ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI AKU INI PUISI CINTA KARYA ABDURAHMAN FAIZ DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA JENJANG SMP

(1)

commit to user

ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI

AKU INI PUISI CINTA

KARYA ABDURAHMAN FAIZ

DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI

PADA JENJANG SMP

SKRIPSI

Oleh

Ervin Hariningtyas

X1207019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI

AKU INI PUISI CINTA

KARYA ABDURAHMAN FAIZ

DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI

PADA JENJANG SMP

Oleh:

ERVIN HARININGTYAS NIM X1207019

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan

Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Persetujuan Pembimbing:

Pembimbing I,

Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd. NIP 195405201985031002

Pembimbing II,

Dra. Raheni Suhita, M.Hum. NIP 196303091988032001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Drs. Suyitno, M. Pd.

Sekretaris : Dr. Kundharu Saddhono, M. Hum.

Anggota I : Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd.

Anggota II : Dra. Raheni Suhita, M. Hum.

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 196007271987021001


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Ervin Hariningtyas. X1207019. ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN

PUISI AKU INI PUISI CINTA KARYA ABDURAHMAN FAIZ DAN

KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA JENJANG SMP. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: (1) struktur fisik puisi

Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta; (2) struktur batin

puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta; dan (3)

kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi

Cinta sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan, yaitu: (1)

dokumen; (2) informan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling atau teknik pengambilan data berdasarkan tujuan tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengkaji dokumen dan

wawancara. Uji validitas yang dilakukan dengan cara menggunakan trianggulasi

data (sumber) dan trianggulasi teori. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis jalinan yang meliputi tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data. Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan; (2) pelaksanaan; (3) penyusunan laporan. Simpulan hasil penelitian ini, yaitu (1) struktur fisik puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta terdiri dari: diksi dengan kata-kata puitis dan bahasa sehari-hari, penggunaan imaji yang berupa: imaji taktil, imaji visual, dan imaji auditif, kata konkret yang merupakan usaha penyair dalam memperkonkret sikap kebebasannya, penggunaan majas personifikasi, metafora, dan repetisi, penggunaan versifikasi yang berupa ritma dan rima awal, rima tengah, dan rima akhir, serta penggunaan tipografi konvensional. (2) struktur batin

puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta terdiri dari:

tema tentang cinta dan kritik sosial, penggunaan nada serius, nada belas kasih, dan nada santai yang bertujuan untuk menimbulkan suasana tertentu pada puisi-puisinya, perasaan sedih penyair melihat situasi di tanah air dan kondisi yang ada di kehidupan sekitarnya, dan amanat yang berupa himbauan kepada masyarakat agar dapat saling mencintai dan ikut merasakan derita para saudara di tanah air.

(3) sebagian besar puisi karya Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini

Puisi Cinta dapat digunakan sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.


(6)

commit to user

vi MOTTO

Dimulakan dengan bismillah Disudahi dengan alhamdulillah Begitulah sehari dalam hidup kita Mudah-mudahan dirahmati Allah

Hanyalah iman, amal, dan juga taqwa Menjadi bekal dalam hidup kita


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai rasa cinta, sayang, dan terima kasihku kepada:

1. Kedua orang tuaku, Hari Subagiyo dan

Sunarsih yang selalu mendoakan dan menyayangiku pagi, siang, dan malam dengan segenap ketulusan serta keikhlasan.

2. Kakak tersayang, Ervan Hari Nugroho yang

tiada letih menyuapi hari-hariku dengan taushiyah yang menyejukkan hati.

3. Keluarga di Ngawi dan di Surabaya yang

kucintai dan kusayangi selamanya.


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas kehendak-Nya pula skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi;

2. Drs. Amir Fuady, M. Hum. selaku Pembantu Dekan III FKIP UNS yang telah

memberikan kemudahan pada peneliti;

3. Dr. Muh. Rohmadi, M. Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini;

4. Dr. Andayani, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini;

5. Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd., selaku pembimbing I dan Dra. Raheni Suhita,

M. Hum., selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan pengarahan dengan begitu sabar sehingga menjadikan penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi;

6. Drs. Suyitno, M. Pd., selaku penasihat akademik yang telah memberikan

solusi mengenai persoalan akademik serta banyak memberikan bimbingan dan masukan yang tidak ternilai harganya;

7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada penulis;


(9)

commit to user

ix

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dari Allah swt, amin.

Surakarta, Juli 2011


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Hakikat Puisi ... 6

a. Pengertian Puisi... 6

b. Jenis-jenis Puisi ... 7

c. Struktur Puisi ... 10

2. Hakikat Pendekatan Struktural ... 16

3. Materi Pembelajaran Jenjang SMP ... 17

a. Pengertian Materi Pembelajaran ... 17

b. Ciri-ciri Materi Pembelajaran yang Baik ... 19


(11)

commit to user

xi

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 33

D. Teknik Sampling ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Validitas Data ... 35

G. Analisis Data ... 36

H. Prosedur Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta ... 39

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 41

1. Struktur Fisik yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz ... 41

2. Struktur Batin yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz ... 82

3. Kesesuaian Puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai Materi Pembelajaran Apresiasi Puisi Jenjang SMP ... 100

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 105

A. Simpulan ... 105

B. Implikasi ... 106

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama

(SMP) untuk kelas VII semester 2 ... 26

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama

(SMP) untuk kelas VIII semester 2 ... 27

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama

(SMP) untuk kelas IX semester 1 ... 27 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan ... 32


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka Berpikir ... 31 2. Model Analisis Jalinan ... 37 3. Prosedur Penelitian ... 38


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz ... 112

2. Transkrip wawancara dengan dua orang sastrawan ... 127

3. Transkrip wawancara dengan dua orang guru bahasa dan sastra Indonesia

jenjang SMP ... 131

4. Transkrip wawancara dengan tiga orang siswa SMP...135

5. Surat pernyataan wawancara dua orang sastrawan ... 141

6. Surat pernyataan wawancara dengan dua orang guru bahasa dan sastra

Indonesia jenjang SMP ... 143


(15)

commit to user


(16)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru memegang peran penting dalam pengajaran atau proses belajar mengajar. Artinya, gurulah yang bertugas dan bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran, setiap guru hendaknya memiliki kemampuan mengajar yang baik. Sardiman menyatakan bahwa keterampilan mengajar yang dimiliki oleh guru terbagi dalam tiga klasifikasi, yakni yang berkaitan dengan aspek materi pembelajaran, modal kesiapan, dan keterampilan operasional (2004: 195).

Zanikhan (2009) menyatakan bahwa pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan. Pendapat tersebut sejalan dengan Effendi dalam Riris K. Toha Sarumpaet yang mengemukakan bahwa pengetahuan dan kemampuan pengajar sastra di sekolah masih diragukan (2002: 60). Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui adanya ketidakberesan dalam pembelajaran bahasa dan sastra yang disampaikan oleh guru kepada siswa.

Pembelajaran sastra terdiri atas pengajaran puisi, prosa fiksi, dan drama. Namun pembelajaran sastra di sekolah-sekolah selama ini kurang mendapat perhatian. Rahmanto (1988: 44) berpendapat bahwa pengajaran puisi masih menemui banyak kesulitan, tidak jarang para guru sastra sendiri cenderung menghindarinya karena mereka kesulitan untuk mengajarkannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Andayani mengungkapkan bahwa apresiasi sastra dalam banyak fenomena pembelajaran saat ini lebih banyak disajikan dengan mengutamakan aspek ingatan serta berorientasi pada hafalan murid sebagai hasil belajar (2008: 6).

B. Rahmanto dalam makalah seminar Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra II mengemukakan bahwa pengajaran sastra semakin menjauhkan anak didik dari karya sastra (2009). Mengacu pendapat tersebut, penggunaan satu sumber belajar dan pemberian contoh puisi-puisi para penyair lama dalam pembelajaran apresiasi puisi yang monoton dapat menjauhkan anak didik dari


(17)

commit to user

karya sastra dan membuatnya jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, pembelajaran dilaksanakan lebih pada pengenalan pengarang terdahulu tanpa memperhatikan tujuan pembelajaran sastra yang sebenarnya. Akibatnya siswa hanya mengenal para pengarang terdahulu saja dan menjauh dari karya sastra, khususnya puisi.

