Macam perawatan kuratif orto anak

MAKALAH

MACAM-MACAM PERAWATAN KURATIF
ORTODONSI PADA ANAK-ANAK
(≤ 12 TAHUN) DALAM MASA
GIGI PERGANTIAN
Oleh:
KUMALA DIAN SARI
NIM. 091611101063

Pembimbing:
drg. Rina Setiowati, Sp.Ort., MPH

POLI GIGI DAN MULUT
RSUD DR. H. KOESNADI
BONDOWOSO
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Macam-macam

Perawatan Ortodonsi pada Anak-anak (≤ 12 tahun) dalam Masa Geligi
Pergantian”.
Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
drg.Rina Setiowati, Sp.Ort, MPH selaku pembimbing dalam penyusunan makalah
ini.
Dalam penyusunan ini tentunya masih banyak kekurangan dalam
pengejaan maupun penulisan. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya. Terima kasih

Bondowoso, 02 Oktober 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perawatan ortodonti merupakan salah satu jenis perawatan yang dilakukan
di bidang kedokteran gigi dengan tujuan untuk mendapatkan penampilan

dentofasial yang menyenangkan secara estetika yaitu dengan menghilangkan
susunan gigi yang berjejal, mengoreksi penyimpangan rotasional dan apikal
dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal serta menciptakan
hubungan oklusi yang baik.
Pada era modern saat ini, kebutuhan dan tuntutan akan perawatan
ortodontik semakin meningkat. Masyarakat semakin menyadari bahwa gigi
yang tidak teratur terlebih lagi jika disertai adanya kelainan bentuk muka yang
disebabkan oleh adanya hubungan rahang yang tidak harmonis akan sangat
mempengaruhi penampilan. Selain itu keadaan gigi yang tidak teratur dan
hubungan rahang yang tidak harmonis sangat mempengaruhi sistem
pengunyahan, pencernaan serta sistem artikulasi atau pembentukan suara.
Untuk dapat melakukan perawatan ortodontik, mahasiswa kedokteran gigi
dituntut untuk menguasai pengetahuan yang melandasi tindakan perawatan
yang akan dilakukan. Selain itu juga dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu
pengetahuan lain yang mendukung serta diperlukan ketrampilan dalam
membuat alat ortodontik, mampu memahami mekanisme kerja alat ortodontik,
mampu melakukan perawatan serta mengevaluasi hasil perawatan yang
dilakukan (Sulandjari, 2008).
Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu sekitar 80%
dari jumlah penduduk. Hal tersebut menyebabkan antisipasi perkembangan

angka kejadian maloklusi, khususnya maloklusi pada anak diperlukan upaya
penanggulangan secara dini. Dalam menentukan tindakan pelayanan ortodonti
seawal mungkin dalam masa tumbuh kembang anak di era globalisasi, banyak

faktor yang perlu dipertimbangkan secara seksama seperti anak masih dalam
proses tumbuh kembang.
Perawatan ortodonti dibagi menjadi 3 bagian, yaitu perawatan ortodonti
preventif, perawatan ortodonti interseptif, dan perawatan ortodonti kuratif.
Ortodonti preventif merupakan segala tindakan yang menghindarkan segala
pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan yang normal agar tidak
terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang yang abnormal. Ortodontik
interseptif merupakan tindakan atau perawatan ortodontik pada maloklusi
yang mulai tampak dan sedang berkembang. Ortodontik korektif merupakan
tindakan perawatan pada maloklusi yang sudah nyata terjadi. Dalam makalah
ini akan dibahas perawatan ortodonti kuratif pada masa geligi pergantian pada
anak-anak (≤ 12 tahun).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana macam-macam perawatan kuratif ortodonsi pada anak-anak (≤ 12
tahun) dalam masa gigi pergantian?
1.3 Tujuan

Untuk mempelajari dan memahami macam-macam perawatan kuratif
ortodonsi pada anak-anak (≤ 12 tahun) dalam masa gigi pergantian?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ortodonsia
Menurut The British Society of Orthodontics (1922), ortodonsia adalah ilmu
yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang, muka dan tubuh pada
umumnya yang dapat mempengaruhi kedudukan gigi. Juga mempelajari adanya
aksi dan reaksi dari pengaruh luar maupun pengaruh dalam terhadap
perkembangan, serta pencegahan dan perawatan terhadap perkembangan yang
mengalami gangguan atau hambatan dan pengaruh jelek (Sulandjari, 2008).
2.2 Maloklusi
Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, hal ini dapat
terjadi karena tidak sesuainya antara lengkung gigi dan lengkung rahang. Keadaan
ini terjadi baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gambaran klinisnya
berupa crowding, protusi, cross bite baik anterior maupun posterior (Yohana).
Dr. EH Angle membagi hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah menjadi 3 kelompok, yaitu : Klas I ,Klas II, dan Klas III. Lisher juga
membagi menjadi 3 kelompok, yaitu : Netroklusi (= klas I Angle), Distoklusi (=

