BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Dukungan Keluarga 2.1.1 Pengertian Keluarga - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam Melakukan Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Sidorejo Lor Sal
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Dukungan Keluarga
2.1.1
Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Ali (2010)
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul serta tinggal di suatu tempat dalam keadaan
saling bergantung.Padila, (2012) juga memiliki pendapat
bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat
dimana terjadi interaksi antara anak dan orang tuanya.
Bailon dan Maglaya1978 dalam Sudiharto (2007),
juga berpendapat bahwa keluarga adalah dua atau lebih
individu
yang
bergabung
karena
hubungan
darah,
perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut
perannya
masing-masing
serta
menciptakan
dan
mempertahankan suatu budaya.
2.1.2
Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi
menjadi dua macam yaitu:
1.
Keluarga Tradisional
9
a. Keluarga Inti (nuclear family) terdiri dari suami, istri,
dan anak-anak, baik karena kelahiran maupun adopsi.
b. Keluarga Besar (extended family) adalah keluarga inti
di tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
keponakan,
saudara
sepupu,
paman,
bibi
dan
sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami dan istri tanpa anak.
d. Keluarga Berantai (social family) keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali.
e. Keluarga Komposit (composite family) adalah keluarga
dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
2. Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam
satu
rumah,
sumber
dan
fasilitas
yang
sama,
pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan
10
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
d. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti
pasangan tanpa melelui pernikahan.
e.
Gay And Lesbian Family
Perkawinan dua individu sejenis.
2.1.3
Fungsi Keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar
fisik, pribadi, dan sosial yang berbeda. Menurut
Friedman 1998 dalam Pradila (2012) menguraikan
bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar yaitu:
a. Fungsi Afektif
Merupakan fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan
segala
sesuatu
untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisasi
Merupakan fungsi mengembangkan dan melatih
anak
untuk
berkehidupan
sosial
sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain di luar rumah.
11
c. Fungsi Reproduksi
Merupakan
fungsi
untuk
mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara
ekonomi dan tempat
untuk
mengembangkan
kemampuan
alam
meningkatkan
penghasilan
individu
untuk
memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan
Merupakan
fungsi
untuk
mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi (Setiadi, 2009).
2.1.4
Peran Keluarga
Menurut
Ali
(2010)
peran
adalah
perilaku
interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan
dengan indifidu dalam posisi dan satuan tertentu.ia
juga menjelaskan peran keluarga sebagi berikut:
a. Peran Ayah
Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala
keluarga, sebagai angota kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat di lingkungannya.
12
b. Peran Ibu
Ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah
tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya
pelindung dan sebagai kepala satu kelompok dari
peranan
sosialnya
serta
sebagai
anggota
masyarakat di lingkungannya.Selain itu ibu juga
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peran Anak
Anak-anak melakukan peran psikososial sesuai
dengan tingka perkembangan baik fisik, mental,
sosial dan spiritual.
2.1.5
PengertianDukungan Keluarga
Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat
diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau
semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi
pembuat
keputusan
(Chaplin,
2008).
Dukungan
keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap,
tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya,
dukungan
berupa
penilaian,
dukungan
dukungan
informasional,
instrumental
dan
dukungan emosional.
13
Dukungan keluarga dapat berupa informasi
emosional dan penghargaan (Setiadi, 2008). Jadi
dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga
anggota
keluarga
merasa
ada
yang
memperhatikan.Dukungan kepada ibu hamil dapat
diartikan sebagai dukungan dari orang-orang di
sekitarnya seperti keluarga.Keluarga di sini terdiri atas
suami, anak, orangtua kandung, mertua, kakak, adik,
dan saudara.Setiap Ibu hamil membutuhkan dukungan
keluarga dengan bentuk motivasi, dorongan, empati,
maupun bantuan.Dukungan tersebut sebagai bukti
perhatian dan kasih sayang keluarga pada Ibu hamil
yang bertujuan untuk menyiapkan persalinan yang
aman(Setiadi, 2008).
2.1.6
Bentuk-bentuk Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sebagai adanya
kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong
orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan
keluarga tersebut diperoleh dari individu maupun
kelompok. Menurut Cohen dan Mc Kay dalam Niven,
14
(2008)
bahwa
komponen-komponen
dukungan
keluarga terdiri dari empat macam dukungan yaitu:
a.