Pembelajaran puisi diarahkan untuk menumbuhkan apresiasi peserta didik terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia. Pengetahuan dan kemampuan guru tentang puisi sangat menunjang keberhasilan pembelajaran puisi. Pengetahuan tersebut dapat berupa penguasaan materi tentang puisi yang harus dimiliki oleh para pengajar. Selain itu, pemilihan dan penyajian materi puisi harus diperhatikan oleh para pengajar jenjang SMP.

Maria Utami mengemukakan bahwa materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik harus sesuai dengan kemampuan peserta didik pada suatu tahapan tertentu (2010: 5). Mengacu pendapat tersebut, dalam pemilihan bahan ajar guru hendaknya memperhatikan kesesuaian antara bahan ajar dengan tingkat perkembangan peserta didiknya. Pemilihan puisi sebagai materi ajar harus diklasifikasikan tingkat kesukarannya dengan kriteria tertentu.

Moody dalam Maria Utami mengungkapkan bahwa ada tiga aspek yang penting dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu bahasa, psikologi siswa, dan latar budaya (2010: 6). Mengacu pendapat tersebut, guru hendaknya memilih puisi-puisi yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Selain itu pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan siswa dan latar belakang budaya siswa juga harus dipertimbangkan agar tidak terjebak dalam kemonotonan yang membosankan siswa.

Maria Utami mengemukakan bahwa kriteria pemilihan puisi untuk siswa SMP dapat dilihat dari struktur fisik puisi dan struktur batin puisi (2010: 11). Oleh karena itu, untuk menarik minat siswa terhadap puisi diperlukan materi ajar berupa puisi-puisi yang memiliki struktur fisik dan struktur batin yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Selain itu, pemilihan materi hendaknya tidak berbeda jauh dengan kehidupan mereka sekarang ini.


(18)

commit to user

Berkaitan dengan hal tersebut, puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam

kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta merupakan puisi-puisi yang merefleksikan

kehidupan saat ini. Aku Ini Puisi Cinta merupakan kumpulan dari puisi-puisi

terpilih Faiz yang diambil dari buku kesatu (Untuk Bunda dan Dunia) dan buku kedua (Guru Matahari) yang dikemas secara khusus. Faiz memulai menulis karya-karyanya sejak ia berusia lima tahun dan dituangkan ke dalam kata-kata indah berupa puisi. Puisi-puisi Abdurahman Faiz bercerita mengenai ibu dan ayahnya, tentang situasi sosial, dan tentang tokoh masyarakat.

Penyair cilik kelahiran Jakarta pada 15 November 1995 ini merupakan putra dari pasangan Tomi Satryatomo dan Helvy Tiana Rosa. Faiz mampu menciptakan puluhan puisi pada tahun 2001 di usianya yang keenam tahun. Perjalanan Faiz dalam menulis puisi telah melahirkan dua karya fenomenal, yaitu Untuk Bunda dan Dunia dan Guru Matahari. Kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz mendapat sambutan hangat dari para pembaca. Hal tersebut terlihat pada buku kumpulan puisinya banyak pakar dan pemerhati sastra memberikan tanggapan terhadap karya penyair cilik ini. Riris K. Toha Sarumpaet menyatakan bahwa kreativitas dan keberanian Abdurahman Faiz sangat mengagumkan.

Penyair Ahmadun Yosi Herfanda dalam kumpulan puisi Abdurahman Faiz juga mengungkapkan bahwa beliau sejujurnya sungguh-sungguh tercengang membaca sajak-sajak Faiz dan Faiz merupakan anak yang dikaruniai bakat kepengarangan yang luar biasa. Hal tersebut sesuai dengan bakat Abdurahman Faiz yang pernah menjadi juara pertama lomba menulis surat untuk Presiden tingkat nasional yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2003. Jamal D. Rahman seorang penyair dan pemimpin redaksi majalah sastra Horison mengungkapkan bahwa karya-karya Abdurahman Faiz mencerminkan perasaan dan hati yang bening.

Unsur fisik dan unsur batin puisi-puisi Faiz bertalian sangat erat sehingga mampu membentuk satu kesatuan yang menimbulkan keindahan baik dari segi bahasa maupun maknanya. Sebagai contoh dalam salah satu puisinya yaitu yang


(19)

commit to user

Pengulangan ini dimaksudkan untuk mempertegas tentang tema dari puisi itu.

Pengulangan tersebut juga membentuk sebuah ritme dalam puisinya. Kata Buku

menjadi pengikat beberapa baris setelahnya, sehingga baris-baris tersebut seakan-akan bergelombang menimbulkan irama.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik menganalisis struktur puisi Abdurahman Faiz yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta. Kumpulan puisi yang mencerminkan kehidupan masa sekarang yang dipenuhi dengan permainan kata dan bunyi tersebut dianalisis strukturnya yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan materi dalam pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP. Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai alternatif materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur fisik puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku

Ini Puisi Cinta?

2. Bagaimana struktur batin puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku

Ini Puisi Cinta?

3. Bagaimanakah kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan

puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada

jenjang SMP?

C. Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan struktur fisik puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku

Ini Puisi Cinta.

2. Menjelaskan struktur batin puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku

Ini Puisi Cinta.

3. Mendeskripsikan kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan

puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP.


(20)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

keilmuan dalam pembelajaran bidang Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang SMP, khususnya mengenai struktur yang terdapat dalam puisi.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,

antara lain:

a. Bagi siswa:

1) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang puisi-puisi karya

Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang amanat

yang mendidik pada kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz.

b. Bagi guru:

1) Menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang struktur

puisi pada kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz.

2) Menambah pengetahuan dalam mencari alternatif materi pembelajaran

yang tepat dalam pembelajaran puisi agar dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi.

c. Bagi peneliti lain: hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai


(21)

(22)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Puisi

a. Pengertian Puisi

Puisi merupakan jenis karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Burhan Nurgiyantoro mengemukakan bahwa puisi adalah jenis karya sastra yang bahasanya tersaring penggunaannya (2005: 312). Pemilihan bahasa dalam puisi, terutama aspek diksi telah melewati seleksi ketat, dipertimbangkan dari berbagai sisi baik yang menyangkut unsur bunyi, bentuk, dan makna. Semuanya itu bertujuan untuk memeroleh efek keindahan.

Rachmat Djoko Pradopo menyatakan bahwa puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang paling berkesan (1990: 7). Mengacu pendapat tersebut, puisi mengungkapkan pemikiran penyair untuk membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi pancaindera yang dibuat dalam susunan terindah. Oleh sebab itu, bahasa dalam puisi lebih didayagunakan untuk memberikan efek keindahan. Efek tersebut sering kali lebih menyentuh, memesona, merangsang, menyaran, serta membangkitkan imajinasi dan suasana tertentu.

Suminto A. Sayuti menyatakan bahwa puisi merupakan hasil kreativitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Susunan kata tersebut memiliki pola rima (persajakan) tertentu (1985: 12-13). Mengacu pendapat tersebut, penyair dalam mencipta puisi tak lepas dari unsur-unsur yang membangun sebuah puisi. Herman J. Waluyo (2003: 4) mengungkapkan bahwa puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yaitu struktur fisik berupa bahasa yang digunakan dalam puisi dan struktur batin atau struktur makna yang merupakan pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh penyair.

Pendapat di atas sejalan dengan Ibrahim dalam Suminto A. Sayuti yang menjelaskan bahwa unsur-unsur yang membangun sebuah puisi meliputi imajinasi, emosi, dan bentuk yang khas. Mengacu pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam puisi memiliki unsur yang merupakan kesatuan yang


(23)

commit to user

saling menjalin satu sama lain. Oleh sebab itu, penyair dalam menulis sebuah puisi lebih banyak mendayakan imajinasi dan emosi dalam susunan kata dan bentuk yang menarik yang telah disusun sedemikian rupa dengan maksud tertentu. Selain itu, penyair juga mendayakan pengekspresian lewat berbagai ungkapan kebahasaan seperti berbagai bentuk pemajasan, pencitraan, dan permainan bentuk-bentuk kebahasaan yang lain.

