Monitoring dan Evaluasi Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2008-2014 untuk Orangutan Sumatera (Pongo abelii)

  

MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI DAN RENCANA

AKSI KONSERVASI (SRAK) ORANGUTAN INDONESIA

2008-2014 UNTUK ORANGUTAN SUMATERA (Pongoabelii)

  SKRIPSI

AKHIRUL HIJRY

091201047

MANAJEMEN HUTAN

  

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014 Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat

dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “Monitoring dan Evaluasi Strategi dan Rencana Aksi Konservasi

(SRAK) Orangutan Indonesia 2008-2014 untuk Orangutan Sumatera (Pongo

abelii )”

  Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan,

memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada Pindi Patana, S.Hut., M.Sc., dan Rahmawaty, S.Hut., M.Si.,

Ph.D., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam penyelesaian

proposal penelitian ini. Khusus untuk FOKUS (Forum Komunikasi Orangutan

Sumatera), BBKSDA-SU, dan OIC yang telah banyak membantu penulis selama

pelaksanaan penelitian.

  Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa

yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat.

  

ABSTRAK

AKHIRUL HIJRY : Monitoring dan Evaluasi Strategi dan Rencana Aksi

Konservasi Orangutan Indonesia 2008-2014 untuk Orangutan Sumatera (Pongo

abelii), dibimbing oleh : Pindi Patana dan Rahmawaty.

  Dalam peraturan perundangan Indonesia, orangutan termasuk dalam status

jenis satwa yang dilindungi. Diketahui bahwa jumlah populasi orangutan liar telah

menurun secara terus-menerus dalam beberapa dekade terakhir akibat hilangnya

hutan dataran rendah, namun pada beberapa tahun terakhir ini kecepatan

penurunan populasi orangutan terus meningkat. Menyikapi hal tersebut, maka

disusunlah suatu dokumen yang dapat menjadi panduan dalam penyelamatan

orangutan sumatera sekaligus sebagai acuan bagi para pihak yang bekerja untuk

konservasi orangutan. Penetapan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK)

Orangutan Indonesia 2007 – 2017 berguna sebagai kesatuan kerangka kerja

konservasi yang memadukan penanganan prioritas, terpadu, dan melibatkan

semua pihak dan para pemangku kepentingan.

  Setelah lebih dari setengah periode berjalan, strategi dan rencana aksi yang

telah direcanakan dan yang dilaksanakan tidak begitu berefek positif terhadap

usaha-usaha konservasi orangutan. Oleh karena itu strategi dan rencana aksi ini

perlu dipantau dan dievaluasi untuk melihat sudah sejauh mana pelaksanaan

implementasinya serta tingkat keberhasilan dari program-program tersebut

sebagaimana tercantum dalam dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi

(SRAK) Orangutan Indonesia 2007 – 2017 Kata kunci : Monitoring, Evaluasi, Strategi, Orangutan Sumatera

ABSTRACT

  AKHIRULHIJRY: MonitoringandEvaluationStrategyandAction Plan2008-2014for theIndonesianOrangutanConservationSumatran Orangutan(Pongo abelii), guidedby: PindiPatanaandRahmawaty.

  InlegislationIndonesia, orangutansare included in theprotected speciesstatus. It is knownthat thenumberof wild populationshave declinedsteadily inrecent decades due tothe loss oflowland forest, but inrecent yearsthe pace of declinein orangutan populationscontinue to increase. In response,then draftedadocumentthatcanserve as a guideinthe Sumatran orangutanrescueas wellas areference forthose workingfor theconservationof orangutans. DeterminationConservationStrategy and Action Plan(SRAK)

OrangutanIndonesia2007-2017usefulasunitaryframeworkthat combinesthe

handling ofpriorityconservation, integrated, andinvolveall partiesandstakeholders.

  

After morethanhalf ofthe current year, a strategyand action planthathas

beenplannedandimplementednot sopositive effect onorangutanconservationefforts. Therefore,strategiesand action plansneed to bemonitoredandevaluatedtoseethe extent to whichthe implementation of theimplementationand the level ofsuccessofsuch programsas containedindocumentConservationStrategy and Action Plan(SRAK) OrangutanIndonesia2007-2017 Keywords: Monitoring, Evaluation, Strategy, SumatransOrangutan

RIWAYAT HIDUP

  Penulis bernama Akhirul Hijry lahir pada 9 Juli 1991 di Kota Solok,

Sumatera Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, yaitu ayah

Mulsriharto (Alm) dan ibu Oktiviarni S,Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan

Sekolah Dasar di SDN 01 Gunung Talang pada tahun 2003, lulus dari SMPN 01

Gunung Talang pada tahun 2006, dan lulus dari SMAN 01 Gunung Talang pada

tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi

Universitas Sumatera Utara dengan mengambil Program Studi Kehutanan, di

Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) pada tahun 2009.

