BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dividendan Dividen Payout Ratio - Analisis Pengaruh Collateralizable Assets, Dispersion of Ownership, Degree of Operating Leverage, Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio pad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Dividendan Dividen Payout Ratio

  Dividen merupakan pembagian keuntungan dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan dalam periode tertentu kepada para pemegang saham yang berhak setelah sebelumnya harus melalui persetujuan RUPS terlebih dahulu dan sebagian laba yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan yang ditahan sebagai cadangan perusahaan.Deviden merupakan daya tarik atas investasi saham dan juga merupakan salah satu keputusan penting untuk memaksimumkan nilai perusahaan disamping keputusan investasi dan struktur modal (keputusan pemenuhan dana). Manajemen mempunyai 2 alternatif penggunaan atas penghasilan bersih sesudah pajak yaitu:

  1. Dibagikan kepada pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen.Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.

2. Diinvestasikan kembali kepada perusahaan sebagai laba ditahan

  (retained earning). Laba ditahan atau Retained Earning adalah “laba yang tidak dibagikan sebagai dividen, pemegang saham juga secara tidak langsung menyumbangkan modal baru kepada perusahaan jika laba yang bisa dibayarkan sebagai dividen diinvestasikan kembali kedalam perusahaan” (Brealey, Myers, dan Marcus, 2008 : 388).Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan untuk perusahaannya di satu pihak sekaligus juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan yang dibayarkan, berarti akan semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of

  growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin

  menahan sebagianbesar dari pendapatan yang tersedia maka pembayaran dividen akan semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut

  .Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)

  dividend payout ratio

  adalah dividen tahunan yang dibagi dengan laba tahunan atau dividen per lembar saham dibagi dengan laba per lembar saham. “Rasio tersebut menunjukkan persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan” (Machowicz, 2007 : 270).

2.1.2Kebijakan Dividen

  Kebijakan dividen (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Dari pengertian tersebut, kebijakan dividen didasarkan pada rentang pertimbangan antara kepentingan pemegang saham disatu sisi dan kepentingan perusahaan disisi yang lain (Ang, 1997). Ada empat bentuk kebijakan pembayaran dividen (Riyanto, 2001), yaitu sebagai berikut:

1. Kebijakan dividen yang stabil.

  Kebijakan ini merupakan pola pembayaran dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahun relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.

  2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan baik, perusahaan akan membagikan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Jika kondisi memburuk, maka yang dibayarkan hanya dividen minimalnya saja.

  3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Jika kebijakan ini yang dipakai oleh perusahaan, ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya .

4. Kebijakan dividen yang fleksibel.

  Kebijakan ini merupakan pola pembayaran dividen yang besarnya disesuaikan dengan posisi dan kebijakan finansial perusahaan setiap tahunnya. Menurut Gapenski (1996) kebijakan dividen yang optimal adalah ini dan pertambahan dimasa yang akan datang sehingga memaksimalkan harga saham perusahaan.

  Didalam pembayaran dividen oleh emiten, maka emiten selalu akan mengumumkan secara resmi jadwal pelaksanaan pembayaran dividen tersebut baik dividen tunai maupun dividen saham. Tanggal- tanggal yang perlu diperhatikan didalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut mekanisme suatu pembayaran dividen yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut (Ang, 1997):

  1. Tanggal Pengumuman (decleration date) Board of Directors mengumumkan tentang pembayaran dividen.

  Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni: tanggal pencatatan, tanggal pembayaran dan besarnya dividen kas per lembar

  2. Tanggal Pencatatan (date of record) Dividen yang diumumkan untuk dibagikan kepada para pemegang saham dicatat pada suatu tanggal yang khusus.

  3. Tanggal cum-dividend Tanggal cum-dividend merupakan tanggal hari terakhir perdagangan sahamyang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.

  4. Tanggal ex-dividend Tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham. Hak atas dividen dari saham sampai empat hari sebelum tanggal pencatatan. Pengertiannya, pada empat hari sebelum tanggal pencatatan, hak atas dividen tidak lagi ada pada saham dan penjual bukan lagi pemilik saham tersebut, yang seharusnya orang yang akan menerima dividen.