William Worsworth dalam Atar Semi mengemukakan bahwa poetry is the

best words in the best order. Puisi adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik (1993: 93). Pendapat tersebut sejalan dengan Herman J. Waluyo (2003: 1) yang menjelaskan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata dalam puisi benar-benar padat dan terpilih sehingga sangat indah untuk dibaca. Dalam menciptakan puisi, penyair memilih kata-kata yang tepat kemudian disusun sebaik-baiknya. Penyair juga memadukan antara unsur satu dengan unsur lain dan dibuat seimbang, simetris, dan sangat erat hubungannya.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah susunan kata-kata imajinatif yang merupakan reaksi penyair terhadap dunianya yang dibuat dalam susunan terbaik dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.

b. Jenis-jenis Puisi

Puisi sebagai salah satu karya sastra mempunyai berbagai jenis. Maria Utami (2010: 3-5) mengklasifikasikan puisi menjadi beberapa jenis.

1) Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak

disampaikan, puisi dibedakan menjadi tiga, yaitu: puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif.

(a) Puisi naratif adalah puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan

penyair. Puisi naratif menceritakan tentang sesuatu secara sederhana dan langsung mengenai pokok cerita yang ditulis penyair dalam wujud kata-kata. Puisi naratif terdiri atas: epik, romansa, balada, dan syair. Epik merupakan puisi yang menggambarkan tentang kepahlawanan. Adapun


(24)

commit to user

romansa ialah puisi yang menggunakan bahasa romantis serta berisi kisah percintaan. Balada merupakan puisi yang bercerita tentang tokoh pujaan atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Sedangkan syair ialah puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi yang sama.

(b) Puisi lirik adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadi penyair

atau aku lirik. Atar Semi menyatakan bahwa puisi lirik merupakan puisi yang sangat pendek dan sederhana yang mengekspresikan emosi (1993: 106). Mengacu pendapat tersebut dalam penulisan puisi lirik, penyair mengungkapkan gagasan pribadinya yang disusun dalam susunan yang sederhana serta mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Jenis puisi lirik, antara lain: elegi, ode, dan serenada. Elegi merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap tokoh yang dikagumi, sesuatu hal, dan sesuatu keadaan. Sedangkan serenada ialah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan.

(c) Puisi deskriptif merupakan puisi yang mengedepankan penyair sebagai

pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, dan suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi deskriptif, antara lain: satire, kritik sosial, dan puisi impresionistik. Satire merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan dengan cara menyindir. Adapun di dalam puisi kritik sosial, penyair menyatakan ketidaksenangan terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang. Sedangkan puisi impresionistik merupakan puisi yang mengungkapkan kesan impresif penyair terhadap suatu hal.

2) Berdasarkan pada suara ataupun tempat yang cocok untuk pembacaannya dan

jumlah pembaca, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu: puisi kamar dan puisi auditorium. Puisi kamar merupakan puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi

auditorium ialah puisi yang cocok untuk dibacakan di auditorium atau mimbar yang jumlah pendengarnya dapat berjumlah ratusan orang. Mengacu pendapat tersebut, banyak puisi-puisi penyair Indonesia yang termasuk dalam


(25)

commit to user

kategori puisi auditorium, misalnya beberapa puisi Rendra dan Sutardji merupakan contoh puisi auditorium yang baru memperlihatkan keindahannya setelah suaranya terdengar melalui pembacaan secara keras.

3) Berdasarkan sifat atau isi yang dikemukakan di dalam puisi, puisi dibedakan

atas: puisi fisikal, platonik, dan puisi metafisikal. Puisi fisikal merupakan puisi yang bersifat realistis. Artinya, puisi tersebut menggambarkan kenyataan apa adanya (Herman J. Waluyo, 2003: 138). Pada puisi fisikal penyair menyampaikan kenyataan yang ada yang pernah dilihat, didengar, dan dirasakan. Adapun puisi platonik ialah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Puisi yang mengungkapkan cinta luhur kekasih atau orangtua kepada anaknya, puisi ini juga merupakan pengungkapan ide ataupun cita-cita. Sedangkan puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan serta merenungkan Tuhan.

4) Berdasarkan cara menafsirkan makna puisinya, puisi dibedakan atas: puisi

diafan, puisi gelap, dan puisi prismatis. Herman J. Waluyo (2003: 140) menjelaskan bahwa puisi diafan adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret, dan bahasa figuratif, sehingga bahasa dalam puisi mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi seperti tersebut akan mudah dipahami maknanya. Adapun puisi gelap ialah puisi yang mempunyai banyak majas, lambang, kiasan sehingga sulit ditafsirkan. Sedangkan puisi prismatis, penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya. Puisi prismatis memiliki banyak makna yang dapat ditelusuri oleh pembaca.

5) Berdasarkan kandungan nilai keilmuan, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu:

puisi parnasian dan puisi inspiratif. Puisi parnasian merupakan puisi yang mengandung unsur atau nilai-nilai keilmuan. Puisi ini diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena

adanya mood dalam jiwa penyair. Sedangkan puisi inspiratif adalah puisi


(26)

commit to user

dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi tersebut.

c. Struktur Puisi

Herman J. Waluyo mengemukakan bahwa puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan

disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan

pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin (2003: 25). Mengacu pendapat tersebut, di dalam puisi terdapat struktur yang menyusunnya. Struktur tersebut meliputi struktur fisik dan struktur batin. struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan, sedangkan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.

Paul (2005) menyatakan bahwa ”Poets always write as poets-tuned to

rhythm, imagery, and feeling. Every phrase, every sentence, is carefully balanced so that it is held in perfect tension with the structure as a whole”. Menurut Paul, puisi terdiri atas ritme, imajinasi, dan perasaan yang memiliki struktur seimbang layaknya sebuah lingkaran. Mengacu pendapat tersebut di dalam puisi terdapat struktur yang membangunnya secara seimbang. Hal tersebut bertujuan agar puisi mempunyai keindahan sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

Herman J. Waluyo berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi. Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas: tema, nada, perasaan, dan amanat (2003: 28).

1) Struktur Fisik Puisi

a) Diksi

Atar Semi mengungkapkan bahwa diksi merupakan pemilihan kata (1993: 122). Pendapat tersebut senada dengan H. J. Waluyo yang mengemukakan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu (2003: 72). Mengacu pendapat tersebut, pemilihan dan pemanfaatan kata dalam puisi merupakan aspek penting yang harus diperhatikan.


(27)

commit to user

Jabrohim, Suminto dan Chairul Saleh (2001, 35-58) menyatakan bahwa diksi mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna. Hal tersebut bertujuan untuk mengomunikasikan maksud penyair kepada pembaca. Oleh karena itu, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus dipilih secermat mungkin oleh penyair. Selain itu, penyair juga mempertimbangkan kata-kata yang dipakai dalam puisi dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. H. J. Waluyo mengungkapkan bahwa kata-kata yang dipilih penyair adalah kata-kata yang puitis agar memiliki efek keindahan (2003: 73). Mengacu pendapat tersebut, penyair menggunakan kata-kata konotatif dalam puisinya yang memiliki makna lebih dari satu. Namun masih sering pula dijumpai penyair yang menggunakan kata-kata dalam bahasa sehari-hari. Semuanya itu bertujuan untuk memberi keindahan dalam puisnya serta agar pembaca mudah memahami karyanya. Selain itu puisi juga merupakan pengungkapan perasaan penyair yang mengalir yang dituangkan dalam bentuk kata-kata yang indah. Oleh karena itu, tak jarang para penyair menggunakan kata khas puisi dan juga kata-kata yang jelas seperti bahasa sehari-hari dalam puisi-puisinya.

b) Pengimajian

Herman J. Waluyo menyatakan bahwa pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan (2003: 78). Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), dan dirasa (imaji taktil). Atar Semi (1993: 124) mengemukakan bahwa pengimajian adalah penataan kata yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi konkret dan cermat.

Pendapat di atas sejalan dengan Effendi (dalam Herman J. Waluyo, 2003: 10) yang mengemukakan bahwa pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Mengacu pendapat tersebut, penyair


(28)

commit to user

berusaha untuk menggugah timbulnya imaji pembaca sehingga pembaca tergugah untuk melihat benda-benda, warna, kemudian mendengar bunyi-bunyian, serta dapat menyentuh kesejukan dan keindahan benda dan warna. Pengimajian dalam puisi dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami oleh penyair.

c) Kata konkret

H. J. Waluyo (2003: 79) mengungkapkan bahwa setiap penyair berusaha mengonkretkan hal yang ingin dikemukakan. Hal tersebut bertujuan agar pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa yang dimaksudkan. Berkaitan dengan pendapat tersebut, setiap penyair memiliki cara dalam penggunaan kata konkret yang berbeda. Pengonkretan kata ini erat berhubungan dengan pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. Ketiga hal itu memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan.

