PENERAPAN MODEL TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR.

(1)

PENERAPAN MODEL TALKING STICK UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar

Oleh

Derex Alexander sadi 1107201

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN MODEL TALKING STICK UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Oleh

Derex Alexander Sadi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar

© Derex Alexander Sadi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA

KELAS III SEKOLAH DASAR

Oleh

Derex Alexander Sadi NIM. 1107201

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Dra. Effy Mulyasari, M,Pd. NIP. 196801182008012003

Pembimbing II

Arie Rahkmat Riyadi, M.Pd. NIP. 198204262010121005

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. NIP.19550927198503 1 001


(4)

Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas III Sekolah Dasar

Oleh

Derex Alexanader Sadi 1107201

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya kenyataan di lapangan bahwa hasil belajar siswa kelas III SDN Cirateun masih rendah. Karena guru masih menggunakan metode pembelajarn yang sederhana seperti ceramah dan juga kekurangan fasilitas sarana dan prasana. Hal ini mengakibatkan siswa kurang mampu menyerap dan mengikuti materi pembelajaran dengan baik sehingga ada beberapa siswa yang kemampuan berpikir dan hasil belajarnya masih jauh dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model Talking Stick. PTK menurut (Kemmis S & Mc Taggart, 1992) dengan langkah-langkah penelitian meliputi tahap-tahap berikut: 1) Perencaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi. dengan tiga siklus dan pokok bahasan yang digunakan membaca dan menyimpulkan teks cerita “Benda-benda dikelasku”. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran terdiri dari RPP dan Lembar Kerja Siswa, sedangkan instrumen pengumpulan data berupa format penilaian RPP, lembar evaluasi dan lembar observasi aktivitas guru serta lembar observasi aktivitas siswa. Langkah-langkah penerapan model talking stick sebagai berikut: 1) tahap pendahuluan, dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru mengemukakan kegiatan sehari-hari siswa, sambil tongkat disediakan oleh guru, 2) tahap pembentukan konsep, pada tahap ini guru menggunakan model talking stick yang akan disertai dengan lagu nyanyian dalam tongkat tersebut ada pertanyaan yang sudah di buat oleh guru, 3) tahap selanjutnya, guru melakukan penjelasan kembali tentang materi teks cerita yang sudah diberikan pada siswa, 4) tahap pemantapan konsep melalui tanya jawab dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru membenarkan konsep yang belum di pahami siswa, 5) tahap evaluasi, siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang telah dipelajari. Meskipun terjadi beberapa kendala dalam pelaksanaan, namun secara keseluruhan pembelajaran terlah terlaksana dengan baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dilapangan pada siklus I melalui kegiatan berkelompok nilai rata-rata 40, dengan ketuntasan 65,34%, dan pada siklus II melalui kegiatan berpasangan nilai rata-rata 94,70 dengan ketuntasan 88,15%, dan pada siklus III melalui kegiatan individu nilai rata-rata 81,40 dengan ketuntasan 88,52%. Data tersebut menunjukan bahwa pada penelitian ini dalam penerapan model talking stick pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN Cirateun terlaksana efektif. Oleh karena itu peneliti menerapkan suatu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran talking stick yang mampu memotivasi siswa sehingga hasil belajar siswa sangat meningkat. Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Talking Stick


(5)

Application of Learning Model Talking Stick To Improve Learning Outcomes Indonesian Student Class III Primary School

