PERBEDAAN KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR YANG SUDAH MELAKSANAKAN UKGS DAN BELUM Perbedaan Keparahan Karies Gigi Pada Anak di Sekolah Dasar yang Sudah Melaksanakan UKGS dan Belum Melaksanakan UKGS di Kecamatan Kradenan Tahun 2016 (Observ

(1)

1

PERBEDAAN KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR YANG SUDAH MELAKSANAKAN UKGS DAN BELUM

MELAKSANAKAN UKGS DI KECAMATAN KRADENAN TAHUN 2016

( Observasi Pada Anak Sekolah Usia 11-12 tahun )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi strata I jurusan Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Oleh:

ANITA DIAN PRATIWI J520120018

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA


(2)

ii

1HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR YANG SUDAH MELAKSANAKAN UKGS DAN BELUM MELAKSANAKAN UKGS DI KECAMATAN KRADENAN

TAHUN 2016

( Observasi Pada Anak Sekolah usia 11-12 tahun )

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ANITA DIAN PRATIWI J520120018

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

drg. Lasmi Dewi N, Sp.KGA drg. Ariyani Faizah, MDSc


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR YANG SUDAH MELAKSANAKAN UKGS DAN BELUM

MELAKSANAKAN UKGS DI KECAMATAN KRADENAN TAHUN 2016

( Observasi Pada Anak Sekolah usia 11-12 tahun )

Oleh:

ANITA DIAN PRATIWI J520120018

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan dewan penguji skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada 13 Oktober 2016

dan dinyatakan memenuhi syarat.

Dewan Penguji

1. Dwi Kurniawati, S.KG, MPH (………)

(Ketua Dewan Penguji)

2. drg. Lasmi Dewi N, Sp.KGA (……….)

(Anggota 1 Dewan Penguji)

3. drg. Ariyani Faizah, MDSc (……….…....) (Anggota 2 Dewan Penguji)

Dekan

Drg. Soetomo Nawawi, Sp.Perio(K).DPH.Dent NIK. 400.1295


(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada kesalahan dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 13 Oktober 2016

Penulis

ANITA DIAN PRATIWI J520120018


(5)

1

PERBEDAAN KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR YANG SUDAH MELAKSANAKAN UKGS DAN BELUM MELAKSANAKAN UKGS DI

KECAMATAN KRADENAN TAHUN 2016

( Observasi Pada Anak Sekolah usia 11-12 tahun )

INTISARI

Latar belakang: penyakit gigi dan mulut dialami oleh 89% anak Indonesia yang berusia di bawah 12 tahun. Hal tersebut berpengaruh terhadap derajat kesehatan, proses tumbuh kembang, serta proses belajar. Karies merupakan penyakit yang sering dialami oleh anak-anak usia sekolah dasar karena pola kebiasaan dan pengetahuan yang kurang. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan salah satu usaha yang berperan dalam upaya pencegahan penyekit gigi dan mulut. UKGS memberikan pelayanan dalam bentuk peningkatan atau promotif, pencegahan atau preventif, pengobatan atau kuratif, dan pemulihan atau rehabilitatif. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keparahan karies antara anak di Sekolah Dasar yang sudah melaksanakan UKGS dan Sekolah Dasar yang belum melaksanakan UKGS. Metode: penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 87 anak pada kelompok SD yang belum melaksanakan UKGS dan 83 anak pada kelompok SD yang sudah melaksanakan UKGS dengan usia 11-12 tahun. Sampel diambil di sekolah dasar di Kecamatan Kradenan menggunakan teknik stratified random sampling. Keparahan karies diukur menggunakan Caries Severity Index (CSI). Data yang didapat pada tiap-tiap kelompok kemudian dianalisis menggunakan uji Independent t-test. Data tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji alternatif Mann-Whitney. Hasil: penelitian ini menunjukkan anak di SD yang melaksanakan UKGS memiliki skor CSI 3,6834 dengan kategori ringan, sedangkan anak di SD yang belum melaksanakan UKGS memiliki skor CSI 7,1255 dengan kategori sedang. Hasil uji Mann-Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05).

Kesimpulan: dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada skor CSI antara anak di SD yang sudah melakanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS. Anak di SD yang sudah melaksanakan UKGS memiliki tingkat keparahan karies yang lebih rendah dibanding anak di SD yang belum melaksanakan UKGS di Kecamatan Kradenan.

