Bilik Pintar Sebagai Pusat Pendidikan Da

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 mengamanatkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa

Indonesia

yang

mendasari

pembangunan

nasional.

Hakekat


pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu bidang pembangunan
nasional yang sangat penting dan menjadi dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkarakter.
Secara fisosofis, pembangunan SDM yang berkarakter merupakan
sebuah kebutuhan mutlak suatu bangsa untuk meningkatkan eksistensi
bangsa. Secara ideologis, pembangunan SDM berkarakter merupakan upaya
negara untuk mengimplementasikan ideologi Pancasila. Secara normatif,
pembangunan SDM berkarakter merupakan wujud nyata langkah mencapai
tujuan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Secara sosiokultural, pembangunan SDM berkarakter
merupakan wujud keharmonisan sosial dalam masyarakat multikultural.
Setelah Indonesia merdeka selama 70 tahun, banyak kemajuan dan
perkembangan yang telah diraih. Akan tetapi pembangunan nasional yang
sudah diupayakan hingga saat ini belum terlaksana secara optimal. Hal ini
terlihat dari adanya kesenjangan diberbagai aspek terutama pada aspek sosialekonomi-pendidikan. Salah satu dampak dari kesenjangan yang terjadi adalah
meningkatnya penyebaran tunawisma di setiap daerah. Keberadaan tuna
wisma ini ditandai dengan semakin banyak gelandangan, pengemis, dan anak
jalanan


di

tempat-tempat

umum.

Menjamurnya

tunawisma,

selain

merendahkan kodrat, harkat dan martabat manusia. Hal ini mengakibatkan
ketidakteraturan sosial, ketidaknyamanan, ketidaktertiban serta mengurangi
keindahan kota.

2

Jika dilihat, salah satu faktor peningkatan jumlah gelandangan, pengemis,

dan anak jalanan yaitu dampak dari perkembangan kota yang cenderung ke
arah ekonomi kapitalis. Hal ini menimbulkan kesenjangan pembangunan
antara desa dengan kota sehingga menyebabkan migrasi penduduk. Dengan
anggapan bahwa di kota memiliki struktur sosial, ekonomi, dan administrasi
yang lebih kompleks, sehingga para imigran tertarik datang ke kota untuk
mencari uang. Namun proses migrasi ini tidak diiringi dengan keterampilan
personal yang memadai. Sebagian besar imigran ternyata tidak dapat bertahan
hidup di kota. Pada akhirnya, hidup menggelandang menjadi alternatif hidup
yang paling ideal. Adapun faktor lain peningkatan jumlah gelandangan,
pengemis

dan

anak

jalanan

dilatarbelakangi

oleh


pendidikan

dan

keterampilan yang dimiliki masih rendah, jumlah pendapatan rendah,
kemiskinan yang semakin merajalela dan keterbatasan kesempatan kerja.
Kaum gelandangan merupakan kaum yang hidup dalam keadaan serba
tidak memiliki. Pada umumnya, kaum gelandangan tidak memiliki tempat
tinggal, pekerjaan tetap, pendapatan yang layak, dan lain-lain. Banyak
gelandangan yang tidur di trotoar atau di depan toko-toko dengan hanya
beralaskan tikar ataupun koran. Karena perilaku hidup menggelandang seperti
ini, stigma atau label negatif melekat dalam diri mereka, meskipun stigma
(labelling) tersebut tidak sepenuhnya tepat.
Yogyakarta merupakan provinsi yang dijuluki sebagai Kota Pelajar.
Tidak sedikit pelajar yang berdatangan dari luar Yogyakarta, luar Jawa,
bahkan luar negeri hanya untuk menimba ilmu di Yogyakarta. Di sisi lain
remaja yang menjadi gelandangan di Yogyakarta juga semakin banyak.
Telihat di beberapa titik lampu merah ada gelandangan yang sedang mencari
uang


dengan

mengamen,

menari

bahkan

membersihkan

kendaraan

pengendara motor yang berhenti. Gelandangan yang tidak memiliki tempat
tinggal sangat dimungkinkan tidak mengenyam pendidikan formal. Miris
ketika melihat kehidupan gelandangan sangat bertolak belakang dengan
kehidupan pejabat pemerintah.

3


Beberapa panti

sosial sudah difungsikan untuk menanggulangi

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) termasuk penyebaran
gelandangan di Yogyakarta. Salah satu contoh panti sosial yang ada di
Yogyakarta yaitu Panti Sosial Bina Karya (PSBK). Panti sosial ini berperan
dalam melakukan pencegahan, rehabilitasi sosial, pembekalan keterampilan,
dan pengembangan individu untuk meningkatkan taraf hidup.
Peran panti sosial termasuk salah satu yang paling strategis dalam usaha
penanganan PMKS. Namun, pada kenyataannya terdapat penurunan kinerja
panti yang disebabkan karena berbagai faktor seperti masalah pengelolaan,
keterbatasan dana, SDM, sarana dan prasarana, serta program rehabilitasi
yang minim. Permasalahan lain yang sangat mendasar yaitu karakter negatif
warga binaan sosial dan pengembangan program yang berorientasi pada
aspek ekonomi. Sasaran Panti Sosial Bina Karya juga hanya terfokus pada
gelandangan, pengemis, pemulung dan eks penderita sakit jiwa, sedangkan
anak jalanan belum termasuk dalam sasaran dari PSBK.
Kompleksitas permasalahan dalam panti sosial yang sudah ada, membuat
penulis berencana mendirikan sebuah “Bilik Pintar”. Bilik Pintar berfungsi

sebagai pusat pendidikan, pengembangan keterampilan dan karakter bagi
gelandangan di Yogyakarta. Bilik Pintar memiliki rencana program kegiatan
yang tidak hanya berorientasi pada aspek ekonomi tetapi berusaha
memberikan pendidikan non-formal yang layak, dan mengembangkan
keterampilan remaja binaan sehingga memiliki produktivitas kerja tinggi dan
tercipta karakter positif. Gelandangan hidup dalam lingkungan yang kurang
terarah, teratur dan terkontrol. Lingkungan seperti ini dapat membentuk
karakter yang rapuh dalam diri gelandangan.
Tidak ada yang menyangkal bahwa karakter merupakan aspek yang
sangat fundamental untuk menjadi pribadi yang sukses di kehidupan
mendatang. Karakter kuat akan

membentuk mental yang kuat sehingga

melahirkan semangat juang yang tinggi, kreativitas tinggi, serta berani
bersaing di era globalisasi. Karakter merupakan kebutuhan mutlak seorang