Dukungan emosional (emotional support)
Dukungan bersifat emosional atau menjaga
keadaan emosi atau ekspresi yang mencakup
ungkapan
terhadap
empati,
orang
kepedulian
yang
dan
perhatian
bersangkutan
misalnya
penegasan, reward dan pujian.
b.
Dukungan Informasi
Dukungan
komunikasi
informasi
dan
tanggung
meliputi
jaringan
jawab
bersama
termasuk memberikan solusi dari masalah yang
dihadapi
memasuki
oleh
anggota
masa
keluarga
yang
kehamilan.Sebagai
telah
contoh,
keluarga dapat memberikan informasi dengan
menyarankan
tempat
pemeriksaan
dan
mengingatkan jadwal pemeriksaan kehamilan.
c.
Dukungan Penghargaan
Dukungan
penghargaan
merupakan
dukungan berupa dorongan dan motivasi yang
diberikan keluarga kepada klien.Dukungan ini
terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif
kepada
klien.Keluarga
membimbing
dan
15
membantu menangani masalah klien dengan
menggunakan ekspresi yang berupa peryataan
setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide,
perasaan dan perfoma klien.
d.
Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan
jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial
dengan menyediakan dana untuk pemeriksaan
atau pengobatan, dan material berupa bantuan
nyata.
2.1.7
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Dukungan
Keluarga
Menurut Purnawan (2008) faktor-faktor yang
mempengaruhi dukungan keluarga adalah:
1)
Faktor internal
a. Tahap Perkembangan
Artinya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh
faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan
perkembangan dimana setiap rentang usia (bayilansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan berbeda-beda.
b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
16
Keyakinan
seseorang
terhadap
adanya
dukungan terbentuk oleh variabel intelektual
yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang
pendidikan,
dan
pengalaman
masa
lalu.
Kemampuan kognitif akan membentuk cara
berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami
dengan
faktor-faktor
penyakit
yang
dan
berhubungan
menggunakan
pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga
kesehatan dirinya.
c. Faktor emosional
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan
terhadap
adanya
dukungan
dan
cara
melaksanakannya. Seseorang yang mengalami
respon
stress
dalam
perubahan
hidupnya
cenderung berespon terhadap berbagai tanda
sakit,
mungkin
dilakukan
dengan
cara
menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupannya.
d. Faktor Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana
seseorang menjalani kehidupannya, menyangkut
nilai
dan
keyakinan
yang
dilaksanakan,
17
hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam
hidup.
2)
Faktor eksternal
a. Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan
biasanya
mempengaruhi
penderita
dalam
melaksanakan kesehatannya. Misalnya: klien juga
akan
melakukan
tindakan
pencegahan
jika
keluarga melakukan hal yang sama.
b. Faktor sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan
resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi
cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya.
c. Latar belakang budaya
2.2.
Kepatuhan
2.2.1. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang
tertuju terhadap intruksi atau petunjuk yang diberikan
dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan
dengan dokter (Stanley, 2007).
18
Di
dalam
konteks
psikologi
kesehatan,
kepatuhan mengacu kepada situasi ketika perilaku
seorang individu sepadan dengan tindakan yang
dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang
praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari
suatu sumber informasi lainnya seperti nasehat yang
diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan
melalui suatu kampanye media massa (Ian & Marcus,
2011).
Berdasarkan
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan bahwa perilaku kepatuhan adalah upaya
dan perilaku individu dalam menunjukkan kesesuaian
dengan peraturan atau anjuran yang diberikan oleh
professional
kesehatan
untuk
mempertahankan
kesehatan atau menunjang kesembuhan pasien.
2.2.2. Faktor
Yang
Mempengaruhi
Tingkat
Kepatuhan
Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2010)
adalah:
1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin,
suku bangsa, status sosio ekonomi dan
pendidikan.
19
2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit
dan hilangnya gejala akibat terapi.
3.
Variabel
program
terapeutik
seperti
kompleksitas program dan efek samping yang
tidak menyenangkan.
4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap
terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau
penyangkalan terhadap penyakit, dukungan
keluarga, keyakinan agama atau budaya dan
biaya finansial dan lainnya yang termasuk
dalam mengikuti aturan hidup.
2.3.
Pemeriksaan Kehamilan
2.3.1. PengertianPemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala
nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2007).