Kata kunci: Keparahan Karies, UKGS, Caries Severity Index (CSI)

ABSTRACT

Baground: oral disease happened on 89% Indonesian children under 12 years old. That situation influenced their health status, growth and development also learning. Caries was disease often experienced by elementary students because of their habbit and lack of knowledge. School Dental Health Service (UKGS) was one of attempt which play roles to prevent oral diseases. UKGS provided services in the form of enhancement or promotion, prevention or preventive, treatment or curative and recovery or rehabilitative. Purpose: this study aimed was to know the difference of caries severity among student in elementary school who implementing UKGS and elementary schools who have not implementing UKGS. Method: this research was analytic observational study using cross sectional. Samples was 87 student who their school have not implementing UKGS and 83 student who their school implementing UKGS by the age 11-12 years old. Samples was taken in elementary school at Kradenan district using stratified random sampling. Caries severity was measured using caries severity index (CSI). Data of the research was analyzed using independent t-test. Data are not normally distributed, then followed by Mann-Whitney test alternative. Result: results showed that student of elementary school who implementing UKGS, the CSI score was 3,684 which included mild category, while student of elementary school who have not implementing UKGS the CSI score was 7,1255 which included moderate category. Mann-Whitney test results used confidence level 95% p value = 0.000 (p <0.05). Conclusion: which means there were significant differences scores among student of elementary school who implementing UKGS and student who


(6)

2

have not implementing UKGS. Student of elementary school who implementing UKGS has lower caries severity than student of elementary school who have not implementing UKGS in Kradenan district.

Keyword: Caries Severity, UKGS, Caries Severity Index (CSI)

1. PENDAHULUAN

Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan nasional. Upaya pada bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian, demi menunjang kesehatan yang optimal. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal, salah satunya perlu dilakukan pada anak usia sekolah dasar. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak anak usia dini (Riyanti, dkk., 2005).

Pelaksanaan pembangunan kesehatan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal. Adapun untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal maka upaya di bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Rismawati, 2012). Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat serta penanganan kesehatan gigi dan mulut termasuk pencegahan dan perawatan. Namun kondisi kesehatan gigi dan mulut secara keseluruhan sudah diabaikan oleh sebagian besar orang. Perawatan gigi dan mulut dianggap tidak begitu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).

Karies merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak. Karies adalah penyakit infeksi yang disebabkan demineralisasi jaringan keras gigi yang mengenai email, dentin dan sementum (Worotitjan, dkk., 2013). Karies disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang diragikan. Sehingga terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya yang dapat menyebabkan rasa nyeri apabila terus dibiarkan (Kidd dan Bechal, 2012).

Zatnika (2009) menyatakan bahwa sebanyak 89% anak Indonesia dengan usia di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Hal tersebut akan


(7)

3

berpengaruh terhadap derajat kesehatan, proses tumbuh kembang, bahkan kemampuan belajar akan turun sehingga mempengaruhi pencapaian prestasi belajar yang dapat berdampak akan hilangnya masa depan anak. Anak-anak usia sekolah umumnya memiliki resiko karies yang tinggi karena pola kebiasaan dan pengetahuan yang kurang. Anak usia 12 tahun merupakan indikator yang baik untuk pengukuran karies gigi. Untuk itu dibutuhkan upaya pencegahan penyakit melalui sekolah dengan jenjang yang lebih awal. Usia 12 tahun adalah kelompok umur yang penting untuk diperiksa karena umumnya anak-anak meninggalkan bangku Sekolah Dasar pada umur 12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen diperkirakan sudah erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga. Usia 12 tahun ditetapkan sebagai umur pemantauan global (Global Monitoring Age) untuk karies. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya (Pintauli, dkk., 2008).

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan salah satu upaya kesehatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan pencegahan penyakit gigi dan mulut. Program tersebut ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). UKGS memberikan pelayanan dalam bentuk peningkatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah binaan dengan tujuan mendapatkan generasi yang sehat. UKGS diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, yang dibina oleh puskesmas dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Pemerataan jangkauan UKGS, penerapan UKGS disesuaikan dengan paket-paket UKS yaitu, UKGS Tahap I atau Paket minimal UKS, UKGS tahap II atau paket standar UKS, tahap III atau paket optimal UKS (Herijulianti, dkk., 2002).