4

individu agar memiliki daya saing yang tinggi dalam era modernisasi saat ini

maupun masa depan.
Apabila karakter anak bangsa menjadi rapuh, maka prinsip-prinsip nilai,
norma, moral, budaya bangsa dan perjuangan para pahlawan terdahulu akan
hilang terdegradasi oleh arus negatif dampak modernisasi. Tidak sedikit pihak
yang terlalu fokus pada penguasaan kemampuan akademis. Kecerdasan
intelektual dianakemaskan sedangkan kecerdasan emosional dan spiritual
dimarginalkan. Hasilnya, kecerdasan intelektual hancur karena kecerdasan
emosional dan spritual yang lemah. Oleh karena itu, manusia sebagai mahluk
Tuhan yang memiliki potensi sejak lahir harus diasah dan digali melalui
pendidikan karakter secara terus menerus agar terjadi keharmonisan antara
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.
Sasaran utama Bilik Pintar yaitu remaja. Remaja merupakan salah satu
dari kelompok umur manusia yang memiliki potensi besar yang perlu
dikembangkan. Namun karena ada sesuatu hal, potensi tersebut tidak dapat
berkembang dan dimanfaatkan dengan baik. Padahal, remaja merupakan
generasi penerus bangsa yang berperan sebagai media untuk mewujudkan
pembangunan nasional. Oleh karena itu, dalam rangka berpartisipasi
mewujudkan pembangunan nasional penulis sangat berkeinginan mendirikan
Bilik Pintar, karena bagaimanapun partisipasi remaja sangat diperlukan untuk
menunjang keberhasilan pembangunan.

Remaja mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan
masyarakat lain untuk ikut serta dalam segala kegiatan pembangunan. Peran
dan tanggung jawab remaja dalam pembangunan makin dimantapkan melalui
peningkatan karakter yang kuat, kemampuan sosial, dan keterampilan di
berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan, kodrat, harkat, dan martabatnya.
Bilik Pintar adalah layanan pendidikan non-formal bentuk dari
pendidikan luar sekolah yang memuat unsur pendidikan dan pengembangan
keterampilan. Bilik Pintar merupakan suatu wadah atau tempat dimana para
gelandangan dididik dan dibimbing agar potensi-potensi yang dimiliki dapat
berkembang. Diharapkan keluaran dari Bilik Pintar menghasilkan remaja

5

binaan yang berkompeten, produktif, dan berkarakter. Ketika dianggap telah
memiliki keterampilan tertentu, alumni Bilik Pintar dapat mengembangkan
diri di dunia luar secara mandiri.
Pengguna Bilik Pintar adalah gelandangan usia remaja yang memiliki
kemauan untuk mengembangkan potensi-potensi diri, ingin mencoba, dan
ingin bereksplorasi. Sehingga bagi mereka yang hidup dalam ketiadaan tidak
lagi terombang-ambing oleh tidak meratanya pembangunan pendidikan dan

kesejahteraan rakyat.
Wujud dari Bilik Pintar adalah bilik sederhana yang dipusatkan di suatu
daerah rawan gelandangan. Ruang-ruang pelatihan dipusatkan agar lebih
mudah dipantau dan ditangani, namun terbagi atas sekat-sekat atau kelaskelas untuk setiap jenis pendidikan dan pelatihan keterampilan. Dengan
demikian Bilik Pintar merupakan salah satu wujud komitmen Pendidikan
Luar Sekolah untuk mengangkat harkat dan martabat mereka sebagai manusia
seutuhnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana langkah-langkah penerimaan calon remaja di Bilik Pintar?
2. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di Bilik Pintar?
3. Bagaimana rencana pelaksanaan program kerja di Bilik Pintar?
4. Bagaimana rencana pengembangan yang akan diusahakan oleh penulis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan langkah-langkah apa aja saja yang dilakukan dalam
proses penerimaan calon remaja binaan di Bilik Pintar.
2. Untuk menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di Bilik Pintar.
3. Untuk

menjelaskan


bagaimana

pelaksanaan

program

kerja

yang

direncanakan di Bilik Pintar?
4. Untuk menjelaskan bagaimana rencana pengembangan yang akan
dilakukan oleh penulis.

6

D. Manfaat Penulisan
Karya tulis ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun praktis antara lain:
1. Manfaat Secara Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran, konsep dan pengembangan proses
pemberdayaan gelandangan remaja dan anak jalanan terutama melalui
kegiatan pelayanan sosial.
2. Manfaat Secara Praktis
Memberikan solusi dan melaksanakan pelayanan sosial terhadap
gelandangan remaja dan anak jalanan di Yogyakarta melalui Bilik Pintar.

7

BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Hakikat dan Makna Pembangunan Nasional
Langkah pembangunan pada hakikatnya dimaksudkan agar terjadi
perubahan ke arah perbaikan. Selama proses perubahan banyak tantangan
yang dihadapi bangsa Indonesia yaitu masalah yang timbul menjadi semakin
kompleks. Membangun (develop) adalah “to take and become larger or fuller
or mature or organized”. (Eugene Ehrlich dalam Rukiyati dkk, 2008: 128).
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan
Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedoman pembangunan nasional.
Menurut Ace Suryana, pembangunan nasional adalah dari, oleh, dan
untuk rakyat yang dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa.
Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus meningkatkan kesejahteran dan kemakmuran rakyat Indonesia
secara adil dan merata. Pembangunan nasional dilaksanakan bersama oleh
masyarakat

dan

pemerintah.

Masyarakat

merupakan

pelaku

utama

pembangunan sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,
membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang.
Berdasarkan pokok pikiran di atas, maka penulis sebagai seorang pelaku
utama

pembangunan

nasional

mempunyai

pemikiran

untuk

menyelenggarakan pelayanan sosial melalui pemberdayaan gelandangan usia
remaja. Keberadaan gelandangan merupakan akibat dari kesenjangankesenjangan yang ada diberbagai aspek kehidupan. Hal ini menunjukan
bahwa pembangunan masyarakat di Indonesia masih belum merata dan adil.
B. Definisi Pendidikan Karakter dan Pengembangan Keterampilan
Tidak ada yang menyangkal bahwa karakter merupakan aspek yang
sangat fundamental untuk menjadi pribadi yang sukses di kehidupan
mendatang. Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat sehingga

8

melahirkan semangat juang yang tinggi, pantang menyerah, mengutamakan
proses, berdaya juang tinggi, serta berani menerjang gelombong kehidupan.
Karakter merupakan kebutuhan mutlak seorang individu agar memiliki daya
saing yang tinggi dalam medan kompetisi saat ini maupun masa depan.
1. Pendidikan Karakter
Menurut M. Furqon Hidayatullah (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 26)
menyebutkan bahwa istilah karakter berasal dari bahasa Latin yang berarti
“dipahat”. Secara harfiah, menurut Hornby dan Parnwell (Jamal Ma’mur
Asmani, 2011: 28) karakter artinya adalah kualitas mental atau moral,
kekuatan moral, nama, atau reputasinya .
Menurut Hermawan Kertawijaya (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 28)
menyebutkan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu
benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang
mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan
merespon sesuatu.Individu yang berkarakter baik adalah individu yang
bisa membuat keputusan dan siap mempertangungjawabkan setiap akibat
dari keputusan yang telah dibuatnya.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan
nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Menurut Jamal Ma’mur
Asmani (2011: 29), menerangkan bahwa amanah yang terkandung dalam
UU SISDIKNAS tahun 2003 bertujuan agar pendidikan tidak hanya
membentuk insan Indonesia yang cerdas, tetapi juga berkepribadian atau
berkarakter. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan
berkarakter kuat juga pernah ditegaskan oleh Martin Luther King
“Intellegence plus character, that is the goal of true education” artinya
kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang
sebenarnya.
Menurut T. Ramli (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 32), pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral

9

dan akhak. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi anak supaya
menjadi manusia dan masyarakat yang baik.
2. Nilai-Nilai Karakter
Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 36) menyebutkan beberapa nilainilai karakter, antara lain:
a. Hubungan Nilai Karakter dengan Tuhan
Nilai ini bersifat religius. Dengan kata lain, pikiran, perkataan, dan
tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan.
b. Hubungan Nilai Karakter dengan Diri Sendiri
Ada beberapa nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri,
antara lain: jujur, bertanggungjawab, bergaya hidup sehat, diiplin, kerja
keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis dan kritis, mandiri,
rasa ingin tahu, dan cinta ilmu.
c. Hubungan Nilai Karakter dengan Sesama
Beberapa contoh nilai karakter yang berhubungan dengan sesama,
antara lain:
1) Sadar hak dan kewajiban diri serta orang lain
2) Patuh terhadap aturan-aturan sosial
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain
d. Hubungan Nilai Karakter dengan Lingkungan
Hal ini berkenaan dengan kepedulian terhadap sosial dan lingkungan.
Nalai karakter tersebut berupa sikap dan tindakan yang berusaha
mencegah kerusakan pada lingkungan alam.
e. Nilai Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok. Contoh sikap
yang dapat dikembangkan yaitu nasionalisme, patriotisme dan
menghargai keberagaman.

10

3. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri
individu dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai
kebebasan individu. Tujuan jangka panjang pendidikan karakter adalah
mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu sehingga
semakin tajam visi hidupnya (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 42).
Internalisasi pendidikan karakter secara tidak langsung akan menjadi
kekuatan untuk menyeleksi dan memfilter budaya dari luar, nilai-nilai
masyarakat, dan pemikiran-pemikiran yang ada dihadapi individu.
4. Pilar Pendidikan Karakter
Menurut Suparlan (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 50) menyebutkan
ada 9 pilar yang saling berkaitan dalam pendidikan karakter, antara lain:
a. Responsibility (tanggung-jawab)
b. Respect (rasa hormat)
c. Fairness (keadilan)
d. Coerage (keberanian)
e. Honesty (kejujuran)
f. Citizenship (kewarganegaraan)
g. Self-discipline (disiplin diri)
h. Caring (peduli)
i. Perseverance (ketekunan)
5. Pengembangan Keterampilan
Pengembangan berasal dari kata ”kembang” yang berarti tumbuh,
menjadi besar, luas, banyak, menjadi bertambah sempurna dalam hal
pikiran, pengetahuan, dll.

Jadi, pengembangan berarti proses untuk

menjadi lebih baik dari sebelumnya, baik dalam hal pikiran, maupun
pengetahuan.
Sedangkan pengertian keterampilan yaitu berasal dari kata ”terampil”
yang berarti pandai, cakap, ahli, cekatan dalam melakukan suatu pekerjaan
atau aktivitas tertentu. Jadi, keterampilan berarti sesuatu yang dipelajari

11

dengan teratur hingga akhirnya menjadi pandai atau ahli di bidang yang
dipelajari tersebut.
C. Panti Sosial Bina Karya
Panti sosial adalah instansi negeri ataupun swasta yang bertugas untuk
mengadakan program penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) mulai dari pencegahan, rehabilitasi sosial, pembekalan sosial, hingga
pengembangan individu demi tercapainya taraf kehidupan yang lebih layak.
Membicarakan upaya pembinaan yang dilakukan oleh panti sosial terhadap
para gelandangan, jika dilihat dari jalur pendidikan maka kegiatan pembinaan
tersebut termasuk kepada jalur Pendidikan Luar Sekolah.
1. Pengertian Panti Sosial Bina Karya (PSBK)
PSBK merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial DIY yang
bertugas dalam pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah
sosial khususnya gelandangan, pengemis, pemulung maupun eks penderita
sakit jiwa terlantar. Pelaksanaan kegiatan meliputi bimbingan fisik,
mental, sosial dan keterampilan, resosialisasi dan pembinaan lanjut agar
warga binan sosial yang telah dibina dapat berperan aktif kembali dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Tujuan PSBK
Tujuan dari Panti Sosial Bina Karya antara lain:
a. Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan, pengemis,
pemulung maupun eks penderita sakit jiwa.
b. Memberikan bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan sebagai
bekal kemandirian gelandangan, pengemis, pemulung maupun eks
penderita sakit jiwa.
c. Memandirikan

gelandangan,

penderita sakit jiwa.
3. Tugas Pokok dan Fungsi PSBK
a. Tugas Pokok PSBK

pengemis,

pemulung

maupun

eks

12

1) Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap
gelandangan, pengemis, pemulung dab eks penderita sakit jiwa.
2) Menyelenggarakan koordinasi kegiatan panti.
3) Melaksanakan pengawasan, evaluasi dan melaporkan pelaksanaan
kegiatan panti.
4) Melaksanakan ketatausahaan.
b. Fungsi PSBK
1) Sebagai tempat penyebaran pelayanan kesejahteraan sosial.
2) Sebagai tempat pengembangan kerja.
3) Sebagai tempat latihan keterampilan.
4) Sebagai tempat informasi usaha kesejateraan sosial.
5) Sebagai tempat rujukan bagi pelayanan dan rehabilitasi sosial.
4. Sasaran Garap dan Jangkauan Pelayanan
Sasaran garap PSBK yaitu gelandangan, pengemis, pemulung dan eks
penderita sakit jiwa terlantar. Sedangkan jangkauan pelayanan meliputi
seluruh wilayah Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta.
D. Definisi Gelandangan
Masalah sosial yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan di daerah
perkotaan adalah masalah gelandangan. Permasalah gelandangan merupakan
hasil dari berbagai macam permasalahan sosial seperti kemiskinan,
pendidikan rendah, keterampilan rendah, lingkungan, terbatasnya lapangan
pekerjaan, sosial budaya, dan sebagainya.
1. Pengertian Gelandangan
Gelandangan adalah orang yang tidak tentu tempat tinggalnya,
pekerjaannya, dan arah tujuan kegiatannya. Kaum gelandangan ini
merupakan kaum yang hidupnya berada dalam keadaan serba tidak
memiliki. Seperti halnya tidak memiliki tempat tinggal, pekerjaan tetap,
pendapatan yang layak, dan lain-lain.
Jika dilihat secara seksama, para gelandangan berjuang untuk
mempertahankan diri dengan berbagai macam strategi, seperti menjadi

