REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG.

(1)

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh

Desy Laelasari

1101742

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Oleh : Desy Laelasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Desy Laelasari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

”REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG”

DESY LAELASARI NIM : 1101742

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Drs. Jupri, MT NIP. 19600615 198803 1 003

Pembimbing II

Dr. Lili Somantri, S.Pd. M.Si NIP. 19790226 200501 1 008

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ahmad Yani, M.Si NIP. 19670812 199702

1 001


(4)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG Oleh : Desy Laelasari

NIM : 1101742

Dalam rangka merevitalisasi ruang publik agar lebih menarik, maka dilakukan pembangunan taman tematik agar menarik bagi masyarakat untuk datang ke taman daripada ke pusat perbelanjaan yang semakin hari semakin bertambah di Kota Bandung. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana representasi taman tematik di Kota Bandung. Tujuan diadakan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis gambaran taman tematik di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei dengan metode Kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan studi literatur, plotting dan survei, observasi lapangan, angket, dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh taman kota yang ada di Kota Bandung, sedangkan sampel terdiri dari tiga yaitu sampel wilayah dan sampel manusia. Sampel wilayah pada penelitian ini adalah merupakan sampel jenuh, sampel manusia pengambilannya menggunakan Nonprobability Sampling yaitu Accidental Sampling, sedangkan sampel pengelola pengambilannya menggunakan sampel purposive. Berdasarkan hasil penelitian, persebaran taman tematik di Kota Bandung masih bergerombol (cluster pattern) di dekat pusat kota, sehingga berpotensi untuk dikembangkan pembangunannya ke seluruh wilayah Kota Bandung. Kemudian, daya dukung taman tematik di Kota Bandung sudah cukup mendukung aktivitas masyrakat, namun ada beberapa yang masih harus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Pengelolaan taman tematik sudah terbilang baik, dan harus didukung oleh semua pihak baik pengelola, masyarakat yang berkunjung maupun stak e holder setempat. Dengan demikian perlu dibangunnya minimal satu taman tematik diseluruh wilayah kota agar menghindari kecemburuan sosial pada masyarakat Kota Bandung lainnya.

Kata Kunci: Taman Tematik, Ruang Publik, Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung (DISKAMTAM)


(5)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

In order to revitalize the public space to make it more attractive, then the construction of theme parks that appeal to the public to come to the park instead of a shopping center that is increasingly growing in Bandung. The problem studied in this research is how the representation of the theme parks in the city of Bandung. The purpose of this study is to identify and analyze the description of the theme park in Bandung. This study uses survey research design with qualitative methods. While in data collection using the study of literature, plotting and surveys, field observation, questionnaires, and interviews. The population in this study were all a city park in the city of Bandung, while the sample is composed of two kind sample, region samples and human samples. Region sample in this study is a saturated sample, the sample uptake human use that is Accidental Sampling Nonprobability Sampling, while samples of uptake manager using purposive sampling. Based on the research results, the distribution of thematic park in Bandung still clustered (cluster pattern) near the city center, so it has the potential to be developed construction throughout the city of Bandung. Then, the carrying capacity of the theme park in Bandung is sufficient to support the activity of the community, but there are some who still have improved the quality and quantity. Theme park management has been fairly good, and should be supported by all parties, both managers, the people who visit and local stakeholders. Thus the need to build at least one theme parks throughout the city area in order to avoid social jealousy to other people in Bandung.

Keywords: Thematic Park, Public Space, Department of Cemetery and Landscaping Bandung (DISKAMTAM).


(6)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..………….i

KATA PENGANTAR……….…….iii

UCAPAN TERIMA KASIH………iv

DAFTAR ISI………..…………v

DAFTAR TABEL ………......….vii

DAFTAR GAMBAR ……….……..xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….…….….……..1

B. Rumusan Masalah……….……….……5

C. Tujuan Penelitian……….………….….6

D. Manfaat Penelitian……….…………....6

E. Struktur Organisasi Skripsi………..….……….6

F. Keaslian Penelitian……….7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Representasi...………..……….…….….…14

B. Konsep Ruang Publik………...………..…15

C. Taman Tematik…..……….….23

D. Teori Respon Wisata….……….…….……32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian…………..………...….33

1. Metode dan Desain Penelitian…..………..…………33

2. Lokasi Penelitian……….…………..….33

3. Variabel Penelitian……….…………..……..33

B. Pendekatan Penelitian………..……….…………..…….34

C. Populasi dan Sampel………35

1. Populasi………..………35

2. Sampel……….………...35

D. Teknik Pengumpulan Data………...36

E. Teknik Analisis Data………37


(7)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Alur Penelitian………...………..48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………49

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian..………...….……….…...49

2. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Penlitian……….51

3. Sebaran Taman Tematik di Kota Bandung………52

4. Daya Dukung Taman Tematik di Kota Bandung………...69

5. Apresiasi Terhadap Taman Tematik di Kota Bandung………….73

6. Pengelolaan Taman Tematik di Kota Bandung………...103

B. Pembahasan Hasil Penelitian……….…..……..107

1. Sebaran Taman Tematik………..107

2. Daya Dukung Taman Tematik………..…………...108

3. Apresiasi Pengunjung Terhadap Taman Tematik…...…………109

4. Pengelolaan Taman Tematik………...……….110 C. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Geografi…….,,,111

1. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Geografi di Tingkat SMA………111

2. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Geografi di Tingkat Perguruan Tinggi………112

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………..……..113

B. Rekomendasi………...…...113 DAFTAR PUSTAKA……….114

LAMPIRAN


(8)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1. Alamat Taman Tematik di Kota Bandung ...4

1.2. Penelitian-penelitian terdahulu ...10

2.1 Matriks Ketrpaduan Tipologi dan Kategori Ruang Publik ...21

3.1 Variabel Penelitian……….35

3.2 Alamat Taman Tematik di Kota Bandung………...37

3.3 Teknik Pengumpulan Data.………...………38

3.4 Harkat, Kelas dan Kriteria Sarana dan Prasarana Berdasarkan Parameter Kualitas Udara……...…..……….……… 41

3.5 Harkat, Kelas dan Kriteria Sarana dan Prasarana Berdasarkan Parameter Keamanan..……….41

3.6 Harkat, Kelas dan Kriteria Sarana dan Prasarana Berdasarkan Parameter Kebersihan…………..………42 3.7 Harkat, Kelas dan Kriteria Sarana dan Prasarana Berdasarkan Parameter Kelengkapan Fasilitas………....42 3.8 Harkat, Kelas dan Kriteria Aksesibilitas Berdasarkan Parameter Informasi……….………...43

3.9 Harkat, Kelas dan Kriteria Aksesibilitas Berdasarkan Parameter Jalan…….………..43

3.10 Harkat, Kelas dan Kriteria Aksesibilitas Berdasarkan Parameter


(9)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.11 Harkat, Kelas dan Kriteria Aksesibilitas Berdasarkan Parameter Jaringan

Transportasi..………..44

3.12 Harkat, Kelas dan Kriteria Aksesibilitas Berdasarkan Parameter Waktu Tempuh…..………44

3.13 Harkat, Kelas dan Kriteria Atraksi Taman Tematik Berdasarkan Parameter Biaya Transportasi..………...44

3.14 Nilai Kesesuaian Daya Dukung untuk Sarana dan Prasarana………45

3.15 Nilai Kesesuaian Daya Dukung untuk Bentuk Pengelolaan Fisik ………...……….45

3.16 Prosedur Penentuan Kelas Daya Dukung Sarana dan Prasarana………...46

3.17 Prosedur Penentuan Kelas Daya Dukung Bentuk Pengelolaan Fisik ………...……….47

3.18 Kategori Presentase………48

3.18 Pernyataan dalam Skala Likert………...48

4.1 Luas Taman Tematik di Kota Bandung ...55

4.2 Titik Lokasi Taman Tematik di Kota Bandung ...56

4.3 Titik Tetangga Terdekat……….69

4.4 Daya Dukung Sarana dan Prasarana Taman Tematik………72 4.5 Daya Dukung Bentuk Pengelolaan Fisik ….……….74

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...75

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur………76

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal ...77

4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...77


(10)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Perbulan ...79

4.12 Informasi Responden Mengetahui Taman Tematik...80

4.13 Intensitas Responden Mengunjungi Taman Tematik……….81

4.14 Waktu Kunjungan Responden Ke Taman Tematik………...82

4.15 Alasan Responden Mengnjungi Taman Tematik………...82

4.16 Rekan Responden...………... 83

4.17 Aktifitas Ketika Mengunjungi Taman Tematik……….84

4.18 Lama Waktu Berkunjung………...85

4.19 Biaya Selama Mengunjungi Taman Tematik……….86

4.20 Tempat Istirahat Makan Responden………..86

4.21 Tujuan Utama Responden………..87

4.22 Kendaraan yang Digunakan Responden Menuju Taman Tematik………88

4.23 Lama Waktu Tempuh Menuju Taman Tematik………....89

4.24 Daya Tarik Taman Tematik………..90

4.25 Pengalaman Menuju Taman Tematik………90

4.26 Rencana Kunjungan ke Taman Tematik yang Sama………...…..91

4.27 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Penamaan Taman Tematik……92

4.28 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Keindahan Arsitektur…………93

4.29 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Elemen Taman Tematik………94

