Tanaman penting dataran rendah. doc

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah
LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
KEL. 5 / GOL. B
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Andik Setyawan
Moh. Abu Amar
Chrisman Susanto
Miftahul Ulum
Firdha Rafiandani
Devi Viddhianty

(141510501058)
(141510501087)

(141510501188)
(141510501164)
(141510501022)
(141510501053)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara di asia tenggara yang terletak pada garis
khatulistiwa dan berada di antara dua benua yaitu benua asia dan australia dan
indonesia sendiri memiliki dua samudra yaitu samudra pasifik dan samudra
hindia. Indonesia memiliki luas daratan yang cukup luas yaitu 1.922.570 km2,
daratan di Indonesia di bagi menjadi dua golongan yaitu dataran rendah dan
dataran tinggi. dengan kondisi geografis yang demikian maka terdapat berbagai
keragaman organisme yang hidup di indonesia, salah satunya adalah tanaman.

Tanaman merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting dalam
suatu kehidupan. Tanaman dapat memberikan suatu sumber penghasilan bagi
sebagian

besar

penduduk

Indonesia.

Mayoritas

penduduk

Indonesia

memanfaatkan tanaman untuk di jadikan usaha di bidang pertanian. Tanaman
yang tumbuh di wilayah dataran tropis ini memiliki beberapa karakteristik dan
habitat atau tempat tumbuh yang berbeda. ada tanaman yang dapat tumbuh dan
berproduksi di dataran tinggi (pegunungan) dan ada yang tumbuh di dataran

rendah (dekat pantai).
Dataran rendah adalah suatu wilayah yang datar serta memiliki ketinggian
dibawah 600 m di atas permukaan laut. Biasanya dataran rendah banyak
dimanfaatkan untuk dijadikan tempat seperti pemukiman, industri dan pertanian.
Suatu tempat yang daerah atau tempatnya termasuk kedalam dataran rendah
biasanya daerah tersebut dekat dengan laut. Tanaman yang di budidayakan pada
pertanian dataran rendah ini seperti sayur sayuran, padi, tebu, jagung, kopi, karet,
kelapa, dan lain lain. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
tanaman penting di dataran rendah dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek
topografi, keadaan iklim mikro, suhu, instensitas cahaya, kondisi solum tanah, dan
banyak lain nya. Tanaman di dataran tinggi akan bisa hidup di daerah yang
topografi nya lebih rendah kecuali ada nya rekayasa lingkungan.
Topografi di dataran rendah pada umumnya berupa daerah yang pada
permukaan nya datar dengan ketinggian sedikit di atas permukaan laut dengan
Suhu pada umum nya berkisar dari 26,30C – 220C. Iklim pada umum nya di

dataran rendah yaitu kemarau dan penghujan di mana terjadi setiap tahun nya.
Oleh karena itu Suhu dan iklim sangat menentukan hasil dari tanaman penting di
daratran rendah. dataran rendah pada umum nya lebih rendah dari sekitar nya
biasa nya dataran rendah berada di pinggir pantai, di tengah kota, dan lain nya.

Dataran rendah terbentuk karena hasil dari pengendapan erosi yang diangkut oleh
aliran sungai.
Jenis tanah dan intensitas cahaya juga sangat mempengaruhi terhadap
pertumbuhan tanaman. Baik pada dataran tinggi atau dataran rendah jenis tanah
dan Intensitas cahaya sangat berpengaruh terhadap jenis tanaman yang ada di di
dataran rendah. Intensitas cahaya sangat di butuhakan tumbuhan untuk melakukan
proses pertumbuhan dan fotosimtesis. Dengan mengetahui karakteristik pada
dataran rendah dan karakteristik dari berbagai jenis tanaman akan dapat
menempatkan berbagai jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi dataran rendah
yang merupakan daerah panas dengan suhu yang tinggi, sehingga tanaman akan
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
1.2 Tujuan
Mengetahu dan mengenal tanaman-tanaman penting yang berhabitat di
daerah daratan rendah serta morfologi dan taksonominya.

