PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh RINA SAILIFA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh RINA SAILIFA

Hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar Lampung, diketahui bahwa selama ini guru kurang memberdayakan kemampuan berpikir kritis (KBK) secara optimal. Hal tersebut terlihat dalam pembelajaran, guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan model PBM dalam meningkatkan secara signifikan KBK siswa.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII A dan VIII B yang dipilih dari populasi secara random sampling. Data

kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakanuji Mann Whitney-U. Data kualitatif berupa


(3)

Rina Sailifa

iii

deskripsi KBK siswa, data aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model PBM dapat meningkatkan KBK siswa (14,96 %). Dari lima aspek KBK yang diamati yaitu merumuskan masalah, berhipotesis, menginterpretasi pernyataan,

memberikan alasan dan memberikan solusi, terdapat dua aspek yang mengalami peningkatan secara signifikan yaitu aspek memberikan alasan (18,34 %) dan memberikan solusi (44,36 %). Rata-rata aktivitas siswa dalam semua aspek yang diamati sebesar 78,49 %. Aktivitas siswa meningkat pada aspek

mengajukan pertanyaan(6,4 %)dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok (16,45 %) dengan kategori tinggi. Selanjutnya, 86,25 % siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBM. Dengan demikian,

penggunaan model PBM dapat meningkatkan KBK siswa secara signifikan pada aspek memberikan alasan dan memberikan solusi sedangkan pada aspek

merumuskan masalah, berhipotesis dan menginterpretasi pernyataan tidak berpengaruh secara signifikan.

Kata kunci : model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM), kemampuan berpikir kritis, sistem pencernaan manusia.


(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh RINA SAILIFA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(5)

Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013) Nama Mahasiswa : Rina Sailifa

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024044 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M.Si. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP 19610910 198603 1 005 NIP 19770715 200801 2 020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si. __________

Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aceh Pidie pada 10 Agustus 1990, yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Saiful Zainal dan Ibu Ainal Mardiyah.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 6 Kelapa Tujuh (1996-2002), SMP Negeri 7 Kotabumi (2002-2005), SMA Negeri 3 Kotabumi (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Penelusuran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar, serta aktif di organisasi sebagai abid keputrian BIROHMAH (2011/2012). Penulis

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI 1 Seputih Raman dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Lampung Tengah (Tahun 2011) serta penelitian pendidikan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung (Tahun 2012) untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S. Pd.


(8)

Persembahan

Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam…

Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…

Kupersembahkan karya ini sebagai bakti dan cinta kepada:

Kedua orang terkasih, ayah dan mama. Jazaakumullah khayran katsir, atas

berlimpahnya kasih sayang, do’a tulus di setiap akhir sujud serta motivasi yang tiada

henti. Ayah mama adalah orang tua terhebat di dunia. Semoga Allah mengampuni, menyayangi dan kelak menempatkan keduanya di Jannah-Nya.

Adik-adikku tersayang, wanda, ijal dan jefri yang memotivasi kakak agar segera menyelesaikan karya ini. Kakak sayang kalian. Semoga karya ini dapat

memotivasi kalian untuk semakin gigih meraih cita.

Keluarga besarku di Lampung dan Aceh yang kurindukan. Terimakasih telah memotivasiku selama menempuh tahap ini.

Seluruh pengajarku, yang telah mengajariku tentang hakikat kehidupan. Tentang sabar, ikhlas, usaha gigih serta semangat untuk mewujudkan asa. Sahabat terkasihku, Anggun, Nia, Yuri, Vera dan Icha’, Jazaakumullah khayran

katsir atas persahabatan yang begitu indah dan penuh kebermaknaan. Terimakasih untuk membersamai momen kalian denganku. Semoga Allah

mengikatnya hingga ke Jannah.

Sahabat mandibula, untuk kebersamaan yang tercipta selama kita disini. Semoga rasa kekeluargaan ini tetap tertoreh untuk kedepannya. Sukses untuk

kita semua !


(9)

Motto

Dan katakanlah, “bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya

serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu..”

(QS At Taubah: 105)

Spread salam, Beat Procrastination, love hectic

(Rina Sailifa)


(10)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rina Sailifa Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024044 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, April 2013 Yang menyatakan

Rina Sailifa NPM 0813024044


(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Pramudiyanti, S. Si., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Dr. Tri Jalmo M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

5. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;


(12)

xii

6. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan hingga skripsi ini dapat selesai;

7. Dra. Hj. Rita Ningsih, MM., selaku Kepala SMP Negeri 22 Bandar Lampung dan Yaniar Afida, S.Pd. selaku guru mitra, yang telah memberikan izin, bimbingan serta motivasi selama penelitian;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIII A dan VIII B

SMP Negeri 22 Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

9. Orangtuaku yang mendoakan, menyayangi dan memotivasiku; serta adik-adikku atas kasih sayang dan dukungan yang kalian berikan;

10.Sahabat JilKo atas doa dan sokongan semangat yang kalian berikan; 11.Rekan-rekan Mandibula (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2008), kakak dan

adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas rasa kekeluargaan yang kalian berikan;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) ... 9

B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 18

C. Kerangka Pemikiran ... 25

D. Hipotesis ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Desain Penelitian ... 28

D. Prosedur penelitian ... 29

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 43

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46


(14)

xiv V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN 1. Silabus ... 65

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 67

3. Lembar Kerja Kelompok ... 78

4. Soal Pretes atau Postes ... 149

5. Data Hasil Penelitian ... 156

6. Analisis Uji Statistik ... 171


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintaks PBM... 11

2. Karakteristik Masalah dalam PBM ... 17

3. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis ... 20

4. Kriteria N-gain ... 36

5. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 37

6. Kriteria Berpikir Kritis Siswa ... 38

7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 39

8. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa... 40

9. Item pernyataan pada angket ... 41

10.Skor perjawaban angket ... 41

11.Data angket tanggapan siswa terhadap model PBM ... 42

12.Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap PBM ... 42

13.Hasil uji normalitas dan uji Mann-WhitneyU nilai rata-rata pretes, postes dan N-gain KBK siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 46

14.Hasil analisis rata-rata N-gain setiap aspek KBK siswa pada kelas eksperimen dan kontrol... 47

15.Data nilai rata-rata KBK siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. 48

16.Aktivitas belajar siswa kelompok eksperimen dan kontrol... 49

17.Nilai pretes, postes dan N-gain kelompok eksperimen ... 156

18.Nilai pretes, postes dan N-gain kelompok kontrol ... 157


(16)

xvi

20.Analisis butir soal pretes dan postes kelompok kontrol ... 160

21.Analisis aspek KBK pada soal pretes dan postes kelompok eksperimen ... 162

22.Analisis aspek KBK pada soal pretes dan postes kelompok kontrol 165

23.Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ... 168

24.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM ... 170

25.Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol... 171

26.Hasil uji Mann-Withney U pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 171

