Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat di RSU Muhammadiyah Medan Tahun 2014

(1)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA POST SEKSIO SESAREA DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT DI

RSU MUHAMMADIYAH MEDAN TAHUN 2014

HENNY TRISNAWATI 135102021

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA POST SEKSIO SESAREA DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT DI

RSU MUHAMMADIYAH MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK Henny Trisnawati

Latar belakang : Banyak pengalaman wanita melahirkan yang unik pada setiap individu, dengan berbagai macam proses yang tidak pernah di duga sebelumnya, terlebih lagi pada keadaan ibu dengan preeklampsia berat yang etiologi nya masih belum diketahui sampai saat ini.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengalaman wanita pasca seksio sesarea

dengan preeklampsia berat.

Metodologi penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 6 orang. Teknik pengambilan partisipan dengan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Muhammadiyah Medan. Analisa data menggunakan metode Colaizzi.

Hasil : Penelitian ini meliputi 5 kategori yaitu, persepsi tentang preeklampsia berat,

persepsi tentang seksio sesarea, berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, berbagai dukungan sosial yang diterima, dan kebutuhan setelah seksio sesarea.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwasannya masih banyak ibu dengan preeklampsia berat yang belum ditangani dengan tepat. Diharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan masyarakat.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat di RSU Muhammadiyah Medan Tahun 2014”.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun tulisan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga dapat menjadi perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatra Utara dan penguji dalam sidang karya tulis ilmiah ini. 2. Nur Asnah sitohang, S.Kep. Ns.M.Kep, selaku Ketua program studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

3. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep. Ns. M.Kep selaku dosen pembimbing dan penguji dalam penyusunan penelitian ini, yang telah membimbing hingga karya tulis ilmiah ini selesai.

4. Febrina Oktavinola Kaban, SST.M.Keb selaku staf dosen program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus penguji dalam sidang karya tulis ilmiah ini.

5. Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Medan yang telah memberikan izin penelitian di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Medan.


(5)

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. kedua orang tua dan adik-adik yang saya sayangi, yang selalu mendoakan dan selalu memberikan dukungan baik materi maupun spiritual, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara T.A 2013/2014, yang telah banyak memberikan dukungan terhadap peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah nantinya.

Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Juni 2014

(Henny Trisnawati )


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Pertanyaan Penelitian ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Penelitian ... 5

2. Bagi Pendidikan ... 5

3. Bagi Ibu ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A.Pengalaman ... 6

B.Ibu ... 6

C.Seksio Sesarea ... 6

1. Defenisi ... 6

2. Indikasi Seksio Sesarea ... 6

3. kontrandikasi Seksio Sesarea ... 7

4. Mortalitas dan Morbiditas Sesudah Seksio Sesarea ... 8

D.Preeklampsia ... 10

1. Defenisi ... 10

2. Epidemiologi ... 11

3. Etiologi ... 11

4. Tanda dan Gejala... 12

5. Patofisiologi ... 13

6. Pemeriksaan Penunjang ... 14

7. Komplikasi ... 14

8. Pencegahan ... 14

9. Penatalaksanaan ... 15

E. Preeklampsia Berat ... 16

1. Defenisi ... 16

2. Diagnosis ... 17

3. Pembagian Preeklampsia Berat ... 17

4. Perawatan dan Pengobatan ... 18

5. Monitoring Selama di Rumah Sakit ... 18


(7)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

A.Desain Penelitian ... 19

B.Populasi dan Sampel ... 19

C.Tempat Penelitian ... 20

D.Waktu Penelitian ... 20

E. Etika Penelitian ... 20

F. Instrumen Penelitian ... 21

G.Prosedur Pengumpulan Data ... 21

H.Analisis Data ... 23

I. Tingkat Keabsahan Data ... 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A.Hasil Penelitian ... 25

1. Karakteristik Partisipan ... 25

2. Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat ... 26

B.Pembahasan ... 46

1. Interpretasi dan Hasil Diskusi ... 46

2. Keterbatasan Peneliti ... 52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A.Kesimpulan ... 54

B.Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Data Demografi Partisipan ... 26


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Data Demografi Lampiran 4 : Panduan Wawancara

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 : Surat Izin Data Pendahuluan dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Penelitian dari RSU Muhammadiyah Medan Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup


(10)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA POST SEKSIO SESAREA DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT DI

RSU MUHAMMADIYAH MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK Henny Trisnawati

Latar belakang : Banyak pengalaman wanita melahirkan yang unik pada setiap individu, dengan berbagai macam proses yang tidak pernah di duga sebelumnya, terlebih lagi pada keadaan ibu dengan preeklampsia berat yang etiologi nya masih belum diketahui sampai saat ini.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengalaman wanita pasca seksio sesarea

dengan preeklampsia berat.

Metodologi penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 6 orang. Teknik pengambilan partisipan dengan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di RSU Muhammadiyah Medan. Analisa data menggunakan metode Colaizzi.

Hasil : Penelitian ini meliputi 5 kategori yaitu, persepsi tentang preeklampsia berat,

persepsi tentang seksio sesarea, berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, berbagai dukungan sosial yang diterima, dan kebutuhan setelah seksio sesarea.

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwasannya masih banyak ibu dengan preeklampsia berat yang belum ditangani dengan tepat. Diharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan masyarakat.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Dalam strategi Global Millennium Development Goals (MDGs) penuruan angka kematian ibu merupakan tujuan 5 dari MDGs, yaitu Meningkatkan Kesehatan Ibu. Sedangkan target besarnya menurunkan angka kematian ibu antara tahun 1990-2015 sebesar tiga-perempatnya.

Menurut WHO (2005), angka kematian ibu dunia pada 2005 mencapai 86 persen. Untuk mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen pertahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000.

Pada tahun 1994, angka kematian ibu (AKI) mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI,1994), sedangkan pada tahun 2007 angka kematian Ibu sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007), walaupun masih merupakan AKI tertinggi di ASIA, hal tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun, akan tetapi pada tahun 2012 rata-rata angka kematian ibu (AKI) jauh melonjak dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya, yakni mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Padahal dalam gagasan MDGs diharapkan 3 tahun mendatang, yaitu pada tahun 2015, setiap negara dapat menurunkan AKI mencapai 102/100.000 kelahiran hidup (Manuaba, 2013).


(12)

Masih tingginya angka kematian ibu melahirkan itu sangat memprihatinkan karena fakta itu tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Singapura mencatat paling rendah angka ibu hamil/melahirkan, hanya 3 ribu meninggal per 100.000 ibu melahirkan. Kemudian disusul Malaysia (5 ibu meninggal/100.000 ibu melahirkan), Thailand (8-10/ 100.000), Vietnam (50/ 100.000).

Menurut Prawirohardjo (2008), Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25%), sepsis (15%), preeklampsia berat (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan lain-lain (8%).

Menurut Bothamley (2011), Preeklamsia adalah gangguan multisistem dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama kehamilan. Preeklamsia biasanya didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (Milne, et al.2005). Disebut preeklampsia berat apabila tekanan darah sisitolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam. Karena diperlukan pelahiran bayi sebelum wanita dapat mulai pulih dari preeklampsia berat, pelahiran ini dapat dilakukakan pada usia kehamilan berapa pun, bergantung pada kondisi wanita. Induksi persalinan atau seksio sesarea, yang lebih sering dilakukan jika usia kehamilan prematur, dapat dilakukan.

Operasi sesarea menurut Leon J. Dunn, dalam buku Obstetrics and Gynecology, ialah persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau


(13)

lebih, melalui pembedahan di perut dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat dinding rahim (Kasdu, 2003).

Berdasarkan Survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Medan, pada bulan Januari-November 2013 terdapat angka kejadian seksio sesarea sebanyak 41 orang yang merupakan persalinan seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat.

Pencegahan preeklampsia berat sangat terbatas karena etiologinya belum diketahui (Varney, 2007). Dengan melihat faktor risikonya, wanita dapat dianggap berisiko tinggi preeklamsia berat pada waktu pendaftaran pemeriksaan, namun banyak wanita yang memiliki fakor risiko, tetapi tidak mengalami preeklamsia berat, dan sampai saat ini tidak mungkin memastikan sekelompok wanita secara spesifik yang diantisipasi akan mengalami preeklamsia (Bothamley, 2011). Akibat meningkatnya medikalisasi dan surveilan selama persalinan dan kelahiran, mudah bagi bidan untuk hanya memusatkan diri pada pemantauan ibu sehingga mengabaikan kebutuhan psikologis ibu (Chapman, 2006). Pengalaman seorang wanita bernama Sammy (26 thn), yang mengalami preeklampsia berat, mengatakan bahwa ia merasa ironi karena di tahap-tahap akhir kehamilan, ia diberi begitu banyak perhatian, dibandingkan dengan setelah persalinan (Mundi, 2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam merawat dan mengobati serta mencegah terjadinya preeklampsia berat baik dari segi jasmani dan psikologi ibu.

