STUDI PERILAKU BIDAN DALAMPENGISIAN PARTOGRAF PADA PERSALINAN NORMAL DI POLI KB/KIA POLIKLINIK Studi Perilaku Bidan Dalam Pengisian Partograf Pada Persalinan Normal Di Poli KB/KIA Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta.

STUDI PERILAKU BIDAN DALAMPENGISIAN PARTOGRAF PADA
PERSALINAN NORMAL DI POLI KB/KIA POLIKLINIK
BHAYANGKARA POLRESTA SURAKARTA

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 KesehatanMasyarakat

DisusunOleh :

Novitasari Miftah Nur Islami
J410121008

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

STUDI PERILAKU BIDAN DALAMPENGISIAN PARTOGRAF PADA
PERSALINAN NORMAL DI POLI KB/KIA POLIKLINIK
BHAYANGKARA POLRESTA SURAKARTA

Novitasari Miftah Nur Islami
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Surakarta
(serenity.vt56@gmail.com)

ABSTRAK
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan oleh petugas yang menolong persalinan. Bidan di
Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta belum semuanya mengisi dan
menggunakan partograf ketika menolong persalinan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perilaku bidan dalam pengisian partograf pada persalinan
normal di Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di Poliklinik Bhayangkara Polresta
Surakarta, sebanyak tujuh orang. Pemilihan sampel dengan total sampling yaitu
seluruh bidan. Hasil penelitian ini adalah perilaku dari tujuh orang bidan di
Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta, tiga orang bidan tidak menggunakan
partograf, dua orang bidan menggunakan partograf dan dua orang lainnya mengisi
tetapi tidak lengkap. Saran bagi kepala poliklinik, perlu upaya pembinaan bagi
bidan dengan evaluasi pada praktek pelayanan kebidanan, dan bagi bidan harus

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pegawai pemerintah yang
dipercaya masyarakat untuk memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas.
Kata kunci

: Perilaku, Bidan, Partograf, Persalinan Normal

ABSTRACT
Partograph is a tool to monitor the progess of labor the progress of labor and
information to make a decision by the officer attending births. Midwife at the
Policlinic Surakarta Police Bhayangkara not all fill and use the partograph when
attending births. Purpose of this study is to investigate the behavior of the midwife
in charge partographs normal delivery at the Policlinic Bhayangkara Surakarta
Police. This type of research is a descriptive study using a qualitative approach.
The study population was all over the midwife Policlinic seven people in
Surakarta Police Bhayangkara. Selecting a sample with a total sampling the wole
midwife. This research is the behavior of seven midwives at the Policlinic
Bhayangkara Surakarta Police, three midwives do not use the partograph, two
midwives use partograph, and to others just fill the front partograph only.
Suggestions for head Policlinic, training for midwives should attempt to evaluate
1


the practice of midwifery service, and the midwife must carry out their duties and
responsibilities as a goverment employee who belived the comunity toprovide
quality obstetric care.
Keywords : Behavior, Midwife, Partograph, Normal labor

PENDAHULUAN
Negara berkembang masih sangat perlu diperhatikan terutama terkait
masalah kesehatan ibu. Tingginya kasus kematian masih menjadi topik hangat
yang selalu dibicarakan untuk upaya penurunannya. Angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 228 ibu meninggal per100.000 kelahiran.
Angka ini lebih 20–30 kali lipat dibanding dengan AKI di Negara tetangga.
Singapura mencatat paling rendah angka ibu melahirkan, hanya 3 ibu meninggal
per100.000 kelahiran. Kemudian disusul Malaysia (5 ibu meninggal per100.000
kelahiran), Thailand (8-10 per 100.000), Vietnam (50 per100.000). Indonesia
tertinggi di kawasan Asia Tenggara untuk jumlah AKI (UNICEF, 2012).
Hasil RISKESDAS 2013, di Indonesia angka kematian ibu dari 318 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menurun menjadi 228 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2007 untuk itu berdasarkan kesepakatan global Millenium
Development Goals (MDGs, 2000), pada tahun 2015 diharapkan angka kematian

ibu menurun sebesar tiga perempat kali dalam kurun waktu 1990-2015, dari 228
menjadi 102 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Namun kenyataannya
angka kematian ibu sampai tahun 2012 belum menurun justru meningkat
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.

