Upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di rw 08 desa sasak Panjang Kecamatan tajurhalang Bogor

(1)

UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBIMBING ANAK

MELAKSANAKAN IBADAH DI RW 08 DESA SASAKPANJANG

KECAMATAN TAJURHALANG - BOGOR

Disusun Oleh:

Novia Yusmaniar

106011000037

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2011 M


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAKSI Novia Yusmaniar

Upaya Orang Tua dalam Membimbing Anak Melaksanakan Ibadah Di RW 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang - Bogor

Keluarga adalah lingkungan pertama yang dialami seorang anak manusia yang terlahir ke dunia. Maka dari itu, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan anak baik fisik maupun psikis. Dalam hal ini orang tualah yang berperan besar dalam membantu perkembangan anak, tidak terkecuali masalah pelaksanaan ibadah. adapun ibadah yang dimaksud meliputi hubungan vertikal (manusia dengan Allah swt) dan horizontal (manusia dengan manusia), seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan bertutur kata baik. Jika orang tua sudah menanamkan sikap beribadah pada anak sejak usia dini, maka akan lebih mudah dan menjadi bekal bagi anak itu sendiri apabila telah dewasa. Namun, belakangan ini beberapa fenomena menunjukkan bahwa orang tua lebih memperhatikan hal yang bersifat duniawi dengan menomorduakan urusan ukhrowi pada anaknya. Padahal Islam mengajarkan bahwa dunia ini hanyalah tempat bersinggah sementara untuk menuju tempat yang kekal abadi yakni akhirat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan para orang tua dalam meningkatkan ibadah anak. Subjek penelitian ini adalah para orang tua di Rw 08 Desa Sasakpanjang. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode deskriptif analisis. Dalam pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan angket.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh para orang tua agar anaknya melaksanakan ibadah yaitu mengajak anak agar melaksanakan ibadah, mengingatkan anak agar beribadah, memberikan kesadaran kepada anak tentang pentingnya beribadah, membatasi dan mengawasi penggunaan media elektronik dan memasukan anak ke TPA. Adapun upaya yang dilakukan orang tua agar anaknya bersikap dan bertutur kata dengan baik yaitu mengingatkan anak jika berbicara tidak baik, menyuruh anak bersalaman cium tangan dengan yang lebih tua, mengawasi penggunaan media elektronik.

Jakarta,Mei 2011 Penulis (Novia Yusmaniar)


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Penguasa alam semesta atas ridho dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang telah membimbing untuk menempuh jalan yang benar untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Bahrissalim, M. Ag., dan Sekretaris Jurusan PAI, Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag.

3. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Ra’it Sunarya, selaku Ketua Rw 08 Desa Sasakpanjang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 5. Bapak Tosim Maryadi, Bapak Esa Sa’at, Bapak Endang Uye, Bapak E.

Yahya, selaku Ketua Rt 01 – 04 yang telah membantu penulis memberikan informasi yang mendukung suksesnya penelitian ini.

6. Orang tua warga Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor yang telah bersedia menjadi responden hususnya dan seluruh warga Rw 08 Desas Sasakpanjang pada umumnya yang telah membantu penulius demi terselesaikannya penelitian ini.

7. Ayahanda Bapak H. Usman Suparta, S.Pd dan Ibunda Nani Nurdjaman yang tercinta yang dengan bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis hingga dapat terus berkuliah. Satu dari sekian harapan telah ananda penuhi, semoga dapat terus melaksanakan apa-apa yang diharapkan dan menjadi anak yang dapat dibanggakan. Serta untuk adik-adik tersayang:


(7)

Sarmila Yusmaniar dan Muhammad Aufa Fauzan Zamzam yang telah membantu mendo’akan penulis hingga dapat menyelesaikan penelitian ini. 8. Nurhalimah, Nunung Nurfadillah, Zamzam Firdaus, S.pd.I.,yang telah

membantu penulis dalam proses penelitian ini, serta seluruh teman-teman yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt dan hanya kepada-Nya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya.

Jakarta, Mei 2011

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Orang tua Sebagai Pembimbing bagi Anak ... 8

1. Pengertian Upaya Orang Tua ... 8

2. Tugas dan Kewajiban Orang Tua ... 9

3. Tanggung Jawab Orang Tua ... 12

4. Bimbingan Orang Tua Terhadap Anak ... 14

B. Ibadah dan Pelaksanannya ... 16

1. Hakikat Ibadah ... 16

2. Syarat-syarat Ibadah ... 19

3. Manfaat Beribadah dalam Islam ... 20

4. Pembiasaan Ibadah pada Anak ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Variabel Penelitian ... 27

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Sekilas Tentang Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan

Tajurhalang - Bogor ... 33

1. Letak Geografis Wilayah Tajurhalang ... 33

2. Keadaan Penduduk ... 33

3. Kondisi Sosial Lokasi Penelitian ... 37

B. Deskripsi & Analisis Data ... 40

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Batas Wilayah Rw 08

32

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 33

Tabel 3 : Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan 33

Tabel 4 : Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan 34

Tabel 5 : Sarana Pendidikan di Rw 08 Desa Sasakpanjang 35 Tabel 6 : Sarana Keagamaan di Rw 08 Desa Sasakpanjang 36

Tabel 7 : Menyuruh Anak Melaksanakan Puasa 39

Tabel 8 : Menyuruh Anak Membaca Al-qur’an 40

Tabel 9 : Menegur Anak bila Berkata Tidak Baik 41

Tabel 10 : Menyuruh Anak Melaksanakan Sholat 41

Tabel 11 : Memberi Hadiah 42

Tabel 12 : Memberi Hadiah jika Anak Berpuasa 43

Tabel 13 : Menyuruh Anak Membaca Al-qur’an 43

Tabel 14 : Melaksanakan Sholat Bersama Anak 44

Tabel 15 : Memberi Hadiah jika anak Berprestasi 45

Tabel 16 : Mencontohkan Kepada Anak Cara Membaca

Al-qur’an dengan Benar 45

Tabel 17 : Mencontohkan Kepada Anak Cara Sholat dengan Benar 46

Tabel 18 : Intensitas Sholat Berjama’ah 47

Tabel 19 : Intensitas Sholat 47

Tabel 20 : Gerakan Sholat 48

Tabel 21 : Bacaan Sholat 49

Tabel 22 : Bacaan Niat Sholat 49

Tabel 23 : Intensitas Puasa 50

Tabel 24 : Bertadarus Al-qur’an 51


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat pengajuan proposal skripsi Lampiran 2 : Surat bimbingan skripsi

Lampiran 3 : Surat permohonan izin penelitian Lampiran 4 : Surat permohonan izin observasi Lampiran 5 : Surat permohonan wawancara

Lampiran 6 : Surat keterangan izin penelitian di Rw 08 Desa Sasakpanjang

Lampiran 7 : Berita wawancara Lampiran 8 : Angket


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia tidak diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling besar kepada makhluknya, yaitu hidup, dan segala yang berhubungan dengannya.1

Ibadah yang sungguh-sungguh akan membawa manfaat bagi pelaku ibadah tersebut. Ibadah yang didasarkan kepada kecintaan dan keikhlasan kepada Allah swt, akan membawa dampak yang positif bagi kehidupan. Halini karena pembawaan manusia yang bersifat dualistis yaitu terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Dengan beribadah, kedua unsur tersebut akan seimbang.

Untuk pencapaian tingkatan tertinggi dalam beribadah, manusia membutuhkan proses pembelajaran dan pembiasaan. Pembelajaran akan sia-sia jika tidak diiringi dengan pembiasaan. Pembiasaan dalam beribadah tidak mudah, tetapi harus dilaksanakan secara terus menerus.

Seseorang yang tingkatan ibadahnya sudah baik, terlebih dahulu melakukan proses pembiasaan. Pembiasaan yang sangat tepat dilakukan yaitu sejak kecil. Jika sejak kecil seorang anak sudah diajarkan dan dibiasakan melakukan ibadah, seperti sholat dan puasa, tidak mengherankan ketika dewasa ia

1

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah ( Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 32.


(13)

akan terbiasa melakukannya. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan Islam.

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi.2

Pendidikan agama Islam tidak terbatas hanya pada “pengajaran “ saja. Keberhasilan pendidikan agama Islam tidak cukup diukur hanya dari segi penguasaan secara kognitif dan afektif, disamping tertanamnya nilai-nilai keagaman dalam jiwa dan mengamalkannya kedalam kehidupan sehari-hari

Keberhasilan pendidikan yang didapat pada diri seseorang bergantung pada keberhasilan pendidikannya pada masa kanak-kanak. Anak adalah generasi penerus. Dalam proses perkembangan serta pendidikan, seorang anak harus mendapat bimbingan dari orang lain. Untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari pada diri anak, maka peran orang tua sangat menentukan.

Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tuanya dan anggota yang lain).3

Dalam mencari nilai-nilai hidup, seorang anak harus mendapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik. Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri anak, orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan bagi anak, karena menurut agama Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik.

Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

لاق ْع ّلا يض ْي يبأ ْ ع ا بأف ْطفْلا ىّع دل ي د لْ م ّك مّس ْيّع ّلا ىّص ي لا لاق

اسّ ي ْ أ ا ّ ي ْ أ اد ي

2

Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), 1996), h. 99.

