MAKALAH TENTANG KONTRAKTOR KELOMPOK 4 MU

MAKALAH TENTANG KONTRAKTOR

KELOMPOK 4

MUHAMMAD FARIZ (12110001)

DENNY EKA (12110002)

YURIDISTIRA LUDFI (12110021)

EKO SUSANTO (12110080)

Jasa Kontraktor
Secara umum pengertian kontraktor adalah sebuah badan/lembaga/orang yang
mengupayakan atau melakukan aktifitas pengadaan baik berupa barang maupun jasa yang
dibayar dengan nilai kontrak yang telah disepakati. Jasa kontraktor sipil sendiri merupakan
jasa yang berupa pengadaan barang dan jasa yang berhubungan dengan pekerjaan sipil, bisa
berupa jalan, bangunan, konstruksi jembatan, dsb.
Di Indonesia, tercatat ada banyak sekali jasa kontraktor sipil yaitu sekitar 180 ribu badan
usaha kontaktor. Kontraktor – kontraktor itu sendiri harus disertifikasi dan terregistrasi, hal
ini diatur dalam LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi).

Didalam LPJK akan ditentukan jenis usaha jasa konstruksi yang akan ditawarkan, bisa berupa
pelaksana konstruksi (kontraktor) maupun perencana konstruksi (konsultan). Baik kontraktor
maupun konsultan kemudian akan dikualifiasi ke dalam beberapa grade (tingkatan).
Pengkualifikasian ini berdasarkan pengalaman (lama badan usaha itu berdiri), jumlah tenaga
ahli/terampil yang dimiliki dan jumlah tenaga kerja serta nilai modal yang dimilikinya.
1.

Untuk kualifikasi tertinggi atau yang sering disebut golongan besar, ditujukan kepada
badan usaha yang memiliki grade 6 atau grade 7 dimana badan usaha tersebut bisa
menangani proyek dengan nilai yang tidak terbatas.
2.
Golongan menengah ditujukan kepada badan usaha yang memiliki grade 5 dengan
nilai proyek berkisar antara 1 – 10 Milyar. Dan golongan kecil ditujukan untuk grade 4 –
2 dengan nilai proyek di bawah 1 Milyar.
Tujuan dari pengklasifikasian ini hanya agar para badan usaha yang ada dapat mengikuti
tender dan mengerjakan proyek sesuai dengan kapasitas yang dimiliki sekaligus untuk
menjaga kelangsungan usaha bagi golongan menengah sampai kecil.
Secara umum kontraktor adalah orang yang kerjanya terikat oleh kontrak dimana jasanya
adalah membantu mereka – mereka yang tidak memiliki cukup waktu dalam membangun
rumah. Para kontraktor akan mengalkulasi perencanaan,analisis pengeluaran,sampai dengan

implementasi yang dibutuhkan.
Bagaimana bisnis Jasa Kontraktor??
Jasa bisnis kontraktor tidak membutuhkan modal yang besar. Modal awal diperkirakan dari
modal kerja, yaitu modal untuk membayar karyawan selama 6 bulan,alat-alat kantor, dan
dana operasional.
Kontraktor yang baik,perlu memahami dan memiliki hal – hal berikut:
1. Rencana Gambar
2. Uraian Pekerjaan

3. Pengalaman kerja
4. jaringan pendukung

Maksud dan Fungsi Efisiensi Bagi Kontraktor
Efisiensi dalam pelaksanaan proyek oleh kontraktor adalah merupakan suatu keharusan
dalam rangka menjaga laba yang telah ditargetkan. Eit..efisiensi sama sekali tidak boleh
dipelesetkan sebagai tindakan mengurangi takaran, karena efisiensi mensyaratkan suatu
output yang sesuai dengan gambar dan spesifikasi rencana.
Banyak definisi tentang efisiensi dalam penelusuran di internet. Tapi dalam posting ini saya
akan berikan definisi yang lebih membumi, tentunya versi saya dengan sudut pandang
kontraktor (boleh dong..). Efisiensi adalah suatu keadaan atau ukuran perbandingan antara

