PERGESERAN BAHASA DALAM PERMAINAN TRADISIONALMANDAILING: KAJIAN EKOLINGUISTIK Ilham Sahdi Lubis ihlamsahdilubisyahoo.com Abstract - Pergeseran Bahasa dalam Permainan Tradisional Mandailing: Kajian Ekolinguistik

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Juli 2014, 54-61 Tahun ke-8, No 2 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

  

PERGESERAN BAHASA DALAM PERMAINAN

TRADISIONALMANDAILING: KAJIAN EKOLINGUISTIK

Ilham Sahdi Lubis

  

  

Abstract

Language shift, sometimes referred to as language transfer or language

replacement or assimilation, is the process whereby a speech community of

a language shifts to speaking another language. Often, languages perceived

to be "higher status" stabilise or spread at the expense of other languages

perceived by their own speakers to be lower.This research focus the nominal

lexicon and verba lexicon of the Mandailing language concerning culture,

Specifically, it attempts to describe the level of comprehension of the native

speakers of Mandailing in nominal lexicon and verba lexicon language

defense which includes language shift of Mandailing language. Data of

nominal lexicon and verba lexicon collected by ways of written documents,

nonparticipant observation, and indepth interview guide. Then, the data is

reduced and classified based on its ecosystem and kind. The test is

conducted upon informants resident around Mandailing,the depreciation on

nomina lexicon and verba lexicon in traditional Mandailing caused due to

internal factors, namely because of the children at the present time is no

longer using the Mandailing Traditional culture. and external factors that

also influenced by technological development today is more interesting then

the Traditional are replaced by games that use the technology. The test

result of Mandailings Tradiisonal games had nominalexicon and verba

lexicon that be extinct.

  Kata kunci: Ekolinguistik, permainan tradisional, leksikon mandailing PENDAHULUAN Latar Belakang masalah

  Budaya merupakan warisan dari leluhur yang masih kita lihat dalam lingkungan masyarakat, karena budaya merupakan salah satu tatanan dari kehidupan kita sendiri, dan setiap daerah itu tersebut pasti mempunyai budaya-budaya yang berbeda tentunya. Begitu pula yang sering dipakai masyarakat di Indonesia terutama dalam masyarakat Mandailing yang memiliki banyak budaya yang harus dipertahankan dan dilestarikan, salah satu budaya tersebut yaitu sebuah permaian Tradisonal yang memliki keanekaragaman permainan terutama yang terdapat di daerah Mandailing. Oleh sebab itu budaya-budaya yang ada di dalam masyarkat itu harus tetap terjaga dan dilestarikan.

  Dalam masyarakat Mandailing tentunya sering kita temukan suatu budaya atau permainan tradisional yang sering dilakukan oleh anak-anak. Permainan tradisional tersebut termasuk kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. Di dalam masyarakat Mandailing banyak sekali jenis-jenis permainan Tradisional, dari yang bisa dimainkan sendiri, dilakukan dengan teman, dan yang dimainkan dengan banyak orang. Dari yang

  Ilham Sahdi Lubis

  menggunakan alat tradisional sampai yang tidak menggunakan alat tersebut bisa dilakukan dalam permainan Tradisional masyarakat Mandailing.

  Permainan Tradisional masyarkat Mandailing selain sebagai sarana untuk bersenang-senang ataupun untuk sekedar bermain, secara langsung kita bisa mendapatkan manfaat lain dari permainan Tradisional tersebut. misalnya untuk permainan anak-anak mental dari anak tersebut. permainan tradisional tersebut bisa memicu otak untuk terbiasa berpikir bagaimana caranya untuk mengambil keputusan yang tepat supaya kelompok atau team tersebut bisa menang dalam permainan itu.

  Permainan Tradisional Mandailing menyimpan banyak manfaat untuk anak-anak, baik di sadari ataupun tidak disadari dengan adanya permainan Tradisional anak yang memasyarakat akan mengembangkan berbagai kecerdasan untuk anak tersebut. Dalam permainan Tradisional mengenal konsep menang dan kalah, namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya bertengkar, bahkan ada kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan secara tidak langsung mengajarkan permainan itu kepada teman yang belum bisa melakukannya dan bisa juga melatih jiwa dan mental anak agar lebih baik dan bisa memotivasi diri dan teman-temannya.