Anak sekolah dasar yang belum melaksanakan program UKGS memiliki kemungkinan terjadinya penyakit gigi misalnya karies gigi lebih besar dibandingkan dengan sekolah yang sudah melaksanakan program UKGS (Sufiawati, dkk., 2000). Seperti dalam penelitian mengenai perbedaan prevalensi


(8)

4

karies dan tingkat pengetahuan kesehatan gigi pada murid SD yang memiliki UKGS dan tidak memiliki UKGS menunjukkan bahwa prevalensi karies pada SD yang tidak memiliki UKGS lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prevalensi karies dan tingkat pengetahuan murid antara SD yang memiliki UKGS dan SD yang tidak memiliki UKGS (Annisa, 2014).

Sesuai data dari laporan tahunan Kecamatan Kradenan tahun 2014 Kecamatan Kradenan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kecamatan Kradenan memiliki 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Kradenan 1 dan Puskesmas Kradenan 2. Puskesmas wilayah kecamatan kradenan tergolong dalam puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang belum cukup merata. Terutama pelayanan kesehatan mengenai kesehatan gigi dan mulut (Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, 2015).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan keparahan karies gigi pada anak sekolah dasar dengan usia 11-12 tahun yang sudah melaksanakan progam UKGS dan belum melaksanakan program UKGS di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Hipotesis dari penelitian ini yaitu ada perbedaan keparahan karies pada anak sekolah dasar dengan usia 11-12 tahun yang sudah melaksanakan program UKGS dan belum melaksanakan program UKGS di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan crosssectional. Pengukuran variabel diambil dalam waktu yang bersamaan mengenai perbedaan keparahan karies pada anak usia 11-12 tahun di sekolah dasar yang sudah melaksanakan UKGS dan yang belum melaksanakan UKGS di kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 sebanyak 23 Sekolah Dasar. Pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dan didapatkan sampel sebanyak 83 untuk SD yang sudah melaksanakan UKGS dan 87 untuk SD yang belum melaksanakan UKGS. Penelitian dilakukan dengan membedakan indeks keparahan karies pada anak usia 11-12 tahun di sekolah dasar yang sudah melaksanakan UKGS dan yang belum melaksanakan UKGS melaksanakan UKGS dengan menggunakan metode


(9)

5

pengukuran Caries Severity Index (CSI) pada seluruh permukaan gigi dan mengkategorikannya kedalam skor (Koroluk, dkk., 1994).

Rumus CSI:

y ,

C0 = Gigi sehat atau sound (S), C1 = Sonde menyangkut,terdapat stain pada pit dan fisur di enamel, tidak terdapat dinding lunak/ dasar kavitas tidak, C2 = Sonde menyangkut dibawah enamel (dentin), C3 = Karies lebih dalam sampai melibatkan pulpa, secara klinis terlihat fistula, abses/pulpitis hiperplastik, C4 = Mahkota gigi hilang akibat karies, terdapat sisa akar (Koroluk, dkk., 1994). Data kemudian dianalisis menggunakan uji Independent t-test. Data yang didapat tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji alternatif Mann-Whitney.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Total populasi anak sekolah dasar usia 11-12 tahun di wilayah kerja kecamatan Kradenan sebanyak 170 anak yang digunakan menjadi sampel penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor indeks keparahan karies dengan metode pengukuran CSI SD yang sudah melaksanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata skor CSI subjek pada SD yang sudah melaksanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS

Tabel 1 menunjukkan rata-rata skor CSI pada SD yang sudah melaksanakan UKGS lebih rendah dibanding SD yang belum melaksanakan UKGS. Berdasarkan hasil tersebut, rata-rata skor CSI pada SD yang sudah melaksanakan UKGS masuk dalam kategori ringan (3,68), sedangkan pada SD yang belum melaksanakan UKGS

Jenis SD Jumlah Sampel Mean Mean Total

SD yang sudah

melaksanakan UKGS

83 3,68

6,8

SD yang belum

melaksanakan UKGS


(10)

6

rata-rata skor CSI masuk dalam kategori sedang (7,12) dengan selisih skor sebanyak 6,8.