  5. Tanggal pembayaran ( payment date) Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada parapemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggaltersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentukdividen yang telah dimumkan oleh emiten (dividen tunai/dividen saham).

2.1.3 Teori Kebijakan Dividen

   

  Ada beberapa macam teori tentang kebijakan deviden. Berikut ini adalah teori tentang kebijakan dividen yaitu : a) Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend irrelevance theory) menyatakan bahwa kebijakan

  Dividend irrelevance theory

  deviden tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (M-M) yang menyatakan bahwa rasio pembayaran (D) tidak akan mempengaruhi kekayaan pemegang saham. Nilai perusahaan hanya ditentukan oleh daya laba (earning powers), atau kebijakan investasi. MM mengasumsikan pasar modal sempurna. Ingat dalam pasar sempurna dilusi dan ketidakseimbangan di pasar termasuk harga saham hanya bersifat jangka pendek dalam jangka panjang mekanisme pasar membuat saham yang over value atau under

  value akan kembali ke harga keseimbangan MM

  mengemukakan bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam situasi keputusan investasi given, maka apabila perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham, maka perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran-dividen tersebut.

  Dengan demikian kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru. Oleh sebab itu, jika dividen dibagi atau ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.

  Asumsi-asumsi yang di pergunakan yaitu : Tidak terdapat pajak pendapatan perseorangan atau perusahaan, Tingkat leverage keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modal, tidak terdapat biaya emisi atau flotation cost atas jual beli saham dan biaya transaksi, para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan prospek pengaruh terhadap biaya ekuitas perusahaan.

b) Bird in the hand theory

  Pandangan yang mengatakan deviden lebih pasti dari pada perolehan modal, disebut “bird in the hand theory” (Teori burung di tangan).Teori ini menganggap dividen yang diterima merupakan sesuatu yang sudah pasti di tangan sehingga memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan capital

  gain . Teori ini berpendapat bahwa investor lebih menyukai

  dividen karena lebih pasti pendapatannya daripada mengharapkan return yang belum pasti jika menginvestasikan kembali dividen pada investasi tertentu.

  c) Teori Prefensi Pajak (Tax preference theory )

  Dasar berpijak teori ini bahwa bagi investor pendapatan yang relevan baginya adalah pendapatan bersih setelah pajak.

  Capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada

  pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang namun demikian pajak atas dividen karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar

  .

  berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian deviden yang rendah daripada yang tinggi : (1) Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan deviden. Untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba kedalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan deviden yang pajaknya lebih tinggi. (2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu. (3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada keuntungan modal yang terutang. Karena adanya keuntungan – keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian devidennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian devidennya tinggi.

  Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Jika manajemen percaya dengan teori yang dikemukakan oleh akan dibagi maupun laba yang akan ditahan. Tapi pada kenyataannya teori ini sangat tidak relevan karena pasti akan dikenakan pajak.

  2. Jika perusahaan akan membagi dividen yang banyak, makan perilaku manajer mengarah pada bird in the hand theory

  3. Jika perusahaan akan membagi dividen dengan jumlah yang rendah maka perilaku manajer akan mengarah pada tax

  preference theory .

  Selain adanya ketiga teori tersebut, terdapat beberapa teori lain yang terkait dengan dividen, yaitu :

I. Teori Signal Deviden (Devidend Signaling Theory)

  Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham, 2001: 13) . Di dalam teori ini Modigliani dan Miller (1961) berpendapat bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai sinyal ramalan laba manajemen. Manajer menggunakan pengumuman dividen untuk memberikan sinyal tentang ekspektasi mereka mengenai prospek masa depan perusahaan pada investor. Peningkatan deviden yang dibayarkan dianggap sebagai signal yang menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif, sebaliknya bahwa prospek perusahaan kurang menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif (Scott, 2000: 409). Suatu isyarat (signal) dapat bermanfaat bagi investor dan pengambil keputusan apabila memenuhi empat hal, yaitu:

  1) Manajemen harus selalu mempunyai dorongan yang tepat untuk mengirimkan isyarat yang jujur, walaupun beritanya buruk.

2) Isyarat dari suatu perusahaan yang sukses tidak mudah diterima oleh pesaingnya yang kurang sukses.