Menurut penelitian Anisah, Mursiyam, dan Anggraeni (2010), yang meneliti tentang pengalaman perempuan post seksio sesarea hari kedua atas indikasi preeklampsia berat, mendapatkan bahwa setiap partisipan dalam penelitian mengalami berbagai perubahan fisik setelah mengalami SC dengan indikasi PEB,


(14)

seperti nyeri pada bekas luka operasi, sakit untuk flatus, kesulitan mobilisasi, terpasang infuse di kedua tangan, pembengkakan kaki, dada terasa sesak, pandangan masih kabur, mual dan muntah.

Mengingat begitu banyak pengalaman wanita melahirkan yang unik pada setiap individu, dengan berbagai macam proses yang tidak pernah di duga sebelumnya, terlebih lagi pada keadaan ibu dengan preeklampsia berat yang etiologi nya masih belum diketahui sampai saat ini, maka perlu di tinjau bagaimana pengalaman ibu yang pernah mengalami seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat tersebut. Agar tenaga kesehatan dapat lebih memahami bagaimana memberi asuhan kepada ibu yang mengalami preeklampsia berat baik pada saat sebelum hamil, hamil, dan setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun psikis agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi lain yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi. Serta dapat menambah kewaspadaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan yang memiliki faktor resiko maupun yang tidak memiliki faktor resiko terhadap terjadinya preeklampsia berat selama kehamilan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklampsia berat di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Medan Tahun 2014. B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklamsia berat ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklamsia berat.


(15)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk penelitian berikut yang sejenis.

2. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan pengetahuan tentang pengalaman wanita yang melahirkan secara seksio sesarea dengan indikasi preeklamsia berat.

3. Bagi Ibu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan sebagai informasi agar ibu-ibu dapat memahami tentang kehamilan dan preeklampsia berat.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) (KBBI, 2005). Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu (Sanjaya, 2013). Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoadmojo, 2010).

B. Ibu

Menurut Purwandari (2008), Ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan ibu yang sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan. Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Para ibu di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga

C. Seksio Sesarea 1. Defenisi

Seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn dan Forte, 2010). Menurut Leon J. Dunn, dalam buku Obstetrics and Gynecology, seksio sesarea merupakan persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat dinding rahim (Kasdu, 2003).

2. Indikasi Seksio Sesarea

Menurut Oxorn dan Forte (2010), indikasi seksio sesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin


(17)

terlaksana merupakan indikasi absolute untuk seksio abdominal. Di antaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat seksio sesarea akan lebih aman bagi ibu, anak atau pun keduanya. Seksio sesarea dapat dikerjakan pada keadaan-keadaan berikut :

a. Panggul sempit dan distosia mekanis yaitu: disproporsi fetopelvik, malposisi dan malpresentasi, distosia jaringan lunak, neoplasma, dan persalinan yang tidak dapat maju.

b. Pembedahan sebelumnya pada uterus yaitu, seksio sesarea dan histerotomi. c. Pendarahan (plasenta previa dan solusio plasenta).

d. Toxemia gravidarum yang dapat menyebabkan pengakhiran kehamilan sebelum waktunya. Pada sebagian besar kasus, pilihan metodenya adalah induksi persalian. Kalau cervix belum matang dan induksi sukar terlaksana, sebaiknya dikerjakan seksio sesarea. Keadaan-keadaan yang harus diperhatikan seperti pada preeklampsia dan eklampsia, hipertensi esensial, dan nephritis kronis.

e. Indikasi fetal yaitu, gawat janin, acat atau kematian janin sebelumnya, prolapsus funiculus umbilicalis, insufisiensi plasenta, diabetes maternal, inkompatibilitas rhesus, postmortem sesarea, dan infeksi virus herpes pada traktus genitalis.

f. Dan faktor lain yaitu, primigraviditas usia lanjut, bekas jahitan pada vagina, anomali uteri congenital, riwayat obstetric yang jelek, dan forceps yang gagal. 3. Kontraindikasi Seksio Sesarea

Menurut Oxorn dan Forte (2010), seksio sesarea tidak boleh dikerjakan kalau ada keadaan berikut ini :


(18)

a. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk melakuka operasi berbahaya yang tidak diperlukan.

b. Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sesarea extraperitoneal tidak tersesia.

c. Kalau dokter bedahnya tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak menguntungkan bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai.

4. Mortalitas dan Morbiditas Sesudah Seksio Sesarea a. Mortalitas Maternal

Angka mortalitas kasar yang belum dikoreksi di Negara Kanada dan Amerika Serikat kira-kira 30:10,000 seksio sesarea. Pada banyak klinik, angka ini jauh lebih rendah sampai dibawah 10:10,000. Namun demikian, Evrard dan Gold mendapatkan risiko kematian ibu yang menyertai seksio sesarea adalah 26 kali lebih besar daripada kelahirtan pervaginam. Mereka mencatat peningkatan risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak sepuluh kali lipat. Bertambahnya penggunaan seksio sesarea untuk melindungi bayi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu.

Faktor-faktor yang menambah risiko yautu, umur di atas 30 tahun, grandemultiparitas, obesitas, berat badan melebihi 200 pound, partus lama, ketuban pecah dini, pemeriksaan vaginal yang sering, status sosioekonomi yang rendah, mortalitas janin

Meskipun mortalitas janin pada seksio sesarea terus menurun, namun angkanya masih dua kali lipat angka mortalitas pada kelahiran per vaginam yaitu


(19)

sekitar 5,5 persen. Sebab-sebab terjadinya insidensi mortalitas yang lebih tinggi pada seksio sesarea mencakup faktor-faktor berikut.

1) Kondisi seperti toxemia gravidarum, erythroblastosis dan plasenta previa yang memerlukan tindakan seksio sesarea menghasilkan bayi yang kecil dan prematur.

2) Kadang-kadang terdapat kesalahan dalam memperkirakan maturitas dan ukuran janin pada seksio sesarea elektif atau ulangan ketika pasien sudah dianggap dalam kehamilan aterm.

3) Sementara komplikasi respiratorik seperti atelektasis dan hyaline membrane disease serta respiratory distress syndrome lebih sering terjadi pada bayi-bayi prematur, insidensi ini jauh lebih tinggi lagi kalau bayi prematur tersebut dilahirkan dengan seksio sesarea.

4) Kondisi seperti plasenta previa, abrupsio plasenta, diabetes, preeklampsia, eklampsia, hipertensi esensial, nephritis kronis, dan prolapsus funiculus umbilicalis akan menghasilkan bayi yang keadaan umum, daya tahan, dan daya kepulihannya rendah.

5) Secara umum, seksio sesarea tidak memberikan prognosis sebaik prognosis kelahiran pervaginam yang normal untuk bayi.

6) Guna mencegah kelahiran bayi prematur, pemeriksaan ultrasonic dan pengukuran rasio L/S harus dilaksanakan sebelum mengerjakan seksio sesarea elektif atau ulangan.

Angka mortalitas bayi baik yang dilahirkan dengan seksio sesarea maupun melalui kelahiran per vaginam sebenarnya sudah menurun. Sebagian besar dari kematian bayi berkaitan dengan prematuritas. Di satu pihak seksio sesarea telah mengurangi jumlah bayi yang cedera akibat prosedur vaginal yang traumatic. Di


(20)

lain pihak sejumlah bayi memiliki defek congenital yang tidak mungkin atau layak bertahan hidup dilahirkan dalam keadaan hidup.

D. Preeklampsia 1. Defenisi

Menurut Maryunani (2012), terdapat beberapa pengertian dari preeklampsia, yaitu :

a) Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum (Bobak & Jensen, 1995). Umumnya terjadi pada trimester 3 kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Induced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan.

b) Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, dkk, 2007).

c) Preeklampsia adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable (usia kehamilan > 20 minggu dan / atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. (Achadiat, 2004).

d) Preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan atau berlanjut menjadu kejang (eklampsia) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrupsio plasenta / solusio plasenta (Skennan & Kappel, 2001 dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, 2006).


(21)

Menurut Varney (2006), preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria berikut :

a. Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai proteinuria (≥ 0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan hasil reagen urine ≥1+).

b. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria, perlu dicurigai adanya preeklampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah, dan kadar enzim ginjal abnormal .

Diagnosis preeklampsia didasarkan atas ditemukannya hipertensi disertai dengan proteinuria atau edema, atau keduanya (Oxorn, 2010)

2. Epidemiologi

prevalensi preeklampsia bervariasi sesuai karakteristik populasi dan defenisi yang digunakan untuk menerangkannya (Chappell et all, 1999). Terjadi kurang dari 5% dalam kebanyakan populasi, dan studi prospektif menunjukkan insiden di bawah 2,2 %, bahkan pada populasi primigravida yang diketahui prevalensinya lebih tinggi (Higgins et al, 1997 dalam Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran, 2006).