Pemeriksaan kehamilan adalah kegiatan yang
dilakukan pada ibu hamil selama masa kahamilan atau
sebelum melahirkan, untuk menjaga kesehatan ibu
dan kandungannya (Saifuddin, 2009)
20
2.3.2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
Menurut
Saifuddin
(2009),
tujuan
pemeriksaan
kehamilan antara lain:
a. Memantau
kemajuan
kehamilan
untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakti
secara
umum,
kebidanan
dan
pembedahan, misalnya :
1.
Hipertensi dalam kehamilan
2.
Diabetes dalam kehamilan
3.
Anemia
4.
Janin dengan berat badan rendah
5.
Kehamilan anggur
6.
Plasenta previa (ari-ari menutup jalan lahir)
7.
Infeksi dalam kehamilan misalnya keputihan
atau infeksi saluran kemih dll
d. Mempersiapkan
persalinan
cukup
bulan,
melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
21
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI Eksklusif.
f.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
g. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
dan perinatal.
2.3.3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling
sedikit empat kali selama kehamilan yaitu: satu kali
pada trimester pertama yang dilakukan segera setelah
diketahui terlambat haid atau berkisar pada usia
kehamilan 0-12 minggu, satu kali pada trimester ke
dua atau pada usia kehamilan 13-28 minggu, dan dua
kali pada trimester tiga atau pada usia kehamilan
diatas 29 minggu (Saifuddin, 2009).
22
2.4.
KERANGKA TEORI
Dukungan Keluarga
Kepatuhan
Pemeriksaan
Kehamilan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi (Purnawan
2008):
- Usia
- Pendidikan
- Emosional
- Spiritual
- Pola hidup keluarga
- Sosioekonomi
- Latar belakang
budaya
Faktor-faktor yang
mempengaruhi (Suddart
dan Brunner 2010) :
- Usia kehamilan
- Suku dan Budaya
- Pendidikan
- Perekonomian
- Masalah kehamilan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Keterangan:
: yang diteliti
:tidak diteliti
2.4.1. Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis yang ditetapkan adalah
sebagai berikut :
H0: tidak ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan
kepatuhan
ibu
hamil
dalam
melakukan
pemeriksaan kehamilan.
23
Hα: ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan
kehamilan
24
TINJAUAN TEORI
2.1 Dukungan Keluarga
2.1.1
Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Ali (2010)
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul serta tinggal di suatu tempat dalam keadaan
saling bergantung.Padila, (2012) juga memiliki pendapat
bahwa keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat
dimana terjadi interaksi antara anak dan orang tuanya.
Bailon dan Maglaya1978 dalam Sudiharto (2007),
juga berpendapat bahwa keluarga adalah dua atau lebih
individu
yang
bergabung
karena
hubungan
darah,
perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut
perannya
masing-masing
serta
menciptakan
dan
mempertahankan suatu budaya.
2.1.2
Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi
menjadi dua macam yaitu:
1.
Keluarga Tradisional
9
a. Keluarga Inti (nuclear family) terdiri dari suami, istri,
dan anak-anak, baik karena kelahiran maupun adopsi.
b. Keluarga Besar (extended family) adalah keluarga inti
di tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
keponakan,
saudara
sepupu,
paman,
bibi
dan
sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami dan istri tanpa anak.
d. Keluarga Berantai (social family) keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali.
e. Keluarga Komposit (composite family) adalah keluarga
dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
2. Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam
satu
rumah,
sumber
dan
fasilitas
yang
sama,
pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan
10
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
d. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti
pasangan tanpa melelui pernikahan.
e.
Gay And Lesbian Family
Perkawinan dua individu sejenis.
2.1.3
Fungsi Keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar
fisik, pribadi, dan sosial yang berbeda. Menurut
Friedman 1998 dalam Pradila (2012) menguraikan
bahwa keluarga memiliki 5 fungsi dasar yaitu:
a. Fungsi Afektif
Merupakan fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan
segala
sesuatu
untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisasi
Merupakan fungsi mengembangkan dan melatih
anak
untuk
berkehidupan
sosial
sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain di luar rumah.
11
c. Fungsi Reproduksi
Merupakan
fungsi
untuk
mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara
ekonomi dan tempat
untuk
mengembangkan
kemampuan
alam
meningkatkan
penghasilan
individu
untuk
memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan
Merupakan
fungsi
untuk
mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi (Setiadi, 2009).