biaya aktual yang dikeluarkan untuk suatu pekerjaan/output/item biaya tertentu dengan biaya
yang direncanakan di awal. Efisiensi ternyata adalah kata keterangan, bukan kata kerja.
Definisi efisiensi disini adalah pengembangan definisi standar tentang efisiensi. Dikarenakan
merupakan perbandingan antara dua nilai (positif), maka hasilnya tentu > 1 atau < 1 (positif).
Saat ini dikatakan efisiensi bila biaya aktual < biaya rencana awal atau perbandingan antara
biaya aktual vs biaya rencana awal < 1. Lalu jika sebaliknya dikatakan inefisiensi.
Setelah dicermati, makna efisiensi ternyata menyempit. Seharusnya berdasarkan definisi
bermakna suatu keadaan atau ukuran. Saat ini efisiensi bermakna tindakan dimana biaya
aktual < biaya rencana awal. Sehingga terjadi penyempitan makna. Tapi apapun itu, rasanya
tinggal kita sepakati saja bahwa jika biaya aktual < biaya target (rencana awal) berarti terjadi
efisiensi, jika sebaliknya adalah inefisiensi. Semoga bisa disepakati.
Konsep efisiensi yang ingin saya pertegas dalam posting ini dan posting berikutnya adalah
konsep bagaimana tindakan-tindakan dalam pelaksanaan konstruksi proyek akan
menghasilkan efisiensi biaya dimana produk atau output yang dihasilkan haruslah tetap
sesuai gambar rencana dan RKS yang disyaratkan dalam kontrak.
Efisiensi biaya atas tindakan-tindakan dalam konstruksi proyek diharapkan sebagai tambahan
laba atau setidaknya sebagai extra cost contigency jika terjadi risiko yang tidak terduga.
Menurut pengalaman mengerjakan proyek, rasanya tidak pernah ada prediksi risiko yang
diperhitungkan dengan baik saat tender. Jangankan perhitungannya, item risiko pun sering
diabaikan. Bahkan ada juga kontraktor yang tidak menghitung risiko sama sekali. Jawaban


ngeles paling gampang dan tidak akan ada yang berani melawan adalah ”jika semua risiko
diperhitungkan, kapan bisa menang tendernya?”. Saya hanya mbatin, yang ngeles belum
canggih ilmu risk managementnya hehe..
Umumnya tindakan yang dilakukan pada kontraktor untuk mendapatkan efisiensi yang utama
adalah mendapatkan discount harga yang paling tinggi dengan para vendor sehingga harga
aktual yang diharapkan akan serendah mungkin terhadap harga rencana awal. Setelah
mendapatkan discount tertinggi dengan para vendor, kontraktor seperti sudah bekerja keras
mendapatkan keuntungan. Lalu tarik nafas panjang dan istirahat. Padahal pemilihan vendor
dengan harga terendah (bukan harga terbaik) adalah keputusan yang seringkali keliru. Harga
terendah seringkali menyimpan risiko bagi kontraktor dalam pelaksanaannya. Ini sudah
sering terbukti.
Suatu kasus nyata yang tak perlu dijelaskan siapa kontraktornya. Di proyek diperlukan suatu
alat berat excavator. Kontraktor sibuk mencari penjual excavator bekas yang paling murah.
Tak peduli waktu pelaksanaan sudah terlambat. Ketika akan menguji excavator yang
termurah (mungkin se-Indonesia), Kontraktor mendapat info bahwa ada excavator yang lebih
murah lagi. Maka dibatalkanlah rencana uji coba excavator yang sudah direncakan.
Kontraktor akhirnya membeli excavator yang lebih murah dari yang termurah. Efisien sekali?
Ternyata tidak. Ketika alat excavator tersebut mulai digunakan di proyek, ternyata ada
komponen yang perlu dibeli dulu. Beli komponen alat berat tentu perlu transport karena

