berada sendirian dan akan melakukan usaha-usaha nekat untuk menghindari perasaan
ditinggalkan (Gunderson, 1996). Ketakutan akan ditinggalkan menjadikan mereka pribadi yang
melekat dan menuntut dalam hubungan sosial mereka, namun kelekatan mereka sering kali
malah menjatuhkan orang-orang yang menjadi tumpuan mereka. Tanda-tanda penolakan
membuat mereka sangat marah, yang membuat hubungan mereka menjadi lebih jauh lagi.
Akibatnya perasaan mereka terhadap orang lain menjadi mendalam dan berubah-ubah. Mereka
13
silih berganti antara melakukan pemujaan yang ekstrem (saat kebutuhan mereka terpenuhi)
dengan memendam kebencian (saat mereka merasa diabaikan). Mereka cenderung memandang
orang lain sebagai semua-tentangnya- baik atau semua-tentangnya-buruk dan berubah-ubah
dengan cepat dari satu ekstrem ke ekstrem yang lain. Sebagai hasilnya, mereka akan terbang dari
satu pasangan ke pasangan lain dalam suatu seri hubungan yang singkat dan menggebu-gebu.
Orang yang mereka puja akan diperlakukan dengan kebencian saat hubungan berakhir atau saat
mereka merasa orang tersebut gagal dalam memenuhi kebutuhan mereka (Gunderson& Singer,
1986).
C. Gangguan Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Aneh atau Eksentrik
1.
Gangguan kepribadian Skizoid
Etiologi : iklim relasi dalam keluarga bersifat formal, dingin, tidak menunjukkan kedekatan
diantara masing-masing anggota keluarga, tidak ada saling hubungan diantara sesama anggota
keluarga.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : lesu, lelah, lemah, kurang vitalitas, plegmatis, lamban,
tampak terjadi penurunan pada kemampuan aktivitasnya, ekspresi motorik berlangsung secara
spontan.
Perilaku interpersonal : menjauh dari orang lain : terlihat bersikap acuh tak acuh terhadap orang
lain, dan bahkan cenderung utk menjauhkan diri dari orang lain; jarang menampilkan respons
atau perasaannya terhadap orang lain; minat terhadap orang lain sangat minim; rendah diri,
hanya sedikit memiliki relasi dengan orang lain, termasuk dengan keluarga maupun di
lingkungan kerja relasi sangat dangkal.
Kognitif style : miskin secara kognitif : terjadinya penurunan kemampuan di bidang kognisi;
dalam arti memiliki kemampuan rendah yang untuk dpt memahami berbagai peristiwa yang
samar-samar (ambigue). Proses berfikir tidak jelas, disertai tingkat intelektual rendah.
Komunikasi mudah tergelincir dan kehilangan keruntutan berpikir termasuk terhadap persoalan
yang mudah. Bahkan sering berputar-putar pada penjelasan yang tidak logis.
Mekanisme regulasi : intelektualisasi : relasi interpersonal dan pengalaman afektif sangat
sederhana, ambigue, dan bersifat impersonal atau pemaknaan lebih mekanis; perhatiannya lebih
terarah pada peristiwa sosial atau emosional yang bersifat formal dan obyektif.
Self image : complacement : kesadaran diri dan kemampuan introspeksi minimal, secara
emosional tidak mampu untuk mengekspresikan emosi maupun pribadinya pada kehidupan
sosial sehari-harinya.
Gambaran tentang objek : undifferented ; memiliki sedikit kemampuan artikulasi, tidak memiliki
kemampuan untuk mengintegrasikan kemampuan pengamatan dan ingatan secara dinamik di
dalam mengatasi dorongan maupun konflik-konflik sebagaimana halnya pada individu yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Morphologic : meager : menggambarkan kondisi internal yang lemah, dengan dorongan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri lemah, disertai kemampuan untuk mengatasi konflikkonflik internal lemah, demikian pula lemah di dalam mengatasi tuntutan eksternal, dengan
kemampuan koordinasi dan usaha yang terbatas.
Mood / temperamen : flat : emosi hambar, dingin, dengan kualitas perasaan yang miskin; afek
lemah, jarang menunjukkan kehangatan, disertai ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan,
atau kesedihan, dan kemarahan yang mendalam.
14
Isolasi sosial adalah ciri utama dari ganggaun kepribadian skizoid. Sering kali digambarkan
sebagai penyendiri atau eksentrik, orang dengan gangguan kepribadian skizoid kehilangan minat
pada hubungan sosial. Emosi dari orang dengan kepribadian skizoid tamak dangkal atau tumpul,
namun pada derajat yang lebih rendah dibandingkan skizofrenia. Orang dengan gangguan ini
tampak jarang, bila oernah, mengalami kemarahan, kebahagiaan, atau kesedihan yang kuat.
Mereka tampak jauh dan menjaga jarak. Wajah mereka cenderung tidak menampilkan eksoresi
emosional, dan mereka jarang bertukar senyum sosial ata salam yang disertai anggukan dengan
orang lain. Mereka tampak tidak terpengaruh terhadap kritik atau pujian dan tampak terbungkus
dalam ide-ide abstrak daripada dalam pikiran mengenai manusia. Meski mereka lebih senang
menjaga jarak dari orang lain, mereka membina kontak yang lebih baik dengan realitas daripada
orang yang menderita skizofrenia. Prevalensi dari gangguan ini dalam populasi umum tidaklah
diketahui.
Pola kepribadian skizoid umumnya dapat dikenali saat awal masa dewasa. Pria dengan gangguan
ini jarang berkencan atau menikah. Perempuan dengan gangguan ini cenderung menerima ajakan
romantis secara pasif dan menikah, namun mereka jarang berinsiatif untuk membina hubungan
atau mengembangkan ikatan yang kuat dengan pasangan mereka.
Akhtar (1987) menyatakan bahwa kemungkinan terdapat kesenjangan antara penampilan luar
dan kehidupanterdalam dari orang-orang dengan kepribadian skizoid. Meski mereka terlihat
memiliki sedikit minat terhadap seks, misalnya, mereka mungkin memiliki keinginan voyeuristik
dan menjadi tertarik pada pornografi. Akhtar juga menyatakan bahwa perilaku menjauh dan
menjaga jarak sosial dari orang-orang dengan kepribadian skizoid mungkin hanya di permukaan
saja. Mereka juga memiliki sensivitas yang kuat, rasa ingin tahu yang mendalam tentang orang
lain, dan harapan akan cinta yang tidak dapat mereka ekspresikan. Dalam sejumlah kasus,
sensitivitas diekspresikan dengan perasaan yang mendalam terhadap binatang daripada terhadap
sesama.
D.Gangguan Kepribadian yan Ditandai oleh Perilaku Cemas atau Ketakutan
Kelompok gangguan keperibadian ini mencaku tipe menghindar, dependen (Submissive)
dan obsesif-kompulsif. Meskipun ciri dari masing-masing gangguan ini berbeda, gangguan ini
sama-sama memiliki komponen berupa rasa takut atau kecemasan.
1. Gangguan Kepribadian Menghindar
Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang menolak dan sering mencela.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : memandang lingkungan dengan penuh kehati-hatian,
karena lingkungan sosial dipandang secara potensial akan mendatangkan ancaman, terutama
karena adanya kekhawatiran dirinya akan dicemoohkan, oleh karena itu ia akan bereaksi secara
berlebihan terhadap kejadian-kejadian yang sesungguhnya tidak membahayakan.
Perilaku interpersonal : subyek memiliki riwayat kecemasan yang berlebihan disertai
ketidakpercayaan yang tinggi terhadap orang lain; namun disisi lain mengharapkan adanya
penerimaan diri dari lingkungan, akan tetapi individu yang bersangkutan senantiasa akan
menjaga jarak dan privasinya dengan orang lain; tindakan tersebut sebagai bentuk antisipasi dan
kekhawatiran untuk memperoleh penghinaan dari orang lain.
Kognitif style : subyek sangat terpaku terhadap kesulitan-kesulitan yang dialaminya; pikiranpikirannya mudah kacau, jalan berpikirnya seringkali tidak relevan, gagasan-gagasan yang
dimunculkan sering menyimpang, meskipun kesimpulan yang diperolehnya berangkat dari hasil
komunikasi dengan lingkungan sosialnya.
15
Mekanisme regulasi : fantasi : bergantung secara berlebihan pada imajinasi untuk mencapai
kepuasan maupun untuk penyelesaian konflik-konflik yang dialaminya: dalam arti dia berusaha
untuk memperoleh rasa aman dan pengendalian impuls-impuls agresi ke dalam angan-angan.
Self image : alienated ; terlihat sebagai seseorang yang terisolasi dan merasa ditolak oleh orang
lain; terjadi penurunan kemampuan penilaian diri, serta mengalami perasaan kesendirian dan
kekosongan, dan terjadinya depersonalisasi.