3


(14)

Dari Abi Hurairah ra berkata, Nabi saw bersabda: “Anak itu dilahirkan

dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan

Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR Bukhori)4

Betapa besarnya pengaruh orang tua pada diri anak. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Tafsir ialah sebagai berikut:

Yang bertindak sebagai pendidik dalam pendidikan dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak serta semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi dan kakak. Yang paling bertanggung jawab adalah ayah dan ibu.

Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, oleh karena itu orang tua berusaha memenuhi setiap kebutuhan anak. Karena anak merupakan generasi penerus dan pewaris serta amanah yang dititipkan oleh Allah swt kepadanya.

Kunci pendidikan dalam rumah tangga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegas lagi pendidikan agama bagi anak. Mengapa kunci? Karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang.5

Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah swt. Amanat wajib dipertanggung jawabkan. Tanggung jawab orang tua kepada anak tidaklah kecil. Sebagaimana Firman Allah swt dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

                                       

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan

4

Imam Bukhori, Shahih Bukhori, Juz V, No. 1296, h. 182.

5

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), cet. 5, h. 157


(15)

Selain keluarga, lingkungan juga sangat mempengaruhi perkembangan serta intensitas ibadah pada anak, lingkungan yang baik dan mendukung, akan membawa anak kepada perilaku serta kebiasaan yang baik pula.

Kenyataan yang terjadi pada masyarakat sekarang ialah kurangnya intensitas bimbingan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Hal ini disebabkan karena orang tua terlalu memfokuskan pada bagaimana cara untuk menghidupi anggota keluarganya dengan memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sedangkan kebutuhan yang bersifat membimbing, memberikan perhatian sangat minim dilakukan.

Fenomena sekarang ialah tidak hanya para kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah, seorang ibu rumah tangga yang tugas pokoknya mengasuh anak serta menjaga rumahpun turut serta beralih profesi dengan bekerja. Bahkan tidak sedikit para ibu rumah tangga yang bekerja dari pagi sampai petang. Halini menyebabkan kurangnya bimbingan yang diberikan orang tua kepada anak.

Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor merupakan lingkungan masyarakat yang sudah berkembang. Faktor perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan budaya mengalami perubahan. Rw 08 terdiri dari empat Rukun Tetangga (RT), oleh karena itu penduduk dalam satu Rw tersebut cukup banyak, dan jumlah anak pun cukup banyak, sehingga dibutuhkan cara yang efektif untuk membangun penduduk dalam hal keagamaan.

Kegiatan-kegiatan yang ada dalam lingkungan Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang tersebut sudah sangat mendukung dalam pelaksanaan pendidikan Islam, seperti telah adanya pengajian-pengajian untuk anak yaitu Taman Pendidikan Al quran (TPA), pengajian untuk remaja, serta pengajian bagi kaum bapak dan ibu-ibu. Mayoritas penduduk Rw 08 Desa Sasakpanjang berprofesi sebagai pegawai swasta bagi kaum laki-laki, dan ibu rumah tangga bagi kaum perempuan.

Melihat kenyataan pada masyarakat sekarang, banyak anak yang tidak lagi melaksanakan aktifitas keagamaan seperti sholat berjamaah di masjid, tadarus Al-Qur’an di masjid, TPA yang dahulu ramai dilaksanakan dan didatangi anak untuk belajar membaca Al- Qur’an sekarang tampak ada penurunan minat anak belajar di TPA serta khususnya bagi para remaja tidak terlihat aktifitas seperti


(16)

pengajian-pengajian yang dahulu rutin dilaksanakan. Bahkan bulan Ramadhanpun tidak lagi disambut dengan kegiatan-kegiatan ibadah di masjid dan tidak sedikit anak yang sudah mampu berpuasa tapi tidak melaksanakannya.

Seiring perkembangan zaman serta kemajuan teknologi dan perubahan budaya yang ada di masyarakat, mengakibatkan berubahnya pola kehidupan pada anak dizaman moderen seperti sekarang ini yang disebabkan masuknya budaya barat. Sehingga mengakibatkan berubahnya pula tatacara bergaul, bertutur kata maupun berpakaian. Disinilah peran orang tua sangat penting khususnya dalam pendidikan agama Islam. Dengan membimbing, orang tua dapat mengarahkan anak untuk melaksanakan hal-hal yang sesuai dengan syariat agama Islam. Dengan demikian pola kehidupan anak akan lebih terarah dan dapat dipastikan tidak ada lagi perilaku menyimpang pada anak, melainkan akan terbentuknya generasi masyarakat yang Islami.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai upaya orang tua dalam memberikan bimbingan pada anak agar menjalankan aktivitas ibadah kepada Allah serta perilaku keagamaan anak di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang - Bogor dengan judul: “UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBIMBING ANAK MELAKSANAKAN IBADAH DI RW 08 DESA SASAKPANJANG KECAMATAN

TAJURHALANG –BOGOR”.

B.Identifikasi Masalah

a Kurangnya bimbingan yang diberikan oleh orang tua agar anaknya melaksanakan ibadah dan bertutur kata dengan baik.

b Kesibukan orang tua yang mengakibatkan kurangnya waktu untuk memperhatikan anak dalam hal ibadah.

c Perubahan perkembangan zaman serta kemajuan teknologi dan perubahan budaya yang ada di masyarakat, mengakibatkan berubahnya pola kehidupan pada anak seperti tatacara bergaul dan bertutur kata.


(17)

C.Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan, penulis hanya membatasi pada permasalahan bagaimana upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah. Anak yang dimaksud disini adalah anak usia sekolah dasar yaitu yang berusia enam sampai duabelas tahun. Ibadah yang penulis maksud dalam skripsi ini ialah ibadah mahdlah dan ghairu mahdlah. Ibadah mahdlah yaitu sholat dan puasa, sedangkan ibadah ghairu mahdlah yaitu tadarus Alquran, dberbicara dengan kata-kata yang baik (akhlaqul karimah) di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor.

D. Perumusan Masalah

a. Upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah.

b. Hambatan-hambatan yang dihadapi orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor.

c. Upaya orang tua dalam mengatasi hambatan – hambatan yang dialami dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana upaya orang tua dalam membimbing anak b. Untuk mengetahui hambatan – hambatan apa saja yang dihadapi orang tua

dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor

c. Untuk mengetahui bagaimana upaya orang tua dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor.

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya bagi orang tua sekaligus penulis sendiri dalam pendidikan


(18)

b. Sebagai bahan informasi mengenai upaya apa saja yang dilakukan orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang - Bogor

c. Untuk masyarakat atau orang tua warga Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor, agar dapat mengetahui sejauh mana keefektifitasan upaya yang telah dilakukan dalam membimbing anak melaksanakan ibadah

d. Sebagai bahan evaluasi, perbaikan, serta masukan bagi orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Saskpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor.


(19)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Orang Tua sebagai Pembimbing bagi Anak

1. Pengertian Upaya Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah upaya diartikan dengan: “usaha, akal, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dsb)”.6

Sementara istilah orang tua diartikan dengan: “ayah, ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya), orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung”.7

Untuk memperjelas pengertian orang tua, berikut akan dikemukakan pendapat para ahli diantaranya:

1. Menurut Dr. Zakiah Daradjat orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk dalam pribadi anak.8

2. Menurut M. Ngalim Purwanto yang dimaksud orang tua yaitu “Pendidik yang terutama dan sudah semestinya merekalah pendidik asli yang menerima tugas sebagai kodrat dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya”.9

6

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 2, h. 995

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 2, h. 995.

8

Zakiah Daradjat, Ilmu Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), cet. 1, h. 21.

9

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. 1, h. 4.


(20)

3. Menurut Thamrin Nasution orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut ibu bapak.10

4. Menurut Kartini Kartono orang tua ialah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan, siap sedia untuk memikiul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.11

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk bertanggung jawab dalam keluarga atau rumah tangga dan menerima tugas untuk mendidik. Dalam kehidupan sehari-hari disebut ayah dan ibu. Dalam keluarga berlangsung pendidikan yang bersifat informal, orang tualah yang bertugas sebagai pendidik. Tidak hanya terbatas pada materi, melainkan tanggung jawab dalam perkembangan pisik, moral dan spiritual juga menjadi tugas orang tua kepada anak.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa upaya orang tua merupakan usaha, atau cara orang tua untuk merealisasikan apa yang diinginkan. Dalam hal ini tentunya berkaitan dengan usaha atau cara yang dilakukan orang tua dalam membimbing anak untuk menjalankan apa yang diperintahkan terutama dalam hal ibadah.

2. Tugas dan Kewajiban Orang Tua

Orang tua merupakan pendidik pertama dan sangat berpengaruh pada proses perkembangan anak. Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidupnya merupakan unsur-unsur pendidikan yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.12 Orang tua yang menyadari bahwa anak adalah titipan Allah swt yang harus dijaga dengan baik, maka akan menjalankan kewajibannya dengan sepenuh hati. Maka hampir dapat dipastikan jika orang tua tidak memiliki kesadaran yang tinggi akan beribadah, anak-anaknya pun sangat sulit jika diperintahkan beribadah. Hal ini sesuai dengan pepatah yang

10

Thamrin Nasution dan Nurhalijah, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Anak, (Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), h. 56

11

Kartini Kartono, Peran Keluarga Memandu Anak, (Jakarta: PT Rajawali Press), h. 37.