hanya tersedia di kota besar. Kemudian begitu dipakai beberapa saat, ada kabel yang korslet.
Setelah berhasil sempat digunakan beberapa jam, tingkat konsumsi solar sangat tinggi
(mungkin karena saking tua dan maintenance yang jelek). Daya tahan pemakaian hanya
beberapa hari. Akhirnya kantor proyek jadi bengkel sepanjang pelaksanaan proyek. Alat
tersebut setelah setahun proyek selesai tidak juga di demob walaupun personil kontraktor
sudah lama tidak ada di lapangan karena pekerjaan yang sudah selesai. Efisiensi yang
berubah jadi inefisiensi /risiko yang tak terlihat (hidden cost).
Berdasarkan pengalaman, kejadian hal yang terduga dalam pelaksanaan proyek berdampak
pada biaya sekitar 1-5%. Jika dianggap keberhasilan mengatasi masalah (problem solving)
adalah 50% (termasuk bagus), maka dampaknya menjadi 0,5 – 2,5%. Angka ini jika
dihubungkan dengan Laba bersih suatu perusahaan jasa konstruksi yang berkisar 3-5%, tentu
menjadi sangat riskan, sangat rawan bagi perusahaan tersebut mengalami kerugian secara
korporat. Efisiensi adalah jawaban tepat agar target laba dapat tetap tercapai dan bahkan jika
dilakukan secara sistematis, diharapkan dapat menambah laba perusahaan. Perlu penelitian
atas data-data yang disebutkan di atas.

Posting ini merupakan buah pengalaman saya selama mengerjakan proyek, dimana pada
beberapa proyek yang awalnya rugi secara biaya, berbalik menjadi untung karena tindakan
efisiensi yang dilakukan secara sistematis dan konsisten. Prediksi saya, efisiensi akan
menjadi senjata dalam persaingan dimasa yang akan datang. Semoga efisiensi juga akan

menjadi bermanfaat bagi para pembaca.

kontraktor pelaksana proyek
1 Pengertian Kontraktor, Kontraktor adalah perusahaan yang melakukan kontrak kerja
dengan orang atau pemerintah atau perusahaan lain untuk memasok barang atau
menyelesaikan jasa tertentu. Bidang kerjanya mungkin pembangunan gedung, pembuatan
jalan raya, pembangunan instalasi listrik, dan penyediaan ribuan generator. Dalam
prakteknya, sebuah perusahaan kontraktor tidak menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut
secara sendirian. Bahkan, bila nilai proyeknya besar, kontraktor tersebut mencari puluhan
atau ratusan kontraktor lain untuk menyelesaikan proyek. Ringkasnya, perusahaan tersebut
mensubkontrakkan pekerjaan ke perusahaan-perusahaan lain.
2

Pengertian Kontraktor Secara Umum, Kontraktor atau yang juga dikenal dengan
istilah Penyedia Jasa Konstruksi, merupakan salah satu bidang usaha yang
memberikan jasa pelaksanaan dalam bidang pembangunan. Disebagian masyarakat
istilah "kontraktor" lebih lekat dengan usaha "Jasa Pemborongan Bangunan" atau
diartikan orang atau badan usaha yang melayani pengerjaan konstruksi bangungan
dengan sistem pembayaran "borongan" atau satu paket pekerjaan bukan harian.


JENIS PEKERJAAN YANG SERING DITANGANI OLEH KONTRAKTOR
Jenis usaha yang dikerjakan oleh kontraktor bisa sangat bermacam-macam. Menurut
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), badan usaha jenis Jasa Pelaksana
Konstruksi dapat dibagi menjadi 6 (enam) bidang, antara lain :
1.
Arsitektur,
2.
Elektrikal,
3.
Mekanikal,
4.
Pekerjaan Terintegrasi,
5.
Sipil,
6.
Tata Lingkungan
7.
dan lain-lain
Bisnis Kontraktor merupakan bisnis yang bisa dihitung cukup menggiurkan. Hal ini
disebabkan meningkatnya pembangunan baik dari sektor pemerintahan maupun swasta,

bisnis perumahan, meningkatnya keinginan orang untuk membangun rumah dengan desain

yang berbeda, sedikitnya waktu yang dipunyai oleh klien dikarenakan kesibukan yang cukup
padat, dan kecepatan serta efisiensi pembangunan.