3. Etiologi

Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola. Faktor-faktor lain yang diperkitrakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia atau disebut juga sebagai faktor resiko antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, mola hidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia.


(22)

4. Tanda dan Gejala

Preeklampsia dinyatakan berat bila ada satu diantara gejala-gejala berikut: a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur minimal 2 kali

dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.

b. Proteinuria 5 gram / 24 jam atau lebih, (+++) atau (++++) pada pemeriksaan kualitatif.

c. Oliguria, urine 400 ml / 24 jam atau kurang. d. Edema paru-paru, sianosis.

e. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah penglihatan, pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri epigastrium, mual atau muntah serta emosi mudah marah.

f. Pertumbuhan janin intrauterine terlambat.

g. Adanya HELLP Syndrome (H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym, P= Low Platelet Count).

Kriteria menentukan adanya edema adalah : nilai positif jika pitting edema di daerah tibia, lumbosakral, wajah (kelopak mata), dan tangan terutama setelah malam tirah baring.

Bila sulit menentukan tingkat edema, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut : (+) = sedikit edema pada daerah kaki pretibia, (++) = edema ditentukan pada ekstremitas bawah, (+++) = edema pada muka, tangan, abdomen bagian bawah (++++) = anasarka disertai asites protein positif, artinya jumlah protein lebih dari 0,3 gram per liter urine 24 jam atau lebih dari 2 gram per liter sewaktu urine diambil dengan penyadapan/ kateter.


(23)

5. Patofisiologi

Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati, dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat.

Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotic plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklampsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat.

Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma (Blind Spot) dan pandangan kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema dihubungkan dengan edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.


(24)

6. Pemeriksaan Penunjang

Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan adanya preeklampsia sebaiknya diperiksa juga:

a. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah: urium kreatinin, SGOT, LDH, bilirubin.

b. Pemeriksaan urine: protein, reduksi, bilirubin, sedimen.

c. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi USG (bila tersedia).

d. Kardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin. 7. Komplikasi

Komplikasi ibu dengan preeklampsia atau PIH: cerebral vascular accident, kardiopulmonari edema, insufisiensi Renal Shutdown, retardasi pertumbuhan, kematian janin intra uterine yang disebabkan hipoksia dan premature. PIH dapat berkembang secara progresif menjadi eklampsia yaitu preeklampsia ditambah dengan kejang dan koma (Khattheryn & laura, 1995).

8. Pencegahan

Pencegahan timbulnya preeklampsia berat dapat dilakukan dengan pemeriksaan antenatal care secara teratur. Gejala ini dapat ditangani secara tepat. Penyuluhan tentang manfaat istirahat akan banyak berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi di antara kegiatan tersebut, ibu dianjurkan duduk atau berbaring. Nutrisi penting untuk diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet protein yang adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid.


(25)

9. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan preeklampsia : a. Melindungi dari efek peningkatan tekana darah b. Mencegah progesifitas penyakit menjadi eklampsia

c. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin).

d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

Penatalaksanaan preeklampsia ringan (TD < 140/90 mmHg): a. Dapat dikatakan tidak beresiko bagi ibu dan janin.

b. Tidak perlu segera diberi obat anti hipertensi dan tidak perlu dirawat, kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman : 140-150/90-100 mmHg).

c. Istirahat yang cukup (berbaring 4 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam hari).

d. Diet rendah garam dan tinggi protein.

e. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap satu minggu. f. Indikasi dirawat, jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu

rawat jalan.

g. Jika dalam perawatan tiak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat. Penatalaksanaan preeklampsia berat (TD > 160/110 mmHg):

a. Penanganan konservatif

Penangan konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan medicinal (untuk kehamilan <35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik).


(26)

b. Penangan aktif

Apabila ibu memiliki 1 atau lebih kriteria berikut: 1) Ada tanda-tanda impending eklampsia

2) Ada HELLP syndrome

3) Ada kegagalan penangana konservatif

4) Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat 5) Usia kehamilan > 35 minggu

6) Maka Ibu harus dirawat dirumah sakit, khususnya kamar bersalin. 7) Pemberian pengobatan medicinal: anti kejang.

8) Terminasi kehamilan: bila pasien belum inpartu dilakukan induksi persalinan. Indikasi persalinan pada preeklampsia:

a) Ibu: Umur kehamilan lebih dari 38 minggu; hitung trombosit kurang dari 100.000 sel/ mm3; penurunan fungsi hati yang progresif; penurunan fungsi ginjal yang progresif; dugaan abrupsio plasenta; nyeri kepala menetap atau gangguan penglihatan; nyeri ulu hati, mual, dan muntah berat yang menetap. b) Janin: restriksi perkembangan janin yang parah; hasil pemeriksaan janin

meragukan; oligohidramnion.

9) Persalinan SC dilakukan apabila syarat induksi persalinan tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan per vaginam.

E. Preeklampsia Berat 1. Defenisi

Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g / 24 jam (Prawirohardjo, 2008)


(27)

2. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini. Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut.

a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

b. Proteinuria lebih 5 g / 24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif. c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam.

d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.

e. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.

f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen. g. Edema paru-paru dan sianosis.

h. Hemolisis mikroangiopatik.

i. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.

j. Gangguan fungsi hepar

k. Pertumbuhan janin intra uterine yang terhambat. l. Sindrom HELLP.

3. Pembagian Preeklampsia Berat Preeklampsia berat dibagi menjadi: a. Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia

b. Preeklampsia berat dengan impending eclampsia. Disebut impending eclampsia


(28)

hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

4. Perawatan dan Pengobatan

Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.

5. Monitoring Selama di Rumah Sakit

Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST.

6. Manajemen Umum Perawatan

Perawatan terhadap preeklampsia berat dibagi menjadi dua unsur: a. Sikap terhadap penyakit

Yaitu pemberian obat-obat atau terapi medisianalis. Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).

b. Sikap terhadap kehamilan

Berdasar William Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan; maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi:

1) Aktif (aggressive management): berarti kehamilan segera diakhiri/ diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi karena desain fenomenologi bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang arti peristiwa dan kaidah-kaidah terhadap orang-orang dalam situasi-situasi tertentu serta menangkap pengertian tentang sesuatu yang sedang diteliti.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang pernah melahirkan secara seksio sesarea dengan indikasi preeklampsi berat di RSU Muhammadiyah Medan. Dari hasil survei pendahuluan mulai dari Januari sampai November 2013, terdapat 41 orang yang melahirkan secara seksio sesarea dengan indikasi preeklampsi berat. 2. Sampel

Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini 6 orang, menurut Polit (2005) pada studi fenomenologi biasanya didasarkan pada jumlah sampel dalam ukuran yang kecil dengan jumlah sampel yang hanya 10 atau bahkan lebih sedikit dari 10 orang partisipan. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pengertian dari pertimbangan tertentu adalah orang yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan untuk mempermudah penelitian dalam menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Dengan metode ini partisipan yang memiliki kriteria yang sesuai selama pengambilan data akan


(30)

dilibatkan sebagai subjek penelitian, adapun sampel yang diambil memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Ibu primipara post seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat hari ke 3-4. b. Dapat berkomunikasi dengan baik.

c. Bersedia untuk diwawancarai.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan wawancara di ruangan RSU Muhammadiyah Medan dimana partisipan di rawat setelah menjalani operasi seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada Oktober 2013 sampai dengan Mei 2014, sedangkan waktu pengumpulan data dimulai dari Januari sampai dengan April 2014.

E. Etika Penelitian

Agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik, maka peneliti berpegang teguh dengan etika penelitian yang ditegakkan dengan cara mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian yang dibagikan pada setiap partisipan.

Selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta akibat yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Setelah partisipan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka partisipan menandatangani surat persetujuan partisipan (informed consent), tetapi jika partisipan menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.


(31)

Dengan alasan untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, maka pada lembar pengumpulan data (kuesioner data demografi) peneliti hanya menggunakan nomor kode sehingga kerahasiaan identitas dan semua kerahasiaan partisipan dapat terjaga dan seluruh informasi yang diperoleh hanya akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan tetap menjaga kerahasiaannya.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument). Dengan dibantu oleh kuesioner data demografi dan panduan wawancara. Kuesioner data demografi berisi pernyataan mengenai data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang berupa usia, agama, pendidikan terakhir, suku bangsa, pekerjaan, dan paritas yang dapat dilihat pada lampiran . Peneliti menggunakan panduan wawancara yang dibuat sendiri oleh peneliti sebanyak lima pertanyaan dan sebelumnya telah diperiksa oleh pembimbing mengenai pengalaman wanita post seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat. Panduan wawancara dapat dilihat pada lampiran.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Setelah mendapat izin dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan izin dari Direktur Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Medan. Peneliti datang ke Rumah Sakit Umum Muhammadiyah dan mencari data partisipan kepada pegawai RSU Muhammadiyah.


