IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK.

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

Oleh

Erni Yuliah Kosasih 1201524

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK

Oleh:

Erni Yuliah Kosasih, S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA

Sekolah Pascasarjana

© Erni Yuliah Kosasih Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ERNI YULIAH KOSASIH

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT- BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. H. rer.nat. Ahmad Mudzakir, M.Si.

Pembimbing II

Prof. Dr. Hj. Sri Redjeki, M.Pd.

Mengetahui,


(4)

(5)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam bukan sekedar penguasaan dari kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip-prinsip saja akan tetapi berkzaitan dengan cara mencari tahu dan menjawab tentang gejala alam secara sistematis sebagai suatu penemuan dan proses dialog berkelanjutan dengan lingkungan sekitarnya. Hakikat IPA adalah penemuan itu sendiri yang dapat berperan sebagai metode, pendekatan, model pembelajaran, sebagai alat untuk mengembangkan kepribadian dan sikap-sikap ilmiah yang tercakup di dalamnya (Rustaman, dkk. 2005).

Adanya perubahan dari Kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kepada Kurikulum 2013 memberikan penyempurnaan pola pikir tersendiri bagi pendidikan dan pembelajaran termasuk pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Kejuruan. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Beberapa penyempurnaan kurikulum diantaranya: standar kompetensi lulusan diturunkan berdasarkan kebutuhan, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, pembelajaran berpusat kepada siswa dan bersifat interaktif, siswa aktif menyelidiki dalam konteks dunia nyata, membentuk lingkungan jejaring dalam pembelajaran berbasis tim, mengikuti keberagaman inisiatif siswa dan memberikan kepercayaan dan


(6)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

tanggungjawab kepada siswa untuk memberikan kesempatan kepada mereka agar dapat berpikir kritis dan kreatif (Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan struktur Kurikulum 2013, mata pelajaran IPA di SMK termasuk ke dalam mata pelajaran kelompok C yaitu Mata Pelajaran Dasar Bidang Kejuruan yang dikenal dengan istilah IPA Terapan. IPA Terapan merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karena ituIPA Terapanmempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. IPA Terapan adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yangmelibatkan keterampilan dan penalaran.Karakteristik Terapan pada SMK Pariwisata adalah yang berkaitan dengan ilmu terapan yang ada dibidang pariwisata serta kegunaannya.(Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan penyempurnaan pola pikir pada Kurikulum 2013 di atas maka tujuan pembelajaran IPA Terapandi SMK bidang keahlian Pariwisata dirumuskan sebagai berikut : 1) membentuk sikap positif terhadap mata pelajaran IPA, 2) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain, 3) menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, 4) meningkatkan kesadaran tentang penerapan IPA dalam kehidupan, 5) memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori IPA serta keterkaitan dan penerapannya dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 6) menggunakan pengetahuan dasar IPA sebagai landasan dalam mengembangkan kompetensi di masing-masing bidang keahlian(Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan tujuan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA menghendaki outcome yang menguasai pengetahuan dan multi keterampilan seperti keterampilan berpikir dan keterampilan sosial. Sementara itu dalam praktek di lapangan, pembelajaran IPA masih terfokus pada penguasaan aspek


(7)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

pengetahuan saja. Dengan demikian, dalam upaya pencapaian berbagai keterampilan ini dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran terpaduyang dapat memadukan konsep, keterampilan, topik dan unit tematisnya. Salah satu tipe pembelajaran terpadu adalah Nested Model (model sarang) yakni pembelajaran yang dapat meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah

learning skills (keterampilan belajar) yang ingin dilatihkan oleh seorang guru

kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran. Pada pendekatan terpadu tipe ini, guru akan merancang kegiatan pembelajaran yang mudah dipahami dan berorientasi pada dunia nyata yang dihadapi siswa serta dapat menumbuhkan berbagai keterampilan seperti keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisasi sebagai tujuan belajar yang akan dicapai (Fogarty, 1991).

Multi keterampilan di atas merupakan bekal siwa dalam kehidupannya di masa yang akan datang. Terlebih, lulusan SMK memiliki kesempatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi, bekerja, maupun berwirausaha. Arifah (2013) mengemukakan data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah bahwa hanya sekitar 20% lulusan SMK yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi sedangkan sisanya 80% bersaing mendapatkan pekerjaan di sektor industri dan wirausaha. Persentase yang cukup besar ini memerlukan perhatian yang khusus sehingga para lulusan dapat berkembang bahkan bersaing sesuai dengan harapan masyarakat. Berdasarkan beberapa penelitian, dunia kerja membutuhkan personal yang memiliki hard skill dan soft skill yang seimbang bahkan cenderung mengutamakan mereka yang memiliki proporsi soft skill yang lebih besar dibandingkan dengan hard skillnya dengan asumsi bahwa soft skill merupakan keterampilan yang sulit didapatkan. Hal ini senada dengan salah satu elemen perubahan penting dalam kurikulum 2013 dari aspek kompetensi lulusan yaitu menghendaki adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill


(8)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan(Kemendikbud, 2013).

Beberapasoft skill yang menjadi prioritas bagi kompetensi seseorang di dunia kerja diantaranya keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.Hal senada diungkapkan oleh Mujakir (2012) bahwa tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk IPA untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Sangat disayangkan, sampai saat ini fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir dalam IPA jarang tersentuh oleh pendidik. Padahal kemampuan tersebut sangat diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Salah satu pendekatan dalam mendorong dan mengupayakan kegiatan berpikir adalah kegiatan pembelajaranyang berorientasi pada masalah dalam suatu tugas atau situasi.