By

Derex Alexanader Sadi 1107201

ABSTRACT

This research is motivated by the facts on the ground that the results of the third grade students of SDN Cirateun still low. Because teachers are still using simple methods such as lectures pembelajarn and also shortage of infrastructure facilities and infrastructures. This resulted in students less able to absorb and follow the learning material so well that there are some students thinking skills and learning results are still far compared with other students. For this study aims to determine the increase in student learning outcomes in learning Indonesian by using models Talking Stick. PTK according to (Kemmis S &Mc Taggart, 1992) with research steps include the following phases: 1) Planning, 2) Implementation of the action, 3) Observation, 4) Reflection. with three cycles and subject matter that is used to read and text concludes the story "The objects in my class". Data collection is done by using several data collection instruments. Learning instrument consists of RPP and the Student Worksheet, while the data collection instruments such as the format of the RPP assessment, evaluation sheets and sheets of observations observation of teacher activity and student activity sheets. Step-by-step implementation of the model talking stick as follows: 1) the preliminary stage, where teachers and students as well as teachers' questioning suggests the daily activities of students, while the stick is provided by teachers, 2) the stage of concept formation, at this stage, the teacher uses a model talking stick which will be accompanied by singing songs in the sticks there are questions that have been created by teachers, 3) the next stage, teachers are doing back annotation of text material the story that has been given to the student, 4) strengthening the concept stage through debriefing where teachers and students ask responsibility and justify the concept of teachers who have not understood the students, 5) evaluation phase, students work on the problems of evaluation to measure the extent of mastery of the material that has been studied. Despite a few obstacles in the implementation, but the overall learning superbly implemented properly and effectively. It can be seen from the results of research in the field in the first cycle through group activities an average value of 40, with mastery 65.34%, and the second cycle through the average value pairs 94.70 with 88.15% completeness, and in III cycle through individual activity average value of 81.40 with 88.52% completeness. Data show that in this study the application of the model talking stick on Indonesian lessons in class III SDN Cirateun been effective. Therefore, researchers applied a model of learning, ie learning model talking stick that can motivate students so that greatly improved student learning outcomes.


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Sehingga sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.

Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Bahasa digunakan sebagai modal dasar untuk menggali dan mempelajari ilmu pengetahuan yang belum dimiliki, serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki manusia. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan berpikir dan berimajinasi yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lain.


(7)

2

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bisa menjadi pembelajaran yang menarik bagi siswa apabila guru dapat membelajarkan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Namun, ketika peneliti melakukan observasi awal di kelas III, pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru, seperti ceramah dan cenderung satu arah guru menjelaskan dan siswa mendengarkan sehingga membuat siswa merasa bosan, jenuh, malas, dan juga pembelajaran di kelas tersebut kurang bervariasi, sehingga membuat siswa tidak terfokus pada pembelajaran, yang kurang menarik dalam bentuk permainan maka membuat siswa dikelas dalam konsep pemahaman pembelajaran Bahasa Indonesia masih sangat kurang tertarik pada diri siswa. Sehingga terdapat sedikit siswa yang berbicara untuk menyampaikan pendapat tentang materi yang sedang di bahas oleh guru. Sehingga, respon siswa kurang terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia. dengan demikian kenyataan yang observasi dapatkan merupakan fakta yang sedang berlangsung di dalam kelas sehingga nilai bahasa Indonesia siswa kelas III SD, dengan jumlah siswa 38 orang hanya 30 orang yang berhasil, yang artinya ada 71,5% yang memperoleh nilai 70 keatas, sedangkan 19,5% mendapatkan nilai di bawah 70. Persentase ketuntasan tersebut masih jauh dari tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, terbagi dua pembelajaran membaca yaitu pembelajaran membaca permulaan dan pembelajaran membaca pemahaman. Dengan demikian maka peneliti mulai melakukan penelitian pada pembelajaran membaca pemahaman di kelas III SD tentang membaca dan menyimpulkan cerita.

Agar pembelajaran bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Menurut Suprijono, (2009: hlm 109) “Talking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran”. Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan model talking stick


(8)

karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Dalam talking stick, hukuman dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan model talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan.

Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang dianggap serba tahu. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Tugas guru dalam hal ini adalah merubah pandangan siswa agar siswa merasa senang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Ada banyak cara bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran Bahasa Indonesia agar siswa merasa senang. Peran utama guru sebagai perencana sekaligus pelaksana proses belajar mengajar menuntut guru untuk selalu meningkatkan kualitas pengajarannya agar siswa dapat menguasai materi dengan baik. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah guru harus mampu menggunakan metode yang bervariasi yang tentunya disesuaikan dengan materi pembelajaran. Banyak metode yang dapat digunakan oleh guru dalam penyampain materi pembelajaran. Tetapi dalam hal ini dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar Bahasa Indonesia. Metode yang dianggap mampu untuk membuat pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi menarik


(9)

4

adalah metode pembelajaran talking stick. Selain untuk melatih berbicara, metode pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa lebih aktif dalam peroses belajar mengajar.

Fakta di lapangan tersebut memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti untuk melakukan tindakan peningkatan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka rumusanmasalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah perencanaan model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD Cirateun Kota Bandung?