Uji analisis data yang telah dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney pada tabel 2 menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna skor CSI pada kelompok SD yang sudah melaksanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS.

Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney

Jenis SD Sig.

SD yang sudah melaksanakan UKGS

0,000*

SD yang belum melaksanakan UKGS

Derajat keparahan karies gigi pada anak sekolah dasar di SD wilayah kerja kecamatan Kradenan saat dilakukan penelitian masih dalam kategori rendah-sedang tetapi hampir semua anak masih mengalami karies gigi meskipun belum masuk dalam kategori tinggi dan hanya sedikit anak dengan kondisi bebas karies. Hal ini menunjukkan bahwa angka bebas karies masih rendah dan belum sesuai dengan target bebas karies tahun 2020 sebesar 70%. Seperti penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan hasil yang sama bahwa rendahnya angka bebas karies di sekolah dasar mengindikasikan kegiatan UKGS yang dilakukan belum optimal dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut murid sekolah melalui program UKGS (Setiawan, dkk., 2014).

Saat ini pelaksanaan UKGS di wilayah kerja kecamatan kradenan masih dalam tahap II atau paket standar sehingga perlu dilakukan peningkatan tahapan pada setiap sekolah dasar di wilayah kerja kecamatan kradenan dan dilakukan pemerataan program UKGS bagi sekolah yang belum melaksankan program UKGS. Kegiatan UKGS di sekolah dasar wilayah kerja kecamatan kradenan selama ini belum dilakukan secara maksimal. Masih separuh dari jumlah Sekolah Dasar di wilayah kerja Kecamatan Kradenan yang belum terjangkau program UKGS. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu pelaksanaan, terbatasnya tenaga pelaksana kesehatan gigi dan mulut serta hanya adanya 1 dokter gigi di Kecamatan Kradenan, sarana prasarana yang kurang memadai, banyak dan luasnya jumlah sekolah yang


(11)

7

menjadi cakupan kegiatan usaha kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas. UKGS masih belum menjadi prioritas utama oleh puskesmas di kecamatan kradenan dikarenakan pelayanan kesehatan lebih berfokus pada pelayanan kesehatan fisik umum.

Kegiatan UKGS yang dilaksanakan sekolah dasar wilayah kerja kecamatan kradenan hanya penyuluhan, pemeriksaan gigi dan mulut, sikat gigi masal dan rujukan apabila keadaan darurat. Frekuensi pelaksanaan penyuluhan, pemeriksaan gigi dan mulut serta pelaksanaan sikat gigi masal masih belum sesuai dengan standar frekuensi pelaksanaan UKGS menurut target Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 yaitu penyuluhan dilaksanakan satu kali pertriwulan dan kegiatan sikat gigi masal dilakukan setiap hari di setiap sekolah. Tenaga pelaksana kesehatan di puskesmas hanya melakukan kegiatan UKGS yang berupa penyuluhan dan pemeriksaan gigi dan mulut setiap 1 tahun 1 kali yaitu setiap tahuan ajaran baru sekolah dan sikat gigi masal tidak dilakukan setiap hari serta tidak ada ada evaluasi terhadap program yang telah dijalankan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan penanganan serius dari tenaga kesehatan di wilayah kerja kecamatan kradenan terhadap program UKGS yang sudah dijalankan yang diharapkan mampu untuk menekan jumlah anak sekolah yang mengalami penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi sehingga angka karies semakin rendah.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan keparahan karies gigi pada anak usia 11-12 tahun di Sekolah Dasar yang sudah melaksanakan UKGS dan yang belum melaksanakan UKGS di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan pada tahun 2016 serta Indeks keparahan Karies (CSI) pada anak sekolah dasar yang belum melaksanakan UKGS lebih tinggi dibandingkan dengan anak sekolah dasar yang sudah melaksanakan UKGS.

DAFTAR PUSTAKA

Adhani, R. Setiawan, R. Sukmana, B.I. Hadianto, T., 2014, Hubungan Pelaksanaan UKGS Dengan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Dan Sederajat Di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Putih Kota Banjarmasin. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. Banjarmasin.