klas II Angle), dan Mesioklusi (= klas III Angle).
Klasifikasi Angle
Angle mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama
hampir tidak pernah berubah posisinya. Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi
yang

paling

banyak

digunakan

dalam

penentuan

maloklusi.

Angle


menggambarkan tujuh malposisi individu gigi yaitu bukal atau labial, lingual,
mesial, distal, rotasi, infraposisi, supraposisi. Malposisi gigi ini dapat digunakan
untuk menggambarkan maloklusi secara lebih lengkap.
Klasifikasi maloklusi Angle :
 Maloklusi Kelas I

Relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar
pertama permanen meskipun mesiobukal cusp molar pertama permanen atas
berada pada bucal groove molar pertama permanen mandibula. Maloklusi kelas
I dapat disertai dengan openbite, protrusi bimaksila dan kelainan yang paling
banyak adalah disertai dengan crowded, sedangkan diastema multiple yang
menyeluruh jarang dijumpai. Lihat gambar 1.

Gambar 1. Oklusi normal
Sumber :Contemporary orthodontcs 3 th ed.Philadelphia:Mosby; 2000, p.124

 Maloklusi Kelas II
Relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Mesiobukal cusp molar
pertama permanen atas berada lebih mesial dari bucal groove gigi molar pertama
permanen mandibula. Karakteristik maloklusi kelas II adalah protrusive gigi

anterior atas dengan overjet yang besar dan kadang disertai retroklinasi gigi
insisivus.
Divisi I

:Insisivus

gigi rahang atas letakya labioversio (protrusi

bilateral)
Subdivisi

:Insisivus rahang atas letaknya labioversio (protrusi
unilateral)

Menurut Moyers yang dikutip oleh Karin dan Yuniar pada penderita
maloklusi kelas II divisi I biasanya ditandai dengan profil muka yang konveks,
overjet, yang besar dan kadang-kadang disertai dengan deep bite. Pada keadaan
demikian, tekanan otot-otot muka tidak normal, sehingga sering dijumpai sulcus
mentolabial yang dalam atau disebut lip trap.


Selain itu menurut Staley maloklusi kelas II divisi I digambarkan dengan
maksila yang sempit, gigi insisivus atas yang terlihat lebih panjang dan protrusiv,
fungsi bibir yang tidak normal dan kadang-kadang dijumpai beberapa obstruksi
nasal serta bernafas melalui mulut. Liat gambar 2

Gambar 2. Maloklsi kelas II
Sumber :(http://cuvetmerh.wordpress.com/2008)

Divisi II : insisivus sentral rahang atas letakya palatoversi.
Subdivisi : insisivus sentral rahang atas letaknya palatoversi
(unilateral)
 Maloklusi Kelas III
Relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. mesiobukal cusp molar
pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama
permanen mandibula. Lihat gambar 3

Gambar 3.Maloklusi kelas III
Sumber :(http://cuvetmerh.wordpress.com/2008)

Maloklusi klas III dapat pula dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain:

1. Type 1

: hubungan insisifnya edge to edge

2. Type 2

: insisiv rahang atas menumpang pada insisiv bawah,

seperti hubungan yang normal dan insisiv bawah agak berjejal-jejal
3. Insisiv atas adalah linguoversi --- cross bite (Prijatmoko dkk, 2010)
4. Subdivisi : unilateral
Klasifiksi Angle memiliki kekurangan. Beberapa kekurangan klasifikasi
Angle sebagai berikut : Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi molar pertama
permanen. Bila molar pertama permanen bergeser karena prematur ekstraksi
molar sulung, maka relasi molar yang ada bukan relasi molar yang sebenarnya
sebelum terjadi pergeseran. Bila molar pertama permanen telah dicabut berarti
tidak ada relasi molar.
Bila terjadi pergeseran molar pertama permanen ke mesial maka perlu
dibayangkan letak molar pertama permanen sebelum terjadi pergeseran, baru
ditetapkan klasifikasinya, demikian juga jika molar permanen telah dicabut.

