KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS : Studi Kuasieksperimen terhadap Siswa Kelas X MIIA di SMA Alfa Centauri Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

(1)

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS TEKS EKSPOSISI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

(Studi Kuasieksperimen terhadap Siswa Kelas X MIIA di SMA Alfa Centauri Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

TESIS

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Frilia Shantika Regina

NIM 1302821

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Keefektifan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) untuk

Meningkatkan Kemampuan

Menulis Teks Eksposisi dan

Kemampuan Berpikir Kritis

Oleh

Frilia Shantika Regina S.Pd. UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Frilia Shantika Regina 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

FriliaShantika Regina NIM 1302821

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Eksposisi dan Kemampuan

Berpikir Kritis”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang diusung pemerintah dalam Kurikulum 2013 dalam pembelajaran menulis teks eksposisi.

Rumusan masalah pada penelitian ini berjumlah empat, sebagai berikut. (1) Bagaimanakah profil kemampuan menulis teks eksposisi di kelas X MIIA SMA Alfa Centauri? (2) Bagaimanakah profil kemampuan berpikir kritis di kelas X MIIA SMA Alfa Centauri? (3) Bagaimanakah implementasi pembelajaran menulis teks eksposisi dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)? (4) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritisdi kelas eksperimen dan kelas kontrol di kelas X MIIA SMA Alfa Centauri?

Penelitian ini bertujuan untuk mengujicobakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) guna meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis sehingga model pembelajaran berbasis masalah (PBM) menjadi salah satu alternatif pembelajaran menulis teks eksposisi. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuasieksperimen. Desain pada penelitian ini adalah quasi experimental design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X jurusan MIIA di SMA Alfa Centauri. Sampel pada penelitian ini adalah dua kelas atas yaitu kelas X MIIA 7 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIIA 8 sebagai kelas kontrol.

Struktur dan kaidah teks eksposisi yang dinilai dalam penelitian ini mencakup enam aspek, yaitu judul; struktur teks; struktur gagasan, kaidah kebahasaan, argumentasi, dan simpulan. Berdasarkan hasil pengujian statistik, diperoleh data hasil perhitungan Sig uji-t’ kemampuan menulis teks eksposisi sebesar 0,00. Siguji-t kemampuanberpikirkritissebesar 0,027. Taraf signifikansi pada penelitian ini adalah 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil hipotesis Ho ditolak atau hipotesis Ha diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks ekposisi dan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelas control dengan model pembelajaran terlangsung di kelas X SMA Alfa Centauri.


(4)

EFFECTIVENESS PROBLEMS-BASED LEARNING (PBM) FOR IMPROVED ABILITY TO WRITE TEXT EXPOSITION

AND CRITICAL THINKING SKILLS

FriliaShantika Regina NIM 1302821

ABSTRACT

This study entitled "Effectiveness of Problem Based Learning Model (PBM) to Improve Writing Ability Text Exposition and Critical Thinking Skills". This study was conducted to determine the effectiveness of problem-based learning model (PBM), which carried the government in 2013 in the learning curriculum writing text exposition.

Formulation of the problem in this study amounted to four, as follows. (1) What is the profile the ability to write text exposition in class X MIIA SMA Alfa Centauri? (2) What is the profile of critical thinking skills in class X MIIA SMA Alfa Centauri? (3) How is the implementation of learning to write text exposition with problem based learning model (PBM) in class X MIIA SMA Alfa Centauri? (4) What is the result of the ability to write text exposition and critical thinking skills of learners by using problem-based learning model (PBM) in the experimental class and the results of the ability to write text exposition and critical thinking of students by using a model terlangsung of learning in class X MIIA SMA Alfa Centauri?

This study aims to pilot problem-based learning model (PBM) in order to improve the ability to write text exposition and critical thinking skills so that problem-based learning model (PBM) into an alternative learning writing text exposition. The method used in this research is a quasi experimental research methods. Design of this study is quasi-experimental design. The study population was all students of class X MIIA department in Alpha Centauri High School. Samples are two top class is class X MIIA 7 as an experimental class and the class X MIIA 8 as the control class.

Structures and rules of text exposition assessed in this study include six aspects, namely the title; text structure; structure ideas, linguistic rules, arguments, and conclusions. Based on the results of statistical testing, data obtained calculation results of t-test Sig 'ability to write text exposition of 0.00. Hell t-test critical thinking skills of 0,027. Level of significance in this study was 0.05 (95% confidence level). Based on the calculation results obtained hypothesis Ha, Ho is rejected or accepted hypothesis, that there is a significant difference between the ability to write text exposition and critical thinking skills in class experiments using problem-based learning model (PBM) and the control class learning model terlangsung in class X SMA Alfa Centauri.


(5)

DAFTAR ISI

Abstrak ……….. i

Kata Pengantar ……….. iii

Ucapan Terima Kasih ………... iv

Daftar Isi ………... vi

Daftar Bagan ………. ix

Daftar Tabel ……….. x

Daftar Lampiran ……… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ………... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ……… 6

C. Tujuan Penelitian ……….. 6

D. Manfaat Penelitian ……… 7

E. Struktur Organisasi……… 8

BAB II MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM), KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI, DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ……… 10

1. Pengertian/Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ………… 10

2. Proses Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) . 12 3. Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ……… 14

4. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ………. 15

5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 17

B. Keterampilan Menulis ………... 20

1. Pengertian/Definisi Menulis ………. 20

2. Tujuan Menulis ……….. 21

3. Manfaat Menulis ……… 22


(6)

C. Teks Eksposisi ………... 26

1. Pengertian/Definisi Teks Eksposisi ……….. 26

2. Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Eksposisi ……… 26

3. Contoh Teks Eksposisi ……….. 29

D. Kemampuan Berpikir Kritis ……….. 31

1. Pengertian/Definisi Berpikir Kritis ……… 31

2. Langkah-langkah dalam Berpikir Kritis ……… 33

3. Standar Berpikir Kritis ……….. 34

4. Manfaat Berpikir Kritis ………. 37

5. Argumentasi ……….. 38

6. Penalaran ………... 39

7. Sikap Kritis ……… 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………... 45

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 46

C. Definisi Operasional ……….. 47

D. Hipotesis ……… 49

E. Instrumen Penelitian ……….. 49

F. Prosedur Penelitian ……… 58

G. Analisis Data Penelitian ……… 60

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan 66 1. Profil Kemampuan Menulis Teks Eksposisi di Kelas X SMA Alfa Centauri Bandung ………. 66

2. Profil Kemampuan Berpikir Kritis di Kelas X SMA Alfa Centauri Bandung .. 67

3. Implementasi Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) di Kelas X SMA Alfa Centauri…….. 68

a. Data Hasil Menulis Teks Eksposisi ……….. 68


(7)

2) Hasil Prates Menulis Teks Eksposisi di Kelas Kontrol ……… 76

3) Hasil Pascates Menulis Teks Eksposisi di Kelas Eksperimen ……….. 82

4) Hasil Pascates Menulis Teks Eksposisi di Kelas Kontrol ………. 89

b. Data Hasil Berpikir Kritis ………. 95

1) Hasil Prates Berpikir Kritis di Kelas Eksperimen ……… 95

2) Hasil Prates Berpikir Kritis di Kelas Kontrol ………... 98

3) Hasil Pascates Berpikir Kritis di Kelas Eksperimen ………. 99

4) Hasil Pascates Berpikir Kritis di Kelas Kontrol ………... 102

4. Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Eksposisi dan Berpikir Kritis …… 104

a. Uji Prasyarat Analisis Data Pascates ……… 105

1) Uji Normalitas Data Pascates Kemampuan Menulis Teks Eksposisi ……... 109

2) Uji Normalitas Data Pascates Kemampuan Berpikir Kritis ……….. 111

b. Uji Gain ………. 113

1) Uji Gain kemampuan Menulis Teks Eksposisi ………. 113

2) Uji Gain Kemampuan Berpikir Kritis ………... 116

c. Uji Hipotesis ………. 119

B. Pembahasan ………... 121

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 1. Simpulan ……… 124

2. Implikasi ……… 126

3. Rekomendasi ………. 126

DAFTAR PUSTAKA ……… 128


(8)

DAFTAR BAGAN

3.1Prosedur Penelitian Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Eksposisi dan


(9)

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Menulis Teks Eksposisi ……….. 57

3.2 Tabel Kisi-kisi Observasi Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ………... 63

3.3 Tabel Kategori Skala Nilai Observasi Proses Pembelajaran ………... 64

3.4 Tabel Kisi-kisi Daftar Tanyaan Siswa ….………... 64

4.1 Tabel Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Prates dan Pascates di Kelas Eksperimen Berdasarkan Tiga Penimbang ………. 105

4.2 Tabel Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Prates dan Pascates di Kelas Kontrol Berdasarkan Tiga Penimbang ………... 106

