BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Fermentasi Gliserol Hasil Samping Pabrik Biodiesel Menjadi 1,3-Propanadiol Dengan Menggunakan Bakteri Klebsiella Pneumonia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GLISEROL

  Gliserol pertama kali ditemukan pada tahun 1979 oleh Scheel dari pemanasan minyak zaitun dan litharge yang kemudian mengekstraksinya dengan air [5]. Dalam menguapkan air tersebut, Scheel mendapatkan cairan yang rasanya manis, setelah dipekatkan didapatkan trihidroksi alkohol (gliserol). Gliserol, gliserin, propane-1,2,3- triol, CH

  2 OHCHOHCH

  2 OH atau C

  3 H

  8 O 3 adalah trihydroxy alkohol, merupakan

  senyawa organik berupa cairan kental, tidak berwarna dan tidak berbau namun terasa manis, higroskopik, netral terhadap lakmus [5].

  Gliserol adalah produk samping produksi biodisel dari reaksi transesterifikasi dan merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumalh tiga buah [6]. Gliserol terdapat secara alami dalam persenyawaaan sebagai gliserida didalam semua jenis minyak dan lemak baik dari tumbuhan maupun hewan, dan gliserol didapatkan dari proses saponifikasi minyak pada pembuatan sabun, atau pemisahan secara langsung dari lemak pada pemroduksian asam lemak.Tetapi biasanya terdapat sebagai trigliserida yang tercampur dengan bermacam-macam asam lemak, misalnya asam stearat, asam palmitat, asam laurat serta sebagian lemak.Beberapa minyak dari kelapa, kelapa sawit, kapok, lobak dan zaitun menghasilkan gliserol dalam jumlah yang lebih besar dari pada beberapa lemak hewan tallow maupun lard.Gliserol juga terdapat secara ilmiah sebagai trigliserida pada semua jenis hewan dan tumbuhan dalam bentuk lipida sebagai lecitin dan chepalins [5]. Sejak 1949 gliserol juga diproduksi secara sintetis dari propilen. Dan proses secara sintetis tercatat kurang lebih sekitar 50% dari total gliserol di pasaran [7].

  Hasil produksi biodiesel berbahan baku RBDPO (Refined-Bleached and Deodorized Palm Oil) dan metanol dengan katalis basah diperoleh dalam bentuk hasil samping residu gliserol, jumlahnya dapat mencapai lebih kurang 12 % dari jumlah produk. Residu gliserol ini masih mengandung komponen selain gliserol, seperti senyawa lemak, sabun, katalis basa dan lainnya. Gliserol yang berasal dari residu biodiesel mengandung 20,3 % gliserol, 6,6 % asam lemak dan 64,3 % garam- garam [8]. Sifat fisik dari gliserol [9] : Bobot molekul = 92,09382 g/mol Viskositas pada suhu 20 C = 1499 cP Panas spesifik pada suhu 26 C = 0,5795 kal/ g

  3 Densitas = 1,261 g/cm

  Titik leleh = 18 C Titik didih = 290 C. Sifat kimia dari gliserol [7] :

  • Larut dalam air
  • Merupakan senyawa hidroskopis
  • Tidak stabil pada suhu kamar
  • Rumus Kimia Gliserol: C H O

  3

  8

  3 Kegunaan dari gliserol sangatlah banyak tetapi kebutuhan yang paling besar pada pembuatan resin sintetis dan ester gums, obat-obatan, kosmetika, dan pasta gigi.

  Pemrosesan tembakau dan makanan juga membutuhkan gliserol dalam jumlah yang besar [7].

2.2 PURIFIKASI GLISEROL

  Selama ini crude glycerol yang dihasilkan belum dimanfaatkan oleh industri penghasil biodiesel, karena banyaknya zat pengotor yang terdapat dalam crude

  

glycerol tersebut. Oleh sebab itu pemurnian crude glycerol, yang merupakan produk

  sampingpembuatan biodiesel perlu dilakukan. Crude glycerol yang dihasilkan berwarna coklat kemerahan dan bersifat basa karena menggunakan katalis KOH atau NaOH [10].