2. Bagaimanakah pelaksanaan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD Cirateun Kota Bandung?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD dengan menggunakan “Penerapan model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas III SD Cirateun Kota Bandung?

A. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang:

1. Perencanaan model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD Cirateun Kota Bandung.

2. Proses pelaksanaan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SD Cirateun Kota Bandung. 3. Peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD dengan menggunakan


(10)

hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas III SD Cirateun Kota Bandung.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa: meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas III SD.

2. Bagi guru: sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan kemampuan belajar siswa.

3. Bagi peneliti: hasil penelitian ini akan memperkaya pengetahuan dan kemampuan dalam mengembangkan model pembelajaran talking stick di SD.


(11)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu penelitian yang di lakukan oleh guru di kelas secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga prestasi peserta didik dapat meningkat. Penelitian tindakan kelas juga bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada disekolah.

Menurut Kemmis dan Mc.Taggart (1992) “penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal sehingga membentuk satu siklus.”model penelitian tindakan kelas yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang di kembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart yang menggunakan system spiral dan refleksi yang terdiri dari beberapa siklus. Tiap siklus di mulai dengan perencanaan (Planning), Tindakan (Acting), Observasi (Observing) dan yang terakhir adalah Refleksi (Reflecting).

B. Model PTK yang di kembangkan

Model PTK yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick. Secara umum terdapat empat tahap yang lazim di gunakan yaitu: Perencanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Berikut ini adalah langkah-langkah penggunaan media konkret dalam pembelajaran:

a. Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan Model Talking stick. Pada langkah ini hendaknya guru merumuskan tujuan pembelajaran yang akan di capai.

b. Persiapan guru pada fase ini guru memilih dan menetapkan Model Talking stick mana yang akan di gunakan sekiranya tepat untuk mencapai tujuan.


(12)

c. Persiapkan siswa dan kelas sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan Model Talking stick, mereka harus di motivasi agar dapat menilai, mengamati, menganalisis, menghayati, pelajaran dengan baik.

d. Langkah penyajian pelajaran dengan menggunakan Model Talking stick merupakan suatu keahlian guru yang bersangkutan. Dalam langkah ini perhatikan bahwa tujuan utama adalah mencapai tujuan mengajar dengan baik.

e. Langkah kegiatan belajar, pada langkah ini menyuruh siswa untuk membaca bacaan yang sudah di persiapkan guru secara individu maupun kelompok, setelah siswa membacakan maka guru hendak memulai dengan penggunaan media tongkat dalam memberikan pertanyaan pada siswa, dengan adanya kegiatan ini maka siswa betul-betul sangat siap untuk menjawab apabila tongkat tersebut ada pada siswa, dan hasilnya akan diketahui guru.

f. Langkah evaluasi pelajaran dan permainan tongkat ini pada akhirnya kegiatan belajar harus di evaluasi agar mengetahui sampai seberapa jauh tujuan itu tercapai.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas III SDN Cirateun, Kota Bandung. b. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN Cirateun, Kota Bandung, Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 45 orang.


(13)

18

D. Prosedur Penelitian

Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Sesudah satu siklus selesai di implementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1992) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaannya ada kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi.

Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Penyusunan perencanaan

Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam


(14)

PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.

3. Observasi (pengamatan)

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.

4. Refleksi

Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah pada umumnya berdasar pada model ini yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang.


(15)

20

Penelitian tindakan kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan (2x35 menit), sedangkan siklus I di rancang untuk di dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan (2x35 menit). Setiap siklus di jalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (Acting), pengamatan (observasi), refleksi (reflecting).

PTK yang dikembangkan sesui yang ditargetkan Kemmis dan Mc Taggart (1992), dikembangkan dengan bagan alur berikut ini:

Masalah

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus III

Pengamatan


(16)

Langkah-langkah penelitian yang di laksanakan meliputi tahap-tahap berikut ini :

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan/tindakan 3. Pengamatan/observasi 4. Refleksi

5. Evaluasi Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi tentang “membaca dan menyimpulkan teks cerita”antara lain teks bacaan tentang“ Benda-benda di kelasku”. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media (tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan saat menjalankan tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan.