4.3 Tabel Kemampuan Berpikir Kritis Prates dan Pascates di Kelas Eksperimen Berdasarkan Tiga Penimbang ………. 107

4.4 Tabel Kemampuan Berpikir Kritis Prates dan Pascates di Kelas Kontrol Berdasarkan Tiga Penimbang ………... 108

4.5 Tabel Uji Normalitas Pascates Kemampuan Menulis Teks Eksposisi …... 109

4.6 Tabel Uji Homogenitas Kemampuan Menulis Teks Eksposisi ………….. 110

4.7 Tabel Uji-t’ Pascates Kemampuan Menulis Teks Eksposisi ……….. 110

4.8 Tabel Uji Normalitas Pascates Kemampuan Berpikir Kritis………... 111

4.9 Tabel Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis ………. 112

4.10 Tabel Uji-t Pascates Kemampuan Berpikir Kritis ………... 112

4.11 Tabel Uji Gain Kemampuan Menulis Teks Eksposisi di Kelas Eksperimen ……….. 113

4.12 Tabel Uji Gain Kemampuan Menulis Teks Eksposisi di Kelas Kontrol … 114 4.13 Tabel Uji Gain Kemampuan Berpikir Kritis di Kelas Eksperimen ………. 116

4.14 Tabel Uji Gain Kemampuan Berpikir Kritis di Kelas Kontrol …………... 117


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana UPI tentang Pengangkatan

Pembimbing Penulisan Tesis ……… 131

2. Surat Permohonan Izin melakukan Penelitian ………. 133

3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ………... 134

4. Pernyataan Verifikasi Instrumen Penelitian ……… 135

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………... 146

6. Lembar Observasi ……… 170

7. Lembar Angket/Daftar Tanyaan ……….. 177

8. Penilaian Antarpenimbang ……….. 180

9. Hitungan Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji-t menggunakan Aplikasi SPSS 19 ………... 204

10.Hasil Teks Eksposisi Peserta Didik di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……….. 207


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan ketetapan yang diatur dalam Kurikulum 2013, salah satu kompetensi yang harus dikuasai peserta didik kelas X SMA adalah menulis teks eksposisi (Permendikbud No. 69 Tahun 2013). Ketetapan kompetensi ini juga tercantum dalam kurikulum sebelumnya, yaitu KTSP. Pentingnya peserta didik menguasai teks eksposisi berkenaan dengan adanya hak kebebasan dalam berpendapat. Melalui teks eksposisi, peserta didik diharapkan terampil melakukan kegiatan berpendapat yakni membahas dan mengajukan pendapat dalam bahasa lisan dan tulis secara baik dan benar (Maryanto, dkk., 2013, hlm. 77).

Keterampilan menulis salah satu keterampilan yang tidak dikuasai oleh setiap orang, apalagi menulis dalam konteks akademik, seperti menulis esai, karya ilmiah, laporan penelitian, dan sebagainya (Zainurrahman, 2013, hlm. 2). Hal ini sejalan hal tersebut Effendy (2012) mengungkapkan bahwa

menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menangkap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.

Dengan kata lain, keterampilan menulis merupakan keterampilan seumur hidup. Dikatakan sebagai keterampilan seumur hidup karena semenjak seseorang mulai dapat memahami kata dalam bentuk ragam lisan, kata tersebut akan diproduksi kembali melalui lisan maupun tulisan. Semakin bertambahnya kosa kata seseorang maka semakin kompleks apa yang akan diproduksinya. Pada jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, menulis merupakan suatu hal yang lazim dilakukan, tetapi tidak semua peserta didik mengetahui bentuk penulisan yang baik sesuai dengan struktur dan kaidah yang berlaku.


(12)

Kemampuan menulis teks eksposisi pada peserta didik merupakan salah satu aspek yang mendukung kemahiran peserta didik dalam berbahasa. Kemampuan menulis teks eksposisi menjadi sebuah wadah bagi peserta didik untuk mengapresiasikan diri dalam ragam tulisan. Hal ini berkaitan dengan pengolahan informasi dan pengetahuan bahasa yang dimiliki peserta didik.

Menulis teks eksposisi merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan menyampaikan argumen didukung oleh fakta merupakan salah satu kemampuan pengolahan bahasa serta cara berpikir peserta didik dalam mengemukakan sesuatu. Dengan demikian, menulis teks eksposisi merupakan sebuah cara untuk mengetahui pola berpikir serta pengolahan bahasa dalam mengemukakan argumen.

Keterampilan berpikir kritis dan literasi sudah menjadi keterampilan lanjutan (Zainurrahman, 2013, hlm. 2). Keterampilan berpikir kritis menjadi bagian dari keterampilan berbahasa karena empat kemampuan berbahasa (menulis, berbicara, menyimak, membaca) memerlukan pemikiran yang kritis agar informasi yang diperoleh ataupun yang informasi diproduksi mumpuni dan berdasar. Kemampuan berpikir kritis pun akhirnya perlu mendapatkan perhatian sebagai penunjang dalam keterampilan berbahasa khususnya menulis.

Berpikir kritis pada hakikatnya berkaitan erat dengan bagaimana informasi dapat diperoleh dan dianalisis sehingga dapat menjadi sebuah pemikiran yang dijadikan argumen pada penulisan teks eksposisi. Kemampuan membaca ataupun menyimak merupakan wadah untuk menampung berbagai macam informasi yang akhirnya dapat direalisasikan dalam bentuk kemampuan menulis teks eksposisi disertai argumen yang berasal dari pemikiran yang kritis. Kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu indikator keberhasilan pembelajaran peserta didik di sekolah karena membentuk peserta didik yang mandiri dan peka terhadap fenomena yang ada di sekitar mereka.

Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan menulis teks eksposisi merupakan satu kesatuan. Cara peserta didik dalam merespons suatu informasi dapat ditanggapi dengan bijak dan lebih positif apabila peserta didik mampu berpikir secara kritis. Penyampaian argumen dari hasil berpikir krisis dapat diimplementasikan dalam menulis teks eksposisi. Guru atau seseorang dapat


(13)

3

mengetahui pola berpikir seseorang dengan mengidentifikasi argumen-argumen yang diberikan.

Berpikir kritis merupakan cara seseorang untuk mengolah semua informasi yang diperolehnya dan dapat memilah mana informasi yang bermanfaat ataupun yang sekadar menjadi sebuah pengetahuan. Berpikir kritis merupakan suatu proses manusia untuk memperoleh sebuah jawaban yang akhirnya akan diimplementasikan pada sebuah tindakan. Cara memperoleh berpikir kritis ini harus dimiliki oleh setiap peserta didik sehingga peserta didik mampu memilah informasi dan merefleksikannya menjadi sikap yang positif.

Kurikulum 2013 menyajikan pengalaman menulis teks eksposisi yang berbeda dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Teks eksposisi pada Kurikulum 2013 ditekankan pada bagaimana peserta didik dapat memberikan argumen yang didukung oleh fakta-fakta sesuai dengan apa yang peserta didik ketahui dan memperoleh informasi tambahan dari berbagai sumber yang tersedia. Teks eksposisi menjadi wadah peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara lebih luas, terbuka, dan bebas.

Selain bentuk materi yang berbeda, dalam Kurikulum 2013, pemerintah memberikan tiga model pembelajaran yang dapat mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Salah satu model pembelajaran yang diusung pemerintah adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) sebenarnya bukan model baru di dunia pendidikan, melainkan pendekatan saintifik dan khususnya pembelajaran berbasis teks pada bidang studi bahasa Indonesia, model ini kembali muncul sebagai alat menyampaikan materi pembelajaran.

Tan (dalam Rusman, 2012, hlm. 229) menyebutkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir peserta didik betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematissehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) jelas berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis yang harus dimiliki oleh peserta didik. Hal ini berkenaan dengan guru harus memilih bahan pelajaran yang


(14)

memiliki permasalahan yang dapat diselesaikan peserta didik secara terbuka, demokratis, rasional, dan logis (Suyadi, 2013, hlm. 137). Berpikir logis tentunya diperoleh dari kegiatan berpikir kritis yang dilakukan oleh peserta didik.

Peserta didik akan lebih antusias mengemukakan argumennya jika isu-isu yang dikemukakan menarik dan sesuai dengan keseharian. Menarik dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana seorang guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. Seorang guru harus menyajikan pembelajaran menulis teks eksposisi dengan metode yang tepat agar pembelajaran tersebut dapat merangsang peserta didik untuk mengeluarkan argumen yang sesuai. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba model pembelajaran berbasis masalah (PBM).Penggunaan metode inisebagai salah satu solusi agar peserta didik mampu memaparkan argumen yang dimilikinya secara tulisan dalam bentuk teks eksposisi.

Salah satu variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Penelitian mengenai model pembelajaran berbasis masalah (PBM) pernah diteliti sebelumnya oleh Permana (2010) dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Sosial (Social Problem Based Learning Methods) dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kepekaan Sosial Siswa Sekolah Dasar”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan kepekaan sosial khususnya di pelajaran IPS.

Selain itu, penelitian yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah(PBM) juga pernah diteliti oleh Urman (2010) dengan judul

“Pembelajaran Berbasis Masalah Terstruktur untuk Meningkatkan Kemampuan

Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Hasil penelitian

tersebut menyebutkan bahwa penalaran dalam mata pelajaran matematika sangat penting dimiliki oleh peserta didik. Dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) ini terbukti bahwa kemampuan penalaran lebih baik dan responspeserta didik terhadap pelajaran matematika berdampak positif.

