PEDOMAN TEKNIS DEPARTEMEN KESEHATAN RI

PEDOMAN TEKNIS
SARANA DAN PRASARANA
BANGUNAN INSTALASI - I.C.U

DEPARTEMEN KESEHATAN - RI
SEKERTARIAT JENDERAL
PUSAT SARANA, PRASARANA DAN PERALATAN KESEHATAN
2006

KATA PENGANTAR
Bangunan instalasi ICU di rumah sakit merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam penyelenggaraan pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan, sehingga perlu
dilakukan pengelolaan bangunan instalasi ICU dengan baik dan terpadu.
Penyusunan buku “Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi ICU” ini
merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan profesional pengelola
instalasi ICU di rumah sakit.
Dengan dibakukanya buku Pedoman Teknis ini, maka saat ini tersedia pedoman sebagai
bahan acuan pelaksanaan bagi mereka yang menyelenggarakan pengelolaan dan
perencanaan bangunan instalasi ICU di rumah sakit.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu diterbitkannya buku Pedoman Teknis
ini, kami ucapkan terima kasih.


PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU.

i

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

BAGIAN - I

Pendahuluan

1


BAGIAN - II

Kegiatan di instalasi ICU

6

BAGIAN - III

Persyaratan teknis Sarana Bangunan Instalasi ICU

8

BAGIAN - IV

Persyaratan Teknis Prasarana Bangunan Instalasi

10

ICU.

BAGIAN - V

Penutup

23

Lampiran

25

Kepustakaan

31

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU.

2

PENDAHULUAN


BAGIAN - I

BAGIAN - I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil
kerja keras dari sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras
serta konstribusi positif dari berbagai sektor pembangunan lainnya.
Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan
masuknya upaya kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional.
Dengan kata lain untuk dapat terwujudnya INDONESIA SEHAT 2010, para
penanggung jawab pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan
kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya.
Tujuan

pembangunan

kesehatan


menuju

Indonesia

Sehat

2010

adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah
Republik Indonesia.
Usaha kesehatan mencakup peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Dalam upaya penyembuhan tercakup upaya penanggulangan penderita, salah

satunya yang ditangani adalah bangunan instalasi Intensive Care Unit (ICU).

1.2

Maksud dan tujuan
Pedoman teknis bangunan instalasi ICU ini, dimaksudkan sebagai upaya
menetapkan fasilitas fisik, untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
sesuai dengan kebutuhan.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

1

PENDAHULUAN

BAGIAN - I

Pedoman teknis sarana dan prasarana bangunan instalasi ICU ini bertujuan
memberikan petunjuk agar dalam perencanaan dan pengelolaan bangunan instalasi
ICU di rumah sakit memperhatikan kaidah-kaidah pelayanan kesehatan, sehingga

bangunan instalasi ICU yang akan dibuat dapat menampung kebutuhan pelayanan
dan dapat digunakan oleh pasien dan, pengelola serta tidak berakibat buruk bagi
keduanya.

1.3

Sasaran
Pedoman teknis ini diharapkan sebagai acuan bagi pembinaan rumah sakit pada
umumnya, khususnya bangunan instalasi ICU , dalam hal ini petugas dan
pengelola.
Pedoman teknis ini juga dipakai sebagai acuan bagi konsultan perencana dalam
membuat perencanaan bangunan instalasi ICU sehingga masing-masing pihak
dapat mempunyai persepsi yang sama.

1.4

Kebijaksanaan
Sebagai upaya pengembangan pelayanan kesehatan rujukan dan rumah sakit,
maka visi yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik adalah
Indonesia Sehat 2010.

Sebagai gambaran, yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah
masyarakat, bangsa dan negara dengan penduduknya yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan yang
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik
Indonesia.
Dengan adanya rumusan ini maka pelayanan yang diharapkan pada masa depan
adalah pelayanan yang kondusif bagi terwujudnya kondisi sehat, serta tersedianya
fasilitas sarana dan prasarana yang memadai.

1.5
1.5.1

Batasan dan pengertian
Loker (Ruang ganti).