2. Tahap Tindakan/pelaksanaan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan persiapan atau perencanaan dengan menggunakan rancangan pembelajaran model pembelajaran Talking Stick melalui materi “membaca dan menyimpulkan cerita”. 1) Apersepsi dan pengelolan kelas

2) Guru menyampaikan materi tentang “membaca dan menyimpulkan teks cerita”, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi secara individu atau berpasangan dengan teman sebangku.

3) Setelah selesai membaca cerita dan mempelajarinya, siswa menutup secara individu bukunya.

4) Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada siswa sambil menyanyikan sebuah lagu, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan berdasarkan cerita tentang “Benda-benda dikelasku” yang mereka baca dan pelajari, demikian seterusnya


(17)

22

sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

5) Guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan 6) Evaluasi

3. Tahap Observasi/pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil refleksi ini merupakan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran siklus II sama dengan pembelajaran pada siklus I yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi dan refleksi.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti mengambil materi yang sama dengan siklus pertama. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media (tongkat), membuat lembar penilaian, menyusun pertanyaan saat menjalankan tongkat dan menyiapkan instrumen pengamatan. 2. Tahap Tindakan/pelaksanaan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan persiapan atau perencanaan dengan menggunakan rancangan pembelajaran model pembelajaran Talking Stick melalui materi “membaca dan menyimpulkan teks cerita tentang Benda-benda dikelasku”.

1) Apersepsi dan pengelolan kelas

2) Guru menyampaikan materi tentang “membaca dan menyimpulkan teks cerita, dengan teks “Benda-benda dikelasku”, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan


(18)

mempelajari materi secara individu atau berpasangan dengan teman sebangku.

3) Setelah selesai membaca teks cerita dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.

4) Guru mengambil tongkat dan menjalankan tongkat kepada siswa sambil menyanyikan sebuah lagu, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang mereka baca dan pelajari, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 5) Guru membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan. 6) Evaluasi

3. Tahap Observasi/pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara tuntas dalam konteks pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti berefleksi terhadap hasil pengamatan tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil refleksi ini merupakan dasar untuk pelaksanaan siklus berikutnya.


(19)

24

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data di penelitian ini, maka diperlukan instrumen penelitian sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Lembar Observasi

3. Dokumen

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5. Tes

F. Teknik Pengumpilan data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan (observasi) dan tes. Pengumpulan data dengan teknik pengamatan menggunakan instrument pengamatan. Sedangkan tes dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan.

2. Teknik analisis Data

Penolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara terus-menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan penelitian. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknis analisis data kuantitatif.

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2011 : hlm 23). Data kuantitatif ini berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model talking

stick. Dalam penelitian tindakan kelas ini, data di analisis dengan perhitungan

persentase dan rata-rata hasil belajar yang di capai oleh siswa dalam KKM. Dengan menggunakan rumus:

TB = s ≥ 75 x 100% n

Keterangan s ≥ 75 : jumlah siswa yang mendapatkan lebih besar dari atau sama dengan 75.

n = Banyak siswa 100% = Bilangan tetap TB = Ketuntasan belajar


(20)

Setelah dilakukan perhitungan terhadap presentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa, maka selanjutnya dilihat apabila ketuntasan belajar secara klasikal dapat mencapai 75% maka, suatu kelas dapat dikatakan tuntas belajarnya.

3. Pengolahan data hasil belajar

Tes tertulis dilakukan pada setiap siklus, untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model talking stick. Rumus yang digunakan unutk menghitung rata-rata hasil belajar siswa adalah:

 =  n Keterangan :

 = Nilai rata-rata kelas

x = Total nilai yang diperoleh siswa n = Jumlah siswa

Dari hasil analisis data secara keseluruhan, dapat disimpulkan apakah semua prinsip dalam model talking stick telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap siswa kelas III SDN Cirateun Kota Bandung.