Kedua penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) menyebutkan bahwa model ini meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPS pada tingkat SD dan


(15)

5

kemampuan penalaran pada mata pelajaran matematika pada tingkat SMP. Hal ini memberikan gambaran bahwa model pembelajaran berbasis masalah (PBM)dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu berupa kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis pada tingkat SMA.

Penelitian yang berkaitan dengan menulis teks eksposisi pernah diteliti sebelumnya oleh Fuadin (2014) dengan judul “Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi melalui Model Induktif Kata Bergambar Berorientasi Wawasan

Kebudayaan Nusantara”. Hasil dari penelitian ini terdapat tiga hasil penting: pertama, selama ini pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan dokumen perencanaan yang telah disusun. Kedua, implementasi penerapan pembelajaran model induktif kata bergambar berorientasi wawasan kebudayaan nusantara dinilai mampu mengoptimalkan pembelajaran menulis teks eksposisi. Ini terbukti dari penilaian hasil observer yang dikategorikan baik dan sangat baik untuk kegiatan peserta didik dan guru serta penggunaan medianya. Ketiga, berdasarkan perhitungan statistik diproleh simpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis teks eksposisi di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ini terbukti dari hasil thitung> ttabel, yakni 3,891 > 1,68. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa model induktif kata bergambar berorientasi wawasan kebudayaan nusantara efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan. Penelitian ini memiliki variabel yang sama berupa model pembelajaran berbasis masalah (PBM) sebagai variabel bebas dan kemampuan menulis teks eksposisi serta kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat. Pada penelitian ini kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis menjadi variabel terikat yang diukur. Proses pembelajaran menulis teks eksposisi tersebut dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Berpikir kritis yang dimiliki peserta didik akan diasah melalui penggunaan metode yang memancing peserta didik untuk peka terhadap fenomena yang ada dan mampu mengembangkan


(16)

kemampuan berpikir kritis serta mengaplikasikannya ke dalam bentuk teks eksposisi.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Maka, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1) Bagaimanakah profil kemampuan menulis teks eksposisidi kelas X MIIASMA Alfa Centauri?

2) Bagaimanakah profil kemampuan berpikir kritis di kelas X MIIASMA Alfa Centauri?

3) Bagaimanakah implementasi pembelajaran menulis teks eksposisi dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)di kelas X MIIASMA Alfa Centauri?

4) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen dan kelas kontrol di kelas X MIIASMA Alfa Centauri?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk kemampuan berpikir kritis dalam menulis teks eksposisi memiliki beberapa tujuan, yaitu

1) mendeskripsikan profil kemampuan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran terlangsung terhadap kemampuanmenulis teks eksposisidi kelas X MIIASMA Alfa Centauri;

2) mendeskripsikan profil kemampuan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran terlangsung terhadap kemampuan berpikir kritis di kelas X MIIASMA Alfa Centauri;


(17)

7

3) mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran menulis teks eksposisi dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM)di kelas X MIIASMA Alfa Centauri;

4) mengetahui perbedaan antara hasil kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritisdi kelas eksperimen dan kelas kontroldi kelas X MIIASMA Alfa Centauri.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini terbagi menjadi dua aspek, yaitu manfaat teoretis dan praktis.

1) Manfaat Teoretis

Manfaat dari segi teoretis yaitu mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis.Kemampuan menulis teks eksposisi merupakan salah satu kemampuan untuk memberikan peserta didik pengalaman menulis argumentasi mengenai suatu isu. Peserta didik dapat mengkritisi isu dengan memberikan pandangannya baik berupa menolak ataupun menerima sesuai dengan argumen yang dipaparkan. Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM), peneliti ingin mengetahui keefektifan model tersebut untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi. Hasil yang didapatkan memberikan teori baru mengenai model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk pembelajaran menulis teks eksposisi dan berpikir kritis.

2) Manfaat Praktis

Manfaat dari segi praktis yaitu mempergunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis sebagai alternatif pembelajaran menulis teks eksposisi. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dipercaya dapat meningkatkan kemampuan peserta didik. Pada pembelajaran menulis teks eksposisi, model pembelajaran berbasis masalah (PBM) digunakan sebagai alternatif model pembelajaran yang digunakan. Selain itu, model pembelajaran berbasis masalah (PBM) digunakan sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir


(18)

kritis peserta didik karena sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis masalah.

E. Struktur Organisasi

Bab I pada penelitian ini memuat lima aspek, yaitu latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Latar belakang masalah pada penelitian ini berkaitan dengan penggunaaan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) memang bukan hal baru di dunia pendidikan tetapi metode pembelajaran ini menjadi popular karena menjadi salah satu model pembelajaran yang diusung pemerintah dalam Kurikuum 2013. Rumusan masalah pada penelitian ini terdapat tiga pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang yang dipaparkan oleh peneliti. Tujuan penelitian terdapat dua segi, yaitu segi teori dan segi praktik. Struktur ogranisasi pada penelitian ini memberikan pemaparan isi, urutan penulisan, dan keterkaitan antar bab mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis.

Bab II dalam penelitian ini memuat kajian pustaka mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Terdapat tiga aspek yang dibahas dalam bab ini yaitu, model pembelajaran berbasis masalah (PBM), menulis teks eksposisi, dan berpikir kritis.

Bab III dalam penelitian ini memuat beberapa aspek, yaitu desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu desain kuasi eksperimen karena objek yang diteliti merupakan manusia sehingga harus ada beberapa variabel yang diabaikan walaupun tidak mengurangi hasil dari penelitian ini. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X jurusan MIIA di SMA Alfa Centauri. Sampel pada penelitian ini tidak dipilih secara acak sehingga peneliti menentukan kelas X MIIA 7 sebagai kelas eksperimen dan X MIIA 8 sebagai kelas kontrol.Definisi


(19)

9

operasional berisi variabel bebas dan variabel terikat sesuai dengan arah penelitian sehingga tidak terdapat persepsi ganda antara peneliti dan pembaca. Instrumen penelitian pada penelitian ini terdapat tiga jenis, yaitu lembar soal, lembar observasi, dan daftar tanyaan. Semua instrumen penelitian ini akan membantu peneliti untuk mengumpulkan data berupa hasil tes terhadap kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Prosedur penelitian untuk penelitian mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis adalah mengumpulkan data awal berupa teks eksposisi yang diproduksi peserta didik tanpa adanya perlakuan baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. Setelah perlakuan diberikan terhadap kelas eksperimen, tes akhir diberikan di kedua kelas untuk mengetahui hasil akhir dari kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Analisis data hasil tes menulis teks eksposisi dan berpikir kritis menggunakan analisis statistika dengan menggunakan uji-t.

Bab IV pada penelitian ini membahas temuan dan pembahasan. Temuan membahas mengenai hal-hal yang ditemukan ketika penelitian berlangsung mengenai kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pembahasan yang dimaksud pada bab ini yaitu membahas hasil-hasil temuan di lapangan mengenai kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis untuk menjawab rumusan masalah disesuaikan dengan teori yang ada.

Bab V berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Simpulan pada bab ini berisi jawaban dari rumusan masalah yang telah peneliti buat sebelumnya yaitu mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Implikasi dan rekomendasi pada penelitian ini berisi kekurangan yang dapat digali kembali untuk penelitian selanjutnya baik itu berupa metode penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data, ataupun sampel yang terlibat.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain yang akan digunakan yaitu quasi experimental design. Sugiono (2011, hlm. 77) mengatakan desain ini disebut quasi experimental design karena desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang memengaruhi pelaksanaan eksperimen. Ciri utama dari quasi experimental design adalah sampel yang digunakan untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak diambil secara acak dari populasi tertentu.

Dari quasi experimental design, peneliti mengambil salah satu bagiannya yaitu nonequivalent control group design. Nonequivalent control group design merupakan jenis penelitian yang menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2011, hlm. 79). Selain itu pada desain ini terdapat tes awal yang dilakukan di kedua kelompok. Pengukuran atau pengamatan dikumpulkan pada saat yang sama untuk kedua kelompok. Paradigma desain tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut.