Sejatinya, setiap penguasaan keterampilan termasuk keterampilan berpikir dan sosial bukanlah sesuatu yang instan dalam diri seorang siswa akan tetapi perlu dilatihkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya nyata untuk menghasilkan siswa SMK yang seimbang dalamhard skill dan softskill.Fakta di lapanganmemperlihatkan bahwamasih banyak pembelajaran IPA di SMK yang menganut teacher centereddan hanya berorientasi pada penguasaan konsep semata sehingga keterampilan lainnya seperti keterampilan berpikir dan keterampilan sosial menjadi sesuatu yang terabaikan padahal sebagaimana uraian di atas, keterampilan ini akan sangat menunjang dalam kehidupan siswa sebagai


(9)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

tinggi maupun ketika terjun ke dunia kerja. Tidak dapat dipungkiri, pada kenyataannyaada beberapa guru IPAyang telah berusaha menerapkan pembelajaran aktif dan berorientasi pada siswa (student centered) guna mengembangkan berbagai keterampilan siswa salah satunya dengan menggunakan metode praktikum dalam bentukpercobaan. Metode praktikumdapat melibatkan aktivitas fisik (hands on) siswa melalui kegiatan praktikum dan aktivitas berpikir (minds on) melalui kegiatan diskusi sehingga membuat siswa lebih aktif dibandingkan hanya menjadi pendengar sebagaimana dalam pembelajaran dengan menggunakan meteode ceramah. Akan tetapi, metode praktikum yang diterapkan oleh beberapa guru tersebut pada umumnya masih menggunakan petunjuk praktikum yang dirancang oleh guru.

Sampai saat ini telah banyak para ahli dan peneliti yang berhasil mendesain model pembelajaran yang efektif dan bermakna serta dapat mengembangkan domain pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendekatan Student Centered

Learning (SCL) diantaranya : 1) Model pembelajaran Kontekstual, 2) Model

Pembelajaran Kooperatif, 3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah, 4) Model Pembelajaran Tematik, 5) Model Pembelajaran Berbasis Komputer , 6) Model PAKEM, 7) Model Pembelajaran Berbasis WEB(Rusman, 2011). Sedangkan model pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013 diantaranya : 1)

Discovery Learning, 2) Problem Based-Learning, dan 3) Project Based-Learning.

Ke tiga model pembelajaran ini berlandaskan kepada proses Scientific

Approachyang memunculkan kegiatan 5M (Mengamati,Menanya,

Mencoba,Menalar/ Membuat Jejaring, dan Mengkomunikasikan) dalam pembelajaran termasuk pembelajaran IPA (Kemendikbud, 2013).

Berkaitan dengan tujuan pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013 yang menghendaki lulusan yang memiliki multi keterampilan,makakegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatanIPATerpadu tipe


(10)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Nested. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi alternatifdalam

pembelajaran dengan pendekatan IPA Terpadu tipe ini adalah Project Based

Learning. Dalam pembelajaran ini siswa dapat dilatih untuk memiliki berbagai

keterampilan belajar (learning skills)diantaranya keterampilan berpikir dan keterampilan sosial karena pembelajaran berlangsung dalam kelompok kolaboratif. Sejumlah penelitian tentang penggunaan Project Based Learningtelah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya : Penelitian oleh Doppelt (2003),tentang implementasi pembelajaran berbasis proyek dalam lingkungan belajar yang fleksibel dengan menggunakan asesmen portofolio berhasil meningkatkan motivasi, konsep diri, dan sikap siswa dalam pembelajaran secara signifikan. Fatmawati (2011)dalam penelitiannya menerapkanpembekalan kemampuan merancang proyek melalui perkuliahan Mikrobiologi Berbasis Proyekyang ternyata dapatmeningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa. Wibowo (2012) menerapkan model pembelajaran Fisika Berbasis Proyek, dan hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA. Selain itu, hasil penelitian Rahmadani (2012) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa SMK. Dengan demikian, peneliti terinspirasi untuk mengadakan penelitian tentang penggunaan model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam mata pelajaran IPA Terapan sejalan dengan implementasi Kurikulum 2013 di SMK Bidang Keahlian Pariwisata.

Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah konsep difusi dan osmosis yang terdapat pada Kompetensi Inti 3 yaitu K.D. 3.16 :Mendeskripsikan difusi dan osmosis, K.D. 3.14: Menerapkan konsep difusi dan osmosis di bidang pariwisata. Selain itu terdapat pula pada Kompetensi Inti 4 yaitu K.D. 4.16 : Menalar peristiwa difusi dan osmosis yang terjadi sehari-hari dan K.D. 4.14: Mengevaluasi peristiwa difusi dan osmosis di bidang pariwisata. Materi ini merupakan konsep baru dalam Mata Pelajaran IPA di Sekolah Menengah Kejuruan Bidang


(11)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Pariwisata. Disamping itu, menurut pertimbangan peneliti bahwa konsep difusi dan osmosis merupakan konsep penting yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bidang jasaboga pembuatan makanan. Masih banyak yang belum menyadari bahwa gejala yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari terjadi berdasarkan prinsip difusi dan osmosis sehingga akhirnya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah yang terkait dengan hal tersebut. Sebagai contoh, berkaitan dengan beberapa kualitas produk makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat luas sangat tergantung pada prinsip osmosis yang berhubungan dengan teknik pengeluaran air dari dalam sel tumbuhan seperti umbi-umbian, buah-buahan agarmenjadi berbagai panganan yang memiliki citarasa yang khas dan renyah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan pembelajaran IPA terpadu tipe Nested menggunakan Project-Based Learningdengan mengangkat judul “Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested pada Konten Difusi dan Osmosis Menggunakan Project Based Learning untuk Meningkatkan Learning

Skills Siswa SMK.”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Penerapan Kurikulum 2013 menghendaki lulusan SMK yang memiliki multi keterampilan sedangkan pada umumnya kegiatan pembelajaran masih berorientasi pada penguasaan konsep atau materi saja.

