Perbandingan Pengaruh Nasi Putih Dengan Nasi Merah Terhadap Kadar Glukosa Darah.
vii
ABSTRAK
PERBANDINGAN PENGARUH NASI PUTIH DENGAN NASI MERAH TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
Christian Yonathan, 2013
Pembimbing : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang menjadi perhatian dunia karena merupakan silent killer bagi pengidapnya. Nasi putih banyak dikonsumsi oleh masyarakat terutama di Indonesia. Kandungan glukosa yang ada dalam nasi putih lebih tinggi dibandingkan dengan nasi merah sehingga dapat menimbulkan kenaikan glukosa darah dan menjadi faktor risiko penyakit yang berhubungan dengan kadar glukosa darah yang tinggi. Nasi merah dapat digunakan sebagai kebutuhan pangan karbohidrat alternatif yang lebih sedikit meningkatkan kadar glukosa darah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi nasi putih.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental quasi. Subjek penelitian sebanyak 30 orang dewasa muda. Masing-masing diukur kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam post prandial. Pada penelitian digunakan darah kapiler. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0,05.
Rerata kadar glukosa darah 2 jam post prandial pada orang setelah mengonsumsi nasi merah adalah 101,77 mg/dL berbeda sangat signifikan dengan setelah mengonsumsi nasi putih sebesar 115,13 mg/dL dengan p < 0,01.
Kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi nasi putih.
(2)
viii
ABSTRACT
THE COMPARISON BETWEEN THE EFFECTS OF WHITE RICE AND BROWN RICE TOWARDS THE BLOOD GLUCOSE RATE
Christian Yonathan, 2013
Tutor : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.
Diabetes mellitus (DM) is a worldwide-known disease that has come into the spotlight as it is a silent killer to patients. In nowadays white rice is highly consumed by the community especially in Indonesia. The amount of glucose contained in white rice higer than bworn rice that can causes an increase in the blood glucose rate and becomes a factor related to high blood glucose rate disease. Brown rice would be an alternative which only increase slightly blood glucose rate. The purpose of this experiment is to investigate whether the blood glucose rate of those who consume brownrice is lower compared to those who consume white rice.
A quasi experimental design was carried out with a total of 30 young adult participants. The blood glucose rate of each participant was measured during fasting and 2 hours postprandial using a capillary blood. Statistical Analysis
using Paired “t” test with α = 5%
The average result of the blood glucose rate 2 hours postprandial for participants that consumed brown rice is 101.77 mg/dL. This showed a significant difference compared to the blood glucose rate 2 hours postprandial of the participants that consumed white rice with their result being 115.13 mg/dL with p<0.01.
In conclusion, the blood glucose rate during consumption of brown rice is lower when compared with consumption of white rice.
(3)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK... vii
ABSTRACT ...viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………...…………... 1
1.2. Identifikasi Masalah………...………... 2
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian...………...…………... 2
1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah………... 2 1.5. Kerangka Pemikiran...……… 1.6. Hipotesis Penelitian...
3 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pankreas...………...…………... 2.1.1. Histologi Pankreas………...………... 2.1.2. Fisiologi Pankreas...
5 5 5 2.2. Karbohidrat...………... 2.2.1. Definisi Karbohidrat....……..………...………... 2.2.2. Klasifikasi Karbohidrat... 2.2.2.1. Monosakarida... 2.2.2.2. Disakarida... 2.2.2.3. Polisakarida... 2.2.3. Pencernaan Karbohidrat... 2.2.4. Absorbsi Karbohidrat... 2.2.5. Metabolisme Karbohidrat...
8 8 9 9 10 10 11 12 13 2.3. Glukosa... 2.3.1. Glukosa Darah...……… 2.3.2. Metabolisme Karbohidrat Tergantung pada Penyediaan Glukosa.
14 14 15
(4)
x
2.3.3.Glukosa Darah Berasal dari Makanan, Glukoneogenesis dan glikogenolisis... 2.3.4.Mekanisme Metabolik dan Hormonal yang Mengatur Kadar Glukosa Darah... 2.3.5. Insulin Berperan Sentral dalam Mengatur Glukosa Darah...
15 16 17 2.4. Tanaman Padi... 2.5. Beras... 2.5.1. Kandungan Beras... 2.5.2. Macam dan Warna Beras... 2.5.3. Beras Putih... 2.5.4. Beras Merah...
18 19 20 20 21 21 2.5.4.1. Kandungan Beras Merah... 2.5.4.2. Manfaat Beras Merah... 2.6. Indeks Glikemik... 2.7. Manfaat Beras Merah untuk Penderita DM2………...