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

2


PENDAHULUAN

BAGIAN - I

Tempat ganti pakaian, meletakkan sepatu/alas kaki sebelum masuk daerah rawat
pasien dan sebaliknya setelah keluar dari daerah rawat pasien, yang diperuntukan
bagi staf medis maupun non medis dan pengunjung.
1.5.2

Ruang Perawat.
Ruang istirahat perawat dilengkapi dengan sofa/tempat tidur.

1.5.3

Ruang Dokter.
Ruang kerja dan istirahat Dokter dilengkapi dengan sofa/tempat tidur, wastafel dan
toilet.

1.5.4


Daerah rawat Pasien ICU.
(a)

Daerah rawat pasien non Isolasi.
Ruang tempat tidur berfungsi untuk merawat pasien lebih dari 24 jam, dalam
keadaan yang sangat membutuhkan pemantauan khusus dan terus menerus.
Jumlah tempat tidur pasien minimal 4 tempat tidur. (Dengan perhitungan 2 ~ 5
tempat tidur ICU untuk setiap 100 tempat tidur rumah sakit).

(b)

Daerah rawat pasien isolasi.
Kamar yang mempunyai kekhususan dalam perawatan dan terisolir dari
lingkungan sekitarnya.
Kamar ini diperuntukkan bagi pasien menderita penyakit yang menular, pasien
menderita penyakit yang menimbulkan bau (seperti penyakit tumor),
ganggrein, diabetes, dan untuk pasien menderita penyakit yang mengeluarkan
suara/dalam ruangan.

1.5.5


Sentral monitoring/nurse station.
Tempat untuk memonitor perkembangan pasien ICU selama 24 jam

sehingga

apabila terjadi keadaan darurat pada pasien segera diketahui dan dapat diambil
tindakan seperlunya terhadap pasien.
Ruangan ini merupakan ruang yang paling sibuk, untuk itu harus dipertimbangkan
jarak ruang yang cukup untuk lalu lintas peralatan mobile/linen dan bahan-bahan
steril.
PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

3

PENDAHULUAN

BAGIAN - I

Kepala perawat harus mempunyai ruang kerja tersendiri. Pos perawat (Nurse
Station) dilengkapi dengan tempat penyimpanan barang habis pakai dan obat.
1.5.6

Gudang alat medik.
Ruang penyimpanan alat medik berfungsi sebagai penyimpanan peralatan medik
yang setiap saat diperlukan. Peralatan yang disimpan diruangan ini harus dalam
kondisi siap pakai dan dalam kondisi yang sudah disterilisasi. Alat-alat yang
disimpan dalam ruangan ini antara lain respirator/ventilator, alat HD, Mobile X-Ray,
dan lain lain.

1.5.7

Gudang bersih (Clean Utility)
Tempat penyimpanan instrumen dan barang lain yang diperlukan untuk kegiatan di
ruang ICU, termasuk untuk barang-barang steril.

1.5.8

Gudang Kotor (Spoolhoek/Dirty Utility).
Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa
cairan. Spoolhoek berupa bak atau kloset yang dilengkapi dengan leher angsa
(water seal).
Pada ruang Spoolhoek juga harus disediakan kran air bersih untuk mencuci cairan
atau cuci tangan. Ruang spoolhoek ini harus menghadap keluar/berada di luar
daerah perawatan ICU ke arah koridor kotor.
Saluran air kotor/limbah dari Spoolhoek dihubungkan ke tangki septik khusus atau
jaringan IPAL.

1.5.9

Ruang tunggu keluarga pasien.
Tempat keluarga atau pengantar pasien menunggu. Tempat ini perlu disediakan
tempat duduk dengan jumlah sesuai dengan aktivitas pelayanan pasien yang
dilaksanakan di ICU.
Bila rumah sakit mampu sebaiknya disediakan pesawat televisi dan fasilitas telepon
umum.

1.5.10

Ruang-ruang lain.
(a)

Ruang administrasi.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

4

PENDAHULUAN

BAGIAN - I

Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan
pasien di instalasi ICU. Ruang ini berada pada bagian depan instalasi ICU
dengan dilengkapi loket atau Counter, meja kerja, lemari berkas/arsip dan
telepon/interkom.
(b)

Janitor.
Ruangan tempat penyimpanan barang-barang/bahan-bahan dan peralatan
untuk keperluan kebersihan ruangan, tetapi bukan peralatan medik.