2.2 Erupsi Gigi
Erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan
pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga
mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi dipengaruhi oleh
faktor intrinsik, yaitu ras, genetik, dan jenis kelamin dan ekstrinsik yang meliputi
nutrisi dan tingkat ekonomi.
Waktu erupsi gigi permanen dimulai saat anak berusia 6 sampai 7 tahun,
ditandai dengan erupsi gigi molar pertama rahang bawah bersamaan dengan
insisivus pertama rahang bawah dan molar pertama rahang atas. Gigi insisivus
sentral rahang atas erupsi umur 7 tahun dilanjutkan dengan gigi insisivus lateral
rahang bawah. Gigi insisivus lateral rahang atas erupsi umur 8 tahun dan gigi
kaninus rahang bawah umur 9 tahun. Gigi premolar pertama rahang atas erupsi
umur 10 tahun, dilanjutkan dengan erupsi gigi premolar kedua rahang atas,
premolar pertama rahang bawah, kaninus rahang atas dan premolar kedua rahang
bawah. Erupsi gigi molar kedua rahang bawah terjadi umur 11 tahun dan molar

kedua rahang atas umur 12 tahun. Erupsi gigi paling akhir adalah molar ketiga
rahang atas dan rahang bawah.

Table 1. Waktu erupsi gigi sulung

Gigi geligi
RAHANG
ATAS
Insisiv sentral
Insisiv lateral
Caninus
Molar 1
Molar 2
RAHANG
BAWAH
Insisiv sentral
Insisiv lateral
Caninus
Molar 1
Molar 2

Jaringan
keras mulai
terbentuk
(minggu)

Enamel
terbentuk
sempurna
(bulan)

Erupsi
(bulan)

Akar
terbentuk
sempurna
(tahun)

4

5
5
6



9
6
11


9
18
14
24


2


3



5
5
6


3
9
5
10

6
7
16
12
20





3

Enamel
terbentuk
sempurna
(tahun)

Erupsi
(tahun)

Akar
terbentuk
sempurna
(tahun)

3-4 bulan
10-12 bulan
4-5 bulan
1 ½-1 ¾ tahun
2-2 ¼ tahun
Saat lahir
2 ½-3 tahun
7-9 tahun

4-5
4-5
6-7
5-6
6-7
2 ½-3
7-8
12-16

7-8
8-9
11-12
10-11
10-12
6-7
12-13
17-21

10
11
13-15
12-13
12-14
9-10
14-16
18-25

3-4 bulan

4-5

6-7

9

Table 2. Waktu erupsi gigi permanen
Jaringan
keras mulai
Gigi geligi
terbentuk
RAHANG
ATAS
Insisiv sentral
Insisiv lateral
Caninus
Premolar 1
Premolar 2
Molar 1
Molar 2
Molar 3
RAHANG
BAWAH
Insisiv sentral

Insisiv lateral
Caninus
Premolar 1
Premolar 2
Molar 1
Molar 2
Molar 3

3-4 bulan
4-5 bulan
1 ¼-2 tahun
2 ¼-2 ½ tahun
Saat lahir
2½-3 tahun
8-10 tahun

4-5
6-7
5-6
6-7
2½-3
7-8
12-16
BAB III

7-8
9-10
10-12
11-12
6-7
11-13
17-21

10
12-14
12-13
13-14
9-10
14-15
18-25

LAPORAN KASUS

1.

Kasus 1 (Ulusoy dan Bodrumlu, 2013)
Pasien perempuan berusia 8 tahun, datang ke Klinik Pedodonsia
mengeluhkan penampilan gigi insisiv sentral rahang atas terletak tidak baik,
yaitu di belakang gigi insisiv rahang bawah. Pasien tidak memiliki riwayat
medis dan dental yang menyertai, serta tidak memiliki riwayat keluarga yang
menderita maloklusi klas 3. Secara klinis, didapatkan gigi insisif 1 permanen
rahang atas kanan dan kiri mengalami gigitan silang, dan insisif lateral rahang
atas belum erupsi sempurna. Pasien dalam masa tahap awal gigi
percampuran, dengan relasi klas 1 pada gigi molar permanen kanan dan kiri
serta memiliki overjet sebesar 2 mm dan overbite 100%. Tidak terdapat
pergeseran garis median pada gigi rahang atas, sedangkan pada gigi rahang
bawah mengalami pergeseran garis median ke kiri sebesar 2 mm. Spacing
yang sedang pada rahang atas, dan terdapat jarak mesio-distal yang cukup
pergerakan dari insisif sentral. Foto panoramic menunjukkan bahwa tidak ada
kelainan tulang dan gigi, dan foto lateral sefalometri tidak ada kelainan pada
tulang basal antara rahang atas dan bawah.

