PRINT REVISI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLI
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN GANGGUAN
PROSES PIKIR, ISI PIKIR, DAN ARUS PIKIR
MAKALAH
oleh
KELOMPOK 10
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN GANGGUAN
PROSES PIKIR, ISI PIKIR, DAN ARUS PIKIR
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa denga Dosen Pemangku
Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M. Kep. Sp., Kep. J.
Oleh:
Elsa Windasari
152310101086
Wahyuningtias Rahmadani
152310101097
Anggia Damayanti
152310101243
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa tentang “Asuhan Keperawatan Jiwa
Klien Gangguan Proses Pikir, Isi Pikir, dan Arus Pikir” . Kami menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapakan terima kasih kepada :
1. Ns.Erti Ikhtiarini Dewi, M. Kep. Sp., Kep. J., selaku dosen penanggung jawab
Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M. Kep. Sp., Kep. J., sebagai dosen yang
memberikan tugas makalah ini.
3. Rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan demi terselesaikannya
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi substansi maupun susunannya, untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
masyarakat khususnya pembaca.
.
Jember, Februari 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan............................................................................................. 1
BAB 2. PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Contoh Kasus.................................................................................. 3
2.2 Pengertian....................................................................................... 3
2.3 Psikopatologi/Psikodinamika.......................................................... 5
2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan................................. 7
2.5 Penatalaksanaan.............................................................................. 7
BAB 3. PENUTUP............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 10
3.2 Saran............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi. Kesehatan jiwa merupakan keadaan bugar
dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif.
Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Sama seperti halnya fisik, jiwapun
da[at mengalami penyimpangan atau gangguan.
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom perilaku seseorang yang
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologi, perilaku,
biologi, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu
tetapi juga dengan masyarakat. Salah satu gangguan dari jiwa adalah gangguan
proses pikir yang meliputi gangguan isi pikir, arus pikir, dan bentuk pikir. Perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan yang holistik harus mampu memberikan
asuhan keperawatan secara tepat pada seluruh aspek yang ada pada manusia
termasuk aspek kejiwaan. Oleh karena itu, makalah berjudul Asuhan Keperawatan
Terhadap Klien Dengan Gangguan Proses Pikir: Bentuk Pikir, Isi Pikir, Arus Pikir
ini dibuat untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa keperawatan mengenai
keperawatan pada aspek gangguan proses pikir tersebut.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan pada klien dengan gangguan
proses pikir, isi pikir, dan arus pikir.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui:
a. Contoh kasus klien dengan gangguan jiwa gangguan proses piker, isi pikir, dan
arus pikir.
b. Pengertian Waham (gangguan proses pikir, isi pikir, dan arus pikir)
c. Psikopatologi klien dengan gangguan jiwa proses pikir, isi pikir, dan arus pikir
1
d. Diagnosa medis dan diagnosa keperawatan klien dengan gangguan proses pikir,
isi pikir, dan arus pikir
e. Penatalaksanaan terapi medis dan keperawatan klien dengan proses pikir, isi
pikir, dan arus pikir
2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Contoh Kasus
Tuan K (30 tahun), masuk Rumah Sakit Jiwa HB. Saanin (10 Juli 2015) untuk
ketiga kalinya karena keluyuran dan berbicara kacau, MRSJ pertama pada 2010
karena berteriak-teriak. Klien mengatakan berkali-kali bahwa klien adalah anak
Imam Bonjol yang sedang diculik. Klien ingin kuliah lagi tetapi dia tidak lulus
SMU. Klien malas untuk menggosok gigi dan mandi. Klien tampak berpenampilan
acak-acakan. Bila menjawab sering sering melompat ide pembicaraan, berbelitbelit, cepat dan keras.
2.2 Definisi Waham
2.2.1 PengertianWaham
Proses berfikir meliputi proses pertimbangan ( judgment), pemahaman
(comprehension), ingatan serta penalaran ( reasoning ). Arus idea simbul atau
asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang di bangkitkan oleh suastu masalah
atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang terorientasi
pada kenyataan merupakan proses berfikir yang normal. Aspek proses berfikir
dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikir.
Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran non verbal maupun pada isi
pikiran verbal diantaranya adalah waham. ( menurut marasmis 2005).
Marasmis juga menekankan bahwa berbagai macam factor yang mempenngaruhi
proses pikir itu, umpamanya factor somatic ( gangguan otak, kelelahan). Factor
fsikologi (gangguan emosi, psiko, factor social, kegaduhan dan keadaan social yang
lain) yang sangat mempengaruhi ketahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses
pikir yaitu : bentuk pikir, arus pikir dan isi pikir ditanbah dengan pertimbangan.
Kaplan dan Sadock (1998) mengatakan bahwa waham adalah keyakinan yang
salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Waham sedikitnya
harus ada selama sebelum dan sistematik dan tidak bizar ( dalam bentuk
fragmentasi, respon, emosi pasien terhadap system waham biasanya kongruen dan
sesuai dengan isi waham itu. Pasien secara relative biaanya bebas dari
3
psikopatologi diluar wawasan system wahamnya. Awal mulanya sering terjadi pada
umur dewasa , menengah dan lanjut. ( hal 216)
David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan
kokoh yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin
aneh dan tetap dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya. Waham sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan
beberapabentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizoprenia. Semakin
akut psikosis semakin sering di temui waham disorganisasi dan waham tidak
sistematis.
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan
kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan,
biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu ( Marasmis 2005 hal 117).
Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham sebagai salah
satu perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap
ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika
atau bukti-bukti yang ada.
2.2.2
Proses Terjadinya Waham
1. Fase Kebutuhan manusia rendah (Lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan
status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan
menderita. Keinginannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan
antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki financial yang cukup dengan ideal
diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil,
rumah, atau telepon genggam.
2. Fase Kepercayaan diri rendah (Lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan
tidak berharga.
3. Fase Pengendalian Internal dan Eksternal (Control Internal and External)
4
Pada tahapan ini, pasien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa yang ia katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Tetapi lingkungan pasien justru menolak waham klien
dengan tidak adekuat. Sehingga pasien semakin nyaman dengan wahamnya.
4. Fase Dukungan Lingkungan (Environment Support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menggangap sesuatau yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan kebohongannya
6. Fase Improving
Tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah akan meningkat.
2.2.3
Jenis-Jenis Waham
1. Waham Kebesaan
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini Direktur sebuah
bank swasta lo “ atau “saya punya beberapa perusahaan multinasional”.
2. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya,” saya tahu kalian semua memasukan racun ke dalam
makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,” Kalau saya mau masuk
surga saya harus membagikan uang kesemua orang”.
4. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,” Saya sakit
menderita penyakit menular ganas”, setalh pemeriksaan laboraturium tidak
5
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang
kanker.
5. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,” inikan alam
kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.
6. Waham Sisip Pikir
Klien yakin bahwa ada ide atau pikiran orang lain yang disisikan di dalam
pikirannya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
7. Waham Siar Pikir
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun tidak
dinyatakannya kepada orang tersebut, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesui
kenyataan.
8. Waham kontrol pikir
Klien yakin pikirannya di kontrol oleh kekuatan dari luar diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
2.3 Psikopatologi/ Psikodinamika
Townsend (1998, hal 158) menagatakan bahwa ‘hal-hal yang menyebabkan
gangguan isi pikir : waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain,
panic, menekan rasa takut stress yang berat yang mengancam ego yang lemah.,
kemungkinan factor herediter”.
Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori
yaitu :
a. Factor Predisposisi
Menurut Townsend (1998, hal 146-147) factor predisposisi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Biologis
a. Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang
sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
6
b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizoprenia
mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak lahir terjadi pada
bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari selsel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderoita skizoprenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dupamin neorotransmiter yang
dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan
dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.
Komflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak
akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan suatu kondisi
yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling
mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus
meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk kepada masa
dewasa, dimana di masa ini anak tidak akan mampu memenuhi tugas
perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak
menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua
tidak mampu membentuk rasa percaya tehadap orang lain.
c.