  Selama mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara, penulis aktif

di organisasi KAMMI, BKM Al-Mukhlisin FP USU, dan BKM Baytul Asyjaar

Kehutanan. Penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)

di Tahura xxx pada tahun 2012 selama 10 hari. Pada tahun 2013, penulis

melaksanakan Praktik Kerja Lapangana (PKL) di Taman Nasional (TN)

Sebangau, Kalimantan Tengah. Pad akhir masa kuliah, penulis melakaukan

penelitian tentang Monitoring dan Evaluasi Strategi dan Rencana aksi konservasi

orangutan di Medan pada bulan Juli-September 2014.

  

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii PENDAHULUAN

  

Latar Belakang ........................................................................................

  1 Tujuan Penelitian ....................................................................................

  3 Manfaat Penelitian ..................................................................................

  3 TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi Orangutan ..................................................................................

  4 Klasifikasi dan Anatomi Orangutan Sumatera (Pongoabelii) ................

  5 Ancaman Kelestarian Orangutan ............................................................

  6 Status Konservasi ....................................................................................

  7 Monitoring ..............................................................................................

  8 Evaluasi ..................................................................................................

  9 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 11

  Alat dan Bahan ........................................................................................ 11 Metode Penelitian ................................................................................... 11 Analisis Data ........................................................................................... 12 Batasan Penelitian ................................................................................... 14 Batasan Operasional ............................................................................... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Gambaran Umum SRAK OU ................................................................. 16 Visi, Maksud, dan Tujuan ....................................................................... 17 Wilayah Kerja SRAK OUS .................................................................... 18 Data Masing-Masing Habitat .................................................................. 20 Pemangku Kepentingan .......................................................................... 24 Analisis Keterancaman Orangutan Sumatera ......................................... 26 Evaluasi SRAK OUS .............................................................................. 29 Analisis Medan Kekuatan ....................................................................... 34

KESIMPULAN DAN SARAN

  Kesimpulan ............................................................................................. 41 Saran ....................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL No

  1. Habitat dan populasi orangutan sumatera (2004) ............................... 19

  2. Analisis keterancaman orangutan sumatera ....................................... 27

  3. Evaluasi pelaksanaan program aksi SRAK OUS 2008-2014 ............. 29

  4. Faktor pendukung program aksi SRAK OUS .................................... 35

  5. Faktor penghambat program aksi SRAK OUS ................................... 37

  6 Strategi penguatan implementasi program SRAK OUS ...................... 38

DAFTAR GAMBAR No

  1. Analisis medan kekuatan (Force field analysis) ................................. 13

  2 Peta distribusi orangutan sumatera ..................................................... 18

  3 Analisis keterancaman habitat orangutan sumatera ............................. 26

PENDAHULUAN Latar Belakang

  Orangutan Sumatera (Pongoabelii) dan orangutan Kalimantan

(Pongopygmaeus) adalah dua jenis satwa parimata yang menjadi bagian penting

dari kekayaan keanekaragaman hayati kita, dan merupakan satu-satunya kera

besar yang hidup di Asia, sementara tiga kerabatnya yaitu gorila, chimpanze, dan

bonobo hidup di benua Afrika. Orangutan dianggap sebagai suatu

flagshipspecies’ yang menjadi suatu simbol untuk meningkatkan kesadaran

konservasi serta menggalang partisipasi semua pihak dalam aksi konservasi.

Orangutan juga merupakah ‘umbrella species’elestarian orangutan di habitatnya

juga menjamin kelestarian hutan dan kelestarian makhluk hidup lainnya. Dari sisi

ilmu pengetahuan, orangutan juga sangat menarik, karena mereka menghadirkan

suatu cabang dari evolusi kera besar yang berbeda dengan garis turunan kera besar

yang terdapat di Afrika (Caldecott dan Miles, 2005).

  Orangutan sumatera (Pongo abelii) merupakan kera besar endemik Pulau

Sumatera yang terancam punah karena hutan yang menjadi habitatnya telah rusak

dan hilang oleh penebangan liar, konversi lahan dan kebakaran. Selain itu

penurunan populasi tersebut juga disebabkan oleh tingginya perburuan orangutan.

  

Kondisi ini menyebabkan orangutan berada di ambang kepunahan, serta menjadi

langka dan akhirnya dilindungi. Di tingkat nasional orangutan dilindungi

keberadaannya oleh UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah (PP) No.7 Tahun 1999

tentang Pengawetan Flora dan Fauna Indonesia. Di tingkat internasional

  

orangutan adalah satwa yang termasuk dalam kategori genting

(endangeredspecies) IUCN (International Union for Conservation of Nature and

NaturalResources ) dan tidak dapat diperdagangkan karena berada dalam daftar Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies)

  Keadaan orangutan yang terancam punah tersebut tidak dapat dibiarkan. Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk pelestarian orangutan yaitu konservasi (Meijaard et al., 2001).