Kata konkret juga disebut dengan kata yang dapat ditangkap dengan

indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini

berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret “salju”

yang melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain.

Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor,

tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. Contoh kata konkret dapat

dijumpai pada puisi Chairil Anwar yang berbunyi aku ini binatang

jalang dari kumpulannya terbuang. Pengonkretan tersebut merupakan usaha penyair dalam memperkonkret sikap kebebasannya.

d) Majas

Menurut H. J. Waluyo (2003: 83), bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair yang bersusun-susun atau berpigura. Pendapat tersebut sejalan dengan Jabrohim, Suminto dan Chairul Saleh (2001, 35-58) yang menyatakan bahwa bahasa figuratif disebut juga sebagai majas yang biasa dipakai untuk menghidupkan lukisan untuk


(29)

commit to user

lebih mengonkretkan dan lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan.

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa majas digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengiasan, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Majas digunakan untuk menyampaikan perasaan, harapan, suasana hati, dan semangat hidupnya agar penyair terhindar dari keterbatasan kata-kata denotatif yang bermakna lugas.

Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan suatu hal yang lain agar sesuatu itu dapat digambarkan dengan lebih jelas. Misalnya, untuk menggambarkan suasana hati yang gembira, senang, mempunyai harapan besar untuk berjumpa dengan seseorang, dan lain-lain. Adapun macam-macam majas, antara lain metafora, personifikasi, litotes, ironi, eufemisme, repetisi, dan lain-lain.

e) Versifikasi

Versifikasi terdiri atas rima, ritma, dan metrum. Marjorie Boulton

dalam H. J. Waluyo menyebutkan rima sebagai phonetic form (2003:

90). Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Herman J. Waluyo (2003: 12) mengemukakan bahwa persamaan bunyi yang berulang dapat menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata.

Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma dalam puisi timbul karena perulangan bunyi berturut-turut dan bervariasi, misalnya sajak akhir, asonansi, dan aliterasi. Ritma disebabkan juga oleh tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemah, disebabkan oleh sifat-sifat konsonan dan vokalnya atau panjang pendek kata. Herman J. Waluyo (2003: 12) menyatakan bahwa ritma berupa pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat yang teratur suatu baris puisi menimbulkan gelombang yang teratur dan menciptakan keindahan.


(30)

commit to user

Herman J. Waluyo (2003: 94) menyatakan bahwa metrum dalam puisi berupa pengulangan tekanan kata yang tetap. Pendapat tersebut sejalan dengan Djoko Pradopo yang mengungkapkan bahwa metrum ialah irama yang tetap. Artinya, pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu (1990: 40). Hal tersebut disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap dan tekanannya yang tetap hingga alun suara yang menaik dan menurun itu tetap saja. Djoko Pradopo juga mengungkapkan bahwa yang terasa seperti mempunyai metrum, yaitu pantun. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah suku kata yang agak tetap dalam tiap baris baitnya dan oleh pola persajakan (tengah atau akhir) yang tetap. Herman J. Waluyo (2003: 96) menyatakan bahwa metrum dalam puisi sulit untuk ditentukan.

f) Tipografi

Atar Semi mengemukakan bahwa tipografi disebut juga ukiran bentuk (1993: 135). Tipografi diartikan sebagai tataran larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana puisi. Larik-larik puisi dibuat untuk membangun bait. Penyair berusaha menciptakan puisi seperti gambar yang disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu. Herman J. Waluyo mengemukakan bahwa puisi yang tidak mengikuti aturan atau pola disebut dengan puisi dengan tata wajah konvensional (2003: 14). Mengacu pendapat tersebut, tata wajah puisi dibuat apa adanya, tanpa membentuk gambar atau bentuk tertentu lainnya. Artinya, penyair memiliki kebebasan dalam memilih bentuk yang ia sukai, atau menciptakan bentuk yang ia sukai.

2) Struktur Batin Puisi

a) Tema

H. J. Waluyo (2003: 106) menyatakan bahwa tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan penyair melalui puisinya. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tema merupakan gagasan


(31)

commit to user

pokok yang dikedepankan penyair dalam puisi-puisinya. Gagasan pokok persoalan atau pikiran tersebut begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.

Tema merupakan gagasan pokok tersirat dalam keseluruhan isi puisi. Perasaan-perasaan yang diungkapkan merupakan penggambaran suasana batin. Tema dapat terbagi menjadi bermacam-macam, misalnya Ketuhanan (religius), cinta, kesetiakawanan, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan lain-lain. Untuk mengetahui suatu tema dalam puisi, pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut.

b) Nada

Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca. Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi. Herman J. Waluyo menyatakan bahwa nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca (2003: 125). Mengacu pendapat tersebut nada dalam puisi dibuat oleh penyair untuk menimbulkan suasana tertentu. Suasana puisi dirasakan oleh pembaca sebagai akibat dari nada yang diambil sang penyair. H. J. Waluyo (2003: 37) mengungkapkan bahwa terdapat puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya.

Mengacu pendapat tersebut, dari nada belas kasih yang diciptakan penyair dalam puisinya dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca ketika ia membaca karya penyair, dan lain-lain. Selain itu, melalui nada, pembaca dapat mengetahui penyampaian penyair baik terkesan menggurui, menasihati, mengejek, santai, dan lain-lain ataupun bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.

c) Perasaan

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Oleh sebab itu, penyair dalam mencipta sebuah puisi


(32)

commit to user

memiliki perasaan yang berbeda-beda. Perasaan penyair (feeling) adalah nuansa batin penyair yang diekspresikan dengan penuh penghayatan dan takaran yang tepat sehingga diharapkan puisi yang diciptakan penyair terasa hidup, menyentuh rasa haru, dan menggetarkan. Perasaan tersebut ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca.

Nada dan perasaan penyair akan lebih dapat ditangkap jika puisi tersebut dibaca keras dalam deklamasi. Herman J. Waluyo (2003: 40) menyatakan bahwa perasaan yang menjiwai puisi dapat berupa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal.

d) Amanat

Amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat, pesan, atau nasihat yang akan disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah tema, rasa, dan nada puisi dipahami (Herman J. Waluyo, 2003: 130). Mengacu pendapat tersebut, amanat dalam puisi tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair. Selain itu, amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Setelah membaca puisi, pembaca akan dapat menyimpulkan amanat puisi. Amanat puisi juga berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal.

2. Hakikat Pendekatan Struktural

Abrams dalam Nurgiyantoro menjelaskan bahwa struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya serta secara bersama membentuk kebulatan yang indah (1995: 36). Mengacu pendapat tersebut, setiap karya sastra mempunyai unsur pembangun yang secara bersama-sama membentuk kesatuan dan susunan yang indah sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

Teguh (2009) menjelaskan bahwa analisis struktural merupakan salah satu kajian kesusastraan yang menitikberatkan pada hubungan antarunsur pembangun karya sastra. Struktur yang membentuk karya sastra, khususnya puisi ialah struktur fisik dan struktur batin. Struktur puisi yang hadir di hadapan pembaca


(33)

commit to user

merupakan sebuah totalitas. Puisi yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan sehingga menyebabkan puisi tersebut menjadi sebuah karya yang indah.

Atar Semi mengemukakan bahwa analisis struktural adalah analisis yang terbatas pada karya sastra itu sendiri. Dalam pengertian yang diungkapkan Atar Semi ini, analisis dalam karya sastra terlepas dari faktor yang berasal dari pengarang atau pembacanya (1993: 54). Karya sastra merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Untuk menganalisis struktur sistem tanda inilah perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda yang terjalin dalam sistem (struktur) tersebut.

Pendekatan struktural digunakan untuk memahami karya sastra (puisi) dengan baik.