12


(21)

menyatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa teladan dari orang tua sangatlah penting terhadap perkembangan anak dalam beribadah.

Setiap muslim berkewajiban mendidik anak-anak dengan pendidikan yang baik dan benar, sehingga mereka tumbuh dewasa menjadi anak-anak yang saleh.13 Allah swt memberikan amanat tersebut kepada orang tua. Sebab anak bukanlah milik orang tua seutuhnya, melainkan titipan yang harus dijaga dengan baik agar suatu saat yang memilikinya mengambil kembali. Sudah tentu tidak ringan memikul tanggung jawab ini, dibutuhkan ilmu untuk menjalankannya. Dengan demikian wajib hukumnya bagi orang tua untuk menjalankan amanat tersebut. Sebagaimana firman Allah swt:

                     

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

(Q.S. Al-Anfaal (8) : 27).

Berdasarkan firman Allah swt jelaslah bahwa pendidikan anak menjadi tugas dan kewajiban orang tua yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Karena jika tidak, amat besar tanggung jawabnya kepada Sang Maha Pemilik segala yang ada di alam raya ini. Ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan orang tua setelah mempunyai anak, yaitu:

1). Bersyukur kepada Allah karena telah diberi anugerah dan amanah berupa anak.

2). Beraqiqah, yakni menyembelih dua ekor kambing apabila anak laki-laki, dan satu ekor kambing apabila anaknya perempuan.

3). Memberi nama yang baik dan mulia. 4). Menyusuinya selama dua tahun 5). Mengkhitannya sebelum baligh. 6). Mendidiknya dengan baik dan benar.

13

M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet. 1, h. 15-16.


(22)

7). Menikahkan ketika sudah cukup umur atau sudah ada jodohnya.14

Anak merupakan anugerah dan amanat dari Allah yang harus disyukuri. Luqmanul Hakim merupakan contoh orang tua yang perlu diteladani dalam mendidik anak dan keluarga. Ia mengingatkan anak dan keluarga untuk selalu bersyukur, sehingga namanya diabadikan Allah dalam Alqur’an. Selain mengajarkan kepada anak untuk bersyukur, orang tua juga berkewajiban mengaqiqahkan anaknya seperti yang telah disebutkan di atas. Kewajiban orang tua untuk mengaqiqahkan anaknya sesuai hadis berikut:

ْتّق شئاع ْ ع :

اشب ي اّلْا ع ْيتاشب ماغلْا ع ّع ْ ا مّس ْيّع ها ىّص ها لْ س ا ما

Berkata Aisyah, “Telah menyuruh Rasulullah saw, kepada kita supaya

menyembelih aqiqah untuk laki-laki dua ekor kambing, dan untuk

perempuan seekor kambing”. (HR. Ibnu Majah)15

Kemudian Rasulullah saw juga bersabda:

ى سي عباسلا مْ ي ْع حبْ ي تقيقعب تْ م ماّغْلا مّس ْيّع ّلا ىّص ّلا ل س لاق لاق س ْ ع سْأ ّّْحي Dari Sumarah berkata, Rosulullah saw bersabda: “Anak yang baru lahir menjadi titipan sampai disembelihkan baginya aqiqah pada hari ketujuh dari kelahirannya, dan pada hari itu juga hendaklah dan diberi nama

dicukur rambutnya” (HR Tirmidzi).16

Menurut Mahjuddin, kewajiban orang tua terhadap anak diantaranya: a. Menyediakan kebutuhan sehari-hari anaknya.

b. Selalu menjaga anaknya dari bahaya, termasuk memelihara kesehatannya. c. Mendidik anaknya berbuat baik, termasuk menanamkan akhlak baik

baginya.

d. Menjaga pergaulan anaknya agar tidak terpengaruh oleh lingkungan sosial yang tidak menguntungkan.17

Kewajiban bagi orang tua untuk mendidik anaknya tidak hanya pada pendidikan yang bersifat umum melainkan juga pendidikan yang bersifat khusus pada keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar kelak anak memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

14

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), cet. 1, h. 75

15

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz IX, No. 3154, h. 333.

16

Imam Turmudzi, Sunan At-Turmuzi, Juz V, No. 1442, h. 490.

17


(23)

3. Tanggung Jawab Orang Tua

Secara garis besar orang tua ingin memberikan sesuatu yang bermakna tanpa mengharapkan imbalan. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan kebahagiaan kepada anak, mencukupi kebutuhan anak baik kebutuhan pisik maupun psikis. Setiap orang tua harus memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak,sehingga pendidikan yang dilaksanakan tidak lagi didasarkan kepada pendidikan dengan sistem keturunan yang diajarkan dari kebiasaan yang dilihat orang tua dari orang tua. Akan tetapi pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pendidikan modern yang sesuai dengan perkembangan zaman, yakni pendidikan duniawi dan akhirat. Pendidikan duniawi dapat ditempuh melalui pembelajaran yang bersifat umum, sedangkan pendidikan akhirat yakni pendidikan keagamaan melalui pembelajaran dengan cara menjalankan syariat agama Islam.

Tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam upaya:

a. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilakukannya, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan agar ia hidup secara berkelanjutan.

b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.

c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain serta melaksanakan kekhalifahan.

d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah swt sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab ini juga dikategorikan sebagai tanggung jawab kepada Allah swt18.

Berkenaan dengan tanggung jawab orang tua terhadap anak, Nabi Muhammad saw bersabda :

لاق ْع ّلا يض ْي يبأ ْ ع ا بأف ْطفْلا ىّع دل ي د لْ م ّك مّس ْيّع ّلا ىّص ي لا لاق

اسّ ي ْ أ ا ّ ي ْ أ اد ي

18

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 88-89.


(24)

Dari Abi Hurairah ra berkata, Nabi saw bersabda: “Anak itu dilahirkan

dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan

Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR Bukhori)19

Berdasarkan hadis di atas, jelaslah bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-anak mereka, karena ditangan orang tualah anak akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang taat atau khianat baik kepada keluarga, orang lain bahkan agama.

Sebagai realisasi tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak, ada beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatikan orang tua, yakni:

1. Pendidikan ibadah

2. Pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Al-Qur’an 3. Pendidikan akhlakul karimah

4. Pendidikan aqidah Islamiyah20

Pendidikan Ibadah sangat penting diajarkan kepada anak oleh orang tua terutama ibadah sholat. Disebutkan dalam ayat 17 surat Lukman sebagai berikut:

                                   

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Lukman:

17)21

Pendidikan sholat dalam ayat di atas tidak hanya terbatas pada bagaimana cara menjalankan sholat, melainkan menanamkan nilai-nilai di balik ibadah sholat tersebut. Dengan membiasakan sholat pada anak, disamping memerintahkan anak untuk menjalankan perintah Allah swt juga melatih kedisiplinan. Selain sholat, yang penting untuk dipelajari anak agar dapat mempraktikan nilai-nilai agama Islam ialah membaca Alqur’an. Disebutkan dalam hadis Nabi:

افع ْب ا ْثع ْ ع ْح لا دْع يبأ ْ ع مّعت ْ م ْمك ْيخ لاق مّس ْيّع ّلا ىّص ّلا ل س أ

ّع آْ قْلا

19

Imam Bukhori, Shahih Bukhori, Juz V, No. 1296, h. 182.

20

Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ..., h. 105.

21


(25)

“Dari Abi Abdirahman dari Utsman bin „Affan Rasulullah saw bersabda:

Sebaik-baik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur‟an dan

mengajarkannya” (HR. Imam At-Turmudzi).22

Berdasarkan hadis di atas, jelaslah bahwa belajar membaca Al-Qur’an wajib hukumnya bagi setiap muslim karena alqur’an merupakan pedoman hidup umat Islam. Selain pendidikan Ibadah dan pokok ajaran Islam yaitu membaca Al-Qur’an, pendidikan yang harus ditanamkan orang tua kepada anaknya ialah pendidikan akhlaqul karimah. Tingkah laku serta cara berbicara mencerminkan pribadi seseorang, seorang anak akan dihargai orang lain jika ia dapat memposisikan dirinya dengan baik. Anak yang disukai orang lain yaitu anak yang hormat pada orang yang lebih tua darinya, menyayangi yang lebih muda serta bertutur kata dengan baik. Anak mencerminkan orang tua. Jira anak baik, orang tua akan dipandang baik oleh masyarakat pada umumnya dan Allah swt pada khususnya. Oleh karena itu, jadilah orang tua yang penuh tanggung jawab, menjalankan tugas-tugas tanpa bosan. Kelak Allah swt akan membalas perbuatan orang tua, seperti dia menjalankan kewajiban kepada anaknya.

4. Bimbingan Orang Tua terhadap Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bimbingan berarti petunjuk, tuntunan, pimpinan.23 Bimbingan ialah tuntunan atau usaha yang diberikan orang tua kepada anak untuk membawa anak kejalan yang lebih baik.