  Suryani [11] melakukan salah satu metode purifikasi gliserol dengan cara menambahkan asam sulfat dilanjutkan dengan penambahan arang aktif, kemudian 3 dilakukan penetralan menggunakan NaHCO . Prakoso [12] melaporkankan bahwa purifikasi limbah biodiesel untuk menghasilkan gliserol dilakukan dengan cara menambahkan asam fosfat untuk mengubah sabun kembali menjadi asam lemak bebas. Hal ini menyebabkan terjadinya tiga lapisan, lapisan atas yaitu asam lemak bebas, lapisan tengah terdiri dari campuran metanol dan gliserol serta lapisan bawah terdiri dari campuran katalis dan fosfat yang berupa garam. Tahap selanjutnya yaitu mengambil lapisan tengah yaitu campuran metanol dan gliserol. Pengambilan lapisan ini menggunakan corong pemisah. Kemudian lapisan gliserol ditambahkan karbon aktif untuk penghilangan warna dan akhirnya dilakukan distilasi vakum untuk menghilangkan metanol dan air [13, 8].

  Penambahan asam pada gliserol kotor tidak terlalu mempengaruhi warna gliserol yang dihasilkan. Hal ini disebabkan masih banyaknya zat pengotor lain yang tidak mampu dipisahkan oleh penambahan asam, sehingga warnanya tetap coklat kemerahan. Untuk menarik zat pengotor lain yang masih terdapat dalam gliserol maka digunakan karbon aktif sebagai adsorben. Pemilihan karbon sebagai adsorben disebabkan karena karbon aktif mempunyai daya adsorbsi yang cukup tinggi. Selain itu dari segi ekonomi harganya juga lebih murah dibandingkan dengan adsorben lain dan mudah di dapat. Penambahan karbon aktif secara langsung kedalam gliserol kotor menyebabkan sebagian besar gliserol menempel pada karbon aktif karena viskositas gliserol cukup tinggi. Untuk itu sebelum karbon aktif ditambahkan, gliserol kotor diencerkan dulu dengan penambahan air sehingga memudahkan proses adsorbsi. Penambahan air ini membawa dampak terhadap kadar gliserol yang dihasilkan, kadarnya menjadi turun. Untuk menarik air dari gliserol maka dilakukan proses penguapan [10].

2.3 FERMENTASI GLISEROL Fermentasi berasal dari bahasa Latin aitu fervere yang berarti mendidihkan.

  Seiring perkembangan teknologi, definisi fermentasi meluas, menjadi semua proses yang melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang disebut metabolit primer dan sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Pada mulanya istilah fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan glukosa menjadi alkohol yang berlangsung secara anaerob. Namun, kemudian istilah fermentasi berkembang lagi menjadi seluruh perombakan senyawa organik yang dilakukan mikroorganisme yang melibatkan enzim yang dihasilkannya. Dengan kata lain, fermentasi adalah perubahan struktur kimia dari bahan-bahan organik dengan memanfaatkan agen-agen biologis terutama enzim sebagai biokatalis [14].

  Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Produk-produk tersebut biasanya dimanfatkan sebagai minuman atau makanan. Fermentasi suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:

  1. Mikroba sebagai inokulum 2.

  Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi berlangsung dengan optimal.

  3. Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi mikroba.

Gambar 2.1 Skema Proses Fermentasi [15]

  Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Fermentasi dapat dibedakan menjadi:

  (1) fermentasi aerob jika memerlukan oksigen mengubah substrat gula menjadi danhasil akhirnya asam piruvat dan karbondioksida (CO

  2 ), dan

  (2) fermentasi anaerob jika tidak memerlukan oksigen, gula akan diubah menjadiasam piruvat, kemudian asetaldehida dan akhirnya menjadi alkohol, etanol atau metanol dan asam laktat [15]. Pengolahan gliserol dapat dilakukan melalui proses biologis dengan menggunakan bantuan mikroorganisme yang mana gliserol dalam substrat digunakan sebagai sumber energi dan sumber karbon. Beberapa mikroorganisme yang mampu hidup dengan menggunakan substrat gliserol di antaranya adalah Aerobacter

  

Aerogenes , Anaerobiospirillum succiniciproducens, Clostridium butyricum ,

Clostridium acetobutylicum , Eschericia coli, Klebsiella pneumeniae, Paenibacillus

macerans dan Lactobacillus sp. Mikroorganisme-mikroorganisme tersebut dapat

  menggunakan gliserol sebagai sumber karbonnya serta menghasilkan berbagai macam produk seperti biohidrogen, laktat, etanol, butanol, 1,3-propanadiol, 1,2- propandiol, 3 hidroksipropionaldehid, asam format, asam sitrat, asam propionat, dan asam suksinat [1].