13

pemulung, pencopet, pengemis, pengamen dan pengasong. Perjuangan
hidupnya tidak hanya karena tekanan ekonomi melainkan ada tekanan
sosial budaya, dan kerasnya kehidupan di jalanan membuat mereka
terbiasa hidup kurang terarah.
2. Faktor-Fartor Penyebab Timbulnya Gelandangan dan Anak Jalanan
Daya dorong dari desa bagi seseorang untuk menjadi gelandangan
antara lain:
a. Desa tidak mampu memberikan pekerjaan dan penghidupan yang layak,
sementara jumlah penduduk semakin meningkat.
b. Tingkat pendidikan dan keterampilan rata-rata masyarakat desa rendah.
c. Faktor sosial budaya masyarakat yang dijumpai pada desa-desa tertentu
atau desa miskin tidak menunjang upaya pengentasan kemiskinan dan
peningkatan pendidikan.
d. Secara individu terdapat warga desa yang rawan menjadi gelandangan
mempunyai sifat pemalas, pasrah pada nasib tidak punya daya juang
dan menolak perubahan.
Daya tarik kota bagi seseorang untuk menjadi gelandangan yaitu:
a. Masyarakat menganggap dikota-kota besar mudah mencari pekerjaan
dan mewujudkan impian.
b. Di kota tersedia banyak cara untuk memperoleh uang dengan adanya
ajakan atau bujukan dari teman.
3. Kriteria Gelandangan
a. Tinggal di sembarang tempat, hidup mengembara atau menggelandang
di tempat-tempat umum.
b. Tidak memiliki tanda pengenal, berperilaku bebas atau liar, terlepas
dari norma-norma kehidupan masyarakat.
c. Tidak memiliki pekerjaan tetap, meminta-minta atau mengambil sisa
makanan atau barang bekas dan lain-lain.
4. Faktor-Faktor Yang Terkait dengan Keadaan Gelandangan
a. Pekerjaan yang tidak tepat dan tidak normatif.

14

b. Tempat tinggal yang tidak manusiawi, tidak sehat, tidak edukatif, dan
merusak tatanan lingkungan hidup.
c. Kondisi fisik dan mental gelandangan yang khas.
d. Nilai keagamaan yang rendah, nilai kebebasan dan kesenangan hidup
menggelandang yaitu ada kepuasaan tersendiri bagi sebagian besar
gelandangan, mereka merasa tidak terikat oleh aturan atau norma yang
membebani diri.
5. Persoalan Yang Dihadapi Gelandangan
a. Tingkat kesehatan rendah
Rendahnya kualitas fisik bisa diakibatkan karena gizi makanan yang
dikonsumsi sehari-hari kurang terpenuhi, kondisi lingkingan yang tidak
sehat, penyakit menular dan sebagainya.
b. Tingkat penghasilan rendah dan tidak menentu
Karena tidak memiliki keterampilan personal yang memadai maka
gelandangan tidak memiliki pekerjaan yang layak sehingga tingkat
pendapatan menjadi rendah.
c. Mentalitas semakin buruk
Stigma atau label negatif yang melekat pada diri gelandangan membuat
mentalitas mereka semakin buruk. Adanya sikap kecurigaan sosial,
diskriminasi,

ketidakpercayaan

dan

pandangan

negatif

lainnya

memberikan potensi terjadinya dekadensi mental gelandangan tersebut.
6. Kebutuhan Umum Gelandangan
a. Dasar pendidikan yang layak serta keterampilan yang khas dan bermutu
b. Tempat tinggal atau rumah yang layak dan tetap
c. Lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang normatif
d. Peningkatan kesehatan
e. Perubahan sikap, mental dari nilai-nilai keluarga
f. Peningkatan harga diri, kepercayaan diri dan motivasi untuk merubah
nasib.

15

E. Remaja Dalam Kehidupan di Masyarakat
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu fase dalam rentang perkembangan
manusia yang terentang sejak dalam kandungan sampai meninggal. Kata
remaja diterjemahkan dari bahasa Inggris “adolescence” atau “adolecere”
(bahasa Latin) yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak menjadi
dewasa. Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, awal remaja
berlangsung kira-kira dari usia tiga belas tahun sampai enam belas atau
tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17
tahun sampai 18 tahun. (Rita Eka Izzati dkk, 2008: 123-124).
Menurut Hurlock Rita Eka Izzati dkk (2008: 124) menjelaskan ciriciri remaja antara lain sebagai berikut:
a. Masa remaja sebagai periode penting
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
e. Usai bermasalah
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan/kesulitan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Sosial Remaja
Menurut Hurlock (Rita Eka Izzati, 2008: 142), faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan sosial remaja adalah:
a. Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan
yang menarik perhatian.
b. Memiliki reputasi sebagai orang yang menyenangkan.
c. Penampilan diri sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya.
d. Perilaku sosial ditandai adanya kerjasama, tanggungjawab, kesenangan
bersama orang lain, bijaksana serta berlaku sopan.
e. Matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk
mengikuti aturan kelompok.

16

f. Status osial ekonomi yang sam atau sedikit diatas anggota lain dalam
kelompoknya dan hubungan baik dengan anggota keluarga.
g. Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah
hubungan dalam berbagai kegiatan.
3. Bahaya dan Masalah-Masalah pada Masa Remaja
Sering muncul perilaku antisosial atau tindakan pelanggaran/kejahatan
yang dilakukan remaja dan secara umum menjurus pelanggaran hukum.
Adapun sebab-sebab terjadi perilaku antisosial remaja antara lain:
a. Kepribadian remaja itu sendiri
Remaja

memiliki

kepribadian

yang lemah

karena

lingkungan

pembentuk psikis yang tidak tepat.
b. Latar belakang keluarga
Sikap antisosial bisa disebabkan oleh keluarga yang broken home,
situasi memaksa, kurang perhatian dari orangtua, orangtua terlalu
melindungi (over protective), status ekonomi orangtua rendah serta
duplikat perilaku orangtua yang jelek.
c. Latar belakang masyarakat
Pengaruh peer group dan lingkungan sosial yang tidak menentu.
Dilihat dari penjelasan di atas, masa remaja merupakan masa yang
rentan terkena masalah sosial. Lingkungan jalanan yang bebas dan liar
dapat membentuk karakter yang kurang baik dalam diri gelandangan usia
remaja. Stigma atau label negatif yang melekat pada diri gelandangan
membuat mentalitas mereka semakin buruk. Adanya sikap kecurigaan
sosial, diskriminasi, ketidakpercayaan dan pandangan negatif lainnya
memberikan potensi terjadi kemunduran mental gelandangan tersebut.
F. Definisi Bilik Pintar
Bilik Pintar merupakan layanan pendidikan non-formal yang memuat
unsur pendidikan dan pengembangan keterampilan. Bilik Pintar merupakan
suatu wadah atau tempat dimana gelandangan usia remaja dididik dan
dibimbing agar potensi-potensi yang dimiliki dapat berkembang. Keluaran