2.1.4
Peran Keluarga
Menurut
Ali
(2010)
peran
adalah
perilaku
interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan
dengan indifidu dalam posisi dan satuan tertentu.ia
juga menjelaskan peran keluarga sebagi berikut:
a. Peran Ayah
Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala
keluarga, sebagai angota kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat di lingkungannya.
12
b. Peran Ibu
Ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah
tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya
pelindung dan sebagai kepala satu kelompok dari
peranan
sosialnya
serta
sebagai
anggota
masyarakat di lingkungannya.Selain itu ibu juga
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peran Anak
Anak-anak melakukan peran psikososial sesuai
dengan tingka perkembangan baik fisik, mental,
sosial dan spiritual.
2.1.5
PengertianDukungan Keluarga
Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat
diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau
semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi
pembuat
keputusan
(Chaplin,
2008).
Dukungan
keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap,
tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya,
dukungan
berupa
penilaian,
dukungan
dukungan
informasional,
instrumental
dan
dukungan emosional.
13
Dukungan keluarga dapat berupa informasi
emosional dan penghargaan (Setiadi, 2008). Jadi
dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga
anggota
keluarga
merasa
ada
yang
memperhatikan.Dukungan kepada ibu hamil dapat
diartikan sebagai dukungan dari orang-orang di
sekitarnya seperti keluarga.Keluarga di sini terdiri atas
suami, anak, orangtua kandung, mertua, kakak, adik,
dan saudara.Setiap Ibu hamil membutuhkan dukungan
keluarga dengan bentuk motivasi, dorongan, empati,
maupun bantuan.Dukungan tersebut sebagai bukti
perhatian dan kasih sayang keluarga pada Ibu hamil
yang bertujuan untuk menyiapkan persalinan yang
aman(Setiadi, 2008).
2.1.6
Bentuk-bentuk Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sebagai adanya
kenyamanan, perhatian, penghargaan atau menolong
orang dengan sikap menerima kondisinya, dukungan
keluarga tersebut diperoleh dari individu maupun
kelompok. Menurut Cohen dan Mc Kay dalam Niven,
14
(2008)
bahwa
komponen-komponen
dukungan
keluarga terdiri dari empat macam dukungan yaitu:
a.
Dukungan emosional (emotional support)
Dukungan bersifat emosional atau menjaga
keadaan emosi atau ekspresi yang mencakup
ungkapan
terhadap
empati,
orang
kepedulian
yang
dan
perhatian
bersangkutan
misalnya
penegasan, reward dan pujian.
b.
Dukungan Informasi
Dukungan
komunikasi
informasi
dan
tanggung
meliputi
jaringan
jawab
bersama
termasuk memberikan solusi dari masalah yang
dihadapi
memasuki
oleh
anggota
masa
keluarga
yang
kehamilan.Sebagai
telah
contoh,
keluarga dapat memberikan informasi dengan
menyarankan
tempat
pemeriksaan
dan
mengingatkan jadwal pemeriksaan kehamilan.
c.
Dukungan Penghargaan
Dukungan
penghargaan
merupakan
dukungan berupa dorongan dan motivasi yang
diberikan keluarga kepada klien.Dukungan ini
terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif
kepada
klien.Keluarga
membimbing
dan
15
membantu menangani masalah klien dengan
menggunakan ekspresi yang berupa peryataan
setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide,
perasaan dan perfoma klien.
d.
Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan
jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial
dengan menyediakan dana untuk pemeriksaan
atau pengobatan, dan material berupa bantuan
nyata.
2.1.7
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Dukungan
Keluarga
Menurut Purnawan (2008) faktor-faktor yang
mempengaruhi dukungan keluarga adalah:
1)
Faktor internal
a. Tahap Perkembangan
Artinya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh
faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan
perkembangan dimana setiap rentang usia (bayilansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan berbeda-beda.
b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
16
Keyakinan
seseorang
terhadap
adanya
dukungan terbentuk oleh variabel intelektual
yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang
pendidikan,
dan
pengalaman
masa
lalu.
Kemampuan kognitif akan membentuk cara
berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami
dengan
faktor-faktor
penyakit
yang
dan
berhubungan
menggunakan
pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga
kesehatan dirinya.
c. Faktor emosional
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan
terhadap
adanya
dukungan
dan
cara
melaksanakannya. Seseorang yang mengalami
respon
stress
dalam
perubahan
hidupnya
cenderung berespon terhadap berbagai tanda
sakit,
mungkin
dilakukan
dengan
cara
menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupannya.
d. Faktor Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana
seseorang menjalani kehidupannya, menyangkut
nilai
dan
keyakinan
yang
dilaksanakan,
17
hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam
hidup.