27.Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ... 172

28.Hasil uji Mann-Withney U postes kelas eksperimen dan kontrol ... 173

29.Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 173

30.Hasil uji Mann-Withney UN-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 174

31.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek merumuskan masalah kelas eksperimen dan kontrol... 175

32.Hasil uji Mann-Whitney UN-gain pada aspek merumuskan masalah kelas eksperimen dan kontrol ... 175

33.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek berhipotesis kelas eksperimen dan kontrol ... 176

34.Hasil uji Mann-Whitney UN-gain pada aspek berhipotesis kelas eksperimen dan kontrol ... 177

35.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek menginterpretasi pernyataan kelas eksperimen dan kontrol ... 177

36.Hasil uji Mann-Whitney U N-gain pada aspek menginterpretasi pernyataan kelas eksperimen dan kontrol ... 178

37.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek memberikan alasan kelas eksperimen dan kontrol ... 178

38.Hasil uji Mann-Whitney UN-gain pada aspek memberikan alasan kelas eksperimen dan kontrol ... 179


(17)

xvii

39.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek memberikan solusi kelas

eksperimen dan kontrol ... 180 40.Hasil uji Mann-Whitney U N-gain pada aspek memberikan solusi


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 27

2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen ... 29

3. Aktivitas belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol. ... 50

4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM... 51

5. Contoh jawaban siswa dalam merumuskan masalah. ... 54

6. Contoh jawaban siswa dalam merumuskan masalah ... 54

7. Contoh jawaban siswa dalam berhipotesis ... 55

8. Contoh jawaban siswa dalam berhipotesis ... 55

9. Contoh jawaban siswa dalam menginterpretasi pernyataan... 56

10.Contoh jawaban siswa dalam menginterpretasi pernyataan... 56

11.Contoh jawaban siswa dalam mengemukakan alasan ... 57

12.Contoh jawaban siswa dalam mengemukakan alasan ... 57


(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar yang aktif dan kondusif. Tujuan dari pendidikan nasional seperti yang diamanahkan oleh Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 berikut ini.

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, suatu pembelajaran tidak hanya menganut sistem konsep dan materi saja namun perlu menekankan pada kemampuan khusus yang berguna untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan nyata. Salah satu kemampuan yang berguna untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan nyata ialah kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk kehidupan. Pentingnya kemampuan berpikir kritis diungkapkan oleh Ziser (dalam Lambertus, 2009: 136). Ia berpendapat bahwa siswa dapat menjaga kebiasaan berpikir secara mendalam, menjalani kehidupan dengan pendekatan yang cerdas serta dapat dipertanggungjawabkan dengan cara


(20)

2

mempraktekkan kemampuan berpikir kritis dalam konteks yang benar. Pendapat lainnya oleh Matthews & Foster (2011: 1) yaitu pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam proses membuat keputusan bijak yang penting bagi kehidupan. Seseorang yang telah membiasakan diri untuk berpikir kritis dalam kehidupannya akan lebih kritis dalam menerima informasi dari berbagai sumber dan mudah untuk mengambil keputusan logis pada setiap aspek dalam hidupnya.

Dengan berpikir kritis diharapkan siswa mampu untuk memperoleh pengetahuan yang menunjang akademiknya sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar siswa dalam proses maupun hasilnya. Kemampuan berpikir kritis dapat menjadi penentu kemampuan siswa dalam menjawab

permasalahan yang ada pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu, kemampuan berpikir kritis tidak hanya berguna untuk menunjang akademik siswa, namun berguna juga dalam menghadapi tantangan serta masalah dalam kehidupan kedepan. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa perlu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan berpikir kritis, saat siswa dihadapkan pada suatu masalah dalam kesehariannya, siswa dapat menentukan berbagai solusi yang tepat. Jadi, bila nantinya siswa tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, kemampuan berpikir kritis siswa masih membekas dan dapat dikembangkannya sendiri serta mampu memberikan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi.

Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru biologi kelas VIII dan observasi di SMP N 22 Bandar Lampung


(21)

3

diketahui bahwa pembelajaran biologi di kelas lebih banyak menekankan pada pengetahuan dan penguasaan materi. Guru memberikan soal-soal yang lebih banyak menekankan pada pengetahuan dan penguasaan materi serta belum menuntun siswa kearah berpikir kritis. Saat di kelas, hanya 3-5 orang siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Penerapan metode pembelajaran yang digunakan pada materi pokok sistem pencernaan manusia kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Padahal dengan melatih kemampuan berpikir kritis pada materi ini, siswa dapat menyadari pentingnya menjaga kesehatan.

Siswa dilatih untuk merumuskan masalah, berhipotesis, menginterpretasi pernyataan, memberikan alasan dan solusi dari permasalahan yang berhubungan dengan pencernaan manusia. Dengan hal itu, kedepannya siswa memiliki kerangka berpikir berupa pengetahuan dan cara untuk mengatasi masalahnya berdasarkan apa yang telah ia pelajari. Pembelajaran yang selama ini dilakukan cenderung menyebabkan siswa lebih banyak menerima informasi dari guru akibatnya siswa cenderung pasif dan kurang optimal dalam memberdayakan potensi yang dimiliki. Metode pembelajaran yang biasanya digunakan guru untuk membelajarkan materi pokok sistem pencernaan manusia adalah diskusi, yaitu guru memberikan penjelasan melalui media power point, kemudian tanya jawab dan diakhiri dengan pemberian tugas atau latihan soal. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk membiasakan diri meningkatkan daya pikirnya dalam


(22)

4

merumuskan masalah, berhipotesis, menginterpretasi pernyataan, memberikan alasan dan solusi yang tepat dari suatu masalah.

Seperti kemampuan pada umumnya, maka kemampuan berpikir kritis juga dapat dilatih dan ditingkatkan. Untuk dapat melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dapat dengan cara menerapkan model pembelajaran inovatif-progresif. Model yang diduga sesuai untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM). Trianto (2010: 89-95) berpendapat bahwa model PBM dapat membelajarkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah akan memberikan pengalaman nyata yang dengan pengalaman itu dapat digunakan pula untuk memecahkan masalah-masalah serupa. Korelasi antara model PBM terhadap kemampuan berpikir kritis juga dikemukakan oleh Savery (dalam Masek dan Yamin, 2011: 217) yang menyatakan PBM sering digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis terutama dalam aspek memberikan alasan.Hal senada juga dituliskan oleh Wang (2008: S11) dalam jurnal ilmiahnya, bahwa terdapat korelasi antara berpikir kritis dan kepercayaan diri dalam PBM dan cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kepercayaan diri adalah dengan melatih PBM.