4.30 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Kenyamanan Taman Tematik………..94

4.31 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Kebersihan Taman Tematik...95


(11)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.32 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketertiban Taman

Tematik………..96

4.33 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Keamanan Taman

Tematik………..97

4.34 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Informasi Taman Tematik ...98 4.35 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketersediaan Tempat Parkir Taman Tematik ...98 4.36 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Kebersihan Taman Tematik ...99 4.37 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Keamanan Taman Tematik ...100 4.38 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Toilet Taman Tematik ...101 4.39 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketersediaan Tempat Duduk Taman Tematik ...102 4.40 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Rumah Makan/Restoran Taman Tematik...103 4.41 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Kondisi Jalan Menuju Taman Tematik ...103 4.42 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Kemudahan Jaringan Transportasi Menuju Taman Tematik...104 4.43 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Biaya Transportasi Menuju Taman Tematik ...105


(12)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

4.1 Peta Administratif Taman Tematik di Kota Bandung ...52

4.2 Peta Persebaran Taman Tematik di Kota Bandung ...57

4.3 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 1 ...58

4.4 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 2 ...59

4.5 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 3 ...60

4.6 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 4 ...61

4.7 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 5 ...62

4.8 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 6 ...63

4.9 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 7 ...64

4.10 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 8 ...65

4.11 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 9 ...66

4.12 Peta Lokasi Taman Tematik Kelompok 10 ...67


(13)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kota di Indonesia, bahkan di dunia memiliki struktur tata ruang kota yang berbeda-beda. Struktur tata ruang kota ini sangat penting bagi masa depan kota tersebut, karena akan berpengaruh terhadap segala sektor, seperti sektor ekonomi, pendidikan, budaya, dan teknologi.

Setiap perencanaan pembangunan penataan ruang kota, baik itu pembangunan gedung, sekolah, pabrik, ruang publik dan lain-lain, tidak terlepas dari lokasi di suatu wilayah. Seperti yang dikemukakan oleh Sumaatmadja (1988 : 129-130) “Penentuan lokasi pemukiman, pusat kegiatan, proyek, pelayanan, dan lain-lain, merupakan persoalan pokok bagi kelangsungan pusat-pusat kegiatan pembangunan tadi dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat serta kehidupan pusat kegiatan yang bersangkutan”.

Lokasi satu dengan yang lainnya saling berhubungan, hal ini disebabkan adanya interaksi antar lokasi tersebut. Interaksi ini disebabkan oleh adanya kebutuhan yang saling melengkapi. Menurut A. Eni dan H. Tri (2012) “Interaksi wilayah merupakan hal yang penting dilakukan karena setiap wilayah tidak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri”.

Lokasi tidak lepas dari aksesibilitas, sarana, dan prasarana. Aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam penentuan suatu lokasi. Seperti yang dikatakan oleh Athilla (2011) dalam makalahnya yang berjudul

Aksesibilitas “Tak jarang aksesibilitas menjadi faktor yang sangat penting untuk

menentukan tempat tinggal, tempat bekerja ataupun untuk alasan pendidikan”. Aksesibilitas yang dimaksud disini adalah jaringan jalan yang akan memudahkan masyarakat dalam mengunjungi lokasi yang akan dituju. Sedangkan sarana dan prasarana yang dimaksud adalah berupa fasilitas yang seharusnya ada, seperti kendaraan, tempat parkir, gedung, tempat sampah, toilet dan lain-lain.


(14)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu pembangunan yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah pembangunan ruang publik. Ruang publik memiliki peranan yang sangat penting bagi kualitas kehidupan perkotaan. Peranan ruang publik ini berfungsi sebagai ruang aktivitas masyarakat seperti olah raga, bersantai dan rekreasi. Seperti yang dikatakan oleh Darmawan (2007) dalam pidato pengukuhan guru besar dalam Ilmu Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro yang berjudul Perencanaan Ruang Publik Dalam Perancangan Kota “Ruang Publik berperan sebagai pusat interaksi dan komunikasi masyarakat baik formal maupun informal, individu atau kelompok”.

Namun, pada kenyataanya ruang publik diperkotaan semakin berkurang karena alasan kepentingan bisnis. Sari (2014) mengatakan “Salah satu penyebab terus berkurangnya ruang publik taman kota yaitu pembangunan gedung komersial seperti pusat perbelanjaan, hotel, apartemen, dan gedung lainya”.

Gejala ini dapat diamati dari aktivitas sosial seperti berkurangnya ruang publik yang berupa taman bermain dan lapangan olahraga, terlihat dari gejala banyaknya anak-anak yang bermain sepak bola, bersepeda maupun layang-layang di median jalan, di bawah fly over atau di bantaran sungai. Begitu pun Hamid (dalam Saragih, 2010) mengatakan, „Seorang pemerhati dan peneliti hak anak, menyimpulkan dari penelitiannya tentang Persepsi Anak Terhadap Kota, bahwa sebagian besar anak di kota melakukan aktivitas bermain pada tempat-tempat yang tidak resmi (misalnya jalan, dan bantar kali)‟.

Disamping itu, kondisi ruang publik juga menghadapi masalah kualitas. Menurut William H. Whyte (dalam Siahaan, 2010) di dalam tulisannya yang berjudul “Why Many Public Spaces Fail” menyatakan bahwa:

Ruang publik sering terlihat rapi, bersih dan sepi/kosong. Kondisi ini terkesan seolah-olah hendak mengatakan “no people, no problem”. Tetapi buat kita sebenarnya ketika ruang publik kosong/sepi atau dirusak maka ruang publik tersebut mungkin ada yang salah dengan design dan manajemennya. Banyak ruang publik yang disediakan hanya untuk enak dipandang tapi tidak untuk disentuh apalagi digunakan oleh masyarakat.


(15)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pentingnya ruang publik ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan, baik itu dari segi masyarakat, lingkungan, maupun perkotaan. Melalui fungsi pemanfaatan ruang yang ada di dalamnya, memberikan banyak manfaat seperti olahraga, rekreasi dan ruang terbuka hijau.

Oleh karena itu, mengingat pentingnya ruang publik, pemerintah menetapkan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Sedangkan dalam Pasal 28 ditegaskan perlunya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) di dalam suatu kota. Terkait dengan ruang publik maka RTH Publik dan RTNH Publik yang disediakan untuk publik dapat dikategorikan sebagai ruang publik. Bentuk RTH yang akan dikembangkan di kota sebagai ruang publik, salah satunya adalah taman kota. (Siahaan, 2010)

Kota Bandung adalah salah satu kota yang sedang banyak melakukan pembangunan. Salah satu pembangun yang sedang banyak dilakukan adalah pembangunan dalam bidang ruang publik yaitu taman kota. Sebelumnya taman di Kota Bandung banyak yang tidak terawat, karena itu Pemerintah Kota Bandung melakukan revitalisasi dalam pembangunan taman kota. Agar lebih menarik untuk dikunjungi masyarakat maka pemerintah kota mengubah taman kota yang tidak terawat dengan baik itu menjadi taman tematik.

Taman tematik merupakan taman kota yang memiliki tema tersendiri atau khusus. Taman tematik ini masih jarang diadakan di Asia, khususnya di Indonesia. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Wong dan Cheung (1999 : 1) dalam jurnalnya yang berjudul Academic Papers: Strategic theming in them park

markeing, Given the fact the theme park is still relatively young in Asia,….”. Maksud dari Ceung dan Wong ini adalah taman tematik di Asia masih sangat sedikit dan cenderung merupakan hal yang baru jika dibandingkan dengan negara-negara di Eropa maupun Amerika.

Hanya sebagian kota-kota besar di Indonesia yang baru mengembangkan dan membangun taman tematik ini. Kota-kota yang telah membangun taman tematik ini adalah Surabaya dan Bandung. Pembangunan taman tematik ini juga harus sesuai dengan struktur tata ruang kota, supaya taman tematik ini bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat dari berbagai wilayah.


(16)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alasan Pemerintah Kota Bandung membangun banyak taman tematik ini adalah untuk meningkatkan indeks kebahagiaan seperti yang dijelaskan saat penutupan Speech Conference & Expo Indonesia Knowledge Forum III 2014 di Jakarta, Jumat (10/10/2014) yang di tulis oleh Sutriyanto (2014) "Inovasi

happiness adalah konsep yang saya usung untuk memperbaiki value di Bandung,"

Selain itu, alasan lain adalah menyediakan sarana untuk mengembangkan kreativitas anak muda, "Tahun depan kami akan membuat Bandung creative

center, yang memungkinkan anak-anak kreatif bisa mewujudkan apa yang

menjadi talentanya".