PERBEDAAN KONTRAKTOR DAN PEMBORONG

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dari segi definisi kata kontraktor sinonim dengan kata Pemborong, definisi lain “Kontraktor”
berasal dari kata “kontrak” artinya suatu perjanjian atau kesepakatan kontrak bisa juga berarti
sewa, jadi kontraktor bisa disamakan dengan orang atau suatu badan hukum atau badan usaha
yang di kontrak atau di sewa untuk menjalankan order/pekerjaan berdasarkan isi kontrak
yang dimenangkannya dari pihak pemilik proyek yang merupakan instansi /lembaga
pemerintahan, badan hukum, badan usaha, maupun perorangan, yang telah melakukan

penunjukan secara resmi Berikut aturan-aturan penunjukan, dan target proyek ataupun order/
pekerjaan yang di maksud tertuang dalam kontrak yang di sepakati antara pemilik
proyek(owner) dengan kontraktor pelaksana.
Scope bidang usaha kontraktor sebenarnya sangat luas,dan setiap kontraktor memiliki focus
usaha dan spesialisasi di bidangnya masing-masing misalnya :
1.
Kontraktor
bidang
kontruksi
atau
di
kenal
dengan
istilah
kontraktor bangunan penyedia jasa pelaksana kontruksi
2.
Kontraktor bidang pertahanan dan keamanan
3.
Kontraktor bidang perdagangan
4.

Kontraktor bidang pertambangan
5.
Kontraktor bidang jasa tenaga kerja
6.
Dan lain sebagainya
Dalam tulisan ini yang akan saya ulas adalah hal dan pengalaman yang berkaitan dengan
kontraktor bidang kontruksi atau yang juga dikenal dengan istilah Penyedia Jasa Pelaksana
Konstruksi atau bahasa sederhananya adalah kontraktor bangunan, merupakan salah satu
bidang usaha yang memberikan jasa pelaksanaan dalam bidang pembangunan. sebagian
masyarakat mengistilahkan "kontraktor" sama dengan
usaha
"Jasa
Pemborong
Bangunan" yangdiartikan sebagai orang atau badan usaha yang melayani pengerjaan
konstruksi bangunan dengan sistem pembayaran "borongan" atau satu paket pekerjaan bukan
harian.atau system gaji.
badan usaha jenis Jasa Pelaksana Konstruksi dapat dibagi menjadi 6 (enam) bidang, antara
lain :
Arsitektur,
Elektrikal,

Mekanikal,
Pekerjaan Terintegrasi,
Sipil,
Tata Lingkungan
Adapun dilihat dari skala usahanya kontraktor dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1.
Kontraktor skala kecil (Lokal) : omzet (perputaran uang dalam usaha) rata-rata masih
di bawah angka 1 milyar Rupiah per tahunnya