(12)

8

Annisa, A., 2014, Perbedaan Prevalensi Karies dan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi pada Murid Sekolah Dasar Usia 9-10 Tahun yang Memiliki Program UKGS dengan yang Tidak Memiliki Program UKGS di Kecamatan Kolaka, Skripsi, Makassar: Universitas Hasanuddin.

Dinas Kesehatan Grobogan., 2015, Laporan Tahunan Kesehatan Kabupaten Grobogan.

Kemenkes RI., 2012, Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.Herijulianti, E. Indriani, T.S. Artini, S., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta.

Kidd, E.A.M., Bechal, S.J., 2012, Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal: 2-13.

Koroluk, L., Jay, N.H., Komiyama, K., 1994, The Sensitivity and Specificity of Colorimetric Microbiological Caries Activity Test (Cariostat) in Preschool Children. Pediatric Dentistry. 16(4): 276-281.

Pintauli S., Hamada, T., 2008, Menuju gigi dan mulut sehat. USU Press. Medan. Hal 10-15.

Pratiwi, N., 2007, Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Kinerja Program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) Kota Binjai Tahun 2006: Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Rismawati, L., 2012, Analisis Manajemen Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Di UPTD Puskesmas Bantar.

Riyanti, E., 2005, Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. Seminar sehari kesehatan psikologi anak.

Setiawan, R., Rosihan A., Bayu I.S., Teguh H., 2014, Hubungan Pelaksanaan Ukgs Dengan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Dan Sederajat Di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Putih Kota Banjarmasin. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. Hal: 102-109.

Sufiawati, I., Tenny D.S., Dudi A., 2000, Prevalensi Karies Gigi dan Indeks def pada Murid-murid Kelas I, II dan III SD yang berada disekitar Klinik Kerja Mahasiswa FKG UNPAD, Laporan Penelitian Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran.

Worotitjan, I., Mintjelungan, C.N., Gunawan, P., 2013, Pengalaman Karies Gigi Serta Pola Makan dan Minum pada Anak Sekolah Dasar di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara. Jurnal e-gigi. Hal 59-68.

Zatnika, I., 2009, 89% Anak Menderita Penyakit Gigi dan Mulut. http://www.depkes.go.id/inex.php?option=article&itemid=3


(1)

3

berpengaruh terhadap derajat kesehatan, proses tumbuh kembang, bahkan kemampuan belajar akan turun sehingga mempengaruhi pencapaian prestasi belajar yang dapat berdampak akan hilangnya masa depan anak. Anak-anak usia sekolah umumnya memiliki resiko karies yang tinggi karena pola kebiasaan dan pengetahuan yang kurang. Anak usia 12 tahun merupakan indikator yang baik untuk pengukuran karies gigi. Untuk itu dibutuhkan upaya pencegahan penyakit melalui sekolah dengan jenjang yang lebih awal. Usia 12 tahun adalah kelompok umur yang penting untuk diperiksa karena umumnya anak-anak meninggalkan bangku Sekolah Dasar pada umur 12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen diperkirakan sudah erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga. Usia 12 tahun ditetapkan sebagai umur pemantauan global (Global Monitoring Age) untuk karies. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya (Pintauli, dkk., 2008).

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan salah satu upaya kesehatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan pencegahan penyakit gigi dan mulut. Program tersebut ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). UKGS memberikan pelayanan dalam bentuk peningkatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah binaan dengan tujuan mendapatkan generasi yang sehat. UKGS diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, yang dibina oleh puskesmas dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Pemerataan jangkauan UKGS, penerapan UKGS disesuaikan dengan paket-paket UKS yaitu, UKGS Tahap I atau Paket minimal UKS, UKGS tahap II atau paket standar UKS, tahap III atau paket optimal UKS (Herijulianti, dkk., 2002).

Anak sekolah dasar yang belum melaksanakan program UKGS memiliki kemungkinan terjadinya penyakit gigi misalnya karies gigi lebih besar dibandingkan dengan sekolah yang sudah melaksanakan program UKGS (Sufiawati, dkk., 2000). Seperti dalam penelitian mengenai perbedaan prevalensi


(2)

4

karies dan tingkat pengetahuan kesehatan gigi pada murid SD yang memiliki UKGS dan tidak memiliki UKGS menunjukkan bahwa prevalensi karies pada SD yang tidak memiliki UKGS lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prevalensi karies dan tingkat pengetahuan murid antara SD yang memiliki UKGS dan SD yang tidak memiliki UKGS (Annisa, 2014).