(21)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis data maka terdapat hasil penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan di kelas III SDN Cirateun di Kecamatan Cidadap Kota Bandung menerapkan Model Pembelajaran Talking Stick Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN Cirateun di Kecamatan Cidadap Kota Bandung disusun dengan baik. Perencanaan dalam setiap siklus tidak jauh berbeda. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan tahapan Penggunaan Model Talking Stick yaitu tahap pendahuluan, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep, dan tahap evaluasi. Serta menyiapkan lembar observasi guru, LKS, langkah-langkah praktikum, alat dan bahan yang diperlukan saat praktikum, Model Talking Stick ini yang sesuai dengan Materi Ajaran yang Akan di ajarkan, serta siswa, soal-soal dan jawabannya, siklus I siklus II dan siklus III. perencanaan yang dilakukan hampir sama, yang berbeda dari kekurangan-kekurangan setiap siklus dari observasi dan refleksi yang telah dilaksanakan dan diperbaiki pada saat siklus yang berikutnya. Peneliti memperbaiki kekurangan-kekurangan, khususnya berkelompok, berpasangan dan individu supaya dipertemuan selanjutnya terdapat perubahan yang lebih baik sesuai yang diharapkan.

1) Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN Cirateun terlaksana dengan efektif dan mendapatkan hasil yang baik. Pada pembelajaran menggunakan Model Talking Stick pada Mata Pelajaraan Bahasa Indonesia dilaksanakan beberapa tahap, yaitu : (1) tahap pendahuluan, dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru mengemukakan kegiatan sehari-hari siswa, sambil tongkat di sediakan guru


(22)

(2) Tahap pembentukan konsep, pada tahap ini guru menggunakan Model Talking Stick melalui pembelajaran tentang penggunaan Tongkat Berbicara yang mana dalam Tongkat tersebut ada pertanyaan yang sudah di buat oleh guru.(3) Tahap selanjutnya, guru melakukan penjelasan kembali tentang materi cerita yang sudah diberikan pada siswa. (4) tahap pemantapan konsep, melaui tanya jawab dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru membenarkan konsep saat terjadi kesalahan pengertian yang dimiliki siswa, (5) tahap evaluasi, siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang telah dipelajari. Meskipun terjadi beberapa kendala dalam pelaksanaan, namun secara keseluruhan pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Karena setiap siklusnya dilakukan perbaikan pada RPP yang dibuat peneliti dan refleksi yang disarankan oleh observer.

2. Hasil belajar siswa setelah pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan Model Pelmbelajaran Talking Stick di kelas III SDN Cirateun mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa dan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus I nilai rata-rata kelompok 40 dengan presentase 65,34% terdapat kekurangan. Namun pada siklus II juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai 94,70 berpasangan, dengan presentase 88,15% dan pada siklus III juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan rata-rata individu 81,40 dengan presentase 88,53% Banyaknya siswa yang mengalami ketuntasan belajar mengalami peningkatan di setiap siklusnya.

B. Saran

Dalam penggunaan Model Talking Stick Pada Mata Pelajaran Tematik siswa dapat membaca dan menyimpulkan cerita, dengan demikian maka peningkatkan hasil belajar siswa di kelas III SDN Cirateun di Kecamatan Cidadap Kota Bandung. Peneliti memberikan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat untuk keberhasilan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti lain, diantaranya :


(23)

53

1. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dapat menjadi alternative dalam pembelajaran di kelas. Karena dalam tahap-tahap pembelajaran ini sangat cocok diterapkan pada mata pelajaran yang telah disebutkan. Setiap tahap mengaitkan pengetahuan, dan cara berpikir siswa semakin cepat sehingga sikapnya untuk menghadapi masalah di lingkungan. Jadi pembelajaran tidak hanya pengetahuan tetapi dikaitkan langsung dengan pengetahun siswa.

2. Bagi yang akan menerapkan Model Pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran sebaiknya merancang pembelajaran dengan baik, memperhatikan waktu di setiap tahap, membuat LKS yang biasa berkaitan dengan materi, yang dikemukakan serta cara memecahkan masalahnya. Serta selalu memperhatikan pembelajaran pada setiap tahapnya. Karena setiap langkah pembelajaran dengan menggunakan Model Talking Stick saling berkaitan agar tujuan dengan menggunakan Model Talking Stick dapat tercapai.

3. Bagi pihak sekolah sebaiknya membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran yang berbeda dalam pembelajaran. Sebaiknya pihak sekolah memberikan pelatihan-pelatihan agar guru-guru atau pendidik lebih membuka wawasan untuk mengembangkan pembelajarn dari segi metode, media dll.