Menurut Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung akan di bangun sekitar 18 taman tematik dalam lima tahun ini (2013-2018), namun saat ini baru 15 taman tematik yang sudah terealisasi dan diresmikan, yaitu dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 1.1. Alamat Taman Tematik di Kota Bandung

No Taman Kota Tematik Alamat

1. Taman Jomblo Jl. Cikapayang

2. Taman Sketboard Bawah Jembatan Pasopati 3. Taman Film Bawah Jembatan Pasopati 4. Taman Lansia Jl. Cilaki - Jl. Supratman 5. Taman Kandaga Puspa Jl. Cilaki

6. Pet Park Jl. Cilaki

7. Taman Musik Sentrum Jl. Belitung 8. Taman Fotografi Jl. Cempaka 9. Taman Super Hero Jl. Benggawan 10. Taman Anak Tongkeng Jl. Tongkeng 11 Taman Persib Jl. Supratman

12 Taman Vanda Jl. Merdeka

13 Taman Fitnes Jl. Imam Bonjol – Jl. Teuku Umar 14 Taman Gesit Jl. Dipati Ukur

15 Taman Balai Kota Jl. Merdeka –Jl. Wastukencana Sumber: Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung (2013)


(17)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembangunan taman tematik ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang lengkap seperti fasilitas wifi gratis, namun belum adanya fasilitas untuk kaum difabel (memiliki kekurangan fisik maupun mental). Seperti yang diberitakan di media cetak Pikiran Rakyat Online mengatakan “Terjadi perubahan tampilan dan fasilitas sesuai tema di tiap-tiap taman yang direvitalisasi. Namun tidak ditemui satu pun fasilitas yang mendukung aksesibilitas bagi warga penyandang disabilitas. Contoh paling sederhana, tidak ada ram di pintu masuk taman yang dibutuhkan warga berkursi roda”. (Riadi, 2015).

Selain permasalahan fasilitas yang kurang ramah dengan kaum difabel, masalah lainnya adalah masalah vandalism dan kebersihan lingkungan sekitar taman tematik ini. Seperti yang dikatakan oleh salah satu pengunjung Olfi "Cukup nyaman untuk main di taman kota, tapi semakin ke sini ada fasilitas yang kurang terawat. Kesadaran pengunjung taman juga masih kurang, masih ada yang buang sampah” (Riadi, 2015).

Permasalahan lainnya pun terjadi pada para seniman yang sulit mengakses salah satu taman tematik yaitu Taman Musik. Permasalahan ini timbul dikarenakan terkendala rumitnya proses perizinan yang harus dilalui oleh para seniman. Erwin Moron mengemukakan pendapatnya pada Harian Pikiran Rakyat 10 April 2015, menurutnya penataan sejumlah taman di Kota Bandung tidak semerta-merta dibarengi kemudahan penggunaan fasilitas tersebut “Contoh Taman Belitung atau Taman Centrum yang kini berganti nama jadi Taman Musik. Tidak semua musisi Kota Bandung bisa menampilkan kreasi karyanya. Bahkan, saat ini sama sekali tidak bisa digunakan karena berbagai permasalahan prosedur penggunaan” (Heriyanto, 2015).

Kota Bandung adalah kota metropolitan yang memiliki jumlah penduduk 2.536.649 jiwa (Database SIAK Provinsi Jawa Barat Tahun 2011). Jumlah tersebut sewaktu-waktu bisa bertambah. Hal ini dikarenakan Kota Bandung merupakan kota pelajar yang setiap tahunnya jumlah pelajar dari berbagai daerah bertambah, selain itu banyak juga para pendatang yang menetap di kota ini dengan berbagai tujuan. Mengingat hal tersebut, ruang terbuka publik yang dibutuhkan


(18)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pun semakin tinggi. Hal ini pun menjadi masalah ketika ruang publik yang tersedia belum bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

Masalah-masalah yang telah dikemukakan tadi membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kota Bandung mengenai taman tematik ini dengan judul “Pemanfaatan Taman Tematik di Kota Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran taman tematik di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini harus memiliki tujuan yang jelas, untuk apa melaksanakan penelitian tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis gambaran taman tematik di Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan kontribusi bagi pihak-pihak terkait, antara lain:

1. Manfaat Teoritis;

Dapat memberikan konrtibusi terhadap dunia pendidikan, khususnya pada pokok bahasan Percepatan Pertumbuhan Wilayah dalam kompetensi dasar mengkaji konsep wilayah dan pewilayahan dalam perencanaan pembangunan nasional.

2. Manfaat Praktis;

a. Memberi alternatif atau sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan taman tematik di Kota Bandung.


(19)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Untuk menambah wawasan pengetahuan yang berifat kegeografian bagi mahasiswa yang mempelajarinya.

c. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memudahkan dalam memahami isi penulisan dari penelitian ini, maka pembahasan akan diuraikan dalam lima bab, dengan struktur organisasi sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi dan keaslian penelitian.

BAB II Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Dalam tinjauan pustaka terdapat uraian tentang prinsip dan karakteristik tata ruang kota dan taman tematik kota, daya dukung taman tematik, taman tematik sebagai ruang publik, dan teori lokasi.

BAB III Metode Penelitian

Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya seperti lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, alat pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri atas gambaran umum daerah penelitian, hasil dan pembahasan penelitian dan implikasi penelitian terhadap pendidikan geografi.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(20)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang taman tematik di Indonesia masih jarang dilakukan, begitu pula di luar negeri. Keaslian dalam penelitian ini disajikan dengan tujuan untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang dimaksud akan dijabarkan dengan singkat sebagai berikut:

Penelitian pertama diteliti oleh Kevin K. F. Wong dan Phoebe W. Y. Cheung pada tahun 1999 yang berjudul Academic Papers : Strategic Theming in

The Theme Park Marketing. Pada penelitian ini Kevin dan Phoebe membahas

tentang bagaimana menentukan tema yang menarik untuk suatu taman tematik sehingga banyak dikunjungi oleh pengunjung dan bagaimana cara memasarkan taman tematik ini dengan tepat. Pada penelitian ini pun mereka menyebutkan bahwa pembangunan taman temati di Asia masih sangat jarang.

Penelitian kedua diteliti oleh Gonet Dasina pada tahun 2009 dengan judul penelitian Pengelolaan Arsitektur Taman Kota di Monumen Perjuangan 45 Banjarsari Kota Surakarta. Penelitian ini lebih menekankan pada proses perawatan taman kota tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembangunan hingga perawatan taman kota tersebut.

Penelitian ketiga adalah penelitian yang ditulis oleh Paulus Hariyono pada tahun 2010 dengan judul Konsep Taman Kota Pada Masyarakat Jawa Masa Kini. Penelitian ini meneliti tentang konsep taman kota pada masyarakat Yogyakarta dan Semarang yang kesimpulan dari penelitian ini adalah konsep taman kota dalam masyarakat Jawa bukan seperti Barat yang menonjol pada fungsi untuk bersenang-senang dan estetika, melainkan fungsi sosial, yaitu taman kota lebih digunakan untuk interaksi sosial.

Penelitian ke empat adalah tesis yang diteliti oleh Domenech, J.M. pada tahun 2011 dengan judul Determining Factors of Theme Park Attendance. Penelitian ini menekankan pada faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kehadiran atau kunjungan wisatawan untuk mengunjungi taman tematik tersebut. Setelah di teliti dihasilkan kesimpulan bahwa ada dua fator yang mempengaruhi


(21)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kunjungan wisatawan yaitu faktor khusus dan faktor penempatan lokasi. Adapun yang termasuk ke dalam faktor khusus adalah restaurant (tempat makan), family

attraction (hiburan keluarga), dan souvenir shop (toko suvenir). Sedangkan yang

dimaksud dengan faktor penempatan lokasi adalah mengenai suhu. Suhu berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung. Daerah yang memiliki suhu yang hangat akan menghasilkan banyak keuntungan dan pengunjung lebih banyak mengunjungi taman tematik ini jika dibandingkan dengan taman tematik yang berada di wilayah yang memiliki suhu dingin.

Penelitian terakhir diteliti oleh Naniek Kohdrata, Dkk., pada tahun 2012 dengan judul penelitian Studi Home Range Penggunaan Taman Kota Studi Kasus Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala, Denpasar, Bali. Penelitian ini menekankan pada sejauh manakah taman kota dapat melayani publik yang merupakan pengguna rutinnya. Setelah dilakukan penelitian didapatkan salah satu kesimpulan bahwa aktivitas yang paling sering dilakukan pengunjung di Lapangan Renon adalah berolahraga. Hal ini sesuai dengan tujuan dibangunnya Lapangan Renon yaitu sebagai sarana aktivitas publik di wilayah perkotaan dalam bentuk taman kota.

Bedanya penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah membahas taman kota tematik. Peneliti mengaharapkan penelitian ini dapat menghasilkan; (1) Dapat memetakan penyebaran taman kota tematik yang sudah diresmikan dan mendeskripsikan kondisi taman kota tematik di Kota Bandung. (2) Dapat menganalisis daya dukung setiap taman kota tematik di Kota Bandung. (3) Dapat mengidentifikasi pemanfaatan taman kota tematik oleh pengunjung.


