IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA FLUIDA DENGAN MODEL GUIDED DISCOVERY DAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA FLUIDA DENGAN MODEL GUIDED DISCOVERY

DAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

Oleh Didit Ardianto

1202187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA FLUIDA DENGAN MODEL GUIDED DISCOVERY

DAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP

Oleh:

Didit Ardianto, S.Pd

Universitas Pendidikan Indonesia, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA

Sekolah Pascasarjana

© Didit Ardianto

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001

Pembimbing II

Dr. Diana Rochintaniawati, M.Ed NIP. 1967091911991032001

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan IPA

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si NIP. 195812071983012002


(4)

(5)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA FLUIDA DENGAN MODEL GUIDED DISCOVERY

DAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengimplementasikan pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan model problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain non randomaized static group pretest-postest design. Data dikumpulkan dengan menggunakan soal kemampuan literasi sains, skala sikap, lembar angket, format wawancara, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan lembar observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan problem based learning sudah sesuai dengan yang direncanakan. Peningkatan kemampuan literasi sains antara kelas yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu model guided discovery dengan kelas yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu model problem based learning tidak berbeda secara signifikan. Pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa aspek konten dan proses sains dengan nilai gain 0,37 (kategori sedang) serta sikap sains dengan nilai gain 0,47 (kategori sedang). Sedangkan pembelajaran IPA terpadu dengan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan literasi sains aspek konten dan proses sains dengan nilai gain 0,41 (kategori sedang) serta sikap sains dengan nilai gain 0,48 (kategori sedang). Guru dan siswa menanggapi positif terhadap implementasi pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan problem based learning. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA terpadu dengan model guided disccovery dan problem based learning dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.

Kata kunci: pembelajaran IPA terpadu, guided discovery, problem based learning, literasi sains


(6)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

IMPLEMENTATION INTEGRATED SCIENCE LEARNING THEMED FLUID WITH GUIDED DISCOVERY

AND PROBLEM BASED LEARNING MODELS TO INCREASE STUDENT’S SCIENCE LITERACY IN JUNIOR HIGH SCHOOL

ABSTRACT

The purpose of this study was to implement integrated science learning with guided discovery and problem based learning models to increase students science literacy. The subjects were students of SMP in Bandung City Grade VIII. This study used a quasi-experimental design with a non randomaized group pretest-posttest static design. Data was collected using a test of science literacy, attitude scales, sheet questionnaire, interview format, feasibility study observation sheet, and student activity sheets. The results showed that the feasibility study with the integrated science with guided discovery and problem based learning models was been implemented and it was planned. Increasing science literacy between the class who taught integrated science learning with guided discovery and problem based learning models was not different significantly. Integrated science learning with guided disovery models can improve student’s literacy aspects of science content and process with gain value 0.37 (medium category) and science attitude with gain value 0.47 (medium category). Meanwhile the integrated science learning with problem based learning models can improve student literacy aspects of science content and process with gain value 0.41 (medium category) and science attitude with gain value of 0.48 (medium category). Teachers and students show positive respond for implementation of an integrated science learning with guided discovery and problem based learning models. It can be concluded that integrated science learning with guided discovery and problem based learning models can be use to increase student’s science literacy.

Keyword: integrated science learning, guided discovery, problem based learning, science literacy


(7)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii


(8)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi vi DAFTAR ISI

Hal. ABSTRAK... I

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH……… Iv DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Hasil Penelitian...

1 8 9 10

BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA FLUIDA DENGAN

MODEL GUIDED DISCOVERY DAN PROBLEM BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS

A. Pembelajaran IPA terpadu …... B. Model Guided Discovery………... C. Model Problem Based Learning ………...……… D. Literasi Sains…... E. Tinjauan Tema Fluida ... F. Keterkaitan Pembelajaran dengan Literasi Sains yang Dilatihkan ……

G. Penelitian yang Relevan ………

H. Asumsi ………...

I. Hipotesis ………

11 14 18 21 28 39 42 44 44


(9)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian... B. Populasi dan sampel Penelitian …... C. Definisi Operasional... D. Instrumen Penelitiaan...

E. Prosedur Penelitian ………

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data... 45 45 46 47 49 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 1. Keterlaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu Model Guided

Discovery ……….

2. Keterlaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu Model Problem Based Learning ... B. Kemampuan Literasi Sains …... 1. Kemampuan Literasi Sains Aspek Konten dan Proses Sains ... 2. Kemampuan Literasi Sains Aspek Sikap Sains... C. Respon Siswa dan Guru terhadap Pembelajaran IPA terpadu dengan

Model Guided Discovery dan Model Problem Based Learning ………. 1. Respon Siswa ………. 2. Respon Guru ………..

64

64

71 75 75 99

111 111 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

118 119


(10)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii viii

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………...

120 126

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Perbedaan Sintaks Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Guided

Discovery………..

2.2 Sintaks Model Guided Discovery ……...………...………... 2.3 Sintaks Model Problem Based Learning ……….………..…

2.4 Domain Konteks PISA 2012 ………..………

2.5 Konten Sains dan Cakupan Materi ………..………... 2.6 Kategori Tekanan Darah Menurut AHA…... 2.7 Keterkaitan Model Guided Discovery dengan Aspek Literasi Sains yang

Dilatihkan ………..

2.8 Keterkaitan Model Problem Based Learning dengan Aspek Literasi Sains yang Dilatihkan ………. 3.1 Desain Penelitian Non Randomaized Static Group Pretest-Postest Design…...

3.2 Instrumen Penelitian ………...

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………...………. 3.4 Interpretasi Validitas ……….. 3.5 Klasifikasi Reliabilitas Tes ………. 3.6 Interpretasi Indeks Kesukaran ………...……… 3.7 Interpretasi Daya Beda ………...……… 3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Pilihan Ganda ..……… 3.9 Soal Literasi Sains yang Digunakan Berdasarkan Aspek Konten dan proses

Hal.

17 17 20 23 25 30

39 40

45 48 52 53 54 54 55 56


(11)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix ix

Sains yang Telah Disesuaikan Nomornya ……….. … 3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Skala Sikap Sains………... 3.11 Skala Sikap yang Digunakan Berdasarkan Indikator Sikap Literasi Sains dan

Telah Disesuaikan Nomornya………...

3.12 Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ……… 3.13 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru Dalam Mengelola Pembelajaran ………... 3.14 Kriteria Keefektifan Guru dalam Mengelola Pembelajaran …...………... 4.1 Skor Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran IPA Terpadu dengan

Model Guided Discovery ………

4.2 Frekuensi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Terpadu dengan Model Guided Discovery ……….…………... 4.3 Skor Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran IPA Terpadu dengan

Model Problem Based Learning ....……… 4.4 Frekuensi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Terpadu dengan Model

Problem Based Learning ……….

4.5 Nilai Rata-Rata Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Literasi Sains Aspek Konten dan Proses Sains ………. 4.6 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Literasi Sains

Aspek Konten dan Proses Sains ……….. 4.7 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Literasi Sains

Aspek Konten dan Proses Sains ………... 4.8 Hasil Uji Perbedaan Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Literasi Sains Aspek

Konten dan Proses Sains ………

4.9 Kemampuan Literasi Aspek Konten Sains………... 4.10 Kemampuan Literasi Aspek Proses Sains ………... 4.11 Hasil Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Literasi Sains Aspek Sikap

Sains ………... 4.12 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Literasi Sains

57 58 59 60 62 62 64 67 71 72 76 77 77 78 79 80 99


(12)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x x

Aspek Sikap Sains ………... 4.13 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Literasi Sains

Aspek Sikap Sains ………... 4.14 Hasil Uji Perbedaan Nilai Pretes dan Postes Kemampuan Literasi Sains

Aspek Sikap Sains ………... 4.15 Data setiap Indikator Sikap Sains Siswa ………... 4.16 Respon Siswa terhadap Pembelajaran IPA Terpadu dengan Model Guided

Discovery ………..