Kelas Eksperimen O1 X O3

Kelas Kontrol O2 C O4

Keterangan paradigma nonequivalent control group design. O1 : Tes awal (menulis teks eksposisi) di kelas eksperimen O2 : Tes awal (menulis teks eksposisi) di kelas kontrol X : Perlakuan pada kelas eksperimen

C : Perlakuan pada kelas kontrol

O3 : Tes akhir (menulis teks eksposisi) di kelas eksperimen O4 : Tes akhir (menulis teks eksposisi) di kelas kontrol

Desain penelitian ini dipilih peneliti karena mewakili maksud peneliti untuk mengujicobakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) terhadap


(21)

46

kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Tes yang dilakukan di awal pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol merupakan sebuah gambaran, bagaimana kemampuan peserta didik dalam menulis teks eksposisi dan berpikir kritis. Kelas eksperimen diberikan formulasi yang disusun peneliti dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelas kontrol diberikan pembelajaran terlangsung. Hal tersebut akan memberikan gambaran bagaimana perbedaan hasil yang diperoleh dengan formulasi pembelajaran menulis teks eksposisi secara terlangsung dan formulasi yang disusun oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Hasil akhir dari kelas eksperimen maupun kontrol mampu menggambarkan bagaimana kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011, hlm. 80). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X jurusan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam (MIIA) di SMA Alfa Centauri. Populasi yang dipilih merupakan seluruh kelas X MIIA karena jumlah kelas yang lebih banyak dibandingkan dengan kelas jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) dan juga Ilmu Bahasa dan Budaya (IBB). Hal tersebut memungkinkan peneliti mendapatkan data dan juga hasil yang lebih mumpuni untuk kebermanfaatan dalam bidang pendidikan khususnya dalam pembelajaran menulis teks eksposisi. SMA Alfa Centauri dipilih peneliti sebagai populasi karena SMA ini merupakan SMA Swasta yang berkembang di Kota Bandung dan mendapatkan tempat di kalangan masyarakat sebagai sekolah terbaik. Bukti sekolah ini menjadi sekolah swasta terbaik yaitu jumlah lulusan yang masuk PTN cukup banyak, baik melalui SBMPTN, SNMPTN, dan SPMB. Pada tahun 2015, jumlah siswa yang masuk PTN dengan jalur SBMPTN berjumlah 38 siswa.Angka ini menunjukkan bahwa SMA Alfa Centauri dipercaya oleh universitas seperti ITB, Unpad, dan IPB sebagai sekolah yang berkualitas sehingga siswanya dapat diterima melalui jalur SBMPTN.


(22)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011, hlm. 81). Sampel pada penelitian ini dibagi menjadi kelas eksperimen dan kontrol. Peneliti memiliki data utama dari sekolah bahwa pembagian kelas di SMA Alfa Centauri diurutkan berdasarkan hasil tes awal masuk, sehingga kelas yang ada di sekolah ini bersifat homogen. Peneliti mengambil dua kelas dengan kemampuan di atas rata-rata jika dibandingkan kelas lainnya yang berjumlah sepuluh kelas MIIA. Kelas X MIIA 7 dan X MIIA 8 merupakan dua kelas unggulan di sekolah ini. Peneliti menetapkan kelas X MIIA 7 menjadi kelas eksperimen dan kelas X MIIA 8 menjadi kelas kontrol. Penentuan sampel pada penelitian ini berdasarkan teknik nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011, hlm. 84). Lebih khususnya peneliti menggunakan sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011, hlm. 85). Sekolah SMA Alfa Centauri mengurutkan peserta didik berdasarkan kemampuannya dan mengelompokan menjadi kelas yang homogen. Oleh karena itu, peneliti mengambil dua kelas atas sebagai sampel pada penelitian ini.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis diharapkan meminimalisir salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, di bawah ini akan dipaparkan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian sesuai dengan variabel yang terdapat dalam penelitian ini.

1) Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan suatu metode pembelajaran yang memberikan pengalaman bagi siswa untuk menganalisis masalah dan menemukan penyelesaiannya. Penyelesaian diperoleh dari proses berpikir kritis setelah siswa diarahkan untuk mengumpulkan berbagai macam data yang terkait dengan masalah yang ada, menganalisisnya, dan membuat kesimpulan atau penyelesaiannya. Sintaks dalam pembelajaran


(23)

48

berbasis masalah (PBM) pada penelitian ini terdapat lima: siswa diberi sebuah kasus sehingga mereka menyadari masalah; setelah itu, siswa mencoba merumuskan masalah dari kasus yang diberikan; selanjutnya siswa merumuskan hipotesis; siswa mengumpulkan data terkait dengan masalah yang telah ditentukan; siswa menguji hipotesis; siswa menentukan pilihan penyelesaian dari masalah yang ditentukan serta memberikan sikap baik itu menerima ataupun menolak isu yang tertuang dalam teks ekposisi siswa. 2) Kemampuan menulis teks eksposisi merupakan kemampuan menulis salah

satu jenis teks yang memaparkan mengenai suatu hal/isu yang bersifat faktual dan memberikan petujuk atau informasi dengan jelas kepada pembaca. Struktur teks eksposisi menjadi pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan penegasan ulang pendapat. Argumentasi pada teks eksposisi memuat fakta-fakta yang dilengkapi dengan angka, peta grafik, statistik, gambar, atau bagan sebagai ilustrasi. Kaidah teks eksposisi dalam penelitian ini adalah (1) judul yang diproduksi mencerminkan teks eksposisi; (2) kelengkapan struktur teks (tesis, argumentasi, dan penegasan ulang pendapat); (3) pengembangan gagasan bersifat induktif dan/atau deduktif; (4) ketepatan penggunaan kaidah kebahasaan (menggunakan kata-kata leksikal verba, menggunakan konjungsi, menguasai aturan penulisan, terampil menggunakan tanda baca, huruf kapital dan menata paragraf); (5) penyajian argumentasi secara runtut sesuai dengan tema (lemah-kuat, sederhana-rumit, atau sebaliknya), menyatakan sikap penulis; (6) simpulan sesuai dengan argumentasi yang dipaparkan.

3) Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik untuk terampil memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengsintesiskan, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang diterima dan memberikan respons yang objektif terhadap hal tersebut dan memberikan sikap baik itu menerima ataupun menolak sesuai dengan pemahaman yang didapatkan. Selain itu berpikir kritis juga usaha seseorang untuk meningkatkan kualitas berpikirnya agar menghasilkan pemikiran yang harus dipercaya dan dilakukan dalam sebuah tindakan. Penalaran merupakan bagian dari proses berpikir kritis. Peserta didik dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis jika sudah menunjukkan lima pedoman penalaran


(24)

dan lima pedoman kritis, seperti: (1) berpikir secara objektif (tidak mengemukakan pendapat yang bersikap subjektif); (2) argumen yang dikemukakan untuk pandangan masa depan; (3) argumen yang dikemukakan mencerminkan keoptimisan; (4) argumen yang dikemukakan secara teratur dan berencana; (5) argumen yang dikemukakan membenarkan dan mengembangkan dari argumen sebelumnya; (6) mengemukakan dasar atau alasan sesuai dengan topik yang dibicarakan; (7) mengemukanan pernyataan dengan benar sesuai dengan fakta; (8) mengemukakan argumentasi secara sistematis; (9) informasi yang dipaparkan itu cukup, benar, dan tepat sesuai dengan topik yang dibicarakan; (10) mengemukakan alasan atau pertimbangan yang kuat jika tidak sependapat dengan pernyataan yang sudah ada.

D. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan definisi operasional, hipotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks ekposisi dan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran terlangsung di kelas X SMA Alfa Centauri.

Ha :terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks ekposisi dan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran terlangsung di kelas X SMA Alfa Centauri.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011, hlm. 102). Instumen dalam penelitian ini digunakan peneliti sebagai alat untuk mengetahui kemampuan


(25)

50

menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Instrumen yang digunakan pada penilitian ini berjumlah dua, yaitu instrumen perlakuan dan instrumen tes.

1) Instrumen Perlakuan

Instrumen perlakukan dalam penelitian ini merupakan alat yang digunakan dalam proses pengujicobaan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Bagian instrumen penelitian adalah rancangan model, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, dan lembar daftar tanyaan.

a) Rancangan model

Ancangan model merupakan sebuah langkah awal dalam penyusunan sebuah instrumen. Ancangan model dapat dijadikan landasan pada sebuah instrumen penelitian. Dalam ancangan model ini diuraikan rasional, tujuan, prinsip dasar, sintaks, serta evaluasi dari model pembelajaran yang digunakan yakni model pembelajaran berbasis masalah (PBM).

(1) Rasional

Banyak model yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Khususnya dalam Kurikulum 2013, model pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah salah satu model pembelajaran yang diusung oleh pemerintah. Menurut Suyadi (2012:130) landasan teori pembelajaran berbasis masalah adalah kolaboratif, yaitu suatu perspektif yang berpendapat bahwa peserta didik akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya, dan dari semua itu akan memperoleh hasil dari kegiatan berinteraksi dengan sesama individu.

Lebih lanjut Suyadi (2012:131) berpendapat bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah mengusung gagasan utama bahwa tujuan pembelajaran dapat tercapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan dan dipresentasikan dalam satu konteks. Dengan kata lain, tujuan utama pendidikan adalah memecahkan problem-problem kehidupan.

Tan (dalam Abidin, 2014, hlm. 159) menyatakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan model pembelajaran difokuskan untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir secara visibel. Torp dan Sage (dalam


(26)

Abidin, 2014, hlm. 160) memandang model pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan model pembelajaran yang difokuskan untuk menjembatani siswa agar beroleh pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks.Uraian tentang model pembelajaran berbasis masalah di atas jelas dapat dijadikan dasar bahwa model pembelajaran ini dinilai memiliki banyak kelebihan, terutama untuk pembelajaran menulis teks eksposisi. Hal ini disebabkan karena adanya proses penalaran yang dimulai dari proses menyadari masalah yang sedang dibahas. Lalu dilanjutkan dengan proses penyelesaian masalah dengan cara berpikir kritis. proses penyelesaian masalah tersebut dapat diungkapkan pada bagian argumentasi. Penalaran yang dilakukan pada bagian argumentasi didapat dari pengetahuan yang dimiliki oleh siswa tersebut sebelumnya. Melalui model ini siswa diharapkan tidak akan kebingungan menyusun sebuah argumentasi yang dapat memperkuat pernyataan awal teks eksposisi.