BAB.2 TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan. Di
antarannya iklim yang meliputi suhu udara, radiasi sinar matahari, angin, dan
kelembaban. Faktor berikutnya adalah tanah dan kandungan unsur hara yang ada
pada tanah. Dan yang terahir adalah Faktor biotik. Cahaya matahari merupakan

sumber energi bagi tanaman dan merupakan salah satu unsur iklim yang
memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan dan perkembang-an
tanaman. (Ferry, 2009).
Kesesuaian kondisi lingkungan atau kondisi ekologi menjadi pertimbangan
penting dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan (Humphries
Anasiru et al., 2013). Ketinggian tempat atau letak geografis tanah berhubungan
erat dengan keadaan iklim setempat yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketingggian tempat akan berpengaruh
terhadap suhu, kelembapan tanah, kondisi udara, curah hujan, dan penyinaran
matahari.

Semakin tinggi tempat suhu udaranya akan meurun sementara

intensitas cahaya matahari, kelemebapan udara, dan curah hujan akan makin
tinggi sejaan dengan pningkatan ketinggian tempat dari permukaan laut. (Samadi,
1997).
Bawang merah merupakan tanaman dataran tinggi yang bisa di budidayakan
di dataran rendah, varietas medan dan maja yang banyak di tanam di dataran
tinggi Samosir, Sumatera Utara. memiliki fleksibilitas untuk tumbuh di dataran
tinggi dan datara rendah. Varietas ini dapat di panen setelah 70 hari dengan

produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Bobot susut varietas ini tergolong tinggi,
yakni 25% dari bobot panen basah. Satu rumpun terdiri dari 6-12 anakan. Mudah
berbunga, warna umbi merah, berbentuk bulat dengan ujung runcing. (Kusuma,
2013).
Kisaran suhu yang baik untuk tanaman sayuran dataran rendah lebih besar
dari pada dataran tinggi yaitu pada suhu lebih dari 21 0 C dan akan tumbuh
optimal pada suhu 26 – 280 C. (Nazaruddin, 2000). Berdasarkan tinggi tanah,
Sayuran di bedakan menjadi tiga kelompok yaitu Sayuran dataran rendah, sedang
dan tinggi. di Jawa barat sebagai sentra penghasil sayuran Indonesia

mengembagkan tanaman sayuran tidak hanya di daerah dataran tinggi
(pegunungan)

saja,

melainkan

juga

didaerah


dataran

rendah

dengan

memanfaatkan lahan sawah. jadi jawa barat bukan hanya sebagai lumbung padi
nasional tetapi juag sebagai sentra sayuran untuk Daerah lain. (Darwis, 2013).
Tanaman stroberi merupakan tanaman yang tumbuh pada dataran tinggi
dapat di budidayakan di dataran rendah. Petani desa Cepu berhasil
membudidayakan stroberi di dataran rendah dengan ketinggian 30 mdpl dengan
menggunakan naungan (green House) untuk menurunkan suhu dan mendapatkan
kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhan stroberi. Budidaya stroberi di
dataran rendah masih jarang di lakuakan karena terkendala kondisi iklim yang
tidak sesuai dengan pertumbuhan stroberi.(Kusumawati, 2012).
Beberapa tanaman dapat tumbuh dan berproduksi di semua tempat baik
dataran tinggi atau dataran rendah, karena mampu beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungan. Seperti Ubi jalar yang dapat tumbuh pada dataran rendah
maupun tinggi. Namun hasil ubi jalar di dataran rendah dengan ketinggian di

bawah 500 mdpl lebih tinggi dari pada dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari
900 mdpl. Suhu udara yang dingin di dataran tinggi menyebabkan pertumbuhan
tanaman ubi jalar kurang optimal. (Rauf, 2009).
Gandum akan tumbuh baik di dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari
1000 m di atas permukaan air laut. Keterbatasan lahan yang ada di Indonesia
untuk menanam gandum adalah karena penggunaan lahan di dataran tinggi untuk
banyak untuk di tanami komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. untuk itu perlu di perlukan gandum yang toleran untuk daerah dataran
rendah dengan ketinggaian kurang dari 400 mdpl. Kendala yang utama dalam
pengemnagan tanaman gandum pada daerah rendah adalah suhu yang tinggi.
(Wahyu, 2013).
Pertanian di Iran selain memanfaatkan lahan sawah untuk menanam padi,
juga menanam berbagai jenis tanaman dataran redah seperti jagung, canola dan
sayuran. Petani menggunakan sawah untuk menanam padi antara bulan Mei
sampai Juni dan memanenya pada bulan Agustus dan Desember. Setelah itu lahan
di maanfaatkan untuk menanam tanaman yang tidak mebutuhkan banyak air,
seperti jagung dan canola sampai pada musim hujan tiba, yang kemudian di