2

Menurut data Dinkes Jateng 2012 Angka kematian ibu di Provinsi Jawa
Tengah

tahun

2012

berdasarkan

laporan

dari


kabupaten/kota

sebesar

116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup. Sebagian
besar penyebab langsung kematian ibu, yaitu sebesar 90% terjadi saat persalinan
dan segera setelah persalinan.Penyebab langsung kematian ibu diantaranya karena
perdarahan (39%), eklampsi (20%), infeksi (7%), dan lain-lain (33%).Dari data
tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan dan asuhan ibu saat persalinan
merupakan salah satu faktor penentu dalam penurunan angka kematian ibu dan ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati
dan Esti, 2010).
Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan
tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.Untuk itu pada setiap pelayanan
atau asuhan, harus selalu memperhatikan pencatatan atau dokumentasi.
Pendokumentasian merupakan landasan hukum bagi bidan dalam pelayanan,

dokumentasi dapat mengidentifikasi mutu pelayanan bidan dan dokumentasi
merupakan aset berharga bidan karena data yang telah didokumentasikan dapat
dipakai sebagai bahan acuan atau referensi bila terdapat suatu masalah pada
pelayanan asuhan yang diberikan. Bentuk dokumentasi dapat

berupa SOP (

Standar Operasional Prosedur ) atau menggunakan Manajemen Asuhan
3

Kebidanan dengan yang lain. Pada persalinan, dokumentasi yang digunakan
adalah partograf (Sondakh, 2013 ).
Berdasarkan

kompetensi

Bidan

Indonesia


dalam

Kemenkes

No.369/MENKES/SK/III/2007 bahwa salah satu ketrampilan dasar Bidan dalam
kompetensi ke-4 adalah melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan
menggunakan partograf untuk memantau kemajuan persalinan. Apabila bidan
tidak mengisi partograf dengan lengkap, maka tidak ada catatan tertulis yang
menunjukkan bahwa bidan telah memantau kemajuan persalinan dan kondisi ibu
serta janin yang dapat digunakan untuk informasi selanjutnya apabila harus
membuat keputusan klinik.

Hasil penelitian terdahulu oleh Wahyuni (2011)

tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi bidan desa dalam penggunaan
partograf di Kabupaten Semarang mendapatkan hasil ada hubungan antara
tanggung jawab dalam penggunaan partograf, pengakuan hasil kerja individu,
kebijakan di lingkungan kerja dan supervisi atasan terhadap karyawan dengan
motivasi bidan desa dalam penggunaan partograf.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di Poliklinik

Bhayangkara Polresta Surakarta pada tanggal 19 Desember 2013 melalui
wawancara dan observasi langsung terdapat permasalahan di Poli KB/KIA dimana
dari 90 kasus persalinan normal pada tahun 2013 terdapat ketidaklengkapan
pendokumentasian Partograf secara tertulis. Dari pengamatan yang dilakukan
pada 7 orang bidan yang ada di Poli KB/KIA hanya 2 orang (28,5%) yang
mengisi partograf dengan lengkap dan 5 orang (71,5%) lainnya ada yang mengisi
bagian depan saja ataupun tidak mengisinya sama sekali dan pernyataan dari
4

seorang bidan, bahwa ada juga yang mengisi partograf untuk syarat klaim
asuransi.Untuk itu penulis ingin meneliti perilaku bidan terhadap kelengkapan
pengisian Partograf pada persalinan normal di Poli KB/KIA Poliklinik
Bhayangkara Polresta Surakarta.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku bidan dalam
pengisian partograf pada persalinan normal di Poliklinik Bhayangkara Polresta
Surakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat deskriptif dengan
metode kualitatif yaitu mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan bidan dalam
pengisian partograf pada pertolongan persalinan normal di Poli KB/KIA

Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta. Populasi penelitian adalah seluruh
bidan yang ada di Poli KB/KIA Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta
sebanyak 7 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total
sampling) yaitu seluruh bidan di Poli KB/KIA Poliklinik Bhayangkara Polresta
Surakarta sebanyak 7 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner,

wawancara

dan

checklist.

Analisis

data

dilakukan

dengan


menggunakan analisis yang bersifat deskriptif yaitu mengetahui gambaran
perilaku bidan terhadap pengisian partograf di Poliklinik Bhayangkara Polresta
Surakarta.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengetahuan bidan tentang partograf
Hasil penelitian ini menggali tentang perilaku bidan dalam pengisian
partograf terkait dengan pengetahuan bidan tentang partograf. Semua bidan di
Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta, telah mengerti dengan baik bahwa
jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
a. Mencatat kemajuan persalinan.
b. Mencatat kondisi ibu dan janin.
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan.
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik

yang sesuai dan tepat waktu. Hal ini sesuai dengan pengertian partograf
sebagai alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan oleh petugas yang menolong persalinan. Penggunaan
partograf secara rutin akan memastikan ibu dan janin telah mendapatkan
asuhan persalinan secara aman dan tepat waktu serta dapat mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka. World
Health Organiszation (WHO, 2000) telah memodifikasi partograf agar lebih
sederhana dan lebih mudah digunakan dengan menghilangkan fase laten dan
pencatatan pada partograf dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4
cm (Prawiroharjo, 2008).
6