(c)

Toilet petugas medik.
Toilet petugas medik terdiri dari closet yang dilengkapi hand shower dan
wastafel/ lavatory.

(d)

Pantri.
Sebagai tempat untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk petugas
ICU.

(e)

Parkir trolley.
Tempat untuk parkir trolley selama tidak ada kegiatan pelayanan pasien atau
selama tidak diperlukan.

(f)

Ruang penyimpanan silinder gas medik.
Ruang yang digunakan untuk menyimpan tabung-tabung gas medis cadangan
yang digunakan di instalasi ICU.

1.5.11

Bangunan gedung.
adalah konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap dalam suatu lingkungan,
di atas tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan
sosial dan budaya.

1.5.12

Banguan instalasi di rumah sakit.
adalah gabungan/kumpulan dari ruang-ruang/kamar-kamar di unit rumah sakit yang
saling berhubungan dan terkait satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan
pelayanan kesehatan.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

5

KEGIATAN DI BANGUNAN INSTALASI ICU

BAGIAN - II

BAGIAN – II
KEGIATAN DI BANGUNAN INSTALASI ICU
2.1

Alur kegiatan.
Alur Kegiatan di bangunan Instalasi ICU ditunjukkan pada gambar 2.1.

2.2

2.3

Alur dokter/perawat/staf :
(1)

Ganti pakaian di Loker.

(2)

Masuk daerah perawatan pasien

(3)

Keluar melalui alur yang sama.

Alur pasien :
(1)

Pasien masuk ICU berasal dari Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat,
Instalasi Bedah.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

6

KEGIATAN DI BANGUNAN INSTALASI ICU

(2)

2.4.

BAGIAN - II

Pasien ke luar dari daerah rawat pasien menuju :
(a)

ruang rawat inap bila memerlukan perawatan lanjut, atau

(b)

pulang ke rumah, bila dianggap sudah sehat.

(c)

ke ruang jenazah bila pasien meninggal dunia.

Alur alat/material :
(1)

Alat/Material kotor dikeluarkan dari ruang rawat pasien ke gudang kotor (dirty
utility).

(2)

Sampah padat dikirim ke Incinerator.

(3)

Instrumen/linen dikirim ke CSSD.

(4)

Barang-barang kelengkapan perawatan dibersihkan di Instalasi CSSD.

(5)

Instrumen/linen yang telah steril disimpan di gudang bersih (clean utility).
Barang-barang kelengkapan perawatan yang telah dibersihkan disimpan di
gudang bersih (clean utility).

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

7

PERSYARATAN TEKNIS SARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

BAGIAN - III

BAGIAN – III
PERSYARATAN TEKNIS
SARANA BANGUNAN INSTALASI ICU
3.1

Ratio kebutuhan tempat tidur.
Jumlah tempat tidur di daerah rawat pasien, dipengaruhi oleh :
(a)

Jumlah tempat tidur pasien di rumah sakit.

(b)

Jumlah kasus yang memerlukan pelayanan ICU.
Untuk rumah sakit, diasumsikan jumlah tempat tidur pasien di instalasi ICU
antara 2 ~ 5% dari total tempat tidur pasien.

3.2

Persyaratan umum ruang.
Sebagai bagian dari Rumah Sakit, beberapa

komponen sarana yang ada di

Instalasi ICU memerlukan beberapa persyaratan, antara lain :
3.2.1

Komponen penutup lantai.
Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :
(a)

tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas
yang tinggi yang dapat menyimpan debu.

(b)

mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.

(c)

penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.

(d)

memiliki pola lantai dengan garis alur yang menerus keseluruh ruangan
pelayanan.

(e)

pada daerah dengan kemiringan kurang dari 70, penutup lantai harus dari
lapisan permukaan yang tidak licin (walaupun dalam kondisi basah).

(f)

Hubungan antara lantai dengan dinding harus menggunakan bahan yang
tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan lantai
(Hospital plint).

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

8

PERSYARATAN TEKNIS SARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(g)

BAGIAN - III

Penggunaan bahan vinil khusus yang dipakai untuk penggunaan Rumah Sakit
sangat dianjurkan.

3.2.2

Komponen dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
(a)

dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.

(b)

lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung poripori) sehingga dinding tidak menyimpan debu.

(c)
3.2.3

warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.

