Biografi Yang Tersirat Pada Puisi 'Byosho, Kodomo dan Akai Ringo' Dalam Kumpulan Puisi 'Kumo' Karya Yamamura Bocho.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................

i

DAFTAR ISI ......................................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………..

1

1.2 Pembatasan Masalah ………………………………………………

5

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………….


5

1.4 Metodologi ………………………………………………………...

5

1.5 Organisasi Penulisan ………………………………………………

8

BAB II PUISI DAN BIOGRAFI PENYAIR
2.1 Pengertian Puisi ………………………………………………………..9
2.2 Riwayat Hidup Yamamura Bochō .........................................................12
2.2.1 Semasa kecil……………………………………………...............12
2.2.2 Semasa remaja …………………………………………………...13
2.2.3 Pada saat sakit ……………………………………………………16
2.2.4 Kelahiran Reiko dan Chigusa ……………………………………18
2.2.5 Curahan kasih sayang Tōda Fuji …………………………………20

BAB III ANALISIS

3.1 Biografi Penyair Dalam Puisi “Byōshō”………………………………...21
3.1.1 Keadaan Yamamura Bochō ketika sakit ………………………….21
3.1.2 Kehadiran anak–anaknya ……………………………………….. .25
3.1.3 Kasih sayang Tōda Fuji terhadap Yamamura Bochō …………….27
3.2 Biografi Penyair Dalam Puisi “Kodomo”………………………………..30
3.2.1 Keberadaan anak–anaknya ……………………………………......30

iv

3.3 Biografi Penyair Dalam Puisi “Akai Ringo”…………………………….39
BAB IV KESIMPULAN .........................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
SINOPSIS
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

v

病床





PUISI BYŌSHŌ







Pagi
Tetesan butiran – butiran embun
Bercahaya membasahi daun
Menghiasi ruangan hati
Oh…aku tidak berdaya
Satu demi satu

水玉


ああ、勿体

瞳 中
黄金 小

玲子
千草

自分 恥








ああ、

Oh…tidak berdaya

Tidak berdaya
Tadi pagi pun lagi – lagi hanya
bubur yang kumakan
Wajah pagiku menatap bunga
Istriku
Bertahan hidup sambil harus
terlentang





朝顔








自分



ああ、




森閑






ああ、

松風







Bila ditatap lebih dekat
Dalam bola mata itu
Kepingan – kepingan emas kecil
Terlihat berkerlap - kerlip
Reiko…
Chigusa
Tolong panggilkan mereka
Aku malu dan tidak pantas/berharga

Dirimu dengan penuh kasih sayang
menjagaku
Oh…tidak berdaya
Tidak berdaya
Diam, sunyi dan sepi
Daun – daun cemara berguguran

Awan pun bersedih
Satu…dua…
Oh…tidak berdaya
Hidup seperti ini
Angin di hutan pinus
Bulan di tengah hari

ああ、







啼い
ああ、




Oh…tiada berdaya
Tiada berdaya
Seperti ini
Sambil terlentang
Memandangi bulan



Oh…tiada berdaya
Tiada berdaya
Istriku…
Sama – sama menjadi menderita
Tapi terlihat seperti bulan purnama





ああ、


Oh…tiada berdaya
Tiada berdaya
Belalang / Jangkrik
Sampai dirimu
Tidak bisa tidur/tanpa merasakan
kantuk
Malam ini…
Menangisi diriku




いい月

Aku sakit menderita
Jika tidur
Sehelai daun di pohon
Jatuh menerpa



木 葉
一 い舞

Dalam sekejap…lenyap
Hutan…




,椎

蜻蛉

Dedaunan pohon oak
Aku menderita
Kucoba pejamkan mata







朝 夕
昼日中




Kucoba menghalau capung yang
datang
Kucoba mengusir
Pagi…sore
Kadang-kadang di terik matahari
Aku selalu mencoba menghalau
kedatangannya






馴染



い友達



Lalat pun banyak
Selalu terlihat seperti ini
Kalau kucoba tidur dengan
penderitaan seperti ini
Seekor…
Seekor…
Menjadi teman yang akrab dan biasa

(

雲詩集:59

)

KODOMO



Di bukit, bunga azalea
Bermekaran
Berguguran…berjatuhan
Disana…
Anakku berada…
Guntur…
Petir…