gunakan untuk menanam padi kembali. Perputaran tanaman yang di tanamam
dengan beberapa jenis tanaman akan dapat mengembalikan unsur hara yang

sebelumnya hilang (Tabrizi, 2011).
Saat ini areal pengusahaan tebu bergeser dari lahan sawah ke lahan kering.
Budidaya tebu di lahan kering banyak mengalami kendala, terutama dari pasokan
air dan ketersediaan hara tanah. (Purwono, 2011). Wilayah tropis seperti pulau
lombok sulit untuk mengembangkan tanaman brokoli karena kebanyakan dari
varietas tanaman ini hanya mampu berproduksi dengan baik di dataran tinggi.
produksi brokoli d dataran rendah mempunyai kendala agroklimat , karena untuk
dapat menginisiasi bunga brokoli memerlukan temperatur yang relatif rendah
(vernalisasi) pada ahir generatifnya. Brokoli akan tetap tumbuh dan menghasilkan
bunga di ketinggian kurang dari 125 mdpl pada temperatur harian 27’50 C, akan
tetapi bunga yang di hasilkan kualitasnya rendah. (Damar jaya, 2009).
Kopi arabika baik tumbuh pada ketinggian 800 – 1200 mdpl, tetapi pada
ketinggian tersebut sebagian besar di gunkan sebagai hutan lindung. Teknologi
merakit keunggulan kopi robusta (habitat datara rendah) dan sifat arabika (habitat
dataran tinggi) menjadi satu tanaman robbika. Dengan batang bawah dari kopi
robusta yang tahan terhadap nematoda, cekaman air perkaran yang cukup dalam
dan keunggulan kopi arabika yang baik dalam berproduksi di peroleh varietas
kopi yang dapat di budidayakan di dataran rendah dengan ketinggian kurang dari
400 mdpl. (Prasetyo, 2011)
Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu tempat pasti akan menyesuaikan

diri dengan lingkungannya sendiri baik itu dalam hal morfologisnya maupun
dalam hal fisiologisnya diantara faktor-faktor yang mempengaruhi nya adalah
iklim, karena iklim merupakan faktor yang sangat besar sehingga setiap
pertumbuhan tanaman sangat tidak lepas dari faktor iklim dan pada keadaan
tempat tumbuh, hal tersebut yang dijadikan untuk menentukan sifat dan tipe iklim
hutan dataran rendah (Martono, 2012).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan praktikum pengantar ilmu tanaman dengan acara pengenalan
tanaman penting dataran rendah dilaksanakan pada hari Minggu, 26 Oktober 2014
pada pukul 07.00-selesai. Bertempat di UPT Agroteknopark, Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman
3.2.2 Alat
1. Tabel pengamatan
2. Alat tulis
3. Penggaris
4. Meja dada

3.2 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menetapkan obyek tanaman yang di amati
3. Menggambar bentuk tanaman yang di amati dan memberi keterangan bagianbagiannya.
4. mengisi tabel pengamatan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

1.

Varietas

: 1. Hylocereus undatus (buah naga daging
putih)
2. Hylocereus polyrhizus (daging merah)

2.

Deskripsi Varietas
a. Kingdom

: Plantae

b. Devisi

: Spermathophyta

c. Kelas

: Magnoliopsida

d. Ordo

: Caryophyllales

e. Famili

: Cactaceae

f. Genus

:

g. Spesies

: 1. Hylocereus undatus (daging putih)
2. Hylocereus polyrhizus (daging merah)
3. Hylocereus costaricensis (daging super

Hylocereus

merah)
4. Selenicereus megalanthus (kulit kuning,
3.