Bimbingan yang diberikan orang tua atau keluarga memiliki beberapa fungsi yang berhubungan dengan kehidupan anak, yaitu:

a. Fungsi Biologis; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak b. Fungsi Afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan

sosial yang penuh dengan kasih saying dan rasa aman

c. Fungsi Sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kapribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya

22

Imam Turmudzi, Sunan At-Turmuzi, Juz X, (Bairut: Daarul Fikri, 1994), h. 149.

23

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar


(26)

d. Fungsi Pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak

e. Fungsi Rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh ketenangan dan kegembiraan

f. Fungsi Keagamaan; yaitu keluarga merupakan pusat ibadah agama bagi para anggotanya, di samping peran yang dilakukan institusi agama

g. Fungsi Perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi anak baik fisik maupun sosialnya.24

Dengan adanya fungsi keluarga terhadap anak, akan memudahkan orang tua untuk membimbing anaknya dengan baik. Orang tua harus memiliki pengetahuan dan mengerti tatacara dalam membimbing anak agar tidak mengalami kesulitan, sehingga bimbingan yang dilakukan dapat berhasil.

Bimbingan yang dapat diberikan orang tua bermacam-macam. Bimbingan tersebut dapat mempengaruhi anak untuk melaksanakan ajaran agama Islam. Sangat banyak ajaran agama Islam yang dapat diimplementasikan dalam bimbingan orang tua kepada anak, di antaranya adalah bimbingan ibadah, akhlak, kesehatan, pergaulan serta kepribadian sosial anak.

Nilai ibadah yang didapat anak dari bimbingan yang diberikan orang tua akan menambah keyakinan terhadap ajaran agama. Semakin tinggi bimbingan yang didapat maka akan semakin tinggi intensitas ibadah yang dilakukan oleh anak. Begitu pula dengan bimbingan akhlak yang diberikan orang tua sangat penting dan berpengaruh pada anak. Kepribadian anak terbentuk melalui pengalaman dan nilai-nilai yang diserap dalam pertumbuhan kseharian, apabila nilai-nilai agama banyak masuk kedalam pembentukan kepribadian anak, maka tingkah laku anak tersebut akan terarah pada nilai-nilai agama.

B. Ibadah dan Pelaksanaannya

1. Hakikat Ibadah

24

H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005)cet. 1, h. 23.


(27)

Sebelum penulis memaparkan hakikat ibadah, terlebih dahulu akan dipaparkan pengertian ibadah itu sendiri. Karena dengan mengetahui pengertian ibadah akan lebih mudah mengetahui hakikat dari ibadah.

Ibadah secara bahasa merupakan kata masdar dari „abada yang berarti: memuja, menyembah, mengabdi, berkhidmat. Orang yang menyembah disebut

„abid. Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan.25 Menurut Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, ibadah secara bahasa berarti taat, tunduk, menurut, mengikuti, dan do’a. Ibadah dalam arti taat diungkapkan dalam Alqur’an, antara lain dalam QS Yasin (36): 60.

                          

“Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam supaya

kamu tidak menyembah setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang

nyata bagi kamu”.26

Sedangkan pengertian ibadah menurut istilah akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli, diantaranya:

1. Menurut Slamet Abidin ibadah ialah penyembahan seorang hamba terhadap Tuhannya yang dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya, dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan agama.27

2. Menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah meng-Esakan Allah swt, dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta merundukan jiwa setunduk-tunduknya kepada-Nya.28

3. Menurut Syekh Muhmmad Abduh, ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan di dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk (rasa) yang tidak diketahui sumbernya serta (akibat) adanya keyakinan di dalam dirinya bahwa dia (yang kepadanya ia tunduk) memiliki kekuasaan yang tidak dapat

25

H. M. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Ciputat: PT. Mitra Cahaya Utama, 2008), h. 16.

26

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami SelukBeluk Ibadah Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003). Cet. 1, h. 137-138.

27

Slamet Abidin, FiqihIbadah Untuk IAIN, STAIN, dan PTAIS, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 11.

28


(28)

ia jangkau arti dan hakekatnya, maksimal yang ia ketahui bahwa Dia berada di luar jangkauannya. (Muhammad Syah, 1992:171).29

Berdasarkan paparan pengertian ibadah di atas, dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah pemujaan, penyembahan serta ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya yang dilakukan sesuai dengan perintah Tuhannya dengan ikhlas dan merendahkan diri serendah-rendahnya.

Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan pensyariatannya, ulama fiqih membagi ibadah kepada tiga macam, yaitu:

1. Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah swt semata-mata, yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada ibadah-ibadah khusus. Ciri- ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan aturan pelaksanaannya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan AlQur’an hadits. Ibadah mahdah dilakukan semata-mata bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

2. Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk

(habl min Allah wa habl mi an-nas), disamping hubungan vertikal juga ada

hubungan horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti ayat yang artinya : dan janganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya…(Q.S. 7 :56)

3. Ibadah zi al-wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu mahdah dan ghair mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui, seperti nikah dan idah.30

Menurut Ahmad Thib Raya , secara garis besar ibadah dibagi menjadi dua macam:

1. Ibadah Khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti), yakni ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan

29

HM Abduh Al Manar dan H. M. Saefuddaulah, Ibadah dan Syari’ah, (Jakarta: PT Pamator, 1999), cet. 1, h. 81.

30


(29)

oleh nash dan merupakan ibadah kepada Allah swt, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.

2. Ibadah ‟ammah (umum), yakni semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah swt, seperti minum, makan, dan bekerja mencari nafkah.31

Pada suatu risalahnya, Al-Ghazali sebagaimana yang telah dikutip oleh Lahmudin Nsution dikatakan bahwa hakikat ibadah ialah mengikuti (mutaba‟ah) Nabi saw pada semua perintah dan larangannya. Sesuatu yang bentuknya seperti ibadah, tetapi diperbuat tanpa perintah, tidaklah disebut sebagai ibadah. Shalat dan puasa sekalipun, hanya menjadi ibadah bila dilaksanakan sesuai dengan petunjuk syara’.32

Hasbi Ash Shiddiqi seperti yang dikutip oleh Zurinal Z dan Aminudin menyatakan hakikat ibadah adalah ketundukan yang timbul dari hati yang merasakan cinta terhadap Tuhan yang disembah dan merasakan kebesaran-Nya, berkeyakinan bahwa bagi alam ini ada penguasanya yang tidak dapat diketahui akal hakekatnya. (Ash Shiddiq, 2000:8).33

Dari beberapa pendapat di atas, jelaslah bahwa hakikat ibadah ialah ketundukan yang timbul dari hati seorang hamba untuk mengikuti perintah dari Tuhannya dan menjauhi larangannya, karena yakin bahwa segala sesuatu yang diperbuat akan mendapat balasan. Ibadah kepada Allah sangat dibutuhkan, karena manusia pada dasarnya adalah lemah. Sebagaimana jasad manusia yang membutuhkan makanan, tanpa adanya makanan maka jasad manusia tidak berdaya, demikian pula ruh yang ada dalam diri manusia memerlukan energi positif yang bisa didapat dari beribadah.

2. Syarat-syarat Ibadah

Syarat memiliki arti janji, segala sesuatu yang perlu atau harus ada, dan ketentuan yang harus dilakukan.34 Oleh karena itu, suatu perbuatan akan diterima

31

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk…, h. 142.

32

Lahmuddin Nasution, FIQIH 1, (tt.p.: t.p. t.t), h. 5.

33

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 31.

34

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar


(30)

jika telah memenuhi syarat yang ditentukan. Begitu pula dengan ibadah, pelaksanaan ibadah yang akan mendapatkan pahala ialah ibadah yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dalam syariat Islam. Dari segi syaratnya, ibadah yang diterima Allah adalah ibadah yang memiliki dua syarat. Syarat-syarat yang dimaksud adalah:

1. Keikhlasan dan ketaatan kepada Allah.

2. Pelaksanaan ketaatan sesuai dengan yang dilakukan Rasulullah saw, yang didalamnya terdapat kontinuitas dalam ketundukan kepada Allah, perenungan atas keagungan-Nya, dan perasaan patuh kepadanya.35

Ibadah yang tergolong kedalam ibadah mahdah memiliki prsyaratan yang tidak hanya mencakup pada dua persyaratan di atas, akan tetapi ada syarat lain harus dilaksanakan agar ibadah dapat diterima Allah swt dan tidak sia-sia.