Komponen langit-langit.
Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :
(a)

harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air,
tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, serta tidak
berjamur.

(b)

memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga
tidak menyimpan debu.

(c)

berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

9

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

BAGIAN - IV

BAGIAN – IV
PERSYARATAN TEKNIS
PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU
4.1

Persyaratan keselamatan bangunan.
Pelayanan pada bangunan instalasi ICU, termasuk “daerah pelayanan kritis”, sesuai
SNI 03 – 7011 – 2004, Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan”.

4.1.1

Struktur bangunan.
(a)

Bangunan instalasi ICU, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan
stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan
kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan instalasi ICU, lokasi, keawetan, dan
kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.

(b)

Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh
aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur
layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara
yang timbul akibat gempa dan angin.

(c)

Dalam perencanaan struktur bangunan instalasi ICU terhadap pengaruh
gempa, semua unsur struktur bangunan instalasi ICU, baik bagian dari sub
struktur maupun struktur bangunan, harus diperhitungkan memikul pengaruh
gempa rancangan sesuai dengan zona gempanya.

(d)

Struktur bangunan instalasi ICU harus direncanakan secara detail sehingga
pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjai
keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna
bangunan instalasi ICU menyelamatankan diri.

(e)

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa
dan/atau angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar
teknis yang berlaku.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

10

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

4.1.2

BAGIAN - IV

Sistem proteksi petir.
(a)

Bangunan instalasi ICU yang berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk,
ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir, harus
dilengkapi dengan instalasi proteksi petir.

(b)

Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi
secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap
bangunan instalasi ICU dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi
manusia di dalamnya.

(c)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
pemeliharaan instalasi sistem proteksi petir mengikuti SNI 03 – 7015 – 2004,
atau edisi terakhir, Sistem proteksi petir pada bangunan gedung, atau
pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.

4.1.3

Sistem proteksi Kebakaran.
(a)

Bangunan instalasi ICU, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan
sistem proteksi pasif dan proteksi aktif.

(b)

Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko
kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/ atau jumlah dan
kondisi penghuni dalam bangunan instalasi ICU..

(c)

Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas,
ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam
bangunan instalasi ICU..

(d)

Bilamana terjadi kebakaran di ruang ICU, peralatan yang terbakar harus
segera disingkirkan dari sekitar sumber oksigen atau outlet pipa yang
dimasukkan ke ruang ICU untuk mencegah terjadinya ledakan.

(e)

Api harus dipadamkan di ruang ICU, jika dimungkinkan, dan pasien harus
segera dipindahkan dari tempat berbahaya. Peralatan pemadam kebakaran
harus dipasang diseluruh rumah sakit . Semua petugas harus tahu peraturan
tentang cara-cara proteksi kebakaran. Mereka harus tahu persis tata letak
kotak alarm kebakaran dan tahu menggunakan alat pemadam kebakaran.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

11

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(f)

BAGIAN - IV

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem proteksi pasif dan proteksi aktif mengikuti :
(1)

SNI 03 – 3988 – 19950, atau edisi terakhir, Pengujian kemampuan
pemadaman dan penilaian alat pemadam api ringan.

(2)

SNI 03 – 1736 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung,

(3)

SNI 03 – 1745 – 2000, atau edisi terakhir,Tata cara perencanaan dan
pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.

(4)

SNI 03 – 3985 – 2000, atau edisi terakhir,Tata cara perencanaan,
pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

(5)

SNI 03 – 3989 – 2000, atau edisi terakhir, Tata cara perencanaan dan
pemasangan sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.

(6)

4.1.4

atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.

Sistem kelistrikan.
(a)

Sumber daya listrik.
Sumber daya listrik pada bangunan instalasi ICU, termasuk katagori “sistem
kelistrikan esensial 3” , di mana sumber daya listrik normal dilengkapi dengan
sumber daya listrik siaga dan darurat untuk menggantikannya, bila terjadi
gangguan pada sumber daya listrik normal.

(b)

Jaringan.
(1)

Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang bisa
digerakkan, harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang
sepanjang track, untuk mencegah terjadinya retakan-retakan dan
kerusakan-kerusakan pada kabel.