Praba (2003) dalam http://groups.yahoo.com menjelaskan prinsip-prinsip analisis struktural karya sastra, khususnya puisi, yaitu:

a. makna unsur-unsur puisi membentuk makna keseluruhan puisi. Makna

unsur-unsur puisi dicari dengan terlebih dahulu mengandaikan makna keseluruhan

puisi.

b. keberadaan suatu unsur puisi ditentukan oleh adanya unsur lainnya.

Oleh karena itu, seluruh unsur-unsur puisi tidak membentuk makna sendiri-sendiri secara lepas, tetapi secara bersama membentuk makna keseluruhan puisi. Maka puisi dikatakan sebagai karya sastra yang "koheren" di mana setiap unsurnya saling terkait dan saling menentukan dalam membentuk makna keseluruhan puisi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktural adalah analisis yang didasarkan pada unsur-unsur dalam karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut saling membangun atau terkait satu dengan yang lain. Keterkaitan unsur-unsur ini yaitu dalam membentuk makna keseluruhan puisi.

3. Materi Pembelajaran Jenjang SMP

a. Pengertian Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu mendapat perhatian oleh guru. Materi pembelajaran adalah


(34)

commit to user

segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Inoe, 2008). Mengacu pendapat tersebut, materi ajar disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Materi pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari sesuatu, menyediakan berbagai jenis pilihan materi pembelajaran, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, serta agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu, materi pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Jenis-jenis materi pembelajaran (instructional materials) terdiri dari

pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Admin, 2007). Mengacu pendapat tersebut, materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan lain-lain. Materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek. Materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan sesuatu. Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Adapun contoh dari materi jenis prosedur, antara lain langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop, cara menyetel televisi, dan sebagainya. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan lain-lain.

Berkaitan dengan materi ajar, Winkel (2007: 330), menyatakan bahwa materi pembelajaran dapat berupa macam-macam bahan, seperti suatu naskah,

persoalan, gambar, isi audiocassette, isi videocassette, preparat, topik

perundingan dengan para siswa, jawaban dari para siswa, dan lain-lain. Mengacu pendapat tersebut, dalam mengajarkan puisi, guru hendaknya terampil dan teliti dalam memilih teks puisi yang sesuai bagi para siswanya.


(35)

commit to user

Winkel (2007: 331-332) menyatakan bahwa pemilihan bahan atau materi pembelajaran harus sesuai dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

1) relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai, yaitu dari segi isi

maupun jenis perilaku yang dituntut siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2) sesuai dalam taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa untuk menerima

dan mengolah bahan itu.

3) dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan

pengalaman hidup sehari-hari siswa.

4) membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan berpikir sendiri

maupun dengan melakukan berbagai kegiatan.

5) sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti. Misalnya, materi

pembelajaran akan lain bila guru menggunakan bentuk ceramah, dibandingkan dengan pelajaran bentuk diskusi kelompok.

6) sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran adalah kumpulan materi yang digunakan oleh guru untuk merangsang siswa agar tertarik dalam mempelajari sesuatu sehingga dapat membantu siswa dalam mempelajari kompetensi yang diajarkan serta memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

b. Ciri-ciri Materi Pembelajaran yang Baik

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru bertanggungjawab sepenuhnya mengenai materi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Materi ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pemilihan materi pembelajaran perlu mendapatkan persiapan dan pertimbangan yang cermat. Slameto menyatakan bahwa guru sebagai perancang pengajaran hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya (1995: 98). Mengacu pendapat tersebut, pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas.

Winarno Surakhmad (2009: 354-355) mengungkapkan bahwa terdapat lima komponen utama kualitas pembelajaran, yaitu: pembelajaran yang berkualitas memadukan sekurang-kurangnya peserta didik sebagai pembelajar yang berkualitas, yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, melalui program pembelajaran yang berkualitas, dengan dukungan ekosistem pembelajaran berkualitas, di dalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas. Hanya


(36)

commit to user

pembelajaran berkualitas yang mampu memberikan hasil pembelajaran berkualitas.

Salah satu komponen utama kualitas pembelajaran sebagaimana telah diungkapkan oleh Winarno Surakhmad tersebut ialah program pembelajaran berkualitas. Program pembelajaran berkualitas mencakup dua aspek utama, yaitu materi dan proses. Adapun kriteria materi pembelajaran yang baik menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 171-172) sebagai berikut:

1) relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran serta

kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik.

2) bahan ajar merupakan isi pembelajaran dan penjabaran dari standar

kompetensi serta kompetensi dasar tersebut.

3) memberikan motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh.

4) praktis.

5) bermanfaat bagi peserta didik.

6) menarik minat peserta didik.

7) mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan

kemampuan peserta didik, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas, kriteria pemilihan materi pembelajaran sangatlah beragam. Oleh karena itu, guru hendaknya berhati-hati dan teliti dalam memilih materi pembelajaran bagi siswanya dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Kriteria materi pembelajaran tak hanya sebatas yang diungkapkan di atas, tetapi ada kriteria lain dalam pemilihan materi pembelajaran, khususnya pembelajaran karya sastra.

Riris K. Toha Sarumpaet (2002: 138-139) menyatakan bahwa kriteria pemilihan materi pembelajaran sastra meliputi:

1) valid untuk mencapai tujuan pengajaran sastra.

2) bermakna dan bermanfaat jika ditinjau dari kebutuhan peserta didik

(kebutuhan pengembangan insting etis dan estetis, imajinasi, dan daya kritis).

3) menarik supaya dapat merangsang minat peserta didik.

4) berada dalam batas keterbacaan dan intelektualitas peserta didik. Artinya,

bahan tersebut dapat dipahami, ditanggapi, dan diproses peserta didik sehingga mereka merasa pengajaran sastra merupakan pengajaran yang menarik, bukan pengajaran yang berat.

5) berupa bacaan haruslah berupa karya sastra yang utuh, bukan sinopsisnya

saja, karena karya sinopsis hanya berupa problem kehidupan tanpa diboboti nilai-nilai estetis yang menjadi pokok atau inti karya sastra.


(37)

commit to user

Pemilihan materi ajar tidak hanya sebatas yang diungkapkan di atas, tetapi pemilihan materi ajar ditentukan oleh berbagai macam faktor. Faktor tersebut antara lain, kurikulum yang berlaku serta faktor lain yang dipikirkan oleh guru yang mengajar pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang di dalamnya terdapat kompetensi sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan hal tersebut, Moody dalam Maria Utami (2010: 6-8) menyebutkan tiga aspek dalam pemilihan bahan ajar, antara lain: aspek bahasa, kejiwaan, dan budaya.

1) Aspek bahasa

Bahasa merupakan alat berpikir dan berkomunikasi. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia selalu diajarkan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat tinggi. Pada hakikatnya, penguasaan bahasa setiap individu berbeda-beda, tumbuh, dan berkembang melalui tahap-tahap yang jelas. Kaitannya dengan pembelajaran apresiasi puisi, Sawali (2009) menyatakan bahwa bahasa puisi bersifat sugestif (penyaranan), asosiatif (pertalian), dan imajis (pembayangan). Dengan sifat bahasa puisi tersebut siswa dapat menemukan nilai keindahan yang terkandung di dalamnya.

Melalui puisi, siswa dapat memahami nilai yang terkandung di dalamnya yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertajam daya apresiasi sekaligus menghidupkan naluri keindahannya. Oleh karena itu, agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, guru perlu mengetahui sekaligus mengembangkan penguasaan bahasa siswanya. Guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa sehingga guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan.

2) Aspek kejiwaan

Kematangan jiwa seseorang akan sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar. Tingkat pemahaman seseorang ditentukan oleh tingkat perkembangan kejiwaan mereka sebagai manusia. Hal tersebut dikarenakan secara psikologis, selama kehidupannya manusia mengalami dan melalui tingkat-tingkat perkembangan tertentu. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan siswa menjadi faktor yang sangat penting dalam proses pemilihan materi ajar. Tahap perkembangan jiwa juga sangat


(38)

commit to user

besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi.