(22)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.2 Penelitian – penelitian Terdahulu

No Nama Tahun Judul Penelitian Masalah Tujuan Metode Hasil Penelitian 1. Kevin K. F. Wong

dan Phoebe W. Y. Cheung

1999 Academic Papers : Strategic Theming in The Theme Park Marketing

1. Apakah yang menjadi factor atribut tema dalam penetuan tema? 2. Bagaimana motivasi

pengunjung dalam mengunjungi taman tematik tersebut? 1. Untuk mengidentifikasi dan menggambarkan pembeda dan tema yang mewakili atribut tema dalam sebuah taman 2. Untuk menemukan

preferensi

pengunjung taman tematik

3. Untuk menguji motivasi pengunjung

Analisis A one way ANOVA

1. Motivasi pengunjung kompleks

2. Taman tematik di Asia masih sangat baru

2. Gonet Dasina 2009 Pengelolaan Arsitektur Taman Kota di

Monumen Perjuangan 45 Banjarsari Kota Surakarta

1. Bagaimaa cara memahami secara langsung

pengolahan arsitektur pertamanan

khususnya taman kota

2. Bagaimana cara membuat taman 3. Bagaimana cara

pengelolaan taman yang baik dan benar

1. Mengetahui dan memahami secara langsung pengolahan arsitektur pertamanan khususnya taman kota

2. Mengetahui cara pembuatan taman 3. Mengetahui cara

pengelolaan taman yang baik dan

Suvey Deskriftif

1. Diketahuinya pengelolaan dan

pengorganisasian taman kota yang baik

2. Diketahuinya cara pemeliharaan taman kota baik secara fisik dan pemeliharaan ideal 3. Efesiensi dan efektifitas

pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai


(23)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

benar 3. Paulus Hariyono 2010 Konsep Taman Kota

Pada Masyarakat Jawa Masa Kini

1. Mengapa taman kota di Jawa Tengah cenderung berkurang dan menjadi ajang rebutan oleh berbagai pihak, padahal kehadiran taman kota sangat penting untuk estetika kota dan keseimbangan ekologi kota

1. Untuk mengetahui konsep taman kota pada masyarakat jawa masa kini dengan mengambil kasus masayarakat Yogyakarta dan Semarang Deskriptif -analitis

1. Konsep taman kota dalam masyarakat Jawa bukan seperti Barat yang menonjol pada fungsi untuk bersenang-senang dan estetika, melainkan fungsi sosial, yaitu taman kota lebih digunakan untuk interaksi sosial.

4. Domenech, J.M 2011 Determining Factors of Theme Park Attendance

1. Faktor mana saja yang memiliki daya tarik yang tinggi untuk menarik minat pengunjung? 2. Taman tematik

yang mana saja yang akan menghasilkan banyak keuntungan dengan bertambahnya pengunjung? 1. Menentukan faktor-faktor yang memiliki daya tarik yang tinggi untuk menarik minat pengunjung. 2. Untuk mengetahui

taman tematik mana yang akan banyak menghasilkan keuntungan dari para pengunjung. OLS (Ordina ry least-squares) Regress ion dan WLS (Weight ed least-quares) Regress ion

1. Faktor yang memiliki daya tarik yang tinggi untik pengunjung adalah faktor khusus (tema) dan faktor lokasi.


(24)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Naniek Kohdrata, Dkk.

2012 Studi Home Range Penggunaan Taman Kota Studi Kasus Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala, Denpasar, Bali

1. Sejauh manakah taman kota dapat melayani publik yang merupakan pengguna rutinnya

1. Untuk mengetahui

home range tentang

aspek penggunaan taman kota oleh pengguna Lapangan Renon serta frekuensi kunjungan pengguna ke Lapangan Renon 1. Observ asi lapang an dan kuisio ner

1. Pengguna Lapangan Renon didominasi oleh masyarakat Kota Denpasar, yaitu sebesar 93% dari responden. 2. Pengguna Lapangan

Renon terbanyak berdomisili di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan.

3. Radius jangkauan wilayah pengguna rutin Lapangan Renon adalah antara 0 – 10 km dari Lapangan Renon. 4. Frekuensi kunjungan

masyarakat ke Lapangan Renon terbanyak adalah satu sampai dua kali dalam seminggu.

5. Aktivitas yang paling sering dilakukan pengunjung di

Lapangan Renon adalah berolahraga. Hal ini sesuai dengan tujuan dibangunnya Lapangan Renon yaitu sebagai sarana aktivitas publik di wilayah perkotaan


(25)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam bentuk taman kota.

6. Desy Laelasari 2015 Representasi Taman Tematik di Kota Bandung

1. Bagaimana gambaran taman tematik di Kota Bandung?

1. Mengidentifikasi dan menganalisis gambaran taman tematik di Kota Bandung

Mixed Method.

Hasil yang diharapkan: 1. Dapat memetakan

penyebaran taman tematik yang sudah diresmikan dan mendeskripsikan kondisi taman tematik di Kota Bandung. 2. Dapat menganalisis

daya dukung setiap taman tematik di Kota Bandung.

3. Dapat

mengidentifikasi pemanfaatan taman tematik oleh pengunjung.


(26)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey dengan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung. Kota Bandung adalah salah satu kota di Indonesia yang berada di Provinsi Jawabarat. Secara Geografis Kota Bandung berada pada koordinat 6° 50’ 38” - 6° 58’ 50” LS dan 107° 33’ 34” - 107° 43’ 50” BT. Kota Bandung terletak pada ketinggian mdpl, dengan titik ketinggian tertinggi terdapat di Utara dengan ketinggian 1050 mdpl (BAPPEDA Kota Bandung, 2011). Kota Bandung secara administratif berbatasan langsung dengan;

a. Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Kabupaten Bandung b. Sebelah Barat :Berbatasan dengan Kota Cimahi

c. Sebelah Utara :Berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat

d. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian mencakup seluruh taman tematik yang sudah diresmikan oleh Pemerintah Kota Bandung. Ada 10 Taman tematik yang sudah di resmikan yaitu taman Jomblo, Sketboard, Fotografi, Persib, Kandaga Puspa, Musik Sentrum, Anak Tongkeng, Film, Pet Park, dan Taman Lansia.

3. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007 : 3) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Untuk


(27)

34

lebih jelas melihat variabel dalam penelitian ini, dapat dilihat di tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

Variabel Subvariabel Parameter Sumber Data

Representasi Persebaran Taman

Tematik di Kota Bandung

Persebaran

Jarak Tiap Titik Terhadap Tetangga Terdekat

Plotting dan Survei

Daya Dukung Taman Tematik

Sarana dan prasarana

observsi Apresiasi

Pengunjung

Angket Bentuk Pengelolaan Observasi dan

Wawancara

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan geografi. Pendekatan geografi yang dipakai di dalam penelitian ini adalah pendekatan Keruangan. Pendekatan keruangan adalah suatu metode untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang yang dalam hal ini variabel ruang mendapat posisi utama dalam setiap analisis (Yunus, 2010 : 44).

Pendekatan keruangan memiliki paradigma keilmuan yang memiliki karakteristik, dimana ruang sebagai variabel utama di samping variabel lain yang banyak dilibatkan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Herbert dan Thomas (dalam Yunus, 2010 : 42):

Karakteristik dalam paradigma analisis spasial yaitu analisi pada ruang yang lebih khusus dimana space dianggap sebagai variabel utama di samping variabel lain yang banyak dilibatkan. Teknik-teknik analisis kuantitatif mendominasi pada awalnya dan kemudian menjadi terjadi penggabungan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.

Pada pendekatan keruangan di dalam penelitian ini mengagunakan tema analisis pola keruangan (spatial pattern analysis). Pola keruangan dapat diartikan sebagai kekhasan sebaran keruangan (special spatial distribution) gejala geosfera di permukaan bumi. Oleh karena gejala keruangan sendiri terdiri dari elemen-elemen pembentuk ruang yang dapat diabstraksikan menjadi bentuk titik, garis atau area maka pola keruangan selalu berkisar pada kekhasan sebaran dari titik-titik, garis-garis atau areal-areal itu sendiri (Yunus, 2010 : 50).


(28)

35

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan peneliti mengenai analisis keruangan yaitu (1) Mengabstraksikan kenampakan yang akan diteliti menjadi bentuk-bentuk elementer seperti titik-titik, garis-garis atau bidang-bidang (areal); (2) Mengklasifikasikan kekhasan sebaran dari elemen-elemen pembentuk ruang yang akan dibahas; (3) Menjawab pertanyaan geografis yang dikenal dengan 5W 1H, yaitu what, where, when, why,who, dan how (Yunus, 2010 : 50).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sumaatmadja (1988 : 112) Populasi Penelitian adalah keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah yang diteliti yang ada di daerah penelitian,. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan taman kota yang ada di Kota Bandung.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan (Sumaatmadja, 1988 : 112). Sampel pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu sampel wilayah dan sampel manusia.

a. Sampel Wilayah

Sampel wilayah pada penelitian ini adalah merupakan sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel jenuh pada penelitian ini adalah taman tematik yang sudah diresmikan oleh Pemerintah Kota Bandung. Berikut adalah tabel taman tematik beserta alamatnya yang sudah diresmikan:

Tabel 3.2. Alamat Taman Tematik di Kota Bandung

No Taman Kota Tematik Alamat

1. Taman Jomblo Jl. Cikapayang

2. Taman Sketboard Bawah Jembatan Pasopati 3. Taman Film Bawah Jembatan Pasopati 4. Taman Persib Jl. Supratman

5. Taman Kandaga Puspa Jl. Cilaki 6. Taman Musik Sentrum Jl. Belitung 7. Taman Anak Tongkeng Jl. Tongkeng 8. Taman Fotografi Jl. Cempaka

9. Pet Park Jl. Cilaki

10. Taman Lansia Jl. Cilaki 11. Taman Persib Jl. Supratman 12. Taman Vanda Jl. Merdeka

13. Taman Fitnes Jl. Imam Bonjol – Jl. Teuku Umar 14. Taman Gesit Jl. Dipati Ukur

15. Taman Balai Kota Jl. Merdeka –Jl. Wastukencana


(29)

36

b. Sampel Manusia (Responden) 1) Sampel Wisatawan

Adapun terkait sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel manusia (responden) yaitu sampel pengunjung. Pengambilan sampel menggunakan Nonprobability Sampling yaitu Accidental Sampling. Menurut Sugiono (dalam Feriyanto, 2015 : 31) menyatakan:

“Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data”.