Pertama ibadah sholat. Sebelum seseorang mulai sholat, ia harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut: 1. Mengetahui waktunya

2. Suci dari hadas kecil dan hadas besar

3. Badan, pakaian dan tempat yang digunakan untuk sholat suci dari najis 4. Meenutup aurat

5. Menghadap kiblat.36

Drs. H. A. Nawawi Rambe menyebutkan bahwa syarat sholat dibagi menjadi syarat wajib dan syarat sah. Syarat wajib sholat yaitu muslim, baligh (dewasa), berakal dan sampai dakwah kepadanya. Syarat sah sholat yatiu suci dari hadas (besar dan kecil), suci badan, pakaian dan tempat dari najis, menutup aurat, pada waktunya serta menghadap kiblat.37 Kedua ibadah puasa. Samahalnya dengan sholat, puasa juga mempunyai syarat bagi umat Islam yang akan menjalankanya. Zakiah Daradjat menyebutkan bahwa para ulama fiqh membedakan syarat-syarat puasa atas syarat wajib dan syarat sah puasa. Syarat wajib puasa meliputi: berakal(orang yang gila tidak wajib puasa), baligh (sampai umur), kuat berpuasa. Sedangkan syarat sah puasa mencakup: Islam, mumayiz

35

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 64

36

Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 113

37


(31)

(mengerti dan mampu membedakan yang baik dengan yang tidak baik), suci dari haid nifas dan wiladah dan syarat sah yang terahir yaitu dikerjakan dalam waktu/hari yang dibolehkan puasa.38

3. Manfaat Beribadah dalam Islam

Ibadah sangat besar manfaatnya, diantaranya mendapat pahala dari Allah swt, selain itu hati menjadi tenang dan dengan beribadah Insya Allah permohonan akan dikabulkan. Dengan beribadah akan tercermin nilai-nilai yang positif dalam diri seseorang. Melalui peribadahan, banyak hal yang dapat diperoleh seorang muslim yang kepentingannya bukan hanya mencakup individual, melainkan bersifat luas dan universal. Menurut Abdurrahman An Nahlawi dalam bukunya yang berjudul pendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat, mengatakan bahwa ada beberapa hikmah dari pendidikan ibadah yang dapat diambil, diantaranya:

1. Dalam konsep Islam, melalui ibadah manusia diajari untuk memiliki

intensitas kesadaran berpikir.

2. Di manapun seorang muslim berada, melalui kegiatan yang ditujukan

semata-mata untuk ibadah kepada Allah, dia akan selalu merasa terikat oleh ikatan yang berkesadaran, sistematis, kuat, serta didasarkan atas perasaan jujur dan kepercayaan diri.

3. Dalam Islam, ibadah dapat mendidik jiwa seorang muslim untuk merasakan

kebanggaan dan kemuliaan terhadap Allah.

4. Ibadah yang terus menerus dilakukan dalam kelompok yang padu, di bawah

panji Allah yang satu, dan semuanya bermunajat kepada Rabb yang satu, akan melahirkan rasa kebersamaan sehingga kita terdorong untuk saling

mengenal, saling menasihati, atau bermusyawarah.39

4. Pembiasaan Ibadah pada Anak

38

Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqih,...h. 271-272

39


(32)

Kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang, seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berpidato, mengajar dan lain sebagainya.40 Anak akan terbiasa melaksanakan ibadah jika ada pembiasaan pada dirinya.orang tualah yang bertugas untuk membiasakan anak melaksanakan ibadah. Jamaludin, dalam bukunya Psikologi Anak dan Remaja

Muslim, menegaskan bahwa Islam menekankan kepada kaum muslimin untuk

memerintahkan anak-anak mereka menjalankan ibadah ketika mereka telah berumur tujuh tahun. Hal itu dimaksudkan agar mereka senang melakukannya dan sudah terbiasa semenjak kecil.41

Di dalam salah satu sabdanya, Rasulullah saw, telah mengatakan:

لاق دج ْ ع يبأ ْ ع بْيعش ْب ْ ع ْ ع ّلا ىّص ّلا ل س لاق

ْمكدالْ أ ا م مّس ْيّع

عجاض ْلا يف ْم ْيب ا ق ف ْشع ءا ْبأ ْم ا ْيّع ْم ب ْضا ي س عْس ءا ْبأ ْم اّّلاب

Dari „Amr bin Syu‟aib dari bapaknya dari Jaddah berkata, Rosulullah

saw bersabda:“Perintahkanlah anak kalian untuk melakukan shalat jika

(mereka) berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan

shalat jika berumur sepuluh tahun dan pisahkan mereka di tempat tidur”.

(H. R. Abu Dawud).42

Berdasarkan Hadis di atas, jelas bahwa orang tua harus membiasakan anaknya untuk melaksanakan ibadah. Bila ditinjau dari kacamata pendidikan, umur 7 - 12 tahun merupakan fase intelek karena pada masa ini anak sudah mampu menyesuaikan diri pada lingkungannya, serta memiliki peningkatan kemampuan untuk berpikir rasional dan gemar belajar, ia mulai mengerti apa yang benar dan salah dan kata hatinya mulai berkembang.43 Ibadah yang diterapkan sejak anak masih kecil akan melahirkan pengalaman-pengalaman yang baik terhadap anak, halitu akan berpengaruh positif, sedangkan pengalaman yang buruk memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan agama anak bila dewasa. Ibadah-ibadah yang akan penulis bahas pada skripsi ini ialah sholat, puasa, mengaji dan mengenai akhlak.

40

Mustofa, Akhlaq Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet v, h. 96.

41

Jamaludin Mahfuz, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Muslim, 2001) , cet. 1, h. 128

42

Imam Abu Daud, Sunan Abi Daud, Juz II, No. 418, h. 88.

43

Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, (tt p: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), cet. II, h. 50.


(33)

a) Shalat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim, dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Sebagai salah satu dari rukun agama, sholat menjadi dasar yang harus ditegakkan sesuai dengan ketentuan dan syarat-syaratnya. Orang tua wajib memerintahkan anak untuk melaksanakan sholat. Dalam surat Luqman ayat 17 disebutkan:

                                   

“Hai anakku, dirikanlah sholat, dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu hal-hal yang diwajibkan (oleh allah swt)”.

Pendidikan tentang ketaatan beribadah anak juga dimulai dari dalam keluarga. Seorang anak yang masih kecil, belum memahami tentang ajaran agama karena hal tersebut bersifat abstrak, namun kegiatan ibadah yang berupa gerakan seperti shalat akan lebih memiliki daya tarik bagi anak untuk menirunya. Ritual-ritual ibadah seperti shalat berjamaah, shalat tarawih pada bulan Ramadhan merupakan momen yang baik untuk memberi pendidikan kepada anak. Anak akan merasa senang apabila dilibatkan langsung. Muhammad Thalib dalam bukunya mengatakan bahwa bagi anak-anak umur tujuh tahun, kita ajarkan gerak-geriknya terlebih dahulu, kemudian bacaannya secara bertahap. Bacaan yang paling mudah dibaca dan dihafal anak-anak, itulah yang diajarkan terlebih dahulu.44

Shalat mempunyai kedudukan yang istimewa dalam agama Islam, keistimewaan itu antara lain:

1. Shalat diperintahkan langsung oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad. 2. Shalat adalah tiang agung agama. Barang siapa yang menegakkannya dia

menegakkan agama, barang siapa yang meninggalkannya, dia menghancurkan agama.

44

Muhammad Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap anak, (Bandung: Irsyad Baitussalam, 1995), cet. 9, h. 89


(34)

3. Berbeda dengan ibadah lainnya, ibadah shalat diwajibkan lima kali sehari semalam.45

b) Puasa menurut pengertian bahasa adalah menahan diri, meninggalkan, menutup diri dari segala sesuatu, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dari makanan atau minuman. Menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa pada waktu tertentu dimulai dari terbit matahari sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat tertentu.46 Orang tua harus membiasakan anak untuk belajar berpuasa, kelak ketika anak dewasa mereka tidak lagi merasa kesulitan untuk melaksanakannya. Upaya orang tua untuk membiasakan anak berpuasa dapat dilaksanakan dengan melibatkan anak pada sunah-sunah puasa seperti makan sahur, dengan demikian anak akan lebih bersemangat menjalaninya. Puasa seorang anak tidak dilaksanakan langsung dengan waktu yang penuh, tetapi pada awal-awal puasanya, orang tua memberikan dispensasi waktu dengan cara membolehkan anak berbuka puasa setengah hari. Cara lain ialah orang tua memberikan hadiah kepada anak yang melaksanakan puasa, sehingga anak akan termotivasi untuk menjalankan ibadah puasa.

c) Alqur’an merupakan pedoman pokok umat Islam, maka setiap muslim wajib mempelajarinya untuk dijadikan pedoman hidup. Oleh karena itu membaca Alqur’an adalah kuncinya. Setiap orang dapat dikatakan benar dalam menjalankan kewajiban agama Islam jika ia dapat membaca dan memahami Alqur’an dalam bahasa aslinya. Hal ini telah disebutkan dalam Hadits sebagai beikut:

افع ْب ا ْثع ْ ع ْح لا دْع يبأ ْ ع مّعت ْ م ْمك ْيخ لاق مّس ْيّع ّلا ىّص ّلا ل س أ

ّع آْ قْلا

45

H. Mohammad Daud Ali, Pndidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 255.

46

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami SelukBeluk Ibadah Dalam Islam, ...h. 211.


(35)

“Dari Abi Abdirahman dari Utsman bin „Affan Rasulullah saw bersabda:

Sebaik-baik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur‟an dan

mengajarkannya” (HR. Imam At-Turmudzi)47

Cara orang tua untuk mengajarkan Alqur’an kepada anaknya dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:

1. Mengajarkannya sendiri dan ini cara yang terbaik, karena orang tua sekaligus dapat lebih akrab dengan anak-anaknya dan mengetahui sendiri tingkat kemampuan anak-anaknya. Ini berarti orang tualah yang wajib terlebih dahulu dapat membaca Alqur’an dan memahami ayat-ayat yang dibacanya.