(2)

Kolom yang bisa diperpanjang dengan ditarik, menghindari bahayabahaya tersebut.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

12

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(3)

BAGIAN - IV

Sambungan listrik pada kotak kontak harus diperoleh dari sirkit-sirkit
yang terpisah. Ini menghindari akibat dari terputusnya arus karena
bekerjanya pengaman lebur atau suatu sirkit yang gagal yang
menyebabkan terputusnya semua arus listrik pada saat kritis.

(c)

Terminal.
(1)

Kotak Kontak (stop kontak)
a)

Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu
kutub pembumian terpisah yang mampu menjaga resistans yang
rendah dengan kontak tusuk pasangannya.

b)

Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih berat dari
udara dan akan menyelimuti permukaan lantai bila dibuka, Kotak
kontak listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5 m) di atas permukaan lantai,
dan harus dari jenis tahan ledakan.

c)

Jumlah kotak kontak untuk setiap tempat tidur di daerah
pelayanan kritis, minimal 6 buah, sesuai SNI 03 – 7011 – 2004,
Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan”

(2)

Sakelar.
Sakelar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus memenuhi SNI
04 – 0225 – 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000), atau
pedoman dan standar teknis yang berlaku.

(d)

Pembumian.
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas. Sistem harus
memastikan bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan melalui
tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang disebut dengan
sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential grounding system).
Sistem ini memastikan bahwa hubung singkat ke bumi tidak melalui pasien.

(e)

Peringatan.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

13

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

BAGIAN - IV

Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian listrik
membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik, dan
bahaya kebakaran. Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus
hubung singkat, tersengatnya pasien, atau petugas.
Bahaya ini dapat dicegah dengan :
(1)

Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk bangunan instalasi
ICU. Peralatan harus mempunyai kabel yang cukup panjang dan harus
mempunyai kapasitas yang cukup untuk menghindari beban lebih.

(2)

Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan
sistem pembumian yang benar sebelum digunakan.

(3)

Segera

menghentikan

pemakaian

dan

melaporkan

apabila

ada

peralatan listrik yang tidak benar.
(f)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem kelistrikan pada bangunan instalasi ICU mengikuti :
(1)

SNI 03 – 7011 – 2004, atau edisi terakhir, Keselamatan pada bangunan
fasilitas keehatan.

(2)

SNI 04 – 7018 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik
darurat dan siaga.

(3)

SNI 04 – 7019 – 2004, atau edisi terakhir, Sistem pasokan daya listrik
darurat menggunakan energi tersimpan.

(4)

4.1.5

atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku

Sistem gas medik dan vakum medik.
(a)

Vakum, udara tekan medik, oksigen, dan nitrous oksida disalurkan dengan
pemipaan ke ruang ICU. Outlet-outletnya bisa dipasang di dinding, pada
langit-langit, atau digantung di langit-langit.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

14

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(b)

BAGIAN - IV

Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang
lain, sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel
berbunyi, pasokan oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari
panel-panel yang berada di koridor-koridor, Bel dapat dimatikan, tetapi lampu
indikator yang memonitor gangguan/kerusakan yang terjadi tetap menyala
sampai gangguan/kerusakan teratasi.

(c)

Selama terjadi gangguan, dokter anestesi dapat memindahkan sambungan
gas medisnya yang semula secara sentral ke silinder-silinder gas cadangan
pada mesin anestesi.

4.2

Persyaratan kesehatan bangunan.

4.2.1

Sistem ventilasi.
(a)

Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan instalasi ICU harus
mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/ buatan sesuai dengan
fungsinya.

(b)

Bangunan instalasi ICU harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada
pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk
kepentingan ventilasi alami.

(c)

Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak dapat
memenuhi syarat.

(d)

Penerapan sistem ventilasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan
prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan instalasi ICU..

(e)

Ventilasi di daerah pelayanan kritis pasien harus pasti merupakan ventilasi
tersaring dan terkontrol. Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara
segar dan mencegah pengumpulan gas-gas anestesi dalam ruangan.

(f)

Minimal enam kali pertukaran udara per jam di bangunan instalasi ICU yang
dianjurkan.

(g)

Sistem ventilasi dalam instalasi ICU harus terpisah dari sistem ventilasi lain di
rumah sakit.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

15

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(h)

BAGIAN - IV

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem ventilasi alami dan mekanik/buatan pada bangunan
instalasi ICU mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001, Tata cara perancangan sistem
ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung , atau pedoman
dan standar teknis lain yang berlaku.