Gambar 4. Radiografi intra oral sebelum perawatan
Perawatan yang dilakukan

bertujuan untuk mengoreksi gigitan silang

anterior, membuat overbite dan overjet menjadi normal, menyusun gigi
anterior pada posisi yang ideal, dan mengubah bentuk muka dan gigi menjadi
estetis. Pasien diinstruksikan untuk selalu menjaga kebersihan rongga
mulutnya.
Dalam perawatan ini digunakan alat lepasan akrilik dengan peninggian
gigit posterior dan skrup ekspansi pada anterior. Pengaktivan skrup dilakukan
sebesar ¼ putaran setiap 4 hari sekali selama 16 minggu. Setelah 2 bulan,
didapatkan relasi gigi insisif rahang atas dan rahang bawah edge to edge dan
gigitan silang dapat terkoreksi dengan penambahan 2 bulan. Peninggian gigit
posterior dihilangkan dan skrup diaktivasi setiap 7 hari sekali dalam waktu
selama 2 bulan untuk membuat jarak overjet yang normal.

Gambar 5. (a) removable acrylic appliance.
(b) penggunaan alat secara klinis

Gambar 6. Gambaran intraoral setelah 2 bulan
Selama masa perawatan 6 bulan, gigi insisif lateral permanen telah erupsi,
dengan posisi gigi insisif lateral kiri crossbite. Jadi, oleh karena itu didesain alat
baru dengan menggunakan pegas busur labial, dan pegas diaktivasi 1-2 bulan
sampai gigitan silang teratasi. Akhirnya setelah menjalani perawatan aktif selama
8 bulan, seluruh gigitan silang pada gigi insisif rahang atas dapat terkoreksi, dan
tidak terjadi relaps saat dilakukan control pada waktu 6 bulan kemudian dengan
pemeriksaan klinis dan radiografi.
2.

Kasus 2 (Jahanbin dan Tanbakuchi, 2014)
Anak laki-laki berusia 9 tahun datang ke Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Masshad dengan keluhan utama gigi anterior rahang atas
mengalami rotasi berat. Tidak ada riwayat medis sebelumnya. Secara klinis,
pemeriksaan ekstra oral menunjukkan profil wajah sedikit cembung, wajah
simateri, dan bibir yang normal pada posisi istirahat. Pemeriksaan intra oral
didapatkan maloklusi Klas 1 dengan rotasi berat pada insisif sentral kanan
rahang atas serta gigi supernumerary di antara gigi insisif sentral rahang atas.
Tidak

ada

kelainan

pada

jurusan transversal.

Analisis

sefalometri

menunjukkan pola Klas 1 skeletal tanpa vertical dysplasia. Kebersihan rongga
mulut

jelek,

ditunjukkan

dengan

gingivitis.

Pemeriksaan

radiografi

melihatkan adanya gigi mesioden dan rotasi berat dari gigi insisif sentral
kanan rahang atas. Gigi mesiodent telah diekstraksi oleh ahli bedah mulut 10
hari yang lalu.

Gambar 7. Pemeriksaan intra oral sebelum perawatan
Setelah 10 hari, dilakukan pencetakan model kerja rahang atas
menggunakan alginate. Pasien diinstruksikan cara menggunakan alat tersebut.
Sebuah bracket ditempatkan pada sisi labial dari gigi insisif sentral dengan rotasi
berat. Alat dikontruksi menggunakan whip spring dan pengait pada tempat
tersebut. Pada tepi mesial, wire dibengkokkan untuk menghindari lepasnya kawat.

Gambar 8. The Whip appliance
Setiap 4 minggu dilakukan pengaktifan alat. Setelah 8 bulan, gigi insisif sentral
rahang atas kanan telah tereposisi dalam posisi yang normal. Setelah rotasi
terkoreksi, dilakukan fibrotomi di sekitar gigi tersebut oleh spesialis periodontis
untuk mencegah terjadinya relaps. setelah seminggu dilakukan fibrotomi, alat
diganti dan masa retensi dimulai dengan menggunaka Hawley retainer.

Gambar 9. Pemeriksaan intraoral selama perawatan

Gambar 10. Gambaran intraoral setelah penggunaan alat
3.