(23)

5

Berdasarkan hasil penelitian Permata (2011: 45) dan Supriyadi (2011: 38) menunjukkan adanya keberhasilan penerapan model PBM terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran biologi. Dari hasil penelitian Permata (2011: 45), setelah penerapan model PBM pada materi ekosistem, kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya

menggunakan media maket dengan model PBM pada materi pokok ekosistem lebih tinggi dibandingkan menggunakan media gambar dengan metode diskusi pada materi pokok ekosistem denganpeningkatan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 46,21%. Selanjutnya dari hasil penelitian Supriyadi (2010: 38) menunjukkan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem reproduksi pada manusia yang menggunakan model PBM lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar menggunakan metode diskusi denganpeningkatan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 66, 83%.

Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model PBM terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia di SMP N 22 Bandar


(24)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh penggunaan model PBM dalam meningkatkan secara signifikan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia ?

2. Adakah pengaruh penggunaan model PBM dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia ? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM pada

materi pokok sistem pencernaan manusia ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan model PBM dalam meningkatkan secara signifikan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia.

2. Pengaruh penggunaan model PBM terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia.

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM pada materi pokok sistem pencernaan manusia.


(25)

7

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman baru, wawasan dan bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memilih model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Bagi guru, dapat memberikan alternatif dalam memilih serta menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan manusia, sebagai bahan informasi tentang pentingnya berpikir kritis dalam pembelajaran dan membantu dalam menyusun instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Bagi siswa, mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda dan menarik sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PBM. Tahap-tahap PBM, yakni: (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil penyelidikan kelompok dan (5) mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan masalah.


(26)

8

2. Aspek kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (2011) yang mencakup: (1) merumuskan suatu masalah, (2) berhipotesis, (3) menginterpretasi pernyataan, (4) memberi alasan dari suatu kejadian dan (5) memberikan solusi yang tepat dari suatu masalah.

3. Aktivitas belajar siswa yang diteliti mencakup aktivitas mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, bertukar informasi, bekerja sama dalam kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. 4. Penelitian ini bersifat kuasi eksperimental dengan subyek penelitiannya

adalah siswa-siswi kelas VIII di SMP N 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

5. Materi dalam penelitian ini adalah sistem pencernaan manusia sesuai dengan kompetensi dasar 1.4: mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.


(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM)

Model PBM terus berkembang sejak dipopulerkan oleh Prof. Howard Barrows, M.D., di Fakultas Kedokteran McMaster University Canada pada tahun 1970-an. Prof. Howard Barrows, M.D secara berkesinambungan menyebarluaskan model PBM. Meskipun aslinya model ini berasal dari pendidikan kedokteran, penerapannya telah berkembang ke berbagai bidang pendidikan. Perkembangannya semakin terlihat dikarenakan adanya

peningkatan tuntutan agar teori dan praktek tidak terlalu timpang, banyaknya sumber informasi, kompleksnya kompetensi dunia nyata serta perkembangan dalam bidang pembelajaran dan pedagogik (Amir, 2010: 12 dan 128).

Dengan semakin berkembangnya model PBM, rumusannya juga beragam. Rumusan model PBM menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson (dalam Amir, 2010: 21) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam

kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang


(28)

10

nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya menurut Dutch (dalam Amir, 2010: 21) PBM merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar“, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBM mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

Model PBM dinilai mampu menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Dengan adanya masalah yang membutuhkan penyelidikan autentik, maka untuk menyelesaikan masalah, siswa menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Dalam hal ini, lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf otak siswa berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik (Trianto, 2010: 91-95).

Model PBM dapat dilaksanakan bila pendidik telah menyiapkan berbagai instrumen pembelajaran yang meliputi silabus, RPP dan lembar kerja siswa yang berbasis masalah. Siswa juga telah memahami tahap-tahap dalam PBM. Model PBM terdiri dari lima tahap yang dimulai dengan mengorientasikan


(29)

11

siswa dengan suatu masalah kemudian diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

Tabel 1. Sintaks PBM

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau cerita untuk

memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih Tahap 2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah untuk mendapatkan penjelasanan malah Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2010: 98)

Tahapan model PBM diuraikan oleh Arends (dalam Dasna & Sutrisno, 2010: 5-8) seperti berikut ini:

Tahap 1: Mengorientasikan siswa pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBM, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus

dilakukan oleh siswa. Selain proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal


(30)

12

ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Empat hal penting pada proses ini, yaitu: (1) Tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar

informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri. (2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban

mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.

(3) Selama tahap penyelidikan (dalam pembelajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapi siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.

(4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas, semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

Tahap 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Selain mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, PBM juga mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok-kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa


(31)

13

dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah siswa

diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Tahap 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBM. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Pada tahap ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan ia seharusnya


(32)

14

mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas

informasi yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut cukup memadai

untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”apa yang Anda

butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?” atau ”apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda usulkan?”. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegiatan penyelidikan.

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan artefak (hasil karya) dan memamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah


(33)

15

memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Tahap 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam PBM. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka

menolak beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBM untuk pengajaran.

Setelah mengetahui tahapan model PBM, selanjutnya terdapat perancangan masalah yang merupakan hal penting dalam model PBM. Menurut Amir (2010: 32-33), perancangan masalah yang disajikan dalam model PBM mencakup hal:


(34)

16

1. Memiliki keaslian di dunia nyata, masalah yang disajikan sebisa mungkin merupakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.

2. Dibangun dengan mempertimbangkan pengetahuan sebelumnya, masalah yang dirancang mampu membangun kembali pengetahuan yang telah didapat sebelumnya dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang baru didapat.

3. Membangun pengetahuan yang metakognitif dan konstruktif, siswa menyadari tentang pemikirannya dengan menguji pemikirannya, mempertanyakan, mengkritisi sekaligus mengeksplor hal baru

(metakognitif) sehingga akan terbentuk pemahaman mengenai sebuah pengetahuan (konstruktif).

4. Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran, dengan adanya rancangan masalah yang menarik dan menantang, siswa akan tertarik untuk belajar.

Pendidik dapat merancang sendiri masalah dalam PBM dengan mengambil sumber dari buku paket, internet, jurnal ilmiah maupun media cetak dan elektronik. Tabel karakteristik masalah (Tabel 2) dapat dijadikan rujukan untuk memudahkan guru dalam mendesain suatu masalah yang sesuai dengan model PBM.