(32)

2. Pada penelitian ini, partisipan diperoleh dari RSU Muhammadiyah Medan sebanyak 6 orang, data–data diperoleh dari catatan Rekam Medik RSU Muhammadiyah Medan.

3. Untuk setiap partisipan yang diperoleh dari RSU Muhammadiyah Medan, peneliti melakukan participant observation yaitu pendekatan kepada partisipan sebanyak 1–2 kali (setiap kunjungan lamanya 30 menit) kunjungan ruangan masing–masing partisipan dan kemudian melakukan wawancara kepada partisipan. Setelah kunjungan awal tersebut, maka setelah tercapainya kesepakatan antara peneliti dengan partisipan mengenai waktu wawancara, maka wawancara dilakukan sesuai waktu yang disepakati

4. Setelah peneliti merasa cukup dekat dengan partisipan, peneliti memberikan kuesioner data demografi untuk diisi oleh partisipan dan panduan wawancara yang berisi beberapa pertanyaan untuk terlebih dahulu dipahami oleh partisipan. Partisipan diberi waktu untuk memahami pertanyaan dan mengingat kembali peristiwa yang dialaminya sehingga pada waktu wawancara partisipan dapat mengungkapkan hal-hal yang dialaminya secara jelas.

5. Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara dengan menggunakan rekaman suara.

6. Setelah selesai wawancara yang pertama, peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara dan menganalisanya tanpa harus menunggu wawancara berikutnya.

7. Peneliti mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. 8. Pengumpulan data selesai karena dengan sampel, saturasi data telah diperoleh


(33)

H. Analisis Data

Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah mengumpulkan data dari masing-masing partisipan. Setelah melakukan wawancara dengan satu partisipan, peneliti segera melakukan transkripsi hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Adapun tahap proses analisa yang dilakukan peneliti dengan menggunakan metode Colaizzi. Peneliti membaca transkrip berulang-ulang kali dengan teliti, kemudian membuat Significan Statement yaitu proses mencari, mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori atau tema, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

I. Tingkat Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti berpegang pada tiga kriteria yang digunakan untuk menjaga derajat keabsahan data yaitu:

1. Credibility

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian ini adalah peneliti melakukan prolonged engagement yaitu pendekatan kepada calon partisipan sehingga partisipan dan peneliti saling mengenal dan mempercayai. Untuk itu peneliti melakukan pendekatan sebanyak 2-3 kali (setiap kunjungan lamanya 30 menit) kunjungan ke ruangan masing-masing partisipan. Hal ini dilakukan agar peneliti dan partisipan semakin akrab, semakin terbuka, sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Kemudian peneliti melakukan member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk


(34)

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

2. Dependability

Prinsip ini dipenuhi dengan peneliti mempertahankan konsistensi tekhnik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep dan membuat penafsiran atas fenomena.

3. Confirmability

Hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan, dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti telah menginformasikan dan mendiskusikan hasil penelitian kepada pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam bidang kualitatif fenomenologi.


(35)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang bagaimana pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklampsia berat. Keenam partisipan merupakan pasien yang baru bersalin secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat hari ke 3-4 di Rumah Sakit Muhammadiyah Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (In Depth Interview) menggunakan tape recorder.

1. Karakteristik Partisipan

Keenam partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi Kriteria: primipara, melahirkan secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, bersedia untuk diwawancarai serta menandatangani perjanjian sebelum in depth interview dimulai. Para partisipan terdiri dari enam orang ibu yang baru bersalin secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat 3-4 hari di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Medan. Satu orang partisipan berusia 21 tahun, dua orang partisipan berusia 22 tahun, satu orang partisipan berusia 24 tahun, satu orang partisipan berusia 26 tahun, dan satu orang partisipan berusia 32 tahun. Empat orang partisipan beragama islam, satu orang partisipan beragama katolik, dan satu orang partisipan beragama protestan. Satu orang berasal dari suku melayu, dua orang berasal dari suku jawa, tiga orang berasal dari suku batak. Dua orang partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga, satu orang partisipan bekerja sebagai wiraswasta, dan tiga orang bekerja sebagai PNS. Dua orang partisipan berpendidikan terakhir SMA, satu orang partisipan berpendidikan terakhir D3 dan


(36)

tiga orang lainnya berpendidikan terakhir perguruan tinggi. Data demografi tentang ke enam partisipan dapat dilihat pada table 4.1.

Table 4.1 Data Demografi Partisipan

Karakteristik Jumlah

Umur ibu 21 tahun 22 tahun 24 tahun 26 tahun 32 tahun 1 2 1 1 1 Agama Islam Katolik Protestan 4 1 1 Suku bangsa Melayu Jawa Batak 1 2 3 Pekerjaan IRT Pegawai Swasta PNS 2 1 3 Pendidikan Terakhir SMA D3 Perguruan Tinggi 2 1 3

2. Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat Pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklampsia berat, meliputi 5 kategori yaitu: persepsi tentang preeklampsia berat, persepsi tentang seksio sesarea, berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, berbagai dukungan sosial yang diterima, kebutuhan setelah seksio sesarea.

1. Persepsi tentang preeklampsia berat

Dari hasil wawancara seluruh partisipan yang di dasarkan atas pengalaman mengalami preeklampsia berat, maka seluruh partisipan mengungkapkan persepsi


(37)

berat, penyebab preeklampsia berat, tanda yang dialami partisipan, maupun gejala yang dialami partisipan pada saat mengalami preeklampsia berat.

a. Pengertian

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai pengertian preeklampsia berat bahwa preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah waktu hamil dan dapat di sebut juga keracunan kehamilan.

1) Peningkatan tekanan darah pada waktu hamil

Dari ke enam partisipan, empat orang mengungkapkan persepsi mereka tentang pengertian preeklampsia berat yaitu peningkatan tekanan darah pada waktu hamil. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

Pas check up masuk bulan ke-6 tiba-tiba tensi aku naik jadi 160/120, karena naiknya tensi itu makanya di bilang preeklampsia berat…”

(Partisipan 2 )

“Yang saya tau sih preeklampsia ini terjadi karena adanya peningkatan tekanan darah di sebabkan oleh kehamilan”

(Partisipan 4 )

“kata dokter nya sih tensi saya tinggi jadi saya di bilang dokter nya untuk segera operasi hari itu juga, karena ada gejala preeklampsia gitu lah.. ya preeklamplasia berat karena sampek 180 tensi nya ”

(Partisipan 5 )

“preeklampsia ya kenaikan tensi pada waktu hamil dek…waktu itu tensi nya 170/120.. udah masuk berat itu kan dek, itulah kata dokter nya kemaren..”


(38)

2) Keracunan kehamilan.

Selain mengatakan bahwa, preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah pada waktu hamil. Beberapa partisipan juga mengungkapkan persepsi mereka tentang pengertian preeklampsia berat adalah keracunan kehamilan. Dari ke enam orang partisipan hanya tiga orang yang menyatakan preeklampsia berat adalah keracunan kehamilan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“Preeklampsia ya ? keracunan kehamilan kan... Karena ini merupakan kehamilan pertama, nggak mengerti sama sekali apa itu keracunan kehamilan, apa/ kenapa/ harus gimana? Yang ada di benak saya waktu itu hanya kenapa’ kehamilan kok meracuni, siapa yang diracuni dan siapa yang meracuni??”

(Partisipan 1 )

“Yah…..preeklampsia itu adalah keracunan pada kehamilan..”

(Partisipan 3) “preeklampsia itu ya keracunan kehamilan karena tensi tadi itu lahh, dek..”

(Partisipan 4 ) b. Penyebab

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai penyebab preeklampsia berat, didapatkan bahwa empat orang partisipan tidak mengetahui apa penyebab partisipan mengalami preeklampsia berat, namun satu orang partisipan menyatakan bahwa penyebab partisipan mengalami preeklampsia berat adalah karena adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.


(39)

1) Belum diketahui

Dari ke enam partisipan, lima orang mengungkapkan persepsi mereka tentang penyebab preeklampsia berat yaitu belum diketahui. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“tekanan darah waktu pertama normal-normal aja, ntah lah koq bisa jadi preeklampsia..”

