BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Struktur Frasa Verba Bahasa PakPak Dairi Analisis X-Bar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

  Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

  2.1.1 Struktur Struktur adalah pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis (KBBI, 2007).

  2.1.2 Frasa Verba Frasa verba ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya, tetapi bentuk ini tidak merupakan klausa. Dengan demikian, frasa verba mempunyai inti dan kata-kata lain yang mendampinginya. Posisi kata pendamping ini tegar (fixed) sehingga tidak dapat dipindahkan secara bebas ke posisi lain (Alwi, 2003:157).

  Contoh: a. Kesehatannya sudah membaik.

  b. Pesawat itu akan mendarat.

  c. Anak-anak tidak harus pergi sekarang.

  d. Kami harus menulis kembali makalah kami.

  e. Mahasiswa sering makan dan minum di kantin.

  f. Kamu boleh menyanyi atau menari.

  Konstruksi sudah membaik, akan mendarat, tidak harus pergi, harus menulis kembali,

  

makan dan minum ,dan menyanyi atau menari adalah frasa verba. Yang menjadi verba inti kalimat (a-d) di atas masing-masing adalah membaik, mendarat, pergi,dan menulis; verba inti kalimat (e) dan (f) masing-masing adalah makan dan minum dan menyanyi atau menari.

  Dari segi perilaku sintaksisnya, verba dapat dibagi menjadi dua, yaitu verba transitif dan verba intransitif. Verba transitif adalah verba yang membutuhkan objek dalam kalimat, atau menurut (Alwi,2003:90), verba transitif adalah verba yang membutuhkan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.

  Contoh: a. Ibu sedang membersihkan kamar.

  b. Zaman sekarang sulit mencari pekerjaan. Verba yang bercetak miring dalam kedua kalimat di atas adalah verba transitif yang masing- masing diikuti nomina kamar dan pekerjaan. Kedua nomina yang berfungsi sebagai objek tersebut dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif, seperti: a.1 Kamar sedang dibersihkan oleh ibu. b.1 Zaman sekarang pekerjaan sulit dicari. Verba intransitif adalah verba yang tidak memerlukan objek atau tidak memerlukan nomina dibelakangnya.

  Contoh: c. Adik sering bermimpi.

  d. Ayah sedang mandi. Verba bermimpi dan mandi adalah verba intransitive karena tidak memerlukan nomina sebagai objek dibelakangnya.

  2.1.3 Bahasa Pakpak Dairi Bahasa Pakpak adalah salah satu bahasa daerah yang terdapat di Indonesia, di Provinsi Sumatera Utara dan propinsi Nangroe Aceh Darussalam.

  Bahasa Pakpak terbagi dalam beberapa dialek yaitu dialek simsim, dialek keppas, dialek klasen, dialek boang, dan dialek pegagan. Kelima dialek bahasa Pakpak ini tersebar diseluruh daerah penutur bahasa Pakpak. Namun, bahasa Pakpak yang masih terjaga keasliannya adalah bahasa Pakpak dialek simsim yang ada di kabupaten Pakpak Barat.

2.2 Landasan Teori

  Setiap penelitian pasti membutuhkan landasan teori sebagai kerangka dasar. Landasan teori yang digunakan adalah sesuatu yang berkaitan dan diharapkan mampu menjadi acuan semua pembahasan masalah dalam penelitian yang dilakukan.

  Penelitian ini menggunakan teori X-Bar yang dipelopori oleh Noam Chomsky. Teori X- Bar menjelaskan struktur frasa secara umum dalam bentuk diagram pohon.

  Dalam teori X-Bar, semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang mendominasi kata atau proyeksi leksikal dari sebuah kategori kata (Napoli,1996 dalam Mulyadi, 2008:23). Maksudnya, inti dari Frasa Nomina (FN) ialah Nomina, inti dari Frasa Ajektiva (FA) ialah Ajektiva, inti dari Frasa Verba (FV) ialah Verba, dan begitu seterusnya.

  Dalam hierarki X-Bar,inti terletak satu level lebih rendah daripada konstituen yang menjadi inti tersebut. Jadi, dalam hierarki X-Bar, Verba sebagai inti dari Frasa Verba terletak satu level lebih rendah dari frasanya. Misalnya, adik [makan nasi]

  FV V’ V’

  V N Makan nasi Kata ‘makan’ merupakan inti verba atau kategori leksikal dari kategori frasa verba ‘makan nasi’.

  Hubungan antara kategori leksikal dan kategori frasa dapat digambarkan dalam dua tataran proyeksi, yaitu proyeksi X (kategori Bar) dan proyeksi maksimal X (kategori Bar tertinggi).Diantara kedua kategori tersebut terdapat proyeksi menengah (intermediate

  

projection ). Proyeksi menengah (proyeksi antara) tersebut lebih besar daripada kategori leksikal,

  tetapi lebih kecil daripada kategori frasa. Artinya, antara kategori leksikal [V] dan kategori frasa [FV] terdapat [V’] sebagai penengah atau perantara keduanya. Kategori inilah yang menjadi dasar munculnya teori X-Bar.

  Kedua proyeksi tersebut bertalian erat dengan tiga fungsi gramatikal yang membangun suatu frasa, yakni komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen (komp.) adalah sebuah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh X-Bar pertama (kategori leksikal) (Mulyadi,2002:22).

  Contoh: a.[ Memalbal pola]i juma ia. Memukul aren di ladang dia

  ‘Dia memukul aren di ladang’ b. [Menabi dukut] i juma jehe.

  Menyabit rumput di ladang hilir ‘Menyabit rumput di ladang hilir’ c. [Mendedah dedahenna] genep ari.

  Menjaga adiknya setiap hari ‘Menjaga adiknya setiap hari’

  Ketiga contoh frasa verba di atas, memalbal pola‘memukul aren’; menabi

  

dukut ‘menyabit rumput’; dan mendedah dedahenna‘menjaga adiknya’ terdiri atas inti frasa

memalbal ‘memukul’, menabi‘menyabit’, dan mendedah‘menjaga’ ditambah dengan nomina

pola ‘aren’, dukut‘rumput’, dan dedahenna‘adiknya’. Ketiga nomina tersebut berperilaku

sebagai komplemen.

  Keterangan (ket.) adalah sebuah argumen yang bersifat periferal (pilihan) yang dibawahi langsung oleh X-Bar, tetapi posisinya setingkat di atas komplemen.

  Contoh : a.[ Lako mulak] mi sapo.

  Mau pulang ke rumah ‘Mau pulang ke rumah’ b.[ Nggo laus]cegeni kalaki.

  Sudah pergi pagi tadi mereka ‘Mereka sudah pergi tadi pagi’ c. [Tangis lalap] sedarien ia. Menangis terus sehari ini dia ‘Dia terus menangis seharian’

  Frasa verba di atas terdiri dari inti frasa mulak‘pulang’, laus‘pergi’, dan tangis‘menangis’ ditambah dengan aspek lako‘mau’, nggo‘sudah’, dan lalap‘terus’. Aspek pada frasa verba di atas bertindak sebagai keterangan.

  Specifier (spec.) adalah sebuah argumen yang sifatnya eksternal dan posisinya setingkat di atas keterangan, yakni langsung dibawahi oleh X-Bar ganda atau frasa X (FX).

  Contoh: [Karina mengurupi bahanna bari].

  Semua membantu pestanya kemarin. ‘Semua membantu pestanya kemarin’ Kata karina‘semua’ pada frasa verba di atas bertindak sebagai specifier.

  Lebih lanjut, hubungan kategori leksikal dengan komplemen, keterangan, dan spesifier diterangkan sebagai berikut.

  Setiap kategori leksikal seperti N,V,A, dan P, yang di dalam teori ini disimbolkan dengan X, dibentuk oleh sebuah komplemen, keterangan, dan spesifier, maka komplemen yang berkombinasi dengan X akan membentuk proyeksi X-Bar, keterangan yang berkombinasi dengan X-Bar akan membentuk proyeksi X-Bar yang lebih tinggi, dan pada level tertinggi spesifier yang berkombinasi dengan X- Bar akan membentuk proyeksi maksimal X. Dengan demikian, kategori Baradalah sebuah proyeksi X dan frasa dengan Bar tertinggi adalah proyeksi maksimal dari kategori X (Mulyadi,2008:23).

  Hubungan hierarkis dari struktur frasa tersebut dapat digambarkan di bawah ini.

  X’’ (FX) │

  … X’ … │

  … X … Dan, apabila skema itu dilengkapi dengan komplemen, keterangan, dan specifier, maka strukturnya akan menjadi skema berikut.

  X” (FX) Spec X’ X’ Ket.

  X Komp. X” = Spec : X’ X” = X’ :Ket.