4. Bagi guru Sekolah Dasar agar dapat merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam setiap pembelajaran, dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick

5. Sebagai seorang guru Sekolah Dasar, kita diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

6. Bagi peneliti lain, semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain untuk menjadi bahan rujukan jika melakukan penelitian dengan menerapkan penggunaan Model Talking Stick dalam pembelajaran untuk Meningkatkan hasil belajar siswa.


(24)

(1)

Derex Alexander sadi, 2015 E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data di penelitian ini, maka diperlukan instrumen penelitian sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Lembar Observasi

3. Dokumen

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5. Tes

F. Teknik Pengumpilan data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan (observasi) dan tes. Pengumpulan data dengan teknik pengamatan menggunakan instrument pengamatan. Sedangkan tes dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan.

2. Teknik analisis Data

Penolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara terus-menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan penelitian. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknis analisis data kuantitatif.

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2011 : hlm 23). Data kuantitatif ini berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model talking

stick. Dalam penelitian tindakan kelas ini, data di analisis dengan perhitungan

persentase dan rata-rata hasil belajar yang di capai oleh siswa dalam KKM. Dengan menggunakan rumus:

TB = s ≥ 75 x 100% n

Keterangan s ≥ 75 : jumlah siswa yang mendapatkan lebih besar dari atau sama dengan 75.

n = Banyak siswa 100% = Bilangan tetap TB = Ketuntasan belajar


(2)

25

Derex Alexander sadi, 2015

Setelah dilakukan perhitungan terhadap presentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa, maka selanjutnya dilihat apabila ketuntasan belajar secara klasikal dapat mencapai 75% maka, suatu kelas dapat dikatakan tuntas belajarnya.

3. Pengolahan data hasil belajar

Tes tertulis dilakukan pada setiap siklus, untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model talking stick. Rumus yang digunakan unutk menghitung rata-rata hasil belajar siswa adalah:

 =  n

Keterangan :

 = Nilai rata-rata kelas

x = Total nilai yang diperoleh siswa n = Jumlah siswa

Dari hasil analisis data secara keseluruhan, dapat disimpulkan apakah semua prinsip dalam model talking stick telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap siswa kelas III SDN Cirateun Kota Bandung.


(3)

Derex Alexander sadi, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis data maka terdapat hasil penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan di kelas III SDN Cirateun di Kecamatan Cidadap Kota Bandung menerapkan Model Pembelajaran Talking Stick Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN Cirateun di Kecamatan Cidadap Kota Bandung disusun dengan baik. Perencanaan dalam setiap siklus tidak jauh berbeda. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan tahapan Penggunaan Model Talking Stick yaitu tahap pendahuluan, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep, dan tahap evaluasi. Serta menyiapkan lembar observasi guru, LKS, langkah-langkah praktikum, alat dan bahan yang diperlukan saat praktikum, Model Talking Stick ini yang sesuai dengan Materi Ajaran yang Akan di ajarkan, serta siswa, soal-soal dan jawabannya, siklus I siklus II dan siklus III. perencanaan yang dilakukan hampir sama, yang berbeda dari kekurangan-kekurangan setiap siklus dari observasi dan refleksi yang telah dilaksanakan dan diperbaiki pada saat siklus yang berikutnya. Peneliti memperbaiki kekurangan-kekurangan, khususnya berkelompok, berpasangan dan individu supaya dipertemuan selanjutnya terdapat perubahan yang lebih baik sesuai yang diharapkan.

1) Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN Cirateun terlaksana dengan efektif dan mendapatkan hasil yang baik. Pada pembelajaran menggunakan Model Talking Stick pada Mata Pelajaraan Bahasa Indonesia dilaksanakan beberapa tahap, yaitu : (1) tahap pendahuluan, dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru mengemukakan kegiatan sehari-hari siswa, sambil tongkat di sediakan guru


(4)

52

Derex Alexander sadi, 2015

(2) Tahap pembentukan konsep, pada tahap ini guru menggunakan Model Talking Stick melalui pembelajaran tentang penggunaan Tongkat Berbicara yang mana dalam Tongkat tersebut ada pertanyaan yang sudah di buat oleh guru.(3) Tahap selanjutnya, guru melakukan penjelasan kembali tentang materi cerita yang sudah diberikan pada siswa. (4) tahap pemantapan konsep, melaui tanya jawab dimana guru dan siswa bertanya jawab serta guru membenarkan konsep saat terjadi kesalahan pengertian yang dimiliki siswa, (5) tahap evaluasi, siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang telah dipelajari. Meskipun terjadi beberapa kendala dalam pelaksanaan, namun secara keseluruhan pembelajaran telah terlaksana dengan baik. Karena setiap siklusnya dilakukan perbaikan pada RPP yang dibuat peneliti dan refleksi yang disarankan oleh observer.