17

dari Bilik Pintar diharapkan dapat menghasilkan remaja binaan yang
berkompeten, produktif, dan berkarakter.
Pengguna Bilik Pintar adalah gelandangan usia remaja yang memiliki
kemauan untuk mengembangkan potensi-potensi diri, ingin mencoba, dan
keinginan untuk bereksplorasi. Sehingga bagi mereka yang hidup dalam
ketiadaan tidak lagi terombang-ambing oleh tidak meratanya pembangunan
pendidikan dan kesejahteraan rakyat. Wujud dari Bilik Pintar adalah bilik
sederhana yang dipusatkan di suatu daerah rawan gelandangan. Ruang-ruang
pelatihan dipusatkan agar lebih mudah dipantau dan ditangani, namun terbagi
atas sekat-sekat atau kelas-kelas untuk setiap jenis pendidikan dan pelatihan
keterampilan yang berbeda.
Penulis mempunyai visi untuk Bilik Pintar yaitu mewujudkan pendidikan
yang layak dan meningkatkan kesejahteraan sosial bagi gelandangan sebagai
sumber daya yang berkarakter dan produktif. Dan membantu proses
mewujudkan program unggulan pemerintah menuju Indonesia Emas.
Sedangkan misi yang akan diemban oleh Bilik Pintar yaitu:
1. Meningkatkan harkat, martabat dan kualitas hidup gelandangan.
2. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan gelandangan agar menjadi
generasi penerus bangsa yang berdaya saing.
3. Mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam penanganan
gelandangan sebagai upaya memperkecil kesenjangan sosial.
4. Mewujudkan remaja yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, dan
beradab.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan.
Sedangkan tujuan dari pengadaan Bilik Pintar antara lain:
1. Pelayanan sosial bagi gelandangan.
2. Memberikan bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan sebagai
bekal kemandirian gelandangan.
3. Memandirikan gelandangan.

18

Sesuai dengan konsep awal yang telah dijelaskan, penulis mencoba
menerapkan pendidikan karakter melalui beberapa prinsip program layanan
antara lain:
a. Program Tutorial
Program Tutorial sebagai salah satu model pembelajaran dilaksanakan
oleh seorang tutor dan asisten tutor. Tutor dan asisten tutor dalam
melaksanakan proses pembelajaran berupaya menghadirkan rasa nyaman
pada remaja binaan melalui kepedulian dan rasa cinta terhadap remaja
binaan.
b. Sistem Sentra
Akan dikembangan beberapa bilik yang dirancang untuk mengembangkan
kemampuan atau keterampilan tertentu, yaitu: Gerakan Gemar Membaca,
Layanan pendidikan jasmani dan rekreasi, bilik baca tulis dan hitung
(calistu), TPA.
c. Pendekatan Joyfull Learning dan Meaningfull Learning
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan metode yang menyenangkan.
Memungkinkan penerapan pendekatan terpadu dengan memanfaatkan
bilik-bilik yang ada. Diharapkan dengan metode ini remaja binaan mampu
berpikir kreatif dan kritis dalam kehidupan bermasyarakat kelak.
Progam pemberdayaan sosial pada Bilik Pintar tidak secara langsung
dapat mengentaskan kaum ini dari kemiskinan dan kesenjangan. Namun,
kegiatan ini paling tidak dapat memberikan bekal hidup dan mengembalikan
nilai kemanusiaan yang lama tidak dirasakan oleh kelompok marginal
tersebut.

19

BAB III
METODE PENULISAN
A. Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data dalam penulisan karya tulis ini dilakukan
dengan menggunakan:
1. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang
dengan maksud tertentu. Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan
teknik wawancara mendalam. Artinya apabila ada jawaban informan yang
kurang memuaskan karena masih bersifat umum, maka ditanyakan lebih
lanjut. Melalui metode inipenulis mendapatkan berbagai informasi terkait
mengenai tempat-tempat rawan gelandangan dan anak jalanan.
2. Metode Pengamatan (Observasi)
Metode pengamatan atau observasi merupakan suatu metode
menghimpun data dengan cara mengamati dan mencatat gejala-gejala yang
diteliti. Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan teknik pengamatan
terbuka, dimana pengamatan diketahui oleh subyek dengan sukarela
memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa
yang terjadi.
3. Telaah Pustaka
Metode ini dilakukan dengan menghimpun data melalui buku-buku,
jurnal penelitian, dan koran yang dijadikan sumber referensi dalam
penulisan karya tulis ini.
B. Analisi Data
Metode analisis data dalam penulisan karya tulis ini dilakukan dengan
menggunakan:
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan mengumpulkan data, menyusun data
sesuai aturan bahasan, merangkum data, memilih hal-hal pokok dan

20

penting, mencari pola dan temanya dan reduksi data selanjutnya dilakukan
dengan membuat ringkasan.
2. Deskripsi Data
Deskripsi data yaitu menguraikan segala sesuatu yang terjadi di
tempat sesungguhnya. Pendeskripsian ini dilakukan berdasarkan apa yang
direncanakan oleh penulis.
3. Pengambilan Kesimpulan
Data yang diperoleh dan disusun akan dibuat kesimpulan. Ketiga
langkah dalam menganalisis data tersebut menjadi acuan dalam
menganalisi data-data sehingga dapat tercapai suatu uraian sistematika,
akurat, dan jelas.

21

BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
A. Analisis
Bilik Pintar merupakan layanan pendidikan non-formal yang berfungsi
sebagai pendidikan dan pengembangan keterampilan bagi gelandangan. Bilik
Pintar merupakan suatu wadah atau tempat dimana gelandangan yang berusia
remaja akan dididik dan dibimbing agar potensi-potensi dimiliki dapat
berkembang secara optimal dan bermanfaat untuk kehidupan di masa yang
akan datang.
Bilik Pintar menurut pandangan pendidikan bukanlah tempat hukuman
yang membuat para gelandangan menjadi menderita, tetapi merupakan
pelayanan pendidikan dan pengembangan keterampilan yang membina
remaja binaan dengan pendidikan karakter, pendidikan kerohanian dan
pendidikan keterampilan. Pembinaaan ini bertujuan memperbaiki mentalitas
remaja binaan agar menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan agamanya.
Pada hakikatnya semua manusia dapat dididik, tidak terkecuali
gelandangan. Gelandangan dapat menjadi manusia yang lebih baik asalkan
pendidikan atau pembinaan yang diberikan terhadap remaja binaan bersifat
menyeluruh, terpadu dan tidak setengah-setengah.
Jika dilihat dari jalur pendidikan, maka kegiatan pembinaan yang
dilakukan Bilik Pintar termasuk ke dalam jalur Pendidikan Luar Sekolah.
Konsep Pendidikan Luar Sekolah pada hakikatnya ditandai dengan
karakteristik sebagai berikut: pertama, pembelajaran bermakna sebagai
bantuan atau bimbingan untuk melayani kebutuhan belajar masyarakat yang
tidak dibatasi oleh sasaran usia tertentu serta tempat tertentu dan berlangsung
sepanjang hayat; kedua, tujuan pembelajaran menekankan kepada pemenuhan
kebutuhan belajar masyarakat yang fungsional di luar pendidikan
persekolahan yakni memberi bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan
untuk meningkatkan kualitas hidup dalam lingkungan sosial yang lebih luas;
ketiga,