22 22 23 24
BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian………... 3.1.1. Alat dan Bahan Penelitian... 3.1.2. Subjek Penelitian..………...
25 25 25 3.2. Metode Penelitian... 3.2.1. Desain Penelitian... 3.2.2. Variabel Penelitian... 3.2.2.1. Definisi Konsepsional Variabel... 3.2.2.2. Definisi Operasional Variabel... 3.2.3. Besar Sampel Penelitian... 3.3. Prosedur Kerja... 3.3.1. Cara Pemeriksaan……….. 3.4. Metode Analisis... 3.5. Aspek Etika Penelitian... 3.6. Lokasi Penelitian... 3.7. Uji Pendahuluan...
26 26 26 26 26 26 27 27 28 29 29 29
BAB IV HASIL, PEMBAHASAN, DAN PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN
4.1. Uji Homogenitas...……….... 30 4.2. Hasil Penelitian……... 30 4.3. Pembahasan Penelitian………... 4.4. Pengujian Hipotesis Penelitian……… 31 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan... 33 5.2. Saran... 33
(5)
xi
DAFTAR PUSTAKA... 34 LAMPIRAN... 36 RIWAYAT HIDUP... 43
(6)
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Pengangkut Glukosa yang Utama... 17 Tabel 2.2 Nilai Index Glikemik Beras Beberapa Varietas Padi... 24 Tabel 4.1 Uji Homogenitas Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Sebelum
Mengonsumsi Nasi Putih dan Nasi Merah………... 30 Tabel 4.2 Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah 2 jam Post Prandial
(7)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Pencernaan Karbohidrat... 14 Gambar 2.2 Tanaman Padi………... 19
(8)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 36
Lampiran 2 Informed Consent ... 37
Lampiran 3 Hasil Penelitian ... 38
Lampiran 4 Uji “t” Berpasangan ... 40
Lampiran 5 Hasil Uji Pendahuluan ... 41
(9)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan gaya hidup. Secara umum, hampir 80 % prevalensi DM adalah diabetes melitus tipe 2 (DM2). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia. Jumlah penderita penyakit ini terus meningkat drastis termasuk di Indonesia. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki peringkat ke-2 yaitu 14,7%, dan di daerah pedesaan menduduki peringkat ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2012). Salah satu upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah pengaturan pola makan yang baik. Berbagai penelitian telah menunjukkan, mengganti jenis makanan yang dikonsumsi efektif untuk mengontrol kadar glukosa darah, salah satunya adalah dengan mengganti nasi putih dengan nasi merah (National Center for Biotechnology Information, 2011).
Beras (Oryza sativa L.) berasal dari tanaman padi yang telah dibudidayakan sekitar 8000-9000 tahun yang lalu oleh bangsa Cina sebagai bahan makanan pokok. Sampai saat ini beras terutama beras putih, masih menjadi bahan utama kebutuhan pokok di banyak negara berkembang termasuk di Indonesia. Orang Indonesia adalah pemakan nasi. Tingginya tingkat konsumsi nasi putih dapat menyebabkan orang beresiko terkena DM2 (British Medical Journal, 2012) ; (National Center for Biotechnology Information, 2011).
Beras merah adalah salah satu jenis beras yang tidak digiling dan termasuk padi-padian alamiah yang mengandung antosianin yang merupakan sumber warna
(10)
2
merah (Aryana, 2012). Kadar glicemic index (IG) yang rendah dan kandungan nutrisi,serat,vitamin dan mineral yang tinggi pada beras merah dapat mencegah
peningkatan glukosa darah secara berlebihan (National Center for Biotechnology Information, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti perbandingan nasi merah dan nasi putih terhadap kenaikan glukosa darah pada orang normal.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah kadar glukosa darah orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi nasi putih
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penetilian adalah untuk mengetahui kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah dan nasi putih.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah kadar glukosa darah orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi nasi putih.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis : memberikan informasi mengenai salah satu usaha preventif penyakit yang berhubungan dengan kadar glukosa darah yaitu dengan mengonsumsi nasi merah
Manfaat praktis : meningkatkan keinginan masyarakat akan pentingnya mengonsumsi makanan rendah gula (dalam hal ini beras merah) untuk mengurangi risiko penyakit yang berhubungan dengan tingginya glukosa darah.
(11)
3
1.5 Kerangka Pemikiran
*mengandung vitamin B1,B3,B6
**mengandung mineral manganese, magnesium,selenium,fosfor dan besi (National Center for Biotechnology Information, 2011)
Beras merah
Mengandung aleuron(kulit ari)
Pada aleuronnya terkandung banyak protein, vitamin*, mineral**, lemak, dan serat.