4.17 Respon Siswa terhadap Pembelajaran IPA Terpadu dengan Model Problem

Based Learning ……….

4.18 Hasil Wawancara dengan Guru ……….... 100 101 101 102 112 113 116 DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1 Diagram Domain Literasi Sains ……….. 2.2 Bagan untuk Mengonstruksi dan Menganalisis Tes Literasi Sains...…………. 2.3 Keterpaduan Konsep Tekanan Darah ... 2.4 U-Tube Manometer ……….………... 2.5 Stroke Iskemik ……… ………...…... 2.6 Stroke Hemoragik ……….. ……….…... 2.7 Keterpaduan Konsep Gaya Apung ……..……….. 2.8 Keterpaduan Konsep Transportasi Tumbuhan ..………. 2.9 Kapilaritas pada Batang ………...………

3.1 Diagram Alur Penelitian ……….

4.1 Histogram Persentase Nilai Rata-rata Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Literasi Sains Aspek Konten dan Proses Sains………... 4.2 Histogram Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Aspek Konten………

Hal. 23 27 29 31 32 33 33 35 38 51 76 80


(13)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi xi

4.3 Histogram Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Aspek Proses ……… 4.4 Histogram Persentase Nilai Rata-rata Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan

Literasi Sains Aspek Sikap Sains………. 4.5 Histogram Perbandingan Peningkatan setiap Indikator Sikap Sains Siswa ……

81

100 103

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat pembelajaran

1. Keterpaduan Konsep ………...

2. RPP Model Guided Discovery ……….

3. LKS Model Guided Discovery……….

4. RPP Model Problem Based Learning……….. 5. LKS Model Problem Based Learning ……….

6. Handout Tema “Fluida”………..

B. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Literasi Sains yang Digunakan ….…………...…... 2. Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran ………

Hal.

126 127 144 157 176 188

207 238


(14)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii xii

3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ………...………..

4. Angket Siswa ………..……….

5. Format Wawancara Guru ………..………..

C. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Rekapitulasi Skor Uji Coba Soal Pilihan Ganda ….…………...…... 2. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Pilihan Ganda……….. 3. Reliabilitas Soal Pilihan Ganda ….…………...……….………. 4. Rekapitulasi Uji Coba Skala Sikap………..………. 5. Perhitungan Skor dan Analisis Daya Beda dari Hasil Uji Coba Skala Sikap .

6. Reliabilitas Skala Sikap ……..………..………..

D. Hasil Penelitian

1. Skor Keterlaksanaan Pembelajaran ………... 2. Perhitungan Aktivitas Siswa dalam KBM ……… 3. Skor Pretes dan Postes (Aspek Konten dan Proses) Kelas VIII B. ……… 4. Skor Pretes dan Postes (Aspek Konten dan Proses) Kelas VIII A ……… 5. N-Gain (Aspek Konten dan Proses) Kelas VIII A dan VIIIB……… 6. Skor Pretes, Postes dan N-Gain Indikator Proses Sains Kelas VIII A dan

VIII B ………...

7. Skor Pretes, Postes dan N-Gain Konten Sains Kelas VIII A dan VIII B ……... 8. Skor Pretes dan Postes Sikap Sains Kelas VIII B ……….. 9. Skor Pretes dan Postes Sikap Sains Kelas VIII A ……….. 10. Rekapitulasi N-Gain Sikap Sains Kelas VIII A dan VIIIB ……… 11.Rekapituasi N-Gain Indikator Sikap Sains Kelas VIII A dan VIII B ………... 12. Respon Siswa dan Guru terhadap Pembelajaran IPA Terpadu denga Model

Guided Discovery dan Problem Based Learning ………... 13. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik ………

E. Dokumentasi ………...………...

240 242 244 245 250 252 254 256 266 268 270 274 276 278 279 281 283 285 287 288 290 293 297


(15)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xiii xiii


(16)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP/MTs, Kurikulum 2013 berupaya menyempurnakan pola pikir. Salah satu upaya untuk meningkatkan pola pikir yaitu dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bermakna. Pembelajaran IPA sangat erat hubungannya dengan pemahaman konsep dan kemampuan berinkuiri. Berdasarkan Kementrian Pendidikan Nasional (2013) menyatakan bahwa :

“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga munculnya

“metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian

”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes)”.

Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan IPA lebih menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Kemendikbud, 2013). Maka dari itu untuk mencapai kemampuan yang diharapkan pemerintah, siswa diharapkan memiliki keterampilan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar yang didapat dari penggunaan kemampuan literasi sains dalam pembelajaran.

Menurut Toharudin et al., (2011) literasi sains yaitu kemampuan seseorang untuk memahami sains, mengomunikasikan sains (lisan dan tulisan), serta merupakan pengetahuan sains untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains. Literasi sains ini penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan cara siswa itu dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan


(17)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan, serta perkembangan ilmu. Literasi sains penting dikembangkan karena: (1) pemahaman terhadap sains menawarkan kepuasan dan kesenangan pribadi yang muncul setelah memahami dan mempelajari alam; (2) dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang membutuhkan informasi dan berpikir ilmiah untuk pengambilan keputusan; (3) setiap orang perlu melibatkan kemampuan mereka dalam wacana publik dan debat mengenai isu-isu penting yang melibatkan sains dan teknologi; (4) dan literasi sains penting dalam dunia kerja, karena makin banyak pekerjaan yang membutuhkan keterampilan-keterampilan yang tinggi, sehingga mengharuskan orang-orang belajar sains, bernalar, berpikir secara kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah (National Research Council, 1996).

Kenyataannya siswa masih lemah dalam sains, padahal dengan perkembangan zaman landasan sains sangat diperlukan untuk berkomunikasi dan pengembangan teknologi. Terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada level Internasional yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tentang Programme for International Student Assessmen (PISA). Hasil studi PISA pada tahun 2000, Indonesia menempati urutan ke-38 dari 41 negara peserta pada kemampuan literasi sains, PISA tahun 2003 Indonesia menempati urutan ke-38 dari 40 negara peserta pada kemampuan literasi sains, PISA tahun 2006 Indonesia menempati urutan ke-50 dari 57 negara peserta pada kemampuan literasi sains, PISA tahun 2009 Indonesia menempati urutan ke-60 dari 65 negara peserta pada kemampuan literasi sains. PISA tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara peserta pada kemampuan literasi sains. Siswa Indonesia mendapatkan skor literasi sains pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012 berturut-turut adalah 393, 395, 393, 383, 382 dengan rata-rata skor dari semua negara peserta adalah 500 (Balitbang, 2012).