  Dalam peraturan perundangan Indonesia, orangutan termasuk dalam status jenis satwa yang dilindungi. Pada IUCN Red List Edisi tahun 2002 orangutan dikategorikan Critically Endangered, artinya sudah sangat terancam kepunahan. Diketahui bahwa jumlah populasi orangutan liar telah menurun secara terus- menerus dalam beberapa dekade terakhir akibat hilangnya hutan dataran rendah, namun pada beberapa tahun terakhir ini kecepatan penurunan populasi orangutan terus meningkat.Menyikapi hal tersebut, maka disusunlah suatu dokumen yang

dapat menjadi panduan dalam penyelamatan orangutan sumatera sekaligus

sebagai acuan bagi para pihak yang bekerja untuk konservasi orangutan.

  Penetapan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia

2007 – 2017 berguna sebagai kesatuan kerangka kerja konservasi yang

memadukan penanganan prioritas, terpadu, dan melibatkan semua pihak dan para pemangku kepentingan.

  Setelah lebih dari setengah periode berjalan, strategi dan rencana aksi yang telah direcanakan dan yang dilaksanakan tidak begitu berefek positif terhadap

usaha-usaha konservasi orangutan. Buktinya dari tahun ke tahun, beberapa

pelanggaran terhadap perlindungan orangutan dan pengurangan populasi

  

orangutan terus saja terjadi, khususnya untuk orangutan sumatera. Oleh karena itu

strategi dan rencana aksi ini perlu dipantau dan dievaluasi untuk melihat sudah

sejauh mana pelaksanaan implementasinya serta tingkat keberhasilan dari

program-program tersebut sebagaimana tercantum dalam dokumen Strategi dan

Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2007 – 2017 Tujuan 1.

  Mengevaluasi pelaksanaan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2008 – 2014 untuk orangutan sumatera.

  2. Menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat yang berpengaruh terhadap program-program Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2008 – 2014 untuk Orangutan sumatera (Pongo abelii)

Manfaat

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan

kualitas aksi dan implementasi program-program Strategi dan Rencana Aksi

Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia, khususnya untuk konservasi orangutan

sumatera, yaitu berdasarkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan program, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

keberhasilan program, serta mengetahui tindakan yang dapat memberikan

dorongan dalam pelaksanaan aksi konservsi orangutan sumatera (Ponggoabelii).

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Orangutan

  Orangutan adalah kera besar, oleh karena itu memiliki ciri-ciri khas dasar

yang sama dengan saudara-saudara mereka dari Afrika. Pada saat ini, orangutan,

kera besar satu-satunya yang masih ada di Asia, hanya dapat ditemukan di

pedalaman hutan-hutan Kalimantan dan Sumatera. Menurut anggapan beberapa

ahli taksonom, ada satu spesies dengan dua sub-spesies orangutan, satu pada tiap

pulau atau dua spesies, yaitu spesies Sumatera (Pongo abelii) dan spesies

Kalimantan (Pongo pygmaeus). Ironisnya nama “Orangutan” jarang sekali disebut

oleh penduduk di sekitar habitat alami orangutan. Di Sumatera digunakan julukan

“Mawas”. Di Kalimantan, berbagai nama digunakan, termasuk “Maias” atau

“Kahiyu” (Rijksen dan Meijaard, 1999 dalam Schaik, 2006).

  Nama orangutan berasal dari bahasa Melayu, yaitu “orang” dan “hutan”,

yang dapat diartikan sebagai orang yang berasal dari hutan. Selain itu juga dalam

berbagai bahasa Orangutan dikenal juga dengan nama Mawas (Sumatera Utara)

dan Maweh (Aceh). Orangutan merupakan hanya ditemui di Asia Tenggara atau

tepatnya di Indonesia dan Malaysia. Sedangkan jenis kera besar lainnya, yaitu

gorila (Pan gorilla), simpanse (Pan troglodytes), dan bonobo (Pan paniscus)

berada di benua Afrika (Galdikas, 1978).

  Klasifikasi dan Anatomi Orangutan

  Menurut Jones et al., (2004), primata diklasifikasikan berdasarkan tiga tingkatan taksonomi yaitu :

  1. Secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan secara terang-terangan.

  2. Secara ilmiah populasi yang tidak memiliki nama yang terdapat di daerah tersebut dengan bukti terpercaya yang taksonominya dikenali secara terpisah kemungkinan benar.