Kandungan Serat yang tinggi Kandungan mineral magnesium yang tinggi
Memperlambat absorbsi glukosa ke dalam darah dan
meningkatkan sensitivitas insulin tubuh
Meningkatkan metabolisme glukosa dan sekresi insulin tubuh
Kadar amilosa yang lebih tinggi dari pada beras putih
Kadar glikemik index lebih rendah dari beras putih
Mencegah peningkatan glukosa darah secara berlebihan dibandingkan dengan
(12)
4
1.6 Hipotesis Penelitian
Kadar glukosa darah orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi nasi putih
(13)
33
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi nasi putih.
5.2 Saran
Penelitian lebih lanjut dilakukan pada orang – orang yang mengidap penyakit diabetes melitus dengan pengawasan yang ketat.
Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan merek nasi putih yang berbeda.
Penelitian lebih lanjut digunakan darah vena sebagai bahan penelitian.
Mensosialisasikan penggunaan dan manfaat nasi merah kepada masyarakat sebagai makanan sehari-hari.
(14)
43
RIWAYAT HIDUP
Nama : Christian Yonathan
Nomor Pokok Mahasiswa : 1010037
Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 23 Desember 1991
Alamat : Cipaku Indah II no.4, Bandung
Riwayat Pendidikan :
TK Kristen Paulus, Bandung, lulus tahun 1998
SDK II Paulus, Bandung, lulus tahun 2004
SMPK 1 BPK Penabur, Bandung, lulus tahun 2007
SMAK 1 BPK Penabur Bandung, lulus tahun 2010
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung tahun 2010 hingga sekarang
(15)
Perbandingan Pengaruh Nasi PutihDengan Nasi Merah Terhadap Kadar Glukosa Darah
Christian Yonathan1, Adrian Suhendra2
1. Fakultas Kedokteran , Universitas Kristen Maranatha, Bandung
2. Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran,Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jl. Prof. Drg, Suria Sumantri MPH no 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang menjadi perhatian dunia karena merupakan silent killer bagi pengidapnya. Nasi putih banyak dikonsumsi oleh masyarakat terutama di Indonesia. Kandungan glukosa yang ada dalam nasi putih lebih tinggi dibandingkan dengan nasi merah sehingga dapat menimbulkan kenaikan glukosa darah dan menjadi faktor risiko penyakit yang berhubungan dengan kadar glukosa darah yang tinggi. Nasi merah dapat digunakan sebagai kebutuhan pangan karbohidrat alternatif yang lebih sedikit meningkatkan kadar glukosa darah.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi nasi putih.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental quasi. Subjek penelitian sebanyak 30 orang dewasa muda. Masing-masing diukur kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam post prandial. Pada penelitian digunakan darah kapiler. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0,05.
Hasil Rerata kadar glukosa darah 2 jam post prandial pada orang setelah mengonsumsi nasi merah adalah 101,77 mg/dL berbeda sangat signifikan dengan setelah mengonsumsi nasi putih sebesar 115,13 mg/dL dengan p < 0,01.
Simpulan Kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi nasi putih.
Kata kunci : nasi putih, nasi merah, kadar glukosa darah ABSTRACT
Backgrounds Diabetes mellitus (DM) is a worldwide-known disease that has come into the spotlight as it is a silent killer to patients. In nowadays white rice is highly consumed by the community especially in Indonesia. The amount of glucose contained in white rice higer than bworn rice that can causes an increase in the blood glucose rate and becomes a factor related to high blood glucose rate disease. Brown rice would be an alternative which only increase slightly blood glucose rate.
Objective To investigate whether the blood glucose rate of those who consume brownrice is lower compared to those who consume white rice.
Methods A quasi experimental design was carried out with a total of 30 young adult participants. The blood glucose rate of each participant was measured during fasting and 2 hours postprandial using a capillary blood. Statistical Analysis using Paired “t” test with α = 5%.
ResultsThe average result of the blood glucose rate 2 hours postprandial for participants that consumed brown rice is 101.77 mg/dL. This showed a significant difference compared to the blood glucose rate 2 hours postprandial of the participants that consumed white rice with their result being 115.13 mg/dL with p<0.01.
Conclusion The blood glucose rate during consumption of brown rice is lower when compared with consumption of white rice.