  Di dalam permainan tradisional tersebut tidak jarang ditemukan bahasa-bahasa khusus untuk permainan tersebut, misalnya seperti

  gobak „lubang dalam permainan

  kelereng

  ‟,bongkek „melempar bola dengan keras kepada pemain’ pangayak „ yang

  menjaga atau mengejar dalam sebuah permainan

  ‟. Sayang sekali keberadaan permainan

  tradisional tersbut sekarang mulai tersisihkan dengan hadirnya media-media permainan yang lebih menarik. Dengan hilangnya permainan tradisional tersebut maka bahasa- bahasa dalam permainan tersebut tidak dipakai lagi dan sekarang mulai hilang. Dengan demikian bahasa-bahasa yang hilang tersebut menarik untuk diteliti sebagaimana fungsi dari bahasa-bahasa tersebut masi ada yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tetapi tidak dalam permaianan tradisional tersebut.

  Rumusan Masalah

  1) Bagaiamana leksikon-leksikon dalam permainan tradisional masyarakat

  Mandailing? 2)

  Bagaimana pergeseran atau hilangnya leksikon-leksikon dalam permainan tradisional masyarakat Mandailing?

  Tujuan Penelitian

  1) Mendeskripsikan bahasa-bahasa dalam permainan tradisional masyarakat Mandailing.

  2) Mendeskripsikan pergeseran atau hilangnya bahasa-bahasa dalam permainan tradisional masyarakat Mandailing.

KAJIAN PUSTAKA

  Bahasa memang selalu berubah, mengarah ke arah yang tidak bisa ditentukan, ia dipengarugi ide-ide dan tantangan lingkungan. Dalam lingkup kajian ekolinguistik dinyatakan bahwa bahasa merekam kondisi lingkungan ragawi dan sosial, perangkat leksikon menunjukkan adanya hubungan simbolik verbal antara guyub tutur dengan lingkungannya, dengan flora dan fauna, termasuk anasir-anasir alamiah lainnya (sapir dalam Fill dan Muhlhauter, 2001: 14). Keanekaragaman leksikon daerah menandakan lingkungan ragawi yang masih terjaga kelestariannya.

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

  Menurut Mbete (2009: 2), “dalam perspektif ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya dipandang sebagai organisme-organisme lainnya

  .” Sebagaimana dinyatakan oleh Fill (1993: 126) dalam Lindo (2000: 40) bahwa ekolinguistik merupakan sebuah payung bagi semua penelitian mengenai bahasa yang ditautkan dengan ekologi

  

“ecolinguistics is an umbrella term for all approaches in which the study of language

(and language) is in any way combined with ecology ”.

  Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ekolinguistik mengkaji interaksi bahasa dan ekologinya. The ecology of language shift, mackey dalam Fill dan Muhlhauler (2001:67) menjelaskan bahwa pada dasarnya ekologi merupakan kajian saling ketergantungan dalam suatu sistem. Dalam ekologi bahasa, konsep ekologi memadukan lingkungan, konservasi, dan sistem dalam bahasa (Fill, 2001: 43). Lingkungan bahasa dalam ekolinguistik meliputi lingkungan ragawi dan sosial (sapir dalam Fill dan Muhlhausler, 2001: 14).

  Haugen (1970) dalam Mbete (2009: 11-12) menyebut, ada sepuluh ruang kajian ekologi bahasa, yaitu: 1)

  Linguistik historis komparatif, menjadikan bahasa-bahasa kerabat di suatu lingkungan geografis sebagai fokus kaji untuk menemukan relasi historis genetisnya. 2)

  Linguistik demografi, mengkaji komunitas bahasa tertentu di suatu kawasan untuk memerikan kuantitas sumber daya (dan kualitas) penggunaan bahasa-bahasa beserta ranah-ranah dan ragam serta registrasinya (sosiolek dan fungsiolek). 3)

  Sosiolinguistik, yang fokus utama kajiannya atas variasi sistematik antara struktur bahasa dan stuktur masyarakat penuturnya. 4)

  Dialinguistik, yang memokuskan kajiannya pada jangkauan dialek-dialek dan bahasa- bahasa yang digunakan masyarakat bahasa, termasuk di habitat baru, atau kantong migrasi dengan dinamika ekologinya.

5) Dialektologi, mengkaji dan memetakan variasi-variasi internal sistem bahasa.

  6) Filologi, mengkaji dan menjejaki potensi budaya dan tradisi tulisan, propeknya, kaitan maknawi dengan kajian dan atau kepudaran budaya, dan tradisi tulisan lokal.