kegiatan

belajar

merupakan

aktifitas

yang

disengaja

serta

22

diorganisasikan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu; keempat, isi
program pembelajaran lebih bersifat aplikatif dengan kebutuhan warga
belajar. Bantuan yang diberikan tidak secara langsung dapat membantu
mengurangi kemiskinan. Namun, bantuan ini paling tidak dapat memberikan
bekal hidup dan mengembalikan nilai kemanusiaan yang lama tidak dirasakan
oleh kelompok marjinal tersebut.
B. SINTESIS
1. Langkah-Langkah Penerimaan Calon Remaja Binaan Bilik Pintar
Langkah-langkah penerimaan calon remaja binaan di Bilik Pintar
dapat dilakukan menjadi tiga langkah, yaitu: pendekatan awal, rekruitmen,
pengungkapan dan pemahaman masalah. Berikut bagan langkah-langkah
penerimaan calon remaja binaan Bilik Pintar.
Penerimaan Calon
Remaja Binaan

Pendekatan Awal

Pengungkapan dan
Pemahaman Masalah
Fisik, Mental/Psikologis,
Sosial, dan Keterampilan

Rekruitmen
Hasil motivasi, kesadaran sendiri,
bujukan orang lain.

Gambar 1. Proses Penerimaan Calon Remaja Binaan Bilik Pintar
a. Pendekatan Awal
Pendekatan awal merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
relawan

sosial

peduli

tunawisma

untuk

mendapatkan

pengakuan/persetujuan/dukungan dari pihak-pihak yang berwenang
dalam penertiban gelandangan, pihak yang peduli terhadap pelayanan
dan rehabilitasi sosial, dan masyarakat sekitar untuk memotivasi calon

23

remaja binaan untuk mengikuti program layanan Bilik Pintar. Setelah
memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang, relawan akan
terjun di lokasi rawan gelandagan dan anak jalanan untuk melakukan
pendekatan dengan calon remaja binaan.
b. Rekruitmen
Proses ini dimulai ketika mencari calon remaja binaan hingga bersedia
mengikuti program layanan Bilik Pintar. Hasilnya ada sekumpulan
gelandangan yang siap mengikuti segala program layanan Bilik Pintar.
Ada beberapa syarat yang dijadikan acuan dalam proses penerimaan
remaja binaan, yaitu:
1) Sehat rohani dalam arti tidak berpenyakit jiwa dan sehat jasmani
dalam arti tidak berpenyakit menular, infeksi dan cacat mental.
2) Tidak sedang berurusan dengan pihak kepolisian dan bersedia
menaati peraturan dan tata tertib Bilik Pintar.
3) Usia minimal 13 tahun dan maksimal 18 tahun.
Adapun cara rekruitmen gelandangan dilakukan melalui hasil motivasi
relawan, atas kesadaran sendiri, dan rujukan dari orang lain.
c. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah
Pengungkapan dan pemahaman masalah adalah upaya untuk menggali,
mencari data penerima layanan, faktor-faktor penyebab masalah remaja
binaan, serta kekuatan-kekuatan yang dimiliki dalam upaya membantu
diri mereka sendiri. Hal ini dapat dikaji dan diolah untuk membantu
upaya pelayanan menjadi tepat sasaran. Adapun aspek-aspek yang perlu
dipahami dalam proses pemahaman masalah meliputi:
1) Fisik
Mencakup kesehatan fisik, riwayat sakit, pengobatan yang masih
dijalani dan sebagainya.
2) Mental spritual/psikologis
Mencakup kepribadian, kecerdasan, kemampuan dan kematangan
emosi remaja binaan termasuk bakat dan minat.
3) Sosial

24

Mencakup kondisi keluarga, sekolah, lingkungan masa kecil,
interaksi dan komunikasi dengan masyarakat.
4) Keterampilan
Mencakup pendidikan formal ataupun non-formal, keterampilan
yang telah dikuasai termasuk pekerjaan yang ditekuni.
2. Pelaksanaan Peta Jalan (Road Map) Program Kerja Bilik Pintar
Pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengembangan keterampilan
di Bilik Pintar dilakukan selama 12 bulan. Kegiatan belajar mengajar akan
dilaksanakan selama 9 bulan, sedangkan selama 3 bulan terakhir remaja
binaan akan disalurkan dan diujicobakan pada lapangan pekerjaan tertentu.
Kegiatan belajar mengajar akan dibagi menjadi beberapa tahapan. Masingmasing tahap dilaksanakan selama tiga bulan. Berikut rincian dari masingmasing tahap yaitu:
a. Tahap pertama yaitu pembinaan dan pendidikan dasar (bulan ke 1-3).
b. Tahap kedua yaitu persiapan vokasional (bulan ke 4-6).
c. Tahap ketiga yaitu konsolidasi keterampilan dan persiapan penerjunan
di masyarakat (bulan ke 7-12).
Kegiatan belajar mengajar Bilik Pintar (KBM-BP) dilakukan tiga
kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Jum’at, Sabtu, dan Minggu mulai
pukul 14.30 sampai dengan 17.00 WIB. Semua kegiatan Bilik Pintar
dimulai pada bulan Juli.
Tahap Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Bilik Pintar (KBM-BP)
Tahap 1

Pembinaan dan
Pendidikan Dasar (bulan
ke 1-3)

Tahap 2

Persiapan Vokasional
(bulan ke 4-6)