Teoti psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi
orang tua dan anak . karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme
pertahanan itu pada waktu kecemasan yang ekstrem mennjadi suatu yang
maladaptive dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan sekmen diri
dalam kepribadian.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran yaitu :
1. Biologis
7
Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive
berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi
buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkunag yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan
terhadap penampilan, stress agngguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan
sebaigainya.
2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan
2.4.1 DiagnosaMedis
Gangguan delusional
2.4.2 DiagnosaKeperawatan
A. Defisit Perawatan Diri
B. Resiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
C. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Terapi Medis
a. Farmakoterapi
Dalam keadaan gawat pasien dengan gangguan delusional yang teragitasi
parah harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular yang
merupakan obat terpilih untuk gangguan delusi.
b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan
saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok.
8
Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh
terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu,
jujur
dan
membuat
perjanjian
seteratur
mungkin.
Tujuan
yang
dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien.
Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan
klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis
perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan
tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal
klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien,
misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa
yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga
menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang
kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat
timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,
suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik
dapat dilakukan.
2.5.2 Terapi Keperawatan
1. bina hubungan saling percaya
2. jangan membantah dan mendukung waham klien
3. yakinkan klien beradadalam keadaan aman dan terlindungi
4. Observasi apakah wahamnya
Rasional: dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi
klien daripada hanya memikirnya.
1. Beri pujian pada penampilan kempuan yang realistis
2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini realistis
3. Tanyakan apa kebiasaan baik klien dan minta klien melakukannya saat ini
9
Rasional: dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi,
perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya sehingga klien merasa
aman dan nyaman.
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
6. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Rasional : menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu
lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
4. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek
samping obat
10
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Waham (delusi) merupakan jenis gangguan jiwa dengan keadaan dimana klien
sangat memercayai apa yang diyakininya meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.
Pada klien delusi ini masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah kerusakan
komunikasi verbal karena klien dengan delusi akan sulit diajak berkomunikasi. Selain
terapi dengan obat antipsikotik dan terapi oleh psikiater, terapi keperawatan juga
merupakan hal yang penting yang dianjurkan untuk mengatasi klien dengan gangguan
delusi ini.
3.2 Saran
Untuk mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat yang optimal, dibutuhkan
pelayanan
kesehatan yang terintegrasi, berkesinambungan, dan komprehensif.
Beberapa upaya kesehatan jiwa, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai
upaya kesehatan jiwa yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
a. Upaya Promotif
Menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan jiwa serta keterampilan hidup terkait kesehatan jiwa bagi peserta
didik sesuai dengan tahap perkembangannya.
b. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
waham kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Untuk aspek
preventif, dilakukan rawat jalan. Di dalam rawat jalan, klie meminimalisir faktor
penyebab yang mungkin muncul baik dari segi keluarga, lingkungan, maupun
pasien itu sendiri. Hal ini diupayakan agar kondisi pasien tidak semakin parah.
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif yang dapat dilakukan dengan pengobatan, pengobatannya
mempunyai metode khusus dan harus berdasarkan pengawasan medis.
a. Upaya Rehabilitatif
aspek rehabilitatif yakni mengupayakan hadirnya rehabilitasi psikososial bagi
kepentingan pasien. Rehabilitasi ini merupakan rehabilitasi yang tidak hanya
11
melibatkan dari sisi medis saja, akan tetapi juga mengutamakan aspek sosial
klien yang sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat pasien.
12
DAFTAR PUSTAKA
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawayan Jiwa. Trans Info
Media, Jakarta.
Kaplan dan Sandock.1997.Sinopsis Psikiarti, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis.Jilid 1.Edisi 7.Jakarta :Binarupa Aksara
Kusuma, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medika, Jakarta.
Maramis,W.F.2010.
Catatan
Ilmu
Kedokteran
Jiwa.