(16)
Keywords: white rice,brown rice, blood glucose rate PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan gaya hidup. Secara umum, hampir 80 % prevalensi DM adalah diabetes melitus tipe 2 (DM2). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia. Jumlah penderita penyakit ini terus meningkat drastis termasuk di Indonesia. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki peringkat ke-2 yaitu 14,7%, dan di daerah pedesaan menduduki peringkat ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2012)(1). Salah satu upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah pengaturan pola makan yang baik. Berbagai penelitian telah menunjukkan, mengganti jenis makanan yang
dikonsumsi efektif untuk
mengontrol kadar glukosa darah, salah satunya adalah dengan mengganti nasi putih dengan nasi merah(2).
Beras (Oryza sativa L.) berasal dari tanaman padi yang telah
dibudidayakan sekitar 8000-9000 tahun yang lalu oleh bangsa Cina sebagai bahan makanan pokok. Sampai saat ini beras terutama beras putih, masih menjadi bahan utama kebutuhan pokok di banyak negara berkembang termasuk di Indonesia. Orang Indonesia adalah pemakan nasi. Tingginya tingkat konsumsi nasi putih dapat menyebabkan orang beresiko terkena DM2(3).
Beras merah adalah salah satu jenis beras yang tidak digiling dan termasuk padi-padian alamiah yang mengandung antosianin yang merupakan sumber warna merah(4). Kadar glicemic index (IG) yang
rendah dan kandungan
nutrisi,serat,vitamin dan mineral yang tinggi pada beras merah dapat mencegah peningkatan glukosa darah secara berlebihan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti perbandingan nasi merah dan nasi putih terhadap kenaikan glukosa darah pada orang normal. TUJUAN PENELITIAN
Ingin mengetahui apakah kadar glukosa darah orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi nasi putih ALAT, BAHAN, DAN CARA
Penelitian ini bersifat experimental quasi. Analisis data memakai uji “t” berpasangan dengan α=5%. Alat dan bahan yang digunakan berupa nasi putih dan nasi merah, darah kapiler jari tangan III atau IV, glukometer On Call Plus,
(17)
menampung darah kapiler, lanset dengan lancing device, kapas alkohol 70%, timbangan. Subjek penelitian dicek kadar glukosa darah puasa, kemudian diminta untuk memakan nasi putih, setelah 2 jam, dicek kembali kadar glukosa darahnya. Selang 1 minggu yang merupakan wash out period, pasien kembali dicek kadar glukosa darah puasanya, kemudian diminta untuk memakan nasi merah, setelah 2 jam, dicek kembali kadar glukosa darahnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Perbandingan Rerata Kadar
Glukosa Darah 2 jam
Post Prandial Setelah
Mengonsumsi Nasi Putih dan Nasi Merah
Nasi Rerata GD 2jPP (mg/d L) Rentan g (mg/d L)
SD Uji “t”
p
Puti h
115,13 102-131 7,4 1 < 0,0 1 Mera h
101,77 90-120 8,1 2
Tabel 1 : Rerata kadar glukosa darah 2 jam post prandial orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan rerata kadar glukosa darah orang yang mengonsumsi nasi putih, yaitu sebesar 101,77 mg/dL (SD=8,12) dibandingkan dengan 115,13 mg/dL (SD=7,41) dengan p<0,01 maka ditemukan perbedaan yang sangat signifikan.
DISKUSI
Glukosa dihasilkan dari
makanan / minuman yang
mengandung karbohidrat yang terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Karbohidrat akan dikonversikan menjadi glukosa di dalam hati dan berguna untuk pembentukan energi dalam tubuh. Glukosa tersebut akan diserap oleh usus halus kemudian dibawa oleh aliran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa glikogen yang disimpan dalam otot dan hati. Glukosa juga disimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose)(5)(6).
Beras putih adalah beras berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit
aleuron. Pada tahap pemrosesan
beras putih, bagian terluar yaitu sekam dan kulit ari yaitu aleuron
dibuang sehingga beras putih hanya memiliki sedikit aleuron. Karena kulit ari dari beras putih telah hilang selama proses penggilingan akan menyebabkan kandungan gizi pada beras putih banyak yang hilang(7).
Sementara itu Beras merah adalah salah satu jenis beras yang tidak digiling dan termasuk padi-padian alamiah. Pada tahap pemrosesan beras merah, hanya bagian terluar yaitu sekam yang dibuang sehingga beras merah masih mengandung kulit ari yaitu aleuron. Beras merah mampu menurunkan risiko untuk terkena DM2. Hal ini disebabkan karena kandungan magnesium dalam aleuron beras merah mampu meningkatkan metabolisme glukosa dalam darah dengan meningkatkan sekresi dari hormon insulin.