(18)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Menurut analisis yang dilakukan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), skor literasi sains dalam rentang antara 335 ≤ 409 poin termasuk dalam kategori kecakapan level 1 atau lebih rendah dari itu. Kecakapan siswa pada level ini memiliki pengetahuan sains yang terbatas dan hanya bisa diterapkan pada beberapa situasi saja. Siswa pada level ini hanya dapat memberikan penjelasan ilmiah yang mudah dan mengikuti bukti-bukti yang diberikan secara eksplisit (OECD, 2009). Rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Hayat dan Yusuf (2006) lingkungan dan iklim belajar di sekolah mempengaruhi variasi skor literasi siswa. Demikian juga keadaan infrastruktur sekolah, sumber daya manusia sekolah dan tipe organisasi serta manajemen sekolah, sangat signifikan pengaruhnya terhadap prestasi literasi siswa. Firman (2007) juga mengungkapkan rendahnya literasi sains siswa Indonesia berkaitan erat dengan adamya kesenjangan antara pembelajaran IPA yang diterapkan di sekolah dan tuntutan PISA.

Dari hasil wawancara dengan guru IPA di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung, sejauh ini guru masih mengajarkan IPA sebagai mata pelajaran yang terpisah (kimia, fisika, biologi). Berbagai alasan yang mendasari guru tidak mengajarkan IPA secara terpadu adalah: (1) motivasi guru yang masih rendah (malas) ketika harus mengajar mata pelajaran IPA secara terpadu karena tidak sesuai dengan bidang keahliannya; (2) guru takut kurang maksimal bila mengajar mata pelajaran di luar bidang keahliannya; (3) guru belum paham tentang model pemaduan konsep-konsep IPA; (4) guru di sekolah diminta mengajarkan IPA secara terpadu tetapi LPTK sendiri yang dianggap sebagai pencetak guru tidak mencetak guru IPA terpadu, jadi guru merasa tidak punya kewajiban untuk mengajar IPA secara terpadu; (5) guru mengalami kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran IPA terpadu karena minimnya pelatihan tentang pembelajaran IPA terpadu.


(19)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran di kelas juga terungkap bahwa: (1) pembelajaran yang dilakukan di kelas lebih berpusat pada guru (teacher center) sehingga pemahaman konsep dan kemampuan inkuiri siswa jarang dilatihkan; (2) guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materinya dan siswa tidak dilibatkan secara maksimal dalam menemukan konsep secara mandiri; (3) pendekatan saintifik tidak ditekankan dalam proses pembelajaran, dan siswa lebih banyak melakukan pengamatan secara tidak langsung melalui buku dan LKS yang dimilikinya; (4) perangkat pembelajaran yang di buat oleh guru juga tidak mencerminkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 (misalnya seperti pembelajaran yang berbasis penemuan dan pembelajaran berbasis masalah) karena guru tidak paham tentang model-model pembelajaran yang menjadi tuntutan Kurikulum 2013; (5) LKS yang digunakan guru dalam pembelajaran hanya menekankan pada target penguasaan materi saja, dan kurang melatihkan keterampilan proses sains siswa; (6) pembelajaran yang dilakukan juga masih memperlihatkan pembelajaran IPA yang masih terpisah-pisah dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari; (7) penilaian yang dilakukan oleh guru menilai penguasaan konsep, belum menilai keterampilan proses dan penalaran tingkat tinggi, tidak mengadopsi soal-soal dari PISA dan TIMMS.

Berdasarkan angket pra penelitian diperoleh data bahwa, 92% siswa senang belajar IPA. Siswa sebanyak 40% merasa tidak dilibatkan dalam menemukan konsep IPA dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa (55%) menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPA, siswa kadang-kadang diberi permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, dan 36% siswa menyatakan tidak pernah. Siswa sebanyak 51% menyatakan bahwa pembelajaran IPA masih diajarkan secara terpisah (Kimia, Fisika, Biologi) dan 69% siswa tertarik jika materi di dalam IPA (fisika, kimia, biologi) dikaitkan satu dengan yang lainnya.

Hasil studi pendahuluan tersebut menjadi asumsi dasar bahwa pembelajaran IPA di sekolah masih bersifat teacher centered yang menekankan pada target


(20)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

penguasaan materi dan keterampilan inkuiri siswa kurang mendapat perhatian. Hal ini berdampak pada kemampuan siswa dalam melakukan penyelidikan yang masih rendah. Pembelajaran IPA masih diajarkan secara tidak terpadu sehingga menyebabkan siswa kurang bisa menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam konteks kehidupan sehari-hari dan belum bisa mengaitkan materi dari berbagai disiplin ilmu. Kemampuan-kemampuan tersebut berhubungan dengan kemampuan literasi sains siswa, hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan dalam National Science Education Standards yang menyatakan bahwa:

Literasi sains berarti bahwa seseorang dapat bertanya, menemukan, atau menentukan jawaban atas pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari. Ini berarti bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena alam. Literasi sains memerlukan kemampuan membaca dengan pemahaman artikel tentang ilmu pengetahuan dalam pers populer dan untuk terlibat dalam percakapan sosial tentang validitas kesimpulan. Literasi sains menyiratkan bahwa seseorang dapat mengidentifikasi isu-isu ilmiah yang mendasari keputusan nasional dan lokal dan posisi mengungkapkan yang ilmiah dan teknologi informasi. Seseorang yang literate harus dapat mengevaluasi kualitas informasi ilmiah berdasarkan sumbernya dan metode yang digunakan untuk menghasilkan itu. Literasi sains juga menyiratkan kemampuan untuk mengajukan dan mengevaluasi argumen yang didasarkan pada bukti dan menerapkan kesimpulan dari argumen tersebut dengan tepat. Hasil studi pendahuluan membuktikan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikelas akan sangat menentukan kemampuan literasi sains siswa. Kemampuan literasi sains ini dapat dilatih melalui pembelajaran yang memberikan pengalaman secara langsung pada siswa melalui kegiatan penyelidikan layaknya seorang ilmuwan. Menurut Hendry (dalam Toharudin et al., 2011) mengungkapkan bahwa pendekatan pembelajaran yang paling tepat untuk membangun literasi sains siswa adalah problem solving, inquiry, dan discovery karena konsep literasi sains terdiri dari dimensi proses inkuiri, yaitu dimensi yang menunjukkan pemahaman dan kompetensi untuk memahami


(21)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

dan mengikuti argumen tentang sains dan hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan teknologi media.

Oleh karena itu, pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan problem based learning. Pembelajaran IPA terpadu dipilih karena pembelajaran ini dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan masalah yang sedang berkembang, sehingga pembelajaran IPA akan lebih bermakna karena siswa akan mampu menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Mitarlis dan Mulyaningsih (2009) menyatakan bahwa IPA terpadu memiliki ciri holistik, bermakna, dan aktif. Melalui pendekatan interdisipliner maka pembelajaran IPA terpadu berpotensi membelajarkan IPA kepada siswa secara holistik. Pembelajaran IPA terpadu diorientasikan pada aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial, sehingga pembelajaran IPA terpadu memfasilitasi siswa untuk aktif dalam proses belajar. Model pembelajaran yang digunakan untuk mendukung pembelajaran IPA terpadu yaitu model guided discovery dan problem based learning. Kedua model pembelajaran ini dipilih karena memiliki sintak yang dapat melatihkan keterampilan berinkuiri siswa sehingga sangat potensial dalam membangun literasi sains karena inkuiri merupakan komponen dari literasi sains.