  3. Secara ilmiah nama spesies dan subspesies yang dikenali belum pasti dan memerlukan investigasi lebih lanjut.

  Berdasarkan tingkatan tersebut, orangutan Sumatera diklasifikasikan menjadi: Kelas : Mammalia Bangsa : Primata Anak bangsa : Anthropoidea Famili : Hominoidea Subfamili : Pongidae Genus : Pongo Jenis : Pongo abelii. Orangutan sumatera (Pongo abelii) memiliki penampilan rambut yang

lebih terang jika dibandingkan dengan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus),

warna rambut coklat kekuningan, tebal atau panjang (Supriatna dan Edy, 2000),

dan jika dilihat dari mikroskop berambut membulat, mempunyai kolom pigmen

gelap yang halus dan sering patah di bagian tengahnya, biasanya jelas di dekat

ujungnya dan kadang berujung hitam di bagian luarnya (Meijaard et al., 2001).

  

Pada bagian wajah orangutan sumatera (Pongo abelii) terkadang memiliki rambut

putih, rambut orangutan sumatera lebih lembut dan lemas dibandingkan dengan

rambut orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) yang kasar dan jarang-jarang

(Galdikas, 1978).

  Anak orangutan yang baru lahir memiliki kulit wajah dan tubuh yang

berwarna pucat dengan rambut coklat yang sangat muda dan setelah dewasa

warnanya akan berubah sesuai dengan perkembangan umurnya. Ukuran tubuh

orangutan jantan 2 kali lebih besar daripada betina (Supriatna dan Edy, 2000).

  

Berat badan betina orangutan sumatera (Pongo abelii) maupun orangutan

kalimantan (Pongo pygmaeus) rata-rata 37 kg, sedangkan untuk berat badan

jantan orangutan sumatera (Pongo abelii) rata-rata 66 kg dan orangutan

kalimantan (Pongo pygmaeus) rata-rata 73 kg (Galdikas, 1978). Menurut

Supriatna dan Edy (2000), pada jantan mempunyai kantung suara yang berfungsi

mengeluarkan seruan panjang (longcall). Seruan panjang ialah suara orangutan

yang dikeluarkan dan dapat terdengar dari jarak-jarak jauh yang berfungsi untuk

merangsang perilaku seks pada betina yang artinya seruan panjang memiliki

peranan penting dalam reproduksi dan untuk seruan panjang orangutan

kalimantan. (Pongo pygmaeus) terdengar hingga sejauh lebih dari 2 Km serta

terdengar memukau dan menakutkan (Galdikas, 1978).

Ancaman Kelestarian Orangutan

  Pertemuan yang diselenggarakan di Berastagi dan Pontianak telah

mengidentifikasi berbagai ancaman yang berpotensi meningkatkan risiko

kepunahan orangutan di Sumatera dan Kalimantan. Ringkasan jenis dan tingkatan Tabel 1. Analisis keterancaman orangutan sumatera No. Ancaman Tingkat Ancaman Dampak Utama Kemungkinan Pengelolaan

  1. Tekanan populasi penduduk Sedang Degradasi sumberdaya, kepunahan spesies khususnya akibat perburuan, peningkatan erosi, gangguan siklus hidrologi

  ancaman yang teridentifikasi oleh para pihak yang hadir di pertemuan Berastagi dan Pontianak dapat dilihat pada table berikut.

  • Mencegah migrasi ke Taman Nasional - Membatasi/ mengatur pemanfaatan sumberdaya,
  • Membuat insentif untuk pindah keluar
  • Mengurangi perambahan

  2. Perubahan Landuse – tata guna lahan Tinggi Degradasi dan kerusakan sumberdaya, kepunahan spesies, kehilangan fungsi hutan

  • Melarang perubahan lahan (landuse) yang jadi habitat orangutan
  • Penyediaan alternatif mata pencaharian
  • Mendorong ada perda yang mengakomodir ttg habitat orangutan, dengan membangun kawasan konservasi daerah di APL

  3. Kebakaran hutan Tinggi Degradasi habitat, kematian orangutan

  • Pendidikan konservasi
  • Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
  • Rescue dan translokasi

  4. Pertambangan Sedang Perubahan dan degradasi habitat

  • Mendorong adanya aturan yang melarang pertambangan pada kawasan yang menjadi habitat orangutan

  5. Penegakan aturan yang lemah Sedang Penebangan hutan dan perburuan tinggi

  • Ada forum yang akan memonitor kegiatan penegakan aturan
  • Ada aturan dan kebijakan pengelolaan orangutan di luar kawasan konservasi

  6. Penebangan hutan Tinggi Habitat orangutan berkurang, perubahan vegetasi dan penurunan populasi

  • Menyusun pedoman penebangan di areal yang ada orangutan
  • Pengembangan kawasan konservasi daerah