2.4 INOKULASI BAKTERI

  Inokulasi adalah teknik pemindahan mikroba dari satu media ke media lainnya secara subkultur. Bentuk subkultur ada yang menggunakan kaldu sebagai media dan agar miring, tegak, atau lapisan. Inokulasi merupakan teknik yang penting dan banyak digunakan dalam penyiapan dan pemeliharaan kultur stok dan prosedur pengujian mikroba.

  Pemindahan mikroba dilakukan dengan menggunakan kawat ose dan jarum. Pemindahan mikroba secara steril juga dilakukan dengan menggunakan pipet. Pipet berperan sebagai sedotan yang mengangkat cairan. Alat ini terbuat dari plastik. Pipet disterilisasi dengan cara memasukkan semuanya ke canister atau masing-masing dibungkus kertas coklat dan disterilisasi dalam otoklaf (autoclave) atau oven pengering panas.

  Untuk tumbuh dan berkembang, mikroba membutuhkan suplai nutrisi yang memadai dan lingkungan pertumbuhan yang sesuai. Suplai nutrisi diberikan dalam bentuk media kultur yang mengandung senyawa sederhana. Media kultur dapat berbentuk cair, semi padat, dan padat. Media kultur berwujud cair tidak mengandung agar sebagai pengental dan biasa disebut medium kaldu (broth medium). Penambahan agar menjadikan medium berbentuk semi padat dan padat [16].

  Media merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya mikroba, karena media memiliki nutrient yang dibutuhkan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang. Media ada yang bersifat umum dan ada yang khusus. Media yang bersifat khusus untuk membantu mengisolasi dan mengidentifikasi mikroba spesifik. Media adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba. Media yang akan digunakan harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami mikroba yang dimaksud, tidak ditumbuhi oleh mikroba yang lain yang tidak diharapkan. Dalam pembiakan bakteri yang akan digunakan dalam proses fermentasi maka digunakan media cair. Media cair yang dapat digunakan untuk menumbuhkan atau membiakan mikroba Nutrien Broth [17].

  Dalam proses perkembangbiakan bakteri, media cair tidak hanya dibuat dengan menambahkan Nutrien Broth kedalam air, akan tetapi juga ditambahkan sumber makanan bagi bakteri. Nutrien Broth berupa ekstrak sapi, pepton, margarin, glukosa yang mana akan dilarutkan dengan 1 liter air [17]. Makanan tambahan dalam pembiakan bakteri berupa FeCl

  3 .6H

  

2 O, CaCl

2 .H

  2 O, CuSO 4 .5H

  2 O, MnSO 4 .4H

  2 O,

  ZnSO .7H O, (NH ) SO , MgSO .7H O, Na SO , dan KH PO [18]. Persiapan

  4

  2

  4

  2

  4

  4

  2

  2

  4

  2

  4

  media cair disterilkan terlebih dahulu sebelum kultur bakteri dimasukkan ke dalam media. Kultur bakteri yang berupa agar, diambil dengan kawat ose yang telah disterilkan di atas api. Kultur dimasukkan ke dalam media cair yang kemudian

  

o

diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 37 C selama 2 hari [18].

  2.5 KLEBSIELLA PNEUMONIAE Klebsiella pneumoniae pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl

  Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumoniae dari paru- paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella

  

pneumoniae sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella pneumoniae bersifat

  gram negatif, berbentuk batang pendek, fakultatif aerob, tidak mampu membuat spora, tidak bergerak dan mempunyai kapsul. Genus bakteri Klebsiella termasuk bakteri famili dari Enterobacteriaceae, terdiri dari tiga spesies yaitu Klebsiella pneumoniae , Klebsiella oaaenae, dan Klebsiella rhinoschleromatis.

  Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan

  indol, Klebsiella pneumonia akan menunjukkan hasil negatif. Klebsiella pneumonia dapat mereduksi nitrat. Klebsiella pneumonia banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat alami dari Klebsiella pneumoniae adalah di tanah [19].

Gambar 2.2 Bakteri

  Klebsiella Pneumoniae [19]

  2.6 SINTESIS 1,3 PROPANDIOL

  Salah satu produk fermentasi tertua dari gliserol adalah 1,3-Propanadiol. 1,3- Propanadiol pertama kali diidentifikasi oleh Agustus Freund pada tahun 1881 dalam fermentasi gliserol kultur campuran yang mengandung Clostridium pasteurianum sebagai organisme aktif [20]. 1,3-Propanadiol adalah senyawa antara serba guna yang digunakan dalam sintesis heterosiklik. Karena adanya dua gugus hidroksil pada posisi 1 dan 3, ditemuka nlah aplikasi dari 1,3-Propanadiol dalam produksi polimer, seperti poliester dan poliuretan. Pemanfaatan dari gliserol mentah untuk memproduksi 1,3-propanadiol memberikan kesempatan adanya kemungkinan untuk memanfaatkan nilai gliserol dari limbah [20].

  Fermentasi gliserol dengan mikroba menjadi alternatif dalam sintesis 1,3 propanadiol yang selanjutnya dapat disebut sebagai biosintesis. Proses biosintesis ini perlu dikembangkan karena mudah ditangani dan biaya produksinya rendah. Fermentasi ini melibatkan dua reaksi enzimatik. Reaksi enzimatik pertama dikatalisis oleh gliserol dehidratase untuk mengkonversi gliserol menjadi 3 hidroksi propionaldehid dan air. Reaksi enzimatik kedua yaitu 3 hidroksipropionaldehid direduksi menjadi 1,3-propanadiol oleh propanadiol dehidrogenase.

Gambar 2.3 Biokonveksi Gliserol menjadi 1,3 Propandiol [20]Gambar 2.4 Perombakan Gliserol menjadi 1,3 Propandiol [20]

  Beberapa peneliti telah menggambarkan proses biologis ramah lingkungan untuk konversi sumber daya terbarukan, seperti gliserol, untuk 1,3-Propanadiol. Mengingat hasil dan pemulihan produk, perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan industri 1,3-Propanadiol, banyak perhatian telah dibayarkan kepada produksi mikroba, baik menggunakan gliserol atau glukosa sebagai sumber karbon. 1,3-Propanadiol telah banyak digunakan sebagai bahan kimia penting dalam polimer, kosmetik, makanan, obat-obatan dan dalam banyak industri berbasis aplikasi lain, namun penggunaannya dibatasi oleh biaya tinggi [21].

2.7 SEPERASI HASIL FERMENTASI

  Proses fermentasi gliserol menjadi 1,3-Propanadiol menghasilkan produk yang masih bercampur, sehingga diperlukan metode untuk mengisolasi 1,3- propanadiol dengan produk samping lainnya, antara lain air, asam asetat, metanol dan produk samping lainnya berupa padatan organik. Metode separasi yang dipakai yaitu penambahan basa kemudian dievaporasi, distilasi dan ekstraksi pelarut, sedangkan padatan dan pengotor lainnya diambil dengan metode sentrifugasi.

  Perbedaan titik didih yang cukup tinggi dari senyawa-senyawa hasil fermentasi, mengakibatkan pemisahan dapat dilakukan dengan metode distilasi.

Tabel 2.1 Daftar Beberapa Sifat Komponen Yang Terdapat pada Proses Fermentasi

  [13]

  Berat Molekul Titik Didih Nama Senyawa Rumus Kimia (gr/mol) (

  C)

  Etanol CH

3 CH

  2 OH 46,07 78,50

  Asam Formiat HCO H 46,03 100,7

  2 Asam Asetat CH COOH 60,05 117,90

  3 Asam Laktat CH

3 CH(OH)COOH 90,08 122

  3-Hidroksi CHOCH

  2 CH

  2 OH 74,08 129,09

  Propinaldehid

  Asam Butirat CH

3 CH

  2 CHOOH 88,12 165,5

  2-3 Butanadiol CH CHOHCHOHCH 90,12 178-182,5

  3

  3

  1,3 Propanadiol HOCH

  2 CH

  

2 CH

  2 OH 76,11 213.5

  Asam Suksinat HO

  2 CCH

  2 CH

  2 CO

  2 H 118,09 235

  Gliserol HOCH CH(OH)CH OH 92,11 290

  2

  2 Secara garis besar, destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan

  bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian di dinginkan kembali dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.