Komponen lain yang menjadi landasan dalam penyusunan instrumen ini adalah adanya variabel mengenai berpikir kritis. Variabel ini digunakan sebagai jalan keluar agar argumentasi yang disajikan oleh siswa rasional dan dapat mendukung sebuah pernyataan awal sebuah teks eksposisi.

John Dewey dalam Sihotang (2012:3) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah “pertimbangan aktif, terus menerus dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dengan menyertakan alasan-alasan yang mendukung kesimpulan-kesimpulan yang rasional”.Edward Glaser dalam Sitohang (2012: 4) berpendapat bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis:

jika kerja nalar dan kemampuan argumentasinya melibatkan tiga hal, yakni (1) sikap menanggapi berbagai persoalan, menimbang berbagai persoalan yang dihadapi dalam pengalaman dan kemampuan memikirkannya secara mendalam. Sikap dan kemampuan ini bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kebiasaan menerima berbagai informasi atau kesimpulan tanpa mempertanyakannya; (2) pengetahuan akan metode berpikir/bernalar dan inkuiri logis; (3) keterampilan atau kecakapan menerapkan metode-metode tersebut.


(27)

52

Ranjabar (2014, hlm. 121) menyebutkan sebelas pedoman penalaran.

(a) Pikirkan sendiri. Jangan membeo; jangan pernah begitu saja menerima apa yang dikatakan (khususnya dalam surat kabar).

(b) Pikirlah dulu sebelum bertindak, sekurang-kurangnya beberapa saat.

(c) Pikirkan secara objektif. Pandangan kita hendaknya lebih luas daripada hanya kepentingan atau perasaan kita sendiri saja. Waspadalah terhadap prasangka-prasangka sendiri, ‘No wishful thingking’ (menganggap benar apa yang disukai/diinginkan/diharapkan, dan menolak apa yang tidak disukai atau tak enak didengar).

(d) Pikirlah dua kali. Jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan atau mengemukakan pendapat seakan-akan merupakan kebenaran mutlak.

(e) Pikirlah untuk jangka panjang. Lihat jauh ke depan.

(f) Bersikap terbuka. Mungkin suatu pendapat perlu direvisi atau ditinggalkan samasekali atas dasar informasi baru.

(g) Bersikap kritis. Selidiki dulu apa yang dikemukakan oleh orang lain. adakan pengecekan, juga terhadap pendapat sendiri.

(h) Bersikap optimis. Carilah segi-segi yang positif dalam segala hal. Juga dalam cara berpikir dan berdiskusi, bersikap simpatik terhadap orang lain. (i) Bersikap jujur. Orang dapat belajar banyak sekali dari kesalahannya sendiri,

asal disadari dan diakui.

(j) Bekerja dan berpikirlah secara teratur dan berencana.

(k) Bersikap dialektis. Perkuat pikiran seseorang yang sudah benar dan kembangkan.

Dalam penelitian ini variabel berpikir kritis merupakan kemampuan yang juga dinilai dari teks ekspoisisi yang diproduksi siswa. Bagian argumen teks eksposisi haruslah diperoleh dari proses berpikir kritis. Diharapkan setelah diterapkan model pembelajaran ini siswa dapat mengungkapkan argumentasi teks eksposisi yang dihasilkan dari sebuah proses penalaran pengetahuan yang siswa dimiliki siswa tersebut.

(2) Tujuan

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan umum dari penggunaan model pembelajaran berbasis (PBM) adalah membuat siswa belajar membangun


(28)

sendiri argumen teks eksposisi yang diperoleh dari proses berpikir kritis. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus, penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah agar siswa mampu:

1. memproduksi teks eksposisi dengan kriteria: (a) judul sesuai dengan tema;

(b) struktur teks terdiri atas pernyataan pendapat (tesis) ^ argumentasi ^ penegasan ulang pendapat;

(c) pengembangan gagasan bersifat induktif dan/atau deduktif;

(d) ketepatan penggunaan kaidah kebahasaan (menggunakan nomina atau pronomina, menggunakan kata-kata leksikal verba, adjektiva, dan adverbia, menggunakan konjungsi, menyatakan sikap penulis, menguasai aturan penulisan, terampil menggunakan tanda baca, huruf kapital dan menata paragraf).

2. menyajikan argumentasi secara runtut sesuai dengan tema (lemah-kuat, sederhana-rumit, atau sebaliknya).

3. Membuat simpulan sesuai dengan argumentasi yang dipaparkan.

(3) Prinsip Dasar

Seperti yang dikemukakan oleh Suyadi (2012:130-131), prinsip dasar model pembelajaran berbasis masalah adalah:

(a)pembelajaran ini membahas permasalahan yang dekat dengan kehidupan siswa.

(b) landasan pembelajaran berbasis masalah adalah kolaboratif, yaitu suatu perspektif yang berpendapat bahwa peserta didik akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya;

(c) pembangunan penalaran tersebut diperoleh dari hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu;

(d) pembelajaran dipusatkan pada tugas-tugas permasalahan yang otentik, relevan;


(29)

54

(e) strategi pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.

(4) Sintaks

Sintaks atau rangkaian langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) ini diadaptasi Dewey (dalam Sanjaya, 2014, hlm. 217) menjelaskan enam langkah model pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang kemudian dinamai metode pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah tersebut adalah

(a) merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan;

(b) menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang;

(c) merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya; (d) mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;

(e) pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan;

(f) merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

(5) Evaluasi

Evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun evaluasi dari penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berupa pengukuran terhadap hal-hal berikut.


(30)

Evaluasi yang digunakan adalah tes tertulis dengan bentuk tes uraian berupa menulis teks eksposisi dengan indikator penilaian yang tertera pada RPP.

b) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Ancangan model selanjutnya dijadikan sebuah landasan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang telah disusun kemudian divalidasi oleh pakar pembelajaran untuk dinilai kesahihannya. RPP terlampir di lampiran 5.

c) Lembar observasi

Lembar observasi dijadikan salah satu instrumen untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran berbasis masalah (PBM) diterapkan ketika pembelajaran menulis teks eksposisi berlangsung. Lembar observasi merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data dengan teknik observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner (Sugiyono, 2011, hlm. 145). Pada lembar observasi terdapat dua bagian yang diobservasi. Pertama, aktivitas guru dalam pembelajaran yang memiliki tujuh aspek. Tujuh aspek tersebut adalah

(a) memaparkan tujuan pembelajaran menulis teks eksposisi; (b) memaparkan acuan materi menulis teks eksposisi;

(c) memaparkan teknis penggunaan model pembelajaran berbasis masalah untuk kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis; (d) memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan pembelajaran menulis

teks eksposisi;

(e) aktif dalam mobilitas posisi tempat dalam kelas/ruang praktik; (f) antusias dalam menanggapi dan menggunakan respon dari siswa;

(g) cermat dalam memanfaatkan waktu sesuai dengan alokasi yang direncanakan.

Kedua, aktivitas siswa dalam pembelajaran yang memiliki sembilan aspek. Sembilan aspek tersebut adalah

(a) mengaplikasikan model pembelajaran berbasis masalah untuk kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis;


(31)

56

(c) mengemukakan isu yang dipaparkan teks eksposisi;

(d) menyebutkan fakta dan opini yang terkait dengan isu yang ditemukan; (e) mengasosiasikan kata yang ditemukan dengan kehidupan nyata; (f) menemukan masalah yang relevan;

(g) mengidentifikasi penyebab masalah; (h) memunculkan solusi;

(i) menulis teks eksposisi.

Kedua bagian ini akan memberikan gambaran penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemempuan berpikir kritis. Data yang diperoleh akan menjadi data pendukung bagi peneliti ketika menganalisis data utama berupa kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis.

d)Lembar daftar tanyaan

Lembar daftar tanyaan merupakan sekumpulan pertanyaan yang menjadi alat pengumpulan data dengan menggunakan teknik kuesioner. Daftar tanyaan atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kespada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011, hlm. 142). Lembar daftar tanyaan ini diberikan kepada peserta didik untuk memperoleh data berupa kesan peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan.Lembar daftar tanyaan terdiri dari 10 pertanyaan. Peserta didik cukup memberikan centang terhadap pernyataan “ya” atau “tidak”. Hal tersebut merujuk penggunaan Skala Guttman. Skala Guttman digunakan bila peneliti ingin mendapatkan jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2011, hlm. 96). Sepuluh pertanyaan yang terdapat dalam daftar tanyaan.