Magnesium mampu bertindak
sebagai kofaktor untuk
(18)
membantu proses sekresi insulin
(2). Selain itu kandungan serat yang
tinggi pada beras merah juga mampu memperlambat absorbsi
gula ke dalam darah dan
meningkatkan sensitivitas dari hormon insulin(2). Serat juga di
dalam usus akan menghambat aktivitas dari enzim alfa amilase yang berfungsi untuk mencerna pati sehingga kadar gula yang diabsorbsi jumlahnya lebih sedikit. Kandungan
Gamma Amino Butiric Acid (GABA) yang lebih tinggi di dalam beras merah dibandingkan dengan beras putih mampu menstimulasi sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin berlebih(8). Penelitian juga
menunjukkan bahwa kadar indeks glikemik dari beras merah lebih rendah dari beras putih. Hal inilah yang menyebabkan beras merah tidak meningkatkan kadar glukosa darah setinggi beras putih(2).
SIMPULAN
Kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi nasi putih.
SARAN
Penelitian lebih lanjut dilakukan pada orang– orang yang mengidap penyakit diabetes melitus dengan pengawasan yang ketat. Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan merek nasi putih yang berbeda. Penelitian lebih lanjut digunakan darah vena sebagai bahan penelitian. Mensosialisasikan penggunaan dan mafaat nasi merah
kepada masyarakat sebagai
makanan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. (2012). Retrieved
January 8, 2013, from
http://www.depkes.go.id/inde x.php/berita/press-release/414- tahun-2030-prevalensi-diabetes- melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html
2. National Center for Biotechnology Information (NCBI). (2011, January 20). Retrieved January
8, 2013, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc /articles /PMC3024208/. 3. BMJ Journal. (2012, March 15).
Retrieved January 8, 2013, from http://www.bmj.com/content/
344/bmj.e1454.Today I Found
Out. (2011). Retrieved Jan 15,
2013, from
http://www.todayifoundout.co m/index.php/2011/07/why- carbonated-beverages-are-called-soft-drinks/.
4. Aryana, I. G. (2012).
KANDUNGAN DAN HASIL ANTOSIANIN GALUR PADI BERAS MERAH.
5. Bender, D. A., & Mayes, P. A.
(2009). Karbohidrat yang
Penting Secara Fisiologis. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V.
W. Rodwell, Biokimia Harper
(Vol. 27, p. 119). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Hutagalung, D. (2004).
Karbohidrat.
7. The World's Healthiest Food.
(2013). Retrieved 2013, from www.whfoods.com:
http://www.whfoods.com/genp age.php?tname=foodspice&dbi d=128
8. Ito, Y., Mizukuchi, A., & Kise,
M. (2010). Postprandial Blood Glucose and Insulin Responses to Pre-germinated Brown Rice in Healthy Subjects.
(19)
34
DAFTAR PUSTAKA
Aryana, I. G. (2012). KANDUNGAN DAN HASIL ANTOSIANIN GALUR PADI BERAS MERAH.
Bender, D. A., & Mayes, P. A. (2009). Glukoneogenesis dan Kontrol Glukosa Darah. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia
Harper (Vol. 27, pp. 179-181). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bender, D. A., & Mayes, P. A. (2009). Karbohidrat yang Penting Secara Fisiologis. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia
Harper (Vol. 27, p. 119). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bender, D. A., & Mayes, P. A. (2009). Tinjauan Umum Metabolisme &
Penyediaan Bahan Bakar Metabolik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
BMJ Journal. (2012, March 15). Retrieved January 8, 2013, from
http://www.bmj.com/content/344/bmj.e1454.
British Medical Journal. (2012). Retrieved 2013, from www.bmj.com:
http://www.bmj.com/content/344/bmj.e1454
Department of Nutrition, Harvard School of Public Health; hanning Laboratory,
Department of Medicine, Brigham and Women’s Hospital and Harvard
Medical School. (2012). White rice consumption and risk of type 2 diabetes: meta-analysis and systematic review. British Medical Journal . Depkes RI. (2012). Retrieved January 8, 2013, from
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html. Eroschenko, V. P. (2008). diFiore's Atlas of Histology with Functional
Correlations. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Faiz, O., & Moffat, D. (2002). The Pancreas and Spleen. In Anatomy at a Glance (pp. 52-4). United Kingdom.
Food and Agriculture Organization of The United Nations. (2013). Retrieved June
17, 2013, from
http://faostat.fao.org:http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx Hutagalung, D. (2004). Karbohidrat.
Ito, Y., Mizukuchi, A., & Kise, M. (2010). Postprandial Blood Glucose and Insulin Responses to Pre-germinated Brown Rice in Healthy Subjects.