躑躅






,躑躅

いい



Oh…terdengar suara anak
Tangisan anakku di rumah
Sungguh








,長閑



いい

Betul – betul suasana yang
menenteramkan hati, sejuk dan
damai
Di suatu tempat terdengar
hoi…hoi…



,伽噺

Tidakkah, azalea terlihat indah








Kedengarannya seperti cerita dari
negeri dongeng
Sungguh tangisan yang indah

Istilah untuk rambut yang tidak
disisir


,生離



,牡丹





あ、


Di atas pagar bambu
Tanaman pun bermekaran
Bila direnungkan
Ah…wajah anakku
Penuh dengan senyuman



,千草





,嘘

Sang rumput, Tuan Pendusta
Tõchan
Dari daerah terasing



,蝶々


Kupu - kupu
Beterbangan, entah…



,瞳々

Bola mata meredup
Mata yang terbuai, terpesona

瞳々

Sepertinya ingin tidur
Anakku…


,林檎



Lihat apel…apel ini

、林檎



,赤

,奴

Seperti badut merah
Dalam kesengsaraan



,生

Seluruh hidupku
Serba kekurangan
,筍

Ibarat rebung ( maksudnya hutang )
Hanya anak - anaklah





Anakku…anakku




,焼



,宙

,放

Jauhkan mereka dari langit yang
terbakar
Jagung






,風

,味

Makanlah bersama angin

,味

Bumbui dengan angin
Gigit, kunyah dan makanlah



,風


Bulan purnama
Bulan purnama


,西瓜


semangka


,美味





Besarnya hampir sebesar
Tapi anakku berkata
Sang bulan




,叩







Seperti makanan enak dan lezat
Anakku mengeluh
Kepala ini sering
Dipukul, diserang
Karena itu



,悧巧

大人

Jika besar nanti, aku pasti jadi anak
yang pandai

,篠竹一
tertancap

Sebatang bambu kecil

Anakku
Di sekeliling rumah


,駈

Kesana – kesini berlarian
Sinar matahari kemerahan
Aram - temaram







う、

い目



Anakku
Menangis…menangis
Pulanglah
Kutanya kenapa ?
Oleh angin
Terjatuh
Oh…kasihan
Kali ini Tõchan tergenggam,
tertangkap
Suatu pengalaman yang pahit

(

雲詩集:37

)

AKAI RINGO

赤い林檎


,両手



Seperti apa kedua tangan ini
Besar…besar
Dibentangkan pun…



,気持



,林檎
日あ

Sebuah apel
Jatuh terkena sinar matahari



Pandangi apel dengan serius
Perlahan jiwa pun menjadi buah apel

林檎
自分

林檎

Lihat ada yang jatuh
Apel merah terjatuh
Ya …


赤い林檎





Perasaan ini berbisik, tak mungkin
dapat kupeluk



,嘘嘘嘘

Bohong, palsu, dusta



,嘘

いい



Patutkah berbohong
Ya…ya…
Saat itu benar – benar terjadi


,地震
地震

Gempa
Gempa

赤い林檎

,逃

地震

う、

Apel merah berpencar berlarian
Apel itu
Gempa hal yang paling kubenci,
sungguh !
Meski apel di satu tempat busuk

林檎






,赤

Dengan cerianya tetap merah
Sesekali
Meski jatuh berserakan



,怒


Tak ada kemarahan
Hanya kegembiraan



Terus – menerus




Memancarkan sinar kemerahan
Sinar kebisuan




,娘達
あ、


Putri - putriku
Melihat dengan mendelik
Bersama apel merah ini

林檎
林檎

Ciumilah…
Ciumilah…
Sayangilah apel
Cintailah apel

赤い林檎

Anak - anak
Anak - anak
Jika makan apel merah

,美味

Katanya rasanya enak dan lezat
Begitu katanya


,憎



Bagaimana ini terlihat
menjengkelkan



,赤

,林檎

林檎




Apel merah ini
Apel takkan berpaling hati
Meski dibiarka busuk apa adanya
Meski tergilas / terinjak
Meski baru saja tertindas

,光

林檎

Anakku bercerita


赤い林檎
いい
いい


,大人

Apel tetap bersinar

いい

Jika memimpikan apel merah
Itulah mimpi yang terindah
Betul – betul menakjubkan
Sampai kapan pun
Alanglah baiknya tidak dilupakan
Jika besar nanti