2.
Kontraktor skala menengah : omzet usaha antara 1 milyar sampai dengan puluhan
Milyar Rupiah pertahun
3.
Kontraktor skala Nasional : omzet usaha telah mencapai ratusan Ratusan milyar
Rupiah hingga trilyunan Milyar pertahunnya
4.
Kontraktor skala Internasional : omzet usaha puluhan trilyun ke atas pertahunnya
Wah,wah,wah…, menghitung angka digitnya saja sudah lumayan panjang ya? Yang mau
kita bahas disini adalah Kontraktor skala kecil-menengah, kalau skala diatas itu bukan porsi
saya mengulasnya, (menyadari kapasitas diri sendiri :). Biarkan saja para pakar dan praktisi
selevel itu yang lebih layak untuk mengulasnya.
Dari segi arti kata, menurut saya tidak ada bedanya antara kontraktor dengan pemborong,
kontraktor dari bahasa inggris yakni “contractor” sedangkan pemborong adalah arti dari
contractor dalam bahasa Indonesia yang bersinonim sama yakni pelaksana proyek/pekerjaan
secara paket, bukan orang yang bekerja secara harian atau pekerja formal dan berstatus
karyawan/pekerja yang terikat sebagai pihak internal pada orang/Lembaga pemilik proyek,
namun kontraktor dan pemborong adalah pihak eksternal yang tidak terikat secara permanen
dengan pihak pemilik proyek yang hanya terikat dan bekerja berdasarkan Kontrak yang di
buat. Dan ketika kontrak telah di selesaikan maka berakhir pula ikatan kerja antara kontraktor
atau
pemborong
dengan
pemilik
proyek.
Sebenarnya prinsip kerja "Kontraktor" dan "pemborong" adalah sama, yakni sebagai
penyedia jasa bangunan, namun kedua istilah gelar profesi tersebut belakangan ini seperti
mengalami pembedaan atau keduanya menjadi di bedakan definisi didalam persfektif
masyarakat/konsumen
pengguna
jasa
ini
seolah-olah
profesi
"kontraktor"
dan "pemborong" itu berbeda, "kontraktor" di definisikan sebagai perusahaan penyedia jasa
bangunan dan "pemborong"didefinisikan sebagai penyedia jasa bangunan yang sifatnya
perorangan saja , pembedaan kedua istilah profesi itu mungkin saja disebabkan karena pada
waktu-waktu belakangan inibanyak terjadi penyalahgunaan "profesi" mengatas
namakan profesi sebagai "pemborong".banyak terjadi seseorang "Tukang bangunan" dengan
mudahnya mendeklarasikan dirinya sebagai seorang "pemborong bangunan" hanya karena
dia merasa memiliki pengalaman kerja di bidang pertukangan bangunan yang cukup dan
merasa mampu membentuk dan mengkoordinir tim kerja bangunannya sendiri untuk
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan borongan dari konsumen/pemilik proyek. agar
mendapatkan keuntungan lebih daripada penghasilannya sebagai seorang tukang bangunan
saja yang sebenarnya seorang pemborong mengambil keuntungan lebih dari kecepatan kerja
dari tim kerjanya sesama tukang bangunan. adapun masyarakat mendefinisikan "kontraktor"
adalah pengusaha penyedia jasa bangunan, dan bukan seorang tukang yang bertindak sebagai
pemborong bangunan.definisi yang di berikan oleh masyarakt ini sekarang telah menjadi
Label pembeda antara "kontraktor" dan "pemborong" dan hal itu berlaku sampai dengan
sekarang.
sebenarnya sah-sah saja seseorang Tukang mengaku-ngaku sebagai "pemborong"yang
sebetulnya maknanya adalah sama dengan "kontraktor". karena memang ujung tombak dari
pelaksanaan sebuah proyek pembangunan adalah para tukang bangunan. namun perlu
diingat bahwa profesi sebagai "pemborong"/"kontraktor" itu sebenarnya memerlukan
pengalaman, wawasan, dan keilmuan yang cukup luas dibanding hanya menguasai teknikteknik pertukangan semata. karena pekerjaan kontraktor bukan lah sebuah pekerjaan yang