2. Lulusan SMK diharapkan memiliki proporsi hard skills dan soft skills yang seimbang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun terjun ke dunia kerja.Keterampilan yang dapat dilatihkan dalam kegiatan pembelajaran untuk menunjang soft skills siswa adalah thinking


(12)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

3. Pembelajaran IPA di SMK masih banyak yang berpusat pada guru(teacher

centered) sehingga diperlukan upayapenerapan model atau metode

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dan berkaitan dengan bidang keahlian yang ditekuninya.

4. Penelitian tentang pembelajaran IPA dengan pendekatan IPA terpadu menggunakan Project Based Learning dalam meningkatkan keterampilan belajar siswa seperti thinking skills dan social skillsmasih jarang dilakukan. 5. Materi difusi dan osmosis merupakan materi baru dalam Kurrikulum 2013

yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana implementasi pembelajaran IPA TerpaduTipe Nestedpada konten Difusi dan Osmosis menggunakan Project Based Learningdalam meningkatkan Learning Skillssiswa SMK?

Rumusan masalah ini dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana desain dan keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tipe

Nested pada konten Difusi dan Osmosis dengan menggunakan Project Based Learning di SMK?

2. Bagaimana peningkatan thinking skills siswa SMK setelah pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested menggunakan Project Based Learning dan menggunakan metode praktikum?

3. Bagaimana perbandingan profil social skills siswa SMK dalam pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested menggunakan Project Based

Learning dan menggunakan metode praktikum?

4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested menggunakan Project Based Learning di SMK?


(13)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

D. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini diantaranya:

1. Learning Skills diambil dari Fogarty (1991) yang meliputi thinking skills

dan social skills.

2. Keterlaksanaan pembelajaran dilihat dari aspek guru mengajar (mengelola pembelajaran).

3. Project Based Learning yang digunakan merupakan tahapan Project Based Learning dari Doppelt yang telah dimodifikasi oleh Fatmawati (2011).

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan desain pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis menggunakan Project Based Learningserta

keterlaksanaannya.

2. Mendapatkan gambaran peningkatan thinking skills siswa SMK setelah pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis menggunakan Project Based Learning dan yang menggunakan metode praktikum.

3. Mendapatkan gambaran perbandingan profil social skills siswa SMK dalam pembelajaran IPA terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis menggunakan Project Based Learning.

4. Menjaring tanggapan siswa dan guru terhadap implementasi pembelajaran IPA terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis menggunakan

Project Based Learning di SMK


(14)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi berbagai pihak sebagai wujud kontribusi positif terhadap pendidikan IPA khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan diantaranya :

1. Bagi siswa dapat memberikan pengalaman belajar IPA yang menarik dan diaplikasikan sesuai dengan bidang keahliannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara memfasilitasi mereka untuk mengembangkan Learning Skills sebagai bekal untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

2. Bagi guru dapat memberikan informasi dan wawasan tentang dampak penggunaan Project Based Learning dalam pembelajaran IPA Terpadu terhadap peningkatan berbagai keterampilan siswa diantaranya kemampuan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa.

3. Bagi sekolah mendapatkan referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan model pembelajaran yang bermakna dan meningkatkan berbagai keterampilan yang diperlukan oleh siswa.

4. Bagi peneliti, memperoleh gambaran dan inspirasi untuk mengadakan investigasi lebih lanjut terhadap penerapan Project Based Learning dalam pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested.


(15)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Ciri khas dari penelitian ini tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa variabel-variabel tersebut (Sugiyono, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran IPA terpadu menggunakan Project Based Learning dan variabel terikatnya adalah

learning skills yang terdiri dari thinking skills dan social skills.

Desain penelitian yang digunakan adalah the matching only pre-test

post-test control group design. Pada desain ini, peneliti memasangkan pembelajaran

dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada variabel-variabel tertentu tetapi tidak memiliki jaminan bahwa mereka setara satu sama lain. Subjek sudah berada dalam kelompok yang utuh sehingga pemilihan sampel tidak dilakukan dengan Random subjek melainkan dengan cara Cluster Random atau acak kelas. Adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Desain Penelitian The Matching Only Pre-Test Post-Test

Control Group design

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

Kelas Eksperimen

O1 X O2

Kelas Kontrol O1 C

O2

(Fraenkel dan Wallen, 2006: 278) Keterangan :


(16)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

X : Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested menggunakan Project

Based Learning

C : Pembelajaran IPA menggunakan metode Praktikum O2 : Post test untuk melihat learning skills siswa

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X program keahlian Jasa Boga yang terdiri dari 3 kelas pada salah satu SMK Negeri di Kota Bandung tahun pelajaran 2013/2014.

Sampel penelitian terdiri dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol masing-masing berjumlah 24 orang siswa serta dipilih secara purposive yakni berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011).

C. Definisi Operasional

1. Pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antar mata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas peserta didik. Pada penelitian ini pembelajaran IPA terpadu yang digunakan adalah tipe Nested dalam satu disiplin ilmu dengan memadukan berbagai keterampilan siswa yang dikembangkan oleh Fogarty (1991) yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir (thinking

skills) dan keterampilan sosial (social skills) dalam konten materi Difusi

dan Osmosis.

2. Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang berawal

dari permasalahan dengan menggunakan proyek sebagai media bagi siswa. Proyek dikerjakan dalam tim kolaboratif berdasarkan tahapan pembelajaran hasil modifikasi Fatmawati (2011) yang terdiri dari tahap awal pemodelan dan observasi, tahap merancang proyek, pelaksanaan proyek, presentasi proyek, dan penilaian. Pembelajaran ini dilakukan dalam dua pertemuan, pertemuan pertama terdiri dari tahap awal sampai tahap merancang proyek sedangkan pertemuan ke dua merupakan tahap


(17)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

akhir proyek yang terdiri dari pelaksanaan proyek, presentasi, dan penilaian.

3. Learning skills merupakan keterampilan yang dapat membantu siswa

untuk belajar dan berperan penting dalam menunjang kesuksesan siswa di sekolah dan kehidupannya. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah learning skill yang dikembangkan oleh Fogarty (1991) diantaranya keterampilan berpikir (thinking skills) dan keterampilan sosial (social

skills).

a. Keterampilan berpikir (thinking skills) yang diukur mencakup keterampilan Memprediksi (prediction), Menyimpulkan (inference), Membandingkan (compare/contrast), Mengelompokkan (classify), dan Memprioritaskan (prioritize). Thinking skills diperoleh melalui tes keterampilan berpikir berupa soal pilihan ganda.

b. Keterampilan sosial (sociall Skills) yang diamati meliputi mendengar dengan perhatian (attentive listening), Mengklarifikasi (clarifying), Mengungkapkan (paraphrasing), Menerima gagasan (accepting

ideas), Memberikan bantahan (disagreeing), dan Mencari kesepakatan

(consensus seeking). Sociall skills diperoleh melalui observasi kegiatan dengan menggunakan daftar chek list.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel 3.2. berikut.

Tabel 3.2. Instrumen Penelitian

No. Instrumen Target

asesmen


(18)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

No. Instrumen Target

asesmen

Deskripsi Waktu

1. a. Tes tertulis

b. Lembar observasi a.Keterampilan berpikir b.Keterampilan sosial

a.Tes berupa pilihan ganda

b.Berupa daftar

cheklist (√) yang berisi indikator keterampilan sosial

Pre-test dan Post-test

Saat kegiatan pembelajaran 2. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Melihat kesesuaian pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan yang dimuat dalam RPP

Lembar observasi berisi pernyataan-pernyataan

mengenai kesesuaian kegiatan

pembelajaran yang dilakukan di kelas dengan RPP yang disusun

Saat kegiatan pembelajaran

3. Lembar Kerja Proyek siswa

Menilai rancangan proyek siswa

Dibuat mulai dari tahap permasalahan, solusi, tujuan, dan cara kerja

Saat kegiatan pembelajaran

4. Angket respon siswa terhadap penerapan Project Based Learning Mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan

Berisi pernyataan

siswa tentang

tanggapan terhadap pembelajaran

Project based

learning Setelah seluruh pembelajaran selesai 5. Pedoman wawancara guru dan siswa

Menggali kelemahan maupun keunggulan

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur untuk memperjelas

Setelah pembelajaran


(19)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

No. Instrumen Target

asesmen

Deskripsi Waktu

dari

pembelajaran yang telah dilakukan

jawaban siswa yang ambigu dan

pendapat guru mengenai

pembelajaran yang telah dilakukan

E. Prosedur Penelitian

Berikut ini prosedur yang digunakan dalam penelitian: 1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan berupa wawancara informal dengan guru IPA SMK disertai studi literatur dari berbagai sumber tentang pembelajaran IPA Terapan dan variabel yang akan diteliti.

b. Perumusan pembelajaran IPA Terapan menggunakan Project Based

Learning mencakup analisis materi berdasarkan standar isi IPA

Terapan dalam Kurikulum 2013 kemudian penyusunan perangkat pembelajaran IPA berupa RPP, Lembar Kerja Siswa Berbasis Proyek. c. Penyusunan instrumen penelitian yaitu menyusun soal-soal yang akan

diujikan berupa soal thinking skills dan pembuatan rubrik keterampilan sosial (social skills) berdasarkan indikator yang dikembangkan oleh Fogarty (1991), serta angket respon siswa terhadap penerapan Project Based Learning di SMK.


(20)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

d. Judgement dan Uji coba soal yang akan digunakan dalam penelitian

untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal yang akan diujikan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit untuk setiap pertemuan, didahului dengan kegiatan pre-test sedangkan post-test dilakukan di luar kegiatan pembelajaran. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Menentukan kelas yang akan menjadi sampel dalam penelitian secara purposive sampling.

b. Melakukan pre-test yang bertujuan untuk mengetahui kehomogenan sampel, juga untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan awal

thinking skills siswa sebelum diberi perlakuan.

c. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen yaitu pembelajaran menggunakan Project Based Learning dan kelas kontrol dengan metode praktikum disertai observasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran oleh observer.

d. Mengobservasi keterampilan sosial (social skills) siswa oleh observer pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

e. Mengadakan post-test setelah pertemuan terakhir untuk mendapatkan data thinking skills siswa setelah diberi perlakuan. f. Menjaring data respon siswa terhadap pembelajaran IPA Terpadu

menggunakan Project Based-Learning dengan menggunakan angket. g. Melakukan wawancara mendalam dengan beberapa perwakilan

siswa dan guru IPA yang mengajar di sekolah tersebut.


(21)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

a.

Mengolah data hasil penelitian yang telah diperoleh.

b.

Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis dari semua data yang diperoleh.