う ,二

Takkan terulang lagi

いい夢





,転

Akankah terulang mimpi seperti itu
itu
Berikan aku apel
Lempar, gelindingkan
Anakku
Dirimu saat itu
Apel pun saat itu
Bersama apel kesepian ( kebisuan )


林檎
い林檎


,遊
う、 う、
林檎 い

,

、 う

い子

Bermainlah
Ya…ya…anak yang pandai
Bersama apel
Sedang tidur
Karena itu
Pipiku pun
Sedikit menjadi merah
Pasti…akan begitu
(

雲詩集:152

)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk memahami isi suatu karya sastra kita harus memahami latar
belakang kehidupan pengarangnya. Penulis menemukan sedikitnya 4 (empat) buah
kumpulan puisi yang menggambarkan kehidupan pengarangnya diantaranya ; puisi
Haru To Shura dan Amenimo Makezu karya Miyazawa Kenji, puisi Rokunin Otome
karya Shimazaki Tōson, puisi Kokoro karya Natsume Soseki dan kumpulan puisi
Kumo dan Jujika karya Yamamura Bochō. Album puisi Jujika lahir dari pengalaman
kehidupan pribadi Yamamura Bochō ketika ia beranjak dewasa. Waktu itu di
sekolahnya yang

baru, ia merasa kesepian karena tidak mempunyai teman.

Walaupun ia berusaha bergabung, namun anak – anak lain tidak pernah mengajaknya
bermain bersama, sehingga ia memutuskan untuk menjadi seorang pendiam. Ini
diungkapkan dalam puisi yang berjudul “Kaze No Hōkō Ga Kawatta”.
Nama Yamamura Bochō sendiri mulai dikenal di tahun 1910-an. Ketika ia
bersama beberapa penyair yang beraliran bebas membentuk suatu perkumpulan
sejak saat itu

reputasinya sebagai seorang penyair melejit.

Yamamura Bochō

adalah seorang penyair yang terbilang hebat dan produktif ini terlihat dari hasil karya
–karyanya yang banyak dimuat di majalah–majalah terkenal masa itu seperti Yuridai,
Nanboku, Fūkei, Takujōfunsui dan banyak lagi yang lainnya bahkan di usia 25 tahun
ia pernah bekerja sebagai editor majalah sastra Hokuto, pengalaman hidupnya
semasa kecil yang penuh penderitaan dan kesulitan ekonomi yang dihadapi ketika

1

beranjak dewasa justru menjadi motivasi bagi Yamamura Bochō untuk menulis
karya–karyanya dalam puisi apalagi ketika ia sakit kegiatannya menulis puisi
meningkat, hal ini terkait dengan keluhan dan curahan hatinya akan pengalaman
hidupnya. Sebelum meninggal, Yamamura pernah merasakan bahagia dan hidupnya
menjadi tenang dengan kehadiran Tōda Fuji yang ia nikahi di tahun 1913 di usianya
yang ke-29 tahun, Fujilah yang akhirnya banyak mendampingi Yamamura sejak
masa–masa sakitnya.
Buku kumpulan puisi Kumo memuat lebih dari 20 judul puisi, diantaranya :




,雲 (awan), あ

,時 (waktu itu),

あさ

,馬 (kuda),

,朝顔 (wajah di pagi



hari),

,月 (bulan),

さく

,梅 (bunga Ume), ほ う ほ う

,鳥 (nama burung),

しゅうう

,桜 (bunga Sakura),



,驟雨 (hujan yang datang tiba-tiba),

,読経

(pembacaan doa). Selain itu ada beberapa judul puisi yang isinya mendekati dengan
ketiga judul puisi yang dipilih oleh penulis diantaranya : Byōshō No Toki tentang
keluhan atas penyakit yang dideritanya. Futatabi Byōshō Nite berisi curahan hati
Bochō tentang penyakitnya yang semakin parah. Ojisan tentang sang kakek yang
memandangi bunga yang sedang mekar dengan penuh kegembiraan, Te tentang rasa
kesepian akan belaian tangan kasih sayang, Furusato berisi kerinduan pada kampung
halaman, Suika berisi keinginannya berkumpul dengan anak – anak, dan Noramichi
tentang ladang yang sering dikunjungi dengan anak dan istrinya.