  7) Linguistik preskriptif, mengkaji daya hidup bahasa di kawasan tertentu di kawawan tertentu, pembakuan bahasa tulisan dan bahasa lisan, pembakuan tata bahasa (sebagai muatan lokal yang memang memerlukan kepastian bahasa baku yang normatif dan pedagogis).

  8) Glotopolitik, mengkaji dan memberdayakan pula wadah, atau lembaga penanganan masalah-masalah bahasa (secara khusus pada era otonomi daerah, otonomi khusus, serta pendampingan kantor dan atau balai bahasa).

  9) Etnolinguistik, linguistik antrofologi ataupun linguistik kultural (cultural linguistics) yang membedah pilih-memilih penggunaan bahasa, cara, gaya, pola pikir dan imajeri

  (Palmer, 1996 dalam Mbete, 2009), dalam kaitan dengan pola penggunaan bahasa, bahasa-bahasa ritual, kreasi wacana iklan yang berbasiskan bahasa lokal. 10)

  Tipologi, membedah derajat keuniversalan dan keunikan bahasa-bahasa. Berdasarkan cakupan ekolinguistik di atas, penelitian ini berhubungan erat dengan ekologi sosial yang membahas sosiolinguistik dan etnolinguistik.

  Pergeseran dan pemertahanan bahasa sebenarnya seperti dua sisi mata uang, Crystal (2003:

  17) memaparkan pergeseran bahasa (language shif) sebagai “the

  

conventional term for the gradual or sudden move from the use of one language to

another (either by an individual or by a group)” perubahan secara bertahap atau tiba-tiba

  dari satu bahasa ke bahasa lain (baik secara perorangan atau kelompok). Pergeseran bahasa disebabkan oleh sejumlah faktor, yaitu faktor sosiolinguistik, psikologis, demografis, dan ekonomik (Gunarwan, 2006: 102). Menurut Rahardi (2006: 68-70),

  Ilham Sahdi Lubis

  pergeseran bahasa dapat dengan mudah dicermati oleh siapapun pada aspek leksikon, yaitu adanya penambahan, pengurangan, dan penghilangan makna kata.

  Berbeda dengan pergeseran bahasa, pemertahanan bahasa terjadi jika dan bila penuturnya secara kolektif tetap menggunakan bahasa tradisionalnya walaupun ada desakan untuk beralih menggunakan bahasa lain. Membahas pemertahanan erat kaitannya akan perlahan-lahan menjadi punah (sumarsono dalam Damanik, 2009: 9). Kemampuan bahasa untuk bertahan hidup menurut Holmes (2001: 165) dalam Gunarwan (2006: 101- 102) dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu 1) status bahasa yang bersangkutan seperti yang tercermin pada sikap masyarakat bahasa itu terhadapnya. 2) besarnya kelompok penutur bahasa itu serta persebarannya. 3) seberapa jauh bahasa itu mendapat dukungan institusional.

  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008: 805) mendefenisikan sebagai “kosakata komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa.”

  METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan dan metode kualitatif. Creswell dalam Patilima (2005: 3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai “sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.” Salah satu ciri utama penelitian kualitatif ialah peranan manusia sebagai instrumen (Moleong, 1994: 167). Dengan mengacu pada pemikiran tersebut, peneliti sendiri merupakan instrumen untuk pengumpulan data.

  B. Sumber Data

  Menurut Lofland (1984: 47) dalam Baswori dan Suwandi (2008: 169), “sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan selebihnya adalah data tambahan dari dokumen.” Berdasarkan pendapat itu, data penelitian ini bersumber dari data lisan dan data tertulis tentang leksikon nomina bahasa Mandailing yang berkaitan dengan permainan tradisional Mandailing.Sedangkan mengenai jumlah data merujuk pada chaer (2007: 39) yang me nyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, “jumlah data yang dikumpulkan tidak tergantung pada jumlah tertentu, melainkan pada taraf dimana dirasakan telah memadai. Data leksikon nomina bahasa Mandailing yang terkait dengan permainan Tradisional Mandailing diperoleh dengan cara wawancara.

  C. Data Leksikon dalam Permainan Tradisional Mandailing 1.

  Nomina Dalam permainan tradisional Mandailing ditemukan leksikon nomina seperti pada tabel berikut:

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

  Batu atau karikil Capcap Katillak Mangarapus

   Metode Analisis Data

  

Busi

Korek api

Masiu

Tali palastik Ban dalam D.