Cara pembibitan

daging putih, tanpa sisik)
: Setek batang di ambil dari batang yang hijau

4.

cara pengolahan tanah

dan segar.
: Pengolahan minimal, menggunakan cangkul

5.

Cara Penanaman

dan sekop.
: Konvensional, Membuat lubang dengan
cangkul atau sekop 40x40 cm, satu minggu
sebelum di tanamam lubang di beri kompos.
Kemudian bibit tanaman (setek batang) di

6.

Sistem Penanaman

7.

Cara Pemeliharaan

tanaman di lubang tersebut.
: Polikultur (buah naga dengan kelengkeng)
Monokultur (buah naga saja)

a. Pemupukan

: Pupuk N, SP 36, KCL, Ponska, UREA.
Pupuk di berikan pada parit yang memutari
tanaman.

b. Pengairan

: 1. Pada musim hujan tidak di lakukan
penyiraman
2. Pada musim kemarau penyiraman

c. Pengendalian penyakit :
d. Pengendalian hama

dilakukan 1 minggu 1 kali.
Tidak ada penyakit.

: hama semut yang memakan batang dan buah
tanaman, pengendaliannya menggunkan

e. Pengendalian gulma

insektisida.
: Gulma berupa rumput-rumputan,
pengendalian dilakukan secara mekanik

8.

Ciri-Ciri Morfologi

Ukuran

a. Akar

: Akar serabut yang berkembang dalam tanah,

b. Batang

pada batang atas sebagai akar gantung.
: Berwarna hijau, bersudut tiga, tidak berkayu,
berduri pendek, dapat tumbuh hingga 6 m

c. Daun

jika tidak di pangkas.
: Tidak berdaun

d. Bunga

: Bunga buah naga berbentuk corong.
panjang bunga dewasa (cm) : 20 - 36

e. Buah

Lebar Bunga dewasa (cm) : 12 - 23
: Buah berbentuk bulat dan lonjong,
Panjang (cm) : 10 - 20

f. Biji

Lebar (cm) : 7 – 12
: Biji berwarna hitam dengan bentuk bulat,
pipih, dan sangat keras. Setiap buah
mengandung lebih dari 1000 biji.

9.

Pemanenan
a. Ciri-ciri Panen

:

Buah matang, ukuran optimal.

b. Umur panen

:

2 bulan di hitung mulai tanaman berbunga.

c. Cara Panen

:

Di potong segitiga pada bagian batang

d. Penanaganan pasca
panen
 Pengeringan

: Tidak ada, buah di jual segar



Pembersihan

: Tidak ada



Sortasi/grading

: Tidak ada, buah langsung di jual tanpa di



Pengemasan

pisahkan antar yang besar dan yang kecil.
: Tidak ada, buah yang di beli langsung di



Pelabelan

kirim atau di petik di ATP.
: Tidak ada



Penyimpanan

: Tidak ada, buah yang di panen langsung di

Pengolahan

jual atau dikirim ke pemesan.
: Tidak ada. Langsung dijual dalam bentuk



buah.

(menjadi produk


lain)
Pengolahan

:



limbah
Kehilangan panen

: Tidak pernah terjadi.

10. Pemasaran
a. Domestik/ekspor

: Domestik, buah di jual pada kalangan dosen,

b. Tataniaga pemasaran

:

c. Harga (Rp/kg atau

: 12.500 - 15.000/kg pada musim panen.