Sawali (2009) menyatakan bahwa ada beberapa tahap perkembangan jiwa siswa yang perlu dijadikan sebagai rujukan guru dalam menentukan bahan ajar puisi, di antaranya tahap pengkhayal (8-9 tahun), tahap romantik (10-12 tahun), tahap realistik (13-16 tahun), dan tahap generalisasi (16 tahun ke atas). Pada tahap pengkhayal (8-9 tahun), imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan. Tahap romantik (10-12 tahun), anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mulai mengarah pada realitas, meskipun pandangannya tentang dunia masih sangat sederhana. Selain itu anak juga telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, atau kejahatan. Pada tahap realistik (13-16 tahun), anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka mulai terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Sedangkan tahap generalisasi (16 tahun ke atas), anak sudah berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis sebuah fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran falsafati untuk menemukan keputusan-keputusan moral.

Dengan demikian, pemilihan bahan ajar yang dipilih oleh guru hendaknya disesuaikan dengan tahap psikologis siswa yang berada dalam satu kelas. Namun tidak semua siswa dalam satu kelas memiliki tahapan psikologis yang sama, tetapi setidaknya guru bisa memilih materi ajar yang secara psikologis memiliki daya tarik terhadap minat siswa untuk mengapresiasi puisi sehingga proses penyampaian dan penerimaan materi akan berjalan dengan baik.


(39)

commit to user

3) Aspek budaya

Aspek budaya meliputi semua faktor kehidupan manusia dan lingkungannya. Dalam sejarah perkembangan sastra, teks puisi sangat beragam nada dan suasana kulturalnya. Hal ini sangat ditentukan oleh latar belakang kehidupan dan kreativitas penyair dalam melahirkan teks-teks puisinya. Oleh karena itu, guru perlu mempertimbangkan latar belakang budaya siswa dalam memilih teks puisi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengaburan tafsir teks puisi dan penggambaran suasana teks di luar batas jangkauan imajinasi siswa.

Pemilihan teks puisi yang akrab dengan siswa hendaknya diperhatikan oleh guru, misalnya sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di lingkungan siswa dan fenomena yang terjadi di tanah air. Dengan demikian siswa mudah menerima dan memahami puisi-puisi yang diajarkan serta akan menarik minat siswa dalam mempelajari karya sastra. Selain itu siswa tidak akan terjebak dalam kemonotonan yang membosankan yang dapat menyebabkan pembelajaran apresiasi puisi tidak terlaksana dengan baik.

4. Pembelajaran Apresiasi Puisi di SMP

Pembelajaran sastra terdiri atas pengajaran puisi, prosa fiksi, dan drama (Herman J. Waluyo, 2009: 3). Namun pembelajaran sastra di sekolah-sekolah selama ini kurang mendapat perhatian. Rahmanto (1988: 44) berpendapat bahwa pengajaran puisi masih menemui banyak kesulitan, tidak jarang para guru sastra

sendiri cenderung menghindarinya karena mereka kesulitan untuk

mengajarkannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, pemerhati sastra dan pakar sastra secara umum menyatakan kekurangpuasan dengan pelaksanaan pengajaran sastra yang masih ditujukan untuk lebih banyak melatih keterampilan berbahasa.

Andayani mengungkapkan bahwa apresiasi sastra dalam banyak fenomena pembelajaran saat ini lebih banyak disajikan dengan mengutamakan aspek ingatan serta berorientasi pada hafalan murid sebagai hasil belajar (2008: 6). Pembelajaran dilaksanakan lebih pada pengenalan pengarang terdahulu tanpa memperhatikan


(40)

commit to user

tujuan pembelajaran sastra yang sebenarnya. Akibatnya siswa hanya mengenal para pengarang terdahulu saja dan mengalami kejenuhan.

Hasanuddin W.S dalam Herman J. Waluyo yang mengungkapkan bahwa pembelajaran sastra hendaknya diberi keleluasaan untuk memperkenalkan karya sastra secara utuh dan holistik (2009: 3). Pendapat tersebut sejalan dengan H.L.B. Moody (dalam Andayani, 2008:14) yang menjelaskan bahwa apresiasi sastra yang diajarkan di sekolah hakikatnya memiliki manfaat untuk membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan daya cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak. Mengacu pendapat tersebut, pembelajaran sastra, khususnya apresiasi puisi seharusnya dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, antara lain: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 2000: 16-25).

Menurut Yant Mujiyanto, hakikat pengajaran sastra adalah apresiasi sastra (2008: 11). Apresiasi sastra adalah suatu aktivitas dengan karya sastra secara sungguh-sungguh sampai tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Andayani, 2008:1). Mengacu pendapat tersebut, pembelajaran apresiasi sastra tidak hanya terbatas pada pendalaman teori-teori sastra dan sejarah sastra, tetapi lebih pada penghayatan nilai-nilai estetis, penghayatan dunia rasa dan imajinasi sehingga dapat merangsang anak untuk kreatif mampu menciptakan bentuk-bentuk sastra.

Herman J. Waluyo dalam Andayani (2008:3) mengungkapkan bahwa kegiatan apresiasi karya sastra, khususnya puisi memiliki empat tingkatan apresiasi, yaitu tingkat menggemari, tingkat menikmati, tingkat mereaksi, dan tingkat produktif. Mengacu pendapat tersebut, pada tingkat menggemari, seseorang akan merasa senang jika membaca atau mendengarkan karya sastra, khususnya puisi. Pembaca akan merasa sedih ataupun bahagia dalam membaca puisi yang telah memasuki pada tingkat menikmati. Kemudian pada tingkat mereaksi, pembaca memiliki sikap kritis terhadap puisi yang dibaca dan telah


(41)

commit to user

mampu menilai baik-buruknya puisi. Sedangkan pada tingkat memproduksi, seseorang mampu untuk membuat puisi.

Kegiatan apresiasi puisi juga dapat berbentuk tanggapan atau pemahaman yang mendalam terhadap puisi. Tanggapan ini berkenaan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi. Mengapresiasi puisi berarti menanggapi puisi dengan penuh perasaan. Melalui pembelajaran apresiasi puisi itulah kita dapat mengantarkan pada tujuan akhir dan esensi pembelajaran sastra yang mengharapkan terbinanya sikap apresiatif para siswa, dimilikinya sikap batin yang positif terhadap karya sastra, dimilikinya kemampuan memahami makna, dan merasakan keindahan cipta sastra yang mereka baca.

Kelly (2005) menyatakan ‘‘You have to know about poetry to be a good

member of society’’. Belajar mengenai puisi dapat membuat seseorang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik. Mengacu pendapat tersebut, dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa diharapkan dapat memahami maksud yang terkandung dalam puisi yang diajarkan serta merenungi hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan demikian, melalui puisilah berbagai hal positif dapat dipetik dan diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik.

Ibnu Wahyudi (1990: 134) menyatakan bahwa dalam pembelajaran apresiasi puisi hendaknya materi yang digunakan berhubungan erat dengan sekurang-kurangnya empat hubungan kemanusiaan dasar: manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan alam, dan manusia dengan sisi dalam diri manusia sendiri.

Selain hal di atas, materi yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya menyajikan puisi-puisi pilihan yang benar-benar memiliki nilai keindahan yang tinggi. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk menyajikan materi apresiasi puisi yang berisi kebaikan moral serta memerlukan strategi pentahapan para siswa dan penghayatan yang menghendaki analisis, perenungan, dan kepekaan rasa agar dapat sampai pada pesan. Selain itu, anak didik akan mempunyai minat untuk berkarya dalam menciptakan karya sastra, khususnya puisi.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran sastra, khususnya apresiasi puisi seorang guru hendaknya


(42)

commit to user

mengetahui hal-hal yang harus diberikan kepada siswanya. Kunandar mengungkapkan bahwa seorang guru hendaknya dapat dengan tahu batas-batas materi yang harus disajikan dalam kegiatan belajar mengajar, baik keluasan materi, konsep, maupun tingkat kesulitannya sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum (2009: 60).

Berikut ini beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada di SMP sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan, serta yang menyangkut berbagai kemampuan, baik mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan sastra, khususnya puisi.

1) Standar kompetensi dan kompetensi dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)

untuk kelas VII semester 2 (berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan).

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk kelas VII semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

13. Memahami pembacaan

puisi

13.1 Menanggapi cara pembacaan puisi 13.2 Merefleksi isi puisi yang dibacakan

Membaca

15. Memahami wacana sastra

melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak

15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi

Menulis

16. Mengungkapkan keindahan

alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi

16.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam

16.2 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami


(43)

commit to user

2) Standar kompetensi dan kompetensi dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)

untuk kelas VIII semester 2 (berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan).