  3) Isyarat harus mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan kejadian yang dapat diamati. (misalnya deviden yang lebih tinggi saat ini akan dihubungkan dengan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang).

4) Tidak menekan biaya pada pengiriman isyarat yang efektif.

  Penggunaan deviden sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan pada masa yang akan datang merupakan cara yang tepat, walaupun mahal tetapi berarti .

II. Clientele Effect

  Yang menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memilikipreferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen saat ini lebih menyukai suatuDevidend Payout Ratio yang tinggi, sebaliknya kelompok investoryang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.

  Black dan Scholes (1974) dalam Suharli (2006) menyatakan bahwa jika perusahaan membayar dividen, investor seharusnya mendapatkan keuntungan dari dividen tersebut untuk menghilangkan konsekuensi negatif dari pajak. III. Free Cash Flow Hipotesis

  Free Cash Flow Hipotesis (Jensen, 1968) yang menekankan

  pada isu agency dengan alasan bahwa manajer dapat meningkatkan kemakmuran dengan mengorbankan pemegang saham dengan menginvestasikan free cash flow pada peluang investasi yang tidak menguntungkan dari pada dengan membayar deviden untuk free cash flow untuk deviden, pembelian kembali saham, dan lain-lain tekanan pasar untuk mengendalikan perusahaan akan mendorong para manajer untuk mendistribusikan free cash flow kepada pemegang saham.

  IV. Pecking Order Theory Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa hutangnya rendah, dikarenakan memiliki sumber dana internal yangberlimpah dan asimetri informasi menyebabkan perusahaan lebih mengutamakan dana internal daripada dana eksternal karena asimetri informasi tersebut menyebabkan pendanaan eksternal terlalu mahal bagi perusahaan. Myers dan Majluf (1984) berpendapat bahwa perusahaan tergantung pada internal karena ingin memaksimumkan kekayaan pemegang saham

  funds yang sudah ada.

V. Teori Deviden Residu

  Teori deviden residu adalah teori yang menyatakan bahwa deviden dibayar dari kapital yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi keuangan. Jika perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara langsung mempengaruhi keputusan deviden, maka perusahaan harus menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi. Dasar dari kebijakan residual adalah investor lebih menginginkan perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk deviden apabila laba yang diinvestasikankembali tersebut dapat menghasilkan laba yang

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

  Menurut Machowicz (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain: a) Aturan-aturan hukum; berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi (kebangkrutan), dan penahanan laba yang tidak dibenarkan.

b) Kebutuhan pendanaan perusahaan.

  Intinya adalah menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang akan terjadi di tengah ketiadaan perubahan kebijakan dividen. Kemungkinan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan dividen harus dianalisa dalam kaitannya dengan distribusi probabilitas kemungkinan arus kas masa depan dan juga saldo kas.

c) Likuiditas.

  Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen, karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Oleh karena pihak manajemen ingin mempertahankan likuiditas untuk menghindari risiko ketidakpastian, maka manajemen tidak akan membayar dividen d) Kemampuan untuk meminjam.

  Apabila perusahaan memiliki kemampuan untuk meminjam dalam jangka waktu relatif singkat, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut fleksibel secara keuangan. Kemampuan meminjam ini dapat dalam bentuk batas kredit bergulir dari bank atau lembaga keuangan. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk meminjam, maka semakin besar pula fleksibilitas untuk meminjam, sehingga perusahaan tidak perlu khawatir dengan pengaruh pembayaran dividen kas terhadap likuiditasnya. e) Batasan-batasan dalam kontrak utang.

  Syarat perjanjian utang adalah perjanjian pinjaman, meliputi batasan untuk pembayaran dividen yang dinyatakan dalam persentase maksimum laba ditahan kumulatif dalam perusahaan. Larangan ini otomatis mempengaruhi pembayaran dividen perusahaan.

  f) Pengendalian.

  Perusahaan yang terancam akan diakuisisi akan membayar dividen dalam jumlah besar untuk menenangkan para pemegang saham.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio

2.1.5.1 Collateralizable Assets

  digunakan sebagai jaminan peminjam. Kreditor seringkali meminta jaminan berupa aktiva ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Menurut Mollah et, al (2007) Tingginya jaminan yang dimiliki perusahaan akan mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor sehingga perusahaan dapat membayar deviden dalam jumlah yang besar, sebaliknya semakin rendah collateralizable assets yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan kreditor sehingga kreditor akan menghalangi perusahaan untuk membayar deviden dalam jumlah besar kepada pemegang saham karena takut piutang mereka tidak terbayar .