2. Menyerahkannya kepada guru mengaji Alqur’an atau memasukkan anak -anak di sekolah-sekolah yang mengajarkan baca tulis Alquran.

3. Dengan alat yang lebih canggih, dapat mengajarkan Alqur’an lewat video casette jika orang tua mampu menyediakan peralatan semacam ini. Tetapi cara pertamalah yang lebih baik.48

d) Orang tua berkewajiban mendidik anak berakhlak baik, ada beberapa cara mendidik anak untuk berakhlak baik sesuai syari’at Islam, diantaranya:

1. Orang tua harus senantiasa tanggap terhadap perilaku anaknya yang tidak sesuai dengan Islam. Jadi, oang tualah yang harus istiqamah menjaga akhlak supaya anak-anaknya dapat mencontoh dan melakukan akhlak yang baik. Jangan berharap anak akan mengikuti perintah jika orang tuanya saja malas untuk melaksanakan ibadah seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan tidak mencontohkan bertutur kata yang baik dan sopan. Sebab anak merupakan peniru yang sangat peka terhadap apa yang ditangkap di sekitarnya.

47

Imam Turmudzi, Sunan At-Turmuzi, Juz X, (Bairut: Daarul Fikri, 1994), h. 149.

48


(36)

2. Dalam mendidik akhlak anak, orang tua tidak perlu menyediakan waktu khusus, tetapi setiap saat orang tua harus menyampaikannya kepada anak-anaknya. Dalam hal ini bukanlah kuantitas pertemuan yang diharapkan, melainkan kualitas dari pertemuannya itu sendiri. Sebab tidak menjadi jaminan orang tua yang sering bertemu dengan anaknya tanpa diimbangi dengan kualitas dalam berhadapan dengan anak, khususnya dalam membimbingny dalam beribadah. Sebagai contoh, ketika anak salah sopan santun dalam makan, orang tua harus segera membetulkannya.

3. Membiasakan anak-anak makan bersama keluarga agar mereka tahu akhlak dan sopan santun menghargai orang lain.49

C. Kerangka Berpikir

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri anak, orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan bagi anak, karena menurut agama Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/ fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik.Orang tua juga berkewajiban untuk membimbing anak agar anak berkepribadian baik atau berakhlaqul karimah.

Anak adalah hasil hubungan antara suami dengan istri, oleh karena itu suami dan istri tersebutlah yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Karena seorang anak sangat memerlukan bimbingan untuk bekal hidupnya dimasa depan, terlebih lagi bagi anak usia sekolah dasar yang sangat peka dan cepat menangkap pelajaran yang diberikan. Jika salah membimbing maka akan berakibat buruk.

Ibadah kepada Allah swt merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Manusia yang balig harus menjalankannya dan jika tidak akan menjadi tanggungan sendiri. Orang tua berkewajiban memberikan teladan.

49


(37)

Agar anak dapat melaksanakan ibadah dengan baik, orang tua memberikan contoh dan membiasakan anak untuk melaksanakan ibadah.

Jika semua orang tua mengetahui tugas dan kewajibannya serta melaksanakan tugas dan kewajibannya tersebut maka kelak semua anak akan dapat melaksanakan ibadah dalam kehidupannya dan akan terbiasa untuk terus beribadah kepada Allah dengan menjalankan syariat agama Islam. Akan tetapi jika orang tua melalaikan tugas dan kewajibannya dengan tidak memberikan bimbingan dan tidak berupaya agar anak beribadah maka akan sangat berdampak negatif, dampak buruk tersebut bukan hanya berakibat pada diri anak khususnya tapi juga berakibat buruk pada masyarakat, bangsa serta agama, karena anak merupakan generasi penerus.


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam secara obyektif sesuai dengan data yang digunakan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor Jawa Barat

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2010 sampai Februari 2011.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel teerikat atau independent (X) dan variabel bebas atau dependent (Y). Adapun variabel terikat (X) adalah upaya orang tua alam membimbing anak. Sedangkan variabel bebas (Y) adalah pelaksanaan ibadah anak.


(39)

D.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang beragama Islam warga Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor. Sebanyak 252 orang tua. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini hanya orang tua yang beragama Islam dan memiliki anak usia 6 sampai 12 tahun sebanyak 144 orang. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel secara acak (random sampling) yakni 15% dari populasi terjangkau yaitu sebanyak 22 orang.

Tabel. 1 Populasi dan Sampel

No Wilayah Jumlah Kepala

Keluarga

Populasi Target

Populasi Terjangkau

Sampel

1 RT 01 102 100 34 5

2 RT 02 98 97 41 6

3 RT 03 98 96 46 7

4 RT 04 57 55 23 4

Jumlah 355 348 144 22

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Observasi atau pengamatan.

Observasi atau pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan dan aktifitas keagamaan orang tua serta anak di lingkungan Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor.


(40)

Wawancara dilakukan kepada orang tua dengan tujuan sebagai berikut:

a. Ingin memperoleh data tentang upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah dari responden guna mendapatkan hasil yang maksimal, karena dilaksanakan dengan cara komunikasi langsung.

b. Untuk mempertajam hasil yang diperoleh melalui observasi dan angket.

Adapun kisi-kisi wawancara pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Usaha yang dilakukan agar anak melaksanakan ibadah

2) Hambatan yang dialami dalam membimbing anak melaksanakan ibadah 3) Faktor yang menyebabkan anak melaksanakan ibadah

4) Faktor yang menyebabkan anak tidak beribadah 5) Sikap atau reaksi anak jika diperintahkan untuk ibadah

6) Menggunakan jasa lain agar anak dapat melaksanakan sholat, puasa, membaca Al-Qur’an

7) Anak mengucapkan perkataan tidak baik dan berperilaku tidak sopan 8) Faktor yang menyebabkan anak berkata tidak baik dan berperilaku tidak

sopan

9) Upaya yang dilakukan oleh orang tua agar anak berkata baik dan sopan.

3. Angket

Angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang mempunyai kesamaan dengan teknik wawancara karena keduanya dberikan dalam bentuk pertanyaan. Bedanya kalau wawancara dilaksanakan secara lisan sedangkan angket secara tertulis. Alasan penulis menggunakan teknik angket dalam mengumpulkan data ini adalah untuk mendapatkan data tentang upaya orang tua dalam membimbimng anak melaksanakan ibdah. Adapun kisi-kisi angket ialah sebagai berikut:


(41)

Tabel 2

Kisi – kisi Angket

Variabel Dimensi Variabel Indikator Variabel No.

Item Juml ah Upaya Orangtua Membimbin g Anak (Variabel X)  Motivasi  Mengawasi  Mencontohkan

Menyuruh anak

melaksanakan sholat

Menyuruh anak

melaksanakan puasa.

Menyuruh anak untuk membaca Al-quran,

Memberi hadiah

 Menegur anak bila berkata tidak baik.

Melaksanakan sholat, bersama-sama dengan anak

Berpuasa bersama

dengan anak

Memberi contoh

kepada anak cara membaca Alqur’an dengan benar

Memberi contoh

kepada anak cara sholat yang benar

1,7 2, 9 3, 11 8,10,1 2, 16 4, 13 5, 14 6, 15 17 18 2 2 2 4 2 2 2 1 1 Pelaksanaka

n Ibadah

Anak

 Sholat

 Puasa

 Membaca Alqur’an

 Bertutur kata baik

Intensitas sholat

Gerakan sholat

Bacaan sholat

Intensitas puasa

19,20 21,22 23,24 25,26 2 2 2 2


(42)

(Variabel Y) (sopan). Bertadarus Al-quran

Bertutur kata dan bersikap dengan baik

27

28,39, 30

1

3

Jumlah 30

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Dalam pengolahan data angket penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau questioner yang berhasil dikumpulkan.

2. Scoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket. Dalam angket terdapat empat kategori jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Setiap item diberi skor berdasarkan jawaban yang dipilih responden. Skor 4 untuk jawaban selalu (SL), skor 3 untuk jawaban sering (SR), skor 2 untuk jawaban jarang (JR), dan skor 1 untuk jawaban tidak pernah (TP).

3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil dikumpulkan kedalam tabel yang telah disediakan.

2. Analisis Data

a. Uji Validitas Instrumen


(43)

sebagai berikut: =

Keterangan :

= Angka Indeks Korelasi Poina Biseral

= Rata- rata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

= Mean skor total

= Standar deviasi dari skor total P = Proporsi yang menjawab benar q = Proporsi yang menjawab salah

Apabila telah dinyata kan valid, maka tahap berikutnya adalah mengukur reliabilitas. Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur yang akan digunakan yakni apakah alat ukur tersebut akurat, stabil dan konsisten. Teknik yang digunakan adalah koefisien alpha

cronbach dengan rumus :

rii =

           2 2 1 ) 1 ( t b k k   Keterangan:

rii = Reliabilitas Instrumen

k = Jumlah Soal

2 b

 = Jumlah variabel butir

2 t

 = Jumlah variabel total

b Frekuensi relatif

Setelah teruji valid atau tidaknya angket, kemudian angket yang valid dianalisis dengan menggunakan tabel Distribusi Frekuensi Relatif


(44)

atau tabel persentase. Adapun rumus yang digunakan dalam mencari persentase adalah rumus distribusi frekuensi. Yakni : P = x 100 Keterangan:

P = Prosentase Tiap Jawaban F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Responden


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Sekilas Tentang Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan

Tajurhalang – Bogor

1. Letak Geografis Wilayah Tajurhalang

Lingkungan Rw 08 merupakan salah satu dari sepuluh rukun warga yang ada di wilayah desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang Kabupaten Bogor. Adapun luas wilayah Rw 08 85 Ha.