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk kelas VIII semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menulis

15. Mengungkapkan pikiran,

dan perasaan dalam puisi bebas

16.1 Menulis puisi bebas dengan

menggunakan pilihan kata yang sesuai 16.2 Menulis puisi bebas dengan

memperhatikan unsur persajakan

3) Standar kompetensi dan kompetensi dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)

untuk kelas IX semester 1 (berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan). Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk kelas IX semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Berbicara

6. Mengungkapkan kembali cerpen dan puisi dalam bentuk yang lain

6.2 Menyanyikan puisi yang sudah

dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana/irama yang dibangun

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Desy Ratna Intani (2008: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret)

yang berjudul Puisi-puisi Nikah Ilalang Karya Dorothea Rosa Herliany (Sebuah

Tinjauan Struktural dan Nilai Didik). Penelitian ini mendeskripsikan keterjalinan

antarunsur struktur puisi yang membangun puisi Nikah Ilalang karya Dorothea

Rosa Herliany dan nilai didiknya yang terdapat di dalamnya. Struktur puisi itu dibagi menjadi empat kategori besar, yaitu tema, perasaan (feeling), nada dan


(44)

commit to user

suasana. Nilai didiknya juga dibagi menjadi empat kategori, yaitu nilai pendidikan etika, nilai pendidikan estetika, nilai pendidikan religi, dan nilai pendidikan sosial. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur dalam puisi. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Desy Ratna Intani menyajikan nilai didik pada puisi yang dikaji serta hanya membatasi struktur puisi yang dikaji pada struktur batinnya. Sedangkan dalam penelitian ini difokuskan pada analisis struktur fisik dan struktur batin dalam puisi.

Penelitian relevan yang kedua, yaitu penelitian oleh Khoirudin Mardyan Pamungkas (2010: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret) yang berjudul Kumpulan Puisi Siti Atmamiah dalam Buku Angin pun

Berbisik (Tinjauan Struktural dan Relevansinya sebagai Alternatif Materi Ajar Bahasa Indonesia di SMA).Penelitian itu mendeskripsikan keterjalinan antarunsur struktur puisi yang membangun puisi Siti Atmamiah saling terkait satu dengan yang lain. Unsur-unsur ini saling membangun. Struktur puisi itu dibagi menjadi enam kategori besar, yaitu diksi, imaji, bahasa figuratif, ritme, dan rima.

Kumpulan puisi Siti Atmamiah dalam buku Angin pun Berbisik dapat digunakan

sebagai alternatif materi ajar SMA sesuai standar kompetensi yang ada.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur dalam puisi dan kesesuaiannya sebagai materi pembelajaran. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Khoirudin Mardyan Pamungkas mengetahui puisi yang dikaji sebagai alternatif materi ajar Bahasa Indonesia di SMA. Sedangkan dalam penelitian ini mengetahui puisi yang dikaji sebagai alternatif materi pembelajaran di SMP dan hanya difokuskan pada pembelajaran apresiasi puisi.

Penelitian relevan yang ketiga, yaitu penelitian oleh Poetri Mardiana Sasti

(2010), yang berjudul Analisis Struktur Puisi Anak. Penelitian itu

mendeskripsikan struktur puisi anak terdiri atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan batin. Puisi-puisi yang dianalisis adalah puisi-puisi anak yang masuk nominasi lima besar pada sayembara Penulisan Puisi Siswa Sekolah Dasar Se- Kota Semarang yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Semarang pada tahun


(45)

commit to user

2008. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) puisi anak tidak terlalu memerhatikan bentuk tipografi, 2) tema yang ada pada umumnya menceritakan tentang keadaan lingkungan hidup, 3) diksi dalam puisi anak sangat sederhana dan mudah dipahami, 4) citraan yang banyak ditemukan pada puisi anak ialah citraan penglihatan, pendengaran, dan gerak, dan 5) bahasa kiasan yang banyak digunakan pada puisi anak yang menjadi objek kajian penelitian ini ialah personifikasi.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur dalam puisi anak. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Poetri Mardiana Sasti hanya sebatas menganalisis strukturnya saja. Sedangkan dalam penelitian menganalisis struktur dan mengetahui puisi yang dikaji sebagai alternatif materi pembelajaran di SMP yang hanya difokuskan pada pembelajaran apresiasi puisi. Selain itu, puisi yang dikaji dalam penelitian ini

adalah puisi-puisi dalam kumpulan puisi yang berjudul Aku Ini Puisi Cinta karya

Abdurahman Faiz.

Penelitian relevan yang keempat, yaitu penelitian oleh Herson Kadir

(2010), yang berjudul Analisis Struktur Puisi Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini

Karya Taufik Ismail. Penelitian itu mendeskripsikan struktur puisi Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini terdiri atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan batin. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) struktur fisik puisi Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini meliputi: diksi, imaji, kata konkret, dan bahasa figuratif, 2) struktur batin puisi Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini meliputi: tema, rasa, nada, dan amanat.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur dalam puisi. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Poetri Mardiana Sasti hanya sebatas menganalisis strukturnya saja. Sedangkan dalam penelitian ini mengetahui puisi yang dikaji sebagai alternatif materi pembelajaran di SMP dan hanya difokuskan pada pembelajaran apresiasi puisi.

Penelitian relevan selanjutnya, yaitu penelitian oleh Muhammad Subhan

(2009), yang berjudul Analisis Struktur Novel Durdjana Tama. Penelitian itu


(46)

commit to user

tokoh, alur, dan tema. Adapun tema Novel Durdjana Tama adalah tentang mistik berupa wangsit malam Selasa kliwon.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Subhan menganalisis struktur novel. Sedangkan dalam penelitian ini menganalisis struktur puisi dan mengetahui puisi yang dikaji sebagai alternatif materi pembelajaran di SMP dan hanya difokuskan pada pembelajaran apresiasi puisi.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran sastra, khususnya apresiasi puisi di sekolah-sekolah selama ini kurang mendapat perhatian. Dalam pemilihan bahan ajar, masih banyak guru yang kurang memperhatikan kesesuaian antara bahan ajar dengan tingkat perkembangan peserta didiknya. Hal tersebut dapat mengakibatkan kejenuhan dan kebosanan para siswa dalam mengikuti pembelajaran apresiasi puisi. Pemilihan puisi sebagai materi ajar hendaknya diklasifikasikan tingkat kesukarannya sesuai dengan aspek-aspek tertentu. Adapun aspek penting dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu harus memperhatikan aspek bahasa, kejiwaan atau psikologi siswa, dan latar budaya. Sedangkan kriteria pemilihan puisi untuk siswa SMP dapat dilihat dari struktur fisik dan struktur batin puisi.

Puisi tidak hanya dianalisis terbatas pada unsur-unsur formal suatu puisi secara terpisah-pisah. Menganalisis puisi merupakan kegiatan mengambil atau menemukan arti bias maupun arti tambahan yang dikandung puisi tersebut. Kegiatan analisis juga berusaha untuk melihat struktur atau unsur-unsur yang terdapat dalam puisi. Penelitian ini mengkaji tentang struktural puisi-puisi karya

Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta, yaitu struktur fisik

dan struktur batin. Hasil penelitian kemudian akan digunakan sebagai alternatif materi pembelajaran apresiasi puisi jenjang SMP. Lebih jelasnya mengenai alur berpikir tersebut dapat dilihat dalam bagan kerangka berpikir di bawah ini.


(47)

commit to user

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz

Kesesuaian Puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam Kumpulan Puisi

Aku Ini Puisi Cinta sebagai Materi Pembelajaran

Apresiasi Puisi pada Jenjang SMP Analisis Struktur Fisik Puisi

Karya Abdurahman Faiz dalam Kumpulan Puisi

Aku Ini Puisi Cinta

Analisis Struktur Batin Puisi Karya Abdurahman Faiz

dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta

Ciri-ciri Materi

Pembelajaran Apresiasi Puisi yang Baik, antara lain: Materi Berupa Karya Sastra

yang Utuh (bukan sinopsisnya), Memperhatikan Aspek Bahasa, Kejiwaan, dan

Budaya


(48)

(49)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan kajian pustaka, sehingga penelitian ini tidak terikat oleh tempat, waktu, dan suatu lembaga tertentu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Juni 2011.