mudah, seorang "kontraktor" harus dapat menangani berbagai pekerjaan yang bukan
hanya terkait dengan pelaksanaan pembangunan, namun dimulai dari Tahap-tahap tugas:
1.
membuat konsep usaha/bisnis kontraktor yang dia terjuni maka untuk hal ini seorang
kontraktor memerlukan wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Ekonomi,danperusahaan.
2.
membuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaannya sebagai landasan
sistem yang mengatur mekanisme usahannya
3.
memenej
sistem Administrasi dan
keuangan
perusahaan agar
didapatkan
keteraturanadministrasi dan keuangan perusahaannya.
4.
mengatur urusan mengenai promosi dan pemasaran usahanya agar dapat mencapai
pangsa pasar yang sesuai dengan usahannya,
5.
mengatur sistem pelayanan yang baik dan profesional bagi costumer/ klien/pelanggan
6.
membuat perencanan proyek melalui proses pengukuran yang akurat, pembuatan
gambararsitektural dan gambar kerja, penyusunan Rencana anggaran biaya Proyek se presisi
mungkin guna menghindari kerugian kedua belah pihak baik dari pihak kostumer maupun
dari pihak kontraktor sendiri
7.
Membuat mengajukan draft kontrak kepada klien/pemilik proyek sesuai dengan
lampiran-lampiran yang telah di buat dan di setujui klien/costumer seperti gambar-gambar
arsitektural, gambar kerja dan RAB
8.
Membuat kesepakatan dengan klien setelah melalui proses negosiasi dan
menandatangani kontrak proyek yang merupakan bagian proses yang sangat penting bagi
kedua belah pihak, karena sebelum itu kontraktor harus telah memperhitungkan dengan
matang segala konsekwensi dari penandatangan kontrak tersebut. dia harus sudah siap dengan
kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga seperti kemungkinan akan merugi, dan
sebagainya untuk itu seorang kontraktor harus memiliki back up dana sendiri untuk menutupi
kerugian di proyeknya.
9.
membuat program kerja proyek yang sistematis agar pelaksanaan pekerjaan dapat
berjalan lancar tanpa kesalahan, terkoordinasi, terarah, dan tepat sasaran
10.
membentuk tim kerja proyek yang terdiri atas supervisi proyek, pengawas, mandor,
tukang berjalan lan bangunan, dan pembantu tukang dsb.dan mengatur pelaksanaan pekerjaan
agar sesuai dengan posisi dan peranannya masing-masing agar tidak terjadi tumpang tindih
pekerjaan
11.
mengatur suply dan pengadaan peralatan, perlengkapan, bahan-bahan/ material
bangunan dengan para supplier, vendor, para pemborong sub pekerjaan dan pihak-pihak
lainnya yang terkait dengan urusan-urusan tersebut
12.
melakukan fungsi supervisi dan Quality control pekerjaan proyek agar hasil pekerjaan
yang dilakukan para pekerja proyek benar-benar sesuai dengan isi kontrak yang telah di
tandatangani
13.
memberikan lapoan/preview kepada klien/pemilik proyek mengenai perkembangan
proggress di proyeknya dan hal-hal penting lainnya yang ingin atau yang perlu diketahui
klien berkaitan dengan proyeknya juga untuk menjalin komunikasi yang baik dengan
klien/pemilik proyek
14.
melakukan evaluasi pekerjaan diproyek secara kontinyu agar senantiasa dapat
menyelaraskan seluruh pekerjaan di proyek agar berjalan sesuai program dan guna

mengantisipasi jika ada fungsi-fungsi pekerjaan di lapangan yang kurang oftimal, sertasegala
kemungkinan yang kurang baik yang dapat menggannggu/menghambat progresspekerjaan di
proyeknya
15.
memperhatikan sarana, kesejahteraan, dan kesehatan para pekerja proyek guna
menunjang pekerjaan
16.
melakukan rekuitmen para pekerja sesuai dengan peningkatan kebutuhan tenaga kerja
di proyek
17.
melakukan PHK bagi para pekerja yang kinerjanya kurang baik/kurang sesuai dengan
yang di harapkan
18.
melakukan segala kewajiban pembayaran berkaitan dengan pengeluaran proyek
secara tepat waktu agar tercipta harmonisasi hubungan antara kontraktor dengan pekerja,
supplier, sub kontraktor dsb, guna tercipta hubungan kerja yang baik dan berkesinambungan
yang berguna membantu kelancaran usahanya.
19.
menserah terimakan hasil pekerjaan kepada klien/ pemilik proyek apabila telah tuntas
di laksanakan
20.
menampung dan melaksanakan komplain dari klien berkaitan dengan hasil pekerjaan
yang telah di serah terimakan sebagai wujud rasa tanggung jawab dan pelayanan yang
profesional kepada klien.
mengingat sangat kompleksnya tugas dari seorang kontraktor maka seluruh tugasnya baik
yang di lakukan di lapangan maupun di meja kerjanya adalah sama-sama pentingnya guna
mengusahakan keberhasilan proyek-proyeknya yang harus dia pertangungjawabkan
sepenuhnya kepada klien/pemilik proyek. malah seringkali pekerjaan yang di lakukannya di
balik meja kerjanya sangat menentukan berhasil atau gagalnya pelaksanaan
proyeknya sehingga sangatlah naif bila ada yang menyamaratakan antara kontraktor
dengan tukang pemborong perorangan bahwa seorang kontraktor harus stand by setiap hari di
lapangan sehingga menelantarkan tugas-tugas lainnya yang terkadang lebih penting.karena
semua urusan yang menjadi tugas seorang kontraktor saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya sehingga dia harus dapat mengatur dan mengkondisikan agar semua tugastugasnya dapat dia kerjakan dengan baik tanpa ada tugas yang terbengkalai.
Berikut ini tabel Perbedaan antara kontraktor dengan pemborong yang dikenal sebagian
masyarakat :
KARAKTERISTIK
USAHA