Gambaran tentang objek : veatious : menggambarkan kondisi internal yang mengalami ingataningatan yang bertentangan, disertai terbatasnya kesempatan untuk memperoleh kepuasan, serta
sedikitnya kemampuan mekanisme untuk mengalihkan kebutuhan-kebutuhannya, serta lebih
dibutakan oleh impuls-impulsnya, daripada kemampuan untuk penyelesaian konflik atau
menghindari dari tekanan eksternal.
Morphologic : fragile : terjadi kompleksitas atas emosi-emosi yang membahayakan yang
berlangsung secara berulang-ulang, dengan modalitas dan kemampuan pemecahan masalah yang
terbatas; dalam arti pada saat menghadapi masalah biasanya dilakukan dalam bentuk
menghindar, menjauhi, atau melalui fantasi. Oleh karena itu ketika dihadapkan pada situasi yang
mendatangkan stres yang tidak terantisipasikan, subyek hanya memiliki sedikit energi untuk
mengatasinya, sehingga subyek akan dengan mudah subyek mengalami regresi ke arah
decompensasi.
Mood/temperamen : anguished : subyek menunjukkan diri sebagai orang yang mengalami
kebingungan atas ketegangan-ketegangan yang terpendam, antara kesedihan dan kemarahan,
serta keinginan untuk memperoleh afeksi, serta ketakutan akan kekasaran dan kekerasan dari
orang lain.
Orang dengan gangguan kepribadian menghindar dangat ketakutan akan penolakan dan kritik
sehingga mereka umumnya tidak ingin memasuki hubungan tanpa adanya kepastian akan
penerimaan. Sebagai hasilnya mereka hanya memiliki sedikit teman dekat di luar keluarga inti.
Mereka juga cenderung menghindari pekerjaan kelompok atau aktivitas rekreasi karena takut
akan penolakan. Mereka lebih suka makan sendiri di meja mereka. Mereka mengindari piknik
atau pesta perusahaan, kecuali bila mereka merasa sangat yakin akan diterima. Gangguan
kepribadian menghindar, yang muncul dalam proporsi sama pada laki-laki dan perempuanm
diyakini menimpa antara 0,5% hingga 1% dari populasi umum (APA,2000).
Tidak seperti orang dengan karakteristik skizoid, yang juga memiliki ciri menarik diri secara
sosial, individu dengan gangguan kepribadian menghindar memiliki minat dan perasaan akan
kehangatan pada orang lain. Meskipun demikian, ketakutan akan penolakan menghalangi mereka
untuk memenuhi kebutuhan mereka akan afeksi dan penerimaan. Dalam situasi sosial, mereka
cenderung merapat pada dinding dan menghindari percakapan dengan orang lain. Mereka takut
dipermalukan di depan umum, berfikiran bahwa orang lain akan melihat mereka merona,
menangis, atau bertindak gugup. Mereka cenderung terikat dengan rutinitas mereka dan melebihlebihkan resiko atau uaha dalam mencoba hal-hal baru. Mereka menolak datang ke pesta yang
harus menempuh perjalanan selama satu jam dengan alasan bahwa pulang ke rumah larut malam
akan sangat melelahkan.
Perhatikan contoh kasus dibawah ini;
Sebuah kasus Gangguan Kepribadian Menghindar
Harold, seorang pegawai akuntansi berusia 24 tahun, telah berkencan dengan beberapa
perempuan, dan ia bertemu dengan mereka melalui perkenalan keluarga. Ia tidak pernah
merasa cukup percaya diri untuk mendekati perempun seorang diri. Mungkin sifat malunya
16
yang pertama kali menarik hati Stacy. Stacy, seorang sekretari berusia 22 tahun, bekerja
bersebelahan dengan Harold dan bertanya apakah suatu saat ia ingin keluar bersama setelah
kerja. Pada awalnya Harold menolak, mengemukakan sejumlah alasan, namun saat Stacy
mengajaknya kembali seminggu kemudian, Harod setuju, berfikir bahwa Stacy pasti sungguhsungguh menyukai dirinya bila Stacy bersedia mengejarnya. Hubunan terbina secara cepat, dan
segera mereka berkencan hampir setiap malam. Meskipun demikian, hubungan tersebut tampak
tegang. Harold menginterpretasikan setiap keraguan ringan dalam nada suara Stacy sebagai
kurangnya minat. Ia berulang kali mempertanyakan kepastian bahwa Stacy peduli padanya, dan
ia mengevaluasi setiap kata dan gerak sebagai bukti dari perasaan Stacy. Bila Stacy
mengatakan bahwa ia tidak bisa bertemu dengannya karena lelah atau sakit, ia berasumsi
bahwa Stacy menolaknya an ia mencari kepastian lebih jauh lagi. Setelah beberapa bulanm
Stacy memutuskan bahwa ia tidak dapat lagi menerima perlakuan Harold, dan hubungan
berakhir. Harold, beranggapan bahwa Stacy tidak pernah benar-benar peduli padanya.
Ada tumpang tindih yang cukup besar antara gangguan kepribadian menghindar dengan
fobia sosial, terutama dengan subtipe fobia sosial yang parah yang mencakup pola menyeluruh
dari fobia sosial (ketakutan yang tidak rasional dan berlebihan pada hampir semua situasi sosial)
(Turner, Beidel, & Townsley, 1992; Widiger, 1992). Meskipun bukti penelitian menunjukan
bahwa banyak kasus fobia sosial menyeluruh terjadi tanpa adanya gangguan kepribadian
menghindar (Holt, Heimberg, & Hope, 1992), relayif sedikit kasus dari kepribadian menghindar
yang muncul tanpa kehadiran fobia sosial menyeluruh ( Widiger,1992). Jadi gangguan
kepribadian menghindar dapat mencerminkan bentuk yang lebih parah dari fobia sosial
(Hoffman dkk., 1995). Namun, panel ilmiah masih mempertanyakan apakah gangguan
kepribadian menghindar sebaiknya dianggap sebagai bentuk yang parah dari fobia sosial
menyeluruh atau kategori diagnostik yang berbeda sebagaimana kini digolongkan.
2.
Gangguan Kepribadian Dependen (Submissive)
Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang sangat melindungi.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan: merasa tidak kompeten: menampilkan suatu sikap yang
sangat patuh dan pasif, kurang keberanian untuk penegasan diri, serta menunjukkan cenderung
untuk menghindar dari tugas dan tanggung jawab sebagai individu dewasa.
Perilaku interpersonal : submissive (patuh) : kebutuhan untuk menjadi bawahan dari orang yang
kuat, cenderung akan mempertahankan figur otoritas sebagai tempat berlindung. oleh karena itu
dia bersikap sangat patuh, dan selalu mengalah terhadap otoritas, dan dia selalu mencari
ketentraman dengan mengorbankan dirinya.
Kognitif style : naive : mudah dipengaruhi, tidak memiliki kecurigaan terhadap orang lain,
mudah ditipu; subyek tidak menampakkan kesedihan yang mengarah pada kesulitan dalam relasi
interpersonalnya. subyek menunjukkan kelemahan di dalam menghadapi permasalahanpermasalahan obyektif, sehingga permasalahan kecil yang dihadapinya sering secara berangsurangsur menjadi semakin sulit.
Mekanisme regulasi : introjection: menunjukkan ketergantungan pada orang lain ; dalam arti
untuk memperkuat keyakinan diri, serta meningkatkan eksistensinya dengan cara membuan
TEORI THEODORE MILLION
Fasillitator
Novi yulianti M.Psi
Disusun oleh:
Kelompok 5
Alicia safanah
Fitriyani
Euis tita s
Siti Nurul Fajariah
Pebby Nur Herdiansyah
AKADEMI KEPERAWATAN RS.EFARINA
PURWAKARTA
2015
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
kesempatan,kesehatan dan kemudahan dalam penyusunan makalah ‘Teori Psikologi
menurut theodeore’.Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan yang baik bagi kami.
Makalah ini disajikan dalam bentuk penjelasan teori mengenai ‘Teori Psikologi
menurut theodeore ‘kami menyadari bahwa dengan menyusun atau menulis makalah
ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran kami harapkan dari teman-teman
dan dosen kami yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini bisa bermanfaaat bagi kita semua dan kita bisa lebih
mengetahui tentang ‘Teori Psikologi menurut theodeore’ .
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Purwakarta,Desember 2015
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Psikologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang ilmu kejiwaan
atau psikis agar dapat mengerti ilm-ilmu psikologi kita harus dapat mengerti
beberapa teori dari peneliti psikologi yaitu seperti theodeore million yang
menjeleskan gangguan-gangguan yang terdapat dalam tubuh kita teori ini adalah
dasar dari mempelajari ilmu mempelajari psikologi dalam keperawatan kita harus
mengetahui psikis orang atau pasien tersebut maka dari itu harus dapat mempelajari
ilmu psikologi atau gangguan-gangguan yang terjadi pada manusia.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui teori psikologi dari theodeore million?
Dan pengembangan ilmu psikologi menurut teori theodeore million?
Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu mengaplikasikan teori theodeore million
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini :
1. menjelaskan
gangguan-gangguan dan
cirri-ciri
yang menyebabkan
gangguan gangguan tersebut?
Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, kami menggunakan literature yaitu dengan
metode studi kepustakaan dan media internet
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini, terdiri dari Bab 1 yakni
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan,
sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan teori yang terdiri dari latar belakang
teori theodeore million. Bab 3 Penutup yang terdiri dari
halaman terakhir terdapat Daftar pustaka.
3
kesimpulan. Di
BAB II
TEORI
1. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain
yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri
terhadap tuntutan eksternal; sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat self-defeating. Traittrait kepribadian yang terganggu menjadi jelas di masa remaja atau awal masa dewasa dan terus
berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa, semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin
sulit untuk diubah. Tanda-tanda peringatan akan adanya gangguan kepribadian dapat dideteksi
pada masa kanak-kanak, bahkan pada perilaku bermasalah dari anak-anak prasekolah. Anakanak dengan gangguan psikologis atau perilaku bermasalah di masa kanak-kanaknya, seperti
gangguan tingkah laku, depresi, kecemasan, dan ketidakmatangan, lebih besar resikonya
dibandingkan resiko rata-rata untuk mengembangkan gangguan kepribadian di kemudian hari
(Berstein dkk.,1996; Kasen dkk., 2001). Gangguan kepribadian tampaknya menjadi lebih umum
terjadi, survei komunitas menunjukan bukti akan adanya satu atau lebih gangguan kepribadian
(Torgesen, Kringlen, & Cramer, 2001)
Terlepas dari konsekuensi perilaku mereka yang bersifat self-defeating, orang dengan
gangguan kepribadian pada umumnya tidak merasa perlu untuk berubah.
-
Menurut Millon, ada tiga polarisasi yang mendasari terjadinya perilaku yaitu :
Mengejar kesenangan dan menghindari kesakitan
Pasif (bersifat akomodasi) dan aktif memodifikasi lingkungan
Berorientasi pada diri (self) dan berorientasi pada lingkungan (the other)
B. Gangguan Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Dramatis, Emosional, atau Eratik
Kelompok gangguan kepribadian ini mencakup antisosial, histirionik,narsistik, dan
gangguan kepribadian ambang. Pola perilaku dari berbagai tipe ini adalah berlebih-lebihan, tidak
dapat diramalkan, atau self-centered. Orang dengan gangguan ini memiliki kesulitan untuk
membentuk dan membina hubungan.
1.
Gangguan Antisosial
Etiologi : anak-anak yang diabaikan, dan bahkan sering menunjukan sikap permusuhan dengan
orang tua mereka.
Tindakan yang diekspresikan : impulsif : tidak sabaran dan pemarah, kegiatannya bersifat
spontan dan tergesa-gesa, terburu-buru, berpandangan dangkal, tidak hati-hati, tidak memiliki
perencanaan atas aktivitasnya, dan perilakunya tanpa mempertimbangkan alternatif maupun
konsekuensi yang lebih jauh atas tindakannya.
Perilaku interpersonal : tidak bertanggung jawab : s tidak dapat dipercaya, gagal dlm mengambil
tanggung-jawab sebagai pribadi dalam setting perkawinan, sebagai orang tua, sebagai pekerja,
atau hal yg berkaitan dengan finansial, aktif memperlihatkan suatu tindakan kekerasan dan
pelanggaran hukum.
Kognitif style : deviant : memandang dan menafsirkan kejadian-kejadian di dalam hubungannya
dengan orang lain secara tidak bermoral, dan cenderung menghina dan mengabaikan aturanaturan sosial yang berlaku.
4
Mekanisme regulasi : acting out : subyek akan semakin meningkat ketegangan-ketegangannya,
jika menangguhkan untuk mengekspresikan pemikiran-pemikiran dalam bentuk menyerang
orang lain atau mengekspresikan kedengkian terhadap orang lain; secara sosial impuls-impuls
buruk pada diri mereka tidak dapat diubah ke dalam bentuk sublimasi, tetapi lebih mudah untuk
diekspresikan secara langsung, tanpa disertai rasa salah.
Self image : otonom : memandang diri sebagai orang yang terkekang oleh kebiasaan-kebiasaan
sosial maupun kesetiaan untuk pengendalian pribadinya; mereka menilai citra diri dan
kesenangannya kearah kebebasan, dan tidak merasa terbebani, atau terikat oleh seseorang, oleh
tempat, atau tanggung jawab, kegiatan-kegiatan rutin lainnya.
Gambaran tentang objek : rebellious : menggambarkan kondisi internal yang bercampur baur
antara pembalasan, perasaan dendam dan impuls-impuls kegelisahan; kondisi inilah yang telah
mendorong mereka untuk membantah adat-istiadat atau kebudayaan yang tidak dapat
dipungkirinya, serta mereka menunjukkan cenderung untuk merendahkan nilai-nilai sosial, dan
menyangkal nilai-nilai sosial yang dihasilkan masyarakat.
Morphologic : unbounded : mengambarkan kondisi internal untuk melakukan pertahanan diri
atas kekurangan-kekurangannya dengan sikap dan dorongan yang sangat kuat untuk melanggar
aturan, disertai ambang toleransi frustrasi yang rendah, dan sedikit kemampuan sublimasi untuk
mengekspresikan pengekangan diri.
Mood / temperamen : callous : ditunjukan dengan sifat-sifat tidak sensitif, tidak adanya empatik,
berdarah dingin, tidak ramah, tidak adanya penyesalan, kasar dan tidak sopan, kejam, tidak
peduli terhadap kesejahteraan orang lain.
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial secara persisten melakukan pelanggaran
terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan
konvensi sosial,impulsif, serta gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Meski
demikian, mereka sering menunjukan karisma dalam penampilan luar mereka dan paling tidak
memiliki intelegensi rata-rata (Cleckley, 1976). Mungkin ciri yang paling menonjol dari mereka
adalah tingkat kecemasan yang rendah ketika berhadapan dengan situasi yang mengancan dan
kurangnya rasa bersalah atau penyesalan atas kesalahan yang merela lakukan. Hukuman
tampaknya hanya memiliki sedikit dampak, bila ada, pada perilaku mereka. Meski orang tua dan
orang lain biasa menghukum mereka untuk kesalahan yang mereka lakukan, mereka tetap
menjalani kehidupan yang tidak bertanggung jawab dan impulsif.
Walaupun perempuan lebih cenderung untuk mengembangkan gangguan kecemasan dan depresi
dibanidngkan laki-laki, laki-laki lebih cenderung menerima diagnosis gangguan kepribadian
antisosial dibandingkan perempuan (Robins, Locke, & Reiger, 1991). Tingkat prevalensi untuk
gangguan ini dalam sampel komunitas berkisar antara 3% sampai 6% pada laki-laki dan sekitar
1% pada perempuan (APA,2000; Kessler dkk., 1994). Untuk mendapatkan diagnosis gangguan
kepribadian antisosial, orang tersebut paling tidak harus berusia 18 tahun. Diagnosis alternatif
yang berupa gangguan tingkah laku dapat dikenakan pada orang yang lebih muda. Banyak anak
dengan gangguan tingkah laku ang tidak berlanjut menunjukan perilaku antisosial ketika dewasa.
Kita dulu pernah menggunakan istilah psikopat dan sosiopat untuk menunjukan tipe orang yang
kini termasuk dalam kepribadian antisosial, orang dengan perilaku tidak bermoral dan asosial,
impulsif, serta kurang memiliki penyesalan dan rasa malu. Sejumlah klinisi terus menggunakan
istilah-istilah ini secara bergantian dengan istilah kepribadian antisosial. Akar dari kata psikopat
berfokus pada gagasan bahwa ada sesuatu yang tidak benar (patologis) pada fungsi psikologis
individu. Sedangkan akar dari kata sosiopat berpusat pada deviasi (penyimpangan) sosial orang
tersebut.
5
Pola perilaku yang menandai gangguan kepribadian antisosial dimulai dari masa kanakkanak atau remaja dan berlanjut hingga dewasa. Namun demikian, perilaku antisosial dan
kriminal yang terkait dengan gangguan ini cenderung menurun sesuai usia, dan mungkin akan
menghilang pada saat orang tersebut mencapai umur 40 tahun. Namun, tidak demikian denga
trait kepribadian yang mendasari gangguan antisosial-tait seperti egosentrisitas; manipulatif;
kurangnya empati; kurangnya rasa bersalah atau penyesalan; dan kekejaman pada orang lain.
Hal-hal tersebut relatif stabil meski terdapat penambahan usia (Harpur& Hare, 1994).
Faktor-faktor sosiokultural dan Gangguan kepribadian AntisosialGangguan keribadian
antisosial terjadi pada semua ras dan kelompok etnik. Peneliti tidak menemukan bukti perbedaan
etnik atau ras dalam hal tingkat prevalensi gangguan (Robind, Tipp, & Przybeck, 1991). Namun
gangguan ini lebih umum terjadi dalam kelompk sosial ekonomi yang lebih rendah. Salah satu
penjelasannya, adalah bahwa orang dengan gangguan kepribadian antisosial kemungkinan
mengalami penurunan dalam hal pekerjaan, mungkin karena perilaku antisosial mereka membuat
mereka sulit untuk memiliki pekerjaan yang tetap atau meningkatkan karier. Mungkin juga
bahwa orang dari tingkat sosial ekonomi yang lebih rendah lebih cenderung untuk diasuh oleh
orang tua yang memberi panutan perilaku antisosial. Bagaimanapun, bisa juga terjadi bahwa
diagnosis ini teah diberikan secara keliru pada orang yang hidup dalam komunitas keras yang
mungkin menunjukan perilaku antisosial sebagai sebuah strategi pertahanan hidup (APA,2000).