Dalam menentukan besarnya Jumlah sampel yang diperlukan untuk mewakili suatu populasi, menurut Tika (2005 :15) mengungkapkan:

“Sampai saat ini belum ada ketentuan yang jelas tentang batas minimal besarnya sampel yang dapat diambil dan dapat mewakili suatu populasi yang akan diteliti, kendati demikian dalam teori sampling dikatakan bahwa sampel yang terkecil dan dapat mewakili distribusi normal 30”.

Semakin besar sampel yang diambil maka akan semakin mendekati nilai populasi yang benar sehingga penelitian akan mendapatkan hasil yang akurat (Feriyanto, 2015 : 31). Oleh karena itu, maka peneliti menetapkan sampel yang diambil adalah 450 responden dengan masing-masing 30 responden yang diperoleh dari pengunjung yang datang ke setiap lokasi taman tematik.

2) Sampel Pengelola

Teknik yang digunakan dalam pengambilan responden pengelola dengan sampel purposive. Menurut Sugiyono (2011 : 68) sampel purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti akan menemui pihak-pihak tertentu yang mengelola taman tematik di Kota Bandung seperti Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung. Jumlah responden disesuaikan dengan kemampuan peneliti dan kondisi di lapangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti studi literatur, plotting, observasi lapangan, survei, dan angket. Untuk lebih jelasnya, data-data yang diperoleh tersedia pada tabel 3.3 sebagai berikut:


(30)

37

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data

E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Persebaran

Analisis persebaran di dalam penelitian ini menggunakan analisis tetangga terdekat. Analisis ini digunakan untuk menganalisa pola penyebaran gejala geografi. Dalam penelitian ini, analisis tetangga terdekat digunakan untuk menganalisis pola penyebaran taman tematik di Kota Bandung.

Pada dasarnya, pola penyebaran itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol (cluster pattern), tersebar tidak merata (random pattern), dan tersebar merata (dispersed pattern) (Sumaatmajda, 1988 :137).

Pengevaluasian pola-pola ini menggunakan skala R (R scale). Skala ini dapat dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut:

̅ ̅ dimana ̅ ∑

̅

Keterangan:

r = Jarak tiap titik tempat ke tetangganya yang terdekat A = Aktual

̅ = Rata-rata jarak ke tetangga terdekat pada penyebaran secara random dari kepadatan p

No Data Pengumpulan Data Sumber

Primer Sekunder

1. Peta Administrasi Kota Bandung

Studi Literatur - Basemap Geodatabase Tahun 21010 2. Peta Detail Lokasi Taman

Tematik Kota Bandung

Studi Literatur - Citra Quick Bird Tahun 2009 3. Data Taman Tematik Studi Literatur - DISKAMTAM 4. Data Plotting Taman Tematik Plotting dan Survei Hasil

pengukuran

- 5. Data Daya Dukung taman

Tematik

Observasi Lapangan Hasil Pengukuran

- 6. Data Respon

Pengunjung/Wisatawan

Angket Skala Likert dan Presentase

- 7. Data Pengelola Taman Tematik Wawancara Deskriptif -


(31)

38

p =

Maka di dapat:

̅ ̅ ( √ ) ∑

Nilai R ini berkisar di antara nol (0) dengan 2,1491. Atau jika dijadikan suatu matriks menjadi:

0 0,7 1,4 2, 1492

I II III

Keterangan :

I = Pola bergerombol (cluster pattern) II = Pola tersebar tidak merata (random pattern) III = Pola tersebar merata (dispersed pattern)

2. Analisis Daya Dukung Taman Tematik

Teknik analisis daya dukung taman tematik ini menggunakan pengharkatan (scoring) dan pembobotan (weighting). Teknik pengharkatan ini digunakan untuk memberi nilai pada masing-masing karakteristik atau kriteria pada setiap parameter dari sub-sub variabel agar dapat dihitug nilai serta dapat ditentukan hasil peringkatnya.

Para meter yang dinilai dalam menganalisis daya dukung taman tematik adalah sarana dan prasarana, apresiasi pengunjung, bentuk pengelolaan baik itu fisik atau non fisik.

Peringkat masing-masing parameter diurutkan berdasarkan kategori yaitu harkat 5 untuk nilai tertinggi dengan kelas sangat tinggi untuk parameter yang memenuhi semua kriteria yang dijadikan indikator, harkat 4 untuk kelas tinggi, harkat 3 untuk kelas sedang, harkat 2 untuk kelas rendah, dan harkat 1 untuk kelas sangat rendah. Kriteria pengharkatan diperoleh melalui adaptasi dari beberapa sumber yang relevan. Harkat kelas dan kriteria masing-masing karakteristik parameter dari sub-sub variabel dapat dilihat pada tabel 3.4 sampai dengan tabel 3.14 di bawah ini.


(32)

39

Tabel 3.4

Harkat, Kelas dan Kriteria Sarana dan Prasarana Berdasarkan Parameter Kualitas Udara

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Tidak terdapat kemacetan lalu lintas, pabrik semen, fasilitas pegolahan logam, dan banyak pohon penghasil oksigen.

4 Baik

Terdapat kemacetan lalu lintas, tidak terdapat pabrik semen, fasilitas pegolahan logam, dan banyak pohon penghasil oksigen.

3 Sedang

Terdapat kemacetan lalu lintas, terdapat pabrik semen, tidak terdapat fasilitas pegolahan logam, dan ada beberapa pohon penghasil oksigen.

2 Kurang Baik

Terdapat kemacetan lalu lintas, terdapat pabrik semen, tidak terdapat fasilitas pegolahan logam, dan ada pohon penghasil oksigen.

1 Buruk

Terdapat kemacetan lalu lintas, terdapat pabrik semen, terdapat fasilitas pegolahan logam, dan tidak ada pohon penghasil oksigen.

Tabel 3.5

Harkat, Kelas dan Kriteria Sarana dan Prasarana Berdasarkan Parameter Keamanan

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Tersedia di lokasi dengan jumlah pos keamanan > 4 jarak yang sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang sangat lengkap

4 Baik

Tersedia di lokasi dengan jumlah pos keamanan < 4 jarak yang sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang sangat lengkap

3 Sedang

Tersedia di lokasi dengan jumlah pos keamanan > 4 jarak yang sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang cukup lengkap

2 Kurang Baik

Tersedia di lokasi dengan jumlah pos keamanan < 4 jarak yang sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang kurang lengkap


(33)

40

Tabel 3.6

Harkat, Kelas dan Kriteria Sarana dan Prasarana Berdasarkan Parameter Kebersihan

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Tidak ada sampah di lokasi taman, tersedia tempat pembuangan sampah > 10 kualitas layak digunakan

4 Baik

Tidak ada sampah di lokasi taman, tersedia tempat pembuangan sampah < 10 kualitas layak digunakan

3 Sedang

Masih terlihat sedikit sampah di lokasi taman, tersedia tempat pembuangan sampah dengan < 10 kualitas layak digunakan

2 Kurang Baik

Banyak sampah berserakan di lokasi taman, tersedia tempat pembuangan sampah dengan < 10 kualitas tidak layak digunakan

1 Buruk Tidak tersedia tempat pembuangan sampah

Tabel 3.7

Harkat, Kelas dan Kriteria Sarana dan Prasarana Berdasarkan Parameter Kelengkapan Fasilitas

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Tersedia di lokasi dengan jumlah fasilitas > 5 (toilet, mushola, tempat bermain anak, kesehatan) jarak yang sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang sangat lengkap

4 Baik

Tersedia di lokasi dengan jumlah fasilitas < 5 (toilet, mushola, tempat bermain anak, kesehatan) jarak yang sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang sangat lengkap

3 Sedang

Tersedia di lokasi dengan jumlah fasilitas > 5 (toilet, mushola, tempat bermain anak, kesehatan) jarak yang sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang cukup lengkap

2 Kurang Baik

Tersedia di lokasi dengan jumlah fasilitas < 5 (toilet, mushola, tempat bermain anak, kesehatan) jarak yang sangat dekat dengan kualitas dan pelayanan yang kurang lengkap 1 Buruk Tidak tersedia fasilitas


(34)

41

Tabel 3.8

Harkat, Kelas dan Kriteria Sarana dan Prasarana Berdasarkan Parameter Informasi

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Tersedia di lokasi dalam kondisi yang sangat layak sebagai sumber informasi

4 Baik Tersedia di lokasi dalam kondisi yang layak sebagai sumber informasi

3 Sedang Tersedia di lokasi dalam kondisi yang cukup layak sebagai sumber informasi

2 Kurang Baik Tersedia beberapa fasilitas informasi dalam kondisi yang kurang layak

1 Buruk Sama sekali tidak tersedia informasi

Tabel 3.9

Harkat, Kelas dan Kriteria Bentuk Pengelolaan Fisik berdasarkan Aksesibilitas dengan Parameter Jalan

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Jalan beraspal, tidak bergelombang, dan dapat dilalui berbagai jenis kendaraan. 4 Baik Jalan beraspal, bergelombang dapat dilalui

kendaraan roda empat. 3 Sedang

Jalan beraspal, dengan kondisi sedikit bergelombang dan berlubang, terbatas untuk kendaraan roda empat.