Airlangga
University
Press:Surabaya
Yusuf, Ah, PK, R.F, Hinayati, H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
PROSES PIKIR, ISI PIKIR, DAN ARUS PIKIR
MAKALAH
oleh
KELOMPOK 10
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KLIEN GANGGUAN
PROSES PIKIR, ISI PIKIR, DAN ARUS PIKIR
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa denga Dosen Pemangku
Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M. Kep. Sp., Kep. J.
Oleh:
Elsa Windasari
152310101086
Wahyuningtias Rahmadani
152310101097
Anggia Damayanti
152310101243
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
ii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa tentang “Asuhan Keperawatan Jiwa
Klien Gangguan Proses Pikir, Isi Pikir, dan Arus Pikir” . Kami menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapakan terima kasih kepada :
1. Ns.Erti Ikhtiarini Dewi, M. Kep. Sp., Kep. J., selaku dosen penanggung jawab
Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M. Kep. Sp., Kep. J., sebagai dosen yang
memberikan tugas makalah ini.
3. Rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan demi terselesaikannya
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi substansi maupun susunannya, untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
masyarakat khususnya pembaca.
.
Jember, Februari 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan............................................................................................. 1
BAB 2. PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Contoh Kasus.................................................................................. 3
2.2 Pengertian....................................................................................... 3
2.3 Psikopatologi/Psikodinamika.......................................................... 5
2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan................................. 7
2.5 Penatalaksanaan.............................................................................. 7
BAB 3. PENUTUP............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 10
3.2 Saran............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi. Kesehatan jiwa merupakan keadaan bugar
dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif.
Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Sama seperti halnya fisik, jiwapun
da[at mengalami penyimpangan atau gangguan.
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom perilaku seseorang yang
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologi, perilaku,
biologi, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu
tetapi juga dengan masyarakat. Salah satu gangguan dari jiwa adalah gangguan
proses pikir yang meliputi gangguan isi pikir, arus pikir, dan bentuk pikir. Perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan yang holistik harus mampu memberikan
asuhan keperawatan secara tepat pada seluruh aspek yang ada pada manusia
termasuk aspek kejiwaan. Oleh karena itu, makalah berjudul Asuhan Keperawatan
Terhadap Klien Dengan Gangguan Proses Pikir: Bentuk Pikir, Isi Pikir, Arus Pikir
ini dibuat untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa keperawatan mengenai
keperawatan pada aspek gangguan proses pikir tersebut.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan pada klien dengan gangguan
proses pikir, isi pikir, dan arus pikir.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui:
a. Contoh kasus klien dengan gangguan jiwa gangguan proses piker, isi pikir, dan
arus pikir.
b. Pengertian Waham (gangguan proses pikir, isi pikir, dan arus pikir)
c. Psikopatologi klien dengan gangguan jiwa proses pikir, isi pikir, dan arus pikir
1
d. Diagnosa medis dan diagnosa keperawatan klien dengan gangguan proses pikir,
isi pikir, dan arus pikir
e. Penatalaksanaan terapi medis dan keperawatan klien dengan proses pikir, isi
pikir, dan arus pikir
2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Contoh Kasus
Tuan K (30 tahun), masuk Rumah Sakit Jiwa HB. Saanin (10 Juli 2015) untuk
ketiga kalinya karena keluyuran dan berbicara kacau, MRSJ pertama pada 2010
karena berteriak-teriak. Klien mengatakan berkali-kali bahwa klien adalah anak
Imam Bonjol yang sedang diculik. Klien ingin kuliah lagi tetapi dia tidak lulus
SMU. Klien malas untuk menggosok gigi dan mandi. Klien tampak berpenampilan
acak-acakan. Bila menjawab sering sering melompat ide pembicaraan, berbelitbelit, cepat dan keras.
2.2 Definisi Waham
2.2.1 PengertianWaham
Proses berfikir meliputi proses pertimbangan ( judgment), pemahaman
(comprehension), ingatan serta penalaran ( reasoning ). Arus idea simbul atau
asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang di bangkitkan oleh suastu masalah
atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang terorientasi
pada kenyataan merupakan proses berfikir yang normal. Aspek proses berfikir
dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikir.