Ciri-ciri umum dari orang dengan gangguan kepribadian antisosial, yaitu mencakup
kegagalan untuk patuh pada norma sosial, tidak bertanggung jawab, tidak mau berusaha dan
tidak memiliki rencana atau tujuan jangka panjang, perilaku yang impulsif, benar-benar tidak
patuh pada hukum, melakukan kekerasan, tidak memiliki pekerjaan dalam waktu yang lama,
meiliki masalah perkawinan, kurangnya rasa penyesalan atau empati, penyalahgunaan obat,
riwayat alkoholisme, serta tidak menghargai kebenaran dan perasaan juga kebutuhan orang lain (
Patrick, Cuthbert, & Lang, 1994; Robins dkk., 1991). Perilaku tidak bertanggung jawab juga
dapat dilihat dari riwayat pribadi yang ditandai oleh ketidakhadiran di tempat kerja berulang kali
tanpa alasan, meninggalkan pekerjaan tanpa memiliki cadangan pekerjaan di tempat lain, atau
tidak bekerja dalam jangka watu yang panjang meski tersedia kesempatan kerja. Perilaku tidak
bertanggung jawab meluas hingga ke masalah keuangan, di mana terdapat kemungkinan
kegagalan berulang untuk membayar hutang, untuk membiayai anak, atau untuk memenuhi
tanggung jawab keuangan terhadap keluarga atau orang yang bertanggung padanya. Ciri
diagnostik dari gangguan kepribadian antisosial, sebagaimana ditentukan dalam DSM,
ditunjukan dalam tabel berikut :
Ciri-ciri Diagnostik dari Gangguan Kepribadian Antisosial
a) Paling tidak berusia 18 tahun
b)
Ada bukti gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun, ditunjukan dengan pola perilaku
seperti membolos, kabur, memulai perkelahian fisik, menggunakan senjata, memaksa
seseorang untuk melakukan aktivitas seksual, kekejaman fisik pada orang atau binatang,
merusak atau membakar bangunan secara sengaja, berbohong, mencuri, atau merampok.
c) Sejak usia 15 tahun menunjukan kepedulian yang kurang dan pelanggaran terhadap hakhak orang lain, yang ditunjukan oleh beberapa perilaku sebagai berikut :
1) Kurang patuh terhadap norma sosial dan peraturan hukum, ditunjukan dengan perilaku
melanggar hukum yang dapat atau tidak dapat mengakibatkan oenahanan, seperti merusak
bangunan, terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan dengan hukum, mencuri atau
menganiaya orang lain.
6
2) Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan orang lain, ditunjukan
dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang, mungkin
termasuk penganiayaan terhadap pasangan atau anak-anak.
3) Secara konsisten tidak bertanggung jawab, ditunjukan dengan kegagalan mempertahankan
pekerjaan karena ketidakhadiran berulang kali, keterlambatan, mengabaikan kesempatan
kerja atau memperpanjang periode pengangguran meski ada kesempatan kerja; dan/atau
kegagalan mematuhi tanggung jawab keuangan seperti gagal membiayai anak-anak atau
membayar hutang; dan/atau kurang dapat bertahan dalam hubungan monogami.
4) Gagal membuat perencanaan masa depan atau impulsivitas, seperti ditunjukan oleh
perilaku berjalan-jalan tanpa pekerjaan atau tujuan yang jelas.
5) Tidak menghormati kebenaran, ditunjukan dengan berulang kali berbohong, memperdaya,
atau menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi atau kesenangan.
6) Tidak menghargai keselamatan diri sendiri atau keselamatan orang lain, ditunjukan dengan
berkendara saat mabuk atau berulang kali mengebut.
7) Kurangnya penyesalan atas kesalahan yang dibuat, ditunjukan dengan ketidakpedulain
akan kesulitan yang ditimbulkan pada orang lain, dan/atau membuat alasan untuk kesulitan
tersebut.
2. Gangguan Kepribadian Histirionik
Etiologi : anak-anak yang sedikit memperoleh punishment dan sangat banyak memperoleh
reward.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : afektif: menunjukkan reaksi yang sangat berlebihan,
cenderung mencari stimulasi dan perhatian orang lain melalui tindakan impulsivitas;
menunjukkan kemampuan berfikir rendah, reaksi-reaksi lebih bersifat teatrikal, dan
menunjukkan kegemaran untuk memperoleh kegembiraan sesaat, maupun mencapai keuntungan
dan kesenangan yang cepat.
Perilaku interpersonal : genit : aktif mencari pujian dengan memanipulasi orang lain untuk
memperoleh keuntungan yang dibutuhkan, atau untuk memperoleh ketentramam hatinya;
individu ini cenderung mencari perhatian dan persetujuan orang lain; dia sangat bergantung pada
orang lain, dan cenderung mendramatisasi diri, serta menunjukan kegairahan yang tinggi.
Kognitif style : bertingkah laku tidak karuan (flighty): menghindari instrospeksi atas perilakunya,
dan lebih tertarik pada kejadian luar yang sesaat, dan dengan perhatian yang cepat berlalu; serta
rendahnya kemampuan untuk mengintegrasikan pengalaman-pengalamannya yang diperoleh,
sebagai akibat tidak terfokusnya perhatian terhadap permasalahan-permasalahan yang
dihadapinya.
Mekanisme regulasi : disosiasi: mengatur tampilan dirinya dengan menciptakan suatu
keberhasilan sosial yang atraktif, tetapi perubahannya berlangsung secara tiba-tiba: melalui
pengalihan diri untuk menghindari dan mengintegrasikan pemikiran dan emosi yang tidak
menyenangkan.
Self image : sociable: memandang diri mudah bergaul, menarik dan manis, menggambarkan citra
diri sebagai teman yang menarik dan menyenangkan serta sibuk untuk membujuk orang lain
dengan orientasi pada kehidupan sosial yang menyenangkan.
Gambaran tentang objek : swallow: menggambarkan kondisi internal yang sebagian besar tidak
mendalam (superficial), serta afeks yang tidak menyatu dengan ingatan-ingatan, maupun
konflik-konfliknya, serta lebih menuruti dorongan dan mekanisme yang tidak substansial.
7
Gambaran tentang objek : swallow: menggambarkan kondisi internal yang sebagian besar tidak
mendalam (superficial), serta afeks yang tidak menyatu dengan ingatan-ingatan, maupun
konflik-konfliknya, serta lebih menuruti dorongan dan mekanisme yang tidak substansial.
Mood / temperamen : fickle: menunjukkan kehidupan yang dramatis dengan emosi yang
dangkal; aktivitasnya berlebihan, tidak sabaran, mudah mencari perhatian dan mudah marah atau
bosan.
Gangguan kepribadian histirionik melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang
besar untuk menjadi pusat perhatian. Istilah ini berasal dari bahasa latinhistrio, yang berarti
“aktor”. Orang dengan gangguan kepribadian histirionik cenderung dramatis dan emosional,
namun emosi mereka tampak dangkal, dibesar-besarkan, dan muda berubah. Gangguan ini
sebelumnya disebut juga sebagi kepribadian histerikal. Contoh kasus berikut mengilustrasikan
perilaku dramatis yang berlebihan yang merupakan ciri khas dari seseorang dengan gangguan
kepribadian histirionik:
Sebuah kasus Ganggaun kepribadian Histironik
Marcella adalah seorang perempuan berusia 36 tahun, menarik, tapi berdandan secara
berlebihan. Ia mengenakan celana ketat dan sepatu tumit tinggi. Rambutnya diatat seperti
sarang burung yang populer saat ia remaja. Kehisupan sosialnya tamak melambung dari satu
hubungan ke hubungan yang lain, dari krisis ke krisis. Pada saat ini, Marcella mencari bantuan
psikolog dikarenakan anaknya yang berusia 17 tahun, Nancy,baru saja masuk rumah sakit
akibat menyayat pergelangan tangannya Nancy tinggal bersama Marcella dan pacar terkahir
Marcella, Moris, dan terjadi perdebatan terus menerus di dalam apartement tersbeut. Marcella
menceritakan perselisihan yang terjadi secara dramatis, mengayunkan tangannyam
menggemerincingkan gelang-gelang di lengannya, dan kemudian mendekap dadanya. Sulit
tinggal bersama Nancy di rumah karena Nancy memiliki selera tinggi, “selalu mencari
perhatian,” dan menggoda Morris sebagai cara untuk “menunjukan keremajaannya.” Marcella
meihat dirinya sebagai ibu yang penuh kasih dan menyangkal segala kemungkinan ia bersaing
dengan anaknya.