2.1.5.2 Dispersion of Ownership

  Dispersion of Ownership adalah tingkat penyebaran

  kepemilikan saham pada suatu perusahaan. Dimana apabila kepemilikan saham menyebar akan mempersulit untuk mengontrol terhadap aktivitas perusahaan (Jensen et al,1976). Semakin besar Dispersion of Ownership saham semakin terkonsentrasi pada suatu kelompok tertentu. Sesuai dengan teori keagenan, Pemegang saham yang semakin menyebar akan mengakibatkan kesulitan dalam proses monitoring perusahaan sehingga akan menimbulkan masalah keagenan yang penyelesaiannya melalui pembayaran dividen dan Dispersion of Ownership dihitung dengan menggunakan variance dari data persentase kepemilikan saham.

2.1.5.3Degree of Operating Leverage (DOL)

  Degree of Operating Leverage (DOL) adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus membayar biaya tetap berupa penyusutan . DOL juga dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan laba operasi (EBIT) akibat perubahan penjualan dalam persentase tertentu. Dengan demikian DOL merupakan angka indeks yang mengukur pengaruh perubahan penjualan dari sejumlah keluaran tertentu terhadap laba operasi atau EBIT . Degree of Operating Leverage (DOL) yang semakin tinggi akan menyebabkan perusahaan menanggung resiko yang besar yaitu berupa biaya tetap dan biaya variabel yang besar . Hal ini akan menimbulkan dampak pada pembagian dividen yang semakin berkurang kepada pemegang saham . Jika Suatu Laporan keuangan perusahaan menginformasikan nilai degree of operating leverage (DOL) yang tinggi maka para investor akan menilai perusahaan tersebut berisiko tinggi yang berarti jika para investor tidak berani mengambil resiko yang besar (apabila terjadi kerugiaan) maka informasi tersebut akan membawa dampak yang buruk pada perusahaan karena para investor tidak berani menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut .

  Investment Opportunity Set (IOS) menurut Myers (1977)

  dalam pengertian perusahaan, yaitu sebagai satu kombinasi antara aktiva riil (assets inplace) dan opsi investasi untuk masa depan.

  Menurut Gaver (1993), opsiinvestasi masa depan tidak semata-mata hanya ditujukkan dengan adanya proyekyang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi jugadengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatanmengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalamsuatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifattidak dapat diobservasi

  Faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur nilai- (unobservable). nilai IOS ,Gaver (1993) Klasifikasi IOS tersebut adalah:

  1. Proksi berdasarkan harga, proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya (assets in place).

  2. Proksi berdasarkan investasi, proksi ini percaya pada gagasan bahwa satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara posistif pada nilai IOS suatu perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapakan dapat memberikan peluang investasi di masa berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan.

  3. Proksi berdasarkan varian, proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Meskipun terdapat 3 klarifikasi proksi IOS, namun penelitian ini hanya akan menggunakan satu proksi IOS saja yaitu book to market equity (BVE/MVE) yang kemudian disempurnakan oleh Tarjo dan Jogiyanto Hartono (2003) menjadi MVE /BVE yang masuk dalam kategori proksi berdasarkan harga. Berdasarkan penelitian Kallapur dan Trombley (1999), variabel tersebut merupakan proksi yang paling valid digunakan, selain itu variabel tersebut merupakan proksi yang paling banyak digunakan oleh peneliti di bidang keuangan di Amerika Serikat (Gaver dan Gaver, 1993).