Mengenai batas wilayah Rw 08, dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 1

Batas Wilayah Rw 08

Letak Rw 08 Perbatasan Rw 08

Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur

Berbatasan dengan Desa Citayam Berbatasan dengan Rw 02

Berbatasan dengan Rw 01 Berbatasan dengan Rw 09


(46)

4. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing ketua Rt yang ada di wilayah Rw 08 yakni Rt 01,02,03 dan 04, kemudian diadakan penghitungan diketahui bahwa penduduk Rw 08 Desa Sasakpanjang berjumlah 885 orang. Dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 355 kepala keluarga. Dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 2 Laki-laki Perempuan 372 513 42,03 57,96

Jumlah 885 100%

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah penduduk Rw 08 di dominasi oleh kaum perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Terbukti persentase menunjukkan kaum wanita sebanyak 57,96% di bandingkan dengan kaum laki-laki yang berjumlah 42,03%.

Tabel 3

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 2 3 4 5 6

Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta Petani Buruh Pensiunan Lain-lain 4 205 86 12 10 524 0,47 24,37 10,22 1,42 1,18 62,30


(47)

Dari tabel 3 tentang klasifikasi penduduk berdasarkan mata pencaharian diketahui bahwa penduduk Rw 08 Desa Sasakpanjang yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil hanya 0,47% (4 orang) dari jumlah penduduk yang bekerja. Untuk penduduk yang berprofesi sebagai wiraswasta diketahui sebanyak 205 orang jika di persentasekan sebanyak 24,37%50, penduduk yang berprofesi sebagai petani yaitu petani yang menanam umbi batang, kacang tanah serta tanaman lain yang dapat tumbuh di darat berjumlah 86 orang (10,22%), untuk profesi buruh hanya sebagian kecil penduduk yaitu hanya 12 orang (1,42%), pensiunan berjumlah 10 orang (1,18%). Sedangkan untuk profesi dan lain-lain (selain dari keenam jenis mata pencaharian tadi) berjumlah 524 penduduk atau 62,30% 51. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk warga Rw 08 Desa Sasakpanjang cukup beragam.

Tabel 4

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 Buta Huruf Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Akademi (D1 – D3) Sarjana S1 Sarjana S2 84 194 302 106 42 - 10 1 11,36 26,25 40,86 14,34 5,68 0 1,35 0,13 50

Hasil wawancara dengan Bapak Rw 08, bahwa wiraswasta yang dimaksud ialah penduduk yang bekerja sebagai pedagang.

51

Berdasarkan hasil wawancara denagn Bapak Rw 08, bahwa profesi dan lain-lain itu ialah makelar tanah, orang yang mengambil keuntungan dari penjualan (calo), serta penduduk yang berprofesi tidak menentu.


(48)

9 Sarjana S3 - 0

Jumlah 739 100%

Dari tabel 4 mengenai klasifikasi penduduk berdasarkan pendidikan, dapat diketahui bahwa penduduk Rw 08 yang buta huruf berjumlah 84 orang (11,36%), penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 194 orang (26,25%), sebagian penduduk perpendidikan tamat SD yaitu sebanyak 302 orang (40,86%), penduduk yang tamat SLTP/sederajat sebanyak 106 orang (14,34%), penduduk yang tamat SLTA/sederajat sebanyak 42 orang (5,68%), tidak ada (0%) penduduk Rw 08 yang tamatan atau lulusan dari akademi (D1 – D3) , hanya sedikit dari warga Rw 08 yang tamat sampai kejenjang Sarjana S1 yaitu hanya10 orang atau 1,35%, untuk tamatan S2 diketahui hanya ada 1 orang (0,13%). Berdasarkan data di atas jelas menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Rw 08 Desa Sasakpanjang masih sangat rendah terbukti dari data bahwa hanya sebelas orang saja yang berpendidikan sampai sarjana dan ini membuktikan pula bahwa penduduk warga Rw 08 Desa Sasakpanjang belum sadar akan pendidikan.

Tabel 5

Sarana Pendidikan di Rw 08 Desa Sasakpanjang

No Sarana Pendidikan Jumlah Persentase

(%) 1

2 3

TPA (Taman Pendidikan Alqur’an) PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) SD (Sekolah Dasar)

4 1 1

66,66 16,66 16,66

Jumlah 6 100%

Dari tabel 5 di atas mengenai sarana pendidikan di Rw 08 Desa Sasakpanjang didominasi oleh TPA yaitu sampai 66,66%. Rw 08 mempunyai 4 buah TPA (Taman Pendidikan Alqur’an), sedangkan hanya sebagian kecil


(49)

untuk PAUD dan SD, hanya 16,66% atau 1 buah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan 16,66 atau 1 buah SD (Sekolah Dasar). Sedangkan untuk sarana pendidikan kejenjang yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah Pertama dan Atas, masyarakat Rw 08 harus pergi ke wilayah lain karena di Rw 08 tidak ada. Untuk ukuran lingkungan Rw sarana ini mungkin cukup memadai, hanya tinggal kemauan orang tua untuk memasukan anak mereka ke dalam lembaga pendidikan tersebut.

Tabel 6

Sarana Keagamaan di Rw 08 Desa Sasakpanjang

No Sarana Keagamaan Jumlah Persentase (%)

1 2 3

Masjid Musholla Majlis Ta’lim

1 2 2

20 40 40

Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel 6 tentang sarana keagamaan yang ada di Rw 08 Desa sasakpanjang diketahui bahwa sarana keagamaan yang ada di Rw 08 sebagian terdiri atas musholla dan majlis ta’lim yakni sebanyak 40%. Terdapat 1 buah Masjid (20%), 2 buah Musholla (40%) dan 2 buah Majlis Ta’lim (40%). Jadi, dapat dikatakan sarana keagamaan yang ada di lingkungan Rw 08 sudah cukup baik dan memadai hanya tinggal bagaimana masyarakatnya dapat memanfaatkan sarana keagamaan tersebut.

5. Kondisi Sosial Lokasi Penelitian

Berikut ini akan dikemukakan hasil penelitian mengenai kondisi sosial penduduk lokasi penelitian di lingkungan Rw 08 Desa Sasakpanjang meliputi bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, olahraga, kesenian dan kebudayaan.


(50)

a. Keagamaan

Islam merupakan agama mayoritas penduduk Rw 08 Desa Sasakpanjang. Karena itu tidak mengherankan apabila ada peringatan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad saw, Isra Mi’raj, Muharram serta hari-hari besar Islam lainnya diadakan dengan begitu meriah dan masyarakat begitu antusias menyambutnya. Namun berdasarkan hasil observasi penulis melihat bahwa pelaksanaan ajaran agama Islam belum sepenuhnya berjalan sebagaimana mestinya. Seperti sholat jama’ah di Masjid maupun Musholla tidak bnyak hanya beberapa orang saja, pada saat waktu sholat telah tiba masih banyak warga yang beraktifitas, serta banyaknya muslimah yang tidak menutup aurat, pergaulan sesama lain jenis terlihat begitu dekat (tidak ada jarak).

Di Rw 08 Desa Sasakpanjang terdapat lima sarana ibadah, yang terdiri dari satu buah masjid, dua buah musholla dan dua buah majlis ta’lim, dengan rincian sebagai berikut:

1. Di Rt 01 terdapat satu buah musholla yang digunakan untuk sholat brjama’ah, untuk pengajian mingguan yang diadakan setiap hari Senin pagi oleh kaum ibu, serta digunakan oleh kaum bapak untuk pengajian mingguan setiap malam Jum’at. Pengajian yang dilakukan baik oleh kaum bapak maupun ibu hanya pada pengajian membaca ratib dan membaca Suroh Yasin, kemudian kajian agama lalu disambung dengan arisan. 2. Di Rt 02 terdapat satu buah musholla yang digunakan untuk sholat

berjama’ah, dan digunakan oleh kaum bapak untuk pengajian setiap malam Kamis dan pengajian kaum ibu setiap hari Rabu. Sama seperti Rt 01, pada Rt 02 tahapan pengajian diawali dengan membaca Ratib atau zikir maulid kemudian membaca Suroh Yasin lalu materi keagamaan dan tidak ketinggalan arisan.

3. Di Rt 03 terdapat satu buah masjid dan satu buah majlis ta’lim, masjid digunakan oleh masyarakat sekitar untuk sholat jum’at dan pengajian setiap malam Sabtu. Sedangkan majlis ta’lim digunakan oleh kaum ibu


(51)

untuk pngajian setiap hari Sabtu. Di Rt 03pun aktifitas kegiatan pengajian sama seperti Rt 01 dan Rt 02.

4. Di Rt 04 terdapat satu buah majlis ta’lim yang digunakan untuk pengajian kaum bapak yang diadakan setiap malam jum’at dan pengajian kaum ibu yang diadakan setiap hari minggu. Mengikuti Rt 01, 02 dan 03 pada lingkungan Rt 04 juga sama mengenai tahapan pengajian yang di lakukan.