2

Dengan adanya judul–judul puisi yang isinya mendekati itu, penulis tetap
hanya memilih 3 (tiga) judul puisi saja yaitu Byōshō, Kodomo dan Akai Ringo.
Adapun isi judul puisi Akai Ringo yaitu tentang ketegaran jiwa Yamamura
Bochõ dalam menghadapi hidup. Contoh kutipan syairnya sebagai berikut :
“…









ゐ 林檎さ…”
(Kumo, 2000:163)
“… Fumi-tsubusaretara. Fumi-tsubusareta tokorode. Hikatte iru ringo sa …“
“…Meski terinjak. Meski baru saja tertindas. Apel tetap bersinar …”
Kemudian judul puisi Byōshō berisi tentang rasa sayang yang mendalam
pada istrinya seperti dalam kutipan syair berikut ini :
“…ああ


い し
妻 生

い し


けさ





自分

朝顔

…”
(Kumo, 2000:61)
“…Aa, mottainashi, mottainashi. Kesa mo mata kayu o itadaki. Asagao no hana
o nagameru. Tsuma yo ikinagara e nebanara nukoto o. Jibun wa hakkiri to
omou…”
“…Oh, tidak berdaya, tidak berdaya. Tadi pagi pun lagi – lagi hanya bubur yang
kumakan. Wajah pagiku menatap bunga. Istriku. Bertahan hidup sambil harus
terlentang. Dirimu dengan penuh kasih sayang menjagaku…
Dan kesengsaraan hidupnya yang serba kekurangan dan himpitan hutang
dilukiskan dalam judul puisi Kodomo seperti dalam kutipan syair berikut ini :
“…


しさ


生ひそ
…”

すくすく





(Kumo, 2000:42)
“…Mazushisa no naka de. Ikisodatsu mono. Sukusuku to. Honto ni takenoko
youda. Kodomora bakari…”
“…Dalam kesengsaraan. Seluruh hidupku. Serba kekurangan. Ibarat rebung
(maksudnya hutang). Hanya anak–anaklah…”

3

Puisi Akai Ringo, Byōshō dan Kodomo yang terdapat dalam kumpulan puisi
Kumo, diselesaikan pada bulan November 1924 sebulan sebelum ia meninggal
karena terserang infeksi usus yang parah. Puisi–puisi tersebut menggambarkan
kepribadian, keadaan jiwa dan emosi

Yamamura Bochō seperti

Kodomo yang menceritakan tentang anak–anaknya

dalam puisi

yang hadir menenteramkan

jiwa bagaikan kepingan–kepingan emas kerlap–kerlip bercahaya. Sedangkan dalam
Byōshō, Yamamura sangat menjunjung tinggi Fuji sebagai istrinya yang merawat
dirinya dengan penuh kasih sayang meski keluarganya terhimpit kesulitan ekonomi
dan dalam puisi Akai Ringo, ia menggambarkan dirinya diibaratkan dengan apel
busuk meski jatuh ke tanah tapi tetap memancarkan sinar kemerahan yang ingin
tetap dijaga, disayangi dan diciumi oleh anak–anaknya dan istrinya.
Atas dasar di atas penulis memilih kumpulan puisi Kumo karya Yamamura
Bochō untuk dianalisis karena Kumo merupakan kumpulan puisi yang ditulis satu
bulan sebelum ia meninggal, sehingga luapan emosi yang dicurahkan oleh
pengarangnya betul–betul terasa menyentuh di hati bagi para penikmat puisi. Dan
pada kumpulan puisi Kumo ini penulis hanya memilih tiga judul puisi saja yaitu
Byōshō, Kodomo dan Akai Ringo, meskipun ada beberapa judul puisi yang isinya
mendekati dengan ketiga judul puisi tersebut. Itu dikarenakan ke–3 judul puisi ini
sudah cukup mewakili penuturan pengalaman sebelum Yamamura Bochō
meninggal. Dan juga agar pembahasannya tidak menyimpang terlalu jauh maka

4

hanya diambil 3 (tiga) judul puisi saja. Puisi–puisi tersebut tepat untuk dianalisis
meskipun isinya berbeda–beda tetapi menjadi rangkaian puisi yang menjadi satu–
kesatuan antara kasih sayang pada keluarga meski hidup serba kekurangan tapi
dijalani dengan penuh ketegaran jiwa.