2.1.6 Agency Theory

  Teori Keagenan (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan konflik diantara keduannya. Hal ini lebih disebabkan antara lain karena manajer lebih cenderung untuk berusaha mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan pemegang saham. Hubungan keagenan merupakan salah satu sebab adanya suatu konflik. Konflik-konflik keagenan dapat dikurangi dengan pengawasan, pengontrolan dan mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait. Namun mekanisme tersebut menimbulkan biaya-biaya yang disebut sebagai biaya keagenan

  . Menurut Crutchley dan Hansen (1986) yang dikutip oleh

  (agency cost)

  Moeljadi (2006), hubungan keagenan yang terjadi karena adanya pemisahan antara pemilik dan pengelolaan manajer, pemisahan tersebut terjadi karena pemilik modal melakukan diversifikasi portofolio dengan mendelegasikan kewenangan dan pengambilan keputusan kepada manajer dalam mengelola dana . Hubungan manajer dengan para pemegang saham di dalam agency theory digambarkan sebagai hubungan antara agent dan

  principal (Schroeder et al., 2001 dalam Christiawan dan Tarigan, 2007).

  Dimana pemilik perusahaan (principal) mempercayakan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh orang lain atau manajer (agent) sesuai dengan kepentingan principal, dengan mendelegasikan beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agent (Djabid,2009).

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk menganalisis faktor- faktor yang diduga berpengaruh terhadap dividend payout ratio diantaranya adalah :

  1. Jensen, et al. (1992) melakukan penelitian tentang hubungan antara kebijakan insider ownership, debt dan dividen dengan menggunakan analisa leastsquare 3 tahap. Hasil dari penelitian ini

  ownership, debt dan dividend mempunyai hubungan yang

  interdependensi. Secara khusus kebijakan insider ownership memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat debt dan dividend.

  Insider ownership sendiri mempunyai hubungan dengan variabel

  yang mewakili keuntungan yang didapat dari potensi kontrol dalam perusahaan. Kontribusi dari penelitian ini adalah bahwa kebijakan insider ownership, debt dan dividend yang dikaitkan dengan karakteristik perusahaan mempunyai hubungan yang interdependensi.

  2. Saxena (1995) mengemukakan bahwa isu tentang dividen menjadi sangat penting dengan berbagai alasan antara lain: Pertama, peneliti menemukan bahwaperusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepadapihak luar atau calon investor sehubungan dengan stabilitas dan prospekpertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, dividen memegangperanan penting pada struktur permodalan perusahaan.Studi yang dilakukan oleh Saxena (1995) meneliti tentang faktor-faktoryang berpengaruh pada kebijakan perusahaan. Data dari penelitian yang dilakukanoleh Saxena (1995) ditemukan sampel sebanyak 333 perusahaan yang diambilberdasarkan kriteria tertentu dari edisi 1 – 10 yang bersumber pada Value

  16 Maret 1990. Jumlah perusahaan yang menjadi populasi pada pengamatan pertama terdiri dari500 perusahaan, dari populasi yang ada terdapat beberapa observasi tidak memilikiinformasi yang lengkap ataupun variabel yang akan diteliti. Selain menggunakandata pada tahun yang sama, studi yang dilakukkan Saxena (1995) menggunakandata lebih kurang selama 10 tahun setelah penelitian yang dilakukan oleh Rozeff(1982). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan olehSaxena (1995) adalah pertumbuhan perusahaan (growth), beta

  coefficient perusahaan, jumlah pemegang saham biasa (number of

  common stockholders) pada perusahaan, kepemilikan insider

  (manajer, direktur dan eksekutif lainnya diperusahaan), dan

  investment opportunity set (rasio antara nilai pasar pada nilaibuku

  perusahaan) Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel

  growth, betacoefficient, investment opportunity set, dan insider ownership berhubungan negatifpada payout ratio dan jumlah

  pemegang saham biasa memiliki hubungan positif terhadap payout ratio.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Mollah et al., (2000) pada perusahaan nonfinansialyang terdaftar di Dhaka Stock Exchange selama periode tahun 1988–1997. Sampel yang diperoleh sebanyak 153 perusahaan, variabel dependen dalampenelitian

  ratio(DPR) sedangkan yang menjadi variabel independen adalah:

  dan

  Insider ownerhip,Dispersion of Ownership, Free Cashflow Colleteralizable Assets. VariabelInsider Ownerhip atau rasio

  kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer, direkturatau pemilik perusahaan, pemilihan varibel insider ownership ini mendukungpenelitian yang dilakukan oleh Rozeff (1982), dan Jensen et al. (1992), memilikipengaruh negatif pada dividend

  payout ratio. Dispersion of ownership atau jumlahkepemilikan

  saham biasa yang ada mempunyai hubungan positif dengan

  dividendpayout ratio. Penggunaan variabel dispersion of

  ownership ini mendukungpenelitian yang dilakukan oleh Jensen et

  al., (1992). Free cashflow,Jensen (1986) Variabel kas memiliki hubungan yang positif terhadap dividend payout ratio,dimana jika terdapat kelebihan kas yang besar maka diyakini pembayaran dividenkepada pemegang saham akan lebih besar pula.