Untuk pengajian anak-anak dikelola dan dibimbing oleh para ustadz dan ustadzah di sarana ibadah yang terdapat di lingkungan maupun di rumah. Berikut beberapa tempat yang digunakan anak-anak untuk mengaji yaitu: 1. Rumah Ustadz Firman di lingkungan Rt 01 yang dilaksanakan setiap

malam kecuali malam minggu

2. Musholla di lingkungan Rt 02 dilaksanakan setiap malam kecuali malam sabtu dan minggu

3. Masjid di lingkungan Rt 03 yang dilaksanakan setiap malam kecuali malam jum’at

4. Majlis Ta’lim di lingkungan Rt 04 yang dilaksanakan setiap hari ba’da ashar kecuali hari minggu

Dengan adanya pengajian-pengajian yang diadakan di Rw 08 ini, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas/kegiatan keagamaan di lingkungan Rw 08 berjalan cukup baik, hanya saja berdasarkan observasi dilihat waktu yang di gunakan untuk pengajian oleh kaum bapak maupun ibu lebih banyak digunakan untuk arisan.

b. Pendidikan

Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui bahwa tingkat pendidikan di Rw 08 masih sangat rendah, para orang tua mayoritas hanya berpendidikan di SD, bahkan banyak pula diantara mereka yang masih buta huruf. Begitu juga dengan generasi di belakang mereka, mayoritas


(52)

berpendidikan SD, sebagian lagi SMP dan SMA, dan hanya sebagian kecil dari mereka yang berpendidikan sampai ke perguruan tinggi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pendidikan anaknya masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya generasi yang hanya berpendidikan SD dan SMP serta sebagian kecil berpendidikan SMA bahkan dapat dihitung jari yang melanjutkan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ini disebabkan karena faktor ekonomi, secara mayoritas penduduk Rw 08 termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah.

Dengan melihat perkembangan pendidikan yang semakin maju dan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, tentu merupakan kewajiban semua pihak untuk memikirkan dan mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan pendidikan masyarakat. Dalam hal ini tentu saja peran orang tua begitu dominan dalam membekali putra putrinya dengan pendidikan yang memadai, sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern.

c. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan di lingkungan Rw 08 Desa Sasakpanjang dapat dikatakan cukup baik. Pelayanan dibidang kesehatan masyarakat Rw 08 sudah memuaskan, terdapat posyandu yang para kader-kadernya selalu memantau kesehatan masyarakat. Tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkan fasilitas yang telah di berikan. Berdasarkan hasil tanya jawab dengan salah satu kader posyandu, dikatakan bahwa masih ada masyarakat yang menyepelekan masalah kesehatan, terutama ibu hamil yang jarang mengontrol kehamilannya.

d. Olah raga dan Kesenian

Dalam bidang olah raga, minat masyarakat Rw 08 sangat tinggi, khususnya pada olah raga sepak bola dan volly. Sarana yang adapun cukup


(1)

27. Anak saya membaca Alqur’an setelah sholat.

a. Selalu b. Sering c. Jarang d.Tidak pernah

28. Anak saya baik dan sopan dalam bertutur kata.

a. Selalu b. Sering c. Jarang d.Tidak pernah

29. Anak saya bersalaman cium tangan jika bertemu orang yang lebih tua. a. Selalu b. Sering c. Jarang d.Tidak pernah

30. Anak saya mengucapkan salam ketika akan pergi dan pulang.


(2)

(3)

DATA PERHITUNGAN HASIL ANGKET TENTANG UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBIMBING ANAK DAN PELAKSANAA

1 2 3 4 5 6 7 (-) 8 9 10 11(-) 12 13(-) 14 15 16

1 3 4 3 3 1 3 3 1 4 4 2 1 3 1 4 2

2 4 4 3 4 1 4 4 1 4 4 1 2 1 1 4 3

3 3 4 3 3 2 3 3 1 4 2 2 3 2 2 3 2

4 3 3 2 3 1 3 3 1 4 3 2 3 2 1 4 2

5 3 4 2 4 2 4 4 2 4 4 2 3 4 2 4 2

6 3 3 2 2 2 3 3 1 3 3 2 2 4 2 4 2

7 4 4 3 3 2 4 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3

8 4 4 2 3 2 4 4 1 3 1 1 2 4 2 4 1

9 3 4 2 4 2 4 3 2 4 4 3 2 3 2 3 2

10 3 3 2 2 2 3 4 1 4 2 2 2 4 3 2 1

11 4 4 2 3 2 2 3 2 3 1 1 2 4 2 3 2

12 2 3 2 3 1 3 4 1 4 3 3 1 3 2 4 3

13 4 3 1 2 1 2 1 1 3 2 2 2 3 1 3 1

14 2 3 2 4 1 1 2 1 3 3 3 4 3 2 4 3

15 3 3 1 2 1 3 3 2 3 2 2 1 4 2 3 1

16 3 4 1 3 1 3 1 1 4 3 3 2 4 1 3 2

17 2 3 2 4 1 3 3 2 3 2 1 2 4 2 3 1

18 3 4 2 4 2 4 4 3 3 3 2 2 4 2 4 3

19 3 4 2 3 1 3 1 1 3 4 3 2 3 2 3 2

20 4 4 2 4 2 2 3 1 3 3 2 2 3 2 3 1

21 3 3 2 3 2 2 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3

22 4 4 3 4 2 3 3 1 3 3 3 3 2 2 4 2

∑X 70 79 46 70 34 66 67 31 75 61 48 47 70 40 75 44

rhitung -0.066 0.518 0.437 0.387 0.104 0.229 0.467 0.371 -0.270 0.415 0.416 0.133 -0.279 0.415 -0.381 0.427

rtabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361

status INV VAL VAL VAL INV INV VAL VAL INV VAL VAL INV INV VAL INV VAL


(4)

AN IBADAH ANAK

JUMLAH

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

2 2 2 2 4 4 4 4 4 3 2 2 3 3 83

2 3 1 1 3 1 1 2 3 2 1 4 2 4 75

2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 4 80

3 4 1 2 4 3 2 3 1 2 2 3 4 4 78

2 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 4 89

2 2 2 2 3 3 4 4 2 2 2 3 2 3 77

2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 89

2 2 2 2 4 4 3 4 4 3 2 3 2 3 82

3 2 1 2 3 3 3 3 1 2 2 3 3 4 82

1 2 1 2 3 3 2 4 4 2 2 3 3 3 75

1 1 1 2 3 3 3 4 3 2 1 3 2 3 72

2 1 1 2 3 3 3 4 4 3 1 3 2 2 76

1 1 1 2 3 2 2 3 2 2 1 3 2 3 60

3 2 2 4 4 4 3 4 1 4 3 3 1 4 83

1 1 1 2 3 2 3 4 2 2 2 3 2 2 66

1 1 1 2 3 2 3 4 2 2 2 3 1 3 69

1 1 1 2 3 3 2 4 2 2 1 3 2 2 67

2 2 2 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 89

1 1 1 2 3 3 3 3 2 2 2 3 1 2 69

2 1 1 2 3 3 2 4 4 2 2 3 2 4 76

1 2 1 2 3 2 3 3 1 2 1 3 2 3 71

2 2 2 2 4 3 4 3 3 3 1 3 1 3 82

39 42 32 47 72 63 62 79 56 54 38 64 49 70

0.368 0.604 0.452 0.519 0.220 0.562 0.460 0.443 0.375 0.193 0.396 -0.314 -0.350 0.407

0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361


(5)

Perhitungan Angka Indeks Korelasi Product Moment antara Variabel X dan Variabel Y

Responden X Y XY x2 y2

1 40 43 1720 1600 1849

2 42 33 1386 1764 1089

3 42 40 1680 1764 1600

4 38 40 1520 1444 1600

5 48 41 1968 2304 1681

6 39 38 1482 1521 1444

7 45 44 1980 2025 1936

8 41 41 1681 1681 1681

9 43 39 1677 1849 1521

10 39 36 1404 1521 1296

11 38 34 1292 1444 1156

12 39 37 1443 1521 1369

13 31 29 899 961 841

14 38 45 1710 1444 2025

15 35 31 1085 1225 961

16 37 32 1184 1369 1024

17 37 30 1110 1369 900

18 46 43 1978 2116 1849

19 38 31 1178 1444 961

20 40 36 1440 1600 1296

21 39 32 1248 1521 1024

22 44 38 1672 1936 1444

�= 20 = 879 =813 =32737 =35423 =30547

Untuk mengetahui korelasi antara variabel X dengan variabel Y, data di atas akan diuji dengan menggunakan rumus product moment, yaitu:

 

2 2 2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

xy

 

2

2

813

30547

22

879

35423

22

813

879

32737

22

x

x

x

r

xy


(6)

779306

772641



672034

660969

714627

720214

xy

r

6665

 

11065

5587

xy

r

73748225

5587

xy

r

8587

5587

xy

r

650

,

0

xy

r

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa pengaruh antara upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah dengan pelaksanaan ibadah anak di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor sebesar 0,650. Berdasarkan hasil tersebut dapat di interpretasikan bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.