Kasus 3 (Hiremath dan Suresh, 2011)
Pasien laki-laki usia 11 tahun dilaporkan pada bagian kedokteran gigi anak
fakultas kedokteran gigi perguruan tinggi negeri dan penelitian Institut
Bangalore dengan keluhan dari orang tua berupa adanya satu gigi pada rahang
atas yang tidak terletak pada lengkung yang benar. Riwayat kesehatan secara
umum baik dan pemeriksaan pada kepala dan leher normal. Tidak terdapat
riwayat adanya gigi persistensi atau gigi supernumerary. Pemeriksaan klinis
menunjukkan periode gigi geligi percampuran. Pasien memiliki oklusi Klas 1.
8 gigi insisif permanen telah erupsi. Gigi insisif lateral permanen kanan
rahang atas mengalami gigitan silang. Gigi caninus sulung kanan rahang atas
terletak pada posisi normal.

Gambar 11. Gigi incisive lateral permanen sebelah
kanan rahang atas terletak crossbite.
Setelah berdiskusi tentang masalah dengan orang tua, diputuskan untuk
menggunakan alat cekat seksional sesuai dengan kebutuhan perawatan. Alat cekat
pilihan yang tepat untuk mengontrol perubahan dari gigi insisif lateral, dapat
mencegah terjadinya kemungkinan kerusakan akar. Braket diletakkan pada gigi
11, 12, 14, 21, dan 22 dan Nickel-Titanium wire dengan diameter 0,16 diletakkan
secara melingkar pada seluruh breket. Jumlah kekuatan yang diberikan untuk
pergerakan gigi sebesar 35-60 gms/tooth. Gigi caninus sulung kanan telah
diekstraksi. Peninggian gigit posterior bilateral digunakan untuk membebaskan
relasi anterior.

Gambar 12. Alat cekat seksional pada gigi rahang atas dan alat
peninggian gigit posterior bilateral pada rahang bawah
Pasien dipanggil untuk control setelah 1 minggu dan alat dilepaskan
selama 2 minggu. Alat cekat seksional memanfaatkan kekuatan ringan secara
terus menerus untuk mengoreksi gigi yang maloklusi. Hasil yang memuaskan dari
giigi insisif lateral rahang atas kanan didapatkan dalam waktu 2 minggu. Bracket

dilepas dan dilakukan pulas pada gigi yang bersangkutan. Tidak diperlukan
retainer, keadaan overbite cukup dapat menahan tekanan untuk gigi. Fraktur klas 1
pada gigi 21 direstorasi denga resin komposit.

Gambar 13. Gigitan silang anterior terkoreksi dan
21 direstorasi dengan komposit
Pasien datang kembali setelah satu minggu untk melakukan control dan pada
kunjungan ini dilakukan ekstraksi pada gigi kaninus sulung kiri rahang atas untuk
menyeimbangkan

ekstraksi

sebelumnya.

Perkembangan

oklusi

pasien

diperkirakan secara periodic untuk keperluan perawatan orto selanjutnya. Setelah
3 bulan saat pasien melaporkan untuk menindaklanjuti, dokter memberi tahu
bahwa gigi kaninus permanen rahang atas tumbuh menonjol di labial karena tidak
mendapatkan ruang yang cukup di lengkung rahang. Dokter gigi menyarankan
pasien untuk pergi ke spesialis orto karena terdapat kekurangan tempat besar yang
diperlukan pencabutan pada gigi premolar satu rahang atas dan selanjutnya
dilakukan terapi menggunakan alat cekat.
4.

Kasus 4 (Prakash dan Durgesh, 2011)
Pasien perempuan berusia 9 tahun bersama orang tuanya dilaporkan
datang ke rumah sakit gigi dan mulut dengan keluhan utama merasakan
sensitive pada bagian belakang gigi rahan atas kanan dan kiri sejak 2 hari
yang lalu dan semakin buruk pada saat makan dan kembali normal setelah
beberapa detik. Pemeriksaan klinis secara lengkap menunjukkan gigi insisif
permanen central sebelah kiri terletak crossbite dan dijumpai karies dental
pada gigi 16, 14, 26, 36, dan 46. Pasien dalam masa gigi campuran dan
memiliki relasi klas 1. Berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografi,

ditentukan untuk membuat pesawat inklinasi. Orang tua pasien diberi
informasi tentang adanya maloklusi dan menyetujui prosedur perawatan yang
ditentukan. Gigitan silang terkoreksi setelah digunakan alat Catlan’s selama 3
minggu. Setelah itu, pasien datang lagi ke dokter gigi untuk menyelesaikan
prosedur restoratifnya. Kontrol pemeriksaan setelah 6 bulan menunjukkan
relasi insisif yang normal tanpa adanya relaps.