(35)

17

Tabel 2. Karakteristik Masalah dalam PBM

Aspek masalah Hal yang harus diperhatikan

Karakteristik  kompleksitas & relevansinya dengan dunia nyata  penyelesaiannya menuntut pemahaman satu topik

atau multitopik

 seberapa terbuka solusi masalahnya

Konteksnya  apakah masalah cukup mengambang “ill structured”  apakah cukup mengundang rasa ingin tau

 apakah cukup menantang dan memotivasi

 apakah cukup membuat pemelajar memanfaatkan pengetahuan awal dan mendapatkan informasi baru Lingkungan

Belajar dan Sumber Materi

 sejauh mana masalah menstimulasi kerja kelompok  belajar independen seperti yang diharapkan

 apakah perlu ada tuntunan mendapatkan sumber materi

 seperti apa petunjuk yang disisipkan disetiap masalah

 informasi seperti apa yang dituntut dari sumber materi

Pelaporan dan Presentasi

 adakah skenario dari penyelesaian masalah

 sejauh apa rincian laporan dan presentasi yang harus dibuat

 bagaimana format presentasi dan diskusi (Amir, 2010: 34).

Berdasarkan uraian di atas, model PBM sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena memiliki keunggulan yang membedakannya dengan model pembelajaran inovatif-progresif lainnya. Menurut Trianto (2010: 93-94), keunggulan model PBM sebagai berikut:

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah, PBM mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan atau masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Masalah mengajukan situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi. Masalah yang diberikan dapat


(36)

18

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa mampu meninjau dari banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik, untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang nyata.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. PBM menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. 5. Kolaborasi. Siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya. Bekerja

sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri, dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

B. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir merupakan suatu proses mental untuk menghasilkan sebuah pengetahuan. Berpikir tidak pernah lepas dari aktivitas manusia karena hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya di muka bumi. Arends & Kilcher (2010: 231) menguraikan “What exactly is meant by

thinking?” seperti yang dikutip berikut ini.

...thinking consists of using particular skills and cognitive processes, current efforts to identify these skills and processes have produced different and multiple listings, and the exact nature of particular thinking processes remains somewhat undefined.


(37)

19

Selanjutnya, berpikir dibagi menjadi dua dimensi yang berbeda seperti yang dikutip berikut ini.

Most theorists and practitioners today also view thinking as having two distinct dimensions. The first dimension consists of a set of skills or abilities, such as being able to recognize bias in an argument or to reach conclusions based on sound evidence. These skills are activated in problem solving situations and make thinking more effective. The second dimension consists of broad dispositions, or habits of mind, such as curiosity and open-mindedness

Dispositions are not thinking skills, but instead attitudes and habits of mind about thinking that motivate and direct us to engage in thinking pursuits in the first place After synthesizing the work of several researchers, dispositions grouped into three overarching categories.

Creative thinking: looking out, up, around, and about

1. Disposition to be open-minded: Thinking that works against narrowness and rigidity and ability to look at things from a different perspective or point of view.

2. Disposition to be curious: Thinking that propels one to explore our world and of finding the interesting and puzzling in all aspects of our intellectual and everyday lives.

Reflective thinking: looking within

3. Disposition to be metacognitive: Thinking that is thinking about

one’s own thinking and the particular disposition to actively monitor, regulate, and evaluate one’s thinking.

Critical thinking: looking at, through, and in between

4. Disposition to be seeking truth and understanding: Thinking that takes a person deeper into the topic at hand and involves weighing evidence, testing hypotheses, and exploring applications and consequences.

5. Disposition to be strategic: Thinking that is organized, methodical, and planned to meet particular goals or solve particular problems.

6. Disposition to be skeptical: Thinking that is probing and that looks beneath the surface of things, ideas, and arguments. (Arends & Kilcher, 2010: 244).

Berdasarkan uraian diatas, berpikir kritis (Critical thinking) digolongkan kedalam disposisi. Berpikir kritis diartikan sebagai penentuan makna dari apa yang dilihat, dinyatakan dan dialami, menilai argumen dan menimbang kesimpulan yang ditarik berdasarkan bukti-bukti pendukung yang memadai


(38)

20

(Murti, 2009: 1). Selanjutnya menurut Ennis (dalam Fisher, 2009: 4) berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.

Critical thinking is another type of thinking that gains the attention of theorists and educators alike. critical thinking focuses on thinking that is reflective and that is directed toward analyzing particular arguments, recognizing fallacies and bias, and reaching conclusions based on evidence and sound judgment. Beyer (1997) has written that critical thinking is the process of determining the “authenticity, accuracy and

worth” of particular pieces of information or knowledge. This is somewhat similar to Bloom’s cognitive process of evaluate. Both focus on making judgments based on criteria and standards. As with other types of thinking, critical thinking has a skill and dispositional dimension. For instance, it requires certain skills to determine if an argument is accurate and worthwhile. But it also requires an inquiry-oriented disposition to want to determine accuracy or worthiness in the first place (Arends & Kilcher, 2010: 233)

Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (2011) mencakup kemampuan memberikan penjelasan dasar, membangun keterampilan dasar,

menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik, selanjutnya dijelaskan menjadi aspek-aspek agar lebih terperinci sesuai Tabel 3.

Tabel 3. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek 1. Memberikan

penjelasan dasar

1. Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu masalah

b. Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin

c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi


(39)

21

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek 2. Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan c. Mengidentifikasi

alasan yang tidak dinyatakan

d. Mencari persamaan dan perbedaan e. Mengidentifikasi dan

menangani ketidakrelevanan f. Mencari struktur dari

sebuah

pendapat/argumen g. Meringkas

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang a. Mengapa?

b. Apa yang menjadi alasan utama? c. Apa yang kamu

maksud dengan? d. Apa yang menjadi

contoh?

e. Apa yang bukan contoh?

f. Bagaimana mengaplikasikan kasus tersebut? g. Apa yang menjadikan

perbedaannya? h. Apa faktanya? i. Apakah ini yang

kamu katakan? j. Apalagi yang akan

kamu katakan tentang itu? 2. Membangun keterampilan dasar 4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak a. Keahlian

b. Mengurangi konflik interest

c. Kesepakatan antar sumber

d. Reputasi e. Menggunakan

prosedur yang ada f. Mengetahui resiko


(40)

22

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek g. Keterampilan

memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati 5. Mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi

a. Mengurangi

praduga/menyangka b. Mempersingkat waktu

antara observasi dengan laporan c. Laporan dilakukan

oleh pengamat sendiri d. Mencatat hal-hal yang

sangat diperlukan e. Penguatan

f. Kemungkinan dalam penguatan

g. Kondisi akses yang baik

h. Kompeten dalam menggunakan teknologi

i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria

3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi

a. Kelas logika b. Mengkondisikan

logika

c. Menginterpretasikan pernyataan

7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

a. Menggeneralisasi b. Berhipotesis 8. Membuat dan

mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

c. Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas) d. Mempertimbangkan alternatif e. Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan 4. Membuat penjelasan lebih lanjut 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi

Ada 3 dimensi: a. Bentuk: sinonim,

klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama,


(41)