4.2.2

Sistem pencahayaan.
(a)

Bangunan instalasi ICU harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya.

(b)

Bangunan instalasi ICU harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.

(c)

Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan
instalasi ICU dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan instalasi
ICU.

(d)

Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan instalasi ICU dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi, dan penempatannya tidak
menimbulkan efek silau atau pantulan.

(e)

Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus
dipasang pada bangunan instalasi ICU dengan fungsi tertentu, serta dapat
bekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup
untuk evakuasi yang aman.

(f)

Semua

sistem

pecahayaan

buatan,

kecuali

yang

diperlukan

untuk

pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau
otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca dan dicapai,
oleh pengguna ruang.
(g)

Pencahayaan umum disediakan dengan lampu yang dipasang di langit-langit.

(h)

Kebanyakan pencahayaan ruangan menggunakan lampu fluorecent, tetapi
dapat juga menggunakan lampu pijar. Lampu-lampu recessed tidak
mengumpulkan debu.

(i)

Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

16

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(j)

BAGIAN - IV

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem pencahayaan pada bangunan instalasi ICU mengikuti :
(1)

SNI 03 – 2396 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung,

(2)

SNI 03 – 6575 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung,

(3)

SNI 03 – 6574 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
sistem pencahayaan darurat, tanda arah dan tanda peringatan,

(4)

4.2.3

atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.

Sistem Sanitasi.
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan instalasi ICU harus
dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air
limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
(a)

Sistem air bersih.
(1)

Sistem

air

bersih

harus

direncanakan

dan

dipasang

dengan

mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya.
(2)

Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan
dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3)

Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan instalasi ICU
harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.

(4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
dan pemeliharaan, sistem air bersih pada bangunan instalasi ICU
mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi terakhir, Sistem Plambing
2000, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.

(b)

Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.
(1)

Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan
dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

17

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(2)

BAGIAN - IV

Pertimbangan jenis air kotor kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam
bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan
peralatan yang dibutuhkan.

(3)

Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan
dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.

(4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
dan pemeliharaan, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah
pada bangunan instalasi ICU mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi
terakhir, Sistem Plambing 2000, atau pedoman dan standar teknis lain
yang berlaku.

(c)

Sistem pembuangan kotoran dan sampah.
(1)

Sistem pembuangan kotoran dan sampah harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan
jenisnya.

(2)

Pertimbangan

fasilitas

penampungan

diwujudkan

dalam

bentuk

penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada bangunan
ICU, yang diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah
penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
(3)

Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk
penempatan

pewadahan

dan/atau

pengolahannya

yang

tidak

mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
(4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
dan pengolahan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah pada
bangunan instalasi ICU mengikuti pedoman dan standar teknis lain yang
berlaku.

(d)

Sistem penyaluran air hujan.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

18

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(1)

BAGIAN - IV

Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas
tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.

(2)

Setiap bangunan instalasi ICU dan pekarangannya harus dilengkapi
dengan sistem penyaluran air hujan.

(3)

Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diserapkan ke dalam
tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum
dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

(4)

Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang
dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara
lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.

(5)

Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya
endapan dan penyumbatan pada saluran.

(6)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
dan pemeliharaan mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi terakhir,
Sistem Plambing 2000, atau pedoman dan standar teknis lain yang
berlaku.

4.3

Persyaratan kenyamanan.

4.3.1

Sistem pengkondisian udara.
(a)

Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara ruang di dalam bangunan
instalasi ICU, pengelola bangunan instalasi ICU harus mempertimbangkan
temperatur dan kelembaban udara.

(b)

Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam
ruangan

dapat

dilakukan

dengan

pengkondisian

udara

dengan

mempertimbangkan :
(1)

fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan,
dan penggunaan bahan bangunan.

(2)

kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

19

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(3)
(c)

BAGIAN - IV

prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.

Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya
ledakan. Kelembaban relatip yang tinggi harus dipertahankan; dan 60% yang
dianjurkan. Untuk lokasi anestesi mudah terbakar tidak kurang dari 50% . .

