PEMAKNAAN LIRIK LAGU “MOBIL BERGOYANG” (Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Mobil Bergoyang” yang Dipopulerkan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi).

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “MOBIL BERGOYANG”
(Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Lir ik Lagu “Mobil Bergoyang” yang
Dipopulerkan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi)

SKRIPSI

Oleh :
NUR AFIKA RACHMAWATI
NPM. 0843010177

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “MOBIL BERGOYANG”

(Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Lir ik Lagu “Mobil
Ber goyang” yang Dipopuler kan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi)

Disusun Oleh :
NUR AFIKA RACHMAWATI
NPM. 0843010177

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skr ipsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dr a. Her lina Suksmawati, MSi
NIP. 19641225 199309 2001

Mengetahui,
DEKAN

Dr a. Ec, Hj. Supar wati, Msi
NIP. 19550718 198302 2001


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

M o b i l B e rg o y a n g
Setiap malam di pinggir pantai mobil bergoyang
Tidak di pantai, tidak di hotel, orang bercinta
Setiap malam di bawah lampu yang remang-remang
Ada patroli tapi tak peduli yang penting hepi

Reff :
Ada yang genit ada yang centil ada yang nakal
Dan ada pula kaum wanita penjaja cinta
Cari yang enak tak perlu mahal di hotel-hotel
Biar di pantai di setiap mobil nikmat bercinta

Yang penting senang bergoyang bergoyang
Di setiap mobil digoyang digoyang
Dipeluk cium merangsang merangsang
Biarkan orang ah tegang ah tegang


Asalkan senang bukan kepalang
Duh aduh sayang terasa melayang

Setiap malam di pinggir pantai mobil bergoyang
Tidak di pantai, tidak di hotel, di mobil oke
Repeat Reff 2x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

79

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “MOBIL BERGOYANG”
(Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Mobil Bergoyang” yang Dipopulerkan
oleh Lia MJ feat Asep Rumpi)

Oleh :
NUR AFIKA RACHMAWATI
NPM. 0843010177

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 13 J uni 2012
Pembimbing Utama

Tim Penguji
1.

Dra. Herlina Suksmawati, MSi
NIP. 19641225 199309 2001

Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si
NIP. 19581225 199001 1001
2.

Sekretaris


Dra. Herlina Suksmawati, MSi
NIP. 19641225 199309 2001
3.

Anggota

Dra. Dyva Claretta, M.Si
NPT. 366019400251
Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec, Hj. Suparwati, Msi
NIP. 19550718 198302 2001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
NUR AFIKA RACHMAWATI, PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi
Semiologi pemaknaan lir ik lagu “Mobil Ber goyang” dar i Lia MJ feat Asep
Rumpi)

Dalam lirik lagu “Mobil Bergoyang” yang dinyanyikan oleh Lia MJ feat
Asep Rumpi, lagu tersebut menggambarkan tentang pornografi yang mengarah
pada hubungan seks (seks bebas). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui makna pornografi pada lirik lagu “Mobil Bergoyang” yang
dinyanyikan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
bersifat kualitatif-interpretatif semiologi dari Roland Barthes, yaitu metode
signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang dianalisis menggunakan
lima macam kode pembacaan menurut Barthes, yaitu kode Hermeneutik, kode
Semik, kode Simbolik, kode Proaretik, kode Gnomik. Untuk pemaknaan sebuah
tanda sehingga dapat mengetahui tanda denotatif dan tanda konotatifnya. Dalam
tahap kedua dari tanda konotatif akan muncul mitos yang menandai masyarakat
yang berkaitan dengan budaya sekitar.
Kesimpulan pada pemaknaan lirik lagu “Mobil Bergoyang” yang
dinyanyikan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi ini adalah makna tentang pornografi
yang mengarah pada hubungan seks (seks bebas) yang terjadi dalam kehidupan
sosial.
Kata kunci : Semiologi Roland Barthes, lirik lagu Mobil Bergoyang,
pemaknaan.


ABSTRACT
NUR AFIKA RACHMAWATI, LYRICS MEANING (Semiology Study
meaning lyr ics of the song " Mobil Ber goyang" fr om Lia MJ featur ing Asep
Rumpi)
In the lyrics of the song "Mobil Bergoyang" by Lia MJ featuring Asep
Rumpi, the song describes about pornography that leads to sex (Free Sex). The
purpose of this study was to determine the meaning of pornography on the lyrics
of the song "Mobil Bergoyang" sung by Lia MJ featuring Asep Rumpi.
Methods of data analysis in this study using a qualitative research method
of interpretive semiology of Ronald Barthes, the significance of two-stage method
(two orders of signification). Analyzed using five kinds of code reading by
Barthes, the hermeneutic code, Semic code, Symbolic Code, proaretic code,
Gnomic code. For the meaning of a sign so that it can find and mark connotative
denotative sign. In the second phase of connotative signs that mark will appear
myths relating to the cultural community around.
Conclusion on the meaning of the lyrics to "Mobil Bergoyang" by Lia MJ
featuring Asep Rumpi is meaning of the pornography that leads to sex that occurs
in social life.
Keywords : Roland Barthes semiology, Song Lyrics Mobil Bergoyang,
Meaning.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim. Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul
PEMAKNAAN LIRIK LAGU “MOBIL BERGOYANG” (Studi Semiologi
Tentang Pemaknaan Lir ik Lagu “Mobil Ber goyang” yang Dipopulerkan oleh
Lia MJ feat Asep Rumpi) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Herlina Suksmawati, MSi
selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kedapa penulis. Dan penulis juga
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual
maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
3. Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Dra. Herlina Suksmawati, MSi, selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih
banyak atas bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini, dan
tersedianya waktu untuk penulis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i