1.2 Pembatasan Masalah
Penelitian ini ingin mendeskripsikan kehidupan Yamamura Bochō yang
tertulis dalam puisi Byōshō, Kodomo dan Akai Ringo.

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu menggambarkan sosok Yamamura
Bochō yang melatarbelakangi lahirnya kumpulan puisi Kumo dengan puisi – puisi
yang menggambarkan kehidupannya.

1.4 Metodologi
Adapun teknik yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, penulis
melaksanakannya dengan dua jalan yakni dengan studi kepustakaan dan pengumpulan
data. Setelah itu, data yang sudah terkumpul dianalisa dan diklasifikasikan, serta
diuraikan kembali.
Sedangkan teknik pendekatan menggunakan pendekatan biografis, yaitu
suatu metode yang menghubungkan semua hal tentang pengarang dan kehidupannya

5

dengan karya sastranya. Pendekatan biografis mempelajari riwayat hidup pengarang,
yang meliputi daerah kelahiran, tahun kelahiran, latar belakang sosial ekonomi, latar
belakang pendidikan, keluarga dan sebagainya. Pendekatan ini berhubungan erat
dengan kajian sastra yang pada umumnya bersumber pada kenyataan, yaitu kenyataan
hidup yang ada dalam masyarakat.
Banyak hal yang harus dipahami dalam diri pengarang karena pemahaman
karya sastra melalui pengkajian biografis, berusaha menghubungkan semua hal
tentang pengarang dan kehidupannya dengan semua yang termasuk dalam karya–
karyanya. Ketika karya sastra dianggap sebagai bentuk ekspresi pengarang, lukisan
batin, dan fantasi pengarang, seringkali latar belakang sosial dan kehidupan pribadi
pengarang menjadi perhatian dalam upaya pemahaman dan pengkajian karya sastra.
Dalam buku “Study of Literature”, terdapat kutipan sebagai berikut :
“Biography approach is an approaching metode in a literary work by collecting and
evaluation a literary work then verify it to the history of the writer life.”
“Pendekatan biografis adalah suatu metode pendekatan dalam karya sastra dengan
cara mengumpulkan serta mengevaluasi suatu karya sastra dan memverifikasikannya
dengan riwayat hidup pengarang.”
( Brooks, 1936 :78 )
Sedangkan menurut Yudiono KS dalam bukunya “Telaah Kritik Sastra”
menyatakan bahwa :
“ Karya sastra dianggap sebagai pancaran kepribadian pengarang. Gerak jiwa,
pengembaraan imajinasi, dan fantasi pengarang terlukis di dalamnya.”
( 1991 : 35 )
Dalam buku “Literature for Writing”, Steinmann & Willen mengatakan
bahwa :

6

“Sebuah biografi adalah sejarah, bukan mengenai manusia namun mengenai seorang
individu.”
( Steinmann & Willen, 1962 : 94 )
Dalam buku “Teori Kesusastraan” terdapat kutipan yang menyatakan
bahwa :
“…Biografi hanya bernilai sejauh memberi masukan tentang penciptaan karya sastra.
Biografi dapat juga dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang jenius,
menelusuri perkembangan moral, mental, dan intelektualnya yang tentu menarik…”
( Wellek & Werren, 1995 : 82 )
Awal mula terbentuknya karya sastra berasal dari pengarangnya sendiri.
Untuk memahami isi suatu karya sastra, kita juga harus memahami latar belakang
kehidupan pengarangnya. Dengan mengetahui apakah karya sastra yang dibuatnya itu
mempunyai hubungan dengan kehidupan pribadi pengarang itu sendiri.
Dalam buku “Metode Penelitian Sastra”, Suwardi Endraswara mengatakan
bahwa pendekatan biografis banyak menggali tentang kehidupan penyair, dilihat dari
latar belakang keluarganya, harapan, cita–cita pengarang, dan keadaan jiwa si
pengarang.
Oleh karena itu, riwayat hidup penyair serta peristiwa yang melatari
kehadiran suatu karya sastra sangatlah penting dalam penelitian ilmiah ini yang
menggunakan pendekatan biografis.