(Partisipan 1 )

“Ya, aku gak tau kenapa bisa begini, padahal sebelum hamil dan pada awal-awal kehamilan dulu, aku mempunyai tekanan darah rendah loh…”

(Partisipan 2 )

“penyebab nya belum tahu dek, saya langsung lemas waktu di bilang dokter,’ibu terkena preeklampsia’…”

(Partisipan 3 )

“Belom taulah apa penyebab nya bisa jadi preeklampsia…”

(Partisipan 5 )

“biasanya aja darah saya cuma 80/60, nah ini jadi naik, berdoa ajalah biar gak gitu lagi, karena preeklampsia inipun belom tau juga apa penyebabnya kan…”

(Partisipan 6 ) 2) Riwayat Keluarga dengan Hipertensi

Dari ke enam partisipan, satu orang mengungkapkan persepsi nya tentang penyebab preeklampsia berat yaitu karena adanya riwayat hipertensi dalam keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:


(40)

“saya adalah orang dengan potensi hipertensi bawaan genetis dari ayah. Selama ini saya tidak pernah punya tekanan lebih dari 120/80, tapi pas hamil di trimester ketiga ini, duweeeew… tekanan darah saya naik jadi 160/110, saya pun divonis mengalami gejala pre-eklampsia.

(Partisipan 4 ) c. Tanda

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai tanda preeklampsia berat yang dialami partisipan, yaitu tekanan darah tinggi, kaki bengkak, dan hasil laboratorium yang mengarah ke preeklampsia berat.

1) Tekanan Darah Tinggi

Seluruh partisipan mengungkapkan persepsi nya tentang tanda preeklampsia berat yaitu tekanan darah tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“Tekanan darah saya saat itu hampir menembus angka 180/120”

(Partisipan 1)

“Pas check up masuk bulan ke-6 tiba-tiba tensi aku naik jadi 160/120”

(Partisipan 2)

“karena saat itu tekanan darah aku tinggi sekali, mencapai 225/142 pada saat masuk UGD”

(Partisipan 3)

“duweeeew… tekanan darah saya naik jadi 160/110”


(41)

“memasuki trimester tiga, oo…oo.. tekanan darah kenapa naik jadi 167/119 ya,…”

(Partisipan 5)

“karena tekanan darahku tiba-tiba tinggi… 190/120 dan gak merasakan apa-apa.”

(Partisipan 6)

2) Kaki Bengkak

Seluruh partisipan mengungkapkan persepsi nya tentang tanda preeklampsia berat yaitu kaki bengkak. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“ditambah dengan kaki bengkak dan kenaikan berat badan secara drastis…”

(Partisipan 1)

“pada usia kehamilan menjelang bulan ke-8, barulah saya mengalami keluhan yang tidak wajar, pada kaki mengalami pembengkakan yang agak besar, selain itu saat kaki atau tangan ditekan/ tertekan untuk kembali ke kondisi semula itu lamaa lah..”

(Partisipan 2)

“ditambah dengan tangan dan kaki mulai bengkak…”

(Partisipan 3)

“Memasuki bulan keenam, bengkak di kaki mulai Nampak, tapi kukira waktu itu kakiku bertambah gemuk sampai tulang mata kaki tidak terlihat lagi…”


(42)

“… tuh kan kakinya bengkak lagi…”

(Partisipan 5)

“… bengkak kaki tangan makin parah...”

(Partisipan 6)

3) Hasil Dari Laboratorium

Dari ke enam partisipan, tiga orang mengungkapkan persepsi mereka tentang tanda preeklampsia berat yaitu hasil laboratorium yang mengarah ke

preeklampsia berat . Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“di check protein urin hasilnya positive..”

(Partisipan 1)

“pas di rumah sakit, periksa protein pun positive tiga..”

(Partisipan 3)

“langsung check lab gitu trus di periksa kencing katanya protein urine nya positive..”

(Partisipan 5)

d. Gejala

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai gejala preeklampsia berat yang dialami partisipan, yaitu pandangan kabur, sakit kepala, sakit perut, dan muntah.


(43)

1) Pandangan Kabur

Dari ke enam partisipan, dua orang mengungkapkan persepsi mereka tanda preeklampsia berat yaitu pandangan kabur. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“di bulan ke tujuh, pandangan saya kabur gitu…”

(Partisipan 2 )

“kayak rabun gitu dek, tiba-tiba pandangan nya kabur..”

(Partisipan 3 ) 2) Sakit kepala

Dari ke enam partisipan, tiga orang mengungkapkan persepsi mereka tentang gejala preeklampsia berat yaitu sakit kepala. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

kalo udah muntah kepala rasanya kayak di palu..”

(Partisipan 1 )

“Memasuki bulan kelima sakit kepala mulai mengganggu…”

(Partisipan 4 )

“mulai lah sakit kali tuh kepalanyaa.. tersiknya lah..huhh “

(Partisipan 6 ) 3) Sakit perut

Dari ke enam partisipan, tiga orang mengungkapkan persepsi mereka tentang gejala preeklampsia berat yaitu sakit perut. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:


(44)

“Perut pun juga sakit…”

(Partisipan 1)

“Di bagian bawah perut ini sakit kali rasanya..”

(Partisipan 4)

“ganggu kali lah dek pas muntah itu sakit perutnyaaa…”

(Partisipan 5) 4) Muntah

Dari ke enam partisipan, lima orang mengungkapkan persepsi mereka tentang gejala preeklampsia berat yaitu muntah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“Aku lebih terganggu dengan mual-muntah di tiap harinya…”

(Partisipan 1)

“mual muntah terus-terusan..

(Partisipan 2)

“gak ada masuk makanan, tiap makan muntah ajja …”

(Partisipan 4)

“Ampun lah rasanya mual muntah setiap hari…”

(Partisipan 5)

“terus ditambah lagi muntah-muntah..”


(45)

2. Persepsi tentang Seksio sesarea

Dari hasil wawancara seluruh partisipan yang di dasarkan atas pengalaman bersalin secara seksio sesarea, maka seluruh partisipan mengungkapkan persepsi masing-masing mengenai seksio sesarea, baik itu pengertian seksio sesarea, dan penyebab seksio sesarea yang dialami oleh masing-masing partisipan.

a. Pengertian

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai pengertian seksio sesarea bahwa seksio sesarea adalah tindakan pembedahan di perut untuk mengeluarkan bayi pada saat melahirkan.

1) Pembedahan di Perut

Seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka tentang pengertian seksio sesarea yaitu pembedahan di perut untuk mengeluarkan bayi pada saat melahirkan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“SC itu ya pembedahan diperut untuk mengeluarkan bayi yang gak bisa secara normal ”

(Partisipan 1 )

“di operasi, dibelah perutnya, terus dikeluarkan bayinya, kemudian dijahit lagi..”

(Partisipan 2 )

“kekmanalah harus operasi, namanya juga dibelah perutnya ya pasti lama kan sembuhnya..”


(46)

“proses melahirkan dengan cara pembedahan dari perut apabila terdapat kelainan pada saat hamil..”

(Partisipan 4 )

“aku ya taunya operasi itu sereem lah, di potong perutnyaa demi ngeluarin bayi yang gak bisa keluar dari bawah.. hehe..”

(Partisipan 5 )

“operasi itu ya suatu pengeluaran bayi dengan cara membedah perut ibu dikamar operasi karena adanya suatu kelainan sehingga ibu tidak bisa melahirkan normal...”

(Partisipan 6)

b. Penyebab

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mengungkapkan persepsi mereka mengenai penyebab partisipan harus bersalin secara seksio sesarea yaitu, karena adanya peningkatan tekanan darah, bayi besar, dan persalinan belum waktunya. 1) Adanya peningkatan tekanan darah

Seluruh partisipan mengatakan bahwa partisipan harus di operasi karena adanya peningkatan darah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“Pada hari itu kita pulang kerja dan rencana langsung ke dokter untuk check up, hasil pemeriksaan cukup mengagetkan karena waktu itu tensi sekitar 170, maka diputuskan hari itu detik itu juga harus masuk rumah sakit bersalin, Karena besok harus operasi sesarea untuk persalinan.”

(Partisipan 1 )

“tensiku mencapai 200/160, sehingga dokter menyarankan aku untuk segera dioperasi Caesar…”


(47)

“Pada malam hari saat kembali berkonsultasi dengan dokter kami, tekanan darah saya meningkat lebih tinggi menjadi 150. Dokter menyarankan bahwa sebaiknya bayi segera dilahirkan malam itu juga dengan operasi…”

(Partisipan 3 )

“Tekanan darah saat itu 180/120. No choice, demi keselamatan kami berdua, si boy harus segera dilahirkan. Sampai disini aku masih mikir kalo segera dilahirkan itu artinya besok atau lusa, ternyata maksudnya segera adalah saat itu juga. Ini juga masih belum terlalu ngeh bakalan dilahirkan itu dengan cara sesarea.. ”

(Partisipan 4 )

“waktu diperiksa tensi mendadak naik 160, ya terpaksalah harus operasi dek, mau gimana lagi, yang penting selamat..”