23

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek

operasional, contoh dan noncontoh b. Strategi definisi c. Konten (isi) 10.Mengidentifikasi

asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan

b. Asumsi yang diperlukan:

rekonstruksi argumen 5. Strategi dan

taktik

11.Memutuskan suatu tindakan

a. Mendefinisikan masalah

b. Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan c. Merumuskan

alternatif-alternatif untuk solusi

d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan e. Me-review

f. Memonitor implementasi 12.Berinteraksi dengan

orang lain

a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik d. Mempresentasikan

suatu posisi, baik lisan atau tulisan (Ennis, 2011: 2-4)

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan. Kemampuan berpikir kritis dapat menjadi penentu kemampuan siswa dalam menjawab permasalahan yang ada pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hence critical thinking is necessary and important for every person. It depends on the thinking styles of person and varies from each others. Critical thinking is important for learning process. Without critical thinking learning is not complete. For better learning in classroom critical thinking strategies should be used. In the classroom activities critical thinking must be applied by the teacher. Critical thinking helps students and teachers for improvement of their knowledge, skill and attitude in the field of their profession.


(42)

24

Critical thinking is most useful and applicable tool for classroom teaching and learning. It is the most useful for productive teaching and learning in classroom. Critical thinking is most powerful and important tool for thinking classroom. By the critical thinking students are able to express them self to speak their thought. They also have become more attentive listeners to each other. They also included in the creative process of knowledge building (Joshi, 2010: 1)

Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Untuk meningkatkan berpikir kritis maka diperlukan suatu rangsangan agar seseorang mampu untuk berpikir kritis, dalam hal ini diperlukan suatu masalah untuk mengetahui sejauh mana seseorang mampu untuk berpikir kritis. Dalam Sholihah (2011: 30-32), cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain, meliputi: membaca dengan kritis sehingga dapat meningkatkan daya analisis terhadap kalimat yang dibacanya, mengembangkan kemampuan observasi dengan mengoptimalkan indra untuk mendapatkan informasi pada obyek yang diamati, memunculkan rasa ingin tau melalui bertanya mengenai suatu

masalah, memadukan antara pengetahuan awal dan baru setelah mendapatkan informasi dan melakukan diskusi sehingga banyak memunculkan pertanyaan dan jawaban.

Aspek-aspek kemampuan berpikir kritis yang akan dikembangkan pada materi sistem pencernaan manusia dalam kompetensi dasar 1.4: mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan, adalah: (1) merumuskan masalah, (2) berhipotesis, (3) menginterpretasi pernyataan, (4) memberikan alasan dan (5) memberikan solusi yang tepat. Aspek-aspek tersebut sesuai dengan desain masalah pada model PBM sehingga dengan


(43)

25

adanya masalah diharapkan mampu mengembangkan kelima aspek kemampuan berpikir kritis tersebut.

C. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran yang tepat untuk biologi adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung melalui eksperimen, observasi, identifikasi atau pencarian informasi secara mendalam. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa dalam memahami materi sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu alternatif model yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model PBM. Model PBM membelajarkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir,

mengembangkan kemandirian dan percaya diri sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Dalam PBM, guru berperan mengajukan permasalahan nyata, memberikan dorongan, memotivasi dan menyediakan bahan ajar dan fasilitas yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Untuk dapat

memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan kemampuannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri, sehingga proses belajar individu terjadi secara langsung. Dengan model PBM diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat karena kesesuaian sintaks


(44)

26

dari model PBM memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Aspek kemampuan berpikir kritis yang akan ditingkatkan mencakup merumuskan masalah, berhipotesis, menginterpretasi pernyataan, memberikan alasan dan solusi yang mungkin.

Pada tahap pertama PBM, guru mengorientasikan siswa pada masalah dengan cara memberikan suatu masalah pada siswa dan memberikan motivasi untuk terlibat dalam pemecahan masalah. Pada tahap ini, diharapkan siswa mampu merumuskan suatu masalah dengan menggunakan kalimat tanya dan

berhipotesis. Tahap kedua dan ketiga, guru mengorganisasikan siswa untuk belajar dan membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dengan cara mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai agar mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Dalam hal ini, siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menginterpretasi pernyataan dan

memberikan alasan melalui berbagai informasi yang telah diperolehnya. Tahap selanjutnya, siswa menyajikan hasil penyelidikan masalahnya

kemudian menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Melalui tahap ini, siswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin dari masalahnya setelah melalui proses berpikir merumuskan masalah, berhipotesis, menginterpretasi pernyataan, memberikan alasan dan solusi.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang menggunakan dua kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model PBM pada


(45)

27

materi pokok sistem pencernaan manusia di kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model PBM sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis siswa.

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat X = model PBM;

Y = kemampuan berpikir kritis siswa

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. H0 = Penggunaan model PBM tidak berpengaruh secara signifikan

dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia.

H1 = Penggunaan model PBM berpengaruh secara signifikan

dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia.

2. Model PBM berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap model PBM pada materi pokok sistem pencernaan manusia.


(46)

28

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan saat semester ganjil pada bulan Oktober tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 22 tahun pelajaran 2012/2013, Bandar Lampung. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik random sampling dengan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 40 orang dan kelas VIII A sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok non ekuivalen. Kelas eksperimen menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM), sedangkan kelas kontrol

menggunakan metode diskusi. Kedua kelas tersebut diberikan pretes sebelum proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, setelah proses pembelajaran diberikan postes terhadap kedua kelas penelitian.


(47)

29

Langkah-langkah peneliti dengan menggunakan desain ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen Keterangan:

R1 = Kelas Eksperimen

R2 = Kelas Kontrol

O = Pretes/Postes

X = Eksperimen dengan PBM C = Kontrol dengan diskusi (Sugiyono, 2010: 112)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian ke FKIP untuk sekolah yang menjadi tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok R1 O X O


(48)

30

(LKK), dalam penelitian ini LKK pada kelas eksperimen dibuat dalam bentuk LKK berdasarkan masalah dari artikel-artikel yang diperoleh dari berbagai sumber seperti koran, majalah, internet dan sumber lain yang relevan kemudian dibuat bahan diskusi yang disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kritis.

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes yang berbentuk soal uraian, lembar observasi aktivitas siswa dan angket model PBM. f. Melakukan uji ahli pada soal pretes/postes.

g. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai pretes. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan model PBM untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini sebanyak dua kali pertemuan, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas Eksperimen Kegiatan Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan pertama berupa soal uraian mengenai sistem pencernaan manusia.

b) Siswa mendengar penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran. c) Apersepsi dilakukan siswa dengan menjawab pertanyaan guru:


(49)

31

(Pertemuan ke - I) guru menampilkan gambar makanan, lalu

bertanya “gambar apakah ini ?”, “makanan ini mengandung zat

makanan apa ?”, “mengapa kita perlu mengonsumsi makanan pada gambar ini ?”.