  Colleteralizable Assets, Rasio aktivatetap pada aktiva total

  dipertimbangkan sebagai collateralizable assets yang dimilikioleh perusahaan dan memiliki hubungan positif dengan dividend

  payout ratio .

  4. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2009) dengan menggunakan sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2005-2007. Penelitian ini menggunakan variabel independennya yaitu Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Size, Investment Opportunity Set. Teknis analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian adalah secara parsial variabel DER berpengaruh signifikan positif terhadap kebijakan dividen. Secara parsial variabel insider ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen . Secara parsial variabel IOS berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen.

5. Arifanto (2011) menguji tentang pengaruh Agency cost terhadap

  dividend payout ratio . Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Agency cost, insider ownership, institutional

  ownership, collateralizable assets, debt total assets serta DPR

  sebagai variabel dependen. Model analisis yang dipakai adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya adalah institutional

  ownership, debt total assets berpengaruh negatif tidak signifikan

  terhadap dividend payout ratio sedangkan insider ownership,

  collateralizable assets tidak berpengaruh negatif signifikan

  terhadap dividend payout ratio dan firm size berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio.

  6. Penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2013) pada perusahaan sektor non keuangan . Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratiodan variabel Collateralizable Assets dan Free cash flow . Berdasarkan uji parsialnya Institutional Ownership, dispersion of ownership dan Collateralizable Asset memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan Insider Ownership, debt to total asset tidak memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No . Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1.

  dan

  berpengaruh positif pada dividend payout

  common stockholder

  Variabel number of

  ratio.

  negatif pada dividend payout

  Investment opportunity set berpengaruh

  Beta coefficient, Insider

  Jensen, et al., (1992)    

  Variabel Growth,

  Variabel Dependen : Dividend Payout Ratio Variabel Independen: Menguji bagaimana pengaruh Growth, Beta coefficient, Number of common stockholders, Insider, Investment opportunity set

  Faktor-faktor yang berpengaruh pada kebijakan dividen perusahaan.

  2. Saxena (1995)

  Bahwa kebijakan kepemilikan saham manajemen, debt dan dividend yang dikaitkan dengan karakteristik – karakteristik perusahaan mempunyai hubungan yang interdependensi .

  Dependen : Dividend Payout

Ratio

Variabel Insider Ownership,Debt

  Theory of the firm managerial behavior, Agency, and Ownership Structure Variabel

  ratio.

  3. Mollah (2000)

  Pengaruh Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Size dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen

  collateralizable assets

  . Insider ownership,

  dividend payout ratio

  negatif tidak signifikan terhadap

  Agency cost, insider ownership, institutional ownership, collateralizable assets, debt total Institutional ownership, debt total assets berpengaruh

  Variabel Independen

  Analisis Pengaruh Agency Cost terhadap Dividend Payout Ratio

  5. Nur Imam Arifanto (2011)

  Secara Parsial variabel IOS berpengaruh signifikan negatif terhadap dividen.

  Secara Uji Parsial Variabel DER berpengaruh signifikan positif terhadap kebijakan dividen. Secara Parsial variabel Insider Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadao kebijakan dividen.

  Variabel Dependen: Dividend Payout Ratio Variabel Independen: Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Size dan Investment Opportunity Set

  4. Budy Mulyono (2009)

  The Influence of Agency Cost on Dividend Policy in Emerging Market: Evidence from Dhaka Stock Exchange.

  positif pada dividend payout ratio.

  ble assets berpengaruh

  Variabelcollateraliza

  payoutratio.

  diwakili olehjumlah pemegangsaham biasaberpengaruh positifpada dividend

  ofownership yang

  Variabel kepemilikan saham manajemen berpengaruh negatif dandispersion

  agency cost dengan dividend payout ratio.