(Partisipan 5 )

“…ternyata pas kandunganku 9 bulan lebih aku mengandung tensiku naik 190/130 terpaksa lahir paksa di RS Alhamdulillah selamat”

(Partisipan 6 ) 2) Bayi besar

“di usg bayinya sampek 4 kilo, jadi ya harus operasi jugak..”

(Partisipan 1 )

“orang makan aja kerjanya, ya gedek adeknya jadi harus operasi karena tensinya juga tadi..”


(48)

3) Persalinan belum waktunya

Dari ke enam partisipan, dua orang partisipan mengatakan bahwa partisipan harus di operasi karena kehamilannya belum cukup bulan sehingga harus bersalin sebelum waktunya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“masih 8 bulanan, tapi ya harus dikeluarin, operasilah jadinya..”

(Partisipan 2 )

“janin nya gawat kata dokternya, jadi mau gak mau harus operasi walaupun belom cukup bulan”

(Partisipan 3 )

3. Berbagai Perubahan Yang Dialami

Dari hasil wawancara diperoleh adanya berbagai perubahan yang dialami ibu pasca melahirkan secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat adalah kedinginan, pandangan kabur, pusing, sakit untuk mobilisasi, dada sering terasa sesak.

a. Kedinginan

Tiga dari enam partisipan merasa kedinginan setelah melahirkan secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“Siap operasi dinginnya mintak ampun..”

(Partisipan 1)

“mungkin karena AC ya, yang kakaki rasain dingin di seluruh tubuh..”


(49)

“Gak sadar lagi karena kedinginan juga waktu itu..”

(Partisipan 3) b. Pusing

Tiga dari enam partisipan merasa pusing setelah melahirkan secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“Kepala pusing, pas siap operasi itu..”

(Partisipan 2)

“Baru kali ini operasi kan, siap operasi masih pusing kepalanya..”

(Partisipan 5 )

“Alhamdulillah selamat walaupun siap itu kepala terasa pening..”

(Partisipan 6) c. Sakit Untuk Mobilisasi

empat dari enam partisipan merasa sakit untuk mobilisasi setelah melahirkan secara seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“gak berani gerak-gerak karena masih sakit juga..”

(Partisipan 2)

“telentang ajja gitu, soalnya sakit gitu kalo mau gerak-gerak..

(Partisipan 4)

“Cuma bisa tiduran ginilah, gak bisa mereng-mereng karena masih sakit ..


(50)

“sakit dek semua bandannya, sampek gerak- gerak pun tak bisa dah..”

(Partisipan 6) d. Dada Sering Terasa Sesak

Dua dari enam partisipan merasa sudah pasrah ketika melahirkan di atas usia 35 tahun. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“selesai operasi dadanya terasa sesak gitu,,”

(Partisipan 3)

“banyak lah rasanya campur aduk, bernapas juga sesak..”

(Partisipan 5)

4. Dukungan Sosial

Dari hasil wawancara seluruh partisipan yang di dasarkan atas pengalaman mengalami preeklampsia berat, maka seluruh partisipan mengungkapkan tentang dukungan sosial yang partisipan terima saat mengalami preeklampsia berat, baik itu dari sumber dukungan dan bentuk dukungan.

a. Sumber Dukungan

Dari hasil wawancara seluruh partisipan mendapatkan dukungan positif dari suami, keluarga, tenaga kesehatan.

1) Suami

Dari keenam partisipan, empat orang partisipan mengatakan bahwa partisipan banyak mendapatkan dukungan dari suami. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“agak kurang sedihnya karena mendapat dukungan penuh dari suami..


(51)

“suami lah yang selalu ada di samping kakak..

(Partisipan 2 )

“untungnya abang terus mendukung kakak, kalo gak gak taulah mau kayakmana lagi..”

(Partisipan 4 )

“iyalah dek, tapi yang jelas abang lah yang mendukung semuanya-semuanya.. ”

(Partisipan 5 )

2) Keluarga

Dari keenam partisipan, dua orang partisipan mengatakan bahwa partisipan banyak mendapatkan dukungan dari keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

keluarga juga selalu menemani dek, tiap hari pasti penuh ni kamar ditungguin semua keluarga, tengoklah remenya gini dek”

(Partisipan 3 )

“semua keluarga ngedukung lah, supaya kalok bisa gak usah operasi, tapi ya mau gimana lagi,, semuanya pada mendoakan yang terbaik lah..”

(Partisipan 6 )

3) Tenaga Kesehatan

Dari keenam partisipan, dua orang partisipan mengatakan bahwa partisipan banyak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan . Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:


(52)

perawat-perawatnya pada ramah, pada perhatian semua, mendukung lah supaya kakak gak down atas penyakit ini..”

(Partisipan 3 )

“ini suster-suster ini juga nyemangatin terus..”

(Partisipan 4 )

“dokternya juga selalu menanyakan keadaan, ngasi motivasi tiap hari..”

(Partisipan 5)

b. Bentuk Dukungan

Dari hasil wawancara seluruh partisipan menyatakan bahwa partisipan mendapatkan dukungan dalam bentuk, memberikan rasa nyaman, merasa lebih diperhatikan, member kekuatan pertisipan selama operasi sesarea dilakukan. 1) Memberikan Rasa Nyaman

Dari keenam partisipan, dua orang partisipan mengatakan bahwa bentuk dukungan social yang diterima yaitu adanya rasa nyaman. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“iya dibuatnya lah supaya kakak bisa nyaman tu gimana..”

(Partisipan 1 )

“nyaman kalo tiap hari ditemenin terus..”

(Partisipan 2 ) 2) Merasa Lebih Diperhatikan

Dari keenam partisipan, dua orang partisipan mengatakan bahwa bentuk dukungan social yang diterima yaitu merasa lebih diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:


(53)

“rasanya juga lebih diperhatikan, tiap hari ditungguin, di temenin, di penuhin semua kebutuhannya..”

(Partisipan 3 )

“yang gak pernah-pernah nya abang masak, bisanya dibuatinnya kakak bubur kemaren, jadi rasanya lebih diperhatikan gitulah..”

(Partisipa 5 )

3) Memberi Kekuatan Partisipan Selama Operasi Dilakukan

Dari keenam partisipan, tiga orang partisipan mengatakan bahwa bentuk dukungan social yang diterima yaitu memberi kekuatan partisipan selama operasi dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

“di motivasi-motivasi terus supaya gak takut operasinya..”

(Partisipan 2 )

“ditemenin terus, disemangatin, jadi nya kakak pun berusaha biar gak takut, walaupun wajar ya namanya juga anak pertama, tapi setidaknya sedikit kuat lah untuk menghadapinya..”

(Partisipan 4 )

“waktu operasi berdoa dulu semua keluarga jadi ada kekuatan tersensirilah untuk menghadapi operasi yang baru pertama kali ini..


(54)

5. Kebutuhan Setelah Seksio sesarea

Dari hasil wawancara seluruh partisipan yang di dasarkan atas pengalaman bersalin secara seksio sesarea, maka seluruh partisipan mengungkapkan tentang kebutuhan partisipan setelah seksio sesarea atas indikasi preeeklampsia berat yaitu, perawatan postpartum, perawatan bayi baru lahir normal, informasi akan jenis obat yang diberikan, dan informasi tentang kehamilan berikutnya.

a. Perawatan Post Partum

Dua dari enam partisipan mengatakan membutuhkan perawatan post partum. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“belom tau cara ngerawat siap operasi melahirkan, karena ini juga kan baru pertama kali, kalo disini kan ada yang ngerawat, nah kalo dirumah ya palingan mamak lah sama suami..”

(Partisipan 5)

“merawat perut ini lah yang macemana, tapi katanya suruh kemari 3 hari lagi.. kalo udah pulang buat ganti perban, karena kan gak ngerti juga merawat ini lukanya.. ”

(Partisipan 6) b. Perawatan Bayi Baru Lahir

Tiga dari enam partisipan mengatakan membutuhkan perawatan bayi baru lahir. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“masih pertama, megangnya ajja pun masih takut, masih kecil jadi masih perlu dirawat dulu sama suster-susternya..”


(55)

“gantiin bajunya macemana, mandikannya macemana, ya butuh perawatan buat si dedek ajja lah gimana..”

(Partisipan 2)

“berat nya kurang jadi harus diinkubator “

(Partisipan 4)

c. Informasi Akan Jenis Obat Yang Di berikan

Dua dari enam partisipan mengatakan membutuhkan informasi akan jenis obat yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“banyak obatnya, tapi gak tau buat apa aja, apa harus sebanyak itu yaaa..”