Menurut Illahi (2012) guided discovery merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada kemampuan anak didik dalam memecahkan suatu persoalan yang dihadapi melalui pendekatan inkuiri, dan menekankan juga pada proses pengembangan diri yang menuntut mereka bisa mengolah pikiran serta mengoptimalkan potensi yang terpendam. Selain menekankan agar peserta didik segera menguasai materi yang diajarkan, guided discovery juga menekankan pada proses pemahaman mereka, sehingga memberikan keyakinan yang utuh bagi pengembangan intelektual mereka selanjutnya. Wenning (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran discovery tidaklah berfokus pada


(22)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

menemukan aplikasi untuk pengetahuan tetapi berfokus pada membangun pengetahuan dari sebuah pengalaman.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Brickman et al., (2009) yang mengukur literasi sains dengan menerapkan pembelajaran inkuiri berbasis laboratorium diperoleh peningkatan literasi sains dengan nilai (g) sebesar 0,4. Balim (2009) mengungkapkan bahwa discovery dapat lebih meningkatkan prestasi akademik dan keterampilan inkuiri siswa dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional. Nbina (2013) juga menyatakan bahwa pembelajaran dengan guided discovery lebih meningkatkan literasi sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran demonstrasi. Sejalan dengan Brickman, Balim, dan Nbina, Dahlia (2013) menyatakan bahwa pembelajaran discovery learning pada materi ekosistem meningkatkan rata-rata kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa dibandingkan dengan pembelajaran konevensional.

Selain model guided discovery, pembelajaran yang potensial melatih kemampuan literasi sains siswa adalah model problem based learning. Model problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. PBL bertujuan untuk memecahkan masalah keseharian (autentik) yang dekat dengan situasi nyata sehari-hari siswa (Ibrahim, 2012). Model problem based learning memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata (Wina, 2011).


(23)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Inel dan Balim (2010) yang mengaplikasikan problem based learning pada siswa SMP, hasil temuannya mengatakan bahwa problem based learning dalam pengajaran ilmu pengetahuan dan teknologi lebih efektif dalam meningkatkan prestasi akademik dan tingkat penemuan konsep. Dewi et al., (2013) menyatakan bahwa penerapan pemberian

tugas awal “Integrated Reading and Writting” pada pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan literasi fisika untuk aspek context, competencies, knowledge dan sikap ilmiah siswa SMP pada materi “Alat ukur Gerak pada

Kendaraan Bermotor”. Khusnayain et al., (2013) menyatakan bahwa penerapan skill argumentasi menggunakan model pembelajaran problem based learning berpengaruh positif terhadap literasi sains dan terjadi peningkatan literasi sains siswa.

Berdasarkan analisis kompetensi dasar mata pelajaran IPA SMP di Kurikulum 2013, salah satu tema yang potensial untuk diajarkan dalam pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan problem based learning adalah tema fluida. Tema ini merupakan suatu wacana yang dapat dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan sudah dikenal peserta didik, karena semua makhluk hidup memanfaatkan fluida untuk kelangsungan hidupnya. Dengan menggunakan tema fluida, kita dapat mengajarkan konsep tekanan darah, gaya apung ikan, dan transportasi tumbuhan. Dari tema itu didapat pengetahuan dari disiplin ilmu biologi dan fisika yang saling berkaitan. Pembelajaran dengan model guided discovery dan problem based learning pada tema fluida dapat memberikan kesempatan siswa untuk tahu, melakukan, dan terlibat secara aktif dalam menemukan dan memahami konsep fluida dari contoh fenomena fluida yang ada di kehidupan. Pembelajaran yang demikian cocok untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Karena dalam pembelajaran tersebut siswa diberikan permasalahan yang berhubungan dengan penerapan fluida dalam kehidupan (konteks sains), kemudian melalui konteks tersebut siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep dan memecahkan


(24)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

masalah yang berkaitan dengan materi fluida (konten sains) berdasarkan hasil penyelidikan ilmiah (proses sains).

Tema ini didukung oleh beberapa kompetensi dasar antara lain; 3.4 Memahami sifat fluida dan menerapkannya untuk menjelaskan transportasi darah dalam sistem peredaran darah serta transportasi cairan pada tumbuhan, tekanan osmosis, difusi pada peristiwa respirasi serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Kelas VIII); 4.3 Melakukan percobaan untuk menyelidiki tekanan cairan pada kedalaman tertentu, gaya apung, kapilaritas, dan tekanan cairan pada ruang tertutup (Kelas VIII); 4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki transport cairan dalam batang tumbuhan (Kelas VIII). Tema ini akan ditinjau dari dua disiplin kelilmuan yaitu Fisika dan Biologi. Sehingga dengan pembahasan tema tersebut, diharapkan siswa memperoleh pemahaman yang holistik tentang konsep fluida dan dapat meningkatkan literasi sains peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian

dengan judul “Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Tema Fluida dengan Model Guided Discovery dan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diambil yaitu: Bagaimana implementasi pembelajaran IPA terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning dalam meningkatkan literasi sains siswa SMP?

Dari rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan model problem based learning pada tema fluida?


(25)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

2. Bagaimana perbedaan peningkatan literasi sains antara siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu dengan model problem based learning pada tema fluida?

3. Bagaimana respon siswa dan guru terhadap pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan model problem based learning pada tema fluida?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang didapat, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengimplementasikan pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan model problem based learning tema fluida untuk meningkatkan literasi sains siswa.

2. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan model problem based learning pada tema fluida.

3. Mendeskripsikan perbedaan peningkatan literasi sains antara siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan siswa yang memperoleh pembelajaran IPA terpadu dengan model problem based learning pada tema fluida.

4. Mendeskripsikan respon siswa dan guru terhadap pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan model problem based learning pada tema fluida.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan praktis sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran IPA antara lain:

1. Bagi siswa melatih kemampuan literasi sains siswa melalui proses pembelajaran. Mendapatkan pengalaman belajar yang menarik dan bermakna sehingga dapat mereka terapkan dalam displin ilmu lainnya serta dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(26)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan tentang alternatif pembelajaran yang berpusat pada siswa khususnya pada proses pembelajaran IPA di SMP yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk dilakukannya penelitian sejenis dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda ataupun model pembelajaran yang sama untuk diterapkan pada pokok bahasan lain.


(27)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Ciri khas dari penelitian ini tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan (Sugiyono, 2011). Desain penelitian yang digunakan adalah non randomized static group pretest-postest design. Penggunaan desain ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan terhadap subjek penelitian (Fraenkel, 1993). Dengan menggunakan desain ini subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok eskperimen. Kelompok eksperimen I adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery sedangkan kelompok eksperimen II adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran IPA terpadu dengan model problem based learning. Adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1

Desain Penelitian Non Randomaized Static Group Pretest-Postest Design

Kelompok Pretes Perlakuan Postes Respon

Eksperimen 1 O1 X1 O2 O3

Eksperimen 2 O1 X2 O2 O3

Keterangan :

O1 : Instrumen untuk melihat kemampuan awal literasi sains siswa X1 : Pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery X2 : Pembelajaran IPA terpadu dengan model problem based learning

O2 : Instrumen untuk melihat kemampuan literasi sains siswa setelah diberi perlakuan

O3 : Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP 14 Bandung dengan populasi penelitian siswa kelas VIII semester dua. Pemilihan kelas pada penelitian ini bersifat purposive. Pemilihan sampel secara purposive yakni berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A


(28)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46

sebagai kelas eksperimen I dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen II di SMP 14 Kota Bandung tahun ajaran 2014/2015. Kelas ini dijadikan sampel penelitian karena pada awal pembagian kelas tidak dibedakan tingkat kecerdasan. Sampel yang dipilih terdiri dari 40 siswa kelas VIII A yang mendapat pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan 40 siswa kelas VIII B yang mendapat pembelajaran IPA terpadu dengan model problem based learning pada tema fluida.