2. Hasil belajar siswa setelah pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan Model Pelmbelajaran Talking Stick di kelas III SDN Cirateun mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa dan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus I nilai rata-rata kelompok 40 dengan presentase 65,34% terdapat kekurangan. Namun pada siklus II juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai 94,70 berpasangan, dengan presentase 88,15% dan pada siklus III juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan rata-rata individu 81,40 dengan presentase 88,53% Banyaknya siswa yang mengalami ketuntasan belajar mengalami peningkatan di setiap siklusnya.

B. Saran

Dalam penggunaan Model Talking Stick Pada Mata Pelajaran Tematik siswa dapat membaca dan menyimpulkan cerita, dengan demikian maka peningkatkan hasil belajar siswa di kelas III SDN Cirateun di Kecamatan Cidadap Kota Bandung. Peneliti memberikan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat untuk keberhasilan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti lain, diantaranya :


(5)

Derex Alexander sadi, 2015

1. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dapat menjadi alternative dalam pembelajaran di kelas. Karena dalam tahap-tahap pembelajaran ini sangat cocok diterapkan pada mata pelajaran yang telah disebutkan. Setiap tahap mengaitkan pengetahuan, dan cara berpikir siswa semakin cepat sehingga sikapnya untuk menghadapi masalah di lingkungan. Jadi pembelajaran tidak hanya pengetahuan tetapi dikaitkan langsung dengan pengetahun siswa.

2. Bagi yang akan menerapkan Model Pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran sebaiknya merancang pembelajaran dengan baik, memperhatikan waktu di setiap tahap, membuat LKS yang biasa berkaitan dengan materi, yang dikemukakan serta cara memecahkan masalahnya. Serta selalu memperhatikan pembelajaran pada setiap tahapnya. Karena setiap langkah pembelajaran dengan menggunakan Model Talking Stick saling berkaitan agar tujuan dengan menggunakan Model Talking Stick dapat tercapai.

3. Bagi pihak sekolah sebaiknya membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran yang berbeda dalam pembelajaran. Sebaiknya pihak sekolah memberikan pelatihan-pelatihan agar guru-guru atau pendidik lebih membuka wawasan untuk mengembangkan pembelajarn dari segi metode, media dll.

4. Bagi guru Sekolah Dasar agar dapat merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam setiap pembelajaran, dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick

5. Sebagai seorang guru Sekolah Dasar, kita diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

6. Bagi peneliti lain, semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain untuk menjadi bahan rujukan jika melakukan penelitian dengan menerapkan penggunaan Model Talking Stick dalam pembelajaran untuk Meningkatkan hasil belajar siswa.


(6)

54


Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK DISERTAI DENGAN CONCEPT MAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Penerapan Metode Pembelajaran Talking Stick Disertai Dengan Concept MAP Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Sistem Pencernaan Siswa

0 0 15

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MODEL TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK Efektivitas Pembelajaran Model Talking Stick Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Materi Ekosistem Kelas VII D SMP Negeri 3 Kartasura Sukoharjo T

0 3 16

PENERAPAN METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) Penerapan metode Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu pengetahuan Alam (IPA) pada siswa kelas V SD Muhammadiyah 11 mangkuyudan Laweyan Surakarta.

0 2 20

PENERAPAN METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) Penerapan metode Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu pengetahuan Alam (IPA) pada siswa kelas V SD Muhammadiyah 11 mangkuyudan Laweyan Surakarta.

0 2 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN TALKING STICK DI SEKOLAH DASAR

0 0 13

PENGARUH MODEL TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III

0 0 9

PENGARUH MODEL TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III

0 0 9

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

0 0 10

PENERAPAN METODE DEMOSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

1 7 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN KELAS IV SEMESTER 2 SDN 1 BULUNGCANGKRING

0 0 23