2)
Faktor eksternal
a. Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan
biasanya
mempengaruhi
penderita
dalam
melaksanakan kesehatannya. Misalnya: klien juga
akan
melakukan
tindakan
pencegahan
jika
keluarga melakukan hal yang sama.
b. Faktor sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan
resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi
cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya.
c. Latar belakang budaya
2.2.
Kepatuhan
2.2.1. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang
tertuju terhadap intruksi atau petunjuk yang diberikan
dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan
dengan dokter (Stanley, 2007).
18
Di
dalam
konteks
psikologi
kesehatan,
kepatuhan mengacu kepada situasi ketika perilaku
seorang individu sepadan dengan tindakan yang
dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang
praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari
suatu sumber informasi lainnya seperti nasehat yang
diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan
melalui suatu kampanye media massa (Ian & Marcus,
2011).
Berdasarkan
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan bahwa perilaku kepatuhan adalah upaya
dan perilaku individu dalam menunjukkan kesesuaian
dengan peraturan atau anjuran yang diberikan oleh
professional
kesehatan
untuk
mempertahankan
kesehatan atau menunjang kesembuhan pasien.
2.2.2. Faktor
Yang
Mempengaruhi
Tingkat
Kepatuhan
Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2010)
adalah:
1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin,
suku bangsa, status sosio ekonomi dan
pendidikan.
19
2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit
dan hilangnya gejala akibat terapi.
3.
Variabel
program
terapeutik
seperti
kompleksitas program dan efek samping yang
tidak menyenangkan.
4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap
terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau
penyangkalan terhadap penyakit, dukungan
keluarga, keyakinan agama atau budaya dan
biaya finansial dan lainnya yang termasuk
dalam mengikuti aturan hidup.
2.3.
Pemeriksaan Kehamilan
2.3.1. PengertianPemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala
nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2007).
Pemeriksaan kehamilan adalah kegiatan yang
dilakukan pada ibu hamil selama masa kahamilan atau
sebelum melahirkan, untuk menjaga kesehatan ibu
dan kandungannya (Saifuddin, 2009)
20
2.3.2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
Menurut
Saifuddin
(2009),
tujuan
pemeriksaan
kehamilan antara lain:
a. Memantau
kemajuan
kehamilan
untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakti
secara
umum,
kebidanan
dan
pembedahan, misalnya :
1.
Hipertensi dalam kehamilan
2.
Diabetes dalam kehamilan
3.
Anemia
4.
Janin dengan berat badan rendah
5.
Kehamilan anggur
6.
Plasenta previa (ari-ari menutup jalan lahir)
7.
Infeksi dalam kehamilan misalnya keputihan
atau infeksi saluran kemih dll
d. Mempersiapkan
persalinan
cukup
bulan,
melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
21
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI Eksklusif.
f.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
g. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
dan perinatal.
2.3.3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling
sedikit empat kali selama kehamilan yaitu: satu kali
pada trimester pertama yang dilakukan segera setelah
diketahui terlambat haid atau berkisar pada usia
kehamilan 0-12 minggu, satu kali pada trimester ke
dua atau pada usia kehamilan 13-28 minggu, dan dua
kali pada trimester tiga atau pada usia kehamilan
diatas 29 minggu (Saifuddin, 2009).
22
2.4.
KERANGKA TEORI
Dukungan Keluarga
Kepatuhan
Pemeriksaan
Kehamilan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi (Purnawan
2008):
- Usia
- Pendidikan
- Emosional
- Spiritual
- Pola hidup keluarga
- Sosioekonomi
- Latar belakang
budaya
Faktor-faktor yang
mempengaruhi (Suddart
dan Brunner 2010) :
- Usia kehamilan
- Suku dan Budaya
- Pendidikan
- Perekonomian
- Masalah kehamilan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Keterangan:
: yang diteliti
:tidak diteliti
2.4.1. Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis yang ditetapkan adalah
sebagai berikut :
H0: tidak ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan
kepatuhan
ibu
hamil
dalam
melakukan
pemeriksaan kehamilan.
23
Hα: ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan
kehamilan
24