(Pertemuan ke - II) guru menampilkan gambar sistem pencernaan manusia, lalu bertanya ” apa sajakah organ yang tampak pada gambar ini ?“, “semua organ ini membentuk sistem apa ?”,

“bagaimana mekanisme pencernaan yang terjadi pada manusia ?”.

d) Siswa mendapatkan motivasi dari guru,

(Pertemuan ke - I) “Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui dampaknya bagi tubuh jika kekurangan ataupun kelebihan mengonsumsi zat makanan tertentu, sehingga kesehatan

tubuh terjaga”. (Pertemuan ke - II) “Setelah mempelajari materi ini,

kita dapat mengetahui mekanisme pencernaan dalam tubuh dan berbagai gangguan/ penyakit yang berhubungan dengan

pencernaan sehingga kita dapat mengetahui cara mencegah dan mengatasinya agar kesehatan tubuh kita terjaga”.

e) Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran dengan model PBM yang akan dilakukan. Setiap kelompok akan memperoleh LKK berbasis masalah untuk didiskusikan kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (Pertemuan ke- I-II).


(50)

32

Kegiatan Inti

a) Siswa dalam tiap kelompok menerima LKK berbasis masalah dengan permasalahan yang berbeda

(Pertemuan ke- I) mengkaji tentang berbagai zat makanan & hubungannya dengan kesehatan manusia.

(Pertemuan ke- II) mengkaji tentang sistem pencernaan manusia & hubungannya dengan kesehatan manusia.

b) Siswa merumuskan suatu masalah yang telah diajukan oleh guru (Pertemuan ke- I-II)

c) Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah (Pertemuan ke- I-II)

d) Siswa berdiskusi untuk menjawab LKK berbasis masalah (Pertemuan ke- I-II)

e) Setiap kelompok mengumpulkan LKK berbasis masalah yang telah dikerjakan (Pertemuan ke- I-II).

f) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas (Pertemuan ke- I-II)

g) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru (Pertemuan ke- I-II)

Kegiatan Penutup

a) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan tentang apa yang telah dipelajari

b) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya


(51)

33

c) Siswa mengerjakan postes (Pertemuan ke- II)yang sama dengan soal pretes (Pertemuan ke- I)

b. Kelas Kontrol

Kegiatan Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan pertama berupa soal uraian mengenai sistem pencernaan manusia.

b) Siswa mendengar penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran. c) Apersepsi dilakukan siswa dengan menjawab pertanyaan guru:

(Pertemuan ke - I) guru menampilkan gambar makanan, lalu

bertanya “gambar apakah ini ?”, “makanan ini mengandung zat

makanan apa ?”, “mengapa kita perlu mengonsumsi makanan pada

gambar ini ?”.

(Pertemuan ke - II) guru menampilkan gambar sistem pencernaan manusia, lalu bertanya ” apa sajakah organ yang tampak pada

gambar ini ?“, “semua organ ini membentuk sistem apa ?”,

“bagaimana mekanisme pencernaan yang terjadi pada manusia ?”.

d) (Pertemuan ke - I) “Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui dampaknya bagi tubuh jika kekurangan ataupun kelebihan mengonsumsi zat makanan tertentu, sehingga kesehatan

tubuh terjaga”. (Pertemuan ke - II) “Setelah mempelajari materi ini,

kita dapat mengetahui mekanisme pencernaan dalam tubuh dan berbagai gangguan/ penyakit yang berhubungan dengan pencernaan sehingga kita dapat mengetahui cara mencegah dan mengatasinya


(52)

34

e) Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran dengan metode diskusi yang akan dilakukan. Setiap kelompok akan memperoleh LKS untuk didiskusikan kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (Pertemuan ke- I-II).

Kegiatan Inti

a) Siswa dalam tiap kelompok menerima LKS

(Pertemuan ke- I) mengkaji tentang berbagai zat makanan & hubungannya dengan kesehatan manusia.

(Pertemuan ke- II) mengkaji tentang sistem pencernaan manusia & hubungannya dengan kesehatan manusia.

b) Siswa berdiskusi untuk menjawab LKS (Pertemuan ke- I-II) c) Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan

(Pertemuan ke- I-II).

d) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas (Pertemuan ke- I-II).

e) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru (Pertemuan ke- I-II).

Kegiatan Penutup

a) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan tentang apa yang telah dipelajari

b) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya


(53)

35

c) Siswa mengerjakan postes (Pertemuan ke- II)yang sama dengan soal pretes (Pertemuan ke- I)

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok sistem pencernaan manusia yang diperoleh dari nilai rata-rata pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes dalam bentuk N-gain.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengerjakan lembar kerja selama proses pembelajaran, data aktivitas siswa selama proses pembelajaran serta didukung dengan tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Pretes dan Postes

Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai pretes danpostes. Nilai pretes yang diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir


(54)

36

pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan berupa soal uraian. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

S = R x 100 N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut. Diadaptasi dari Purwanto (dalam Permata, 2011: 34).

Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes dalam bentuk N-gain dengan menggunakan rumus Hake (1999: 1) yaitu:

Keterangan:

N-gain = rata-rata N-gain Spost = rata-rataskor postes

Spre = rata-rataskor pretes

Smax = skor maksimum

Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan klasifikasi dari Hake (1999: 1) seperti terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4. Kriteria N-gain

N-gain Kriteria

g > 0,7 0,7 > g > 0,3

g < 0,3

Tinggi Sedang Rendah Dimodifikasi dari Hake (1999: 1).

N-gain =

Spost – Spre


(55)

37

Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa sebagai berikut :

1) Menjumlahkan skor (f) seluruh siswa .

2) Menentukan nilai tiap indikator kemampuan berpikir kritis (P) dengan menggunakan rumus:

P = N

f 100

Ket: P = Nilai kemampuan berpikir kritis yang dicari; f = Jumlah skor kemampuan berpikir kritis yang diperoleh; N = Jumlah total skor kemampuan berpikir kritis tiap indikator.