5. Papa dan Mama, terima kasih banyak karena kalian semua memberi dukungan
doa, moral, dan materiil, serta saran dan kritik yang membangun sehingga
skripsi ini selesai. Skripsi ini penulis persembahkan khusus buat papa dan
mama.
6. Mas angga dan Adek anggi, terima kasih sudah mendukung dalam

menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabatku “OLIF”, Oka, Litha, Ing, terima kasih banyak untuk nasehat, kritik,
doa, dukungan, perjuangan, ketulusan, pengetian, semangat, inspirasi, dan
apapun yang kalian lakukan untukku yang tak dapat kuingat.
8. Mas Herman Satria, yang selalu menemani, mendukung, dan memberikan
semangat setiap hari buat penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat
waktu.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, Juni 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


ii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL
HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
ABSTRAK ................................................................................................ vi

BAB I

PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................... 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA................................................................. 10
2.1 Landasan Teori .................................................................. 10
2.1.1 Musik...................................................................... 10
2.1.2 Lirik Lagu ............................................................... 11
2.1.3 Definisi Pornografi .................................................. 12
2.1.4 Pornografi ............................................................... 14
2.1.5 Undang-Undang Dasar Pornografi .......................... 19

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

2.1.6 Kategorisasi ............................................................ 21
2.1.7 Pendekatan Semiotika ............................................. 22
2.1.8 Semiologi Ronald Barthes ....................................... 24
2.1.8.1 Kode Pembacaan ......................................... 33
2.1.9 Makna Dalam Kata .................................................. 35
2.1.10 Perubahan Makna dan Ambiguitas ........................... 36
2.2 Kerangka Berpikir.............................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 40
3.1 Metode Penelitian .............................................................. 40
3.2 Corpus ............................................................................... 41
3.3 Unit Analisis ...................................................................... 43
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 44
3.5 Metode Analisis Data ......................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 47
4.1 Gambaran Umum Objek Peneliti ........................................ 47
4.2 Lirik Lagu “Mobil Bergoyang”
menurut semiologi Roland Barthes ..................................... 51
4.3 Penyajian dan Analisis Data ............................................... 52
4.3.1 Penyajian Data .......................................................... 52
4.3.2 Analisis Data ............................................................ 53
4.4 Pemaknaan Lirik Lagu “Mobil Bergoyang” ....................... 73

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 75
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 75
5.2 Saran................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 77
LAMPIRAN ............................................................................................ 79

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna, tanda-tanda
adalah basis dari seluruh komunikasi (Sobur, 2004 : 15). Manusia dengan
perantara tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.
Banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini, termasuk juga melalui
sebuah karya seni. Sebuah karya seni memerlukan sebuah media dalam
menyampaikan pesannya, salah satunya adalah musik dan lagu.
Jhon Storey dalam bukunya mempunyai asumsi yang dibuat bahwa
musik sebagai sebuah industri, industri musik menentukan nilai guna produkproduk yang dihasilkan. Paling jauh, khalayak secara pasif mengkonsumsi apa
yang ditawarkan oleh industri musik. Paling buruk, mereka menjadi korban
budaya, yang secara ideologis dimanipulasi melalui musik yang mereka
konsumsi. Seperti argumen Leon Rosselson menyatakan bahwa industri musik
memberikan “publik apa yang mereka inginkan” (Storey, 2007 : 121). Jelas
terlihat bahwa musik diciptakan, direkam, dirilis, diedarkan, dan dijual
mempuyai pertimbangan hanya mengikuti selera pasar atau publik atau
konsumen tanpa mempertimbangkan faktor ideologi sebuah musik dan lagu
dari penciptanya sendiri.
Musisi sebagai pencipta lagu dalam menciptakan lagunya dituntut oleh
pihak perusahaan rekaman untuk menghasilkan sebuah karya yang sesuai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