2 Kurang Baik Jalan tidak beraspal, berbatu, bergelombang. 1 Buruk Jalan setapak, hanya ada jalan alternatif.

Tabel 3.10

Harkat, Kelas dan Kriteria Bentuk Pengelolaan Fisik berdasarkan Aksesibilitas dengan Parameter Kendaraan

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Tersedia angkutan ke taman tematik, jumlah >10 dengan jenis beragam (bus, angkot, angdes).

4 Baik

Tersedia angkutan ke taman tematik, jumlah 10 dengan jenis beragam (bus, angkot, angdes).

3 Sedang

Tersedia angkutan ke taman tematik, jumlah < 10 dengan jenis beragam (bus, angkot, angdes).

2 Kurang Baik

Tersedia angkutan ke taman tematik, jumlah dan jenis tidak beragam (bus, angkot, angdes).


(35)

42

Tabel 3.11

Harkat, Kelas dan Kriteria Bentuk Pengelolaan Fisik berdasarkan Aksesibilitas dengan Parameter Jaringan Transportasi

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik

Jarak dekat dengan jaringan transportasi umum, terdapat transportasi umum dengan jadwal tetap.

4 Baik

Jarak dekat dengan jaringan transportasi umum, terdapat transportasi umum, tida ada jadwal tetap.

3 Sedang Jarak Jauh, tersedia transportasi umum. 2 Kurang Baik Jarak jauh dengan jaringan transportasi

umum, tidak tersedia transportasi umum. 1 Buruk Lokasi terisolasi

Tabel 3.12

Harkat, Kelas dan Kriteria Bentuk Pengelolaan Fisik berdasarkan Aksesibilitas dengan Parameter Waktu Tempuh

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Waktu tempuh sangat singkat dengan laju kecepatan tinggi (min 100 km/jam).

4 Baik Waktu tempuh singkat dengan laju kecepatan tinggi (min 80 km/jam).

3 Sedang Waktu tempuh cukup lama dengan laju kecepatan sedang (min < 60 km/jam). 2 Kurang Baik Waktu tempuh cukup lama dengan laju

kecepatan lambat (min < 20 km/jam). 1 Buruk Waktu tempuh sangat lama (min 10

km/jam)

Tabel 3.13

Harkat, Kelas dan Kriteria Bentuk Pengelolaan Fisik berdasarkan Aksesibilitas dengan Parameter Biaya Transportasi

Harkat Kelas Kriteria

5 Sangat Baik Kendaraan tersedia, biaya sangat murah. 4 Baik Kendaraan tersedia, biaya murah. 3 Sedang Kendaraan tersedia, biaya sedikit mahal. 2 Kurang Baik Kendaraan tida tersedia, biaya mahal. 1 Buruk Kendaran sama sekali tidak tersedia, sangat


(36)

43

Setelah ditentukan harkat, kelas, dan kriteria pada setiap masing-masing parameter variabel, selanjutnya, ditentukan bobot setiap parameter tersebut. Bobot tertinggi untuk aspek sarana dan prasarana adalah 25 dan terendah adalah 5. Bobot terbesar untuk aspek aksesibilitas adalah 25 dan terendah adalah 5.

Analisis terhadap daya dukung taman teatik berpatokan pada harkat dan parameter-parameter yang telah ditentukan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar tingkat daya dukung sarana dan prasarana terhadap pemanfaatan taman tematik di Kota Bandung dengan ketentuan kelas sebagai berikut:

Kelas I : Daya Dukung Rendah/Kurang

Kelas II : Daya Dukung Sedang/Cukup Mendukung Kelas III : Daya Dukung Tinggi

Tabel 3.14

Nilai Kesesuaian Daya Dukung Untuk Sarana dan Prasarana

No Parameter Bobot Terendah Tertinggi

Skor Nilai Skor Nilai

1. Kualitas Udara 5 1 5 5 25

2. Keamanan 5 1 5 5 25

3. Kebersihan 5 1 5 5 25

4. Kelengkapan Fasilitas 5 1 5 5 25

5. Informasi 5 1 5 5 25

Tabel 3.15

Nilai Kesesuaian Daya Dukung untuk Bentuk Pengelolaan Fisik

No Parameter Bobot Terendah Tertinggi

Skor Nilai Skor Nilai

1. Kondisi Jalan 5 1 5 5 25

2. Jenis Kendaraan 5 1 5 5 25

3. Waktu Tempuh 5 1 5 5 25

4. Jarak Terhadap Jaringan Transportasi 5 1 5 5 25 5. Biaya Transportasi 5 1 5 5 25


(37)

44

Penentuan kelas daya dukung terhadap pemanfaatan taman tematik dilakukan dengan menentukan panjang interval dari hasil perhitungan skor masing-masing variabel dengan menggunakan rumus interval yang dikemukakan oleh Subana, dkk. (200 : 40) sebagai berikut:

Dimana:

P = Panjang Interval R = Rentang Jangkauan K = Banyaknya Kelas

Berdasarkan rumus interval tersebut kemudian ditentukan kelas-kelas daya dukung dengan ketentuan sebagaimana tabel 3.20, tabel 3.21, dan tabel 3.22 di bawah ini:

Tabel 3.16

Prosedur Penentuan Kelas Daya dukung Sarana dan Prasarana Kelas Tingkat Penilaian

Daya Dukung

Jenjang

Rata-Rata Harkat Keterangan

I Daya dukung tinggi 19 – 25

Suatu kawasan yang memiliki daya dukung sangat tinggi pada aksesibilitas terhadap berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

II Daya dukung

cukup/mendukung 12 – 18

Suatu kawasan yang memiliki daya dukung tinggi pada aspek aksesibilitas berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

III Daya dukung

rendah/kurang 5 – 11

Suatu kawasan yang memiliki daya dukung kurang pada aspek aksesibilitas berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.


(38)

45

Tabel 3.17

Prosedur Penentuan Kelas Daya dukung Aksesibilitas Kelas Tingkat Penilaian

Daya Dukung

Jenjang

Rata-Rata Harkat Keterangan

I Daya dukung tinggi 19 – 25

Suatu kawasan yang memiliki daya dukung sangat tinggi pada aksesibilitas terhadap berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

II Daya dukung

cukup/mendukung 12 – 18

Suatu kawasan yang memiliki daya dukung tinggi pada aspek aksesibilitas berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

III Daya dukung

rendah/kurang 5 – 11

Suatu kawasan yang memiliki daya dukung kurang pada aspek aksesibilitas berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

3. Analisis Respon Pengunjung/Wisatawan

Analisis Respon wisatawan pada penelitian ini menggunakan analisis presentase dan skala likert sebagai indeks pengukuran tingkat kepuasan responden.

Analisis presentasi adalah teknik statistic sederhana yang digunakan untuk melihat seberapa banyak kecendrungan frekuensi jawaban yang diberikan responden. Analisis presentase ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

P = Presentase

f = Frekuensi setiap alternative jawaban yang dipilih

n = Jumlah keseluruhan frekuensi alternatif jawaban yang jadi pilihan 100% = Konstanta

Setelah dilakukan hasil dari item soal maka langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis serta penafsiran sesuai dengan hasil penelitian. Agar memudahkan dalam analisis dan penafsiran data, maka digunakan kategori yang diungkapkan oleh Arikunto (1990 : 57) yaitu sebagai berikut:


(39)

46

Tabel 3.18 Kategori Presentase

Presentase Kategori

0% Tidak seorang pun 1% - 24% Sebagian kecil 25% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 74% Lebih dari setengahnya 75% - 99% Sebagian besar

100% Seluruhnya

Sumber: Arikunto (1990 : 57)

Sedangkan Skala Likert digunakan untuk mengatur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Riduwan, 2003 : 12). Skala ini digunakan untuk menganalisa pemanfaatan taman tematik oleh pengunjung.

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi subvariabel kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Tabel 3.19 Pernyataan dalam Skala Likert

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju (SS) = 5 Sangat Setuju (SS) = 1 Setuju (S) = 4 Setuju (S) = 2 Netral (N) = 3 Netral (N) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Tidak Setuju (TS) = 4 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

Sumber: Riduwan (2003 : 13)

Setelah menggunakan indeks kepuasan responden dengan menggunakan skala likert dengan skala 1-5 (sangat tidak puas – sangat puas), data yang didapat dianailis menggunakan analisis frekuensi terbanyak pada setiap pilihan responden.


(40)

47

4. Analisis PengelolaTaman Tematik

Untuk mengelola hasil wawancara kepada pihak pengelola taman tematik yaitu Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung, menggunakan analisis deskriptif.

