Pelestarian Lembu Putih Melalui Teknologi Pembuatan Instalasi Biourine di Desa Taro Gianyar.

PELESTARIAN LEMBU PUTIH MELALUI TEKNOLOGI PEMBUATAN INSTALASI
BIOURIN DI DESA TARO GIANYAR
Ketut Kartha Dinata1 dan I Nyoman Ardika2
1
Fakultas Pertanian Universitas Udayana, 2 Fakulas Peternakan Universitas Udayana

RINGKASAN
Kegiatan IbW di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang bertujuan untuk : (1) Pelestarian
lembu putih melalui teknologi pembuatan instalasi biourine, 2) pengolahan air kencing sapi putih
menjadi biourine dan (3) Integrasi pertanian dengan pertenakan sapi Bali melalui teknologi
pakan dan pengolahan limbah sapi menjadi pupuk organik dan biourine pada kelompok Simantri.
Kegiatan yang dilakukan meliputi : (1) penyuluhan dan pendampingan pelestarian lembu
putih melalui pembuatan instalasi biourine (2) pengolahan air kencing lembu putih menjadi
biourine;
(3) Integrasi pertanian dengan pertenakan sapi Bali melalui teknologi pakan dan
pengolahan limbah menjadi pupuk organik dan biourine. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa :
(1) kegiatan telah berjalan yang tercermin pada dicapainya target yang telah ditetapkan; (2)
Masyarakat Desa Taro memberikan respon yang positif terhadap pelaksanaan Program Iptek
bagi Wilayah ditunjukkan oleh antusiasme kelompok/masyarakat untuk berperan aktif dalam
kegiatan pemberdayaan sehingga program berjalan efektif dan produktif; dan (3) Telah terjalin
sinergisme yang baik antara komponen yang menjadi peserta Iptek bagi Wilayah antara

Pemerintah Kabupaten, penyuluh lapangan (SKPD), perguruan tinggi Universitas Udayana dan
UNDWI Denpasar, aparat desa dan masyarakat sesuai dengan kompetensi masing-masing pihak
dalam merealisasikan program.
Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan 1). Kegiatan kesehatan ternak dilakukan melalui
pemberian vaksinasi penyakit mulut dan kuku, pengobatan cacing dan skabies. 2). Pengolahan
urine menjadi pupuk cair dan buiopestisida, dan pakan telah mampu menghasilkan produk
sesuai standar SNI. 3). Pembuatan kandang koloni dengan kapasitas 8 ekor telah berhasil
diwujudkan

PENDAHULUAN

Kondisi Eksisting Wilayah
Desa Taro terletak di bagian utara Kabupaten Gianyar berada pada ketinggian antara 225
– 650 meter dari permukaan laut dengan luas wilayah 6,88 km2 dan 1.554,37 hektar terletak
membujur dari arah utara ke selatan yang diapit pada sisi sebelah barat dan timur oleh Sungai
Os/Wos Ulu. Suhu udara rata-rata berkisar antara 20,5oC – 29,7oC dengan kelembaban udara

antara 50 persen sampai 75 persen, pada musim hujan kelembaban dapat mencapai 89 persen
menjadikan Desa Taro cukup sejuk. Rataan curah hujan masing-masing sebesar 2.700 mm/ th.


Landscape alam yang eksotik didukung oleh udara sejuk dan suasana pedesaan tradicional Bali
yang masih alami menjadikan kawasan ini sangat diminati oleh wisatawan.
Desa Taro mempunyai jumlah penduduk sebanyak 9.743 jiwa dan Tegallalang sebanyak
4.629 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.889 KK. Persoalan kependudukan yang
menonjol dikedua desa ini adalah masih bangyaknya penduduk yang tergolong ke dalam Rumah
Tangga Miskin (RTM) yang untuk kecamatan Tegallalang mencapai 1.289 (17.17%), dan tingkat
pendidikan masyarakat yang 55% tidak tamat sekolah dasar (Monografi Desa taro, 2014).
Program untuk meningkatkan pendidikan dan sumber pendapatan ekonomi rumah tangga sangat
diperlukan. Gerakan pendampingan keluarga yang dilakukan oleh mahasiswa KKN dalam
periode tertentu secara berkesinambungan dalam mencapai kebutuhan dasar masyarakat yang
berasal dari RTM akan dapat menekan angka kemiskinan tersebut.
Penggunaan lahan yang dominan di wilayah