dengan “telinga” pasar atau yang bersifat easy listening. Hal tersebut dapat
membuat matinya sebuah kreatifitas seni yang keluar dari hati yang paling
dalam yang kemudian dituangkan dalam sebuah lagu baik dari segi lirik
maupun aransemennya. Yang pada akhirnya banyak dari para musisi yang
berusaha menciptakan lagunya tanpa menginginkan campur tangan dari pihak
perusahaan rekaman. Hal tersebut dimaksudkan agar para musisi dapat bebas
bergerak dan berkarya tanpa adanya campur tangan dari perusahaan rekaman
yang hanya bertujuan bisnis dan mencari keuntungan dari lagu-lagu yang telah
diciptakan untuk dapat dijual kepada publik.
Musik sebagaimana dapat disimpulkan dari pendapat Soerjono
Soekanto (Rachmawati, 2001 : 1) bahwa musik berkaitan erat dengan dengan
setting sosial kemasyarakatan dan gejala khas akibat interaksi sosial dimana
lirik lagu menjadi penunjang dalam musik tersebut dalam menjembatani isuisu sosial yang terjadi.
Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik
lagunya, karena melalui lirik lagu, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan
yang merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang
terjadi di lingkungan sekitar, dimana dia berinteraksi didalamnya.
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi
sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang
beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk
sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu,
ketika sebuah lirik lagu dipendengarkan kepada khalayak juga mempunyai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai,
bahkan prasangka tertentu (Setianingsih, 2003 : 8)
Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di
masyarakat, sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto (Rachmawati, 2000 :
1) yang menyatakan :
“Musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia
berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya
interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian
musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku
manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah
pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik sebagai penunjangnya.”
Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat pula
dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam
masyarakat.
Untuk menyampaikan sebuah pesan tidak hanya tulisan yang dijadikan
acuan sebagai tanda untuk berinteraksi dalam menyikapi pesan tersebut, tetapi
makna yang terkandung didalam pesan tersebut yang bias menggugah. Dan
bukan hanya instrument ataupun vokalika yang mendukung, tapi faktor
moment ketika pesan itu kapan harus disampaikan.
Negara Indonesia telah mengesahkan undang-undang anti pornografi,
semua aktifitas yang berbentuk pengeksploitasian atau hal-hal yang
mengumbar kemolekan tubuh dalam bentuk media apapun akan diproses
secara hukum. Hukum di Indonesia sangat menolak pornografi dalam bentuk
apapun, meski secara halus pesan tersebut disampaikan terhadap khalayak
umum.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Pengaruh media dan televisi seringkali dibuat contoh oleh remajaremaja saat ini dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya remaja yang
menonton film remaja yang berkebudayaan barat, mereka melihat perilaku
seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal itu pun ditiru oleh
mereka, terkadang mereka tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan,
nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyarakat yang berbeda.
Mengangkat masalah seks sebenarnya tidak terlepas dari keingintahuan
masyarakat akan masalah yang selama ini dianggap sebagai hal yang tabu.
Ketabuan membuat orang tidak berani mengungkapkan secara terbuka.
Akibatnya, seks dianggap sebagai sesuatu yang begitu rahasia dan misterius.
Inilah yang menjadikan seks sebagai sesuatu yang fenomenal, kontroversial
dan membuat orang untuk ingin tahu lebih banyak.
Seks mengandung pengertian yang khas, intim dan mesra dalam
kaitannya dengan bermacam-macam hubungan antara pria dan wanita. Seks
bukanlah sesuatu yang menakutkan karena seks merupakan karunia dari
Tuhan yang dipergunakan untuk melestarikan kehidupan di muka bumi, dan
seks dapat dikatakan sebagai kenikmatan bagi setiap orang, asal dilakukan
dalam konteks yang sebenarnya yaitu ikatan pernikahan. Tetapi bila seks
disalahgunakan akan menimbulkan kesengsaraan, rasa bersalah, gelisah,
dimanfaatkan, takut, dan lain sebagainya.
Kenyataanya dijaman modern ini kehidupan seks di masyarakat sudah
semakin tidak terkendali, karena pengaruh dari budaya asing (wasternisasi)
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita dan adat ketimuran.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Banyak kejadian yang kita dengar dan kita lihat, dimana orang melakukan
hubungan seks bebas bukanlah sesuatu yang membanggakan karena
mempunyai resiko yang tinggi salah satunya yaitu hamil diluar nikah.
Menurut Dokter sarlito perilaku seksual pada awalnya dilakukan
adalah saling berciuman, saling meraba tubuh, saling membuka baju dan yang
terakhir kemudian melakukan senggama. Langkah awal sebelum melakukan
kegiatan seksual adalah dari ajakan untuk berkencan dahulu atau berpacaran
yang dapat dilakukan dirumah hingga ketempat-tempat hiburan. Hingga
menciptakan hubungan intim yang diteruskan dengan mulai beerpelukan,
saling meraba atau hingga kearah yang lebih intim.
Di sadari atau tidak, akhir-akhir ini kita di suguhkan dengan
banyaknya kemunculan lagu-lagu dangdut “modern”. Lagu dengan lirik-lirik
yang dapat di katakan sangat berani. Mungkin hal ini di lakukan karena para
pekerja seni di musik dangdut merasa kalah dengan hadirnya fenomena
boyband, girlband, pop melayu yang lebih di sukai masyarakat. Namun hal ini
jangan menjadi alasan untuk membuat lagu-lagu dangdut bermateriakan
konten dewasa, karena lagu-lagu itu akan banyak sekali di perdengarkan di
warung-warung, di televisi dan media lain. Untuk mendapatkannya juga bukan
hal sulit di saat pembajakan dapat di lakukan dengan begitu mudahnya.
Menurut pengamat musik Denny Syakri, lagu berlirik pornografi itu
jelas-jelas hanya mencari sensai saja, namun tidak memikirikan dampak
kedepannya. Karena lagu dengan lirik nyeleneh akan mudah di ingat oleh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

masyarakat, dan lagu itu tidak hanya di dengarkan oleh orang dewasa tetapi
anak-anak juga mendengarkan itu.
Kekuatan lirik lagu dalam menggugah birahi memang bisa menaikkan
popularitas lagu menjadi lebih laris di pasaran. Lirik lagu yang muatan
pornografi berpotensi ditiru oleh orang lain, terutama anak-anak dan remaja.
Menurut aktivis peduli anak Seto Mulyadi, hal itu menimbulkan dampak yang
negatif bagi anak-anak, apalagi apresiasinya terhadap sebuah lagu. Mereka
tentu saja tidak mengerti makna lirik lagu tersebut. Jika mereka
menyanyikannya dan ditanya apa maknanya, mereka tidak bisa menjawabnya,
bisa saja mendapat ejekan dari lingkungan. Hal inilah yang akan berdampak
pada pribadi anak. Memang secara tidak langsung dampaknya akan terjadi
kepada si anak, namun kita tidak akan pernah tahu ketika dalam benak mereka
masih ada rasa penasaran untuk ingin tahu.
Selama 2011, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat telah mencekal
lima lagu dangdut yang liriknya mengandung unsur pornografi. Kelima judul
lagu itu adalah Hamil Duluan (Tuty Wibowo), Belah Duren (Julia Perez),
Cinta Satu Malam (Melinda), Pengen Dibolongi (Aan Annisha), dan Mobil
Bergoyang (Lia MJ feat Asep Rumpi). Pencekalan lagu yang dilakukan oleh
KPI tersebut disebabkan lirik dalam lagu tersebut mengandung muatan seks
secara eksplisit. Lagu-lagu tersebut dinilai KPI tidak layak untuk anak-anak
dan remaja. Lagu-lagu tersebut sebagian besar menggambarkan adegan
hubungan intim (seks) secara vulgar, pembenaran terhadap perilaku seks di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