Menurut Tika (2005 :116) “Analisis data secara deskriptif penting untuk menjelaskan data yang bersifat kualitatif, baik dalam bidang Geografi sosial maupun Geografi Fisik”. Dalam bidang geografi sosial, analisis data secara deskriptif penting untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat sosial , seperti penyebab terjadinya perpindahan penduduk, adat istiadat suatu bangsa, dan sebagainya. Sedangkan dalam bidang geografi fisik, analisis data secara deskriptif diperlukan untuk menjelaskan fenomena atau gejala-gejala yang bersifat fisik, seperti proses terjadinya erosi, proses pembentukan delta, penyebab perubahan pola aliran sungai, dan sebagainya.

F. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Representasi adalah upaya menyajikan ulang atau menggambarkan sebuah realita.

2. Taman Tematik, taman yang memiliki ciri khas yang menciptakan suasana yang berbeda dari tempat lainnya, baik itu dari segi tempat, kuliner, atau pun dari alur perjalan yang di sediakan sehingga memberikan pengalaman yang tidak dapat di lupakan.

3. Kota Bandung adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawabarat. Kota Bandung merupakan Kota yang sedang melakukan pemabangunan taman kota dalam bentuk taman tematik. Hal ini dilakukan supaya masyarakat Kota Bandung memiliki ruang publik yang nyaman dan unik.


(41)

48

G. Alur Penelitian

DATA

PRIMER SEKUNDER

Studi Literatur

Peta Administrasi Kota Bandung Plotting

dan Survei Observasi

Lapangan Angket

Wawancara

Peta Persebadaran dan Detail Lokasi Daya Dukung

Taman Tematik Respon

Pengunjung Pengelolaan

Taman Tematik


(42)

113

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persebaran taman tematik di Kota Bandung belum tersebar secara merata. Taman tematik yang sudah ada memiliki pola bergerombol. Hal ini dikarenakan taman tematik sendiri adalah program baru Pemerintah Kota Bandung dalam mengembangkan ruang publik bagi masyarkat. Taman tematik ini berpotensi untuk dikembangkan dan disebarkan keseluruh wilayah Kota Bandung.

2. Daya dukung taman tematik di Kota Bandung memilikpotensi cukup mendukung, pada sebagian aspek seperti sarana dan prasana harus dikembangkan dalam penambahan fasilitas seperti toilet, papan informasi, dan lain sebagainya.

3. Respon atau tanggapan masyarakat mengenai adanya taman tematik disambut dengan baik, dan bisa dimanfaatkan sebagai ruang publik yang nyaman untuk dikunjungi ditengah kesibukan.

4. Pengelolaan taman tematik di Kota Bandung sudah baik dari segi perawatan, namun dari segi keamanan harus ditingkatkan kualitasnya.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dari penelitian ini adalah: 1. Untuk Pengelola dan Pemerintah,

a) Pembangunan taman tematik diperluas keseluruh wilayah Kota Bandung, seperti Wilayah Bandung Utara, Barat, Timur, dan Selatan, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial, serta pembangunan taman tematik yang semakin menarik dengan tema-tema yang akan meningkatkan index of happiness masyarakat Kota Bandung.


(43)

114

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Penambahan fasilitas harus dilakukan, karena akan berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung. Selain itu harus ada sosialisai dalam pengenlan dan penjagaan taman tematik yang baru selesai dibangun, sehingga masyarakat dapat menikmati ruang publik yang nyaman dan ikut menjaga dan merawat fasilitas yang ada.

2. Untuk Pendidikan

a) Sebaiknya setiap taman dilengkapi dengan perpustakaan portable yang bisa diakses oleh seluruh pengunjung.

b) Adanya papan informasi atau petunjuk mengenai sejarah tempat, atau lainnya. Sehingga pengunjung mendapatkan pengetahuan tentang tempat yang mereka kunjungi.

c) Untuk beberapa taman seperti Taman Kandaga Puspa sebaiknya dibuat buku katalog atau semacam leaflet untuk memberikan informasi mengenai tanaman atau bunga apa saja yang ada di taman tersebut.

d) Dijadikan rekomendasi sarana pembelajaran mengenai pendidikan lingkungn hidup (PLH), sehingga siswa yang belajar di taman-taman tematik ini merasa nyaman dan mendapatkan aplikasi dari teori yang diberikan.


(44)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R,H. (2012). Analisis Persebaran Sarana dan Prasarana Kota

Cirebon dan Daya Jangkau Masyarakat. Skripsi, Universitas

Pendidikan Indonesia.

A. Eni & H. Tri. (2012). Menghitung Kekuatan Interaksi Antar Dua

Wilayah. [Online]. Diakses di http://ssbelajar.blogspot.com

/2012/12/menghitung-kekuatan-interaksi-antar-dua.html. Arikunto, S. (1990). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:

PT Rieneka Cipta.

Arsyanur, M. R. (2008). Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Taman

Menteng Jakarta Pusat Pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. (Skripsi). Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Athilla. (2011). Aksesibilitas.[Online]. Diakses di

http://athidanalyst.blogspot.com /2011/07/ aksesibilitas.html. Bach, P.B. (1992). Public art in Philadelphia. Philadelphia: Temple

University Press.

Badan Pusat Statistik. (2013). Kependudukan. Bandung: BPS Kota Bandung 2013.

Brannen, J. (2005). Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Samarinda: Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Samarinda bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.

Carr, S. dkk. (1992). Public Space. USA: Cambridge University Press. Chevy. (2008). Perencanaan Wilayah dan Pengembangan Pendidikan.

[Online]. Diakses di http:// Tinjauan Teori Lokasi _ Perencanaan wilayah dan pembangunan pendidikan.html. Darmawan, E. (2007). Pidato Pengukuhan : Peranan Ruang Publik dalam

Perencanaan Kota. [Online]. Diakses di http://eprints.undip.ac.id/347/.

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung. (2013). Alamat Taman

Tematik di Kota Bandung. Bandung: Diskamtam.

Domenech, J.M. (2011). Determining Factors of Theme Park Attendance. (Tesis). The Colorado Collage.


(45)

116 Feriyanto, Iwan. (2015). Daya Tarik Wisata Curug Cinulang Sebagai

Objek Wisata Kawasan Bandung Timur. (Skripsi). Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Granham, N. (1985). “Concepts of culture-public policy and the cultural

industries” dalam The State of the Art of The State. London:

Greater London Council.

Hariyono, P. (2010). Konsep Taman Kota Pada Masyarakat Jawa Masa Kini. Local Wisdom-Jurnal Ilmiah Online. Volume 2 Nomor 3. Kementerian PU. (2004). Kriteria Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian

Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Jalan Arteri Primer Antar Kota. Jakarta: KEMEN PU.

Kementrian PU. (2009). Pemanfaatan Ruang. [Online]. Diakses di http://www.penataanruang.com/pemanfaatan-ruang.html. Mahardi, F. (2013). Evaluasi Fungsi Ekologis dan Estetika Pada

Beberapa Taman Kota di Jakarta. (Skripsi). Departemen

Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian Bogor.

Marcus, C.C. dan Fracis, C. (1998). People Places: Design Guidelines for

Urban Open Space. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Milman, A. (2007). Hand Out : Chapter 19, Theme Park Tourism and

Management Strategy. University of Cemtral Florida

Nurlatif, L.F. (2014). Perencanaan Tapak Eks-Pasar Inpres Sebagai

Taman Kotasubang di Kabupaten Subang Jawa Barat.

(Skripsi). Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian Bogor.

Purwanto, S. (2014). Kajian Potensi dan Daya DukungTaman Wisata

Alam Bukit Kelam Untuk Strategi Pengembangan Ekowisata.

(Tesis). Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ramdan, Agus.M. (2014). Evaluasi Sebaran Lokasi dan Daya Tampung

Sekolah di Kecamatan Lebakgedong Kabupaten

Lebak.(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tidak diterbitkan.

Riadi, T. J. H. (2015). Belum Ada Taman Yang Ramah Terhadap Kaum

Difabel. [Onlie]. Diakses di


(46)

117 Riduwan. (2003). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian.

Bandung: ALFABETA Bandung.

Ruhiyat, Y. (2008). Studi Daya Dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun

Raya Bogor. (Skripsi). Program Studi Arsitektur Lanskap,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Saragih, J.F.B. (2010). Pengembangan Ruang Bermain Outdoor Di Perumahan Formal. Seminar Nasional Dies 43Jurusan

Arsitektur Universitas Kristen Petra (hlm. 54-59). Surabaya:

Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra.

Sari, D.H. (2010). Design Taman Kota Purwokerto. (Skripsi). Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sari, D.P. (2014). Komersialisasi Ruang Publik Gusur Taman Kota. [Online]. Diakses di http : //jakarta.bisnis.com/read/20140319 /77/212235/komersialisasi-ruang-publik-gusur-taman-kota.htm. Sartika, M. (2002). Analisis Efektifitas Taman Kota Melalui Pendekatan

Kondisi Tapak Dan Perilaku Pengunjung. (Skripsi). Jurusan

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sherman, L.W. dan Weisburd, D.(1988). Policing the Hot Spot of Crime

:A Redesign of The Kansas City Preventive Patrol Experiment.

Research Proposal Submitted to The U.S. National Institute of Justice, Program on Research in Public Safety and Security. Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. New York :Van Nostrand

Reinhold Company Inc.

Siahaan, J. (2010). Ruang Publik: Antara Harapan dan Kenyataan. [Online]. Diakses di http://ruang publik/Bulletin

Elektronik.htm.

Simonds, J. O. dan B. W. Starke. (2006). Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Companies. 396 p.