1.5 Organisasi Penulisan
Urutan penulisan yang dianalisa oleh penulis dibagi ke dalam lima bab. Dan
setiap bab dibagi lagi ke dalam subbab sebagai berikut,

7

Bab I berisi pendahuluan yang dibagi menjadi lima subbab, yaitu latar belakang
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, subbab yang keempat adalah
metodologi. Subbab yang kelima adalah organisasi penulisan. Bab II berisi puisi
dan biografi penyair diuraikan menjadi dua subbab, yaitu pengertian puisi. Subbab
yang kedua yaitu riwayat hidup Yamamura Bochō yang terbagi lagi menjadi lima
subbab yaitu tentang masa kecil, semasa remaja, pada saat sakit, kelahiran anak–
anaknya, Reiko dan Chigusa serta curahan kasih sayang istrinya, Tōda Fuji. Bab III
berisi tentang analisa yang merupakan inti dari keseluruhan penulisan yang terdiri
atas tiga subbab yaitu

biografi penyair dalam puisi Byōshō yang terbagi lagi

menjadi tiga subbab yaitu tentang keadaan Yamamura Bochõ ketika sakit,
kehadiran anak–anaknya dan kasih sayang istrinya terhadap Bochō, subbab yang
kedua

biografi penyair dalam puisi Kodomo yang menceritakan tentang

keberadaan anak–anaknya dan subbab yang ketiga adalah biografi penyair dalam
puisi Akai Ringo. Bab IV Simpulan dari seluruh uraian yang telah penulis bahas
dalam bab–bab sebelumnya.
Pada bagian akhir penulisan skripsi ini juga dilampiri dengan sinopsis,
biografi penulis serta daftar pustaka.

8

BAB IV
KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan mencoba menarik kesimpulan dari bab – bab
sebelumnya, penulis mengharapkan pembaca akan lebih memahami karya tulis ini.
Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut :
1. Sebagian besar hasil karya Yamamura Bochō sangat dipengaruhi oleh kehidupan
pribadinya, seperti dalam karya tulis ini penulis ingin menampilkan 3 buah puisi
yang masing – masing mempunyai latar belakang dan pengalaman yang berbedabeda yaitu seperti pada puisi Byōshō yang menceritakan ketika ia melewati masa –

52

masa sulit ketika sakit, puisi Kodomo adalah puisi yang banyak mencurahkan
curahan kasih sayang dan rasa kekaguman pada kedua anaknya. Dan yang terakhir
adalah puisi yang berjudul Akai Ringo memberi arti kepada para pembaca untuk
lebih memahami tentang rasa kesedihan, ketidakberdayaan, keinginan dan
pengharapan–pengharapan Yamamura Bochō untuk dirinya dan juga untuk
keluarganya.
2. Puisi Byōshō adalah puisi yang sarat dengan gambaran curahan hati Yamamura
Bochō di masa ia sakit. Kekhawatirannya, penderitaannya juga rasa bangga pada
istrinya yang bernama Tōda Fuji jelas terbaca pada puisi ini. Penyakit yang
berulang–ulang menyerang dirinya justru menjadi motivasi Yamamura Bochō
untuk berkarya meski sakit ia masih sempat mempersembahkan sebuah karya

sastra yang bisa dinikmati oleh pembaca yang menaruh minat khususnya dalam
bidang puisi.
3. Puisi Kodomo juga menggambarkan pengalaman hidup/biografi si pengarangnya
khususnya curahan hati Yamamura Bochō untuk kedua putrinya. Sesuai dengan
judulnya “Kodomo”, Bochõ dalam puisi ini ingin menggali para pembaca agar
bisa memahami dan merasakan perasaan Bochō pada buah hatinya. Ia ceritakan
tentang putrinya yang lucu–lucu. Ia juga merasa sedih dengan apa yang dialami
oleh kedua anaknya yang hidup di tengah–tengah keluarga yang sedang terhimpit
masalah ekonomi. Tetapi meski demikian kehadiran anak–anaknya menerangi
kehidupan Bochō dan istrinya.