Gangguan isi pikir dapat terjadi baik pada isi pikiran non verbal maupun pada isi
pikiran verbal diantaranya adalah waham. ( menurut marasmis 2005).
Marasmis juga menekankan bahwa berbagai macam factor yang mempenngaruhi
proses pikir itu, umpamanya factor somatic ( gangguan otak, kelelahan). Factor
fsikologi (gangguan emosi, psiko, factor social, kegaduhan dan keadaan social yang
lain) yang sangat mempengaruhi ketahanan dan konsentrasi individu. Aspek proses
pikir yaitu : bentuk pikir, arus pikir dan isi pikir ditanbah dengan pertimbangan.
Kaplan dan Sadock (1998) mengatakan bahwa waham adalah keyakinan yang
salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Waham sedikitnya
harus ada selama sebelum dan sistematik dan tidak bizar ( dalam bentuk
fragmentasi, respon, emosi pasien terhadap system waham biasanya kongruen dan
sesuai dengan isi waham itu. Pasien secara relative biaanya bebas dari
3
psikopatologi diluar wawasan system wahamnya. Awal mulanya sering terjadi pada
umur dewasa , menengah dan lanjut. ( hal 216)
David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan
kokoh yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin
aneh dan tetap dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya. Waham sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan
beberapabentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizoprenia. Semakin
akut psikosis semakin sering di temui waham disorganisasi dan waham tidak
sistematis.
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan
kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan,
biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu ( Marasmis 2005 hal 117).
Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham sebagai salah
satu perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap
ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika
atau bukti-bukti yang ada.
2.2.2
Proses Terjadinya Waham
1. Fase Kebutuhan manusia rendah (Lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan
status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan
menderita. Keinginannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan
antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki financial yang cukup dengan ideal
diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil,
rumah, atau telepon genggam.
2. Fase Kepercayaan diri rendah (Lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan
tidak berharga.
3. Fase Pengendalian Internal dan Eksternal (Control Internal and External)
4
Pada tahapan ini, pasien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini
atau apa yang ia katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Tetapi lingkungan pasien justru menolak waham klien
dengan tidak adekuat. Sehingga pasien semakin nyaman dengan wahamnya.
4. Fase Dukungan Lingkungan (Environment Support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menggangap sesuatau yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan kebohongannya
6. Fase Improving
Tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah akan meningkat.
2.2.3
Jenis-Jenis Waham
1. Waham Kebesaan
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini Direktur sebuah
bank swasta lo “ atau “saya punya beberapa perusahaan multinasional”.
2. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya,” saya tahu kalian semua memasukan racun ke dalam
makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,” Kalau saya mau masuk
surga saya harus membagikan uang kesemua orang”.
4. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,” Saya sakit
menderita penyakit menular ganas”, setalh pemeriksaan laboraturium tidak
5
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang
kanker.
5. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,” inikan alam
kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.
6. Waham Sisip Pikir
Klien yakin bahwa ada ide atau pikiran orang lain yang disisikan di dalam
pikirannya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
7. Waham Siar Pikir
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun tidak
dinyatakannya kepada orang tersebut, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesui
kenyataan.
8. Waham kontrol pikir
Klien yakin pikirannya di kontrol oleh kekuatan dari luar diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
2.3 Psikopatologi/ Psikodinamika
Townsend (1998, hal 158) menagatakan bahwa ‘hal-hal yang menyebabkan
gangguan isi pikir : waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain,
panic, menekan rasa takut stress yang berat yang mengancam ego yang lemah.,
kemungkinan factor herediter”.
Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori
yaitu :
a. Factor Predisposisi
Menurut Townsend (1998, hal 146-147) factor predisposisi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Biologis
a. Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang
sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
6
b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizoprenia
mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak lahir terjadi pada
bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari selsel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderoita skizoprenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dupamin neorotransmiter yang
dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan
dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.
Komflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak
akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan suatu kondisi
yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling
mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus
meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk kepada masa
dewasa, dimana di masa ini anak tidak akan mampu memenuhi tugas
perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak
menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua
tidak mampu membentuk rasa percaya tehadap orang lain.
c.