  Tidak ada pengaruh hubungan antara

  Dispe rsion of Ownership , Free Cash Flow , Collateralizable Assets

  Variabel Independen: Insider ownership,

  Variabel Dependen : Dividen Payout Ratio .

  tidak berpengaruh

  assets negatif signifikan

  Variabel terhadap dividend Dependen : payout ratio . Firm Dividend Payout size berpengaruh Ratio positif signifikan terhadap dividend

  .

  payout ratio

  6. Ami Analisis Variabel Berdasarkan uji Natalia Pengaruh Dependen: parsialnya (2013) Ownership, Debt Dividend Payout Institutional to total assets, Ratio Ownership,dispersion

  Collateralizable of ownership dan Asset dan Free Collateralizable Asset Cash Flow Variabel memiliki pengaruh terhadap Dividen Independen: signifikan yang Payout Ratio positif terhadap

  Ownership, Debt

  (studi empiris to total assets . kebijakan dividen, pada perusahaan Collateralizable sedangkan Insider non keuangan Assets dan Free Ownership, debt to yang tercatat di cash flow total asset tidak Bursa Efek memiliki pengaruh Indonesia pada negatif terhadap periode tahun kebijakan dividen. 2009-2011

  Sumber : Data diolah oleh Penulis (2014) Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tahun penelitian perusahaan yang akan diteliti dari tahun 2011 hingga

  2013 yang memiliki jarak waktu yaitu empat tahun terakhir.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

  Dividend payout ratio menunjukkan persentase laba yang dibayarkan

  kepada pemegang saham secara tunai dan juga menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan” (Van Horne dan Machowicz, 2007 : 270).Faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio

  (DPR) antara lain:Collateralizable Assets, Dispersion of Ownership, Degree of Operating Leverage, Investment Opportunity Set .

2.3.1 Pengaruh Collateralizable Assets terhadap Dividend Payout Ratio

  Collateralizable assets adalah besarnya aktiva yang dijaminkan

  oleh kreditor untuk menjamin pinjamannya. Collateralizable Assets digunakan sebagai proksi untuk teori biaya agensiyang timbul dari konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi.Perusahaan dengan collateralizable assets yang tinggi memiliki masalah agensiyang rendah antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Hal ini menggunakan asettersebut sebagai jaminan untuk hutang. Perusahaan cenderung kurangmengandalkan laba ditahan dalam kegiatan pendanaannya sehingga kecilkemungkinan pemegang obligasi akan membatasi kebijakan dividen perusahaan (Sartono,2001). Tingginya

  collateralizable assets yang dimiliki perusahaan akanmengurangi konflik

  kepentingan antara pemegang saham dengan kreditorsehingga perusahaan dapat membayar dividen dalam jumlah besar.

  Sebaliknya,semakin rendah collateralizable assets yang dimiliki perusahaan akanmeningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditorsehingga kreditor akan menghalangi perusahaan untuk membiayai dividen dalamjumlah besar kepada pemegang saham karena takut piutang mereka tidak akan terbayar (Mollah, 2000).

  Semakin besar collateralizable assets, semakin besarpula dividen yang akan dibagikan. Hipotesis yang berkaitan dengancollateralizable assets adalah sebagai berikut :

  H1:Collateralizable assets berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

2.3.2Pengaruh Dispersion of Ownershipterhadap Dividend Payout Ratio

  Menurut Hansen et al, (1994) jika jumlah kepemilikan naik maka tingkat permintaan akan dividen juga akan meningkat , karena semakin besar jumlah pemegang saham maka penyebaran kepemilikan akan semakin besar, sehingga diperlukan tambahan biaya monitoring manajemen. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa jika jumlah pemegang saham meningkat akan cenderung menaikkan dividend payout ratio. Hipotesis yang berkaitan denganDispertion of Ownershipadalah sebagai berikut :

  H2:Terdapat pengaruhyang signifikan antaraDispertion of Ownership terhadap Dividend Payout Ratio.