B. Sikap bidan dalam pengisian partograf
Adanya sikap yang positif terhadap pengisian partograf dimana semua
bidan setuju partograf sebagai alat untuk memantau kemajuan persalinan pada
ibu bersalin normal, bukan pada persalinan kritis dan semua bidan
menganggap bahwa partograf sangat penting untuk alat pemantauan
kemajuan persalinan sebagai dokumentasi kebidanan dan sebagai acuan
pengambilan keputusan selanjutnya. Sikap merupakan kecenderungan untuk
bertindak disertai dengan perasaan yang dimiliki oleh individu. Newcomb,
salah seorang ahli psikologi sosial dalam Notoadmojo (2005), menyatakan
bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap
belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi
merupakan presdiposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup.
C. Tindakan bidan dalam pengisian partograf
Gambaran bahwa hanya terdapat dua orang bidan yang dalam
aplikasinya telah menggunakan partograf sebagai dokumentasi kebidanan dan
acuan untuk mengambil keputusan selanjutnya, seorang bidan yang sudah 20
tahun menjadi bidan, tidak pernah menggunakan partograf. karena merasa
sudah terbiasa menggunakan perasaannya ketika mengambil keputusan pada
pertolongan persalinan. Bagi bidan ini, haruslah memberi contoh yang baik
bagi juniornya terutama terkait penggunaan partograf, karena dia sebagai
panutan bagi bidan yang lain, supaya dapat memperbaiki kualitas pelayanan
kebidanan. Sedangkan, empat orang bidan lainnya hanya terkadang saja

7

menggunakan partograf karena mereka menganggap partograf rumit dan lama
jika harus mengisinya. Untuk bidan yang jarang mengisi partograf, hendaklah
introspeksi diri bahwa dia adalah seorang PNS yang dipercaya oleh
masyarakat untuk memberi pelayanan yang berkualitas dan dengan
sepenuhnya melaksanakan tugas serta tanggung jawab sebagai seorang
pegawai pemerintah. Merujuk pada teori tindakan, bahwa seseorang
mengetahui stimulasi atau objek, kemudian mengadakan penilaian atau
pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan bidan
akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya. Pada
kenyatannya, bidan yang ada di Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta
belum seluruhnya menggunakan Partograf pada persalinan normal. Hal ini
berbanding

terbalik

dengan

Kepmenkes,

RI.

2007.

Nomor

369/Menkes/SK/III/2007, Tentang Standar Profesi Bidan, tertulis bahwa
bidan melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Perilaku bidan di Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta belum
mencerminkan seorang bidan yang melakukan ketrampilan dasarnya pada
kompetensi ke empat di dalam asuhan persalinan dan kelahiran yaitu tidak
digunakannya partograf oleh sebagian bidan.
2. Sebagian bidan telah menggunakan partograf sebagai alat untuk memantau
kemajuan persalinan, dan sebagian yang lain tidak menggunakan partograf
8

untuk memantau kemajuan persalinan, tetapi hanya menggunakan buku
catatan persalinan.
3. Semua bidan di Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta mempunyai
pengetahuan yang baik, terkait partograf sebagai alat bantu untuk
memantau kemajuan persalinan dan informasi serta membuat keputusan
oleh petugas yang menolong persalinan.
4. Ada sikap yang positif terhadap pengisian partograf, dimana semua bidan
setuju partograf sebagai alat untuk memantau kemajuan persalinan pada
ibu bersalin normal, bukan pada persalinan kritis dan semua bidan
menganggap bahwa partograf sangat penting untuk alat pemantauan
kemajuan persalinan sebagai dokumentasi kebidanan dan sebagai acuan
pengambilan keputusan selanjutnya.
Tindakan bidan dalam penggunaan partograf belum sesuai standar, karena
dari tujuh bidan di Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta, tiga bidan
tidak menggunakan partograf dengan alasan sulit, lama dan sudah
kebiasaan, dua bidan menggunakan partograf karena alasan hanya
partograflah alat untuk pemantauan kemajuan persalinan, dan dua bidan
lainnya mengisi bagian depannya saja dengan alasan cepat mengisinya.
Saran
1. Bagi kepala poliklinik
a. Perlu membuat keputusan/ kebijakan terkait penggunaan partograf di
setiap persalinan oleh bidan.