(Partisipan 3)

“disuntik bokongnya kanan kiri, sakit banget, katanya sih buat nurunkan tensi, tapi kan operasi bukan normal, kenapa mesti diturunkan tensinya, ”

(Partisipan 5)

d. Informasi Tentang Kehamilan Berikutnya

Tiga dari enam partisipan mengatakan butuh informasi tentang kehamilan berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“kira-kira kehamilan berikutnya bisa kenak juga gak ya, kalo bisa jangan lah..”

(Partisipan 4)

“masih takut hamil, trauma kali lah..”


(56)

“udah cukup lah segini aja, sakit kali, ampun lah, gak tau giman kalo hamil lagi kayak gini lagi..”

(Partisipan 6)

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini akan diuraikan secara literatur yang berhubungan dengan pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan preeklampsia berat, yang meliputi persepsi tentang preeklampsia berat, persepsi tentang seksio sesarea, berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, berbagai dukungan sosial yang diterima, kebutuhan setelah seksio sesarea 1. Interpretasi dan Hasil Diskusi

a. Persepsi Tentang Preeklampsia Berat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persepsi partisipan mengenai pengertian

preeklampsia berat bahwa preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah waktu hamil dan dapat di sebut juga keracunan kehamilan. Penyebab partisipan mengalami preeklampsia berat masih belum diketahui, namun seorang partisipan yang memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi menyatakan bahwa karena adanya riwayat hipertensi dalam keluarga tersebut. tanda yang dialami partisipan, yaitu tekanan darah tinggi, kaki bengkak, dan hasil laboratorium yang mengarah ke preeklampsia berat. gejala yang dialami partisipan, yaitu pandangan kabur, sakit kepala, sakit perut, dan muntah.

Penelitian Kusuma, dkk (2009), yang meneliti tentang manajemen risiko dalam pelayanan pasien preeklampsia berat (PEB)/eklampsia di Instalasi Gawat Darurat RSUPNCM, didapatkan karakteristik dan gejala yang dialami 15 responden yang telah diwawancarai yaitu, proteinuria 15 (100%), oliguria 3 (20%), kenaikan


(57)

kreatinin serum 1 (6,7%), nyeri epigastrium/kuadran kanan atas abdomen 2 (13,4%), gangguan neurologis dan visus 1 (6,7%), gangguan fungsi hepar (sgot, sgpt) 4 (26,8%), hemolisis mikroangiopatik 1 (6,7%), trombositopenia (< 100.000/ml) 3 (20%), sindroma hellp 1 (6,7%), kejang tonik-klonik 2 (13,4%).

Persepsi yang diungkapkan partisipan tentang preeklampsia berat diperoleh melalui pengalaman yang telah partisipan alami sebelumnya yaitu menjalani operasi seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat. hal ini sejalan dengan pengertian persepsi oleh Sunaryo dalam Anisah(2010), Persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsir dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek), tanda-tanda dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetap juga pada rangsangan yang berhubungan pada lingkungan sekitar dan keadaan individu yang berhubungan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal.

Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam. Umumnya terjadi pada trimester 3 kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Induced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan. (Maryunani, 2012).

Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola. Faktor-faktor lain yang diperkitrakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia atau disebut juga sebagai faktor resiko antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, mola


(58)

hidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, 2012)

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria, yaitu ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai proteinuria (≥ 0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan hasil reagen urine ≥1+). Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria, perlu dicurigai adanya preeklampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah, dan kadar enzim ginjal abnormal (Varney, 2006).

b. Persepsi tentang seksio sesarea

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi partisipan mengenai pengertian seksio sesarea bahwa seksio sesarea adalah pembedahan di perut untuk mengeluarkan bayi pada saat melahirkan. Penyebab partisipan harus bersalin secara seksio sesarea yaitu, karena adanya peningkatan tekanan darah, bayi besar, dan persalinan belum waktunya.

Alasan partisipan harus bersalin secara seksio sebagian besar sama dengan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea di Helvetia yang diteliti oleh Yusra (2010), Penelitian ini menemukan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea adalah kelainan jalan lahir, kelainan pada janin, kelainan kontraksi rahim, dan ketuban pecah sebelum waktunya.

Sedangkan penelitian Kusuma, dkk (2009), yang meneliti tentang manajemen risiko dalam pelayanan pasien preeklampsia berat (PEB)/eklampsia di Instalasi


(59)

Gawat Darurat RSUPNCM, didapatkan bahwa dari 15 orang yang mengalami preeklampsia didapatkan 8 orang yang bersalin secara seksio sesarea dengan indikasi antara lain eklampsia gravidarum (2; 25%), eklampsia iminens (4; 50%), makrosomia (1; 12,5%), dan HELLP syndrome (1; 12,5%).

Pernyataan partisipan mengenai seksio sesarea sejalan dengan yang dijelaskan oleh Kasdu (2003), bahwa seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn dan Forte, 2010). Menurut Leon J. Dunn, dalam buku Obstetrics and Gynecology, seksio sesarea merupakan persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat dinding rahim.

Menurut Oxorn dan Forte (2010), indikasi seksio sesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolute untuk seksio abdominal. Di antaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat seksio sesarea akan lebih aman bagi ibu, anak atau pun keduanya. Seksio sesarea dapat dikerjakan pada keadaan-keadaan seperti, panggul sempit dan distosia mekanis yaitu: disproporsi fetopelvik, malposisi dan malpresentasi, distosia jaringan lunak, neoplasma, dan persalinan yang tidak dapat maju. pembedahan sebelumnya pada uterus yaitu, seksio sesarea dan histerotomi, pendarahan (plasenta previa dan solusio plasenta), toxemia gravidarum, indikasi fetal yaitu, gawat janin, acat atau kematian janin sebelumnya, prolapsus funiculus umbilicalis, insufisiensi plasenta, diabetes maternal, inkompatibilitas rhesus, postmortem sesarea, dan infeksi virus herpes pada traktus genitalis, dan


(60)

faktor lain yaitu, primigraviditas usia lanjut, bekas jahitan pada vagina, anomali uteri kongenital, riwayat obstetric yang jelek, dan forceps yang gagal.

c. Berbagai perubahan yang dialami

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi preeklampsia berat, yaitu kedinginan, pusing, sakit untuk mobilisasi, dan dada sering terasa sesak.

Hal tersebut akan mengambat aktivitas partisipan setelah operasi, sama seperti penelitian Yusra (2010) yang meneliti pengalaman ibu primipara yang melahirkan secara seksio sesarea di Helvetia, mendapatkan bahwa mayoritas ibu mengalami aktivitas yang terhambat setelah operasi seksio sesarea. mayoritas partisipan mengalami proses pemulihan yang lambat setelah operasi seksio sesarea.

Perubahan yang dialami beberapa partisipan sesuai dengan yang telah dijelaskan Prawirohardjo (2001), yaitu kehilangan darah dan air yang menyebabkan berkurangnya volume cairan dalam sirkulasi karena hemokonsentrasi dan vasokontriksi, Diuresis pasca operasi berkurang, mual kadang sampai muntah akibat anestesi, peristaltik usus berkurang dan lambat akan pulih pada post op hari ke-2, usus bergerak lagi dengan gejala mules dan kembung, nyeri pada luka bekas insisi di daerah abdomen.

d. Dukungan Sosial Yang Diterima

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai dukungan sosial yang diterima ibu, yaitu dari suami, keluarga dan tenaga kesehatan, dalam bentuk memberikan rasa nyaman, merasa lebih diperhatikan, member kekuatan partisipan selama operasi sesarea dilakukan. Dan kebutuhan setelah seksio sesarea yaitu, perawatan


(61)

postpartum, perawatan bayi baru lahir, informasi akan jenis obat yang di berikan, dan informasi tentang kehamilan berikutnya.

Penelitian Kusuma, dkk (2009), yang meneliti tentang manajemen risiko dalam pelayanan pasien preeklampsia berat (PEB)/eklampsia di Instalasi Gawat Darurat RSUPNCM, dari wawancara 15 responden yang mengalami preeklampsia, di dapatkan bahwa Di RSCM sendiri belum ada data kepuasan pasien yang objektif terhadap ppelayanan yang diterima

Yuni, Heni & Sujiyanti (2009) yang menjelaskan agar proses psikologis dalam kehamilan berjalan normal, maka diperlukan dukungan dan kenyamanan dalam psikologisnya. Dukungan dapat berasal dari berbagai pihak seperti suami, orang tua, keluarga dan orang–orang yang ada disekelilingnya. Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh suami selama hamil dan persalinan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi, fisik dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Dukungan sosial adalah bantuan atau dukungan yang diterima oleh seseorang dari orang lain yang dirinya sehingga individu merasa dihargai, dicintai, diterima serta diperhatikan (Stanhope & Lancaster, 2004; Pender et al.,2002) sedangkan menurut Bobak, Lawdermilk & Jensen (2005) keberhasilan penyelesaian suatu krisis sangat tergantung dari sistem pendukung yang dimiliki. Individu yang system pendukungnya kuat mungkin akan membutuhkan intervensi minimum untuk menyelesaikan krisis sedangkan individu yang sistem pendukungnya kurang membutuhkan intervensi kompleks. Dukungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik, mental dan kognitif seseorang (Gotllieb, 2008). Menurut Jirowong, Dunt & Goldsworthy dalam Anggraeni (2009) menjelaskan 4 jenis dukungan sosial yaitu : dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penghargaan (Anisa, 2010).