Gambar 4. Anterior dental crossbite
5.

Kasus 5 (Asher dkk, 1986)
Pasien laki-laki usia 8 tahun datang ke klinik pedodonsia dengan orang
tuanya mengeluhkan terdapat satu gigi yang tumbuh ke arah langit-langit.
Pada riwayat medis dan pemeriksaan kepala dan leher dijumpai adanya
ketidaknormalan. Tidak ada riwayat persistensi gigi sulung atau gigi
supernumerary. Pemeriksaan klinis menunjukkan periode awal gigi
percampuran. Seluruh gigi molar permanen memiliki oklusi Klas 1. Delapan
gigi permanen insisif telah erupsi. Gigi insisif lateral permanen kanan
mengalami gigitan silang (crossbite), erupsi lingual pada posisi normal, dan
rotasi 70o mesial. Pada gigi insisif kanan rahang atas ditempatkan dengan
ketat perlawanan pada permukaan distolingual. Gigi kaninus sulung berada
pada posisi 1 mm lebih mesial dari posisi normal. Hal ini diasumsikan bahwa
posisi gigi kaninus sulung tersebut tanggal prematur saat gigi insisif lateral
kanan rahang atas erupsi. Hal ini dibuktikan adanya pergeseran garis median
sebesar 1mm ke kanan. Erupsi gigi insisif lateral yang berada pada lingual
dihasilkan dari posisi gigi insisif sentral dan caninus sulung.
Erupsi dari gigi insisif kedua kanan atas belum cukup untuk dapat
dilakukan perawatan aktif. Oleh karena itu, gigi kaninus sulung yang

berdekatan dengan insisif lateral tersebut diekstraksi dengan maksud untuk
memberikan ruang gigi insisif lateral nantinya terletak pada posisi yang
benar. Pasien diminta control dalam waktu dua bulan untuk melihat
perkembangannya.
Saat kunjungan kontrol, posisi dari insisif lateral kanan atas tidak
berubah. Namun gigi insisif lateral dalam keadaan erupsi yang cukup
sehingga perawatan dengan alat cekat dapat dimulai. Setelah berdiskusi
dengan pasien, perawatan menggunakan Hawley retainer sebagai pilihan
perawatan tidak dipilih karena pasien takut tidak dapat menggunakannya
secara rutin. Sehingga diputuskan untuk menggunakan alat cekat untuk
keperluan koreksi. Alat cekat merupakan pilihan yang tepat untuk mengontrol
perubahan dari gigi insisif lateral, karena itu kemungkinan dapat mencegah
dampak akar gigi insisif lateral mengganggu mahkota gigi kaninus permanen.
Dalam mengubah posisi gigi menjadi distolabial dan merotasinya untuk
meletakkannya pada garis lengkung merupakan masalah yang rumit. Untuk
menyelesaikan perubahan gabungan, seorang ortodontis merencanakan
membuat 2 standart untuk sisi-sisinya.

gambar 5. (a) posisi sebelum perawatan, (b) alat ortodontik terdiri dari 2, 022pada petak braket dan 018-pada kawat Elgiloy, (c) multiloop wire kedua
menggunakan 018-in Elgiloy wire.

BAB IV
PEMBAHASAN
Perawatan ortodonti adalah salah satu jenis perawatan yang dilakukan di
bidang kedokteran gigi yang bertujuan mendapatkan penampilan dentofasial yang
menyenangkan secara estetika yaitu dengan menghilangkan susunan gigi yang
berjejal, mengoreksi penyimpangan rotasional dan apikal dari gigi-geligi,
mengoreksi hubungan antar insisal serta menciptakan hubungan oklusi yang baik
(Bahirrah, 2004).
Tujuan perawatan ortodontik sedini mungkin, dalam periode geligi
campuran adalah memperbaiki adanya kelainan dentofasial sebelum erupsi gigi
tetap keluar semua (kecuali molar ke-3 tetap). Waktu yang ideal untuk perawatan
orto yaitu pada usia 8-11th, dimana pada saat ini terjadi pembentukan akar dan