9

b. Mengadakan pembinaan bagi bidan pegawai baru terkait tugas dan
tanggung jawab sebagai bidan.
c. Mengadakan evaluasi praktek dan tindak lanjut pada seluruh bidan,
terkait pengisian partograf.
2. Bagi bidan
a. Bidan yang sudah 20 tahun bekerja, haruslah memberi contoh yang
baik bagi juniornya terutama terkait penggunaan partograf, karena
dia sebagai panutan bagi bidan yang lain, supaya dapat memperbaiki
kualitas pelayanan.
b. Bidan yang jarang mengisi partograf hendaklah introspeksi diri,
bahwa dia adalah seorang PNS yang dipercaya oleh masyarakat
untuk memberi pelayanan yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Dinkes, Jateng.Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. 2013,
Semarang: Dinkes Jateng
Dwiyanti. 2013. Hubungan Pengetahuan, Motivasi Dan Status Kepegawaian
Bidan dengan Penerapan Partograf Di Kabupaten Sragen. Thesis.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta
JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR
Kepmenkes, RI. 2007. Nomor
Profesi Bidan. Jakarta

369/Menkes/SK/III/2007, Tentang Standar

Manuaba, I. 2004. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC

10

Notoadmojo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta
Nurmiyati. 2010. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan bidan
terhadap penggunaan partograf di wilayah kecamatan madukara dan
kecamatan pangentan kabupaten banjarnegara. Jurnal Gizi Kesehatan.
Vol. 3. No. 1. Januari 2011. Semarang : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Ngundi Waluyo Ungaran
Nurasiah A, Rukmawati A, Badriah D. 2012. Asuhan Persalinan Normal bagi
Bidan. Bandung: Refika Aditama
Patton, M. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Prawiroharjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Sarita. 2012. Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan dan
Kelengkapan Pengisian Partograf oleh Bidan di Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes. Vol. 4. No. 1. Januari 2013. Semarang : Universitas Diponegoro

Sayekti. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Partograf
oleh Bidan dalam Pertolongan Persalinan di Kabupaten Klaten. Thesis.
Semarang : Universitas Diponegoro
Sondakh, J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga
Sulistyawati, A dan Esti, N. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika
Suwarly. 2010. Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan Penggunaan
Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango. Jurnal Health & Sport. Vol. 5. No. 3. Agustus 2012. Gorontalo :
Politeknik Kesehatan Gorontalo

11

UNICEF Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan: Kesehatan Ibu dan
Anak. Diunduh : 13 Juni 2014. http://www.unicef.org/indonesia/id

Tresnawati, F. 2013. Asuhan Kebidanan. Jakarta: Prestasi Pustaka

Wahyuni, S. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi bidan desa dalam
penggunaan partograf di kabupaten semarang. Thesis. Semarang :
Universitas Diponegoro
Widodo, A. 2007. Konsep Teori dan Aplikasi Perilaku. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Yulifah, R dan Yuswanto, A. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta:
SalembaMedika.

12

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Bidan Praktek Swasta (BPS) yang sudah mengikuti pelatihan APN di Wilayah Kerja Kabupaten Langkat Tahun 2008

1 73 65

Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Bidan Praktek Swasta (BPS) di Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2008

0 45 71

PERANCANGAN DESAIN LEMBAR PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) DI POLI KB/KIA POLIKLINIK Perancangan Desain Lembar Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) Di Poli KB/KIA Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta.

0 0 15

PENDAHULUAN Perancangan Desain Lembar Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) Di Poli KB/KIA Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta.

0 1 4

PERANCANGAN DESAIN LEMBAR PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) DI POLI KB/KIA POLIKLINIK Perancangan Desain Lembar Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) Di Poli KB/KIA Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta.

0 1 13

STUDI PERILAKU BIDAN DALAM PENGISIAN PARTOGRAF PADA PERSALINAN NORMAL DI POLI KB/KIA POLIKLINIK Studi Perilaku Bidan Dalam Pengisian Partograf Pada Persalinan Normal Di Poli KB/KIA Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta.

1 2 15

PENDAHULUAN Studi Perilaku Bidan Dalam Pengisian Partograf Pada Persalinan Normal Di Poli KB/KIA Poliklinik Bhayangkara Polresta Surakarta.

1 1 5

STUDI PERLINDUNGAN KERAHASIAAN REKAM MEDIS DI KLINIK BHAYANGKARA POLRESTA SURAKARTA Studi Perlindungan Kerahasiaan Rekam MedisDi Klinik Bhayangkara Polresta Surakarta.

0 1 15

STUDI PERLINDUNGAN KERAHASIAAN REKAM MEDIS DI KLINIK BHAYANGKARA POLRESTA SURAKARTA Studi Perlindungan Kerahasiaan Rekam MedisDi Klinik Bhayangkara Polresta Surakarta.

0 3 14

KOMPETENSI BIDAN DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN SETELAH PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI SURAKARTA.

0 1 1