Rp/ton).

mahasiswa, dan masyarakat sekitar.
-

Sedangkan 30.000 - 35.000/kg di luar musim
panen.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Taksonomi dan Morfologi
Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau Famili
Cactaceae. secara umum buah naga dikelompokkan ke dalam genus utama yaitu
Stenocereus (Britton & Rose), Cereus (Mill), Selenicereus (A. Berger Riccob) and
Hylocereus (Britton & Rose). Genus buah naga yang banyak dibudidayakan
adalah Hylocereus, sedangkan untuk tiga genus lainnya dapat dikonsumsi namun
belum banyak dikembangkan secara budidaya. Adapun klasifikasi buah naga
secara lengkap menurut Britton dan Rose, (1963) adalah :
Kingdom

: Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta (tanaman vaskular)
Super divisi

: Spermathophyta (tumbuhan berbiji)

Divisi

: Magnoliophyta (tanaman berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (tanaman dikotil atau berkeping dua)

Ordo

: Caryophyllales

Famili

: Cactaceae (kaktus)

Subfamili

: Cactoideae

Suku (tribe)

: Hylocereae

Genus

: Hylocereus

Spesies

: Hylocereus undatus (daging putih)
Hylocereus polyrhizus (daging merah)
Hylocereus costaricensis (daging super merah)
Selenicereus megalanthus (kulit kuning, daging putih)

Tanaman buah naga memiliki akar utama yang tertanam di dalam tanah,
selain itu buah naga memiliki akar udara yang tumbuh di sepanjang sulur. Akar
tersebut bersifat epifit yang dapat merambat dan menempel pada tiang atau
tanaman lain. Sifat tersebut menjadikan tanaman buah naga membutuhkan
penyangga untuk memanjat sehingga disebut tanaman memanjat (climbing plant).
Akar ini tahan terhadap kekeringan, namun tidak tahan terhadap genangan air
terlalu lama. Akar udara membuat tanaman ini efisien dalam penggunaan air.

Walaupun akar dicabut dari tanah, tanaman masih dapat hidup dengan menyerap
nutrisi dan air menggunakan akar udara.
Sulur merupakan istilah untuk batang pada kaktus. Sulur pada buah naga
merupakan batang sukulen serta mengandung air yang menjadi cadangan pada
saat kondisi lingkungan ekstrim. Sulur berwarna hijau, dimana terjadi proses
fotosintesis tanaman. Sulur ini memiliki dari tiga sudut (triangular) yang
bergelombang. Daun termodifikasi menjadi duri yang berada di sepanjang tepi,
tepatnya di bagian lembah antar gelombang. Sulur terus tumbuh akan
menghasilkan cabang sulur dan jumlahnya akan diatur agar buah naga dapat
berproduksi secara optimum.
Morfologi sulur antara buah naga putih dan buah naga merah memiliki
perbedaan. Sulur buah naga putih memiliki bentuk yang lebih bergelombang
sedangkan sulur buah naga merah memiki tekstur yang lebih rata. keberadaan duri
pada sulur buah naga merah lebih rapat dan lebih tajam dibandingkan dengan
sulur buah naga putih. Warna sulur buah naga putih lebih hijau cerah
dibandingkan sulur buah naga merah yang cenderung berwarna lebih hijau kusam.
Bunga buah naga berbentuk corong memanjang dan memiliki ukuran sekitar
27-30 cm tergantung pada spesies masing-masing. Kelopak bunga bagian luar
berwarna hijau, kelopak bunga bagian dalam berwarna kuning, dan mahkota
bunga ketika mekar berwarna putih. Bunga buah naga memiliki tipe biseksual,
dimana putik dan benang sari terdapat pada satu bunga. Benang sari berwarna
kuning dengan jumlah banyak dan putik tunggal berwarna kuning pucat. Bunga
buah naga memiliki beberapa karakteristik dalam penyerbukan. Perbedaan
ketinggian antara benang sari dan putik menjadi permasalahan dalam penyerbukan
bunga. Bunga mekar pada malam hari dan selesai mekar pada pagi dini hari,
hanya memekar satu malam.
Buah naga berwarna merah mudah cerah dan memiliki sisik buah. Buah
berukuran besar dengan berat antara 150 - 600 g per buah. Daging buah berwarna
putih atau merah dengan biji berwarna hitam, kecil, dan jumlah banyak. Kulit
buah naga putih dan buah naga merah memiliki perbedaan yaitu buah naga putih
berwarna merah magenta dan mengkilat sedangkan buah naga merah lebih