(1) Pembelajaran menulis teks eksposisi itu penting;

(2) Pembelajaran menulis teks ekposisi bermanfaat untuk saya;

(3) Menulis eksposisi membantu saya mengemukakan informasi tentang fakta dan data yang saya ketahui;

(4) Menulis teks eksposisi membantu saya mengemukakan pendapat; (5) Menulis teks eksposisi itu mudah;


(32)

(6) Menulis teks eksposisi itu menyenangkan;

(7) Pembelajaran yang sudah dilakukan beberapa pertemuan ini (menggunakan model pembelajaran berbasis masalah) menyenangkan;

(8) Pembelajaran yang sudah dilakukan beberapa pertemuan ini (menggunakan model pembelajaran berbasis masalah) memudahkan saya menulis eksposisi; (9) Berpikir kritis sangat penting dimiliki dan patut untuk dipelajari;

(10)Berpikir kritis mempermudah dalam menuls teks eksposisi.

2) Instrumen Tes

Instrumen tes merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data utama berupa hasil menulis teks eksposisi siswa. Instrumen tes ini terdiri atas lembar kerja siswa dan lembar pedoman penilaian.

a) Lembar tes menulis teks eksposisi

Lembar tes menulis teks eksposisi merupakan instrumen penelitian yang utama. Instrumen iniakan menjaring data utama berupa hasil menulis teks eksposisi peserta didik. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, lembar tes menulis teks eksposisi ini dirancang sedemikian rupa sehingga relevan dengan apa yang diteliti. Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan untuk menjaring data mengenai perbedaan kondisi awal dan kondisi akhir kemampuan peserta didik dalam menulis teks eksposisi (lihat dilampiran 5).

b) Pedoman penilaian menulis teks eksposisi

Instrumen ini merupakan instrumen penilaian kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Aspek dan kriteria dalam pedoman penilaian mengacu pada teori menulis teks eksposisi dan teori berpikir kritis. Kisi-kisi penilaian pada kemampuan menulis teks eksposisi dipaparkan pada tabel di bawah ini.


(33)

58

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Penilaian Kemampuan Menulis Teks Eksposisi

No Indikator Kriteria

1 Judul Teks Eksperimen

menggunakan judul yang sesuai dengan tema, menarik, judul sesuai dengan isi teks, judul mencerminkan judul yang objektif

2 Struktur Teks Eksperimen

tertata dengan baik; urutan logis (pernyataan pendapat (tesis)^argumentasi^penegasan ulang pendapat)

3 Struktur Gagasan gagasan yang dipaparkan campuran antara gagasan bersifat induktif dan deduktif; setiap paragraf terdiri atas 4-5 kalimat

4 Kaidah Kebahasaan menggunakan menggunakan kata-kata leksikal verba, menggunakan konjungsi yang sesuai, terampil menggunakan tanda baca, huruf kapital, dan menata paragraf

5 Argumentasi memaparkan argumentasi secara urut sesuai dengan tema (lemah-kuat, sederhana-rumit, atau sebaliknya), mencantumkan sumber dari fakta yang dipaparkan, menyatakan sikap penulis dengan jelas

6 Simpulan simpulan yang dipaparkan koheren dengan argumentasi, penulis memberikan pandangan dan memberikan sikap yang jelas terhadap pembaca mengenai isu yang dibahas

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis akan dipaparkan di bawah ini. 1. Peneliti melakukan survei kepustakaan yang relevan dengan masalah

penelitian berupa kemampuan menulis dan kemampuan berpikir kritis. Langkah ini dilakukan untuk memahami dengan benar secara teoretis tentang masalah penelitian tersebut.


(34)

2. Peneliti mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah. Langkah ini dilakukan untukmengetahui masalah yang berkaitan dengan pembelajaran saat ini sehingga dapat memperoleh kebermanfaatan untuk pembelajaran selanjutnya. 3. Peneliti mendefinisikan pengertian-pengertian dasar dan variabel utama.

Mendefinisikan variabel penelitian dilakukan untuk menyamakan persepsi antara peneliti dan pembaca hasil penelitian.

4. Peneliti menyusun rencana eksperimen. Langkah ini merupakan tahapan dalam menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti. Adapun langkah-langkah untuk menyusun rencana eksperimen adalah sebagai berikut: a. mengidentifikasi dan menetukan variabel yang relevan;

b. mengidentifikasi dan menentukan cara-cara mengotrol variabel ekperimen yang mungkin akan memengaruhi atau mengganggu eksperimen;

c. menentukan rencana dan desain eksperimen;

d. memilih subjek sebagai anggota sampel yang representatif bagi populasi; e. menyusun alat dan langkah-langkah eksperimen yang akan dilakukan oleh

peneliti;

f. menyusun alat untuk mengukur hasil eksperimen; g. merancang prosedur pengumpulan data; dan h. menyusun hipotesis.

5. Peneliti melaksanakan penelitian eksperimen. Dalam langkah ini peneliti melakukan penelitian sesuai dengan desain eksperimen nonequivalent control design.

6. Peneliti mengatur data kasar untuk mempermudah menganalisis data.

7. Peneliti menetapkan taraf signifikansi hasil eksperimen. Taraf signifikansi yang ditentukan yaitu sebesar α (α= 0,05). Dalam langkah ini peneliti menetapkan tingkat kepercayaan penerimaan dan penolakkan hipotesis nol. 8. Peneliti membuat interpretasi mengenai hasil tes kemampuan menulis teks

eksposisi dan kemampuan berpikir kritis serta menjawab seluruh rumusan masalah dalam penelitian.

Untuk lebih jelas mengenai prosedur penelitian pada penelitian ini, peneliti menyajikannya dalam bentuk bagan di bawah ini.


(35)

60

Bagan 3.1

Prosedur Penelitian Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Eksposisi

dan Kemampuan Berpikir Kritis

Melakukan Survei Kepustakaan Mengidentifikasi dan

Mendefinisikan Masalah

Mengidentifikasikan pengertian dasar dan variabel utama

Menyusun Rencana Eksperimen

1.Mengidentifikasi dan Menentukan Variabel 2.Menentukan rencana dan

Desain Penelitian

Melaksanakan Eksperimen

Menentukan Perhitungan Statistik

Menginterpretasi Hasil Perhitungan Mengenai Kemampuan Menulis Teks Eksposisi dan Kemampuan Berpikir Kritis


(36)

G. Analisis Data Penelitian

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini berjumlah tiga. Pertama, analisis data statistik untuk memperoleh hasil dari tes menulis teks eksposisi dan tes kemampuan berpikir kritis menggunakan program SPSS; kedua, analisis data observasi dari lembar observasi yang digunakan peneliti untuk memperoleh gambaran ketika proses pembelajaran berlangsung; ketiga, analisis data berupa daftar tanyaan untuk memperkuat bukti dari hasil tes kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis.

1. Analisis Data Statistik untuk Instrumen Penelitian Berupa TesKemampuan Menulis Teks Eksposisi dan Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan SPSS

Data yang dihasilkan dari teks eksposisi produksi siswa dinilai untuk mengukur kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan menulis teks eksposisi diukur melalui enam aspek penilaian, yaitu;(1) judul; (2) struktur teks; (3) struktur gagasan, (4) kaidah kebahasaan, (5) argumentasi, dan (6) simpulan. Selain itu, terdapat indikator penilaian kemampuan berpikir kritis yang meliputi aspek: (1) mengemukakan dasar atau alasan sesuai dengan topik yang dibicarakan; (2) mengemukakan pernyataan dengan benar sesuai dengan fakta; (3) mengemukakan argumentasi secara sistematis; (4) informasi yang dipaparkan itu cukup, benar, dan tepat sesuai dengan topik yang dibicarakan; (5) mengemukakan alasan atau pertimbangan yang kuat jika tidak sependapat yang sudah ada; (6) berpikir secara objektif (tidak mengemukakan pendapat yang bersikap subjektif); (7) argumen yang dikemukakan untuk pandangan masa depan; (8) argumen yang dikemukakan mencerminkan keoptimisan; (9) argumen yang dikemukakan secara teratur dan berencana; (10) argumen yang dikemukakan membenarkan dan mengembangkan dari argumen sebelumnya.