  13 Doar-doar

  Apea Pacca Rotco

  12 Marapea

  Bulu Tukkol-tukkol Mutik ni jambu

  11 Dopang-dopang

  Pangayak Bola loncat

  10 Marbola loncat

  9 Maryeye Koje Mammasse

  Kuaci Pekpek Kapicek

  8 Markuaci

  7 Marsimbak

  No Permainan Nomina Verba

  

Lappak

Solop

  6 Marlappak

  kapicek Batu Lenti Taruma Mareder

  5 Marlenti atau

  Pangayak Perancis Roda-roda Umpiang

  4 Alomak

  Manggigir Pitar Gamel/ramel

  Kaderen Rambang Batu Rambang gobak Gobak Eder Petak Sasud Katujuk Jokkal Piko Pistik Koder Sum Jakarta Katapel

  3 Markaderen

  Muit

  Pangayak Sabur Jabut Osom Tembak Jawa Bal Kebal

  1 Marbatalion

  Moleong (1994: 103) mendefinisikan analisis data sebagai “proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema”. Analisis data sudah dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan sesudah meninggalkan lapangan. Dalam menganalisis data, jawaban dari setiap informan disimbolkan dalam bentuk angka dalam tabel.

  Ilham Sahdi Lubis PEMBAHASAN

  Leksikon-leksikon dalam permainan tradisional Mandailing. Dalam tutur bahasa Mandailing ditemukan sejumlah leksikon-leksikon yang meliputi nomina dan verba khusus yang terkait dengan tumbuhan dan alam dalam permainan tradisional Mandailing. yang masih erat dengan lingkungan dan ekositemnya maka banyak leksikon leksikon di dalam permainan tradisional Mandailing tersebut di ambil dri alam dan lingkungan sekitar, sebagian dari permaian itu juga menggunakan alat dari alam dan tumbuh- tumbuhan. Dari permainan Tradisional itu juga memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi anak-anak yang masih memainkan permainan tersebut. bukan hanya sekedar bermain tetapi juga bermanfaat untuk perkembangan anak-anak. Beberapa fungsi permainan Tradisional Mandailing, yaitu.

A. Fungsi permainan 1. Fungsi sosial

  Dalam permainan Tradisional Mandailing, anak-anak yang bermain dalam permainan tersebut bersosialisasi dengan teman, berinteraksi antara yang satu dengan yang lain, dan membangun sebuah komunikasi. Oleh kerana itu sifat permainan

  

tradisional yang lebih menekankan persahabatan dan kebudayaan permainan tradisional

merupakan alat yang baik dalam proses sosiologi.

  2. Fungsi didik

  Beberapa permainan Tradisional Mandailing bisa mendidik dan melatih diri untuk berhitung, memperkuat daya ingat, memperkuat daya motorik dan melatih daya tahan tubuh.

  3. Melatih kepemimpinan.

  Beberapa dari permainan Tradisional Mandailing bisa melatih kepemimpinan seorang anak karena akan mengatur teman-temannya dalam permainan tersebut. Jika

  

dimainkan secara berkumpulan, secara tidak lansung, semangat kerjasama bisa terjaga

dengan baik.

  4. Melatih kekuatan fisik

  Dalam permainan Tradisional Mandailing juga melatih fisik anak-anak supaya lebih kuat. Permainan tradisional dapat membentuk kemahiran motor yang berguna dan

  

bermakna kepada pengamalnya. Dengan kata lain membina dan mengekalkan tahap

kesihatan fisik.

  5. Nilai religius

  Dalam permainan Tradisional Mandailing anak-anak dilatih atau dituntut untuk melakukan kejujuran dalam permainan tersebut, saling tolong menolong antara teman dan saling mengingatkan.

B. Kepunahan Leksikon dalam Permainan Tradisional Mandailing

  Seiring perkembangan zaman dan tekhnologi, banyak permainan Tradisional yang tidak lagi dikenal atau dimainkan anak-anak. Permainan-permainan tradisoinal tersebut telah berganti dengan permainan yang menggunakan tekhnologi, oleh sebab itu banyak leksikon-leksikon yang terdapat di dalam permaianan tersebut tidak dikenali lagi atau sudah mulai punah dikarenakan anak-anak sekarang tidak memaninkan permainan

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

  tersebut, dengan kiranya permainan tersebut menyebabkan beberapa leksikon menjadi hilang diantaranya:

1. Nonima a.

   Katujuk b. Piko c. koder d.