periode aktif erupsi gigi geligi. Dengan terapi ortodonti pada usia muda,
diharapkan bahwa perawatan orto yang kompleks di kemudian hari dapat
dikurangi atau dihindari (Ulusoy dan Brodumlu, 2013).
Secara klinis tanda-tanda kelainan dentofasial pada periode gigi sulung
adalah tidak terlihat diastema secara normal antara insisif sulung pada umur 6
tahun. Kadang-kadang terlihat insisif sulung rotasi, crowding pada gigi insisif.
Keadaan ini akan diperparah lagi bila diikuti dengan adanya karies, terutama
karies proksimal, sehingga makin mempersempit ruangan lengkung rahang.
Perawatan maloklusi dapat dilakukan baik dengan alat ortodonti lepasan
maupun alat cekat. Dalam melakukan perawatan tersebut sangat perlu adanya
kerjasama antara penderita, orang tua, dan dokter gigi yang merawat. Hal ini akan
berpengaruh terhadap macam pilihan perawatan.
Beberapa kasus yang telah dibahas, memiliki macam perawatan yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan perawatan. Pada kasus crossbite anterior
dapat diperbaiki dengan tongue blades, pesawat inklinasi komposit, mahkota
stainless steel, alat lepasan dengan pegas lingual, dan perawatan menggunakan
alat cekat.
Pada kasus 1 dipilih menggunakan alat removable dengan adanya skrup
ekspansi pada plat akriliknya untuk memperbaiki crossbite anterior karena lebih
aman, mudah, dan estetik. Ada 3 macam keuntungan penggunaan alat removable:
(1) alat dibuat di laboratotium, hal ini tentu mengurangi waktu pasien di dental
chair, (2) mudah dilepas atau dipasang sendiri oleh pasien, (3) mudah
dibersihkan, sehingga oral hygine baik. Selama perawatan pasien merasa nyaman.
Hasil perawatan yang didapatkan maloklusi dapat terkoreksi dengan baik dan
estetik yang indah. Maka alat removable dengan sktup ekspansi merupakan
pilihan pertama untuk perawatan anterior crossbite.
Pada kasus 2 dengan rotasi berat pada gigi insisif permanen 1 digunakan
Whip appliance yaitu kombinasi alat cekat dan lepasan. Penggunaan alat cekat
sebagian, yaitu dengan 2 pita penahan pada gigi molar 1 permanen (sebagai
penjangkar), dan 4 breket yang dicekatkan pada gigi insisif. Dengan dilakukannya
perawatan menggunakan fixed appliance pada beberapa gigi, kekuatan wire untuk

menggerakkan gigi lebih lentur tetapi lebih lemah. Hal ini mengurangi
keberhasilan perawatan. Untuk mengurangi efek samping yang dihasilkan,
penggunaan Whip appliance disarankan untuk mengoreksi rotasi berat dari gigi
insisif sentral pada masa gigi percampuran. Beberapa keuntungan menggunakan
whip appliance pada gigi percampuran, antara lain merupakan sebuah pilihan
solusi pada gigi percampuran, membutuhkan lebih sedikit control penjangkaran
yang rumit, kekuatan system yang relative simple, dan lebih sedikit membutuhkan
kekooperativan pasien. Perawatan menggunakan alat ini sangat efisien untuk
kasus rotasi berat pada gigi insisif permanen pada masa geligi percampuran.
Pada kasus ketiga digunakan sectional fixed appliance untuk koreksi
crossbite anterior. Koreksi crossbite biasanya dilakukan dengan menggunakan alat
lepasan, namun untuk kasus-kasus tertentu tidak dapat dilakukan dengan alat
lepasan, seperti pergerakan gigi secara bodily, akar insisif yang rotasi, gigi insisif
yang ekstrusi, dan gigi yang mengalami rotasi berat. Maka praktisi dapat memilih
menggunakan fixed appliance. Pada kasus ini perawatan kasus maloklusi yang
kompleks lebih cepat teratasi disbanding menggunakan alat lepasan.
Pada kasus keempat, digunakan Catlan’s appliance (Lower Inclined Bite
Plane). Alat ini menggunakan prinsip hukum Newton. Lereng dari plat berfungsi
pada ujung anterior labial gigi dimana gigi rahang bawah bergerak ringan. Metode
ini aman, efektif, cepat dan alternative yang mudah untuk perawatan crossbite.
Alat disemenkan pada gigi insisif, sehingga perawatan ini tidak bergantung oleh
kekooperatifan pasien, tidak menghambat pertumbuhan karena sangat nyaman
pada pasien, dan perawatan keseluruhan dalam waktu kunjungan yang sedikit ke
dokter gigi. Kekurangan alat ini yaitu kesulitan berbicara, mengunyah, bahaya
open bite anterior jika alat ini dipasang lebih dari 6 minggu. Oleh karena itu,
diperlukan pemeriksaan rutin setiap minggu untuk menentukan kapan alat tersebut
diganti.
Kasus kelima menggunakan fixed appliance untuk perawatan crossbite
anterior yang disertai rotasi. Alat ini hanya dipasang pada 2 gigi, yaitu pada gigi
11 dan gigi 12. Seorang klinisi melakukan intervensi pada periode geligi
campuran, atau kadang-kadang pada masa ahir dari periode gigi sulung, hal ini