Data kuantitatif berupa kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis akan diuji dengan menggunakan program SPSS. Data tersebut diuji menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji-t (jika data tersebut normal pada uji sebelumnya) dan uji-t’ (jika data tersebut tidak normal pada uji sebelumnya). Data dikatakan normal jika sebaran angka yang diperoleh dalam


(37)

62

suatu sampel tersebar merata sehingga membentuk kurva terbuka ke bawah, sedangkan data dikatakan tidak normal apabila sebaran angka pada sampel berkumpul dinilai yang sama atau data terlalu tersebar sehingga memiliki rentang yang jauh antara nilai terendah dengan nilai tertinggi. Priyatno (2009, hlm. 1-190) memaparkan beberapa langkah yang dilakukkan untuk menganalis data penelitian dengan menggunakan SPSS.

a) Membuat tabel data hasil uji antarpenimbang, hasil skor prates dan pascates kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dengan membuat tabel data hasil uji antarpembanding, peneliti memperoleh hasil mutlak dari nilai memproduksi teks eksposisi dan berpikir kritis.

b) Uji normalitas data menggunakan SPSS dengan langkah klik analyze lalu descriptive statistics lalu explore. Dengan menguji menggunakan langkah tersebut akan memperoleh hasil uji normalitas dan uji homogenitas dari data yang peneliti miliki. Ketentuan yang berlaku ketika menggunakan uji statistik yaitu penerapan hipotesis, baik berupa Ho maupun Ha. Ketentuan tersebut jika nilai Sig data ≥α (α = 0,05), maka Ho diterima. Begitu pula sebaliknya, jika nilai Sig data ˂α (α = 0,05), maka Ho ditolak atau dengan kata lain Ha diterima. Hasil yang diperoleh dari uji normalitas dan uji homogenitas akan memengaruhi ke langkah perhitungan selanjutnya. Perhitungan tersebut dapat berupa perhitungan parametrik (jika data berdistribusi normal) maupun nonparametrik (jika data tidak berdistribusi normal).

c) Data berdistribusi normal maka perhitungan selanjutnya menggunakan uji-t. Uji-t dilakukan dengan langkah klik analyze lalu compare mean laluindependent-sample T test. Data tidak berdistribusi normal maka perhitungan selanjutnya menggunakan uji-t’. Uji-t’ dilakukan dengan langkah klik analyze lalu nonparametric tests lalu legacy dialogs lalu pilih 2 Independent Samples Test.Dari hasil perhitungan ini akan diperoleh Sig data. Sesuai dengan ketentuan statistika, nilai Sig data ≥α (α = 0,05), maka Ho diterima. Begitu pula sebaliknya, jika nilai Sig data ˂α (α = 0,05), maka Ho ditolak atau dengan kata lain Ha diterima.

Perhitungan pada uji-t maupun uji-t’ pada prates akan memberikan hasil kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis yang


(38)

homogen atau heterogen. Sampel yang baik adalah sampel yang memiliki hasil prates yang homogen karena kemampuan di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen sama atau seimbang. Selain itu, perhitungan uji-t atau uji-t’ pada pascates akan memberikan hasil kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis terkait dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang digunakan. Hal ini akanmenunjukkan ada atau tidaknya kenaikan kemampuan dari sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan setelah menggunkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM).

d) Uji hipotesis.

Pengujian hipotesis dibuktikan dari data-data dan juga hasil perhitungan yang sudah terkumpul.Hipotesis dalam penenlitian ini akanmenunjukkan ada atau tidaknya kenaikan/taraf signifikansi kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM).

2. Analisis Data Lembar Observasi

Lembar observasi terdiri atas dua bagian penilaian. Setiap bagian dibagi menjadi empat rentang penilaian. Setiap rentang penilaian terdapat bobot. Hasil dari penjumlahan bobot tersebut menghasilkan hasil akhir dari lembar observasi. Di bawah ini merupakan tabel kisi-kisi lembar observasi yang digunakan peneliti sebagai acuan penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan berpikir kritis.

Tabel 3. 2

Tabel Kisi-Kisi Observasi Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Aspek Indikator Butir No.

Aktivitas guru dalam pembelajaran

Memaparkan tujuan pembelajaran 1a

Memaparkan acuan materi 1b

Memaparkan teknik penggunaan model

pembelajaran 1c

Memberikan motivasi kepada siswa 1d

Aktif dalam mobilitas 1e

Antusias menanggapi respon siswa 1f


(39)

64

Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Mengaplikasikan model pembelajaran berbasis masalah untuk kemampuan menulis teks eksposisi dan berpikir kritis

2a Membangun kosakata dengan cara:

Menganalisis tekseksposisi yang diberikan 2b Mengemukakan isu yang dipaparkan teks

eksposisi 2c

Menyebutkan fakta dan opini yang terkait dengan

isu yang ditemukan 2d

Memanfaatkan kata yang sudah dipelajari dan membuat hubungan kata dengan sekelilingnya, yakni dengan cara: Mengasosiasikan kata yang ditemukan dengan

kehidupan nyata 2e

Menemukan masalah yang relevan 2f

Mengidentifikasi penyebab masalah 2g

Memunculkan solusi 2h

Menulis teks eksposisi 2i

Setelah perlakuan dilakukan maka diperoleh data berupa hasil observasi. Hasil tersebut menjadi data pendukung untuk menggambarkan keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Data observasi tersebut dianalisis sesuai dengan tabel kategori skala nilai di bawah ini.

Tabel 3. 3

Tabel Kategori Skala NilaiObservasi Proses Pembelajaran

Nilai Rentang Nilai Keterangan

A 49-64 Baik Sekali

B 33-48 Baik

C 17-32 Cukup

D 1-16 Kurang

Hasil nilai yang sudah dimasukan ke dalam kategori skala nilai akan memberikan gambaran penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis. Lembar observasi yang terdiri atas dua bagian tersebut akan memberikan gambaran mengenai perlakuan yang dilakukan peneliti terhadap sampel yang diuji. Penggambaran hasil observasi yang baik akan memberikan


(40)

dampak yang positif terhadap hasil akhir yaitu berupa peningkatan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis.

3. Analisis Data Lembar Tanyaan

Pertanyaan yang terdapat dalam lembar tanyaan terdapat 10 pertanyaan. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban “ya” dan “tidak”. Di bawah ini terdapat sebuah tabel yang berisi pertanyaan-pertanyaan pada daftar tanyaan siswa.

Tabel 3. 4

Tabel Kisi-Kisi Daftar Tanyaan Siswa

Aspek Indikator Butir No.

Pembelajaran Menulis Teks

Eksposisi

Pentingnya menulis teks eksposisi A1

Manfaat menulis teks eksposisi A2-4

Kesan terhadap menulis teks eksposisi A5-6 B Penggunan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) untuk Meningkatkan

Kemampuan Menulis Teks

Eksposisi

Kesan terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis

7-8

Berpikir Kritis dalam Menulis Teks Eksposisi

Kesan terhadap kemampuan berpikir kritis dalam

menulis teks eksposisi 9-10

Jawaban yang diberikan siswa dalam daftar tanyaan dapat memberikan gambaran mengenai kesan ketika pembelajaran berlangsung. Hasil dari daftar tanyaan dari setiap siswa akan memberikan data tambahanmengenai pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis.


(41)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Penelitian keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis di SMA Alfa Centauri telah menemukan hasil akhir. Beberapa temuan yang terdapat dalam penelitian ini akan dibahas di dalam tiga subbesar, yaitu simpulan, implikasi, dan rekomendasi.

A. Simpulan

Bersadarkan hasil penelitian eksperimen kuasi mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis pada kelas X MIIA di SMA Alfa Centauri Bandung diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Profil kemampuan menulis peserta didik kelas X MIIA SMA Alfa Centauri Bandung dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya SMA Alfa Centauri merupakan sekolah swasta yang menerapkan ujian tulis sebelum peserta didik dinyatakan sebagai siswa di sekolah ini. Faktor selanjutnya, bahwa kemampuan menulis peserta didik kelas X masih dipengaruhi oleh kemampuan menulis saat SMP. Selain itu, faktor kebiasaan juga mempengaruhi kemampuan menulis siswa. Kebiasaan positif seperti membaca dan menonton tayangan berita akan memberikan informasi yang baik bagi perkembangan pola berpikir peserta didik. Kemampuan menulis peserta didik di SMA Alfa Centauri berada pada level beragam.

2. Profil kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X MIIA di SMA Alfa Centauri Bandung diperoleh dari hasil prates menulis teks eksposisi. Berdasarkan hasil prates tersebut menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam berpikir kritis belum maksimal. Kemampuan berpikir kritis peserta didik masih perlu pengembangan agar kemampuan ini dapat membentuk pola berpikir peserta didik secara maksimal. Kemampuan berpikir kritis membantu peserta didik dalam menulis teks eksposisi


(42)

sesuai dengan tema yang ditetapkan dan memberikan argumen serta solusi yang tepat.

3. Pelaksanaan pembelajaran menulis teks eksposisi menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) terdiri dari dua perlakuan. Perlakuan pertama model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan memberikan masalah terkait dengan isu yang berkembang dikalangan peserta didik. Setelah itu, peserta didik mencari sumber lain terkait dengan isu yang diberikan. Peserta didik mengasosiasi isu tersebut terkait dengan sumber lain yang ditemukan. Selanjutnya, peserta didik merumuskan solusi yang relevan dan mengasosiasi solusi tersebut sesuai dengan struktur teks eksposisi. Perlakuan kedua, peserta didik menyusun teks eksposisi sesuai dengan kerangka yang telah dibuat di pertemuan sebelumnya. Penyusunan teks eksposisi disesuaikan dengan struktur dan kaidah teks eksposisi. Setelah teks eksposisi tersebut disusun, peserta didik mengomunikasikan hasil teks tersebut kepada peserta didik lainnya untuk mendapatkan umpan balik dan penguatan. Setelah perlakuan dilakukan, peserta didik dites kembali membuat teks eksposisi sesuai dengan stuktur dan kaidah yang berlaku dengan tema berbeda. Tes setelah perlakuan tersebut sebagai pascates pada penelitian ini.