  Berdasarkan tekanan operasi yang digunakan, distilasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu distilasi atmosferik, distilasi vakum, dan distilasi tekanan tinggi (lebih dari 1 atm). Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150

  C. Destilasi vakum memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendestilasinya tidak perlu terlalu tinggi. Destilasi vakum merupakan proses pemisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm dengan tujuan untuk, mengindari terjadinya reaksi oksidasi pada komponen yang akan dipisahkan agar ikatan rangkap pada senyawa tidak putus.Sedangkan destilasi atmosfer adalah proses pemisahan dua komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya pada tekanan atmosfer [22].

  Distilasi pada tekanan vakum dan atmosfer ini selain dapat menurunkan titik didih bahan dapat juga bertujuan untuk menghindari kerusakan komponen pada proses pemisahan. Oleh karena itu, dalam penyulingan 1,3-Propandiol ini menggunakan cara destilasi vakum dan destilasi atmosferik untuk dapat membandingkan hasil yang diperoleh dari kedua proses destilasi tersebut serta proses mana yang lebih efektif [22].

2.8 GAS KROMATOGRAFI

  Gas kromatografi merupakan tehnik yang pertama kali diperkenalkan oleh James dan Martin pada tahun 1952, teknik ini merupakan metode analisis kuntitatif dan kualitatif yang cepat untuk menganalisis komponen lipida volatil seperti hidrokarbon, fatty acid, ester, sterol, dan senyawa lainnya. Penggunaan kromatografi dibedakan antara dua metode penggunaan. Pertama, kromatografi gas digunakan sebagai alat untuk melakukan pemisahan. Penggunaan ini memerlukan pengubahan senyawa sampel menjadi senyawa volatil atau senyawa yang dapat di derivatisasi untuk menghasilkan senyawa volatil. Kedua, kromatografi gas sebagai pelengkap untuk hasil analisis yang sempurna, dalam hal ini waktu dan volume retensi digunakan untuk identifikasi senyawa, luas dan bobot peak sebagai informasi kuantitatifnya. Bagian dasar dari suatu kromatografi gas adalah tangki gas pembawa, sistem injeksi sampel, kolom kromatografi, detektor, oven dan rekorder.

  Gas pembawa merupakan gas yang inert dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi seperti helium, nitrogen dan hidrogen. Tangki gas pembawa dilengkapi dengan regulator aliran dan tekanan. Oven berfungsi mengontrol temperatur dalam kolom kromatografi. Kolom kromatografi gas dapat berupa packed column atau

  

capillary column . Detektor yang sering digunakan pada gas kromatografi adalah

  flame ionization (FID), thermal conductivity (TCD), electron capture (ECD), flame photometric (FPD) dan photoionization (PID). Kromatografi gas adalah alat yang digunakan untuk memisahkan senyawa dengan mengalirkan arus gas melalui fase diam. Bila fase diam berupa zat padat, maka disebut kromatografi gas padat (KGP). Bila fase diam berupa zat cair, maka disebut kromatografi gas cair (KGC).

  Kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atau distribusi diferensial komponen sampel diantara dua sampel. Kromatografi melibatkan dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam biasanya berupa cairan yang terikat pada permukaan, sedangkan fase gerak berupa eluen, pelarut atau gas pembawa inert.

  

Gas chromatography (GC) memiliki prinsip kerja pemisahan antara gas dan lapisan

tipis cairan berdasarkan perbedaan jenis bahan [23].

2.9 ANALISA EKONOMI

  Crude gliserol sebagai produk hasil samping pembuatan biodiesel memiliki nilai ekonomis yang rendah karena mengandung impuritis seperti metanol, asam lemak (sebagai sabun) dan garam. Produksi crude gliserol akan meningkat seiring dengan meningkatnya produksi biodisel. Menurut laporan DitJen Migas (1998) kebutuhan bahan bakar diesel meningkat setiap tahunnya.