Dimodifikasi dari Sudijono (dalam Permata, 2011: 37). 3) Tabel kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No. Urut Siswa

Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

A B C D E

No.soal No.soal No.soal No.soal No.soal 1

2 3 Dst

F N P Kriteria

Catatan : Memberi tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai. Dimodifikasi dari Arief (dalam Permata, 2011: 37). Ket : A = merumuskan masalah, B = berhipotesis,

C = menginterpretasi pernyataan, D = memberikan alasan, E = memberikan solusi yang mungkin


(56)

38

4) Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka kemampuan berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria kemampuan berpikir kritis pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Berpikir Kritis Siswa

Dimodifikasi dari Arikunto (2010: 245)

b) Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Selama proses pembelajaran, LKK digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen dan LKS untuk kelas kontrol. LKK berisi pertanyaan yang mencakup aspek

kemampuan berpikir kritis yaitu merumuskan masalah, berhipotesis, menginterpretasi pernyataan, memberikan alasan dan solusi dari suatu masalah.

c) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Data tersebut dianalisis menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu: 1) Menghitung rata–rata aktivitas dengan menggunakan rumus:

% 100 x n xi

 

Poin Kriteria 80,1 – 100

60,1 - 80 40,1 - 60 20,1 - 40 0,0 – 20

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Keterangan :

X = Rata-rata skor aktivitas siswa

Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh


(57)

39

2) Mengamati aktivitas siswa sesuai aspek yang diamati pada Tabel 7. Tabel 7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

Kriteria Aktivitas Belajar Siswa A B C D E 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

Dst Xi

N X Kriteria

Dimodifikasi dari Carolina (2010: 29)

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: A.Mengemukakan pendapat

1. Tidak mengemukakan pendapat (diam saja).

2. Mengemukakan pendapat namun tidak sesuai dengan permasalahan di LKK.

3. Mengemukakan pendapat sesuai dengan permasalahan di LKK. B. Mengajukan pertanyaan

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah dan tidak sesuai dengan permasalahan di LKK.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan di LKK.

C. Bekerja sama dalam tim

1. Tidak melaksanakan tugas apa pun. 2. Bekerja sendiri tanpa melibatkan teman.

3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok. D.Bertukar informasi

1. Tidak bertukar informasi dengan anggota kelompok (diam) 2. Bertukar informasi dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai

dengan permasalahan di LKK.

3. Bertukar informasi dengan anggota kelompok sesuai dengan permasalahan di LKK.


(58)

40

E. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan benar. 3. Siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan

sistematis dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Catatan : Nilai kelompok = Nilai individu

3) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 8.

Tabel 8. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Kategori Indeks Aktivitas Siswa (%) Interprestasi 0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi

Dimodifikasi dari Coletta dan Phillips (dalam Permata, 2011: 39)

d) Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi tanggapan siswa mengenai model PBM yang telah dilaksanakan. Angket ini berupa 10 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif dengan 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.


(59)

41

Tabel 9. Item pernyataan pada angket

No Pernyataan-pernyataan S TS 1

Saya senang mempelajari materi sistem pencernaan

manusia dengan model pembelajaran yang digunakan guru. 2 Model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih

aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.

3 Saya termotivasi untuk mencari data/ informasi dari berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKK.

4 Saya merasa sulit merumuskan masalah di LKK dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

5 Saya lebih mudah mengemukakan alasan di LKK dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

6 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

7 Saya sulit mengemukakan penyebab masalah yang terdapat di LKK dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

8 Saya sulit menginterpretasikan pernyataan yang terdapat dalam LKK

9 Saya tidak dapat memberikan solusi terhadap masalah yang terdapat dalam LKK

10 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi pokok yang dipelajari.

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 10.

Tabel 10. Skor perjawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 29).

2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan


(60)

42

kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket sesuai tabel 11.

Tabel 11. Data angket tanggapan siswa terhadap model PBM . No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden (Siswa) Persentase

1 S

TS

2 S

TS dst S

TS

3) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban;

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

4) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM sesuai kriteria Riduwan (dalam Hastriani, 2006: 36) pada Tabel 12.

Tabel 12. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap PBM Persentase Interpretasi

100 75 – 99 51 – 74 50 25 – 49 1 – 24 0 Semuanya Hampir seluruhnya Sebagian besar Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada


(61)

43

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Nilai pretes, postes dan N-gain pada kelas kontrol dan eksperimen

dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan program SPSS 17.  Hipotesis

H0: Sampel berdistribusi normal

H1: Sampel tidak berdistribusi normal

 Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk

harga yang lainnya (diadaptasi dari Pratisto, dalam Permata, 2011: 35).

b. Kesamaan Dua Varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS 17.

 Hipotesis

H0: Kedua sampel mempunyai varians sama


(62)

44

 Kriteria Uji

Jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya> 0,05 maka H0 diterima,

jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak

(diadaptasi dari Pratisto, dalam Permata, 2011: 36).

c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17. o Uji Kesamaan Dua Rata-rata

 Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak berbeda secara

signifikan

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel berbeda secara signifikan

 Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (diadaptasi

dari Pratisto, dalam Permata, 2011: 36)

o Uji Perbedaan Dua Rata-rata  Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kedua kelas tidak berbeda secara

signifikan

H1 = Rata-rata N-gain pada kedua kelas berbeda secara


(63)

45

 Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

(diadaptasi dari Pratisto, dalam Permata, 2011: 36)

o Uji U (Uji Mann Whitney)

Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka untuk mengetahui apakah ada perbedaan varian antara kedua sampel, maka dilakukan Uji U atau Uji Mann Whitney.

 Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kedua kelas tidak berbeda secara

signifikan

H1 = Rata-rata N-gain pada kedua kelas berbeda secara

signifikan  Kriteria Uji

Jika P-value > 0,05 maka terima H0


(64)

58

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) berpengaruh dalam meningkatkan secara signifikan KBK siswa pada aspek mengemukakan alasan dan memilih solusi, sedangkan pada aspek merumuskan masalah, berhipotesis dan menginterpretasi pernyataan tidak berpengaruh secara signifikan.

2. Penggunaan model PBM dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. 3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan

model PBM.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Saat presentasi hendaknya mempertimbangkan alokasi waktu sehingga

tidak menyimpang dari RPP yang sudah dirancang.

2. Masalah yang disajikan dalam lembar kerja hendaknya lebih variatif dan memberikan petunjuk pengerjaan soal secara jelas.


(65)

61

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Kencana. Jakarta.

Arends, R.I. dan A. Kilcher. 2010. Teaching for Student Learning: Becoming an Accomplished Teacher. Rotledge Taylor & Francis Group. New York and London. Diakses dari

http://www.4shared.com/office/khjwFKSb/teaching_for_student_learning_. html pada Selasa, 10 Juli 2012 10.00 WIB

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Bidang DIKBUD KBRI Tokyo. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional. Diakses dari www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf pada Minggu, 1 Juli 2012 10:00 WIB

Carolina, H. S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin pada Materi Pokok Ekosistem terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Costa, A. L. 1985. Developing Mind: A Resource Book For Teacher Thinking. Alexandria. ASCD. Diakses dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_0606162_chapter4.pdf pada Selasa, 1 November 2011 10:00 WIB

Dahar, R. W. 1996. Teori -Teori Belajar. Gelora Aksara Pratama. Bandung. Dasna, I.W. dan Sutrisno. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based

Learning). Universitas Negeri Malang. Malang. Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195704081984 031-DADANG_SUPARDAN/Pembelajaran_Berbasis_Masalah.pdf pada Senin, 9 Juli 2012 07.00 WIB

Ennis, Robert H. 2011. The Nature of Critical Thinking:An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Diakses dari

faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinki ng_51711_000.pdf pada Minggu, 1 Juli 2012 12:05 WIB


(1)

 Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (diadaptasi dari Pratisto, dalam Permata, 2011: 36)

o Uji U (Uji Mann Whitney)

Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka untuk mengetahui apakah ada perbedaan varian antara kedua sampel, maka dilakukan Uji U atau Uji Mann Whitney.

 Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kedua kelas tidak berbeda secara signifikan

H1 = Rata-rata N-gain pada kedua kelas berbeda secara signifikan

 Kriteria Uji

Jika P-value > 0,05 maka terima H0 Jika P-value < 0,05 maka tolak H0


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) berpengaruh dalam meningkatkan secara signifikan KBK siswa pada aspek mengemukakan alasan dan memilih solusi, sedangkan pada aspek merumuskan masalah, berhipotesis dan menginterpretasi pernyataan tidak berpengaruh secara signifikan.

2. Penggunaan model PBM dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. 3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan

model PBM.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Saat presentasi hendaknya mempertimbangkan alokasi waktu sehingga

tidak menyimpang dari RPP yang sudah dirancang.

2. Masalah yang disajikan dalam lembar kerja hendaknya lebih variatif dan memberikan petunjuk pengerjaan soal secara jelas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Kencana. Jakarta.

Arends, R.I. dan A. Kilcher. 2010. Teaching for Student Learning: Becoming an Accomplished Teacher. Rotledge Taylor & Francis Group. New York and London. Diakses dari

http://www.4shared.com/office/khjwFKSb/teaching_for_student_learning_. html pada Selasa, 10 Juli 2012 10.00 WIB

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Bidang DIKBUD KBRI Tokyo. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional. Diakses dari www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf pada Minggu, 1 Juli 2012 10:00 WIB

Carolina, H. S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin pada Materi Pokok Ekosistem terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Costa, A. L. 1985. Developing Mind: A Resource Book For Teacher Thinking. Alexandria. ASCD. Diakses dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_0606162_chapter4.pdf pada Selasa, 1 November 2011 10:00 WIB

Dahar, R. W. 1996. Teori -Teori Belajar. Gelora Aksara Pratama. Bandung. Dasna, I.W. dan Sutrisno. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based

Learning). Universitas Negeri Malang. Malang. Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195704081984 031-DADANG_SUPARDAN/Pembelajaran_Berbasis_Masalah.pdf pada Senin, 9 Juli 2012 07.00 WIB

Ennis, Robert H. 2011. The Nature of Critical Thinking:An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Diakses dari

faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinki ng_51711_000.pdf pada Minggu, 1 Juli 2012 12:05 WIB


(4)

Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis:Sebuah Pengantar. Erlangga. Jakarta Fitriawati, N. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu kelas VIII Di MTsN Selorejo Blitar. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang. Diakses dari http://lib.uin-malang.ac.id/fullchapter/06130036.pdf pada Selasa, 1 November 2011 10:10 WIB

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf pada Selasa, 1 November 2011 10.42 WIB

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Joshi, Padam Raj. 2010. Importance of Critical Thinking. Diakses dari

http://www.criticalthinkingblog.org/wp-content/uploads/2010/12/Importance-of-Critical-Thinking.pdf pada Minggu, 1 Juli 2012 11:20 WIB

Lambertus. 2009. Pentingnya melatih keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika di SD. Diakses dari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/28208136142_0215-9392.pdf pada Minggu, 1 Juli 2012 10:10 WIB

Lee, H. dan Sonmez, D. 2003. ‘Problem Based in Science’. Eric Digest. (ED482724). Diakses dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/t_pd_0707310_chapter4.pdf pada pada Kamis, 3 November 2011 07:16 WIB

Margono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Masek, Alias dan S. Yamin. 2011. The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Review. Diakses dari

http://irssh.com/yahoo_site_admin/assets/docs/19_IRSSH-126-V2N1.51195951.pdf pada Minggu, 1 Juli 2012 10:20 WIB

Matthews, Dona dan J. Foster. 2011. Critical Thinking Skills: Essential for Coping Successfully with Challenge and Change. Diakses dari

raisingsmarterkids.net/Blog%205%20Critical%20Thinking%20Skills.pdf pada Minggu, 1 Juli 2012 10:14 WIB

Munthe, Bermawy. 2009. Desain Pembelajaran. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.


(5)

Murti, Bhisma. 2009. Berpikir Kritis (Critical Thinking). Seri Kuliah Blok Budaya Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Universitas

Sebelas Maret. Solo. Diakses dari

http://fk.uns.ac.id/static/file/criticalthinking.pdf pada Kamis, 3 November 2011 07:22 WIB

Murwani, E. D. 2006. Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur. Jakarta. Diakses dari

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.59-68%20Peran%20Guru.pdf pada Kamis, 3 November 2011 08:05 WIB

Nasution, S. 2009. Metode research: Penelitian Ilmiah. Bumi Aksara. Jakarta. Permata, Dian. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Maket dengan Model

Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Ekosistem. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sholihah, Faridhotus. 2011. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI IPA 1 MAN Malang II Batu. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang. Diakses dari http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07110054-faridhotus-sholihah.pdf pada Minggu 13 November 2011 07:08 WIB

Smith. 1995. Features Section: Problem Based Learning Biochemisry and Molecular Biology Education, The Interdisciplinary Jurnal of Problem-Based Learning. Diakses dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/t_pd_0707310_chapter4.pdf pada Minggu 13 November 2011 07:05 WIB

Smith, Mark K., dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran: Mengukur Kesuksesan Anda dalam Proses Belajar Mengajar Bersama Psikolog Pendidikan Dunia. Mirza Media Pustaka. Yogyakarta.

Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Universitas Mulawarman. Samarinda. Diakses dari

http://physicsmaster.orgfree.com/Artikel%20&%20Jurnal/Wawasan% 20Pendidikan/PBL%20Model.pdf pada Minggu 13 November 2011 07:15 WIB

Supriyadi. 2010. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa pada Materi Sistem Reproduksi pada Manusia. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Wang Shin Yun et al. 2008. SOCRATES, PROBLEM-BASED LEARNING AND CRITICAL THINKING—A PHILOSOPHIC POINT OF VIEW. Diakses dari http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1607551X08700883 pada Senin, 2 Juli 2012 07.00 WIB


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMIK MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP N 25 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 6 18

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 29 53

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 68

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

PENGARUH PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 154

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 34 144

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

0 2 46