Marcella datang untuk beberapa sesi, di mana pada dasarnya ia mengeluarkan perasaannya
dan ia terdorong untuk membuat keputusan yang akan mengurangi tekanan yang terdapat
anatara dirinya dan anak perempuannya. Di akhir setiap sesi ia berkata. “Saya merasa jauh
lebih baik” dan sangat berterima kasih pada psikolognya. Saat menyudahi
“terapi”, dia mengambil tangan psikolog dan menggenggam penuh karisma. “Terima kasih
banyak, Dokter,” katanya dan keuarlah ia.
Penggantian histerikal menjadi histirionik dan perubahan yang terkait dengan akar kata hysteria
(berarti “rahim”) menjadi histirio memungkinkan pada para profesional untuk menjaga jarak dari
gagasan bahwa ganggyan ini secara kompleks berhubungan dengan menjadi perempuan.
Gangguan ini di diagnosis lebih sering pada perempuan daripada laki-laki (Hartung & Widiger,
1998), meski sejumlah penelitian dengan menggunakan metode wawancara terstruktur
menemukan tungkat kemunculan yang serupa antara laki-laki dan perempuan (APA,2000).
Apakah kesenjangan gender dalam praktik klinis mencerminkan perbedan sesungguhnya pada
jumlah pokok gangguan atau tidak, ataukah terdapat bias diagnostik atau adanya faktor lain yang
tidak diketahui, tetapi menjadi pertanyaan (Corbitt & Widiger, 1995).
Meski keyakinan lama di antara para klinisi menyatakan bahwa kepribadian histirionik erat
kaitannya dengan gangguan konversi, peneliti belum dapat mengungkap hubungan ini
8
(Kellner,1992). Orang dengan gangguan konversi sebetulnya lebih cenderung untuk menunjukan
ciri-ciri gangguan kepribadian dependen daripada gangguan kepribadian histirionik.
Orang dengan kepribadian histirionik bisa merasa kecewa dalam pengertian yang tidak umum
karena kabar mengenai suatu kejadian yang menyedihkan dan membatalkan rencana untuk sore
hari, membuat teman-temannya menjadi tidak nyaman. Mereka dapat menunjukan keriangan
yang berlebihan saat bertemu dengan seseorang atau menjadi sangat marah saat seseorang tidak
menyadari gaya rambut mereka yang baru. Mereka daoat pingsan saat melihat sedikit darah atau
merona pada hal-hal yang tidak sopan. Mereka cenderung menuntut agar orang lain memenuhi
kebutuhan mereka akan perhatian dan berperan sebagai korban saat orang lain mengecewakan
mereka. Bila mereka merasa demam, mereka akan mendesak agar orang lain segera
meninggalkan segala aktivitas dan segera membawa mereka ke dokter. Mereka cenderung selfcentered dan tidak toleran terhada penundaan kesenangan; mereka ingin apa yang mereka
inginkan saat mereka menginginkannya. Mereka cepat bosan dengan rutinitas dan haus akan halhal yang baru dan stimulasi. Mereka tertarik pada mode. Orang lain memandang mereka sebagai
menyombongkan diri atau sedang berakting, meski mereka menunjukan pesona tertentu. Mereka
memasuki ruangan dengan penuh gaya dan menceritakan pengalaman mereka dengan elegan.
Meskipun demikian, bila ditekan untuk menceritakan hal yang detail, mereka gagal untuk
menjelaskan kisah mereka secara spesifik. Mereka cenderung menggoda dan merayu namun
terlalu terikat pada diri sendiri untuk dapat mengambangkan hubungan dekat atau memiliki
perasaan yang mendalam terhadap orang lain. Sebagai hasilnya, hubungan mereka cenderung
naik turun dan sangat tidak memuaskan. Mereka cenderung menggunakan penampilan fisik
mereka sebagai cara untuk menarik perhatian. Pria dengan gangguan ini mungkin bertindak dan
berbusana dengan gaya yang sangat “macho” untuk menarik perhatian; sedangkan yang
perempuan akan memilih busana feminim, banyak hiasannya. Kilau menutupi tubuh.
Orang dengan kepribadian histirionik kemungkinan tertarik pada profesi seperti modeling atau
akting, di mana mereka dapt mendominasi lampu sorot. Meski tamapk suskses di luar,
sebenarnya mereka memiliki self-esteem yang kurang dan sedang berjuang untuk memberi kesan
pada orang lain dengan tujuan meningkatkan self-worth mereka. Bila mereka mengalami
kemunduran atau kehilangan perhatian publik, keraguan yang menyedihkan akan muncul dalam
diri mereka.
3.
Gangguan kepribadian Narsistik
Etiologi : orangtua yang memberikan penilaian yang berlebihan dan memperturutkan keinginan
si anak.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : arogan : memiliki kecenderungan untuk mencemooh
aturan-aturan sosial yang berlaku, menunjukkan ketidakpedulian serta acuh tak acuh terhadap
integritas personal, serta sering mengabaikan kebenaran orang lain.
Perilaku interpersonal : ekloitatif : merasa diri hebat (bergelar), kurang empatik dan
mengharapkan penghargaan tanpa menerima tanggung jawab secara timbal balik, tak tahu malu
untuk mengakui dan menggunakan orang lain untuk meningkatkan diri dan memperturutkan
keinginan-keinginannya.
Kognitif style : expansive : terpaku dengan fantasi-fantasi yang tidak matang atas kesuksesannya,
maupun keindahan atau kecantikannya, dan melihat realitas obyektif dengan mendasarkan ilusi
diri.
Mekanisme regulasi : rasionalisasi : menipu diri dan berpikir secara mudah untuk mencari
alasan-alasan yang masuk akal untuk membenarkan perilaku sosialnya; dengan mencari alibi,
9
serta untuk menempatkan dan memusatkan perhatian pada dirinya sebagai individu yang terbaik,
meskipun dalam kenyataannya kurang atau mengalami kegagalan.
Self image : admirable : menampilkan kepercayaan diri tinggi, kegiatan-kegiatannya lebih
dimaknakan untuk melindungi diri dengan menampilkan prestasi; menunjukkan perasaan harga
diri tinggi, meskipun dilihat keberadaanya oleh orang lain sebagai sesuatu yang egoistik, dan
kurang memperhatikan terhadap orang lain, serta lebih menunjukkan sikap arogansinya.
Gambaran tentang objek : contrived (menghayal) : menggambarkan kondisi internal dalam
bentuk idea-idea dan ingatan yang dalam kondisi yang tidak lazim atau lebih menggambarkan
ilusi-ilusi tentang kemegahan, serta adanya perpaduan antara dorongan-dorongan dan konflikkonflik, serta kemegahan-kemegahan, jika tidak terstimulasi oleh persepsi dan sikap-sikapnya
yang cepat berubah sebagaimana kebutuhan-kebutuhan yang dimunculkannya.
Morphologic : spurious : strategi coping dan pertahanan diri sangat tipis atau transparan,
perpaduan dinamika dan regulasi impuls sangat kecil, penyaluran kebutuhan dengan pertahanan
diri minimal, dengan menghilangkan konflik-konflik internal serta dengan segera diselamatkan
oleh kebanggaan diri yang dipertegas disertai usaha yang lemah.
Mood/temperamen : insouciant : secara umum dicerminkan oleh sikapnya yang kurang
tertantang, dingin tanpa impresi atau optimistik tanpa didukung oleh semangat dan usahanya,
kecuali ketika kepercayaan akan narcistiknya tergoyahkan, atau di saat marah, merasa malu atau
mengalami kehampaan.
Narkissos adalah seorang pemuda tampan yang menurut mitologi Yunani, jatuh cinta pada
bayangannya sendiri. Karena self-love-nya yang berlebihan, dalam salah satu versi dari mitologi,
ia diubah oleh para dewa menjadi bunga yang kini kita kenal sebagainarcissus.
Orang dengan gangguan kepribadian narsisitik memiliki rasa bangga atu keyakinan yang
berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan pemujaan. Merek
membesar-besarkan prestasi mereka sendiri dan berharap orang lain menghujani mereka dengan
pujian. Mereka berharap orang lain melihat kualitas khusus mereka, bahkan saat prestasi biasa
aja, dan mereka menikmati bersantai di bawah sinar pemujaan. Mereka bersifat selfabsorbed dan kurang memiliki empati pada orang lain. Meski mereka berbagi ciri tertentu
dengan keribadian histirionik, seperti tuntutan untuk menjadi pusat perhatian, mereka memiliki
pandangan yang jauh lebih membanggakan tentang diri mereka sendiri dan kurang melodramatik
dibanding orang yang mengalami gangguan kepribadian histirionik. Label gangguan kepribadian
ambang (BPD) terkadang dikenakan kepada mereka, namun orang dengan gangguan kepribadian
narsistik umumnya dapat mengorganisasi pikiran dan tindakan mereka dengan lebih baik.
Mereka cenderung lebih berhasil dalam karier mereka dan lebih bisa meraih posisi dengan status
tinggi dan kekuasaan. Hubungan mereka juga cenderung lebih stabil dibanding dengan orang
yang BPD.