(22)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Kesimpulan Kondisi di Lapangan

- Implementasi kurikulum 2013 - Metode pembelajaran IPA

cenderung berpusat pada guru - Rendahnya Soft skills siswa

SMK

Studi Pendahuluan

- Kurikulum IPA SMK - Pendekatan IPA terpadu

tipe Nested

- Model pembelajaran

Project Based Learning

-Masalah

Penggunaan Pendekatan IPA Terpadu tipe Nested dan model pembelajaran Project Based Learning

Penyusunan instrumen penelitian Validasi dan Expert judgment

Uji coba instrumen

Revisi Instrumen jadi

Pre Test

Kelas kontrol Kelas eksperimen

Pembelajaran dengan metode praktikum

Pembelajaran menggunakan

Project Based Learning

Observasi

Post test Post test

Data

Analisis data


(23)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dapat dilihat berdasarkan tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3., Teknik Pengumpulan Data

No. Kegiatan Instrumen Jenis Data Sumber

Data

Keterangan 1. Observasi

kegiatan pembelajaran Lembar observasi - Keterlaksanaan pembelajaran - Social skills

siswa

Siswa dan guru

Selama proses pembelajaran

2. Tes Thinking

Skills Soal keterampilan berpikir berdasarkan indikator yang dikembangkan Fogarty (1991)

Skor pre-test dan

post-test

Siswa Sebelum dan setelah proses pembelajaran

3. Merancang proyek Lembar Kerja Proyek Siswa Rancangan produk makanan yang menggunakan prinsip difusi dan osmosis

Siswa Setelah proses pembelajaran

4. Menjaring tanggapan tentang pembelajaran

Kuesioner Respon terhadap pelaksanaan pembelajaran Siswa dan guru Setelah selesai proses pembelajaran

2. Teknik Analisis Data


(24)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Sebelum dilakukan tes Thinking skills, 15 butir soal pilihan ganda diuji coba terlebih dahulu pada salah satu kelas yang telah mendapatkan pembelajaran tentang materi Difusi dan Osmosis. Data hasil uji coba soal ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir soal.

1) Validitas Item

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product

moment dengan angka kasar, dengan rumus:

= �� − � �

√{ �� − � } { �� − � }… … …

dimana:

rxy = koefisien validitas item soal

N = jumlah siswa yang mengikuti tes X = skor item ke-I yang diukur validitasnya Y = Skor total

Untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi maka digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.4., Interpretasi Nilai Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 < r ≤ 1,00 sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2013)

Nilairxy dikatakan valid jika memenuhi kriteria cukup sampai dengan

sangat tinggi. Nilai rxy dikatakan tidak valid jika memiliki kriteria rendah


(25)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

2) Reliabilitas

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

= + / /

/ / … … …

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas instrumen yang sudah disesuaikan

r1/21/2= rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara skor-skor

setiap belahan tes

jika r hitung > r tabel maka tes yang dilakukan reliabel.

Koefisien korelasi reliabilitas instrumen diinterpretasikan sebagai berikut: Tabel 3.5. Klasifikasi Reliabilitas Tes

Koefisien Korelasi Kriteria 0.00 < r ≤ 0.20 Sangat rendah 0.20 < r ≤ 0.40 Rendah

0.40 < r ≤ 0.60 Sedang 0.60 < r ≤ 0.80 Tinggi

0.80 < r ≤ 1.00 Sangat tinggi (Arikunto, 2012) 3) Tingkat Kesukaran Item

Disamping memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik, tes juga mengandung adanya keseimbangan dari aspek kesulitan tes tersebut. Cara yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:

� = � ………

Dimana:


(26)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

B = banyaknya siswa menjawab benar Js = banyaknya peserta tes

Tabel 3.6. Interpretasi Indeks kesukaran

Interval Kriteria

P < 0,30 Mudah

0.030 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

P > 0.70 Sulit

(Arikunto, 2013) 4) Daya Pembeda

Daya pembeda diukur dengan menggunakan rumus berikut ini: � = � − � = � − � ……… Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

itu dengan benar

� = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks kesukaran)

� = = proporsi peserta kelompok bawah atas yang menjawab benar

Tabel 3.7. Interpretasi Daya Pembeda

Interval Kriteria

0,00 - 0,20 Jelek

0,21- 0,40 Cukup

0,41 - 0.70 Baik

0,71 - 1,00 Baik sekali


(27)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang didapat, butir soal selanjutnya dianalisis. Uji ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya soal yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis mencakup validitas butir soal, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal. Untuk mencari nilai reliabilitas digunakan program SPSS versi 16.0 dan diperoleh koefisien reliabilitas 0,78 dengan kriteria reliabilitas tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel. Sedangkan analisis validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dilakukan dengan menggunakan program Anates Versi 4.09. Berdasarkan analisis soal yang berjumlah 15 butir maka ada soal yang digunakan untuk penelitian dan ada juga yang direvisi. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis butir soal pilihan ganda.