Tabel 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan

No. Jenis Kegiatan Jan Feb Mrt Aprl Mei Jun

1. Persiapan mengajukan

judul, pengajuan dan revisi proposal, pengurusan izin proposal

√ √

2. Pengumpulan data, reduksi

data, display data

√ √ √

3. Pengajuan dan revisi bab I,

bab II, dan bab III

√ √

4. Pengajuan revisi bab IV dan

bab V

√ √

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari berbagai informan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis struktural. Peneliti mencatat dan

meneliti kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz serta

melakukan wawancara dengan informan yang mendukung data struktur dalam analisis struktural, seperti sastrawan serta data-data dari buku ataupun data-data dari internet. Selain itu, data juga diperoleh dari wawancara beberapa guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia serta beberapa siswa jenjang SMP. Berdasarkan hal tersebut akan didapatkan hasil yang mampu memberikan suatu


(50)

commit to user

simpulan tentang struktur dari puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku

Ini Puisi Cinta serta kesesuaian puisi-puisinya sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi jenjang SMP.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen dan informan.

1. Dokumen

Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah

kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz yang diterbitkan

oleh Dar Mizan Bandung tahun 2005.

2. Informan

Informan dalam penelitian ini, yaitu sastrawan Kusprihyanto Namma dan MH. Iskan. Kedua informan tersebut nantinya dapat mendukung data struktur dalam pendekatan analisis struktur puisi. Informan lain, yaitu beberapa guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang SMP, di antaranya Ani Rimawati, M. Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 3 Ngawi, Yuniarti Pratiwi, S. Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Muhammadyah 5 Ngawi, serta beberapa siswa jenjang SMP, antara lain: Cristine Mila Wati selaku siswa kelas VII SMP Negeri 27 Surakarta, Hilmi Robbihamdani selaku siswa kelas VIII SMP Muhammadyah 5 Ngawi, dan Dyas Putri selaku siswa kelas IX SMP Negeri 14 Surakarta. Hal tersebut nantinya digunakan untuk mengetahui kesesuaian puisi-puisi Abdurahman

Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai materi pembelajaran

apresiasi puisi jenjang SMP.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling berkaitan dengan pemilihan dan pembatasan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini mengambil sampel dengan

menggunakan purposive sampling, yaitu mengacu pada tujuan penelitian. Patton


(51)

commit to user

pemilihan sampel yang disesuaikan dengan masalah, kebutuhan, dan kemantapan peneliti dalam memeroleh data. Oleh karena itu, sampel dan subjek yang terpaut erat dengan tujuan penelitian saja yang diambil, yaitu informan yang mendukung data struktur puisi dalam pendekatan analisis struktural seperti sastrawan, data dari buku, data dari internet, serta data wawancara beberapa guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan beberapa siswa jenjang SMP yang dapat

memperkuat kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz sebagai materi

pembelajaran apresiasi puisi serta dapat mewakili sampel secara umum dan dapat terpaut erat dengan tujuan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Mengkaji dokumen

Pengumpulan data berupa dokumen dalam penelitian ini adalah dokumen yang berupa kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta, data-data dari buku, internet, dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Pengkajian dokumen dilakukan dengan mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan penelitian, yaitu mengenai struktur fisik dan struktur batin kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz.

2. Wawancara

Sutopo (2006: 69) menyatakan bahwa wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya tidak dilakukan secara terstruktur ketat dan dengan pertanyaan tertutup, tetapi dilakukan secara tidak terstruktur. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara terbuka dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh, lengkap, dan mendalam. Wawancara dilakukan dengan sastrawan Kusprihyanto Namma dan MH. Iskan. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan beberapa guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang SMP, di


(52)

commit to user

antaranya Ani Rimawati, M. Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 3 Ngawi, Yuniarti Pratiwi, S. Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Muhammadyah 5 Ngawi, serta Cristine Mila Wati selaku siswa kelas VII SMP Negeri 27 Surakarta, Hilmi Robbihamdani selaku siswa kelas VIII SMP Muhammadyah 5 Ngawi, dan Dyas Putri selaku siswa kelas IX SMP Negeri 14 Surakarta.

F. Validitas Data

Data yang terkumpul diperiksa keabsahannya dengan trianggulasi. Sutopo (2006: 92) menyatakan bahwa trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi teori. Trianggulasi data (sumber) adalah mengecek kebenaran data dari beberapa sumber yang berbeda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti di dalam mengumpulkan data menggunakan beragam sumber data yang berbeda. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan beberapa informan, yaitu Kusprihyanto Namma dan MH. Iskan sebagai sumber data untuk memeroleh

informasi mengenai struktur kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta. Selain itu,

peneliti juga menggunakan beragam sumber, antara lain beberapa guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang SMP, di antaranya Ani Rimawati, M. Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 3 Ngawi, Yuniarti Pratiwi, S. Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Muhammadyah 5 Ngawi, serta Cristine Mila Wati selaku siswa kelas VII SMP Negeri 27 Surakarta, Hilmi Robbihamdani selaku siswa kelas VIII SMP Muhammadyah 5 Ngawi, dan Dyas Putri selaku siswa kelas IX SMP Negeri 14 Surakarta.

Cara penggalian data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik pengumpulan data yang berbeda itu pun data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya. Sedangkan trianggulasi teori mengecek kebenaran data berdasarkan perspektif teori yang berbeda. Dari perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga dapat


(53)

commit to user

dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Adapun digunakannya trianggulasi data dan trianggulasi teori ini karena cara menggali data dari sumber yang berbeda-beda akan dapat menguji kemantapan dan kebenaran data yang diteliti serta mengingat sumber data berupa dokumen maka digunakan trianggulasi ini dan sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan.

G. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis jalinan. Proses analisis dengan tiga komponen analisisnya tersebut bila aktivitasnya terjadi saling menjalain dalam bentuk arus alur kegiatan menyusun setiap komponen analisisnya dan dilakukan secara terus menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data. Adapun alur jalinannya adalah dari pengumpulan data yang memperoleh catatan lengkap kemudian peneliti menyusun reduksi data lalu dikembangkan sajian data, dan dari sajian data tersebut peneliti berusaha menarik simpulan sementara dan diusahakan untuk diverifikasi kemantapannya dengan melakukan pengumpulan data kembali, demikian seterusnya kegiatannya berulang secara berkelanjutan dengan menyusun reduksi data, sajian data, dan menarik simpulan serta verifikasinya.

1. Reduksi Data

Reduksi data sebagai komponen pertama proses analisis, dalam bentuk penelitian terpancang bahkan sudah dilakukan sejak awal sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan, yaitu sejak penyusunan proposal penelitian (Sutopo, 2006: 118). Reduksi data dalam penelitian ini mengandung proses seleksi atau membatasi permasalahan penelitian dan juga membatasi pada pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam penelitian. Selanjutnya peneliti mengumpulkan data dengan mencatat semua data yang telah diperoleh mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi-puisi

Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta berdasarkan


(54)

commit to user

Peneliti juga mencatat semua data yang diperoleh dari hasil wawancara guru Bahasa dan Sastra Indonesia, serta para siswa jenjang SMP. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi jenjang SMP. Dengan demikian hasil tersebut akan direduksi menjadi inti temuan dengan rumusan pendek. Kemudian proses tersebut dilanjutkan pada waktu pengumpulan data dan secara erat saling menjalin dengan sajian data serta penarikan simpulan.

2. Penyajian Data

Dalam penyajian data, peneliti menyusun informasi atau data secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami dan dianalisis. Sajian data mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab pertanyaan yang ada dengan bahasa kalimat peneliti. Kemudian peneliti menarik simpulan awal meskipun baru berupa unit kecil dan bersifat sementara.

3. Penyimpulan Data

Peneliti mengumpulkan segenap data yang berkaitan dengan kumpulan

puisi Aku Ini Puisi Cinta kemudian penyimpulan data dilaksanakan

berdasarkan simpulan sementara tersebut. Selanjutnya peneliti semakin memantapkan kebenaran informasi (penarikan simpulan dan verifikasi) dari data tersebut.

Proses analisis dengan tiga komponen analisisnya tersebut saling menjalin dan dilakukan terus menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data. Berikut gambar model analisis jalinan.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user