C. Definisi Operasional

1. Pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan problem based learning dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang mengintegrasikan konsep-konsep dalam ilmu biologi dan fisika yang menggunakan keterpaduan tipa shared dan proses pembelajarannya mengikuti sintaks model guided discovery dan problem based learning. Model guided discovery dalam penelitian ini memiliki sintaks sebagai berikut: motivation, data collection, data processing, closure. Sedangkan model problem based learning dalam penelitian ini memiliki sintaks: mengorientasikan siswa kepada masalah autentik; mengorganisasikan siswa untuk belajar; membimbing penyelidikan autentik; membimbing siswa mengembangkan karya; dan menganalisis proses penyelesaian masalah.

2. Keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan problem based learning yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada masing-masing model yang diterapkan dalam kelas. Untuk memperoleh data aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran digunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran (Lampiran B.3) sedangkan untuk memperoleh data aktivitas siswa digunakan lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran B.4)


(29)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

3. Literasi sains yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada framework Programme for International Student Assessment (PISA) 2006. Domain literasi sains yang diukur dalam peneltian ini sebagai berikut ini:

a. Konten sains yang diukur dalam penelitian ini yaitu penerapan konsep fluida dalam kehidupan yang meliputi konten tekanan darah, konten stroke, konten gaya apung, dan konten transportasi tumbuhan. Domain ini diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda yang diberikan pada saat pre-tes dan pos-tes.

b. Proses sains. Domain proses yang dimaksud ialah proses mental yang terlibat dalam menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah yang terkait dengan konten tekanan darah, konten stroke, konten gaya apung ikan, dan konten transportasi tumbuhan. Domain ini diukur dengan menggunkan tes pilihan ganda yang diberikan pada saat pre-tes dan pos-tes.

c. Sikap sains yang diukur dalam penelitian ini ialah minat siswa terhadap pembelajaran yang bertema fluida yang terdiri dari: mendukung inkuiri pada pembelajaran yang bertema fluida; ketertarikan terhadap pembelajaran yang bertema fluida; tanggung jawab terhadap masalah yang berkaitan dengan tema fluida. Domain ini diukur dengan menggunakan skala likert yang diberikan pada saat pre-tes dan pos-tes.

4. Tema Fluida dalam penelitian ini didukung oleh beberapa kompetensi dasar antara lain; KD 3.4 Memahami sifat fluida dan menerapkannya untuk menjelaskan transportasi darah dalam sistem peredaran darah serta transportasi cairan pada tumbuhan, tekanan osmosis, difusi pada peristiwa respirasi serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Kelas VIII); KD 4.3 Melakukan percobaan untuk menyelidiki tekanan cairan pada kedalaman tertentu, gaya apung, kapilaritas, dan tekanan cairan pada ruang tertutup


(30)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48

(Kelas VIII); KD 4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki transport cairan dalam batang tumbuhan (Kelas VIII).

5. Respon siswa dan guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan siswa dan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery dan model problem based learning pada tema fluida yang dijaring melalui angket dan wawancara tidak terstruktur.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes awal dan tes akhir untuk menjaring literasi sains serta skala sikap untuk menjaring sikap sains siswa. Selain itu digunakan angket untuk menjaring respon siswa terhadap pengajaran yang dilakukan oleh guru, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran serta pedoman wawancara guru. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan hand out materi fluida. Secara rinci instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian

No Instrumen Target asesmen Deskripsi Waktu

1. a. Tes pilihan ganda

b. Tes skala sikap (skala likert)

a. Literasi sains siswa (Domain Konten dan Proses Sains) b. Literasi Sains

(Domain Sikap Sains)

a. Tes pilihan ganda digunakan untuk memperoleh data literasi sains siswa untuk domain konten dan proses sains.

b. Tes skala sikap digunakan untuk memperoleh data literasi sains domain sikap sains

Pretes dan Postes

2. a. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran a. Aktivitas/ kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

a. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk menilai aktivitas/kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan sintaks model pembelajaran

Saat kegiatan pembelajaran


(31)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

No Instrumen Target asesmen Deskripsi Waktu

b. Lembar observasi aktivitas

b. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

yang diterapkan b. Lembar aktivitas siswa

digunakan untuk

mendapatkan data mengenai frekuensi aktivitas siswa selama proses pembelajaran 3. Angket respon

siswa

Mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan

Angket diberikan kepada siswa setelah seluruh

kegiatan pembelajaran selesai

Setelah seluruh pembelajaran

selesai 4. Pedoman

wawancara guru

Menggali kelemahan maupun

keunggulan dari pembelajaran yang telah dilakukan

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur untuk menggali pendapat guru mengenai pembelajaran yang telah dilakukan

Setelah seluruh pembelajaran

selesai

E. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian dideskripsikan melalui alur penelitian yang terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap-tahap tersebut dijelasakan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi :

a. Studi Pendahuluan, ini dimaksudkan untuk bertujuan untuk mencari permasalahan yang muncul ketika proses pembelajaran baik pada siswa maupun guru. Studi pendahuluan ini juga untuk menggali respon siswa terhadap pembelajaran IPA yang selama ini mereka dapatkan di sekolah. Pada tahap ini juga diteliti mengenai metode yang digunakan oleh guru di dalam kelas. Studi pendahuluan dilakukan dengan cara mewawancarai serta mengamati guru mengajar ketika berada di dalam kelas.

b. Studi Literatur, bertujuan untuk mendapatkan teori dan konsep yang berkaitan dengan materi yang dipilih agar dapat sesuai dengan standar


(32)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang telah ditentukan. Hasil dari studi literatur ini yang kemudian akan dijadikan acuan untuk mendesain pembelajaran beserta perangkat yang diperlukan dalm penelitian ini.

c. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian d. Menghubungi pihak sekolah yang akan dijadikan tempat pnelitian e. Menentukan sampel penelitian

f. Membuat proposal penelitian

g. Perancangan instrumen dan RPP, perencangan ini disesuaikan dengan SK, KD dan indikator yang telah ditentukan. Instrumen penelitian ini mengacu pada PISA 2006 yang mengukur 3 dimensi. RPP penelitian dirancang berdasarkan sintaks model guided discovery dan problem based learning. h. Uji Instrumen Penelitian, uji instrumen ini dilakukan untuk mengetahui

validatas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen penelitian. Instrumen penelitian diujikan pada siswa yang sudah mempelajari materi yang akan diujikan. Setelah hasil uji instrumen diperoleh, peneliti memilah instrumen mana yang layak untuk penelitian. i. Menganalisis hasil uji instrumen, kemudian menentukan soal yang layak

untuk dijadikan instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Setelah tahap persiapan di atas dilaksanakan, masuk ke tahap berikutnya yaitu tahap pelaksanaan. Implementasi dari penelitian ini dilakukan di salah satu SMP yang berada di Kota Bandung. Sampelnya yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen I dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen II. Tahap pelaksanaan ini siswa diberikan 4 kali treatment, pada kelas eksperimen I diberikan treatment yang berupa pembelajaran IPA terpadu dengan model guided discovery sedangkan kelas eksperimen II diberikan treatment yang berupa pembelajaran IPA terpadu dengan model problem based learning


(33)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

3. Tahap Penyelesaian

Setelah peneliti mendapatkan data dari implementasi yang dilakukan, data tersebut akan diolah pada tahap penyelesaian ini serta akan diambil kesimpulan oleh peneliti berdasarkan data yang didapat dari implementasi.