  7. Perburuan/ Perdagangan illegal Tinggi Kepunahan spesies, perubahan struktur komunitas

  • Melarang perburuan
  • Patroli pengamanan
  • Pendidikan - Penyediaan alternatif ekonomi
  • Penegakan aturan
Pembukaan kawasan hutan merupakan ancaman terbesar terhadap

lingkungan karena mempengaruhi fungsi ekosistem yang mendukung kehidupan

di dalamnya. Hutan Indonesia telah banyak berkurang akibat konversi menjadi

lahan pertanian, perkebunan, permukiman, kebakaran hutan serta praktek

pengusahaan hutan yang tidak berkelanjutan. Pengembangan otonomi daerah dan

penerapan desentralisasi pengelolaan hutan pada tahun 1998 juga dipandang oleh

banyak pihak sebagai penyebab peningkatan laju deforestasi di Indonesia

(Dephut, 2009).

  Pembukaan kawasan hutan merupakan ancaman terbesar terhadap

lingkungan karena mempengaruhi fungsi ekosistem yang mendukung kehidupan

di dalamnya. Pengembangan otonomi daerah dan penerapan desentralisasi

pengelolaan hutan pada 1998 juga dipandang oleh banyak pihak sebagai penyebab

Pembukaan peningkatan laju deforestasi di Indonesia. Pembangunan perkebunan

dan izin usaha pemanfaatan kayu yang dikeluarkan pemerintah daerah turut

berdampak terhadap upaya konservasi orangutan.

  Pembangunan perkebunan dan izin usaha pemanfaatan kayu yang

dikeluarkan pemerintah daerah turut berdampak terhadap upaya konservasi

orangutan. Semenjak desentralisasi diimplementasikan sepenuhnya pada tahun

2001, sebagian tanggung jawab pengelolaan kawasan hutan diserahkan kepada

pemerintah daerah. Pemberian izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) 100 hektar

yang terjadi pada tahun 2001-2002 dengan pola tebang habis menyebabkan

pengelolaan hutan semakin sulit. Sementara itu perencanaan tata guna lahan

seringkali tidak mempertimbangkan prinsip-prinsip ekologi dan konservasi

sumberdaya alam (Dephut, 2009).

  Gambar 1. Peta tingkat keterancaman habitat oragutan sumatera (Pongoabelii)

Status Konservasi

  Orangutan (Pongo abelii) merupakan kera besar endemik Pulau Sumatera

yang terancam punah karena hutan yang menjadi habitatnya telah rusak dan hilang

oleh penebangan liar, konversi lahan dan kebakaran. Selain itu penurunan

populasi tersebut juga disebabkan oleh tingginya perburuan orangutan. Kondisi ini

menyebabkan orangutan berada diambang kepunahan, serta menjadi langka dan

akhirnya dilindungi. Di tingkat nasional orangutan dilindungi keberadaannya oleh

  

UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah (PP) No.7 Tahun 1999 tentang

Pengawetan Flora dan Fauna Indonesia. Di tingkat internasional orangutan adalah

satwa yang termasuk dalam kategori genting (Endangered Species) IUCN

(International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dan

tidak dapat diperdagangkan karena berada dalam daftar Appendix I CITES

(Convention on International Trade in Endangered Spesies). Keadaan orangutan

yang terancam punah tersebut tidak dapat dibiarkan. Oleh karena itu, perlu adanya

tindakan untuk pelestarian orangutan berupa kegiatan konservasi (Meijaard et al.,

2001).

Monitoring

  Monitoring merupakan proses pengumpulan informasi ( data dan fakta )

dan pengambilan keputusan – keputusan yang diambil dalam pelaksanaan

program dengan maksud untuk menghindari terjadinya keadaan – keadaan kritis

yang akan mengganggu pelaksanaan program sehingga program tersebut tetap

dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan demi tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan ( Mardikanto, 1993 ).

  Dalam kaitannya dengan program, monitoring diartikan sebagai suatu

proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas dan dampak kegiatan –

kegiatan program yang sedang berjalan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

secara sistematik dan objektif. Monitoring meliputi kegiatan mengamati/meninjau

kembali/mempelajari/ kegiatan mengawasi yang dilakukan secara terus – menerus

atau berkala oleh pengelola proyek setiap tingkatan pelaksanaan kegiatan, untuk

  

memastikan bahwa pengadaan/penggunaan input, jadwal kerja, hasil yang

ditargetkan dan tindakan – tindakan lainnya yang diperlukan berjalan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan ( Sinar Tani, 2001 ).

  Dengan melaksanakan monitoring, berarti ingin diketahui secara tepat dan

pasti mengenai pengamatan atas bukti dan fakta tentang proses dan pencapaian

tujuan yang diharapkan dan penemuan hambatan – hambatan maupun factor

pendorong mencapai keberhasilan ( Ginting, 2000 ).