53

4. Puisi Akai Ringo adalah ibarat puisi yang penuh dengan luapan–luapan emosi
pengarang mulai dari pengibaratan diri Yamamura Bochō yang diumpamakan
sebagai sebuah apel busuk, meski berwarna merah tapi di dalamnya penuh dengan
ulat–ulat yang mirip seperti dirinya yang digerogoti penyakit sampai akhir
khayatnya. Bochō merasa kecewa, sedih dan terkadang putus asa, tetapi di sisi lain
ia juga mengibaratkan kedua putrinya seperti apel merah yang terasa manis dan
indah dipandang. Begitulah keinginan dan pengharapan Yamamura Bochō untuk
kedua putrinya kelak.

54

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, Drs, Mpd. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar
Baru Algensindo

Asou, Isoji.1988, Sejarah Kesusastraan Jepang, Jakarta : UI Press

Atmazaki.1993, Analisis Sajak, Bandung : Angkasa

Brooks, Keith. 1936. Study Of Literature. Boston : Allyn & Bacon

Hartoko, Dick. 1987. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia

K. M, Saini. 1993. Puisi Dan Beberapa Masalahnya, Bandung : ITB

Luxemburg, Jan Van, Bal Mieke, dan Weststeijn G. Willew. 1985. Pengantar Ilmu
Sastra, Jakarta : Gramedia

Sumardjo, Jacob, dan K. M. Saini. 1997, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta : Gramedia

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip–Prinsip Dasar Sastra, Bandung : Angkasa

Waluyo, Herman J. 1991. Teori Dan Apresiasi Puisi, Jakarta : Erlangga

Wellek, Rene dan Warren Austin. 1995 Teori Kesusastraan, Jakarta : Gramedia

Wellek, Rene dan Warren Austin. 1956. Theory Of Literature. New York : Harcourt
Brache & World

Prof. Drs. M. Atar Semi. 1990, Metode Penelitian Sastra, Bandung : Angkasa

www.http:// homepage 3. nifty.com

http:// yulian.firdaus.or.id/2004/11/26/apa-definisi-sastra/

Dokumen yang terkait

MAKNA KRITIK SOSIAL PADA PUISI KARYA WIJI THUKUL ( Analisis Semiotika Puisi Wiji Thukul pada Buku Kumpulan Puisi Nyanyian Akar Rumput )

14 78 22

KAJIAN PATOLOGI SOSIAL KUMPULAN PUISI POTRET PEMBANGUNAN DALAM PUISI KARYA RENDRA

0 5 14

ASPEK RELIGI DALAM KUMPULAN PUISI ANTOLOGI PUISI MAHABBAH KARYA IQOH UMAR: KAJIAN SEMIOTIK DAN IMPLEMENTASINYA DALAM Aspek Religi Dalam Kumpulan Puisi Antologi Puisi Mahabbah Karya Iqoh Umar: Kajian Semiotik Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra

0 5 16

ASPEK RELIGI DALAM KUMPULAN PUISI ANTOLOGI PUISI MAHABBAH KARYA IQOH UMAR: KAJIAN SEMIOTIK DAN IMPLEMENTASINYA Aspek Religi Dalam Kumpulan Puisi Antologi Puisi Mahabbah Karya Iqoh Umar: Kajian Semiotik Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA

0 2 14

ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI AKU INI PUISI CINTA KARYA ABDURAHMAN FAIZ DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA JENJANG SMP

8 66 171

NILAI-NILAI NASIONALISME ENAM PUISI DALAM KUMPULAN PUISI POTRET PEMBANGUNAN DALAM PUISI KARYA W. S. RENDRA: TINJAUAN SEMIOTIK.

0 0 24

GAYA BAHASA PERULANGAN PADA KUMPULAN PUISI MAWAR MERAH KARYA CHALIK HAMID Gaya Bahasa Perulangan Pada Kumpulan Puisi Mawar Merah Karya Chalik.

0 2 12

GAYA BAHASA PERULANGAN PADA KUMPULAN PUISI Gaya Bahasa Perulangan Pada Kumpulan Puisi Mawar Merah Karya Chalik.

0 2 15

GAYA BAHASA METAFORIS YANG FAUNISPADA PUISI EMPAT KUMPULAN SAJAK Gaya Bahasa Metaforis Yang Faunis Pada Puisi Empat Kumpulan Sajak Karya W.S. Rendra.

0 1 14

Gagasan Tasawuf Pada Kumpulan Puisi Isyarat Karya Kuntowijoyo.

0 0 2