Konsolidasi Vokasional
(bulan 7-12)
Gambar 2. Tahap Pelaksanaan KBM-BP

Tahap 3

25

Rencana pelaksanaan pada tahap pertama Bilik Pintar yaitu progam
pembinaan dan pendidikan dasar. Adapun kegiatan yang akan dilakukan
yaitu latihan membaca, menulis, berhitung, pembinaan mental dan
spiritual melalui kegiatan tutorial, dan penanaman minat baca remaja
binaan melalui Gerakan Gemar Membaca. Apabila remaja binaan tidak
mengikuti tahap pertama dengan baik maka remaja binaan tersebut belum
bisa mengikuti tahap dua. Setiap remaja binaan harus dinyatakan lulus dari
proses evaluasi tahap pertama sebelum mengikuti pembelajaran pada tahap
kedua.
Tahap kedua pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada Bilik
Pintar merupakan tahap persiapan vokasional atau pengembangan
keterampilan dasar. Tahap ini dilakukan selama tiga bulan. Adapun
kegiatan yang dipersiapkan pada tahap ini yaitu pelatihan bahasa
Indonesia, pelatihan keterampilan menganyam, keterampilan sesuai bakat
dan minat, pendidikan kesehatan, pembinaan mental spiritual, dan
peningkatan minat baca melalui Gerakan Gemar Membaca. Seperti pada
tahap pertama, remaja binaan harus dinyatakan lulus dari tahap kedua
sebelum naik ke tahap selanjutnya.
Keterampilan yang sudah didapatkan pada tahap pertama dan kedua
akan dikembangkan melalui tahap ketiga. Selain itu, remaja binaan
dibekali keterampilan mengajar dan menjadi asisten tutor, pengembangan
bahasa Indonesia, pengetahuan umum, serta pembinaan mental/spiritual.
Keluaran dari tahap ketiga atau alumni dari Bilik Pintar diharapkan
menjadi staf pengajar atau tutor di Bilik Pintar serta akan disalurkan ke
lapangan kerja tertentu. Penyaluran remaja binaan dilaksanakan setelah
berakhirnya masa bimbingan.
Penulis berusaha menginternalisasikan pendidikan karakter dalam
kegiatan pembelajaran. Karena pendidikan karakter dibutuhkan oleh
gelandangan dalam upaya membangun moralitas, mentalitas, jati diri dan
kepribadian generasi penerus bangsa. Sasaran dan prioritasnya tentu

26

generasi muda kelak mampu menjadi sosok agen of change. Berikut ini
rencana kegiatan atau materi yang akan dilaksanakan dalam proses KBM.
Matrikulasi Kegiatan Belajar Mengajar Bilik Pintar (KBM-BP) Tahap 1
Mingg
u
I

Juli, Agustus, September
Hari/Tanggal

Tempat

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

TPA

Minggu
II

Jum'at

TPA

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu
III

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

Bilik Calistu

Jum'at

Bilik Calistu

Bermain sepakbola
PKn, Tutorial PAI, praktik
sholat

Sabtu

Bilik Calistu

Pengetahuan umum

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

TPA

Aktivitas Luar Kelas
Menonton film edukatif,
diskusi mengenai film
Hafalan surat pendek,
bacaan sholat dan kultum

Minggu
V

Minggu

Keteranga
n

Perkenalan, pendekatan
personal
Pelatihan calistu dan
Pelatihan baca Al Quran
Jalan santai,
Outbond
Pelatihan baca Al Quran,
Hafalan bacaan sholat
Membaca buku nonfisik,
latihan calistu
Permainan edukatif
Pendidikan kesehatan,
pelatihan calistu
Penyuluhan seks bebas,
Bimbingan konseling

Minggu
IV

Kegiatan

LIBUR

Matriks di atas merupakan rencana pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar Bilik Pintar tahap pertama yang saat pelaksanaan kegiatan dapat
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Tahap pertama dilaksanakan
selama tiga bulan, namun matriks di atas hanya menyebutkan rencana

27

kegiatan dalam satu bulan sehingga rencana kegiatan pembelajaran dapat
dikembangkan untuk pembelajaran di bulan selanjutnya. Kegiatan tahap
pertama lebih ditekankan pada pendidikan dasar seperti membaca, menulis
dan berhitung.
Matrikulasi Kegiatan Belajar Mengajar Bilik Pintar (KBM-BP) Tahap 2
Mingg
u
I

Oktober, Nopember, Desember
Hari/Tanggal

Tempat

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu
II

Jum'at

TPA

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu
III

Jum'at

TPA

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu
IV

V

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu

Bilik Calistu

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu

Kegiatan
Perkenalan, pengenalan
Program
Diskusi, bimbingan
konseling
Kerja bakti di lingkungan
Bilik Pintar
Tutorial PAI, diskusi
pengetahuan umum
Menonton film edukatif,
pelatihan keterampilan
Pelatihan sesuai bakat dan
minat
Hafalan bacaan sholat dan
surat pendek
Praktik sholat, praktik
pembuatan keterampilan
Permainan tradisional,
seni musik
Pendidikan kesehatan,
Senam bersama
Pelatihan pertolongan
pertama (first aid)
Seni tari,seni musik dan
bimbingan konseling.
Video Inspiratif, pelatihan
keterampilan
Menonton film edukatif,
Bermain sepakbola
LIBUR

Keteranga
n

28

Matrikulasi Kegiatan Belajar Mengajar Bilik Pintar (KBM-BP) Tahap 3
Minggu Hari/Tanggal

I

Januari, Februari, Maret
Tempat

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu
II

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu
III

Jum'at

TPA

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu
IV

V

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu

Bilik Calistu

Jum'at

Bilik Calistu

Sabtu

Bilik Calistu

Minggu

Kegiatan

Keterangan

Perkenalan, pengenalan
Program
Sarasehan remaja binaan
Bilik Pintar
Upgrading,
Pelatihan kepemimpian
Pelatihan keterampilan,
pembuatan karya
Menonton film edukatif,
Pembuatan karya
Pelatihan sesuai bakat dan
minat
Hafalan bacaan sholat dan
surat pendek, kultum
Pembuatan
karya,
pengetahuan umum.
Permainan tradisional, seni
musik
Pendidikan kesehatan,
Senam bersama
Pelatihan pertolongan
pertama (first aid)
Pembuatan karya,
sosialisasi wirausaha.
Video Inspiratif, pelatihan
keterampilan
Konsultasi, bimbingan
konseling
LIBUR

Matriks di atas merupakan rencana pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar Bilik Pintar dari tahap pertama sampai dengan tahap ketiga. Pada
saat pelaksanaan kegiatan yang sudah direncanakan dapat berubah sesuai
dengan situasi dan kondisi. Masing-masing tahap dilaksanakan selama tiga
bulan, namun matriks di atas hanya menyebutkan rencana kegiatan dalam

29

satu bulan sehingga rencana kegiatan pembelajaran dapat dikembangkan
untuk pembelajaran di bulan selanjutnya.
Matriks ini digunakan sebagai batasaan-batasan untuk menentukan
kegiatan pembelajaran. Staf pengajar atau tutor diperbolehkan menentukan
materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan remaja binaan. Staf
pengajar atau tutor diharuskan dapat mengembangkan tiga ranah
pendidikan, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik. Kegiatan rutin yang
dapat dilaksanakan setiap saat yaitu tutorial PAI dan layanan bimbingan
konseling baik secara individu atau kelompok. Sosialisasi dan penyuluhan
mengenai berbagai macam tema akan dilakukan setiap bulan.
3. Rencana Pelaksanaan Program Kerja Bilik Pintar
Terdapat 10 kegiatan dari rencana program kerja yang akan
dilaksanakan di Bilik Pintar. Berikut matriks program kerja yang
direncanakan di Bilik Pintar selama proses pendidikan dan pengembangan
keterampilan.
Matrikulasi Program Kerja Bilik Pintar (Proker-BP)