(20)
35
MedicineNet. (2012). Retrieved 7 24, 2013, from
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=32858. Murray, R. K., Granner, D. K., & Mayes, P. A. (2008). Harpes's Illustrated
Biochemistry (26th ed.). Toronto: McGraw-Hill Companies,inc.
National Center for Biotechnology Information (NCBI). (2011, January 20).
Retrieved January 8, 2013, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc /articles /PMC3024208/.
Small Crab. (2013). Retrieved 2013, from www.smallcrab.com: http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:gZp3jkTxl9QJ:w
ww.smallcrab.com/diabetes/642-mengenal-indeks-glikemik-pada-beras+kadar+amilosa+beras+merah&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://w ww.fatsecret.co.id/kalori-gizi/umum/nasi-merah?portionid=53193&p
Smart Detox Synergy. (2013). Retrieved Agustus 2013, from www.smartdetoxsynergy.com:
http://www.smartdetoxsynergy.com/tag/manfaat-mengkonsumsi-beras-merah/
Tanaman Obat Indonesia. (2005, March 30). Retrieved June 15, 2013, from
www.iptek.net.id:
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=123
The World's Healthiest Food. (2013). Retrieved 2013, from www.whfoods.com:
http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=foodspice&dbid=128 Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009). Principle of Anatomy and Physiologi (12
(1)
Perbandingan Pengaruh
Nasi Putih
Dengan Nasi Merah
Terhadap Kadar Glukosa Darah
Christian Yonathan
1, Adrian Suhendra
21. Fakultas Kedokteran , Universitas Kristen Maranatha, Bandung
2. Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran,Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jl. Prof. Drg, Suria Sumantri MPH no 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAKLatar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang menjadi perhatian dunia karena merupakan silent killer bagi pengidapnya. Nasi putih banyak dikonsumsi oleh masyarakat terutama di Indonesia. Kandungan glukosa yang ada dalam nasi putih lebih tinggi dibandingkan dengan nasi merah sehingga dapat menimbulkan kenaikan glukosa darah dan menjadi faktor risiko penyakit yang berhubungan dengan kadar glukosa darah yang tinggi. Nasi merah dapat digunakan sebagai kebutuhan pangan karbohidrat alternatif yang lebih sedikit meningkatkan kadar glukosa darah.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi nasi putih.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental quasi. Subjek penelitian sebanyak 30 orang dewasa muda. Masing-masing diukur kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam post prandial. Pada penelitian digunakan darah kapiler. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0,05.
Hasil Rerata kadar glukosa darah 2 jam post prandial pada orang setelah mengonsumsi nasi merah adalah 101,77 mg/dL berbeda sangat signifikan dengan setelah mengonsumsi nasi putih sebesar 115,13 mg/dL dengan p < 0,01.
Simpulan Kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi nasi putih.
Kata kunci : nasi putih, nasi merah, kadar glukosa darah
ABSTRACT
Backgrounds Diabetes mellitus (DM) is a worldwide-known disease that has come into the spotlight as it is a silent killer to patients. In nowadays white rice is highly consumed by the community especially in Indonesia. The amount of glucose contained in white rice higer than bworn rice that can causes an increase in the blood glucose rate and becomes a factor related to high blood glucose rate disease. Brown rice would be an alternative which only increase slightly
blood glucose rate.
Objective To investigate whether the blood glucose rate of those who consume brownrice is lower compared to those who consume white rice.
Methods A quasi experimental design was carried out with a total of 30 young adult participants. The blood glucose rate of each participant was measured during fasting and 2 hours postprandial using a capillary blood. Statistical Analysis using Paired “t” test with α = 5%.
Results The average result of the blood glucose rate 2 hours postprandial for participants that consumed brown rice is 101.77 mg/dL. This showed a significant difference compared to the blood glucose rate 2 hours postprandial of the participants that consumed white rice with their result being 115.13 mg/dL with p<0.01.
Conclusion The blood glucose rate during consumption of brown rice is lower when compared with consumption of white rice.
(2)
Keywords: white rice,brown rice, blood glucose rate
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM)
adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan gaya hidup.
Secara umum, hampir 80 %
prevalensi DM adalah diabetes melitus tipe 2 (DM2). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan dunia. Jumlah penderita penyakit ini terus meningkat drastis termasuk di Indonesia. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki peringkat ke-2 yaitu 14,7%, dan di daerah pedesaan menduduki peringkat ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2012)(1). Salah satu
upaya pencegahan yang bisa
dilakukan adalah pengaturan pola
makan yang baik. Berbagai
penelitian telah menunjukkan,
mengganti jenis makanan yang
dikonsumsi efektif untuk
mengontrol kadar glukosa darah,
salah satunya adalah dengan
mengganti nasi putih dengan nasi merah(2).