luar nikah dan prahara rumah tangga yang berpotensi ditiru oleh orang lain
terutama anak-anak dan remaja.
http://m.okezone.com/read/2012/02/29/386/584515/ini-dia-lirik-lagu-pornoyang-dicekal/
Sedangkan dalam lagu “Mobil bergoyang” yang dinyanyikan oleh Lia
MJ feat Asep

Rumpi

menunjukkan

adanya

permasalahan

yaitu

menggambarkan perilaku seks bebas dan bagaimana hubungan intim antar
lawan jenis itu dilakukan. Dampak sosial dari lagu tersebut mengakibatkan
seks bebas pada kalangan segala usia pada masyarakat umum, dan akan
membuat remaja melakukan hubungan yang melanggar hukum dan tidak
sesuai dengan norma dan etika.
Lirik lagu tersebut bertentangan dengan Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3/SPS) tahun 2009 yakni Pasal 9
(penghormatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan), Pasal 17
(pelarangan adegan seksual), Pasal 18 (seks di luar nikah) dan Pasal 19
(Muatan seks dalam lagu dan video klip). Dan adanya pelanggaran terhadap
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yakni Pasal 36 ayat
5 dan ayat 6, Pasal tersebut menegaskan agar isi siaran dilarang menonjolkan
hal-hal

yang bermuatan cabul,

dilarang memperolok,

merendahkan,

melecehkan dan atau mengabaikan nilai-nilai agama dan martabat manusia
Indonesia.

http://m.jakartapress.com/read/detail/9415/berbau-porno-10-lagu-

dilarang-KPI/

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pemaknaan lirik lagu “Mobil Bergoyang” yang dinyanyikan oleh Lia
MJ feat Asep Rumpi. Untuk menganalisa sistem tanda komunikasi berupa
lirik lagu tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif melalui
pendekatan semiologi dari teori Roland Barthes.

1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pemaknaan yang
terkandung dalam lirik lagu “Mobil Bergoyang” yang dinyanyikan oleh Lia
MJ feat Asep Rumpi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemaknaan yang terkandung dalam lirik
lagu “Mobil Bergoyang” yang dinyanyikan oleh Lia MJ feat Asep
Rumpi.

1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teor itis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
literatur penelitian ilmu komunikasi khususnya pada kajian analisis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

tanda komunikasi berupa lirik lagu dengan pendekatan semiologi.
Dan bisa menambah wawasan bagi pendengar musik dangdut untuk
mengetahui makna yang disampaikan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam
memaknai tanda yang ada dalam lirik lagu “Mobil Bergoyang”. Dan
diharapkan akan dapat menyamakan persepsi terhadap pesan yang
disampaikan oleh penyanyi dan khalayak luas pendengar lirik lagu
tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Musik
Musik dan lagu merupakan salah satu budaya manusia yang
menarik dibandingkan dengan budaya-budaya manusia yang lain dari
sisi humanistik, musik atau lagu bisa menjadi sarana untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan kreasi. Dari sisi sosial,
lagu bisa disebut sebagai cermin dari tatanan sosial yang ada dalam
masyarakat saat lagu tersebut diciptakan. Dari sisi ekonomi, lagu
tersebut merupakan sebuah komoditi yang menguntungkan (Rakhmat,
1993 : 19).
Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai
pendengarnya, pengubah musik mempersembahkan kreasinya dengan
perantara pemain musik, adanya tanda-tanda perantara, yakni musik
yang dicatat dalam partitur orchestra. Hal ini sangat memudahkan dalam
menganalisis karya musik sebagai teks. Itulah sebabnya mengapa
penelitian musik terarah pada sintaksis.
Meski demikian, semiotik tidak dapat hidup hanya dengan
sintaksis : tidak ada semiotika tanpa semantik musik. Semantik musik,
bisa dikatakan, harus senantiasa membuktikan kehadirannya (Van Zoest,
1993 : 120-121).

10

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

2.1.2 Lirik Lagu
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi
sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang
beredar dalam masyarakat. Lirik lagu, dapat pula sebagai sarana untuk
sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu nilai. Oleh karena itu, ketika
sebuah lirik lagu di aransir dan diperdengarkan kepada khalayak juga
mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah
kenyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu (Setianingsih, 2003 :
7-8).
Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi
di masyarakat. Sejalan dengan pendapat Soerjono dalam Rachmawati
(2001 : 1) yang menyatakan :
“ Musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan
tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan
akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut
manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah
kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik
tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku
manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah
pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik sebagai
penunjangnya.”

Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat
pula dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di
dalam masyarakat.
Penelitian tentang lirik lagu merupakan penelitian tentang makna
isi pesan dalam lirik lagu tersebut. Dimana lirik lagu merupakan suatu
produk yang salah satu sumbernya adalah situasi sosial. Dimana lirik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

lagu berada didalamnya, kemudian merefleksikannya dalam sistem tanda
berupa lirik lagu. Maka, dapat dikatakan bahwa lirik lagu “Mobil
Bergoyang” yang dinyanyikan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi merupakan
proses komunikasi yang mewakili seni karena terdapat pesan yang
terkandung dalam simbol lirik lagu tersebut yang sengaja digunakan oleh
komunikator

sebagai pencipta

lagu

untuk disampaikan kepada

komunikan dengan bahasa yang vulgar/porno. Namun dalam hal ini
bahasa verbal yang berupa kata-kata yang tertuang dalam teks lirik lagu.

2.1.3 Definisi Por nogr afi
Masalah tubuh perempuan sebagai obyek porno, sebenarnya telah
lama menjadi polemik dihampir semua masyarakat disebabkan karena
adanya dua kutub dalam menilai tubuh manusia (terutama perempuan)
sebagai obyek seks (Bungin, 2006 : 332).
Pada awalnya ketika masyarakat masih belum terbuka seperti
sekarang ini media massa dan teknologi komunikasi juga belum
secanggih dan semodern seperti saat ini, semua bentuk pencabulan atau
tindakan yang jorok dengan menonjolkan objek seks disebut dengan kata
“porno”. Kemudian ketika ide-ide porno itu sudah dapat dituangkan
dalam berbagai bentuk seperti patung, lukisan, dan juga tulisan (terutama
ketika ditemukannya mesin cetak pada abad ke 14) maka mulailah
masyarakat memanfaatkan pornografi untuk memproduksi gambar-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

gambar porno. Sejak saat itu pornografi menjadi sangat sering digunakan
untuk menandai gambar-gambar porno pada saat itu sampai saat ini.
Dalam lirik lagu “Mobil Bergoyang” digambarkan adegan
hubungan intim (seks) secara vulgar, pembenaran terhadap perilaku seks
di luar nikah dan prahara rumah tangga yang berpotensi ditiru oleh orang
lain terutama anak-anak dan remaja. Pornografi adalah gambar-gambar
perilaku seks dan lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin
manusia. Sifatnya yang seronok, jorok/vulgar, membuat orang yang
melihatnya terangsang secara seksual. Bentuk pornografi adalah seperti
foto, poster, gambar video, film, tulisan, termasuk pula dalam bentuk
alat visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan seksual (porno).
Menurut Ogien dalam Haryatmoko (2007 : 93) pornografi dapat
didefinisikan sebagai representasi eksplisit (gambar, tulisan, lukisan, dan
foto) dari aktifitas seksual atau hal yang tidak senonoh, mesum atau seks
bebas yang dimaksudkan untuk dikomunikasikan ke publik. Mesum atau
seks bebas dipahami sebagai sesuatu yang melukai dengan sengaja rasa
malu atau rasa susila dengan membangkitkan representasi seksualitas.
Bisa saja penilaian ini dituduh bersifat subyektif karena mengacu pada
situasi mental atau afektif seseorang. Akan tetapi, ukuran tidak hanya
berhenti pada subyektivitas semacam itu, karya yang “porno” itu
didasarkan juga atas penilaian oleh komunitas setempat atau oleh setiap
orang yang sehat akal. Definisi tersebut akan lebih menyakinkan lagi
bila karya itu tidak mengandung nilai, seni, sastra, ilmiah atau politik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Menurut Bungin (2005 : 124) konsep porno yang paling umum dikenali
karena sifatnya yang mudah dikenal, mudah ditampilkan dan mudah
dicerna.

2.1.4 Por nografi
Pornografi berasal dari bahasa Yunani, istilah ini terdiri dari kata
porne yang berarti wanita jalang dan graphos atau graphien yang berarti
gambar atau tulisan, pornografi menunjuk pada gambar atau foto yang
mempertontonkan bagian-bagian terlarang tubuh perempuan. Pengertian
ini secara eksplisit menunjukkan bahwa pornografi selalu dan hanya
berkaitan dengan tubuh perempuan. Dalam konteks Indonesia, kata
porno berubah menjadi cabul, sementara istilah pornografi sendiri
diartikan sebagai bentuk penggambaran tingkah laku secara erotis
dengan lukisan untuk membangkitkan nafsu birahi atau bahan yang
dirancang dengan sengaja dan semata-mata untuk membangkitkan nafsu
birahi dalam seks (Lutfan, 2006 : 11).
Menurut Johan Suban, pornografi dapat dipahami sebagai suatu
penyajian seks secara terisolir dalam bentuk tulisan, gambar, video,
pertunjukkan dan kata-kata ucapan dengan maksud untuk merangsang
nafsu birahi (Lutfan, 2006 :13).
Pornografi selalu berkaitan dengan persoalan seksual, lebih dari
itu, disebut pornografi jika tampilan tersebut bertujuan untuk
merangsang nafsu birahi. Lesmana memberikan beberapa kriteria untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

dapat memasukkan suatu gambar, tulisan, atau apapun dalam kategori
pornografi atau tidak, yaitu (Lutfan, 2006 : 39) :
1. Terdapat unsur kesengajaan untuk membangkitkan nafsu birahi
orang lain.
2. Bertujuan atau mengandung maksud untuk merangsang nafsu birahi
(artinya, sejak semula memang sudah ada rencana/maksud di benak
pembuat atau pelaku untuk merangsang nafsu birahi khalayak atau
setidaknya dia tahu kalau hasilnya dapat menimbulkan rangsangan di
pihak lain).
3. Produk tersebut tidak mempunyai nilai lain kecuali sebagai sexual
simultant semata-mata.
4. Berdasarkan standar kontemporer masyarakat setempat, termasuk
sesuatu yang tidak pantas diperlihatkan atau diperagakan secara
umum.
Dari berbagai kenyataan empiris dan melalui pertimbangan yang
matang, serta merujuk pada rumusan-rumusan pengertian yang sudah
ada sebelumnya. Menurut Lutfan Muntaqo, pornografi dapat dirumuskan
sebagai berikut :
“Pornografi adalah pengungkapan permasalahan seksual yang
erotis dan sensual melalui suatu media yang bertujuan atau dapat
mengakibatkan bangkitnya nafsu birahi atau timbulnya rasa muak,
malu, jijik bagi orang yang melihat, mendengar atau
menyentuhnya, yang bertentangan dengan agama dan atau adat
istiadat setempat” (2006 : 40-41).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Kebutuhan tubuh akan seks mempunyai keunikan dan sekaligus
persoalan tersendiri, ia dihujat tetapi juga dibutuhkan, ia ingin
mengekspresikan (norma/adat), kenyakinan (agama) dan seterusnya
yang selama ini terbentuk dan menjadi acuan teologis-normatif bagi
setiap komunitas (Lutfan, 2006 : 159).
Teks pornografi mendefinisikan hasrat-hasrat erotik dengan
mengasingkannya dari konteks makna alamiahnya, selain terluput juga
dari analisi estetika. Sebagai teks, pornografi biasanya memanfaatkan
dan mereduksi tubuh perempuan sebagai tanda. Menurut Thelma
McCormack dalam buku Kasiyan bahwa ada beberapa ciri yang
menonjol dari teks pornografi, diantaranya adalah pertama, pornografi
melakukan pelanggaran atas kaidah-kaidah sosial baku, karena ia
menampilkan bentuk-bentuk perilaku seksual yang tidak diterima bagi
masyaraktnya. Kedua, pelanggaran atas kaidah-kaidah sosial baku di
dalam pornografi ditampilkan seolah-olah ia merupakan bagian alamiah
dari kehidupan sehari-hari, seakan-akan ia memang diperbolehkan dan
dipraktikkan secara luas oleh masyarakat (2008 : 258-259).
Pornografi

umumnya

dikaitkan

dengan

tulisan

dan

penggambaran, karena cara seperti itulah yang paling banyak ditemukan
dalam mengekspos masalah seksualitas. Pornografi dapat diartikan
sebagai :
1. Tulisan, gambar/rekaman tentang seksualitas yang tidak bermoral.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2. Bahan/materi yang menonjolkan seksualitas secara eksplisit terangterangan dengan maksud utama membangkitkan gairah seksual.
3. Tulisan atau gambar yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu
birahi orang yang melihat atau membaca.
4. Tulisan atau penggambaran mengenai pelacuran.
5. Penggambaran hal-hal cabul melalui tulisan, gambar atau tontonan
yang bertujuan mengeksploitasi seksualitas.
Dampak dari pornografi

bagi masyarakat sangat luas, baik

psikologis, sosial, etis maupun teologis. Secara psikologis, pornografi
membawa beberapa dampak. Antara lain, timbulnya sikap dan perilaku
antisosial. Selain itu kaum pria menjadi lebih agresif terhadap kaum
perempuan. Yang lebih parah lagi bahwa manusia pada umumnya
menjadi kurang responsif terhadap penderitaan, kekerasan dan tindakantindakan

perkosaan.

Akhirnya,

pornografi

akan

menimbulkan

kecenderungan yang lebih tinggi pada penggunaan kekerasan sebagai
bagian dari seks.
Dampak psikologis ini bisa menghinggapi semua orang, dan
dapat pula berjangkit menjadi penyakit psikologis yang parah dan
menjadi ancaman

yang membawa

bencana

bagi

kemanusiaan.

Sedangkan dampak sosialnya, pornografi akan mengakibatkan semakin
maraknya patologi sosial seperti misalnya penyakit kelamin dan
HIV/AIDS. Secara umum pornografi akan merusak masa depan generasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

muda sehingga mereka tidak lagi menghargai hakikat seksual,
perkawinan dan rumah tangga.
Dari segi etika atau moral, pornografi akan merusak tatanan
norma-norma dalam masyarakat, merusak keserasian hidup dan keluarga
dan masyarakat pada umumnya dan merusak nilai-nilai luhur dalam
kehidupan manusia seperti nilai kasih, kesetiaan, cinta, keadilan, dan
kejujuran. Nilai-nilai tersebut sangat dibutuhkan masyarakat sehingga
tercipta dan terjamin hubungan yang sehat dalam masyarakat.
Sedangkan secara rohani dan teologis dapat dikatakan bahwa pornografi
akan merusak harkat dan martabat manusia sebagai citra sang
Pencipta/Khalik yang telah menciptakan manusia dengan keluhuran
seksualitas sebagai alat Pencipta untuk meneruskan generasi manusia
dari waktu ke waktu dengan sehat dan terhormat.
(http://www.menegpp.go.id/index.php?option=com_content&view=artic
le&id=125:qpornografiq-dalam-budaya-indonesia&catid=38:artikelperempuan&Itemid=114)
Berdasarkan Undang-Undang No 44/2008 tentang Pornografi,
khususnya Pasal 17, yang menyebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah

daerah

wajib

melakukan

pencegahan

penyebarluasan, dan penggunaan pornografi.
(http://nusantaranews.wordpress.com/2009/01/05/6)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pembuatan,

19

2.1.5 Undang-Undang Dasar Pornografi
UUD RI nomor 44 Tahun 2008 mengemukakan beberapa pasal
mengenai pornografi, diantaranya :
Bab I
Kententuan Umum
1. Pasal 1
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan
/atau pertujukan dimuka umum, yang memuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat.
Bab 2
Larangan dan Pembatasan
2. Pasal 4
2.1 Ayat 1
Setiap

orang

dilarang

memproduksi,

membuat,

memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan,
mengimpor,

mengekspor,

menawarkan,

memperjualbelikan,

menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit
memuat :
a. Persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang
b. Kekerasan seksual

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

c. Masturbasi atau onani
d. Ketelanjangan

atau

tampilan

yang

mengesankan

ketelanjangan
e. Alat kelamin, dan
f. Pornografi anak.
2.2 Ayat 2
Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang :
a. menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang
mengesankan ketelanjangan
b. menyajikan secara eksplisit alat kelamin
c. mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual, dan
menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak
langsung layanan seksual.
3. Pasal 8
Setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya
menjadi obyek atau model yang mengandung muatan pornografi.
4. Pasal 17
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan pencegahan
pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi.
5. Pasal 18 untuk Pemerintah dan Pasal 19 untuk Pemerintah Daerah
Untuk melakukan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17, Pemerintah/Pemerintah Daerah berwenang :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

a. melakukan

pemutusan

penyebarluasan

produk

jaringan
pornografi

pembuatan
atau

jasa

dan

pornografi,

termasuk pemblokiran pornografi melalui internet
b. melakukan pengawasan terhadap pembuatan, penyebarluasan,
dan penggunaan pornografi
c. melakukan kerja sama dan koordinasi dengan berbagai
pihak, baik dari dalam maupun dari luar negeri, dalam
pencegahan

pembuatan,

penyebarluasan,

dan penggunaan

pornografi.
6. Pasal 27 ayat 1
Setiap

orang

mendistribusikan
dapat

dengan

sengaja

dan

tanpa

hak

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat

diaksesnya

Informasi

Elektronik

dan/atau

Dokumen

Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
2.1.6 Kategor isasi
Adanya UUD Pornografi yang dikemukakan diatas maka penulis
menetapkan kategorisasi pornografi untuk membentu meneliti penelitian
ini. Kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini telah disesuaikan
agar dapat mencapai sasaran penelitian. Kategorisasi pornografi pada
lirik lagu “Mobil Bergoyang” tersebut, peneliti tetapkan sendiri dan
meliputi sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

1. Kata Merangsang
Adalah kata-kata dalam lirik lagu yang dapat merangsang
pendengarnya.
2. Kata Aktivitas Seks
Adalah kata-kata dalam lirik lagu yang secara jelas menunjukkan
adanya kegiatan seks.
3. Kata Mengarah Ke Aktivitas Seks
Adalah kata-kata dalam lirik lagu yang mengarah ke aktivitas seks.
Sehingga

orang

yang

mendengarkan

lagu

tersebut

dapat

membayangkan atau mengimajinasikan apa yang dituliskan dalam
lirik lagu tersebut.
2.1.7 Pendekatan Semiotika
Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar
yang disebut dengan ‘tanda’. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita
pakai dalam upaya berusaha mencari jalan dunia ini, di tengah-tengah
manusia, dan bersama-sama manusia. Semiotika pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity), memaknai hal-hal
(things).
Secara etimologis istilah semiotik berasal dari kata Yunani
semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai
sesuatu yang atas dasar konvensi yang terbangun sebelumnya, dapat
dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979 : 16). Sedangkan secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

terminologis,

semiotik

dapat

didefinisikan

sebagai

ilmu

yang

mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh
kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1979 : 6).
Bagi seseorang yang tertarik dengan semiotik, maka tugas
utamanya adalah mengamati (observasi) terhadap fenomena-gejala di
sekelilingnya melalui berbagai tanda yang dilihatnya. Tanda sebenarnya
representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria seperti, nama
(sebutan), peran, fungsi, tujuan, dan keinginan.
Menurut Littejohn (1996 : 64) dalam Sobur (2001 : 15) tandatanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi dengan sesamanya.
Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha
mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia, dan bersama
manusia.
Semiotika seperti kata Lechte (2001 : 191) adalah teori tentang
tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu
disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan
sarana signs “tanda-tanda” dan berdasarkan pada sign system (code)
(Segers, 2000 : 4). Hjelmslev (dalam Chistomy, 2001 : 7)
mendefinisikan tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana
ekspresi (expression plant) dan wahana isi (content plant). Charles
Morris menyebutkan semiosis sebagai suatu “proses tandanya”, yaitu
proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisme. Dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

beberapa definisi diatas maka semiotika dan semiosis adalah ilmu atau
proses yang berhubungan dengan tanda.
Pada dasarnya semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses
tanda yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu
hubungan antara lima istilah :
S (s, i, e, r, c)
S adalah semiotik relation (hubungan semiotik); s untuk sign
(tanda); i untuk interpreter (penafsir); e untuk effect atau pengaruh
(misalnya suatu disposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu
terhadap r pada kondisi-kondisi tertentu c karena s); r untuk reference
(rujukan); dan c untuk context (konteks) atau conditions (kondisi).

2.1.8 Semiologi Ronald Barthes
Roland

Barthes

dikenal

sebagai

salah

seorang

pemikir

strukturalis yang getol mempraktikan model linguistik dan semiologi
Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Perancis yang ternama,
ekspones penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra.
Barthes (2001 : 208) menyebutkan sebagai tokoh yang memainkan
peranan central dalam stukturalisme tahun 1960-an dan 70-an. Barthes
berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan
asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tetentu. Ia
mengajukan pendapat ini dalam Writing Degree Zero (1953; terj. Inggris
1977) dan Critical Essays (1964; terj. Inggris 1972) (Sobur, 2004 : 63).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Sedangkan pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian
tehadap

kode-kode

yang

digunakan

untuk

menyusun

makna.

Strukturalisme merupakan suatu pendekatan yang secara khusus
memperhatikan struktur karya seni. Fenomena kesastraan dan estetika
didekati sebagai sistem tanda-tanda (Budiman, 2003 : 11).
Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa

yang sangat

berkembang menyediakan metode dan peristilahan dasar yang dipakai
oleh seseorang semiotikus dalam mempelajari semua sistem-sistem
sosial lainnya. Semiologi adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia
mempelajari pemaknaan secara terpisah dari kandungannya (Kurniawan,
2001 : 156). Di dalam semiologi, seseorang diberikan kebebasan di
dalam memaknai sebuah tanda.
Dalam pengkajian tekstual, Barthes menggunakan analisis naratif
struktural yang dikembangkannya. Analisis naratif struktural secara
metodologis berasal dari perkembangan awal atas apa yang disebut
linguistik struktural sebagaimana perkembangan akhirnya dikenal
sebagai semiologi teks atau semiotika. Jadi secara sederhana analisis
naratif struktural dapat disebut juga sebagai semiologi teks karena
memfokuskan diri pada naskah. Intinya sama yakni mencoba memahami
makna suatu karya dengan menyusun kembali makna-makna yang
tersebar dengan suatu cara tertentu (Kurniawan, 2001 : 89).
Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya
tentang tanda adalah peran pembaca konotasi, walaupun merupakan sifat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar berfungsi. Barthes
secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem
pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas sistem lain yang telah
ada sebelumnya (Sobur, 2004 : 68-69).
Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran
kedua yang dibangun di atas bahasa sebagai sistem yang pertama. Sistem
kedua ini oleh Barthes disebut konotatif, yang dalam Mythologies-nya
secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran
pertama. Barthes menggambarkannya dalam sebuah peta tanda :
Gambar 2.1 Peta Tanda Ronald Barthes
1. Signifier (penanda)
2. Signified (petanda)
3. Denotative Sign (tanda denotatif)
4. Connotative Signifier (penanda konotatif)

5. Connotative Signified
(petanda konotatif)

6. Connotative sign (tanda konotatif)
Sumber : Paul Cobley & Litza Jansa, 1999 dalam Alex Sobur, 2004 : 69
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas penanda (1) dan petanda(2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda
denotatif adalah juga petanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal
tersebut merupakan unsur material : hanya jika Anda mengenal tanda
“singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian
menjadi mungkin (Cobley & Janz, 1999 : 51 dalam Sobur, 2004 :69).
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak hanya sekedar
memiliki makna tambahan. Namun, juga mengandung makna kedua
bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan
semiologi Saussure, yang hanya berhenti pada tatanan denotatif.
Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam
pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti
oleh Barthes. D

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PAPUA DALAM CINTA” (Studi Semiologi Pemaknaan Lirik Lagu “Papua Dalam Cinta” yang dipopulerkan oleh Pay feat. Soa Soa).

1 51 154

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PAPUA DALAM CINTA” (Studi Semiologi Pemaknaan Lirik Lagu “Papua Dalam Cinta” yang dipopulerkan oleh Pay feat. Soa Soa).

1 1 154

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “MOBIL BERGOYANG” (Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Mobil Bergoyang” yang Dipopulerkan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi).

1 3 87

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “SELAMANYA INDONESIA”(Studi Semiologi Pemaknaan Lirik Lagu “Selamanya Indonesia” yang dipopulerkan oleh 21st Night).

0 6 95

Pemaknaan Lirik Lagu “ Drama Keadilan “ (Studi Semiologi Terhadap Pemaknaan Lirik lagu “Drama Keadilan Yang Dipopulerkan Oleh Saykoji”).

3 13 117

PEMAKNAAN LIRIK LAGU”JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA”(Studi Semiologi Pemaknaan Lirik Lagu”Jangan Bilang Siapa-siapa” yang dipopulerkan oleh aura Kasih feat.Aliya Sachi.

0 9 80

Pemaknaan Lirik Lagu “ Drama Keadilan “ (Studi Semiologi Terhadap Pemaknaan Lirik lagu “Drama Keadilan Yang Dipopulerkan Oleh Saykoji”)

0 0 19

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “SELAMANYA INDONESIA”(Studi Semiologi Pemaknaan Lirik Lagu “Selamanya Indonesia” yang dipopulerkan oleh 21st Night)

0 0 23

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “MOBIL BERGOYANG” (Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Mobil Bergoyang” yang Dipopulerkan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi)

0 0 18

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “MOBIL BERGOYANG” (Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Mobil Bergoyang” yang Dipopulerkan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi)

0 1 19