4. Kemampuan menulis teks eksposisi berdasarkan hasil pengujian statistik berupa uji-t’ diperoleh data hasil perhitungan Sig uji-t’ sebesar 0,000. Taraf signifikansi pada penelitian ini adalah 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil Sig Menulis ˂ Sig α atau 0,00 ˂ 0,05, maka hipotesis Ho ditolak atau hipotesis Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks ekposisi dan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran terlangsung di SMA Alfa Centauri Kelas X MIIA.

5. Kemampuan berpikir kritis berdasarkan hasil pengujian statistik berupa uji-t diperoleh data hasil perhitungan Sig uji-t sebesar 0,027. Taraf signifikansi pada penelitian ini adalah 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil Sig Berpikir Kritis ˂ Sig α atau 0,027 ˂ 0,05, maka hipotesis Ho ditolak atau hipotesis Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah


(1)

sesuai dengan tema yang ditetapkan dan memberikan argumen serta solusi yang tepat.

3. Pelaksanaan pembelajaran menulis teks eksposisi menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) terdiri dari dua perlakuan. Perlakuan pertama model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan memberikan masalah terkait dengan isu yang berkembang dikalangan peserta didik. Setelah itu, peserta didik mencari sumber lain terkait dengan isu yang diberikan. Peserta didik mengasosiasi isu tersebut terkait dengan sumber lain yang ditemukan. Selanjutnya, peserta didik merumuskan solusi yang relevan dan mengasosiasi solusi tersebut sesuai dengan struktur teks eksposisi. Perlakuan kedua, peserta didik menyusun teks eksposisi sesuai dengan kerangka yang telah dibuat di pertemuan sebelumnya. Penyusunan teks eksposisi disesuaikan dengan struktur dan kaidah teks eksposisi. Setelah teks eksposisi tersebut disusun, peserta didik mengomunikasikan hasil teks tersebut kepada peserta didik lainnya untuk mendapatkan umpan balik dan penguatan. Setelah perlakuan dilakukan, peserta didik dites kembali membuat teks eksposisi sesuai dengan stuktur dan kaidah yang berlaku dengan tema berbeda. Tes setelah perlakuan tersebut sebagai pascates pada penelitian ini.

4. Kemampuan menulis teks eksposisi berdasarkan hasil pengujian statistik berupa uji-t’ diperoleh data hasil perhitungan Sig uji-t’ sebesar 0,000. Taraf signifikansi pada penelitian ini adalah 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil Sig Menulis ˂ Sig α atau 0,00 ˂ 0,05, maka hipotesis Ho ditolak atau hipotesis Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks ekposisi dan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran terlangsung di SMA Alfa Centauri Kelas X MIIA.

5. Kemampuan berpikir kritis berdasarkan hasil pengujian statistik berupa uji-t diperoleh data hasil perhitungan Sig uji-t sebesar 0,027. Taraf signifikansi pada penelitian ini adalah 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil Sig Berpikir Kritis ˂ Sig α atau 0,027 ˂ 0,05, maka hipotesis Ho ditolak atau hipotesis Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah


(2)

terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis teks ekposisi dan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran terlangsung di SMA Alfa Centauri Kelas X MIIA.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis, maka beberapa implikasi berkenaan dengan penelitian ini adalah.

1. Kemampuan menulis teks eksposisi merupakan kemampuan menulis untuk memaparkan argumen. Kemampuan tersebut merupakan salah satu kemampuan yang penting dimiliki peserta didik berkaitan dengan kebebasan berpendapat yang sesuai dengan etika berpendapat. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) memberikan dampak positif terhadap kemampuan menulis teks eksposisi. Penggunaan model pembelajaran ini membantu siswa untuk menemukan masalah dan penyelesaian dari masalah tersebut.

2. Kemampuan berpikir kritis berkenaan dengan pengelolaan pola berpikir dan bernalar. Hal ini berdampak positif terhadap kemampuan peserta didik dalam mengolah informasi. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) memberikan dampak positif untuk kemampuan berpikir kritis, sehingga peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan kemampuan berpikir kritis, maka diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran berbasi masalah (PBM) terbukti efektif meningkatkan kemampuan menulis teks eksposisi dan berpikir kritis. Peneliti memberikan rekomendasi untuk menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) sebagai model pembelajaran yang digunakan untuk


(3)

mempelajari jenis materi lainnya sesuai dengan silabus yang terdapat di dalam Kurikulum 2013.

2. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Dengan demikian, model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dapat diterapkan pada keterampilan menulis teks lain yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis.

3. Model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menampilkan isu yang berkenaan dengan kehidupan peserta didik akan menimbulkan pola berpikir yang lebih kritis, peka terhadap lingkungan, dan memecahkan masalah dengan tepat serta cermat. Dengan demikian, kolaborasi isu yang ditampilkan akan memengaruhi pola berpikir peserta didik yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Afra, A. (2011). Be a brilliant writer. Surakarta: Gizone Books.

Alwasilah, A. C. (2013). Pokoknya menulis: cara baru menulis dengan metode

kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Amir, M. T. (2009). Inovasi pendidikan melalui problem based learning:

bagaimana pendidik memberdayakan pemelajar di era pengetahuan.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Effendy, A. (2012). Hakikat keterampilan menulis. [Online]. Diakses dari http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/25/hakikat-keterampilan-menulis-449101.html.

Feldman, D. A. (2010). Berpikir kritis: strategi untuk pengambilan keputusan. Jakarta: Indeks.

Fisher, A. (2009). Berpikir kritis sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga.

Fuadin, A. (2014). Pembelajaran menulis teks eksposisi melalui model induktif

kata bergambar berorientasi wawasan kebudayaan nusantara: eksperimen kuasi pada siswa kelas X SMAN 19 Bandung tahun ajaran 2013-2014.

(Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Diakses dari http://repository.upi.edu/12430/.

Kemendikbud. (2013). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013

SMA/MA dan SMK/MAK bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kosasih, E. (2013). Kreatif berbahasa Indonesia untuk SMK/MAK kelas

X. Jakarta: Erlangga.

Kosasih. E. (2014). Jenis-jenis teks: analisis fungsi, struktur, dan kaidah serta

langkah penulisannya. Bandung: Yrama Widya.

Kuswana, W. S. (2013). Taksonomi berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Maryanto, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: ekspresi diri dan akademik kelas X.

Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.

Molan, B. (2014). Logika: ilmu dan seni berpikir kritis. Jakarta: Indeks. Nurudin. (2012). Dasar-dasar penulisan. Malang: UMM Press.


(5)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2015).

KBBI Daring. [Online]. Diakses dari

http://badanbahasa.kemendikbud.go.id.

Permana, J. (2010). Penerapan metode pembelajaran berbasis masalah sosial

(social problem based learning methods) dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kepekaan sosial siswa sekolah dasar (studi eksperimen kuasi penerapan pembelajaran berbasis masalah sosial pada pembelajaran IPS di kelas V SDN Tikukur Kota Bandung). (Tesis). Seklah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses dari http://repository.upi.edu/10183/.

Priyatno, D. (2009). 5 jam belajar olah data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi. Ranjabar, J. (2014). Dasar-dasar logika: sebuah langkah awal untuk masuk ke

berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan. Bandung: Alfabeta.

Rusman. (2012). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme

guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, W. (2014). Strategi pembelajaran: berorientasi standar proses

pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Semi, M.A. (2007). Dasar-dasar keterampilan menulis. Bandung: Angkasa. Sidharta, B. A. (2012). Pengantar logika: sebuah langkah pertama pengenalan

medan telaah. Bandung: PT Refika Aditama.

Sihotang, K. (2012). Critical thinking: membangun pemikiran logis. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan.

Solso, R. L. (2008). Psikologi kognitif: edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R& D. Bandung: Alfabeta.

Supadiyanto. (2012). Berburu honor dengan artikel. Jakarta: Elex Media Kompitindo.

Suparno & M. Yunus. (2008). Keterampilan dasar menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suprijono, A. (2014). Cooperative learning: teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surajiyo. (2009). Dasar-dasar logika. Jakarta: Bumi Aksara.

Suyadi. (2013). Strategi pembelajaran pendidikan berkarakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

Tarigan, H.G. (2008). Dasar-dasar keterampilan menulis. Bandung: PT Angkasa. Tim Penyusun. (2014). Pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan

Indonesia tahun 2014. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Urman. (2010). Pembelajaran berbasis masalah terstruktur untuk meningkatkan

kemampuan penalaran matematik siswa sekolah menengah pertama.

(Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Diakses dari http://repository.upi.edu/9510/.

Yustinah. (2014). Produktif berbahasa Indonesia I: untuk SMA/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Zainurrahman. (2013). Menulis: dari teori hingga praktik (penawar racun


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 68

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 24 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 19 66

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

0 5 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BERDASARKAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI KETERKAITAN KEGIATAN MANUSIA DENGAN MASALAH PERUSAKAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri

3 21 66

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 1 10

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR

0 0 8

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ETNOMATEMATIKA

0 0 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN MANUSIA DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH

0 0 11

MODEL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS ETNOSAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 5 6