Beras (Oryza sativa L.) berasal dari tanaman padi yang telah
dibudidayakan sekitar 8000-9000 tahun yang lalu oleh bangsa Cina sebagai bahan makanan pokok. Sampai saat ini beras terutama beras putih, masih menjadi bahan utama kebutuhan pokok di banyak negara berkembang termasuk di Indonesia. Orang Indonesia adalah pemakan nasi. Tingginya tingkat konsumsi nasi putih dapat menyebabkan orang beresiko terkena DM2(3).
Beras merah adalah salah satu jenis beras yang tidak digiling dan termasuk padi-padian alamiah yang mengandung antosianin yang merupakan sumber warna merah(4).
Kadar glicemic index (IG) yang
rendah dan kandungan
nutrisi,serat,vitamin dan mineral yang tinggi pada beras merah dapat
mencegah peningkatan glukosa
darah secara berlebihan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti perbandingan nasi merah dan nasi putih terhadap kenaikan glukosa darah pada orang normal.
TUJUAN PENELITIAN
Ingin mengetahui apakah kadar glukosa darah orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi nasi putih
ALAT, BAHAN, DAN CARA
Penelitian ini bersifat
experimental quasi. Analisis data
memakai uji “t” berpasangan
dengan α=5%. Alat dan bahan yang digunakan berupa nasi putih dan nasi merah, darah kapiler jari tangan III atau IV, glukometer On Call Plus,
(3)
menampung darah kapiler, lanset dengan lancing device, kapas alkohol 70%, timbangan. Subjek penelitian dicek kadar glukosa darah puasa, kemudian diminta untuk memakan nasi putih, setelah 2 jam, dicek kembali kadar glukosa darahnya. Selang 1 minggu yang merupakan wash out period, pasien kembali
dicek kadar glukosa darah
puasanya, kemudian diminta untuk memakan nasi merah, setelah 2 jam,
dicek kembali kadar glukosa
darahnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Perbandingan Rerata Kadar
Glukosa Darah 2 jam
Post Prandial Setelah
Mengonsumsi Nasi Putih dan Nasi Merah
Nasi Rerata
GD 2jPP (mg/d L) Rentan g (mg/d L)
SD Uji
“t”
p
Puti h
115,13
102-131 7,4 1 < 0,0 1 Mera h
101,77 90-120 8,1
2
Tabel 1 : Rerata kadar glukosa darah
2 jam post prandial orang yang
mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan rerata kadar glukosa darah orang yang mengonsumsi nasi putih, yaitu sebesar 101,77 mg/dL (SD=8,12) dibandingkan dengan 115,13 mg/dL (SD=7,41) dengan p<0,01 maka ditemukan perbedaan yang sangat signifikan.
DISKUSI
Glukosa dihasilkan dari
makanan / minuman yang
mengandung karbohidrat yang
terdiri dari monosakarida,
disakarida, dan polisakarida.
Karbohidrat akan dikonversikan menjadi glukosa di dalam hati dan berguna untuk pembentukan energi dalam tubuh. Glukosa tersebut akan diserap oleh usus halus kemudian dibawa oleh aliran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa glikogen yang disimpan dalam otot dan hati. Glukosa juga disimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose)(5)(6).
Beras putih adalah beras berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit
aleuron. Pada tahap pemrosesan beras putih, bagian terluar yaitu sekam dan kulit ari yaitu aleuron
dibuang sehingga beras putih hanya
memiliki sedikit aleuron. Karena
kulit ari dari beras putih telah hilang selama proses penggilingan akan menyebabkan kandungan gizi pada beras putih banyak yang hilang(7).
Sementara itu Beras merah adalah salah satu jenis beras yang tidak digiling dan termasuk padi-padian alamiah. Pada tahap pemrosesan beras merah, hanya bagian terluar yaitu sekam yang dibuang sehingga beras merah masih mengandung kulit ari yaitu aleuron. Beras merah mampu menurunkan risiko untuk terkena DM2. Hal ini disebabkan
karena kandungan magnesium
dalam aleuron beras merah mampu
meningkatkan metabolisme glukosa dalam darah dengan meningkatkan
sekresi dari hormon insulin.
Magnesium mampu bertindak
sebagai kofaktor untuk
(4)
membantu proses sekresi insulin
(2)
.
Selain itu kandungan serat yangtinggi pada beras merah juga mampu memperlambat absorbsi
gula ke dalam darah dan
meningkatkan sensitivitas dari
hormon insulin(2)
.