Tabel 3.8. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Pilihan Ganda Thinking Skills

No Soal

Daya Beda Tingkat

Kesukaran

Validitas

Ket. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,50 Baik 0,35 Sedang 0,440 Cukup Dipakai

2 0,50 Baik 0,48 Sedang 0,396 Rendah Direvisi

3 0,87 Baik sekali 0,45 Sedang 0,595 Cukup Dipakai

4 0,13 Jelek 0,41 Sedang 0,075 Sangat rendah Direvisi

5 0,38 Cukup 0,28 Sukar 0,455 Cukup Dipakai

6 0,50 Baik 0,52 Sedang 0,414 Cukup Dipakai

7 0,50 Baik 0,76 Mudah 0,436 Cukup Dipakai

8 0,88 Baik sekali 0,59 Sedang 0,698 Tinggi Dipakai

9 0,50 Baik 0,62 Sedang 0,433 Cukup Dipakai

10 0,75 Baik sekali 0,34 Sedang 0,616 Tinggi Dipakai

11 0,38 Cukup 0,59 Sedang 0,433 Cukup Dipakai

12 0,25 Cukup 0,07 Sangat

Sukar

0,447 Cukup Dipakai

13 0,50 Baik 0,28 Sukar 0,481 Cukup Dipakai


(28)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

15 0,38 Cukup 0,83 Mudah 0,416 Cukup Dipakai

Dari data pada tabel 3.8 bahwa semua soal (15 butir soal) digunakan dalam penelitian. Sebaran soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan aspek

thinking skills dapat dilihat pada tabel 3.9. berikut ini.

Tabel. 3.9. Soal Thinking Skills yang Digunakan Berdasarkan Indikatornya

No Aspek Thinking Skills Nomor Soal

1. Membandingkan 1,2,9,11

2. Memprediksi 3,6,7,10

3. Mengelompokkan 4,5

4. Memprioritaskan 14,15

5. Menyimpulkan 8,12,13

b. Teknik pengolahan data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa skor thinking skills siswa sedangkan data kualitatif berupa persentase social skills siswa beserta data pendukung lainnya meliputi data keterlaksanaan pembelajaran, data angket respon siswa terhadap pembelajaran, dan hasil wawancara guru dan siswa yang dianalisis dengan cara deskriptif.

1) Analisis data social skills siswa

Observasi terhadap social skills siswa dilakukan berdasarkan indikator yang dikembangkan oleh Fogarty (1991). Setiap indikator yang dilakukan siswa diberi skor 1 dan skor 0 untuk indikator yang tidak dilakukan. Langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skor setiap siswa dari setiap indikator social skills pada setiap pertemuan.


(29)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

b. Menghitung rata-rata skor siswa dari setiap indikator social skills pada setiap pertemuan kemudian menghitung persentasenya.

c. Menjumlahkan persentase skor rata-rata social skills pada setiap pertemuan kemudian dihitung rata-ratanya sebagai persentase social skills siswa selama rangkaian pembelajaran.

Dengan mengadopsi kategori validitas dan reliabilitas butir soal (Arikunto, 2013) maka hasil skor rata-rata kelas dapat dikategorikan dengan menggunakan interval seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.10. Kategori Social Skills

Skor (%) Kategori

0 < S ≤ 20 Sangat rendah

20 < S ≤ 40 Rendah

40 < S ≤ 60 Cukup

60 < S ≤ 80 Baik

80 < S ≤ 100 Baik sekali 2) Analisis data thinking skills siswa

Data thinking skills merupakan nilai yang diperoleh siswa melalui kegiatan

pre test dan pos test. Analisis data dilakukan berdasarkan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan post test

c. Mengkonversi skor mentah menjadi nilai dengan skala 0-100 dengan menggunakan rumus:

Nilai siswa =∑ j y e


(30)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Nilai rata − rata =nilai total jawaban benarumlah siswa

e. Menentukan peningkatan thinking skills siswa dengan cara menghitung

Normalized Gain menggunakan rumus:

� − �� =nilai maksimum − nilai � �nilai � − nilai � �

Tabel 3.11. Kategori Perolehan Nilai Indeks N-Gain

Rentang nilai Kategori

g ≤ 0,30 Rendah

0,31<g≤ 0,70 Sedang

g ≥ 0,71 Tinggi

(Hake, 1999)

f. Melakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik untuk menentukan apakah hasil pre test dan post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda signifikan. Uji hipotesis dilakukan berdasarkan langkah-langkah berikut ini :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut: Jika nilai signifikansi pada kolom

asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas (F) menggunakan uji Levene dengan program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut: Jika nilai signifikansi


(31)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data homogen

3. Data terdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan menggunakan uji rata-rata dua pihak (Independent Sample t – Test) pada program

SPSS versi 16.0 dengan penfasiran sebagai berikut: Jika nilai

signifikansi sig (2-tailed) >0,05 maka H0 diterima dan dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pre test maupun post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pre test dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

3) Analisis data respon siswa

Angket digunakan untuk menjaring data tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu menggunakan Project Based Learning. Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk skala Likert, yaitu setiap pernyataan diikuti beberapa respon yang menunjukkan tingkatan (Sugiyono, 2011).

a. Respon atau tanggapan terhadap masing-masing pernyataan dinyatakan dalam 4 kategori, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Bobot kategori SS = 4; S= 3; TS = 2; dan STS = 1. Perhitungan secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan persentase (%).


(32)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Tabel 3.12., Interpretasi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Nilai Kategori

80 – 100 Baik sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup 40 – 55 Kurang 0 – 39 Kurang sekali

4) Analisis keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested menggunakan

Project Based Learning

Data mengenai keterlaksanaan pembelajaran IPA menggunakan Project

Based Learning diambil menggunakan lembar observasi. Instrumen ini

berbentuk daftar cheklist yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer

memberikan tanda cek (√ ) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang teramati selama proses pembelajaran. Analisis terhadap keterlaksanaan pembelajaran dideskripsikan berdasarkan data yang terekam dalam lembar observsi guru.