Desa Taro berupa ladang/tegalan yang

mencapai 75,60 % (1.167,55 ha), pertanian sawah 14,67 %, penggunaan lain sebear 7,02 %.
Berdasarkan mata pencaharian, sebagian besar penduduk Desa Tegallalang dan Taro hidup dari
berkebun yaitu sebanyak 1.100 orang (30.07 %), kemudian disusul pada sektor pertanian sawah
sebanyak 890 orang (24.33 %). Pada sektor industri kecil dan kerajinan sebanyak 707 orang
(19.33 %), sektor peternakan sebanyak 700 orang (19.14 %), pada sektor jasa dan perdagangan

sebanyak 220 orang (6.01 %) dan terendah di sektor pertambangan yaitu 41 orang (1.12 %).
Angka tersebut mengindikasikan bahwa sektor pertanian merupakan bidang startegis sehingga
perlu medapatkan prioritas. Usaha tani merupakan bidang usaha di hulu, diharapkan dengan
berkembangnya sistem pertanian yang berwawasan agribisnis dan agrowisata dapat menstimulasi
bidang jasa dan usaha lainnya di hilir.
Di Desa Taro terdapat daya tarik wisata yaitu sapi Bali putih (albino) yang hidup sangat
dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Sapi putih tersebut hidup secara liar di hutan adat
bernama “alas Puakan”. Potensi wisata wilayah ini telah digarap oleh sebuah usaha wisata Bali
Adventure Tours. Paket wisata yang disediakan adalah petualangan menikmati alam pedesaan

dan kehidupan sapi putih dengan mengendarai gajah. Paket wisata tersebut ternyata sangat
diminati oleh wisatawan sehingga berkembang dengan pesat dan jumlah wisatawan yang datang
ke desa Taro kian bertambah. Namun demikian, perkembangan usaha jasa wisata adventure
tersebut tidak membawa kemajuan yang berarti bagi kehidupan masyarakat Desa Taro. Ironisnya
sapi Bali putih yang menjadi ikon daya tarik desa Taro kondisinya kian memprihatinkan dan

populasinya menurun drastis dari 200 ekor pada tahun 2000 dan sekarang tinggal 50 ekor. Hal ini
terjadi karena pemberian pakan yang tidak mencukupi, redahnya perhatian terhadap kesehatan
ternak, dan sistem pengelolaan yang kurang memadai.
Bertitik tolak dari hal tersebut maka dicoba untuk melakukan pelestarian lembu putih

tersebut melalui teknologi pembuatan instalasi biourine agar supaya populasi lembu putih dapat
dipertahankan.

Permasalahan Prioritas
Menurunnya populasi sapi putih akibat :
1. Keterbatasan pakan dan potensi perebutan makanan dalam populasi
2. Buruknya kondisi kesehatan sapi putih
3. Masih belum optimalnya pengolahan limbah untuk menjadi produk bernilai ekonomis
untuk menunjang biaya pemeliharaan sapi putih
Solusi yang ditawarkan sebagai berikut:
a. Alih teknologi pengolahan pakan dari limbah pertanian
b. Pembuatan kebun pakan ternak berupa penanaman berbagai jenis rumput (kancang
pinto, milograss, dan rumput gajah)
c. Alih teknologi pembuatan pengolahan limbah urin lembu putih menjadi biourin

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam pemecahan masalah diatas yaitu melalui pendekatan:
1. Pengembangan kebun hijauan makanan ternak
2. Pengolahan pakan dari limbah pertanaian melalui teknologi fermentasi

3. Penangulangan penyakit ternak (vaksinasi, pengobatan, sanitasi)
4. Pembuatan instalasi pengolahan limbah lembu putih menjadi pupuk cair.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari kegiatan Ipteks bagi Wilayah di Desa Taro adalah sebagai
dibawah ini.