KONTRAKTOR
(PERUSAHAAN)

Sifat usaha

Perorangan dan badan usaha

Legalitas usaha

PEMBORONG
(PERORANGAN)

Lebih
berupa
usaha
Perorangan
Perusahaan yang memiliki ijin Umumnya tidak memiliki
usaha dan Berbadan hukum ijin usaha dan bukan
Seperti CV, PT, coorporation, dsb merupakan perusahaan yang
berbadan hukum

Tingkat
pendidikan
terakhir Rata-rata Pelak Universitas/akademi
u usaha

Sekolah Menengah Pertama
(SMP/SLTP)

Anggaran Dasar dan
Anggaran
Rumah
Tangga
(AD&ART)
perusahaan
Kantor Resmi usaha

Umumnya memiliki AD&ART Karena
tidak
berbadan
perusahaan
yang
mengatur hukum maka tidak memiliki
mekanisme Usahanya
AD&ART
Umumnya memiliki kantor resmi

Pengelola/Karyawan/staf Biasanya Lebih dari 1 orang yang
usaha
terdiri
atas
:
Ceo/Owner/Direksi/manejer
umum sebagai pimpinan usaha,
serta karyawan-karyawan yang
memiliki tugas dan bagiannya
masing-masing dalam urusanurusan
perusahaan
sesuai
posisinya masing-masing dalam
perusahaan
Struktur
Memiliki struktur organisasi dan
oganisasi/kelembagaan
rantai kerja (rantai komando) yang
jelas
Fasilitas
penunjang Umumnya
memiliki
fasilitas
usaha
penunjang usaha yang cukup
memadai seperti, Ruang kantor,
sarana kantor (ATK), sarana
Telekomunikasi dan multimedia,
kendaraan kantor, kendaraan,
peralatan
proyek
lengkap,
proyek,gudang, bengkel kerja, dsb
Surat ijin usaha (SIUP)
Memiliki Surat Ijin Usaha (SIUP)
Nomor Induk Wajib Karena memiliki badan hukum
Pajak (NPWP)pribadi & resmi Umumnya memiliki Nomor
perusahaan
Induk
Wajib
Pajak
(NPWP)pribadi & perusahaan
Rekening usaha
Sistem
usaha

Umumnya memiliki
Biasanya sudah memiliki system
Manajemen manajemen usaha yang lebih
Profesional,terencana, sistematis,
terarah, dan memilik program
usaha berkesinambungan

Formalitas kerja
Sistem
proyek

Lebih formal dan rutin
Umumnya Lebih professional dan
sistematis, biasanya melalui proses
perencanaan kajian proyek, analisa, melalui
gambar arsitektual, gambar kerja,
dan
perhitungan
Rencana
Anggaran
Biaya
yang
menghasilkan perencanaan proyek

Tidak memilliki kantor
resmi
Kebanyakan
pemborong
hanya usaha yang bersifat
perorangan, dan mengelola
semua urusan usahanya
secara
individu,
tanpa
dibantu/ memiliki karyawan
yang membantu urusan
usahanya
Tidak memiliki struktur
organisasi yang jelas
Umumnya sangat minim
Fasilitas
penunjang
usahanya, dan lebih banyak
menggunakan
fasilitas
sewaan