  Crude gliserol tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan karena kandungan bahan organiknya yang tinggi. Salah satu solusi untuk menangani jumlah produksi crude gliserol yang terus meningkat adalah menjadikannya ke dalam bentuk produk yang lebih berharga.

  Salah satu produk nilai tambah tinggi yang dapat dengan mudah dibuat dari gliserol adalah 1,3-Propanadiol. 1,3-Propanadiol banyak digunakan untuk berbagai produk seperti polimer, kosmetik, makanan, pelumas, dan obat-obatan. Produksi 1,3- Propanadiol dengan bahan baku Crude Gliserol dilakukan dengan tahapan sebagai beikut:

  1. Pemurnian Crude Gliserol 2.

  Pembiakan Bakteri Klebsiella Pneumonia 3. Fermentasi Gliserol 4. Distilasi 5. Analisa Hasil Fermentasi

  Berikut merupakan rincian biaya pembuatan 1,3-Propanadiol dengan fermentasi gliserol menggunakan bakteri klebsiella pneumoniae yang telah dilakukan selama penelitian dengan basis bahan baku crude gliserol 5 liter.

  1. Biaya pemurnian crude gliserol (5 ltr) Rp 60.000,- 2.

  Pembiakkan Bakteri (1 L) Rp 25.000,- 3.

  Fermentasi Rp 10.000,- 4.

  Distilasi Rp 10.000,- 5.

  Analisa Rp 250.000,- Rp 355.000,-

  Pada proses pemurnian crude gliserol sebanyak 5 liter akan menghasilkan gliserol murni sebanyak 1,8 L. Setiap fermentasi 50 ml gliserol diperkirakan akan menghasilkan 20 ml 1,3-Propanadiol. Sehingga, diperoleh hasil 1,3-Propanadiol hasil fermentasi gliserol sebanyak 1,8 L diperoleh sekitar 720 ml 1,3-Propanadiol.

  Dari rincian biaya yang telah dilakukan di atas maka total biaya yang diperlukan untuk produksi 1,3-Propanadiol dengan fermentasi gliserol adalah Rp 355.000,-

  Harga 1,3 Propanadiol di pasaran, khususnya kota medan sekitar 4.000.000,- /L. Dengan demikian 1,3-Propanadiol untuk 1 ml memiliki harga 4.000,-/ml. Oleh karena itu, hasil fermentasi 1,8 L gliserol memperoleh 1,3-Propanadiol sebesar 720 ml, sehingga harga jual hasil fermentasi gliserol menjadi 1,3 Propanadiol sebesar 2.880.000,-. Jika dibandingakn harga penjualan 1,3-Propanadiol dengan biaya pengeluaran untuk menghasilkan 1,3-Propanadiol menghasilkan keuntungan yang

  Sehingga fermentasi gliserol menjadi 1,3-Propanadiol dengan menggunakan bakteri besar. klebsiella pneumoniae layak dipertimbangkan.

Dokumen yang terkait

BAB 3. METODOLOGI 3.1. Desain - Efektifitas Vitamin D terhadap Derajat Keparahan Dermatitis Atopik

0 0 25

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dermatitis Atopik 2.1.1. Definisi - Efektifitas Vitamin D terhadap Derajat Keparahan Dermatitis Atopik

0 0 14

A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi - Tinjauan Tentang Praktik Asuransi Kecelakaan Terhadap Tertanggung Sebagai Pelaku Kecelakaan

0 2 36

A. Latar Belakang - Tinjauan Tentang Praktik Asuransi Kecelakaan Terhadap Tertanggung Sebagai Pelaku Kecelakaan

0 0 15

Analisis Pasal 1338 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Pacta Sunt Servanda) Dalam Perjanjian Antara Dokter Dengan Pasien

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Pasal 1338 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Pacta Sunt Servanda) Dalam Perjanjian Antara Dokter Dengan Pasien

0 0 12

2. Kelapa sawit - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 1 20

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 0 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pertanian Organik - Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 2 10