(d)

Uap air memberikan suatu medium yang relatip konduktif, yang menyebabkan
muatan listrik statik bisa mengalir ke tanah secapat pembangkitannya.
Loncatan bunga api dapat terjadi pada kelembaban relatip yang rendah.

(e)

Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 680F sampai 800F (200C sampai
260C).

(f)

Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol kelembaban dan temperatur, unit
pengkondisian udara bisa menjadi sumber micro-organisme yang datang
melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti pada jangka waktu yang
tertentu.

(g)

Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara teratur.

(h)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan kenyamanan kondisi udara pada bangunan instalasi ICU
mengikuti SNI 03 – 6572 – 2001, atau edisi terakhir, Tata cara perancangan
sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung , atau
pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.

4.3.2

Kebisingan
(a)

Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada bangunan
instalasi ICU, pengelola bangunan instalasi ICU harus mempertimbangkan
jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber bising lainnya baik
yang berada pada bangunan instalasi ICU maupu di luar bangunan instalasi
ICU.

(b)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan
terhadap kebisingan pada bangunan instalasi ICU mengikuti pedoman dan
standar teknis yang berlaku.

4.3.3

Getaran.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

20

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(a)

BAGIAN - IV

Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada bangunan
instalasi ICU, pengelola bangunan instalasi ICU harus mempertimbangkan
jenis kegiatan, penggunaan peralatan, dan/atau sumber getar lainnya baik
yang berada pada bangunan instalasi ICU maupun di luar bangunan instalasi
ICU.

(b)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan tingkat kenyamanan
terhadap getaran pada bangunan instalasi ICU mengikuti pedoman dan
standar teknis yang berlaku.

4.4

Persyaratan kemudahan.

4.4.1

Kemudahan hubungan horizontal.
(a)

Setiap bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan kemudahan
hubungan horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yang memadai
untuk terselenggaranya fungsi bangunan instalasi rumah sakit tersebut.

(b)

Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan
berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.

(c)

Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan
fungsi ruang dan aspek keselamatan.

(d)

Ukuran koridor sebagai akses horizontal antarruang dipertimbangkan
berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang dan jumlah pengguna.

(e)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan pintu dan koridor
mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

4.4.2

Kemudahan hubungan vertikal.
(a)

Setiap bangunan rumah sakit bertingkat harus menyediakan sarana hubungan
vertikal antarlantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan
rumah sakit tersebut berupa tersedianya tangga, ram, lif, tangga berjalan/
eskalator, dan/atau lantai berjalan/travelator.

(b)

Jumlah, ukuran dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus berdasarkan
fungsi bangunan rumah sakit, luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang,
serta keselamatan pengguna bangunan rumah sakit.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

21

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(c)

BAGIAN - IV

Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lif, harus menyediakan lif
kebakaran.

(d)

Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif penumpang biasa
atau lif barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan
darurat dapat digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran.

(e)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan lif, mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

4.4.3

Sarana evakuasi.
(a)

Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang
meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur
evakuasi yang dapat dijamin kemudahan pengguna bangunan rumah sakit
untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman
apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.

(b)

Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur
evakuasi disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, jumlah
dan kondisi pengguna bangunan rumah sakit, serta jarak pencapaian ke
tempat yang aman.

(c)

Sarana pintu eksit dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda arah
yang mudah dibaca dan jelas.

(d)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan sarana evakuasi
mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

4.4.3

Aksesibilitas.
(a)

Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan aksesibilitas
untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lanjut
usia masuk ke dan ke luar dari bangunan rumah sakit serta beraktivitas dalam
bangunan rumah sakit secara mudah, aman nyaman dan mandiri.

(b)

Fasilitas dan aksesibilitas sebagaimana dimaksud meliputi toilet, telepon
umum, jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan lif bagi
penyandang cacat dan lanjut usia.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

22

PERSYARATAN TEKNIS PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

(c)

BAGIAN - IV

Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas dan
ketinggian bangunan rumah sakit.

(d)

Ketentuan tentang ukuran, konstruksi, jumlah fasilitas dan aksesibilitas bagi
penyandang cacat mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis
yang berlaku.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

23

PENUTUP

BAGIAN - V

BAGIAN – V
PENUTUP
5.1

Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi ICU ini diharapkan
dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola bangunan rumah sakit, penyedia
jasa konstruksi, instansi Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan instansi terkait
dengan kegiatan pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan
bangunan rumah sakit dalam pencegahan dan penanggulangan dan guna
menjamin keamanan dan keselamatan bangunan rumah sakit dan lingkungan
terhadap bahaya penyakit.