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama Program
Kegiatan
Sosialisasi Napza
Sosialisasi Seks
Bebas
Sarasehan Remaja
Binaan
Tutorial Agama
Islam
Upgrading
Bimbingan
Konseling
Pelatihan
Kewirausahaan
Pelatihan
Kepemimpinan
Kerja Bakti

Bulan
7

8

9

1
0

11

1
2

1

2

3

4

5

2

3

4

30

10
11
12

Rekreasi
Sosialisasi Miras
Ada beberapa program kerja yang akan dilaksanakan berulang kali
dalam satu bulan. Putusan mengenai program kerja yang akan dijalankan
merupakan wewenang staf pengajar atau tutor. Jadi kegiatan-kegiatan di
atas merupakan program kerja yang dapat dilaksanakan setiap bulan.
Akan tetapi, kegiatan tutorial PAI boleh dilaksanakan setelah
kegiatan belajar mengajar baik secara individu atau kelompok. Layanan
bimbingan konseling dan sosialisasi seperti yang tertera dalam matriks
merupakan proker wajib yang harus dijalankan oleh staf pengajar atau
tutor.
4. Rencana Pengembangan
Di masa depan Bilik Pintar perlu dikembangkan lebih jauh untuk
menjadi wadah atau tempat yang mampu mencerdaskan kehidupan
gelandangan. Tidak saja kecerdasan intelektual saja yang menonjol, tetapi
juga

softskill

dari

individu

harus

dilatihkan.

Oleh

karena

itu

pengembangan Bilik Pintar perlu dilakukan secara berkelanjutan dan ada
sinergi dari pihak lain yang sadar untuk membangun bersama menjadikan
negara tercinta menjadi bangsa yang makmur, sejahtera dan adil. Karena
pada hakikatnya gelandangan juga merupakan bagian dari warga negara
Indonesia yang dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
Sumber daya manusia seperti pendidik, tutor, instruktur, dan
pendanaan perlu mendapatkan perhatian dari pihak lain. Pendanaan untuk
semua kegiatan di Bilik Pintar merupakan dana swadana dari relawan
sosial. Oleh karena itu, penulis berharap ada bantuan yang diberikan
kepada Bilik Pintar sehingga pengelolaan dan penyelenggarakan dapat
berjalan lancar.

31

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pada karya tulis ini, maka dapat disimpulkan
bahwa peningkatan jumlah gelandangan di lingkungan perkotaan merupakan
dampak dari berbagai kesenjangan dalam segala aspek kehidupan.
Peningkatan jumlah gelandangan menyebabkan terjadi ketidakteraturan
sosial, ketidaknyamanan, ketidaktertiban serta mengurangi keindahan kota.
Miris ketika melihat kehidupan gelandangan sangat bertolak belakang dengan
para pejabat pemerintah.
Sudah ada upaya pemerintah untuk menanggulangi penyebaran
gelandangan melalui panti sosial yang disediakan oleh Dinas Sosial. Akan
tetapi, keberadaan panti sosial belum difungsikan secara optimal karena
dihadapkan pada berbagai masalah. Oleh karena itu, penulis berkeinginan
mendirikan Bilik Pintar. Program pelayanan sosial di Bilik Pintar
mengutamakan pemberdayaan kehidupan gelandangan.
Bilik Pintar berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan
keterampilan bagi gelandangan, mereka akan dididik dan dibimbing sehingga
bakat, minat, dan potensi yang terpendam dapat digali secara optimal. Bilik
Pintar merupakan salah satu wujud komitmen Pendidikan Luar Sekolah untuk
mengangkat harkat dan martabat gelandangan. Program dan kegiatan belajar
mengajar yang diterapkan di Bilik Pintar berusaha menginternalisasikan
pendidikan karakter sehingga alumni dari Bilik Pintar diharapkan mampu
menjadi lulusan yang berkompeten dan berkarakter.
Bilik Pintar merupakan merupakan program Pendidikan Luar Sekolah
yang secara khusus menangani gelandangan usia remaja. Tugas utamanya
adalah memberikan bantuan pendidikan, rehabilitasi kerja, mental dan sosial
bagi remaja binaan. Program pelayanan sosial yang diberikan tidak secara
langsung dapat mengentaskan kaum ini dari kemiskinan dan kebodohan.
Namun, layanan ini paling tidak dapat memberikan bekal hidup dan

32

mengembalikan nilai kemanusiaan yang lama tidak dirasakan oleh kelompok
marginal tersebut.
Program dan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan perlu
mendapatkan masukan, saran, dan dukungan oleh berbagai pihak sehingga
visi, misi, dan tujuan dari Bilik Pintar dapat dicapai sesuai dengan harapan.
Bilik Pintar sangat membutuhkan relawan-relawan sosial dan bantuan dana
dari pihak pemerintah maupun swasta. Relawan sosial akan dijadikan sebagai
staf pengajar, tutor, maupun asisten tutor untuk melaksanakan semua rencana
kegiatan dari Bilik Pintar.
B. Rekomendasi
Pada dasarya konsep pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah lebih
bersifat sebagai upaya "kemandirian" dan "kedewasaan". Upaya kemandirian
dimaksudkan untuk menciptakan keadaan yang memungkinkan remaja binaan
sendiri dapat memperoleh pengalaman untuk memperkaya atau merubah
kemampuan

yang dimilikinya. Sedangkan "pendewasaan" merupakan

pembentukan peran kepribadian individu yang mempunyai potensi terhadap
pembaharuan serta tanggap terhadap masalah-masalah kehidupan. Oleh karena itu
kegiatan pembinaan yang dilakukan Bilik Pintar sebaiknya menuju ke arah
tersebut.

Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan proses pembinaan
gelandangan yaitu pembinaan harus dilakukan secara lebih profesional,
menyeluruh, dan terpadu. Untuk mewujudkan hal ini maka ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang diberikan harus sesuai dengan minat dan kebutuhan
sehingga remaja binaan tidak bosan selama proses pembinaan.
Perlu ada sinergi dari berbagai pihak agar program pelayanan sosial yang
disediakan Bilik Pintar dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Seyogyanya
ada tindak lanjut dari pihak yang berwenang sehingga alumi dari Bilik Pintar
dapat

diberdayakan

di

masyarakat.

Masyarakat

sebaiknya

mempertahankan stigma negatif yang melekat pada diri gelandangan.

tidak

33

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
di Sekolah. Yogyakarta: DIVA P