berwarna merah mencolok dan agak kusam. Bentuk buah naga putih sebagian
besar lebih lonjong sedangkan buah naga merah lebih bulat. Sisik buah naga putih
terdapat semburat hijau sedangkan sisik buah naga merah seluruhnya berwarna
merah.
Agroteknopark Universitas Jember memiliki dua spesies buah naga yaitu
Hylocereus undatus yang memiliki daging buah berwarna putih dan Hylocereus
polyrhizus yang memiliki daging buah berwarna merah. Terdapat dua spesies buah
naga lain yang belum banyak diketahui dan tidak terdapat di Agroteknopark
Universitas Jember yaitu Hylocereus Costaricencis yang memiliki kulit berwarna
merah dengan daging buah merah keunguan dan Selenicereus megalanthus (A.
Berger Riccob) yang memiliki kulit berwarna kuning dengan daging buah putih.
Buah naga kuning ini memiliki kelompok duri pada buah yang lepas saat buah
matang. Buah naga kuning memiliki ukuran buah lebih kecil dibandingkan jenis
lainnya. Biaya perawatannya tinggi sehingga belum menguntungkan secara
ekonomi untuk dibudidayakan.
4.2 Syarat Tumbuh dan Budidaya Buah Naga
Famili Cactaceae memiliki daya adaptasi tinggi di lingkungan baru dan
dapat hidup di lingkungan yang ekstrim. Tanaman buah naga merupakan tanaman
tropis dan sangat mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh dan perubahan
cuaca seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Tanaman ini tahan terhadap
cuaca yang panas tetapi tidak tahan terhadap keadaan salin dan tidak tahan
terhadap kondisi air tergenang. Tanaman buah naga dapat tumbuh pada ketinggian
0-1000 m dpl. Ketinggian tempat untuk pembudidayaan buah naga merah dan
putih yang baik yaitu dataran rendah seperti di Agroteknopark yang memiliki
ketinggian medium yang berkisar 0-500 m dpl.
Buah naga tumbuh baik di iklim tropis. tanaman ini tumbuh baik dengan
suhu rata-rata 21-29 °C. Tanaman ini masih dapat bertahan di suhu ekstrim
tertinggi 40 °C dan suhu ektrim terendah 0 °C untuk jangka waktu singkat.
Intensitas sinar matahari yang disukai sekitar 70% - 80% dan kelembaban udara
antara 70 - 90%. Buah naga lebih menyukai kelembaban udara rendah, karena

apabila kelembaban tinggi maka pertumbuhan cabang akan kurang subur serta
mudah patah. Tanaman buah naga memerlukan jumlah penyinaran matahari yang
tinggi. Tanaman ini tidak disarankan tumbuh di bawah naungan. Curah hujan yang
mendukung pertumbuhan tanaman buah naga yaitu antara 600-1300 mm per
tahun.
Tanaman buah naga tumbuh memanjat sehingga memerlukan penyangga
berupa tiang atau sejenisnya. Sulur memanjat membentuk lingkaran di sekitar
tiang penyangga. Penyangga tersebut dapat menyokong berat dari tanaman dan
mudah dalam menjangkau bunga dan buah untuk dikerjakan pada produksi
komersial. Penyangga yang di gunakan di Agroteknopark adalah tiang vertikal
dengan Komposisi untuk membuat tiang beton ini yaitu semen: koral/split pasir
dengan perbandingan 1:3:5 dan besi rangka berdiameter 8 mm.
Pengolahan lahan di lakuakan secara konvensional yaitu dengan membuat
lubang menggunkan cangkul atau sekop, lubang berukuran 40x40 cm. Selanjutnya
lubang di beri pupuk kompos satu minggu sebelum bibit di tanam. Cara
pembibitan menggunkan bibit yang di stek dari batang yang sehat dan hijau yang
berusia tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Bibit dari stek batang akan
membuat tanaman tumbuh dengan cepat dan seragam. Apabila berasal dari biji,
pertumbuhan buah naga sangat lambat yaitu memerlukan waktu hingga berbuah
selama 7 tahun. Sulur tumbuh hingga ujung penyangga, maka akan menggantung
dan tumbuh ke bawah mengikuti arah gravitasi bumi. Sulur tersebut kemudian
akan berbunga 12-15 bulan setelah penanaman bibit.
Pemupukan diberikan dengan cara menaburkan atau menyiramkan pupuk
pada parit yang di buat meingkari tanaman. Parit berjarak sekitar 30 cm dari
pangkal akar tanaman, di buat untuk untuk menjaga keberadaan pupuk serta
menjadi batasan jarak saat pemupukan. Pupk yang diberikan terlalu dekat akan
menyebabkan tumbuhan mati karena panas. Pupuk yang digunakan antara lain: N,
SP 36, KCL, ponska, dan urea. Dosis untuk pemberian pupuk adalah 100 gr per
tanaman. Pemberian dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan tanaman. Terkadang
di berikan secara bersamaan tetapi terkadang juga tidak.