Serat juga didalam usus akan menghambat aktivitas dari enzim alfa amilase yang berfungsi untuk mencerna pati sehingga kadar gula yang diabsorbsi jumlahnya lebih sedikit. Kandungan
Gamma Amino Butiric Acid (GABA) yang lebih tinggi di dalam beras merah dibandingkan dengan beras putih mampu menstimulasi sel beta
pankreas untuk menghasilkan
insulin berlebih(8)
.
Penelitian jugamenunjukkan bahwa kadar indeks glikemik dari beras merah lebih rendah dari beras putih. Hal inilah yang menyebabkan beras merah tidak meningkatkan kadar glukosa darah setinggi beras putih(2)
.
SIMPULAN
Kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi nasi merah lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi nasi putih.
SARAN
Penelitian lebih lanjut
dilakukan pada orang– orang yang mengidap penyakit diabetes melitus dengan pengawasan yang ketat. Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan merek nasi putih yang berbeda. Penelitian lebih lanjut digunakan darah vena sebagai bahan penelitian. Mensosialisasikan penggunaan dan mafaat nasi merah
kepada masyarakat sebagai
makanan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. (2012). Retrieved
January 8, 2013, from
http://www.depkes.go.id/inde x.php/berita/press-release/414- tahun-2030-prevalensi-diabetes- melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html
2. National Center for Biotechnology Information (NCBI). (2011, January 20). Retrieved January
8, 2013, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc /articles /PMC3024208/. 3. BMJ Journal. (2012, March 15).
Retrieved January 8, 2013, from http://www.bmj.com/content/
344/bmj.e1454.Today I Found
Out. (2011). Retrieved Jan 15,
2013, from
http://www.todayifoundout.co m/index.php/2011/07/why- carbonated-beverages-are-called-soft-drinks/.
4. Aryana, I. G. (2012).
KANDUNGAN DAN HASIL ANTOSIANIN GALUR PADI BERAS MERAH.
5. Bender, D. A., & Mayes, P. A.
(2009). Karbohidrat yang
Penting Secara Fisiologis. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V.
W. Rodwell, Biokimia Harper
(Vol. 27, p. 119). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Hutagalung, D. (2004).
Karbohidrat.
7. The World's Healthiest Food.
(2013). Retrieved 2013, from www.whfoods.com:
http://www.whfoods.com/genp age.php?tname=foodspice&dbi d=128
8. Ito, Y., Mizukuchi, A., & Kise, M. (2010). Postprandial Blood Glucose and Insulin Responses to Pre-germinated Brown Rice in Healthy Subjects.
(5)
34
DAFTAR PUSTAKA
Aryana, I. G. (2012). KANDUNGAN DAN HASIL ANTOSIANIN GALUR
PADI BERAS MERAH.
Bender, D. A., & Mayes, P. A. (2009). Glukoneogenesis dan Kontrol Glukosa
Darah. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia
Harper (Vol. 27, pp. 179-181). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bender, D. A., & Mayes, P. A. (2009). Karbohidrat yang Penting Secara
Fisiologis. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia
Harper (Vol. 27, p. 119). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bender, D. A., & Mayes, P. A. (2009). Tinjauan Umum Metabolisme &
Penyediaan Bahan Bakar Metabolik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
BMJ Journal. (2012, March 15). Retrieved January 8, 2013, from
http://www.bmj.com/content/344/bmj.e1454.
British Medical Journal. (2012). Retrieved 2013, from www.bmj.com:
http://www.bmj.com/content/344/bmj.e1454
Department of Nutrition, Harvard School of Public Health; hanning Laboratory,
Department of Medicine, Brigham and Women’s Hospital and Harvard
Medical School. (2012). White rice consumption and risk of type 2
diabetes: meta-analysis and systematic review. British Medical Journal .
Depkes
RI.
(2012).
Retrieved
January
8,
2013,
from
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html.
Eroschenko, V. P. (2008). diFiore's Atlas of Histology with Functional
Correlations. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Faiz, O., & Moffat, D. (2002). The Pancreas and Spleen. In Anatomy at a Glance
(pp. 52-4). United Kingdom.
Food and Agriculture Organization of The United Nations. (2013). Retrieved June
17,
2013,
from
http://faostat.fao.org:http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx
Hutagalung, D. (2004). Karbohidrat.
Ito, Y., Mizukuchi, A., & Kise, M. (2010). Postprandial Blood Glucose and
Insulin Responses to Pre-germinated Brown Rice in Healthy Subjects.
(6)
35