Gangguan kepribadian narsistik ditemukan kurang dari 1% dalam populasi umum (APA,2000).
Walaupun lebih dari setengah orang yang didiagnosis dengan gangguan ini adalah laki-laki, kita
tidak dapat mengatakan bahwa ada perbedaan gender yang mendasar pada tingkat prevalensi
dalam populasi umum. Derajat tertentu dari narsisme dapat mencerminkan penyesuaian diri yang
sehat akan rasa tidak aman, sebuah tameng terhadap kritik dan kegagalan, atau motif untuk
berprestasi (Goleman, 1988). Kualitas narsisitik yang berlebihan dapat menjadi tidak sehat,
terutama bila kelaparan akan pemujaan menjadi keserakahan. Berikut adalah tabel yang
membandingkan self-interestyang “normal” dan narsisisme ekstrem yang self-defeating.
10
Ciri-ciri Self-Interest yang Normal dibandingkan dengan Narsisisme yang Selfdefeating
Self Interest yang Normal
Narsisme yang Self-Defeating
Mengahragai pujian, namun tidak Lapar akan pemujaan; memerlukan pujian
membutuhkannya untuk menjaga self- agar dapat merasa baik akan diri sendiri
esteem.
untuk sementara.
Kadang-kadang terluka oleh kritik
Merasa marah atau hancur oleh kritik dan
merasakan kesedihan yang mendalam.
Merasa tidak bahagia dalam menghadapi Memikul perasaan malu dan tidak berharga
kegagalan namun tidak merasa berharga
setelah megalami kegagalan.
Merasa “spesial” atau memiliki bakat unik Merasa lebih baik dari orang lain, dan
meminta penghargaan akan kemampuannya
yang tidak dapat dibandingkan.
Merasa nyaman dengan diri sendiri, Perlu dukungan terus-menerus dari orang
bahkan saat orang lain mengkritik.
lain untuk menjaga perasaan nyaman dan
bahagia.
Menerima masa lalu secara logis, meski Berespons terhadap luka kehidupan dengan
hal tersebut menyakitkan dan dirasa tidak depresi atau kemarahan.
stabil untuk sementara.
Mempertahankan self-esteem dalam
menghadapi ketidaksetujuan atau kritik.
Berespons terhadap ketidaksetujuan atau
kritik dengan hilangnya self-esteem.
Mempertahankan
keseimbangan Merasa pantas mendapat perlakuan khusus
emosional meski kurangnya perlakuan dan
menjadi
sangat
marah
saat
khusus.
diperlakukan dengan cara yang biasa.
Empati dan peduli dengan perasaan orang Tidak sensitif terhadap kebutuhan dan
lain.
perasaan orang lain; mengeksploitasikan
orang lain sampai mereka puas.
Pada titik tertentu, self-interest mendorong keberhasilan dan kebahagiaan. Pada kasus
yang lebih ekstrem, seperti pada narsisisme, hal itu dapat merusak hubungan dan karir.
Orang dengan kepribadian narsistik cenderung terpaku pada fantasi akan keberhasilan
dan kekuasaan, cinta yang ideal, atau pengakuan akan kecerdasan atau kecantikan. Mereka,
seperti orang modeling, akting, atau politik. Meski mereka cenderung membesar-besarkan
prestasi dan kemampuan mereka, banyak orang dengan kepribadian narsistik yang cukup
11
berhasil dalam pekerjaan mereka. Namun mereka iri dengan orang lain yang lebih berhasil.
Ambisi yang serakah membuat mereka mendedikasikan diri untuk bekerja tanpa lelah. Mereka
terdorong untuk berhasil, bukan untuk mendapatkan uang melainkan untuk mendapatkan
pemujaan yang menyertai kesuksesan.
Hubungan interpersonal selalu berantakan karena adanya tuntutan yang dipaksakan oleh
orang dengan kepribadian narisistik kepada orang lain dan karena kurangnya empati serta
kepedulian mereka terhadap orang lain. Mereka mencari pertemanan dengan para pemuja mereka
dan sering tampak penuh karisma dan ramah serta dapat menarik perhatian orang. Namun minat
mereka pada orang lain hanya bersifat satu sisi: Mereka mencari orang yang mau melayani minat
mereka dan memelihara rasaself-importance mereka (Goleman, 1988b). Mereka memiliki
perasaan berhak yang membuat mereka merasa bisa mengekploitasi orang lain. Mereka
memperlakukan pasangan seks mereka sebagi alat untuk kenikmatan mereka sendiri atau
mendukung self-esteem mereka, sebagaimana kasus Bill berikut ini :
Sebuah Kasus Gangguan Kepribadian narsisitik
Banyak orang setuju bahwa Bill, bankir berusia 35 tahun, memiliki karisma tertentu. Dia
cerdas, pandai bicara, dan menarik. Dia memiliki rasa humor yang bisa menarik perhatian
orang kepadanya dalam pertemuan-pertemuan sosial. Dia selalu memposisikan dirinya di
tengah ruangan, dimana dia bisa menjadi pusat perhatian. Topik percakapannya selalu berfokus
pada “kesepakatan transaksi-transaksi:-nya, orang “kaya dan terkenal” yang pernah
ditemuinya, serta strateginya daklam mengalahkan lawan. Proyek berikutnya selalu lebih besar
dan lebih menantang dibanding yang terakhir. Bill senang akan adanya audiensi. Wajahnya
akan terangkat saat orang lain memujinya atau memuja keberhasilan bisnisnya, yang selalu
dibesar-besarkan melebihi kondisi sebenarnya. Namun saat percakapan berpindah ke orang
lain, dia akan kehilangan minat dan meminta izin untuk mencari minum atau menelpon mesin
penjawab teleponnya. Bila nnenjadi tuan rumah pesta, dia memakda tamunya untuk tinggal
lebih lama dan merasa tersinggung bila mereka harus pergi lebih awal; tidak menunjukan
sensitivitas, atau kesadaran, akan kebutuan teman-temannya. Beberapa teman yang ia
pertahankan selama bertahun-tahun dapat menerima Bill apa adanya. Mereka menyadari
bahwa Bill perlu memuaskan egonya atau dia akan menjadi dingin dan menjauh.
Bill juga memiliki serangkaian hubungan romantis dengan sejumlah perempuan yang bersedia
untuk berperan sebagai pemujanya dan melakukan pengorbanan yang ia minta-untuk waktu
tertentu. Namun mereka pasti lelah dengan hubungan satu pihak atau frustasi dengan
ketudakmampuan Bill dalam membuat komitmen atau merasakan sesuatu yang mendalam
terhadap mereka. Karena kurangnya empati yang dimiliki, Bill tidak dapat memahami perasaan
orang lain dan kebutuhan mereka. Tuntutannya akan perhatian yang terus menerus dari
pemujanya bukan berasal dari keegoisannya, namun dari kebutuhan untuk menyingkirkan
perasaan tidak adekuat dan self-esteem yang rendah. Menyedihkan, pikir teman-temannya,
bahwa Bill perlu begitu banyak perhatian dan pemujaan dari orang lain dan bahwa sebanyak
apa pun prestasi yang ia raih tidak pernah cukup untuk menenangkan keraguan dalam dirinya.
4.
Gangguan Kepribadian Ambang
12
Etiologi : parental inconsistency ; dalam bentuk berubah-ubah dari hostility danrejection pada
satu saat dan pada saat lainnya afeksi dan cinta kasih.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : keras kepala : menentang harapan dan keinginan orang
lain, banyak menunda aktivitasnya, tidak efisien dan tidak menentu, perilakunya sering
menjengkelkan, menunjukkan kepuasan yang tidak bermoral, aspirasi dan kesenangan dengan
memanipulasi orang lain.
Perilaku interpersonal : bertentangan : mengalami banyak konflik dan sering berubah-ubah
peran di dalam relasi sosialnya, kadang-kadang terlihat dependent dan kadangkala dengan tegas
menampilkan diri sebagai individu independent. kurang toleransinya terhadap orang lain, mudah
mengekspresikan sikap negatif atau sikap bertentangan dengan orang lain.
Kognitif style : negativistik: menunjukkan sikap sinis , skeptis, dan kejadian-kejadian positif
tidak dapat dipercaya, tidak diyakini, dan memandang masa depan dengan penuh keragu-raguan,
serta memandang kehidupan orang lain dengan penuh kebencian, serta kecenderungan untuk
mengekspresikan penghinaan dan sindiran yang pedas untuk memperoleh keuntungan yang baik
bagi dirinya.
Mekanisme regulasi : displacement : mengekspresikan kemarahan dan permasalahan emosi
terhadap orang lain secara tidak langsung atau melalui cara menghasut, yang secara signifikan
kemarahan menjadi lebih lemah kadarnya; atau mengganti kemarahan dengan berperilaku pelupa
atau menunjukkan kemalasan.
Self image : discontented : melihat diri sebagai orang yang tidak dipahami, tidak dihargai, dan
direndahkan oleh orang lain, menunjukkan kebencian, dan ketidakpuasan, serta kekecewaan
terhadap kehidupannya.