Teoti psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi
orang tua dan anak . karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme
pertahanan itu pada waktu kecemasan yang ekstrem mennjadi suatu yang
maladaptive dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan sekmen diri
dalam kepribadian.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran yaitu :
1. Biologis
7
Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive
berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi
buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkunag yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan
terhadap penampilan, stress agngguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan
sebaigainya.
2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan
2.4.1 DiagnosaMedis
Gangguan delusional
2.4.2 DiagnosaKeperawatan
A. Defisit Perawatan Diri
B. Resiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
C. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Terapi Medis
a. Farmakoterapi
Dalam keadaan gawat pasien dengan gangguan delusional yang teragitasi
parah harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular yang
merupakan obat terpilih untuk gangguan delusi.
b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan
saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok.
8
Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh
terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu,
jujur
dan
membuat
perjanjian
seteratur
mungkin.
Tujuan
yang
dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien.
Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan
klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis
perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan
tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal
klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien,
misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa
yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga
menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang
kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat
timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,
suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik
dapat dilakukan.
2.5.2 Terapi Keperawatan
1. bina hubungan saling percaya
2. jangan membantah dan mendukung waham klien
3. yakinkan klien beradadalam keadaan aman dan terlindungi
4. Observasi apakah wahamnya
Rasional: dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi
klien daripada hanya memikirnya.
1. Beri pujian pada penampilan kempuan yang realistis
2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini realistis
3. Tanyakan apa kebiasaan baik klien dan minta klien melakukannya saat ini
9
Rasional: dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi,
perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya sehingga klien merasa
aman dan nyaman.
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
6. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Rasional : menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu
lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
4. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek
samping obat
10
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Waham (delusi) merupakan jenis gangguan jiwa dengan keadaan dimana klien
sangat memercayai apa yang diyakininya meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.
Pada klien delusi ini masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah kerusakan
komunikasi verbal karena klien dengan delusi akan sulit diajak berkomunikasi. Selain
terapi dengan obat antipsikotik dan terapi oleh psikiater, terapi keperawatan juga
merupakan hal yang penting yang dianjurkan untuk mengatasi klien dengan gangguan
delusi ini.
3.2 Saran
Untuk mewujudkan kesehatan jiwa masyarakat yang optimal, dibutuhkan
pelayanan
kesehatan yang terintegrasi, berkesinambungan, dan komprehensif.
Beberapa upaya kesehatan jiwa, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai
upaya kesehatan jiwa yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
a. Upaya Promotif
Menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan jiwa serta keterampilan hidup terkait kesehatan jiwa bagi peserta
didik sesuai dengan tahap perkembangannya.
b. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
waham kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Untuk aspek
preventif, dilakukan rawat jalan. Di dalam rawat jalan, klie meminimalisir faktor
penyebab yang mungkin muncul baik dari segi keluarga, lingkungan, maupun
pasien itu sendiri. Hal ini diupayakan agar kondisi pasien tidak semakin parah.
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif yang dapat dilakukan dengan pengobatan, pengobatannya
mempunyai metode khusus dan harus berdasarkan pengawasan medis.
a. Upaya Rehabilitatif
aspek rehabilitatif yakni mengupayakan hadirnya rehabilitasi psikososial bagi
kepentingan pasien. Rehabilitasi ini merupakan rehabilitasi yang tidak hanya
11
melibatkan dari sisi medis saja, akan tetapi juga mengutamakan aspek sosial
klien yang sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat pasien.
12
DAFTAR PUSTAKA
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawayan Jiwa. Trans Info
Media, Jakarta.
Kaplan dan Sandock.1997.Sinopsis Psikiarti, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis.Jilid 1.Edisi 7.Jakarta :Binarupa Aksara
Kusuma, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medika, Jakarta.
Maramis,W.F.2010.
Catatan
Ilmu
Kedokteran
Jiwa.
Airlangga
University
Press:Surabaya
Yusuf, Ah, PK, R.F, Hinayati, H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika