BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Nilai-Nilai Spiritual Tokoh-Tokoh Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

  Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

  

Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

  (2008:725), “Konsep merupakan (1) rancangan atau buram surat, dsb; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain”. Dengan kata lain, konsep digunakan sebagai kerangka atau pijakan untuk menjelaskan, mengungkapkan, menggambarkan, atau pun memaparkan suatu objek atau topik bahasan.

  Sesuai dengan judul penelitian ini, Nilai-nilai Spiritual Tokoh-tokoh dalam

Novel Lalita Karya Ayu Utami , konsep yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut.

2.1.1 Nilai-nilai Spiritual

  Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Suyitno (1986:3), menyatakan “Sastra sebagai produk kehidupan, mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan sebagainya baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang mempunyai penyodoran konsep baru”. Nilai terbentuk dari apa yang benar, pantas, dan luhur untuk dikerjakan dan diperhatikan. Spiritual adalah suatu keadaan manusia yang merasa adanya kekuatan yang lebih besar dari kekuatan manusia, dan merasa bahwa manusia haruslah hidup untuk sesama.

  Spiritual menurut Tischler (dalam Desiana, 2011:12) adalah kebutuhan bawaan manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri manusia itu. Istilah “sesuatu yang lebih besar dari diri manusia” adalah sesuatu yang di luar diri manusia dan menarik perasaan akan diri orang tersebut. Jadi, nilai-nilai spiritual adalah hal-hal yang baik dalam suatu keadaan manusia yang merasakan adanya kekuatan yang lebih besar daripada diri manusia tersebut, dan merasa adanya tujuan dari hidup.

2.1.2 Tokoh-tokoh

  Tokoh adalah unsur intrinsik yang terpenting dalam sebuah karya sastra. Dalam

  Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (2011: 563) pengertian tokoh adalah pemegang

  peran dalam roman atau drama. Nurgiyantoro (1998:179) membedakan tokoh menjadi tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh tambahan atau tokoh bawahan. Beliau mengatakan:

  Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh sentral bukanlah frekuensi kemunculan tokoh dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatannya di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Tokoh sentral dan tokoh bawahan terdiri dari tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Ketika membaca sebuah novel, pembaca sering mengidentifikasikan diri, memberi simpati dan empati, atau melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tertentu. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis. Tokoh protagonis merupakan pengejawantahan dari norma-norma atau nilai-nilai yang ideal bagi pembaca.

  Sebuah cerita rekaan atau fiksi haruslah memiliki konflik dan ketegangan, terutama yang dialami oleh tokoh protagonis. Menurut Nurgiyantoro (1998:179), “Biasanya konflik disebabkan oleh tokoh lain. Tokoh penyebab konflik ini kemudian disebut sebagai tokoh antagonis. Tokoh antagonis ialah tokoh yang menjadi penentang utama atau yang beroposisi dengan protagonis”.

2.2 Landasan Teori

  Dalam penelitian ini digunakan teori psikologi sastra. Menurut Endraswara, (2008:96), “Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktifitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya.

  Karya sastra dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa”.

  Menurut Ratna (2011:16): Psikologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kejiwaannya. Sebagai hasil rekonstruksi proses mental karya sastra diduga mengandung berbagai masalah berkaitan dengan gejala-gejala kejiwaan. Gejala-gejala yang dimaksudkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, melalui unsur- unsurnya termanifestasikan dalam karya. Sesuai dengan ciri-ciri kejiwaan tersebut pada umumnya unsur-unsur penokohanlah yang paling banyak menarik minat para peneliti.

  Roekhan (dalam Endraswara, 2008:97) mengatakan bahwa “Pada dasarnya, psikologi sastra akan ditopang oleh tiga pendekatan, yaitu: (1) pendekatan tekstual, (2) pendekatan reseptif-pragmatik, (3) pendekatan ekspresif”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan tekstual. Pendekatan tekstual maksudnya yaitu mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Demikian pula dalam penelitian ini menganalisis sebuah novel yang ceritanya membahas bagaimana nilai-nilai spiritual tokoh-tokohnya dalam kehidupan sehari-hari.

  Dalam novel Lalita karya Ayu Utami tersebut terdapat sejumlah peristiwa- peristiwa atau keadaan-keadaan yang mendorong keluarnya nilai-nilai spiritual terhadap tokoh-tokoh. Lingkungan dan keadaan memang dapat membuat seseorang mengalami nilai spiritual. Adapun komponen nilai-nilai spiritual tersebut menurut Elkins dkk (dalam Desiana, 2011:14-17) adalah sebagai berikut: a.

   Dimensi transenden, yaitu individu spiritual percaya akan adanya dimensi

  transenden dari kehidupan. Inti yang mendasar dari komponen ini bisa berupa kepercayaan terhadap Tuhan atau apapun yang dipersepsikan individu sebagai sosok transeden. Individu bisa jadi menggambarkannya dengan menggunakan istilah yang berbeda, model pemahaman tertentu atau bahkan metafora.

  b.

   Makna dan tujuan dalam hidup, yaitu individu yang spiritual memahami

  proses pencarian akan makna dan proses pencarian hidup. Dari proses pencarian ini, individu mengembangkan pandangan bahwa hidup memiliki makna dan bahwa setiap eksistensi memiliki tujuannya masing-masing.

  c.

   Misi hidup, individu memiliki metamotivasi yang berarti mereka dapat

  memecah misi hidupnya dalam target-target konkret dan tergerak untuk memenuhi misi tersebut.

  d.

   Kesakralan hidup, individu yang spiritual mempunyai kemampuan untuk

  melihat kesakralan dalam semua hal hidup. Pandangan hidup mereka tidak lagi dikotomi seperti pemisahan antara yang sakral dan sekuler, atau yang suci dan yang duniawi, namun justru percaya bahwa semua aspek kehidupan suci sifatnya dan bahwa yang sakral dapat juga ditemui dalam hal-hal yang bersifat keduniaan.

  e.

   Nilai-nilai material, individu yang spiritual akan menyadari banyaknya sumber

  kebahagiaan manusia, termasuk pula kebahagiaan yang bersumber dari kepemilikan material. Oleh karena itu, individu yang spiritual menghargai materi seperti kebendaan atau uang, namun tidak mencari kepuasan sejati dari hal-hal material tersebut.

  f.

  

Altruisme, individu yang spiritual akan menyadari adanya tanggung jawab

  bersama dari masing-masing orang untuk saling menjaga sesamanya (our

  brother’s keeper ). Mereka meyakini tidak ada manusia yang berdiri sendiri,

  bahwa umat manusia terikat satu sama lain sehingga bertanggung jawab atas sesamanya. Keyakinan ini sering dipicu oleh kesadaran mereka akan penderitaan orang lain.

  g.

  

Idealisme, individu yang spiritual memiliki kepercayaan kuat terhadap potensi

baik manusia yang dapat diaktualisasikan dalam berbagai aspek kehidupan.

  Memiliki keyakinan bukan saja pada apa yang terlihat sekarang, namun juga pada hal baik yang mungkin diinginkan dari hal itu, pada kondisi ideal yang mungkin dicapai.

  h.

  

Kesadaran akan peristiwa tragis, individu yang spiritual menyadari perlu

  terjadinya tragedi dalam hidup seperti adanya rasa sakit, penderitaan atau kematian. Tragedi dirasa perlu terjadi agar mereka lebih dapat menghargai hidup itu sendiri dan juga dalam rangka meninjau kembali arah hidup yang ingin dituju.

  i.

  

Buah dari spiritualitas, komponen terakhir merupakan cerminan atas

  kedelapan komponen sebelumnya seperti halnya dengan individu mengolah manfaat yang dia peroleh dari pandangan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dianutnya. Pada komponen ini individu menilai efek dari spiritualitasnya, dan biasanya dikaitkan hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, kehidupan, dan apapun yang dipersepsikannya sebagai transenden.

  Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti akan mengaitkan nilai-nilai spiritual yang dialami tokoh-tokoh dalam novel Lalita karya Ayu Utami dengan komponen- komponen pembentuk nilai-nilai spiritual menurut Elkins dkk yang telah disebutkan.

2.3 Tinjauan Pustaka

  Novel Lalita karya Ayu Utami merupakan novel yang menceritakan tentang pengalaman tokoh-tokoh dalam mengalami nilai-nilai spiritual. Sepanjang pengetahuan dan penelitian yang dilakukan, novel tersebut belum pernah diteliti dengan objek kajian yang sama oleh mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara, maupun di universitas lain di Indonesia.

  Penelitian tentang spiritual dengan objek kajian berbeda telah dibahas oleh Adil Sastrawan (UIN Sunan Kalijaga, 2011) dengan judul “Spiritualitas Dalam Novel Bilangan Fu” (http://digilib.uin-suka.ac.id/). Penelitian tersebut mendeskripsikan nilai spiritual yang dialami tokoh, dan juga menjelaskan kecenderungan spiritualitas ke arah primitif. Kepercayaan terhadap mitos-mitos, legenda rakyat, dan makhluk-makhluk halus yang dipercayai sebagai spiritualitas. Hasil analisis tersebut mengemukakan kritik terhadap cara pandang modern yang cenderung antroposentris dan anti-ekologi.

  Kajian dengan judul ”Pendidikan Emosional dan Spiritual (ESQ) dalam Novel

  

Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi” yang dilakukan oleh Tsurayya Syarif Zain

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, tahun

  Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pesan moral mengenai pendidikan

  ESQ dan memahami tolak ukur ESQ. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan memberi kesimpulan bahwa pendidikan ESQ dapat ditelaah melalui pesan moral yang mencakup kemampuan dalam mengolah emosi. Hal ini dapat memotivasi diri, memberi kemampuan dalam mengolah emosi, mampu menghadapi persoalan makna atau nilai (value), dan dapat menempatkan perilaku hidup dalam konteks yang lebih baik. Selain itu pendidikan ESQ dapat dipelajari melalui tolak ukur ESQ yang mencakup pengendalian diri, pengaturan diri, motivasi, simpati, empati, keterampilan sosial, keteguhan pendirian, berserah diri kepada Allah, menghambakan diri secara total, meyakinkan segala urusan rezeki hanya kepada Allah semata dengan segala usaha dan doa, dan mengintegritaskan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

  Penelitian tentang nilai spiritual juga pernah dilakukan, namun pada objek yang berbeda. Penelitian dengan judul “Representasi Nilai Spiritual dalam Novel Dzikir dan

  

Fikir Karya Reza Nurul Fajri” oleh Hidayatul Mustakim mahasiswa magister di bidang

  Pendidikan Bahasa Indonesia, ta. Isi penelitian tersebut membicarakan tentang mengungkapkan nilai spiritual dalam novel tersebut dan implikasinya pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa novel tersebut mengandung nilai-nilai spiritual. Nilai- nilai spiritual yang ditemukan antara lain adalah religius, jujur, tanggung jawab, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, cerdas, tangguh, ingin tahu, peduli, santun, demokratis, dan peduli lingkungan. Nilai spiritual yang paling banyak ditemukan adalah spiritual religius, sedangkan nilai spiritual yang paling sedikit ditemukan adalah spiritual peduli lingkungan. Adapun implikasi nilai spiritual dalam novel tersebut dapat diterapkan pada perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran bahasa, serta penentuan tema mata pelajaran penerapan pada empat aspek pembelajaran Bahasa Indonesia.

Dokumen yang terkait

Nilai-Nilai Spiritual Tokoh-Tokoh Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami

17 184 72

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Geografi Dialek Bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan

0 0 12

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Nilai Pendidikan - Nilai Pendidikan pada Novel Kakak Batik Karya Seto Mulyadi : Analisis Sosiologi Sastra

0 0 8

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Gambaran Kemiskinan Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabhicara Pendekatan Sosiosastra

1 1 16

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Saman Karya Ayu Utami: Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud

0 0 19

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Saman Karya Ayu Utami: Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud

0 2 19

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Analisis Feminisme Tokoh Utama Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami

0 0 11

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Personalitas Tokoh Utama Dalam Novel Kinanthi Karya Tasaro Gk: Analisis Struktural

0 0 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Gaya Bahasa dalam Novel Bulan Lebam di Tepian Toba Karya Sihar Ramses Simatupang: Kajian Stilistika

0 1 14

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Penggelembungan Dan Penciutan Makna Pada Kosakata Bahasa Indonesia Anak Usia 2−3 Tahun: Analisis Psikolinguistik

0 0 13