Studi Pendahuluan

Karakteristik Konsep

Karakteristik Pembelajaran

Perumusan pembelajaran dengan Model Guided

Discovery dan PBL Analisis Tema

Fluida Berdasarkan Standart Isi Mata Pelajaran IPA SMP

Analisis Pembelajaran Model guided discovery dan PBL Analisis Literasi

Sains Analisis

Pembelajaran IPA terpadu

Penyusunan Instrumen


(34)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3. berikut ini.

Tabel 3.3

Teknik Pengumpulan Data Sumber

Data

Jenis Data Teknik

Pengumpulan data

Keterangan Siswa Tingkat literasi sains Tes pilihan ganda Dilakukan

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian


(35)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

Sumber Data

Jenis Data Teknik

Pengumpulan data

Keterangan domain konten dan

proses sains

(pretes dan postes) diawal dan diakhir proses pembelajaran Siswa Tingkat literasi sains

domain sikap sains

Tes skala sikap (pretes dan postes)

Dilakukan diawal dan diakhir pembelajaran Guru Aktivitas/kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran

Observasi guru dalam mengelola

pembelajaran

Selama pembelajaran

Siswa Frekuensi aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Selama pembelajaran Siswa Respon siswa

terhadap model pembelajaran

Angket respon siswa Setelah seluruh proses

pembelajaran selesai Guru Respon guru terhadap

model pembelajaran Wawancara tidak terstruktur Setelah seluruh proses pembelajaran selesai 2. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

a. Analisis Tes Pilihan Ganda

Untuk memperoleh gambaran tentang keterampilan literasi sains siswa diperlukan tes yang baik. Sebelum digunakan tes evaluasi tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan reabilitasnya.

1) Validitas Item

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila


(36)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah item dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor soal total. Skor pada item soal menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain sebuah item soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item memiliki kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2012). Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dengan angka kasar, dengan rumus:

dimana:

rxy = koefisien validitas item soal N = jumlah siswa yang mengikuti tes X = skor item ke-I yang diukur validitasnya Y = Skor total

Validitas soal-soal ini ditentukan dengan membandingkan harga r yang diperoleh dengan harga rtabel, dengan ketentuan rhitung> rtabel maka butir soal tersebut valid (Arikunto, 2012). Untuk menginterpresentasikan besarnya koefisien korelasi dipergunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.4 Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 < r ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Validitas cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Validitas rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah (Tidak Valid)

2) Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument yang dipakai


(37)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

tersebut sudah baik. Reliabilitas adalah ketetapan satu tes apabila diteskan pada subyek yang sama dan pada waktu yang berbeda akan memberikan hasil yang hampir sama pula (Arikunto,2012). Dalam penelitian ini digunakan metode tes ulang (Test-retest Method) untuk menentukan realibilitas instrumen. Pada metode ini, instrumen yang hendak dicari realibilitasnya diteskan pada sekelompok siswa tertentu dua kali dengan selang waktu tertentu. Skor hasil pengetesan pertama dikorelasikan dengan skor hasil pengetesan kedua. Koefisien korelasi yang di peroleh menunjukkan koefisien realibilitas instrumen/tes tersebut. Koefisien korelasi reliabilitas instrumen diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi Kriteria

0.00 – 0.200 Sangat rendah 0.200 – 0.400 Rendah 0.400 – 0.600 Sedang 0.600 – 0.800 Tinggi

0.800 – 1.00 Sangat tinggi (Arikunto, 2012) 3) Tingkat Kesukaran Item

Disamping memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik, tes juga mengandung adanya keseimbangan dari kesulitan tes tersebut. Cara yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:

Dengan:

P = indeks kesulitan untuk setiap butir item B = banyaknya siswa menjawab benar Js = banyaknya peserta tes

Tabel 3.6

Interpretasi Indeks Kesukaran


(38)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

P ≤ 0,30 Sukar

0.31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

P ≥ 0.71 Mudah

(Arikunto, 2012) 4) Daya Beda

Daya beda digunakan untuk mengetahui bahwa setiap siswa dapat menerima suatu item tes atau soal dengan pengertian yang sama.

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks kesukaran)

= proporsi peserta kelompok bawah atas yang menjawab benar Tabel 3.7

Interpretasi Daya Pembeda

Interval Kriteria

0,00 - 0,20 Jelek

0,20 - 0,40 Cukup

0,40 -0.70 Baik

0,70 - 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2012) Hasil uji coba instrumen yang didapat selanjutnya dilakukan analisis butir soal. Uji ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya soal yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis mencakup validitas butir soal, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal. Untuk mencari nilai reliabilitas digunakan


(39)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

program spss versi 16.0 dan diperoleh koefisien reliabilitas 0,96 dengan kriteria sedang (Lampiran C.6). Maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel. Sedangkan analisis validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dilakukan dengan menggunakan program Anates V4. Berdasarkan analisis soal ada soal yang digunakan untuk penelitian dan ada juga yang tidak digunakan. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis butir soal pilihan ganda.

Tabel 3.8

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Pilihan Ganda No

Soal

Daya Beda Tingkat

Kesukaran

Validitas

Ket. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,64 Baik 0,35 Sedang 0,394 Valid Dipakai 2 0,91 Baik sekali 0,45 Sedang 0,649 Valid Dipakai

3 0,09 Jelek 0,45 Sedang 0,087 Tidak valid Dibuang

4 0,27 Cukup 0,30 Sedang 0,354 Valid Dipakai

5 0,64 Baik 0,40 Sedang 0,419 Valid Dipakai

6 0,73 Baik sekali 0,48 Sedang 0,534 Valid Dipakai 7 0,73 Baik sekali 0,68 Sedang 0,673 Valid Dipakai

8 0,09 Jelek 0,35 Sedang 0,079 Tidak valid Dibuang

9 0,45 Baik 0,30 Sedang 0,427 Valid Dipakai

10 0,00 Jelek 0,25 Sulit 0,055 Tidak valid Dibuang

11 0,64 Baik 0,40 Sedang 0,411 Valid Dipakai

12 0,45 Baik 0,63 Sedang 0,408 Vaild Dipakai

13 0,27 Cukup 0,75 Mudah 0,359 Valid Dipakai

14 0,45 Baik 0,48 Sedang 0,342 Valid Dipakai

15 0,45 Baik 0,60 Sedang 0,348 Valid Dipakai

16 0,09 Jelek 0,18 Sulit 0,242 Tidak valid Dibuang

17 0,45 Baik 0,65 Sedang 0,332 Valid Dipakai

18 0,45 Baik 0,85 Mudah 0,521 Valid Dipakai

19 0.09 Jelek 0,30 Sedang 0,090 Tidak valid Dibuang

20 0,55 Baik 0,70 Sedang 0,493 Valid Dipakai

21 0,00 Jelek 0,08 Sulit -0,09 Tidak valid Dibuang

22 0,64 Baik 0,70 Sedang 0,584 Valid Dipakai

23 0,45 Baik 0,53 Sedang 0,385 Valid Dipakai

24 0,55 Baik 0,50 Sedang 0,430 Valid Dipakai

25 0,55 Baik 0,58 Sedang 0,340 Valid Dipakai


(40)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

27 0,82 Baik sekali 0,63 Sedang 0,676 Valid Dipakai

28 0,36 Cukup 0,28 Sulit 0,255 Tidak valid Dibuang

29 0,36 Cukup 0,50 Sedang 0,346 Valid Dipakai 30 0,36 Cukup 0,55 Sedang 0,375 Valid Dipakai

31 0,18 Jelek 0,58 Sedang 0,247 Tidak valid Dibuang

32 0,64 Baik 0,55 Sedang 0,559 Valid Dipakai

33 0,45 Baik 0,43 Sedang 0,420 Valid Dipakai

34 0,64 Baik 0,48 Sedang 0,451 Valid Dipakai

Selanjutnya berdasarkan hasil uji coba soal maka soal yang digunakan disajikan pada tabel 3.9 berikut ini.

Tabel 3.9

Soal Literasi Sains yang Digunakan Berdasarkan Aspek Konten dan Proses Sains yang Telah Disesuaikan Nomornya

No Aspek Literasi Sains Nomor Soal

Konten Sains

1. Tekanan Darah & Prinsip Kerja Tensimeter

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

3. Stroke 9,10, 11, 12, 13

4. Gaya Apung Ikan 14,15,16,17,18, 19, 20

5. Transportasi Tumbuhan 21, 22, 23, 24, 25, 26 Proses Sains

1. Mengidentifikasi isu ilmiah 1, 2, 9, 10, 18, 19, 20, 25 2. Menjelaskan fenomena ilmiah 3, 12, 14, 15, 16, 22, 23 3. Menggunakan bukti ilmiah 4, 5, 6, 7, 8, 11, 13, 17, 21, 24, 26 Instrumen tes plihan ganda yang dipakai berjumlah 26 soal dan secara rinci dapat dilihat pada lampiran B.1.

b. Analisis Instrumen Skala Sikap

Instrumen sikap sains yang telah diujicobakan kepada siswa selanjutnya dianalisis distribusi frekuensi dengan tahapan-tahapan sebagai berikut dengan mengikuti langkah-langkah menurut Edwards (dalam Windyariani, 2011).

1) Pemberian Skor Pada Setiap Pernyataan


(41)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

 Menghitung proporsi frekuensi untuk setiap alternatif jawaban dibagi dengan banyaknya sampel uji coba

 Menentukan proporsi kumulatif yang dilanjutkan dengan menghitung nilai tengah.

 Menentukan nilai Z tabel berdasarkan nilai tengah proporsi kumulatif dari setiap alternatif jawaban

2) Uji Daya Beda Untuk Menyeleksi Butir Pernyataan.

Butir-butir yang diikutsertakan hanyalah butir-butir pernyataan yang baik. Suatu item yang baik yaitu item yang memiliki daya beda tinggi. Untuk memperoleh pernyataan yang baik setiap pernyataan yang telah terpilih sebelumnya diuji dengan menggunakan t-test. Langkah-langkah penyeleksian skala sikap yaitu:

 Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah dengan ketentuan masing-masing kelompok dipilih sebanyak 25 % dari jumlah siswa yang telah diurutkan dari perolehan skor skala sikapnya dari tertinggi sampai terendah

 Membuat tabulasi distribusi jawaban pada setiap kategori respon setiap pernyataan

 Menentukan perbedaan rata-rata skor pernyataan antara kedua kelompok dengan menggunakan formula t-test.

 Membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel maka pernyataan digunakan

3) Uji Tes Ulang Untuk Menentukan Reliabilitas Instrumen Sikap

Instrumen sikap diujicobakan sebanyak dua kali pada kelompok siswa yang sama dalam selang waktu tertentu. Kemudian skor pengujian pertama dikorelasikan dengan skor pengujian kedua. Koefisien korelasi yang di peroleh menunjukkan koefisien realibilitas instrumen/tes tersebut.


(42)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

Berdasarkan analisis uji coba pernyataan sikap, dari 20 pernyataan diperoleh 16 pernyataan yang memenuhi kriteria skala sikap yang baik. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas 0,87 dan termasuk dalam kriteria sangat tinggi (Lampiran C.9). Oleh karena itu, intrumen skala sikap dapat dikatakan reliabel. Adapun rekapitulasi skala sikap disajikan pada tabel 3.10.

Tabel 3.10

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Skala Sikap Sains Soal

No

Sifat Pernyataan

Skor

Daya Beda t tabel

(0,95)(40) Ket. SS S TS STS

1 Negatif 0 1 2 3 6,128 1,68 Dipakai

2 Positif 3 2 1 0 3,873 1,68 Dipakai

3 Negatif 0 1 2 3 9,000 1,68 Dipakai

4 Negatif 0 1 2 3 Tidak dihitung 1,68 Dibuang

5 Positif 3 2 1 0 51 1,68 Dipakai

6 Positif 3 2 1 0 1,414 1,68 Dibuang

7 Negatif 0 1 2 3 2,832 1,68 Dipakai

8 Negatif 0 1 2 3 Tidak dihitung 1,68 Dibuang

9 Positif 3 2 1 0 2,910 1,68 Dipakai

10 Positif 3 2 1 0 2,023 1,68 Dipakai

11 Positif 3 2 1 0 Tidak dihitung 1,68 Dibuang

12 Negatif 0 1 2 3 6,928 1,68 Dipakai

13 Positif 3 2 1 0 Tidak dihitung 1,68 Dibuang

14 Negatif 0 1 2 3 12,473 1,68 Dipakai

15 Negatif 0 1 2 3 6,789 1,68 Dipakai

16 Positif 3 2 1 0 3,328 1,68 Dipakai

17 Negatif 0 1 2 3 12,124 1,68 Dipakai

18 Negatif 0 1 2 3 10,733 1,68 Dipakai

19 Negatif 0 1 2 3 12,124 1,68 Dipakai

20 Positif 3 2 1 0 19,052 1,68 Dipakai

Selanjutnya berdasarkan hasil uji coba skala sikap maka pernyataan yang digunakan disajikan pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11

Skala Sikap yang Digunakan Berdasarkan Indikator Sikap Literasi Sains dan Telah Disesuaikan nomornya

No Indikator Sikap Literasi Sains Nomor Pernyataan


(43)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

2. Ketertarikan terhadap sains 2, 9, 10, 11, 15, 16 3. Tanggung jawab terhadap sumber

daya dan lingkungan

1, 4, 5, 6, 7, 12, 13

Instrumen sikap yang digunakan berjumlah 16 pernyataan dan dapat dilihat pada lampiran B.1.

3. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa literasi sains siswa dalam bentuk skor atau nilai yang merupakan data utama yang digunakan dalam menguji hipotesis, sedangkan data kualitatif merupakan data pendukung yang dianalisis dengan cara deskriptif yang meliputi data keterlaksanaan pembelajaran, data angket siswa dan hasil wawancara guru dan siswa.

a. Analisis Skor Kemampuan Literasi Sains

1) Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data pretes dan postes. Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui literasi sains siswa berupa penguasaan konten, proses dan sikap sains yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelas. Analisis data yang diuji secara statistika dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Dengan:

G = gain yang dinormalisasi Sf = skor tes akhir (posttest) Si = skor tes awal (pretest)


(44)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62

Tabel 3.12

Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi Nilai rata-rata Gain yang

dinormalisasi

Keteran gan 0,00 < g  0,30 Rendah 0,30 < g  0,70 Sedang 0,70 < g  1,00 Tinggi

(Hake, 1998) 2) Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut: Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data berdistribusi normal.