Kriteria penilaian aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.13. Kriteria Penilaian Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Skor Kriteria

4 Sangat Baik

3 Baik

2 Cukup


(33)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Perolehan rata-rata skor dari jumlah seluruh skor aktivitas guru selama pembelajaran dikonversikan dengan kriteria penilaian kefektifan guru dalam mengelola pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 3.14. Kriteria Keefektifan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Rata-rata skor Keterangan

0,00-1,49 Tidak Baik

1,50-2,59 Kurang

2,60-3,49 Cukup Baik

3,5- 4,00 Baik

(Depdiknas, 2006) 5) Analisis data wawancara guru dan siswa

Data hasil wawancara dengan guru dan siswa digunakan untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap pemb elajaran yang telah dilakukan secara mendalam. Di samping itu, hasil wawancara digunakan pula untuk mengungkap beberapa data penting yang berkaitan dengan hasil penelitian kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif.


(34)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan pada Bab IV dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan menggunakan model Project Based Learning dapat diimplementasikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Kegiatan pembelajaran pada implementasi Project Based

Learning pada konsep Difusi dan Osmosis di SMK terlaksana sesuai dengan

tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek. Secara keseluruhan, peningkatan thinking

skills siswa pada kelas yang menerapkan model Project Based Learning termasuk

pada kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode praktikum dalam bentuk percobaan termasuk pada kategori rendah. Aspek

thinking skills membandingkan, memprioritaskan dan menyimpulkan lebih tinggi

pada kelas eksperimen dibandingkan dengan pada kelas kontrol sedangkan pada keterampilan memprediksi dan mengelompokkan lebih tinggi pada kelas kontrol dibandingkan dengan kelas eksperimen. Demikian pula untuk social skills siswa pada kelas yang menerapkan model Project Based Learning lebih baik dibandingkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode praktikum dalam bentuk percobaan. Social skills pada kelas eksperimen termasuk pada kategori baik sedangkan pada kelas kontrol termasuk pada kategori cukup. Aspek social

skills yang tinggi terdapat pada keterampilan mendengarkan dengan perhatian dan

keterampilan mencari kesepakatan sedangkan aspek social skills yang rendah terdapat pada aspek menerima bantahan. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan menggunakan model Project Based Learning dalam hal motivasi belajar, dapat melatih keterampilan berpikir dan keterampilan sosial, pembelajaran berkaitan


(35)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

dengan bidang keahlian siswa serta sesuai untuk diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan. Demikian pula guru memberikan tanggapan positif terhadap implementasi pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan menggunakan

Project Based Learning sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa SMK.

B. Saran

Pada pelaksanaan penelitian ini terdapat kekurangan dan kendala yang dihadapi sehingga memerlukan perbaikan dan peningkatan untuk penelitian selanjutnya antara lain:

1. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk pelaksanaan proyek sehingga kegiatan presentasi hasil proyek dan diskusi kelas kurang terlaksana dengan baik. Hal ini menyebabkan siswa kurang mendapatkan penguatan konsep dari guru karena terpaku pada pembahasan produk yang dihasilkan. Dengan demikian dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk menemukan keterkaitan antara konsep difusi dan Osmosis dengan tugas proyek yang sudah diselesaikan. Untuk meminimalisasi hal ini disarankan adanya pembagian waktu yang jelas sehingga seluruh rangkaian kegiatan dapat terlaksana dengan optimal.

2. Informasi atau sumber data yang dimiki oleh siswa terbatas pada artikel yang diberi oleh guru sehingga siswa menjadi kurang kaya informasi. Rekomendasi untuk pembelajaran selanjutnya adalah pemberian tugas pendahuluan kepada siswa untuk mencari informasi yang berkaitan dengan tugas proyek yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

3. Pada Lembar Kerja Siswa diberi ruang untuk mencatat hasil observasi pada saat kegiatan pemodelan serta lebih diperkaya dengan pernyataan yang mengandung kata-kata berpikir (thinking words) agar menuntun dan merangsang siswa untuk menggunakan keterampilan berpikirnya.


(36)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

4. Observer merasa kesulitan dalam mengamati keterampilan sosial yang muncul. Rekomendasi untuk menjaring keterampilan sosial pada penelitian selanjutnya adalah menggunakan kamera video untuk merekam aktivitas kelompok dengan lebih mendetail sehingga menghasilkan data yang lebih rinci.

5. Lembar observasi keterampilan sosial dirancang untuk seluruh kegiatan siswa, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan perbaikan diantaranya membuat lembar observasi untuk setiap tahapan pembelajaran sehingga dapat terlihat keterampilan sosial yang muncul pada setiap tahapan pembelajaran.


(1)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data homogen

3. Data terdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan menggunakan uji rata-rata dua pihak (Independent Sample t – Test) pada program SPSS versi 16.0 dengan penfasiran sebagai berikut: Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) >0,05 maka H0 diterima dan dapat

disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pre test maupun post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak

dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pre test dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

3) Analisis data respon siswa

Angket digunakan untuk menjaring data tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu menggunakan Project Based Learning. Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk skala Likert, yaitu setiap pernyataan diikuti beberapa respon yang menunjukkan tingkatan (Sugiyono, 2011).

a. Respon atau tanggapan terhadap masing-masing pernyataan dinyatakan dalam 4 kategori, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Bobot kategori SS = 4; S= 3; TS = 2; dan STS = 1. Perhitungan secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan persentase (%).


(2)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Tabel 3.12., Interpretasi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Nilai Kategori

80 – 100 Baik sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup 40 – 55 Kurang 0 – 39 Kurang sekali

4) Analisis keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested menggunakan Project Based Learning

Data mengenai keterlaksanaan pembelajaran IPA menggunakan Project Based Learning diambil menggunakan lembar observasi. Instrumen ini berbentuk daftar cheklist yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer memberikan tanda cek (√ ) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang teramati selama proses pembelajaran. Analisis terhadap keterlaksanaan pembelajaran dideskripsikan berdasarkan data yang terekam dalam lembar observsi guru.