Evaluasi

  Evaluasi adalah teknik penilaian kualitas program yang dilakukan secara

berkala melalui metode yang tepat. Pada hakekatnya, evaluasi diyakini sangat

berperan dalam upaya peningkatan kualitas operasional suatu program dan

berkontribusi penting dalam memandu pembuat kebijakan diseluruh strata

organisasi. Dengan menyusun, mendesain evaluasi yang baik dan menganalisi

hasilnya dengan tajam, kegiatan evaluasi dapat member gambaran tentang

bagaimana kualitas operasional program, layanan, kekuatan dan kelemahan yang

ada, efektifitas biaya dan arah produktif potensial masa depan. Dengan

menyediakan informasi yang relevan untuk pembuat kebijakan, evaluasi dapat

membantu menata seperangkat prioritas, mengarahkan alokasi sumber dana,

memfasilitasi modifikasi, penajaman struktur program dan aktifitas sertamemberi

sinyal akan kebijakan penataan ulang personil dan sumber daya yang dimiliki. Di

samping itu, evaluasi dapat dimanfaatkan untuk menilai meningkatkan kualitas

serta kebijakan program. (Hasugian, 2013)

  Masalah utama dalam evaluasi adalah bahwa agen penyuluhan sering

melihatnya sebagai sebuah ancaman, terutama jika mereka kurang percaya diri

atau tidak yakin akan penilaian atasannya terhadap tugas mereka. Ini dapat

menjadi masalah terutama pada budaya dimana kritik dapat menyebabkan

kehilangan muka dan tidak bias dilihat sebagai cara yang positif untuk membantu

agar penyuluh memperbaiki tugasnya. Oleh karena itu, penting bagi agen

penyuluhan untuk tidak ragu – ragu terhadap penilaian tugasnya, dan berbicara

penuh dengan keyakinan untuk diperolehnya masukan yang baik ( Van den Bad

dan Hawkins, 1999 ).

  Beberapa evaluasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode

ilmu – ilmu sosial, tetapi sebagian besar dilakukan oleh agen penyuluhan.Untuk

itu perlu dikembangkan metodologi yang lebih sedehana, sesuai dan kurang

menyita waktu. Evaluasi sebagai pemberi informasi digunakan agen penyuluhan

sebagai dasar pengambilan keputusan walaupun biasanya keputusan juga

didasarkan pada bayangan yang ditunjukkan oleh banyak sumber informasi, dan

tidak dari satu sumber saja. Evaluasi dapat melengkapi basis informasi sehingga

menyebabkan terjadinya perubahan bertahap dalam rencana ( van den ban &

Hawkins, 1999 ).

  Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi,

efektifitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan

kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyususnan program dan

pengambilan keputusan dimasa depan. Dan monitoring dilaksanakan agar proyek

dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan

balik bagi pengelola proyek, menyempurnakan rencana operasional proyek, dan

  

mengambil tindakan yang korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan

hambatan (Sinar Tani, 2001 ).

Gambaran Umum SRAK OU 2007-2017

  Berawal dari kondisi orangutan yang sangat memprihatinkan, telah

mendorong para peneliti, pelaku konservasi, pemerintah, dan pemangku

kepentingan lainnya untuk mencari solusi terbaik yang dapat menjamin

keberadaan primata itu di tengah upaya negara menyejahterakan masyarakatnya.

  

Serangkaian pertemuan untuk menyusun strategi konservasi berdasarkan kondisi

terkini orangutan telah diadakan, dimulai dari Lokakarya Pengkajian Populasi dan

Habitat (Population Habitat and Viability Analysis) di Jakarta pada 2004,

kemudian dilanjutkan dengan pertemuan multipihak di Berastagi, Sumatera Utara,

pada September 2005, dan di Pontianak, Kalimantan Barat pada Oktober 2005,

serta di Samarinda pada Juni 2006. Ketiga pertemuan terakhir menyertakan pula

pemerintah daerah di seluruh daerah sebaran orangutan, kalangan industri

perkayuan, perkebunan kelapa sawit, dan utusan masyarakat, selain peneliti dan

pelaku konservasi. Dialog yang dilakukan antara berbagai pihak dengan latar

belakang kepentingan yang berbeda di ke-tiga pertemuan itu telah menghasilkan

serangkaian rekomendasi yang mencerminkan keinginan baik semua pihak untuk

melestarikan orangutan (Forina, 2013.)