2.3.3Pengaruh terhadapDegree of Operating Leverage (DOL) Dividend Payout Ratio

  Operating Leverage menunjukkan proporsi beban tetap yang harus ditanggung perusahaan yang diproksi dengan Degree of Operating Leverage (DOL). DOL menunjukkan seberapa besar perubahan EBIT yang dihasilkan sebagai akibat dari perubahan penjualan. DOL dalam suatu perusahaan lebih merupakan fungsi dari proses produksi. Jika perusahaan menggunakan peralatan yang bersifat labour saving atau capital intensive dalam operasinya maka akan cenderung mempunyai biaya operasi tetap yang tinggi dan biaya operasi variabel yang relatif rendah, maka akan menghasilkan DOL yang tinggi, sehingga perubahan penjualan akan menghasilkan perubahan EBIT dalam presentase yang besar (Sartono,2001) . Leverage operasi digunakan untuk mempengaruhi volume penjualan terhadap laba, sehingga laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan digunakan untuk investasi atau pembayaran dividen. Jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka saham, selanjutnya mengurangi sumber dana internal. Dengan penggunaan operatin leverage perusahaan mengharapkan bahwa perubahaan penjualan akan meningkatkan EBIT yang lebih besar.Hipotesis yang berkaitan denganDegree of Operating

  Leverage adalah sebagai berikut : H3: Degree of Operatingleverageberpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio.

2.3.4Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio

  Tingkat pertumbuhan yang tinggi di asosiasikan dengan penurunandividen. Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggidiharapkan memiliki kesempatan investasi yang tinggi. Untuk meningkatkanpertumbuhan penjualan, perusahaan memerlukan dana yang besar yangdibiayai dari sumber internal. Penurunan pembayaran dividen menyebabkanperusahaan memiliki sumber dana internal untuk keperluan investasi (Myers 1984). Masing-masing perusahaan mempunyai IOS yang berbedatergantung dari spesifik aktiva yang dimiliki (Kester, 1986). Dalamkaitannya dengan kebijakan dividen, Mulyono (2009)menyatakan bahwa pengaruh IOS terhadap kebijakan dividen adalah negatif.Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dirumuskan hipotesis keempatsebagai berikut: payout ratio.

  Menurut beberapa kesimpulan sementara yang telah disebutkan sebelumnya tentang hubungan pengaruh Collateralizable

  Assets ,Dispersion of Ownership, Degree of Operating Leverage, Investment of Opportunity Set terhadap Dividend PayoutRatio maka

  peneliti mengasumsi bahwa secara simultan Collateralizable ,Dispersion ofOwnership, Degree of Operating Leverage,

  Assets Investment of Opportunity Set berpengaruhterhadap Dividend Payout Ratio

  H5 : Collateralizable Assets,Dispersion ofOwnership, Degree of Operating Leverage, Investment of Opportunity Set berpengaruhsecara simultanterhadap Dividend Payout Ratio.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : H1 H2 H3 H4 H5

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Collateralizable Assets

  (X1)

  Dispension of Ownership

  (X2)

  Degree of Operating Leverage (DOL)

  (X3) Investment

  Opportunity Set (IOS)

  (X4) Dividend Payout

  Ratio (Y)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Collateralizable Assets, Dispersion of Ownership, Degree of Operating Leverage, Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI

1 52 110

Analisis Pengaruh Leverage, Growth, Collateralizable Assets, dan Risiko Sistematis terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Consumer Goods Industry Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

7 57 106

Pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets Dan Tingkat Pertumbuhan Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Pada Perusahaan–Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008

2 45 115

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Dividend Payout Ratio - Analisis Pengaruh Profitability, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Market to Book Value Ratio, Corporate Tax, Sales Growth, dan Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio Perusahaan

0 0 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Pustaka 2.1.1 Deviden Tunai - Pengaruh Hutang, Operating Ratio, Earning Power of Total Invesment, Rate of Return for Owners , Working Capital, Quick Ratio terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Dividen Payout Ratio - Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Ter

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham - Analisis Pengaruh Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pendanaan, EVA, Dividend Payout Ratio Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan Industri Manufaktur Tekstil dan Garmen Yang Ter

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Dividen - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Saham LQ45 Di Bursa Efek Indonesia

0 2 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dividend Payout Ratio 2.1.1 Pengertian dividend payout ratio - Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Insider Ownership, Likuiditas, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Dividend Payout Ratio (Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Indus

0 2 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Laba dan Dividen Payout Ratio Pada Bank Umum

0 0 38