(62)

e. Kebutuhan setelah seksio sesarea

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan ibu setelah seksio sesarea yaitu, perawatan postpartum, perawatan bayi baru lahir, informasi akan jenis obat yang di berikan, dan informasi tentang kehamilan berikutnya.

Pernyataan yang diberikan partisipan mengenai kebutuhan setelah seksio sesarea juga dijelaskan oleh Bobak, Lawdermilk & Jensen (2005), bahwa selama satu sampai dua hari pertama setelah melahirkan, ketergantungan ibu menonjol. Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi orang lain, ibu memindahkan energi psikologisnya kepada anaknya. Periode ini disebut dengan fase menerima (taking-in phase). Suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Dalam fase dependen-mandiri ibu, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Pasien berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi, jika pasien adalah ibu yang gesit maka akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Fase ini disebut dengan fase taking hold yang berlangsung kira-kira10 hari (Annisa, dkk, 2010).

2. Keterbatasan peneliti

Pada peneliti kualitatif, dimana peneliti adalah instrument kunci. Oleh Karena itu untuk dapat menjadi instrument, maka peneliti harus memiliki kemampuan untuk melakukan wawancara mendalam. Pada penelitian ini, peneliti sebagai instrumen penelitian, tidak memiliki banyak pengalaman dalam melakukan wawancara, bahkan ini adalah pengalaman pertama bagi peneliti dalam melakukan wawancara sehingga secara tidak langsung mempengaruhi hasil dari penelitian ini karena dengan


(63)

kemampuan wawancara yang sangat minim maka ada beberapa hal yang seharusnya dapat diketahui lebih banyak dari partisipan tidak tergali oleh peneliti sehingga hasil penelitian ini mungkin belum mencapai seluruh aspek yang diinginkan.


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Dari hasil wawancara terhadap 6 partisipan pada penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. persepsi partisipan mengenai pengertian preeklampsia berat bahwa preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah waktu hamil dan dapat di sebut juga keracunan kehamilan dangan penyebab yang belum diketahui, dan riwayat hipertensi dalam keluarga. Tanda dan gejala nya yaitu, tekanan darah tinggi, kaki bengkak, dan hasil laboratorium yang mengarah ke preeklampsia berat, pandangan kabur, sakit kepala, sakit perut, dan muntah. 2. Persepsi partisipan mengenai pengertian seksio sesarea bahwa seksio sesarea

adalah pembedahan di perut untuk mengeluarkan bayi pada saat melahirkan. Penyebab partisipan harus bersalin secara seksio sesarea yaitu, karena adanya peningkatan tekanan darah, bayi besar, dan persalinan belum waktunya. 3. Berbagai perubahan yang dialami setelah seksio sesarea atas indikasi

preeklampsia berat, yaitu kedinginan, pusing, sakit untuk mobilisasi, dan dada sering terasa sesak.

4. Berbagai dukungan sosial yang diterima, yaitu dari suami, keluarga dan tenaga kesehatan, dalam bentuk meberikan rasa nyaman, merasa lebih diperhatikan, member kekuatan partisipan selama operasi sesarea dilakukan. 5. Kebutuhan setelah seksio sesarea yaitu, perawatan postpartum, perawatan

bayi baru lahir, informasi akan jenis obat yang di berikan, dan informasi tentang kehamilan berikutnya.


(65)

B. SARAN

Saran yang perlu dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang mengidentifikasi pengalaman ibu primipara post seksio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat yang melalui beberapa partisipan, namun tidak diketahui bagaimana pelaksanaannya secara umum. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian secara kualitatif dengan strategi pendekatan yang lebih efektif dalam memberikan pelayanan yang komprehensif khususnya pada ibu primipara post sekio sesarea dengan indikasi preeklampsia berat.

2. Bagi Pendidikan

Ilmu kebidanan sebagai aspek penting dalam kontribusi pelayanan kesehatan di masyarakat harus dapat mengembangkan pengetahuan kebutuhan-kebutuhan masyarakat salah satunya dari segi informasi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tercapainya pemberian pelayanan kebidanan yang berkualitas dan terpercaya dimasyarakat.

3. Bagi Ibu

Kepada Ibu agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang hal-hal yang dapat membahyakan kehamilan khususnya preeklampsia berat dengan mencari informasi dari mana saja, misalnya banyak membaca maupun mencari dari internet.


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia. Anisah, Mursiyam & Anggraeni, Mekar Dewi. (2010). Jurnal Keperawatan

Soedirman (The Soedirman Jounal of Nursing). Volume 5, No.1, Maret 2010 Bothamley, Judy. (2012). Patofisiologi dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran (Terjemahan). Jakarta : EGC.

Depkes RI (2007). Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.

Jakarta: 2007.

Kaban, Hilda Princ. (2005). Ibu Hamil Menurut WHO. http//scribd.com. Diakses tanggal 2 November 2013 Pukul 10.15 WIB.

Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar Masalah dan Soslusinya. Jakarta: Puspa Swara. Kusuma T W, dkk (2009). Manajemen risiko dalam pelayanan pasien preeklampsia

berat (PEB)/eklampsia di Instalasi Gawat Darurat RSUPNCM. http:// www. digilib. Stikesmuh -pkj.ac.id. Diakses pada tanggal 5 Juli 2014 Pukul 11.00 WIB.

Medforth, Janet, et al. (2013). Kebidanan Oxford: Dari Bidan Untuk Bidan. Jakarta: EGC.

Mundy, Chrissie G. (2005) Pemulihan Pasca Operasi Caesar. Jakarta: Erlangga. Manuaba, Ida Bagus Gede. (2013). Pengantar Kuliah Indonesia Menghadapi

Gagasan Millenium Developtment Goals (MDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jakarta: TIM

Maryunani, Anik (2012). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Morgan, Gery. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta : EGC. Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka

Cipta.

Polit, D.F. (2004). Canadian Essential of Nursing Research. New York: Lippincot Williams & Wilkins.


(67)

Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Profil, RSU Muhammadiyah Medan. (2013). Angka Kejadian Seksio sesarea, Medan Purwandari, Atik., 2008. Konsep Kebidanan, Jakarta : EGC.

Sanjaya, Wina. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

SDKI. (2007). Angka Kematian Ibu Melahirkan. http//menegpp.go.id. Diakses tanggal 2 November 2013 Pukul 10.15 WIB.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfa Beta.n Persalinan & Kelahiran (Terjemahan). Jakarta : EGC.

Varney, Helen. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC. Yon, P. (2013). Hari Kontrasepsi Sedunia Angka Kematian Ibu di Indonesia

Tertinggi di Asean. http//suarakarya-online.com. Diakses tanggal 2 November 2013 Pukul 15.20 WIB.

Yusra, Suhaila (2010), Pengalaman Ibu Primipara Yang Melahirkan Secara Seksio Sesarea, http// repositoriusu.ac.id. Diakses pada tanggal 5 Juli 2014 Pukul 10.00 WIB.


(1)

PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan kepada saya, bagaimana pengalaman ibu pada saat akan melalui proses persalinan seksio yang dikarenakan hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia berat)?

2. Coba ibu ceritakan kepada saya, bagaimana persiapan ibu dalam menghadapi proses persalinan dengan komplikasi hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia berat)?

3. Dukungan apa saja yang ibu dapatkan saat mengalami hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia berat) ?

4. apa saja perubahan yang ibu alami setelah menjalani seksio sesarea dengan indikasi hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia berat) ?

5. Apa saja kebutuhan ibu setelah menjalani seksio sesarea dengan indikasi hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia berat) ?


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Henny Trisnawati

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/30 April 1992

Anak Ke : 3 (tiga) dari 5 (lima) bersaudara

Agama : Islam

Nama Ayah : Amir Hasan A. S,Sos Nama Ibu : Dinamis Maruhawa

Alamat : Jl. Arafah Komplek Albarokah No.2 Desa Sampali Kecamatan Medan Tembung Kabupaten Deli Serdang

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1998-2002 : SD Negeri 060863 2. Tahun 2002-2004 : SD Hang Tuah II

Tamat dan Berijazah 3. Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 11 Medan

Tamat dan Berijazah 4. Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 3 Medan

Tamat dan Berijazah

5. Tahun 2010-2013 : STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam Tamat dan Berijazah