  Sebagai kelanjutan, pemerintah melalui Direktorat Jendral Perlindungan

Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) bekerjasama dengan Asosiasi

Peneliti dan Ahli Primata Indonesia (APAPI), serta didukung oleh Orangutan

Conservation Services Program (OCSP)- USAID, telah mensintesis semua butir

  

rekomendasi dari pertemuan Berastagi dan Pontianakdan Samarinda melalui

pembahasan diskusi kelompok terfokus (FGD) di Jakarta 6 Novermber 2007,

FGD di Bogor 30-31 Oktober 2007, FGD Jakarta 8 November 2007, Lokakarya di

Jakarta 15-16 November dan Finalisasi di Bogor 20-21November 2007 ke dalam

suatu Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Nasional Orangutan. Penyusunan

strategi dan rencana aksi ini melibatkan kembali berbagai pihak yang berperan

serta menghasilkanseluruh butir rekomendasi yang ada. Dengan demikian, proses

yang terjadi juga dapat dipandang sebagai upaya mengevaluasi pencapaian target

konservasi sejak rekomendasi aksi dicanangkan, selain sebagai upaya

memperbarui informasi sebaran dan populasi orangutan. Seluruh rangkaian proses

ini diharapkan menghasilkan sebuah acuan yang dapat diterima dan dijalankan

semua pihak, sehingga dalam sepuluh tahun yang akan datang kondisi orangutan

dan hutan dataran rendah yang menjadi habitatnya akan menjadi lebih baik dari

saat ini (Forina, 2013)

Visi SRAK OU 2007-2017

  Terjaminnya keberlanjutan populasi orangutan dan habitatnya melalui kemitraan para pihak.

Maksud SRAK OU 2007-2017

  Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Nasional Orangutan disusun

sebagai upaya merumuskan kesepakatan para pihak ke dalam serangkaian

rekomendasi aksi yang diharapkan dapat menjamin keberlanjutan populasi

orangutan di dalam proses pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.

  Tujuan dan Sasaran SRAK OU 2007-2017

  Tujuan disusunnya Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan

adalah sebagai acuan bagi para pihak untuk menentukan prioritas kegiatan

konservasi insitu dan eksitu, serta merancang program pembangunan yang tidak

mengancam keberlanjutan populasi orangutan, sehingga kondisi orangutan di

alam menjadi lebih baik dalam sepuluh tahun mendatang. Sasaran yang ingin

dicapai sampai tahun 2017 adalah :

  1. Populasi dan habitat alam orangutan sumatera dan kalimantan dapat dipertahankan atau dalam kondisi stabil.

  2. Rehabilitasi dan reintroduksi orangutan ke habitat alamnya dapat diselesaikan pada 2015.

  3. Dukungan publik terhadap konservasi orangutan sumatera dan kalimantan pada habitat alamnya meningkat

  4. Pemerintah daerah dan pihak industri kehutanan serta perkebunan menerapkan tata kelola yang menjamin keberlanjutan populasi orangutan dan sumberdaya alam.

  5. Pemahaman dan penghargaan semua pihak terhadap keberadaan orangutan di alam meningkat

Wilayah Kerja SRAK OUS

  Saat ini hampir semua orangutan sumatera hanya ditemukan di Provinsi

Sumatera Utara dan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai batas paling

selatan sebarannya. Hanya 2 populasi yang relatif kecil berada di sebelah barat

daya danau, yaitu Sarulla Timur dan hutan-hutan di Batang Toru Barat. Populasi

orangutan terbesar di Sumatera dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu) dan

  

Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa Singkil (1.500 individu). Data ukuran

populasi orangutan di berbagai blok habitat di Sumatera beserta sebarannya

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 di bawah (sumber: Wich, dkk draft).

  1727 934 594 125 273 621

  11. Sarulla Timur 150 Sarulla Timur 375 375

  10. Batang Toru Barat 400 Batang Toru Barat 600 600

  80

  80

  9. Rawa Singkil Timur 160 Rawa Singkil Timur

  8. Trumon-Singkil 1500 Rawa Trumon-Singkil 725 725

  7. Rawa Tripa 280 Rawa Tripa (Babahrot) 140 140

  1352 375 220 198 674

  1056 592 680

  6. Leuser Timur 1052 Tamiang Kapi dan Hulu Lesten Lawe Sigala-gala Sikundur-Langkat

  5. Sidiangkat 134 Puncak Sidiangkat / Bukit Ardan 303 186

  125 358

  Tabel 2. Habitat dan populasi orangutan sumatera (2004) No. Unit Habitat Perkiraan Jumlah Orangutan Blok Habitat Hutan Primer (km2) Habitat Orangutan (km2)