Pengairan atau penyiraman di lakuakan 1 minggu 1 kali pada musim
kemarau, pada musim penghujan tidak dilakuakan penyiraman karena turun hujan.
Tanaman buah naga memiliki tipe fotosintesis Crassulacean Acid Metabolism
(CAM). Jumlah air yang dibutuhkan akan tergantung pada tipe tanah. Tanaman ini
berasal dari daerah yang memiliki daya presipitasi dan kelengasan yang tinggi.
Rendahnya jumlah air harian akan lebih menguntungkan dari pada jumlah air
yang lebih intensif dan banyak. Tanaman ini tidak tahan dengan genangan air
sehingga tidak begitu banyaka membutuhkan air. Buah naga berbunga secara
musiman dengan siklus 4 -7 kali per tahun. musim berbuah buah naga di
Indonesia sekitar bulan November-April, sehingga dapat diperkirakan bahwa
periode berbunga tanaman ini pada kisaran bulan tersebut. Indonesia memiliki
potensi untuk tanaman buah naga dapat berbunga sepanjang tahun selama air,
nutrisi dan suhu yang optimum karena fotoperiodisitas matahari yang tersedia
sepanjang tahun. Bunga buah naga memiliki sifat nokturnal, yaitu bunga mekar
pada malam hari.
hama dan penyakit pada tanaman buah naga belum menyebabkan kerugian
berupa kehilangan hasil yang berarti. Selain itu menurut FAO (2012), tanaman
buah naga belum banyak diketahui memiliki hama dan penyakit penting yang
dapat merusak, hanya hama minor yang ditemukan. Hama yag di temukan pada
buah naga di Agroteknopark adalah semut. Semut yang menjadi hama di
pertanaman buah naga tergolong hama pada tanaman buah naga karena
menyebabkan kerusakan pada masa pembungaan dan pembuahan. Semut
terkadang ditemukan pada buah, bunga yang masih kuncup, dan sulur, tetapi tidak
ada kerusakan parah yang ditemukan. Penegndalian hama tersebut menggunkan
insektisida. Penyakit tidak di temukan pada buah naga di Agroteknopark.
Pemanenan buah dilakukan saat 28-30 hari setelah pembungaan. Ciri buah
yang masak adalah seluruh kulit bewarna merah dan tangkai buah retak. Letak
buah pada sulur berbeda-beda, ada yang di tengah dan di ujung sulur. Letak buah
ini juga dapat menentukan cara pemanenan. Pemanenan dilakukan menggunakan
gunting tanaman khusus yang kuat dan tajam dengan cara di potong segitigaa
pada batang tanaman. Buah yang di panen tidak mengalami proses penanganan

pasca panen seperti pengeringan, pembersihan, sortasi, pelabelan dan pengolahan
menjadi produk lain.
Buah naga yang dipanen langsung dipasarkan dalam kondisi segar kepada
pembeli. Pemasaran bauh naga di Agroteknopark belum di ekspor keluar negeri.
Pembeli berasal dari kalangan dosen, mahasiswa, dan masyarakat sekitar. Pembeli
bisa langsung datang dan memetik buah di Agroteknopark atau melalui
pemesanan. Harga buah naga pada musim panen lebih rendah di bandingkan
dengan di luar masa panen, karena jumlah buah yang melimpah. Pada musim
panen harga buah naga berkisar antar 12.500 sampai 15.000 Rupiah per kilogram.
Harga di luar musim panen meningkat dua kali lipat menjadi 30.000 sampai
35.000 rupiah per kilogram.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.

Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis. Tumbuh baik pada dataran
rendah serta sangat mudah beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuh
dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Tanaman
ini tahan terhadap cuaca yang panas tetapi tidak tahan terhadap keadaan salin
dan tidak tahan terhadap kondisi air tergenang. Jenis buah naga yang bayak di
budidayakan adalah jenis Hylocereus undatus (buah naga daging putih) dan
Hylocereus polyrhizus (daging merah).

2.

Budi daya buah naga dimulai dari pengolahan lahan, selanjutnya penanaman
bibit. Pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman berupa gulma, hama dan penyakit.
Pemanenan dilakukan ketika buah sudah matang. setelah di panen buah naga
langsung di pasarkan dalam kondisi segar tanpa ada pengolahan menjadi
produk lain.

5.2 Saran
Dalam menanam tanaman, kita harus memperhatikan iklim, topografi dan
jenis tanah. Sehingga di peroleh tempat yang sesuai untuk suatu jenis tanaman.
karena kondisi lingkungan sangat berpegaruh terhadap kelangsungan hidup dan
produktivitas tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Alnopri, Prasetyo, dan Bandi Hermawan. 2011. Idiotipe Kopi Arabika Tanaman
Belum Menghasilkan pada Lingkungan Dataran Rendah dan Menengah.
Agrovivor, 4(2): 62-69.
Anasiru, R. H., M. L. Rayes, B. Setiawan, dan Soemarno. 2013. An Agroecological Approach for Sustainable Farming in Langge Sub-watershed,
Bolango Watershed, Gorontalo, Indonesia. Environment and Earth Science,
3 (5): 1-11.
Darwis, V., dan chairul Muslim. 2013. Keragaman dan Titik Impas Usaha Tani
Aneka Sayuran pada Lahan Sawah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
SEPA, 9(2): 155-162.
Firmansyah, F., Tino M. A., dan Aos M. Akyas. 2009. Pengaruh Umur Pindah
Tanam Bibit dan Populasi Tanaman terhdap Hasil dan Kualtas Sayuran
Pakcoy (Brassica Campestris L., Chinensis Group). Agrikultura. 20(3): 216224.
Kesumawati, E., Erita Hayati, dan M. Thamrin. 2012. Pengaruh Naungan dan
Varietas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Stroberi (Fragaria Sp.)
di Dataran Rendah. Agrista, 16(1): 14-21.
Kusuma, Ahmad A., E. Harso Kardhinta, dan Mbue Kata B. 2013. Adaptasi
Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) pada Dataran
Rendah Dengan Pemberian Pupuk Kandang dan NPK. Agroekoteknologi
1(4): 908-918.
Martono, Djoko Setyo. 2012. Analisis Vegetasi dan Asosiasi antara Jenis-Jenis
Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman Nasional
Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat. Agri-tek, 13(2): 18-27.
Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rauf, Wahid A., dan martina sri lestari. 2009. Pemanfaatan Komoditas Pangan
Lokalsebagai Sumber Pangan Alternatif di Papua. Litbang Pertanian, 28(2):
54-62.
Samadi, Budi. 1997. Usaha Tani Kentang. Yogyakarta: Kanisius.
Tabrizi, A. A., F. Darvish K., G. Nourmohammadi, H.R. Mobasser, S.V. Alavi, dan
Ghanbari M. 2011. Effect of Pre Plant and Nitrogen Rates on Yield and
Yield Component of Lowland Rice (Oryza Sativa L.) Nutrition and Organic
Matter of Soil. World Applied Sciences, 13(9): 2118-2125.

Wahyu, Y., Aditya Permana S., dan Sri Gajatri Budiarti. 2013. Adaptabilitas
Genotipe Gandum Introduksi di Dataran Rendah. Agrohorti, 1(1): 1-6.
Purwono, Didy Sopandie, Sri Setyati Harjadi, dan Budi Mulyanto. 2011.
Application of Filter Cake on Growth of Upland Sugarcanes. Agron.
Indonesia, 39 (2) : 79 – 84.