Gambaran tentang objek : oposisi : menggambarkan kondisi internal dengan kecenderungankecenderungan yang saling bertentangan secara kompleks; kondisi ini telah mendorong tindakantindakan yang tidak wajar sebagai kekuatan dari impuls-impuls ketidaksetujuan yang terpolakan
dengan meniadakan pencapaian dan kesenangannya dengan memanipulasi orang lain.
Morphologic : divergent : pola dari elemen-elemen internal untuk kepentingan coping dan
manuver pertahanan diri yang secara langsung mengarah pada tujuan yang bertentangan, sebagai
akibat dari banyaknyakonflik yang tidak dapat diselesaikan secara terpadu untuk memenuhi
dorongan atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat diabaikan atau tidak dapat diputarbalikan.
Mood / temperamen : irritable; ditandai oleh: seringnya membandel, keras kepala, dan mudah
marah, diikuti oleh sifat yang mendongkol, moody: cerewet, tidak sabaran, mudah kecewa oleh
orang lain.
Gangguan kepribadian ambang ditandai oleh suatu cakupan ciri perilaku, emosional,
dan kepribadian (Sanislow, Grilo, & McGlashan,2000). Pada intinya gangguan ini mencakup
suatu pola pervasif dari ketidakstabilan dalam hubungan, self-image, dan mood, serta kurangnya
kontrol dan impuls. Orang dengan gangguan kepribadian ambang cenderung tidak yakin akan
identitas pribadi mereka-nilai, tujuan, karier, dan bahkan mungkin orientasi seksual mereka.
Ketidakstabilan dalam self-image atau identitas pribadi membuat mereka dipenuhi perasaan
kekosongan dan kebosanan yang terus menerus. Mereka tidak dapat menoleransi ide untuk
berada sendirian dan akan melakukan usaha-usaha nekat untuk menghindari perasaan
ditinggalkan (Gunderson, 1996). Ketakutan akan ditinggalkan menjadikan mereka pribadi yang
melekat dan menuntut dalam hubungan sosial mereka, namun kelekatan mereka sering kali
malah menjatuhkan orang-orang yang menjadi tumpuan mereka. Tanda-tanda penolakan
membuat mereka sangat marah, yang membuat hubungan mereka menjadi lebih jauh lagi.
Akibatnya perasaan mereka terhadap orang lain menjadi mendalam dan berubah-ubah. Mereka
13
silih berganti antara melakukan pemujaan yang ekstrem (saat kebutuhan mereka terpenuhi)
dengan memendam kebencian (saat mereka merasa diabaikan). Mereka cenderung memandang
orang lain sebagai semua-tentangnya- baik atau semua-tentangnya-buruk dan berubah-ubah
dengan cepat dari satu ekstrem ke ekstrem yang lain. Sebagai hasilnya, mereka akan terbang dari
satu pasangan ke pasangan lain dalam suatu seri hubungan yang singkat dan menggebu-gebu.
Orang yang mereka puja akan diperlakukan dengan kebencian saat hubungan berakhir atau saat
mereka merasa orang tersebut gagal dalam memenuhi kebutuhan mereka (Gunderson& Singer,
1986).
C. Gangguan Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Aneh atau Eksentrik
1.
Gangguan kepribadian Skizoid
Etiologi : iklim relasi dalam keluarga bersifat formal, dingin, tidak menunjukkan kedekatan
diantara masing-masing anggota keluarga, tidak ada saling hubungan diantara sesama anggota
keluarga.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : lesu, lelah, lemah, kurang vitalitas, plegmatis, lamban,
tampak terjadi penurunan pada kemampuan aktivitasnya, ekspresi motorik berlangsung secara
spontan.
Perilaku interpersonal : menjauh dari orang lain : terlihat bersikap acuh tak acuh terhadap orang
lain, dan bahkan cenderung utk menjauhkan diri dari orang lain; jarang menampilkan respons
atau perasaannya terhadap orang lain; minat terhadap orang lain sangat minim; rendah diri,
hanya sedikit memiliki relasi dengan orang lain, termasuk dengan keluarga maupun di
lingkungan kerja relasi sangat dangkal.
Kognitif style : miskin secara kognitif : terjadinya penurunan kemampuan di bidang kognisi;
dalam arti memiliki kemampuan rendah yang untuk dpt memahami berbagai peristiwa yang
samar-samar (ambigue). Proses berfikir tidak jelas, disertai tingkat intelektual rendah.
Komunikasi mudah tergelincir dan kehilangan keruntutan berpikir termasuk terhadap persoalan
yang mudah. Bahkan sering berputar-putar pada penjelasan yang tidak logis.
Mekanisme regulasi : intelektualisasi : relasi interpersonal dan pengalaman afektif sangat
sederhana, ambigue, dan bersifat impersonal atau pemaknaan lebih mekanis; perhatiannya lebih
terarah pada peristiwa sosial atau emosional yang bersifat formal dan obyektif.
Self image : complacement : kesadaran diri dan kemampuan introspeksi minimal, secara
emosional tidak mampu untuk mengekspresikan emosi maupun pribadinya pada kehidupan
sosial sehari-harinya.
Gambaran tentang objek : undifferented ; memiliki sedikit kemampuan artikulasi, tidak memiliki
kemampuan untuk mengintegrasikan kemampuan pengamatan dan ingatan secara dinamik di
dalam mengatasi dorongan maupun konflik-konflik sebagaimana halnya pada individu yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Morphologic : meager : menggambarkan kondisi internal yang lemah, dengan dorongan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri lemah, disertai kemampuan untuk mengatasi konflikkonflik internal lemah, demikian pula lemah di dalam mengatasi tuntutan eksternal, dengan
kemampuan koordinasi dan usaha yang terbatas.
Mood / temperamen : flat : emosi hambar, dingin, dengan kualitas perasaan yang miskin; afek
lemah, jarang menunjukkan kehangatan, disertai ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan,
atau kesedihan, dan kemarahan yang mendalam.
14
Isolasi sosial adalah ciri utama dari ganggaun kepribadian skizoid. Sering kali digambarkan
sebagai penyendiri atau eksentrik, orang dengan gangguan kepribadian skizoid kehilangan minat
pada hubungan sosial. Emosi dari orang dengan kepribadian skizoid tamak dangkal atau tumpul,
namun pada derajat yang lebih rendah dibandingkan skizofrenia. Orang dengan gangguan ini
tampak jarang, bila oernah, mengalami kemarahan, kebahagiaan, atau kesedihan yang kuat.
Mereka tampak jauh dan menjaga jarak. Wajah mereka cenderung tidak menampilkan eksoresi
emosional, dan mereka jarang bertukar senyum sosial ata salam yang disertai anggukan dengan
orang lain. Mereka tampak tidak terpengaruh terhadap kritik atau pujian dan tampak terbungkus
dalam ide-ide abstrak daripada dalam pikiran mengenai manusia. Meski mereka lebih senang
menjaga jarak dari orang lain, mereka membina kontak yang lebih baik dengan realitas daripada
orang yang menderita skizofrenia. Prevalensi dari gangguan ini dalam populasi umum tidaklah
diketahui.
Pola kepribadian skizoid umumnya dapat dikenali saat awal masa dewasa. Pria dengan gangguan
ini jarang berkencan atau menikah. Perempuan dengan gangguan ini cenderung menerima ajakan
romantis secara pasif dan menikah, namun mereka jarang berinsiatif untuk membina hubungan
atau mengembangkan ikatan yang kuat dengan pasangan mereka.
Akhtar (1987) menyatakan bahwa kemungkinan terdapat kesenjangan antara penampilan luar
dan kehidupanterdalam dari orang-orang dengan kepribadian skizoid. Meski mereka terlihat
memiliki sedikit minat terhadap seks, misalnya, mereka mungkin memiliki keinginan voyeuristik
dan menjadi tertarik pada pornografi. Akhtar juga menyatakan bahwa perilaku menjauh dan
menjaga jarak sosial dari orang-orang dengan kepribadian skizoid mungkin hanya di permukaan
saja. Mereka juga memiliki sensivitas yang kuat, rasa ingin tahu yang mendalam tentang orang
lain, dan harapan akan cinta yang tidak dapat mereka ekspresikan. Dalam sejumlah kasus,
sensitivitas diekspresikan dengan perasaan yang mendalam terhadap binatang daripada terhadap
sesama.
D.Gangguan Kepribadian yan Ditandai oleh Perilaku Cemas atau Ketakutan
Kelompok gangguan keperibadian ini mencaku tipe menghindar, dependen (Submissive)
dan obsesif-kompulsif. Meskipun ciri dari masing-masing gangguan ini berbeda, gangguan ini
sama-sama memiliki komponen berupa rasa takut atau kecemasan.
1. Gangguan Kepribadian Menghindar
Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang menolak dan sering mencela.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan : memandang lingkungan dengan penuh kehati-hatian,
karena lingkungan sosial dipandang secara potensial akan mendatangkan ancaman, terutama
karena adanya kekhawatiran dirinya akan dicemoohkan, oleh karena itu ia akan bereaksi secara
berlebihan terhadap kejadian-kejadian yang sesungguhnya tidak membahayakan.