berguna untuk mengatur atau mengeliminasi/modifikasi pertumbuhan skeletal,
muscular abnormal, mengatur dentoalveolar abnormal, sebelum erupsi semua gigi
tetap. Menurut Mc Namara, sebaiknya dilakukan modifikasi pertumbuhan tulang,
bila telah terlihat adanya ketidaknormalan pertumbuhan, sebelum pertumbuhan
abnormal tersebut ditunggu menjadi lebih parah. Misalnya pertumbuhan ke depan
dan ke bawah dari maksila dapat dipengaruhi oleh tehnik terapi (misalnya :
activator) atau dapat pula dengan menggunakan Rapid Maxillary Expansion.
Namun hal ini masih dalam kontroversi karena dapat mengakibatkan terjadi
relaps. Sedangkan perkembangan pada mandibula masih terjadi perdebatan pula,
misalnya apakah pertumbuhan dagu masih dapat dihambat (dikurangi) dengan
menggunakan chin cup. Sedangkan pada maxilla, terapi dengan penggunaan
orthopedic facial mask.

BAB V
KESIMPULAN

1.

Macam perawatan kuratif ortodonsi yang dapat dilakukan pada anak-anak (≤
12 tahun) dalam masa gigi pergantian yaitu dapat berupa alat lepasan
(removable), alat cekat (fixed) atau kombinasi keduanya.

2.

Alat lepasan (removable) dapat berupa penggunaan plat akrilik dengan pegas
dan skrup ekspansi, alat Catlan’s.

3.

Alat cekat (fixed) dapat berupa alat cekat seksional.

DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, Anirudh dan Mathur, Rinku. 2011. Segmental Orthodontics for the
Correction of Cross Bites. Case Report. Internatioanal Journal of Clinical
Pediatric Dentistry. Vol. 4 (1): 43-47.
Asher, Kuster, Erickson. 1986. Anterior dental crossbite correction using a simple
fixed appliance: case report. The American Academy of Pediatric Destistry.
Vol. 8 (1): 53-55.
Bahirrah, Siti. 2004. Pergerakan Gigi dalam Bidang Ortodonsia dengan Alat
Cekat. E-USU Repository. Universitas Sumatra Utara: Sumatra.
Bahreman, Aliakbar. Early-Age Orthodontic Treatment. Quitessence Publishing
Co, Inc: Chicago.

Hiremath, M.C dan Suresh, K.S. 2011. Rappid Correction of Anterior Dental
Crossbite Using a Sectional Fixed appliance: A case report. Archives of Oral
Sciences and Research Vol.1 (1): 11-13.
Jahanbin, Arezoo dan Tanbakuchi, Behrad. 2014. Orthodontic Manajement of a
Severaly Rotated Maxillary Central Incisor in the Mixed Dentition: A Case
Report. JDMT. Vol. 3 (2): 82-86.
Prakash, Prashanth dan Durgest, B.H. 2011. Anterior Crossbite Correction in
Early Mixed Dentition Period Using Catlan’s Appliance: Case Report. The
Creative

Commons

Attribution

License.

Diakses

dari

http://dx.doi.org/10.5402/2011/298931 tanggal 22 September 2014.
Sulandjari, Heryumani. 2008. Buku Ajar Ortodonsia I KGO I. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Gajahmada: Jogjakarta.
Ulusoy, Ayca dan Bodrumlu, Ebru. 2013. Manajement of Anterior dental
crossbite with removable appliances. Contemporary Clinical Dentistry.
Vol.4(2): 223-226.
Yohana, Winny. Perawatan Ortodonti pada Geligi Percampuran. Bagian Ilmu
Kedokteran Gigi Anak Fakultas kedokteran Gigi universitas Padjadjaran:
Bandung