5.2

Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau bersifat alternatif serta
penyesuaian “Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi ICU”
pada bangunan rumah sakit oleh masing-masing daerah disesuaikan dengan
kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.

5.3

Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan pedoman dan standar
teknis terkait lainnya.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

24

LAMPIRAN

LAMPIRAN
LAMPIRAN – 1
Contoh – 1
Denah Instalasi ICU – 14 tempat tidur

Gambar L1 – Contoh gambar instalasi ICU – 14 tempat tidur

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

25

LAMPIRAN

LAMPIRAN – 2
Contoh – 2
Denah Instalasi ICU – 18 tempat tidur

Gambar L2 – Contoh gambar instalasi ICU – 18 tempat tidur

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

26

LAMPIRAN

LAMPIRAN – 3
Contoh – 3
Denah Instalasi ICU – 14 tempat tidur

Gambar L3 – Contoh gambar instalasi ICU – 14 tempat tidur

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

27

LAMPIRAN

LAMPIRAN – 4
Contoh menghitung kebutuhan luas ruangan instalasi ICU
Room/Space

Qty

NSF

Total

Public Area
Waiting, Consult, Toilets, etc
Patient Area
Patient Room – Private

6

280

1680

Patient Room – Isolation

6

280

1680

Anteroom

3

40

100

Consultation Room
Support Area
Nurse Station

1

100

100

1

480

480

Pneumatic Tube/Distribution
Phyician Dictation
Unit Workrooms

1
1
2

20
60
150

20
60
300

Emergency Cart Park
Point of Care Testing Area
Nourishment Room
Medication Room
Clean Supply/Linen Room

1
1
1
1
1

20
60
100
80
150

20
60
100
80
150

Soiled Utility Room/Soiled Linen
Equipment Storage
Stretcher/Wheelchair Storage
Office – Change Nurse
Office – Intenivist
Housekeeping Closet
Staff Facilities
Staff Lounge

1
1
1
1
1
1

75
200
40
100
100
50

75
200
40
100
100
50

1

140

140

Staff Toilet
Shared Services
RT, Teaching Space,
Administrative Space,etc.

1

50

50

NET SQUARE FEET (NSF)
DEPT GROSS SQ FT (DGSF)
Conv Facto
BILDING GROSS SQ FT (BGSF)

Comment

Refer to ICU Shared Support
Areas
12 Bed Unit
Includes Family,Staff space
and toilet
Includes Family,Staff space
and toilet
Shared between 2 isolation
rooms

Seats 12. Includes PACS
viewing, Includes monitoring
alcove
Hold 2 Includes PACS
viewing. Adj. To Nurse
Station. Can be combinend
with a divider.

Combined w/ adj. unit for a
total of 150

With 60 purse size lockers &
kitchenette; Assumed to be
combined w/ adjacent ICU;
Ccombined for 280

Refer to ICU Shared Support
Areas

1.50

5,605
8,408

1.30

10,930

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

28

LAMPIRAN

LAMPIRAN – 5
CONTOH RUANG ICU DAN PERALATANNYA

Gambar L5A
Peralatan di ruang ICU, menggunakan
ceiling pendant

Gambar L5B
Peralatan di ruang ICU menggumakan
bedhead

Gambar L5C
Peralatan di ruang ICU Neonatal menggumakan bedhead

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

29

LAMPIRAN

LAMPIRAN - 6

Gambar L1 – Ruang ICU dengan ceiling pendant

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

30

LAMPIRAN

KEPUSTAKAAN

1.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005, tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung.

2.

Joanna R. Fuller, Surgical Technology, Principles and Practice, Saunders.

3.

American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers,
Handbook, Applications, 1974 Edition, ASHRAE.

4.

American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, HVAC
Design Manual for Hospitals and Clinics, 2003 edition, ASHRAE.

5.

G.D. Kunders, Hospitals, Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, 2004.

PEDOMAN TEKNIS SARANA DAN PRASARANA BANGUNAN INSTALASI ICU

31