  1209 1261

  G. Leuser / Demiri Timur Mamas-Bengkung

  G. Leuser Barat Rawa Kluet

  4. Leuser Barat 2508 Kluet Highland (Aceh Barat Daya)

  3. Aceh Tengah Timur 337 Bandar-Serajadi 2117 555

  10

  261

  1297 352

  2. Aceh Tengah Barat 103 Beutung (Aceh Barat) Inge

  85

  43 Seulawah 103

  1. Seulawah

  Total 6667 14452 7031 Dari data yang disajikan pada tabel di atas dapatlah diketahui bahwa

populasi orangutan terbesar terdapat di wilayah habitat Leuser Barat dengan

perkiraan jumlah individu orangutan sebanyak 2508 individu, dan untuk wilayah

habitat dengan jumlah individu orangutan terkecil terdapat di Seulawah dengan

hanya sekitar 43 individu. (Wich, 2004)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di kota Medan dan sekitarnya, yaitu meliputi; Medan kota, Medan Maimun, Medan Denai, Medan Amplas, dan Medan Area.

  

Dengan pertimbangan bahwa semua pemangku kepentinganterkait

pelaksanaanStrategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2007 – 2017 untuk orangutan sumatera berada di kawasan kota Medan. Waktu pelaksanaan penelitian Juli-September 2014.

Alat dan Bahan Alat

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kamera digital utuk dokumentasi, perangkat komputer untuk mengolah data.

Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar monitoring dan evaluasi indikator kesuksesan Rencana Aksi Nasional Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017 Metode Penelitian

  Metode pengambilan sampel adalah secara purposive. Dimana yang akan

menjadi sample penelitian adalah pihak-pihak terkait pelaksanaan program SRAK

2007-2017.

  Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang langsung diperoleh dari orang yang ada di lapangan. Data

primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner dan wawancara kepada

respondenuntukmengetahui bagaimana pelaksanaan program-program Strategi

dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2007 – 2017

berjalan, serta capaian dari program-program yang telah dilaksanakan.

  Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi : a. Karakteristik responden yang digunakan untuk validitas dan reliabilitas sumber data, berupa : umur, suku, agama, pendidikan.

  b.

  Evaluasi pencapaian program sesuai dengan indikator yang ditetapkan dalam dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2007 – 2017.

  c.

  Faktor-faktor pendukung dan penghambatpelaksanaan programyang diketahui dari para pemangku kepentingan.

Analisis Data Analisis Medan Kekuatan(Force Field Analysis)

  Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode analisis medan

kekuatan (force field analysis), yaitu metode untuk menganalisis kekuatan/ faktor

yang mempengaruhi suatu perubahan (misal : implementasi kebijakan),

mengetahui sumber kekuatannya, dan memahami apa yang bisa kita lakukan

  

terhadap faktor-faktor kekuatan tersebut (Lewin, 1951). Adapun tahapan yang

dilakukan dalam melakukan analisis medan keuatan adalah sebagai berikut,

  1. Tentukan program yang akan dianalisis 2.

  Menetukan bidang perubahan yang akan dibahas. Bidang perubahan ini

dapat ditulis sebagai sasaran kebijakan yang diinginkan atau tujuan.

  3. Semua kekuatan yang mendukung adanya perubahan kemudian ditulis dalam kolom di sebelah kiri (mendorong perubahan ke depan),

  4. Sementara semua kekuatan penentang munculnya perubahan ditulis dalam kolom di sebelah kanan (penghambat perubahan).

  5. Kekuatan pendorong dan penghambat ini kemudian diberi skor sesuai dengan ‘magnitude’ masing2, mulaidari skor satu (lemah) hingga skor lima (kuat). Skor yang diperoleh bisa jadi tidak seimbang dimasing- masing sisi.

  6. Menetapkan tindakan yang dapat dilakukan menghadapi kekuatan- kekuatan tersebut. Dampak paling signifikan akan dipeoleh dengan cara meningkatkan kekuatan pendukung yang lemah sementara mengurangi kekuatan penghambat yang kuat.

  7. Dalam upaya mempengaruhi kebijakan sasaran utamanya adalah menemukan cara untuk mengurangi kekuatan-kekuatan penghambat sekaligus mencari peluang untuk mendapat keuntungan dari kekuatan- kekuatan pendorong.

Dokumen yang terkait

Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang.

0 53 84

Monitoring dan Evaluasi Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2008-2014 untuk Orangutan Sumatera (Pongo abelii)

2 80 163

Kelimpahan Jenis dan Estimasi Produktivitas Ficus spp. Sebagai Sumber Pakan Alami Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), TNGL.

1 57 123

Struktur dan Komposisi Pohon pada Habitat Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang

0 57 74

Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang

0 0 34

Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang

0 0 9

Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang.

0 0 34

Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang.

0 0 9

Pendugaan Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pada Kawasan Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera (PPOS), Bukit Lawang.

0 0 14

Latar Belakang - Monitoring dan Evaluasi Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2008-2014 untuk Orangutan Sumatera (Pongo abelii)

0 0 22