3) Uji Homogenitas. Uji homogenitas (F) menggunakan uji Levene dengan program SPSS versi 16.0 dengan penafsiran sebagai berikut: Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data homogen

4) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen I dan kelas eskperimen II maka dilakukan uji perbedaan rata-rata skor kemampuan literasi sains pada kedua kelas tersebut dengan rincian sebagai berikut:

 Jika data berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan menggunakan uji rata-rata dua pihak (Independent Sample t – Test) pada program SPSS versi 16.0 dengan penfasiran sebagai berikut: Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) >0,025 maka H0 diterima dan dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,025 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2


(1)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 121

Champine, S.L., Duffy, S.M. & Perkins, J.R. (2009). Jerome S. Bruner’s Discovery Learning Model as the Theoretical Basis of Light Bounces

Lesson. EDT665 Fall 2009.

Clabaugh, G.K. (2009). New Foundations, Jerome Bruner’s Educational Theory. Tersedia: http://www.newfoundations.com/GALLERY/Bruner.html. Dahlia, F. (2013). Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap

Peningkatan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi

Ekosistem. Skripsi UPI: tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Puskur-balitbang.

Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur-Balitbang.

Depdiknas. (2002). Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata

Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2013). Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas.

Dewi, E., Feranie S. & Karim, S. (2013). Penerapan Pemberian Tugas Awal “ Integrated Reading And Writing” dalam Pembelajran Berbasis Masalah

Untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP. Bandung: Prosiding Simposium

Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013 (SNIPS 2013). Dewi. (2011). Fluida [slide powerpoint]. Malang: FIKES UMM.

Edgen, P & Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks

Evi. (2012). Literasi Sains. Online. Tersedia:

http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2012/06/05/literasi-sains/. Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA


(2)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 122

Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curricula. Palatine: IRI/Skylight Publishing, Inc.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E. & Hyun, H.H. (2012). How to Design and Evaluate

Research in Education. New York: McGraw-Hill.

Giancoli, D. (2001). Fisika Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Hamzah. (2008). Teori Belajar Kontruktivisme. Tersedia: http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=38987866&ref _url.

Hayat, B & Yusuf, S. (2006). Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hickman, C. (1970). Intgrated Principle of Zoology. The C.V Mosby Company. Hirca, N. (2011). Impact of Problem-Based Learning to students and teachers.

Turki: Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 12, Issue 1, Article 7, p.1

Howe, A.C & Jones, L. (1993). Engaging Children In Science.New York: Macmillan Publishing Company.

Humaira, M. (2012). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry melalui Discovery Learning Terhadap Kemampuan Scientific Inquiry Literacy Siswa SMA

Pada Materi Pencemaran Lingkungan. Skripsi UPI: Tidak Diterbitkan

Ibrahim, M. (2012). Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: University Press. Illahi, M. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vacational Skill.

Jogjakarta: DIVA Press.

Inel, D & Gunay, A. (2010). The effects of using problem-based learning in science and technology teaching upon students’ academic achievement and levels of

structuring concepts. Turki: Asia-Pacific Forum on Science Learning and

Teaching, Volume 11, Issue 2, Article 1. p.1.

Ishak. (2013). Belajar Menemukan [Ms. Word]. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung : tidak diterbitkan.


(3)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 123

Karhami, S.K.A. (2000). Sikap Ilmiah Sebagai Wahana Pengembangan Unsur

Budi Pekerti: Kajian Melalui Sudut Pandang Pengajaran IPA. Jakarta:

Portal Informasi Pendidikan di Indonesia. Depdiknas.

Kemendikbud. (2013). Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Sekolah Menengah Pertrama (Smp)/Madrasah Tsanawiyah (Mts). Jakarta:

Kemendikbud.

Kemendikbud. (2013). Model Pembelajaran Discovery (Discovery Learning). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Khusnayain,A., Abdurrahman & Suyatna, A. (2013). Pengaruh Skill Argumentasi Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl)

Terhadap Literasi Sains Siswa. Program Studi Pendidikan Fisika PMIPA

FKIP Unila: Jurnal Pembelajaran Fisika Vol,1 No. 4 (2013).

Kurniawan, D.T. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Website pada Konsep Fluida Statis Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI. Tesis

UPI: tidak diterbitkan.

Mitarlis & Mulyaningsih, S. (2009). IPA Terpadu. Surabaya: Unesa University Press.

Mulyitno. (2010). Pembelajaran Tematik Pengaruh Zat Adiktif Makanan Terhadap Kesehatan Dengan Pendekatan STL (Science Technology

Society Literacy) Untuk Meningkatkan Literasi Sains. Tesis SPS UPI:

tidak diterbitkan.

National Center for Education Statistic. (2010). Highlights From PISA 2009: Performance of U.S. 15-Year-Old Students in Reading, Mathematics, and

Science Literacy in an International Context. Amerika Serikat: U.S.

Department Of Education.

National Research Council. (1996). Scientific Literacy. Online. Tersedia: http:// AGPA P-16 Scientific Literacy.


(4)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 124

Nbina, J. B. (2013). The Relative Effectiveness of Guided Discovery and

Demonstration Teaching Methods on Achievement of Chemistry Students

of Different levels of Scientific Literacy. Nigeria: Journal of Research in

Education and Society; Volume 4, Number 1, April 2013.

Nurmaliahayati. (2013). Pemanfaatan Hutan Melalui Pembelajaran Biologi Terintegrasi Tipe Connected Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses

Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. Tesis UPI: tidak diterbitkan.

Nur, M. (2011). Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: PSMS UNESA. OECD. (2013). PISA 2012 Assessment and Analytical Framework. Paris:

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework – Key Competencies In

Reading, Mathematics And Science. Paris: Organization for Economic

Cooperation and Development (OECD).

OECD. (2007). Executive Summary PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World. Paris: Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Rustaman, N.Y. (2012). Apendiks Literasi Sains [power point]. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: tidak diterbitkan.

Rustaman, N.Y. (2003). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santiasih, N.L., Marhaeni, A.A.I.N., & Tika, I.N. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No. 1 Kerobokan Kecamatan Kuta Utara

Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha: Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)


(5)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 125

Santoso, S. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Selcuk, G.S. (2010). The Effect of Problem Based Learning on Pre-Service Teachers’ Achievement, Approaches and Attitudes Toward Learning

Physics. Turkey: International Journal of the Physical Sciences Vol. 5(6).

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.

Solehudin, M. (2010). Kegiatan Laboratorium Pemecahan Masalah Pada Topik Alat Indra Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif, Sikap

Ilmiah dan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Tesis UPI: tidak diterbitkan.

Sonmi & Ja-OKKu. (2011). Problem Based Learning using real-time data in

science eduaction for the gifted. Korea: Gifted Education International Vol

27, pp 263-273

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Swaak, J., Jong, T,D., & Joolingen, W.R. (2004). The Effect of Discovery Learning and Expository Instruction on the Acquisition of Definitional and

Intuitive Knowledge. Netherlands: Journal of Computer Assisted Learning

20, pp225-234.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tapilouw, F.S., Wulan, A.R., & Tresnawati, C. (2009). Implementasi Model

Pembelajaran Inkuiri pada Konsep Sistem Pernafasan Untuk

Meningkatkan Kemampuan Konseptual, Prosedural, dan Sikap Ilmiah

Siswa SMA. Jurnal penelitian Pendidikan IPA, 3 (2), 121-134.

Toharudin, U., Hendrawati, S. & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains


(6)

Didit Ardianto, 2014

Implementasi pembelajaran ipa terpadu tema fluida dengan model guided discovery dan problem based learning untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 126

Wenning, C.J. (2007). Assessing Inquiry Skills as a Component of Scientific

Literacy. Illinois State University: J. Phys. Tchr. Educ. Online, 4 (2),

Winter 2007.

Windyariani, S. (2011). Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif Pada Tema Perubahan Iklim Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.