Tidak memiliki surat ijin
usaha SIUP
Karena
tidak
berbadan
hukum resmi Umumnya
tidak memiliki Nomor Induk
Wajib
Pajak
(NPWP)perusahaan
Umumnya tidak memiliki
Umumnya usaha dikelola
secara sederhana dan system
manajemen yang kurang
professional,
dan
tidak
memiliki
program
yg
berkesinambungan
Kurang formal
Kebanyakan
Perencanaan
seadanya, Hanya melalui
perhitungan
sederhana,
kurang sistematis dan kurang
akurat

yang matang dan cukup akurat
& Rata-rata cukup menguasai, atau
mengenai memiki staf atau konsultan yang
khusus membidangi dalam urusan
Teknik sipil
Kemampuan menyusun kebanyakan
menguasai,
atau
Rencana
Anggaran memiki
staf
yang
khusus
Biaya (RAB)
membidangi urusan Penyusunan
RAB proyek
Kemampuan membuat Sebagian menguasai atau memiki
Gambar
Arsitektural staf yang khusus membidangi
(3Dimensi, Bestek, dsb.) urusan pembuatan gambar-gambar
Arsitektural
Tingkat
apresiasi
mengenai estetika dan Umumnya cukup baik
kelayakan bangunan
Umumnya
kontraktor
menginginkan penunjukan proyek
Sistem
penunjukan harus melalui kontrak atau Surat
Proyek
Perintah
Kerja(SPK)
agar
memiliki aturan jelas menjamin
hak dan kewajiban kontraktor
maupun pemilik proyek guna
menghindari,
konflik
dan
permasalahan hukum yang muncul
di kemudian hari
Memiliki Capital, Asset, modal
usaha
sendiri
yang
cukup
Capital, Asset, modal memadai sesuai kapasitas layanan
usaha
usahanya, sehingga memiliki back
up dana untuk mendanai modal
awal proyek, untuk menalangi/
menutupi pendanaan apabila ada
keterlambatan pencairan dana dari
pemilik
proyek
dan
yang
terpenting lagi untuk menutupi
over head dan defisit dalam
anggaran proyek yang ada
Wawasan
pengetahuan
Teknik Sipil

Rata-rata cukup tinggi, karena
disamping
dituntut
harus
Tingkat
komitmen melaksanakan proyek berdasarkan
dalam kontrak
kontrak hitam diatas putih/yang

Rata-rata kurang menguasai

Kebanyakan
menguasai

tidak

Kebanyakan
menguasai

tidak

Umumnya kurang
Kebanyakan
tidak
mementingkan surat kontrak
maupun SPK, sebagian besar
tidak memahami mengenai
Kontrak
maupun
SPK,
sebagian lainnya malah
menghindarinya
karena
kekurang fahaman mengenai
pentingnya hal tersebut
Jarang
yang
memiliki
Capital, Asset, modal usaha
sendiri
biasanya
hanya
semata
mengandalkan
kucuran dana dari pemilik
proyek,
dan
biasanya
kesulitan sekali jika dana
dari
pemilik
proyek
terlambat,
dan
jika
mengalami over head atau
defisit
dalam
anggaran
proyek sehingga seringkali
meminta kucuran dana yang
belum waktunya,atau bahkan
meminta pembayaran lebih
kepada pemilik proyek dari
nilai yang telah disepakati di
awal apabila mengalami
defisit
Rata-rata kurang memiliki
komitmen,
karena
penunjukan nya sebagai
pelaksana proyek jarang

berkekuatan hukum, juga untuk
membangun kepercayaan yang
baik dari masyarakat terhadap
usahanya,
sehingga
mengharuskannya berkomitmen
penuh terhadap semua kontrak
untuk membentuk imej usaha yang
baik
Rata-rata
Rasio
perbandingan terjadinya *Rata-rata Rasio 10 : 3
Konflik/ permasalahan
dengan
costumer/pemilik proyek
Rata-rata
Tingkat
kepercayaan
pemilik *70%
proyek
Rata-rata
tingkat
pertumbuhan usaha
*20%

melalui Kontrak atau SPK,
penunjukan dan kesapakatan
lebih banyak hanya secara
lisan,
sehingga
tidak
memiliki bukti hukum yang
kuat secara tertulis, hal ini
dapat menciptakan celah
bagi munculnya konflik dan
pelanggaran
*Rata-rata Rasio 4 : 3

*30%
*Kurang dari 5%