Perilaku interpersonal : subyek memiliki riwayat kecemasan yang berlebihan disertai
ketidakpercayaan yang tinggi terhadap orang lain; namun disisi lain mengharapkan adanya
penerimaan diri dari lingkungan, akan tetapi individu yang bersangkutan senantiasa akan
menjaga jarak dan privasinya dengan orang lain; tindakan tersebut sebagai bentuk antisipasi dan
kekhawatiran untuk memperoleh penghinaan dari orang lain.
Kognitif style : subyek sangat terpaku terhadap kesulitan-kesulitan yang dialaminya; pikiranpikirannya mudah kacau, jalan berpikirnya seringkali tidak relevan, gagasan-gagasan yang
dimunculkan sering menyimpang, meskipun kesimpulan yang diperolehnya berangkat dari hasil
komunikasi dengan lingkungan sosialnya.
15
Mekanisme regulasi : fantasi : bergantung secara berlebihan pada imajinasi untuk mencapai
kepuasan maupun untuk penyelesaian konflik-konflik yang dialaminya: dalam arti dia berusaha
untuk memperoleh rasa aman dan pengendalian impuls-impuls agresi ke dalam angan-angan.
Self image : alienated ; terlihat sebagai seseorang yang terisolasi dan merasa ditolak oleh orang
lain; terjadi penurunan kemampuan penilaian diri, serta mengalami perasaan kesendirian dan
kekosongan, dan terjadinya depersonalisasi.
Gambaran tentang objek : veatious : menggambarkan kondisi internal yang mengalami ingataningatan yang bertentangan, disertai terbatasnya kesempatan untuk memperoleh kepuasan, serta
sedikitnya kemampuan mekanisme untuk mengalihkan kebutuhan-kebutuhannya, serta lebih
dibutakan oleh impuls-impulsnya, daripada kemampuan untuk penyelesaian konflik atau
menghindari dari tekanan eksternal.
Morphologic : fragile : terjadi kompleksitas atas emosi-emosi yang membahayakan yang
berlangsung secara berulang-ulang, dengan modalitas dan kemampuan pemecahan masalah yang
terbatas; dalam arti pada saat menghadapi masalah biasanya dilakukan dalam bentuk
menghindar, menjauhi, atau melalui fantasi. Oleh karena itu ketika dihadapkan pada situasi yang
mendatangkan stres yang tidak terantisipasikan, subyek hanya memiliki sedikit energi untuk
mengatasinya, sehingga subyek akan dengan mudah subyek mengalami regresi ke arah
decompensasi.
Mood/temperamen : anguished : subyek menunjukkan diri sebagai orang yang mengalami
kebingungan atas ketegangan-ketegangan yang terpendam, antara kesedihan dan kemarahan,
serta keinginan untuk memperoleh afeksi, serta ketakutan akan kekasaran dan kekerasan dari
orang lain.
Orang dengan gangguan kepribadian menghindar dangat ketakutan akan penolakan dan kritik
sehingga mereka umumnya tidak ingin memasuki hubungan tanpa adanya kepastian akan
penerimaan. Sebagai hasilnya mereka hanya memiliki sedikit teman dekat di luar keluarga inti.
Mereka juga cenderung menghindari pekerjaan kelompok atau aktivitas rekreasi karena takut
akan penolakan. Mereka lebih suka makan sendiri di meja mereka. Mereka mengindari piknik
atau pesta perusahaan, kecuali bila mereka merasa sangat yakin akan diterima. Gangguan
kepribadian menghindar, yang muncul dalam proporsi sama pada laki-laki dan perempuanm
diyakini menimpa antara 0,5% hingga 1% dari populasi umum (APA,2000).
Tidak seperti orang dengan karakteristik skizoid, yang juga memiliki ciri menarik diri secara
sosial, individu dengan gangguan kepribadian menghindar memiliki minat dan perasaan akan
kehangatan pada orang lain. Meskipun demikian, ketakutan akan penolakan menghalangi mereka
untuk memenuhi kebutuhan mereka akan afeksi dan penerimaan. Dalam situasi sosial, mereka
cenderung merapat pada dinding dan menghindari percakapan dengan orang lain. Mereka takut
dipermalukan di depan umum, berfikiran bahwa orang lain akan melihat mereka merona,
menangis, atau bertindak gugup. Mereka cenderung terikat dengan rutinitas mereka dan melebihlebihkan resiko atau uaha dalam mencoba hal-hal baru. Mereka menolak datang ke pesta yang
harus menempuh perjalanan selama satu jam dengan alasan bahwa pulang ke rumah larut malam
akan sangat melelahkan.
Perhatikan contoh kasus dibawah ini;
Sebuah kasus Gangguan Kepribadian Menghindar
Harold, seorang pegawai akuntansi berusia 24 tahun, telah berkencan dengan beberapa
perempuan, dan ia bertemu dengan mereka melalui perkenalan keluarga. Ia tidak pernah
merasa cukup percaya diri untuk mendekati perempun seorang diri. Mungkin sifat malunya
16
yang pertama kali menarik hati Stacy. Stacy, seorang sekretari berusia 22 tahun, bekerja
bersebelahan dengan Harold dan bertanya apakah suatu saat ia ingin keluar bersama setelah
kerja. Pada awalnya Harold menolak, mengemukakan sejumlah alasan, namun saat Stacy
mengajaknya kembali seminggu kemudian, Harod setuju, berfikir bahwa Stacy pasti sungguhsungguh menyukai dirinya bila Stacy bersedia mengejarnya. Hubunan terbina secara cepat, dan
segera mereka berkencan hampir setiap malam. Meskipun demikian, hubungan tersebut tampak
tegang. Harold menginterpretasikan setiap keraguan ringan dalam nada suara Stacy sebagai
kurangnya minat. Ia berulang kali mempertanyakan kepastian bahwa Stacy peduli padanya, dan
ia mengevaluasi setiap kata dan gerak sebagai bukti dari perasaan Stacy. Bila Stacy
mengatakan bahwa ia tidak bisa bertemu dengannya karena lelah atau sakit, ia berasumsi
bahwa Stacy menolaknya an ia mencari kepastian lebih jauh lagi. Setelah beberapa bulanm
Stacy memutuskan bahwa ia tidak dapat lagi menerima perlakuan Harold, dan hubungan
berakhir. Harold, beranggapan bahwa Stacy tidak pernah benar-benar peduli padanya.
Ada tumpang tindih yang cukup besar antara gangguan kepribadian menghindar dengan
fobia sosial, terutama dengan subtipe fobia sosial yang parah yang mencakup pola menyeluruh
dari fobia sosial (ketakutan yang tidak rasional dan berlebihan pada hampir semua situasi sosial)
(Turner, Beidel, & Townsley, 1992; Widiger, 1992). Meskipun bukti penelitian menunjukan
bahwa banyak kasus fobia sosial menyeluruh terjadi tanpa adanya gangguan kepribadian
menghindar (Holt, Heimberg, & Hope, 1992), relayif sedikit kasus dari kepribadian menghindar
yang muncul tanpa kehadiran fobia sosial menyeluruh ( Widiger,1992). Jadi gangguan
kepribadian menghindar dapat mencerminkan bentuk yang lebih parah dari fobia sosial
(Hoffman dkk., 1995). Namun, panel ilmiah masih mempertanyakan apakah gangguan
kepribadian menghindar sebaiknya dianggap sebagai bentuk yang parah dari fobia sosial
menyeluruh atau kategori diagnostik yang berbeda sebagaimana kini digolongkan.
2.
Gangguan Kepribadian Dependen (Submissive)
Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang sangat melindungi.
Tindakan-tindakan yang diekspresikan: merasa tidak kompeten: menampilkan suatu sikap yang
sangat patuh dan pasif, kurang keberanian untuk penegasan diri, serta menunjukkan cenderung
untuk menghindar dari tugas dan tanggung jawab sebagai individu dewasa.
Perilaku interpersonal : submissive (patuh) : kebutuhan untuk menjadi bawahan dari orang yang
kuat, cenderung akan mempertahankan figur otoritas sebagai tempat berlindung. oleh karena itu
dia bersikap sangat patuh, dan selalu mengalah terhadap otoritas, dan dia selalu mencari
ketentraman dengan mengorbankan dirinya.
Kognitif style : naive : mudah dipengaruhi, tidak memiliki kecurigaan terhadap orang lain,
mudah ditipu; subyek tidak menampakkan kesedihan yang mengarah pada kesulitan dalam relasi
interpersonalnya. subyek menunjukkan kelemahan di dalam menghadapi permasalahanpermasalahan obyektif, sehingga permasalahan kecil yang dihadapinya sering secara berangsurangsur menjadi semakin sulit.
Mekanisme regulasi : introjection: menunjukkan ketergantungan pada orang lain ; dalam arti
untuk memperkuat keyakinan diri, serta meningkatkan eksistensinya dengan cara membuan