1.

Kegiatan kesehatan ternak dilakukan melalui pemberian vaksinasi penyakit mulut dan
kuku, pengobatan cacing dan skabies.

2. Pembuatan kandang koloni dengan kapasitas 8 ekor telah berhasil diwujudkan
3. Pendampingan pembuatan pakan terfermentasi telah berhasil dilakukan dengan
komposisi bahan seperti terlihat pada table 1 dibawah ini.
4. Pendampingan pembuatan pupuk cair melalui teknologi fermentasi urin menjadi pupuk
biourin menghasilkan kandungan hara sesuai dengan standar SNI. Hasil analisi
laboratorium tertera pada table 2 dibawah ini.
Tabel 1. Komposisi bahan pakan terfermentasi sebagai pakan alternative lembu putih
No


Bahan Alternatif

Persentase

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jerami padi
Serbuk gergaji
Isi rumen (setelah cairannya diambil)
Batang pisang
Dedak Padi

Molases
Urea
Garam dapur
Kapur
Mineral
Total
Starter/fermentor
Biodinamik (liter)
Molases (liter)
Air (liter)
Total Larutan Bali-bio

50
5
5
10
20
4
3
1

1
1
100
5
1
74
80

1
2
3

Tabel 2. Komposisi pupuk cair dari urin lembu putih
No
1
2
3
4
5


Komponen Hara
pH
C-organik (%)
N Total (%)
P tersedia (ppm)
K tersedia (ppm)

Keterangan:
19-7030-2004

1)

Kandungan Hara
7,3
25,57
0,49
332,38
64,15

Standar SNI2

6,80 – 7,49
9,8 – 32%
min. 0,4%
min. 0,1%
min. 0,2%

Keterangan
Alkalis
Cukup
Baik
Kurang
Kurang

Hasil analisis Lab. Tanah Fakultas Pertanian UNUD, 2)Standar Kualitas Kompos SNI

KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan Ipteks bagi Wilayah di Desa Taro dapat disimpulkan sebagai dibawah
ini:
1.


Kegiatan kesehatan ternak dilakukan melalui pemberian vaksinasi penyakit mulut dan kuku,
pengobatan cacing dan skabies.

2.

Pengolahan urine menjadi pupuk cair dan buiopestisida, dan pakan telah mampu
menghasilkan produk sesuai standar SNI.

3.

Pembuatan kandang koloni dengan kapasitas 8 ekor telah berhasil diwujudkan

4.
DAFTAR PUSTAKA
Anon.2012. Peraturan Bupati Gianyar Nomor 27 Tahun 2012. Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) Kabupaten Gianyar tahun 2013. Badan Perencanaan Pembangunan
Pemerintah kabupaten Gianyar.
Anon. 2011. Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tabanan
Tahun 2011 – 2016. Badan Perencanaan Pembangunan Pemerintah Kabupaten Gianyar.
Baiquni, M. 1999. Participatory Rural Appraisal, Metode dan Teknik Partisipasi dalam
Pengembangan Perdesaan. Jogjakarta : UGM Press.
Chambers, Robert. 1987 Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. (Pepep Sudradjat,
penerjemah). Jakarta : LP3ES.
Daldjoeni, N. dan A. Soeyitno. 1978. Pedesaan, Lingkungan, dan Pembangunan. Bandung :
Alumni.
David, F. R. 2002. Manajemen Strategis: Konsep. (Terjemahan oleh Sindoro A.). Jakarta: PT.
Ikrar Mandiri.