   Kapicek e. Katillak f. Apesong 2.

  Verba a.

   sabur b. muit c. Eder d.

   Sum e. Sasud f. gamel g.

   Pitar h. Manggigir i. Lenti j. Pekpek k.

   Capcap l. Mangarapus m.

   Mammase

  Data diatas adalah sebagian leksikon-leksikon yang sudah jarang digunakan atau sudah mulai hilang di kalangan anak-anak dikarenakan permainan Tradisional itu tidak digunakan lagi sebagai kegiatan sehari-hari. Pada saat ini sudah jarang ditemukan anak- anak yang masih menggunakan permaianan Tradisional, beberapa orang anak mengatakan permaianan Tradisonal terlalu tua untuk dimainkan pada saat sekarang, oleh karena itu anak-anak tersebut beralih dari permainan Tradisional ke permainan yang menggunakan tekhnologi yang lebih mudah dilakukan dan mudah di dapatkan.

  SIMPULAN

  Terjadinya penyusutan pemahaman leksikon pada Permainan Tradisional Mandailing disebabkan karena faktor internal, yaitu karena anak-anak pada masa sekarang tidak lagi menggunakan permainan Tradisional Mandailing tersebut dan dipengaruhi juga faktor eksternal yaitu dengan perkembangan tekhnologi yang lebih menarik dari permainan-permainan Tradisional tersebut tergantikan oleh permainan yang menggunakan tekhnologi. Oleh sebab itu permainan-permainan Tradisional Mandailing tidak lagi dipakai atau dimainkan, maka leksikon-leksikon yang ada di dalam permainan tersebut tidak dipakai lagi dan mulai punah. Dari data yang disajikan ditemukan beberapa leksikon yang hilang yaitu 6 nomina dan 13verba.

  Ilham Sahdi Lubis

DAFTAR PUSTAKA

  Chaer, Abdul. 1995. Sosiolinguistik suatu pengantar. Jakarta:Rineka Cipta Crystal, David. 2003. Language Death. UK: Cambridge University. Fill, Alwin dan Peter Muhlhause. 2001. The Ecolinguistics Reader Language, Ecology and Environment . London: continium. Gunarwan, Asim. 2006. “kasus-Kasus Pergeseran Bahasa Daerah: Akibat Persaingan dengan Bahasa Indonesia?” linguistik Indonseia. Jurnal Ilmiah Masyrakat Linguistik

  Indonesia. Februari 2006.95-113. Haugen, Einar. 1972. “The Ecology Of Language.” The Ecology Of Language. Ed.

  Anwar S. Dil. California: Stanford University. 325-339. Holmes, Janet. 2001. Introdcution to sociolinguistics. (Ed.kedua). Harlow, Essex:Longman.

  Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 805). Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lindo, Anna vibeke dan Jeppe Bundsgaard (eds). 2000. Dialectial ecolinguistics three Essays for the symposium 30 years of language and ecology in Graz december 2000.

  Austria: University of Odense Research Group for Ecology, Language and Ecology. Mbete, Aron Meko. 2009. Refleksi Ringan Tentang Problematika dan Kebahasaan dalam Perspektif Ekolinguistik.

  Moleong, Lexy J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rahardi, R. Kunjana. 2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan, Aneka Masalah Bahasa Indonesia Terkini . Jakarta: Erlangga.

  Sumarsono. 2011. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Penerbit Sabda.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN - Sikap dan Keterampilan Perawat dalam Penerapan Tindakan Triage di IGD RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 3 7

LAPORAN AKHIR SKRIPSI RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 2015

0 1 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Studi Kualitatif Pemenuhan Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Tahun 2013

0 0 30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - Studi Kualitatif Pemenuhan Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Tahun 2013

0 1 11

TRADISI THEDAK SITEN JAWA DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER Andi Wete Polili Mahasiswa Program Doktor Linguistik FIB USU wetepolili_andiyahoo.com Abstrak - Andi Wete Polili

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 1 10

I. Identitas Responden - Pengaruh Gaya Hidup, Harga, Dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Samsung Smartphone Pada Mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perilaku konsumen - Pengaruh Gaya Hidup, Harga, Dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Samsung Smartphone Pada Mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Gaya Hidup, Harga, Dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Samsung Smartphone Pada Mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 8