Kriteria penilaian aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.13. Kriteria Penilaian Aktivitas Guru

dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Skor Kriteria

4 Sangat Baik

3 Baik

2 Cukup


(3)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Perolehan rata-rata skor dari jumlah seluruh skor aktivitas guru selama pembelajaran dikonversikan dengan kriteria penilaian kefektifan guru dalam mengelola pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 3.14. Kriteria Keefektifan Guru dalam

Mengelola Pembelajaran

Rata-rata skor Keterangan

0,00-1,49 Tidak Baik

1,50-2,59 Kurang

2,60-3,49 Cukup Baik

3,5- 4,00 Baik

(Depdiknas, 2006) 5) Analisis data wawancara guru dan siswa

Data hasil wawancara dengan guru dan siswa digunakan untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap pemb elajaran yang telah dilakukan secara mendalam. Di samping itu, hasil wawancara digunakan pula untuk mengungkap beberapa data penting yang berkaitan dengan hasil penelitian kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif.


(4)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan pada Bab IV dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan menggunakan model Project Based Learning dapat diimplementasikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Kegiatan pembelajaran pada implementasi Project Based Learning pada konsep Difusi dan Osmosis di SMK terlaksana sesuai dengan tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek. Secara keseluruhan, peningkatan thinking skills siswa pada kelas yang menerapkan model Project Based Learning termasuk pada kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode praktikum dalam bentuk percobaan termasuk pada kategori rendah. Aspek thinking skills membandingkan, memprioritaskan dan menyimpulkan lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan dengan pada kelas kontrol sedangkan pada keterampilan memprediksi dan mengelompokkan lebih tinggi pada kelas kontrol dibandingkan dengan kelas eksperimen. Demikian pula untuk social skills siswa pada kelas yang menerapkan model Project Based Learning lebih baik dibandingkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode praktikum dalam bentuk percobaan. Social skills pada kelas eksperimen termasuk pada kategori baik sedangkan pada kelas kontrol termasuk pada kategori cukup. Aspek social skills yang tinggi terdapat pada keterampilan mendengarkan dengan perhatian dan keterampilan mencari kesepakatan sedangkan aspek social skills yang rendah terdapat pada aspek menerima bantahan. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan menggunakan model Project Based Learning dalam hal motivasi belajar, dapat melatih keterampilan berpikir dan keterampilan sosial, pembelajaran berkaitan


(5)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

dengan bidang keahlian siswa serta sesuai untuk diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan. Demikian pula guru memberikan tanggapan positif terhadap implementasi pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan menggunakan Project Based Learning sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa SMK.

B. Saran

Pada pelaksanaan penelitian ini terdapat kekurangan dan kendala yang dihadapi sehingga memerlukan perbaikan dan peningkatan untuk penelitian selanjutnya antara lain:

1. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk pelaksanaan proyek sehingga kegiatan presentasi hasil proyek dan diskusi kelas kurang terlaksana dengan baik. Hal ini menyebabkan siswa kurang mendapatkan penguatan konsep dari guru karena terpaku pada pembahasan produk yang dihasilkan. Dengan demikian dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk menemukan keterkaitan antara konsep difusi dan Osmosis dengan tugas proyek yang sudah diselesaikan. Untuk meminimalisasi hal ini disarankan adanya pembagian waktu yang jelas sehingga seluruh rangkaian kegiatan dapat terlaksana dengan optimal.

2. Informasi atau sumber data yang dimiki oleh siswa terbatas pada artikel yang diberi oleh guru sehingga siswa menjadi kurang kaya informasi. Rekomendasi untuk pembelajaran selanjutnya adalah pemberian tugas pendahuluan kepada siswa untuk mencari informasi yang berkaitan dengan tugas proyek yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

3. Pada Lembar Kerja Siswa diberi ruang untuk mencatat hasil observasi pada saat kegiatan pemodelan serta lebih diperkaya dengan pernyataan yang mengandung kata-kata berpikir (thinking words) agar menuntun dan merangsang siswa untuk menggunakan keterampilan berpikirnya.


(6)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

4. Observer merasa kesulitan dalam mengamati keterampilan sosial yang muncul. Rekomendasi untuk menjaring keterampilan sosial pada penelitian selanjutnya adalah menggunakan kamera video untuk merekam aktivitas kelompok dengan lebih mendetail sehingga menghasilkan data yang lebih rinci.

5. Lembar observasi keterampilan sosial dirancang untuk seluruh kegiatan siswa, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan perbaikan diantaranya membuat lembar observasi untuk setiap tahapan pembelajaran sehingga dapat terlihat keterampilan sosial yang muncul pada setiap tahapan pembelajaran.


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI METODE PROJECT BASED LEARNING UNTUK

0 8 8

MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING MEMBUAT BLUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK TARUNATAMA

1 23 158

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Eningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Pada Siswa Kela

0 4 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Eningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Pada Siswa Kela

0 2 18

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRISIS SISWA.

0 1 46

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.

1 4 6

Implementasi Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran IPA Terpadu Untuk Meningkatkan Literasi Sains Dan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa SMP Pada Materi Kalor.

4 10 18

Penerapan Model Project Based Learning Pembelajaran Ipa Terpadu Tipe Nested Pada Tema Pencemaran Air Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP.

1 6 41

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA FLUIDA DENGAN MODEL GUIDED DISCOVERY DAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

0 4 57

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK - repository UPI T IPA 1201524 title

0 0 4