  X” = X : Komp. Dalam skema di atas, setiap kategori tidak perlu direpresentasikan tersendiri sebab sudah dicakup oleh kaidah yang sudah ada. Dengan cara ini, struktur frasanya menjadi lebih sederhana

  (Mulyadi,2008:23).

  Selanjutnya, dalam teori X-Bar,frasa adalah suatu konstruksi yang dibentuk dengan atau tanpa atribut sebagai pendamping dan memiliki inti leksikal (Radford,1988 dalam Asmira, 2010:8). Artinya, sebuah inti leksikal dari suatu kategori kata seperti verba, nomina, ajektiva, dan preposisi, yang belum diubah atau dilekatkan dengan kata lain, yaitu elemen-elemen yang menjadi pewatasnya, maka kedudukannya sama dengan kategori frasanya apabila didstribusikan. Contohnya: a. Andi [ makan.]

  b. Andi [sedang makan roti.] Verba [makan] pada contoh di atas sama distribusinya dengan frasa verba (FV) [sedang makan roti]. Status kedua kategori ini sama. Kesimpulannya, sebuah FV dapat dibatasi sebagai sebuah frasa yang memuat inti verba dengan atau tanpa elemen-elemen lain sebagai pewatasnya.

2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

  Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh peneliti, maka ada beberapa sumber yang relevan untuk membantu penelitian ini.

  Mulyadi (2002) “Frase Preposisi Bahasa Indonesia: Analisis X-Bar” menerangkan bahwa struktur internal FP bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier.

  Tulisan ini member sumbangan bagi peneliti dalam memahami analisis X-Bar.

  Basaria (2002) dalam tesisnya “Analisis Morfologi Verba Bahasa Pakpak Dairi” menyatakan bahwa cirri-ciri verba bahasa Pakpak Dairi dapat diteliti melalui tiga hal, yaitu perilaku semantik, perilaku sintaksis, dan perilaku morfologisnya. Tesis ini member sumbangan bagi peneliti mempelajari perilaku verba bahasa Pakpak Dairi.

  Kemuadian, Wahyuni (2004)menyatakan bahwa perilaku frasa Numeralia bahasa Indonesia tidak terbatas sebab kategori yang dapat berfungsi sebagai komplemen tidak terbatas pada Nomina dan Numeralia, tetapi juga dapat berupa Adjektiva. Tulisan ini juga member sumbangan bagi peneliti mempelajari penggunaan X-Bar dalam FA.

  Siagian (2007) dalam “Struktur frasa Adjektiva dalam Bahasa Batak Toba Analisis Teori X-Bar” menyatakan bahwa perilaku frasa Adjektiva bahasa Batak Toba terbatas pada kategori- kategori yang hanya dapat berkombinasi dengan Adjektiva saja. Kategori tersebut adalah kategori Adverbia, frasa Preposisi, dan Adjektiva. Kategori yang mendampingi inti leksikal tidak terbatas hanya berupa kategori kata, tetapi juga kategori frasa yaitu frasa Preposisi. Selain itu, inti leksikal pada frasa Adjktiva bahasa Batak Toba bukan hanya terdiri dari satu kata melainkan dapat juga terdiri dari dua kata. July Fernando menemukan dua belas kaidah frasa Adjektiva bahasa Batak Toba. Penelitian ini memberi sumbangan bagi penulis mempelajari teori X-Bar yang diaplikasikan dalam FA bahasa Batak Toba.

  Mulyadi (2008) “Struktur Frasa Adjektiva dalam Bahasa Indonesia” menerangkan bahwa struktur internal FA bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier.

  Tulisan ini juga member sumbangan bagi peneliti mempelajari analisis X-Bar lebih mendalam.

  Selanjutnya, teori X-Bar juga sudah digunakan oleh Asmira Lubis (2010) dalam meneliti bahasa Pesisir Sibolga. Diamenyatakan struktur internal frasa Numeralia bahasa Pesisir Sibolga dibentuk oleh ketiga fungsi gramatikal, yakni komplemen, keterangan, dan specifier. Struktur mendasar frasa Numeralia adalah Numeralia plus komplemen. Komplemen dalam bahasa Pesisir Sibolga tidak terbatas pada kategori Nomina saja, melainkan juga pada kategori Numeralia. Sama halnya dengan tulisan di atas, tulisan ini juga membantu peneliti dalam memahami penggunaan teori X-Bar.