Subana. dkk. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA Sumaatmadja, N. (1988). Geografi Pembangunan. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi P2LPTK.


(1)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persebaran taman tematik di Kota Bandung belum tersebar secara merata. Taman tematik yang sudah ada memiliki pola bergerombol. Hal ini dikarenakan taman tematik sendiri adalah program baru Pemerintah Kota Bandung dalam mengembangkan ruang publik bagi masyarkat. Taman tematik ini berpotensi untuk dikembangkan dan disebarkan keseluruh wilayah Kota Bandung.

2. Daya dukung taman tematik di Kota Bandung memilikpotensi cukup mendukung, pada sebagian aspek seperti sarana dan prasana harus dikembangkan dalam penambahan fasilitas seperti toilet, papan informasi, dan lain sebagainya.

3. Respon atau tanggapan masyarakat mengenai adanya taman tematik disambut dengan baik, dan bisa dimanfaatkan sebagai ruang publik yang nyaman untuk dikunjungi ditengah kesibukan.

4. Pengelolaan taman tematik di Kota Bandung sudah baik dari segi perawatan, namun dari segi keamanan harus ditingkatkan kualitasnya.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi dari penelitian ini adalah: 1. Untuk Pengelola dan Pemerintah,

a) Pembangunan taman tematik diperluas keseluruh wilayah Kota Bandung, seperti Wilayah Bandung Utara, Barat, Timur, dan Selatan, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial, serta pembangunan taman tematik yang semakin menarik dengan tema-tema yang akan meningkatkan index of happiness masyarakat Kota Bandung.


(2)

114

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Penambahan fasilitas harus dilakukan, karena akan berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung. Selain itu harus ada sosialisai dalam pengenlan dan penjagaan taman tematik yang baru selesai dibangun, sehingga masyarakat dapat menikmati ruang publik yang nyaman dan ikut menjaga dan merawat fasilitas yang ada.

2. Untuk Pendidikan

a) Sebaiknya setiap taman dilengkapi dengan perpustakaan portable yang bisa diakses oleh seluruh pengunjung.

b) Adanya papan informasi atau petunjuk mengenai sejarah tempat, atau lainnya. Sehingga pengunjung mendapatkan pengetahuan tentang tempat yang mereka kunjungi.

c) Untuk beberapa taman seperti Taman Kandaga Puspa sebaiknya dibuat buku katalog atau semacam leaflet untuk memberikan informasi mengenai tanaman atau bunga apa saja yang ada di taman tersebut.

d) Dijadikan rekomendasi sarana pembelajaran mengenai pendidikan lingkungn hidup (PLH), sehingga siswa yang belajar di taman-taman tematik ini merasa nyaman dan mendapatkan aplikasi dari teori yang diberikan.


(3)

Desy Laelasari, 2015

REPRESENTASI TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R,H. (2012). Analisis Persebaran Sarana dan Prasarana Kota

Cirebon dan Daya Jangkau Masyarakat. Skripsi, Universitas

Pendidikan Indonesia.

A. Eni & H. Tri. (2012). Menghitung Kekuatan Interaksi Antar Dua

Wilayah. [Online]. Diakses di http://ssbelajar.blogspot.com

/2012/12/menghitung-kekuatan-interaksi-antar-dua.html. Arikunto, S. (1990). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:

PT Rieneka Cipta.

Arsyanur, M. R. (2008). Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Taman

Menteng Jakarta Pusat Pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. (Skripsi). Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Athilla. (2011). Aksesibilitas.[Online]. Diakses di

http://athidanalyst.blogspot.com /2011/07/ aksesibilitas.html. Bach, P.B. (1992). Public art in Philadelphia. Philadelphia: Temple

University Press.

Badan Pusat Statistik. (2013). Kependudukan. Bandung: BPS Kota Bandung 2013.

Brannen, J. (2005). Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Samarinda: Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Samarinda bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.

Carr, S. dkk. (1992). Public Space. USA: Cambridge University Press. Chevy. (2008). Perencanaan Wilayah dan Pengembangan Pendidikan.

[Online]. Diakses di http:// Tinjauan Teori Lokasi _ Perencanaan wilayah dan pembangunan pendidikan.html. Darmawan, E. (2007). Pidato Pengukuhan : Peranan Ruang Publik dalam

Perencanaan Kota. [Online]. Diakses di http://eprints.undip.ac.id/347/.

Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung. (2013). Alamat Taman

Tematik di Kota Bandung. Bandung: Diskamtam.

Domenech, J.M. (2011). Determining Factors of Theme Park Attendance. (Tesis). The Colorado Collage.


(4)

116 Feriyanto, Iwan. (2015). Daya Tarik Wisata Curug Cinulang Sebagai

Objek Wisata Kawasan Bandung Timur. (Skripsi). Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.

Granham, N. (1985). “Concepts of culture-public policy and the cultural

industries” dalam The State of the Art of The State. London:

Greater London Council.

Hariyono, P. (2010). Konsep Taman Kota Pada Masyarakat Jawa Masa Kini. Local Wisdom-Jurnal Ilmiah Online. Volume 2 Nomor 3. Kementerian PU. (2004). Kriteria Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian

Pemanfaatan Ruang di Sepanjang Jalan Arteri Primer Antar Kota. Jakarta: KEMEN PU.

Kementrian PU. (2009). Pemanfaatan Ruang. [Online]. Diakses di http://www.penataanruang.com/pemanfaatan-ruang.html. Mahardi, F. (2013). Evaluasi Fungsi Ekologis dan Estetika Pada

Beberapa Taman Kota di Jakarta. (Skripsi). Departemen

Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian Bogor.

Marcus, C.C. dan Fracis, C. (1998). People Places: Design Guidelines for

Urban Open Space. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Milman, A. (2007). Hand Out : Chapter 19, Theme Park Tourism and

Management Strategy. University of Cemtral Florida

Nurlatif, L.F. (2014). Perencanaan Tapak Eks-Pasar Inpres Sebagai

Taman Kotasubang di Kabupaten Subang Jawa Barat.

(Skripsi). Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian Bogor.

Purwanto, S. (2014). Kajian Potensi dan Daya DukungTaman Wisata

Alam Bukit Kelam Untuk Strategi Pengembangan Ekowisata.

(Tesis). Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ramdan, Agus.M. (2014). Evaluasi Sebaran Lokasi dan Daya Tampung

Sekolah di Kecamatan Lebakgedong Kabupaten

Lebak.(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tidak diterbitkan.

Riadi, T. J. H. (2015). Belum Ada Taman Yang Ramah Terhadap Kaum

Difabel. [Onlie]. Diakses di


(5)

Riduwan. (2003). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: ALFABETA Bandung.

Ruhiyat, Y. (2008). Studi Daya Dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun

Raya Bogor. (Skripsi). Program Studi Arsitektur Lanskap,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Saragih, J.F.B. (2010). Pengembangan Ruang Bermain Outdoor Di Perumahan Formal. Seminar Nasional Dies 43Jurusan

Arsitektur Universitas Kristen Petra (hlm. 54-59). Surabaya:

Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra.

Sari, D.H. (2010). Design Taman Kota Purwokerto. (Skripsi). Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sari, D.P. (2014). Komersialisasi Ruang Publik Gusur Taman Kota. [Online]. Diakses di http : //jakarta.bisnis.com/read/20140319 /77/212235/komersialisasi-ruang-publik-gusur-taman-kota.htm. Sartika, M. (2002). Analisis Efektifitas Taman Kota Melalui Pendekatan

Kondisi Tapak Dan Perilaku Pengunjung. (Skripsi). Jurusan

Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sherman, L.W. dan Weisburd, D.(1988). Policing the Hot Spot of Crime

:A Redesign of The Kansas City Preventive Patrol Experiment.

Research Proposal Submitted to The U.S. National Institute of Justice, Program on Research in Public Safety and Security. Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. New York :Van Nostrand

Reinhold Company Inc.

Siahaan, J. (2010). Ruang Publik: Antara Harapan dan Kenyataan. [Online]. Diakses di http://ruang publik/Bulletin

Elektronik.htm.

Simonds, J. O. dan B. W. Starke. (2006). Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Companies. 396 p.

Subana. dkk. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA Sumaatmadja, N. (1988). Geografi Pembangunan. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi P2LPTK.


(6)

118 Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Bandung: Alumni.

Sutriyanto, E. Inovasi Happiness Guna Meningkatkan Nilai Kota

Bandung.[Online]. Diakses di http:// /Inovasi Happiness Guna

Meningkatkan Nilai Kota Bandung - Berita BCA.htm. Tarigan,Robinson.(2006). Perencanaan Pembangunan Wilayah.

Jakarta:Bumi Aksara.

Tika, P. (2005). Metode Peneltian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara. Whyte, W.H. (1980). The Social Life of Small Urban Spaces. New York.

Project for Public Space, Inc.

Wisuda, A.P. (2012). Analisis Kebijakan Pelaksanaan Perencanaan

Pembangunan Taman Kota Sebagai Ruang Terbuka Hijau di Kota Depok. (Skripsi). Universitas Indonesia. Depok. Tidak

diterbitkan.

Wong, K.K.F. dan Cheung, P.W.Y (1999). Academic Papers: Strategic Theming in Theme Park Marketing. Jurnal of Vacation

Marketing. Volume 5 Number 4.

Yunus, Hadi.S. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.