Sesuai data dari laporan tahunan Kecamatan Kradenan tahun 2014 Kecamatan Kradenan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kecamatan Kradenan memiliki 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Kradenan 1 dan Puskesmas Kradenan 2. Puskesmas wilayah kecamatan kradenan tergolong dalam puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang belum cukup merata. Terutama pelayanan kesehatan mengenai kesehatan gigi dan mulut (Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, 2015).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan keparahan karies gigi pada anak sekolah dasar dengan usia 11-12 tahun yang sudah melaksanakan progam UKGS dan belum melaksanakan program UKGS di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Hipotesis dari penelitian ini yaitu ada perbedaan keparahan karies pada anak sekolah dasar dengan usia 11-12 tahun yang sudah melaksanakan program UKGS dan belum melaksanakan program UKGS di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan crosssectional. Pengukuran variabel diambil dalam waktu yang bersamaan mengenai perbedaan keparahan karies pada anak usia 11-12 tahun di sekolah dasar yang sudah melaksanakan UKGS dan yang belum melaksanakan UKGS di kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 sebanyak 23 Sekolah Dasar. Pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dan didapatkan sampel sebanyak 83 untuk SD yang sudah melaksanakan UKGS dan 87 untuk SD yang belum melaksanakan UKGS. Penelitian dilakukan dengan membedakan indeks keparahan karies pada anak usia 11-12 tahun di sekolah dasar yang sudah melaksanakan UKGS dan yang belum melaksanakan UKGS melaksanakan UKGS dengan menggunakan metode


(3)

5

pengukuran Caries Severity Index (CSI) pada seluruh permukaan gigi dan mengkategorikannya kedalam skor (Koroluk, dkk., 1994).

Rumus CSI:

y ,

C0 = Gigi sehat atau sound (S), C1 = Sonde menyangkut,terdapat stain pada pit dan fisur di enamel, tidak terdapat dinding lunak/ dasar kavitas tidak, C2 = Sonde menyangkut dibawah enamel (dentin), C3 = Karies lebih dalam sampai melibatkan pulpa, secara klinis terlihat fistula, abses/pulpitis hiperplastik, C4 = Mahkota gigi hilang akibat karies, terdapat sisa akar (Koroluk, dkk., 1994). Data kemudian dianalisis menggunakan uji Independent t-test. Data yang didapat tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji alternatif Mann-Whitney.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Total populasi anak sekolah dasar usia 11-12 tahun di wilayah kerja kecamatan Kradenan sebanyak 170 anak yang digunakan menjadi sampel penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor indeks keparahan karies dengan metode pengukuran CSI SD yang sudah melaksanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata skor CSI subjek pada SD yang sudah melaksanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS

Tabel 1 menunjukkan rata-rata skor CSI pada SD yang sudah melaksanakan UKGS lebih rendah dibanding SD yang belum melaksanakan UKGS. Berdasarkan hasil tersebut, rata-rata skor CSI pada SD yang sudah melaksanakan UKGS masuk dalam kategori ringan (3,68), sedangkan pada SD yang belum melaksanakan UKGS

Jenis SD Jumlah Sampel Mean Mean Total

SD yang sudah

melaksanakan UKGS

83 3,68

6,8

SD yang belum

melaksanakan UKGS


(4)

6

rata-rata skor CSI masuk dalam kategori sedang (7,12) dengan selisih skor sebanyak 6,8.

Uji analisis data yang telah dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney pada tabel 2 menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna skor CSI pada kelompok SD yang sudah melaksanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS. Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney

Jenis SD Sig.

SD yang sudah melaksanakan UKGS

0,000* SD yang belum melaksanakan UKGS

Derajat keparahan karies gigi pada anak sekolah dasar di SD wilayah kerja kecamatan Kradenan saat dilakukan penelitian masih dalam kategori rendah-sedang tetapi hampir semua anak masih mengalami karies gigi meskipun belum masuk dalam kategori tinggi dan hanya sedikit anak dengan kondisi bebas karies. Hal ini menunjukkan bahwa angka bebas karies masih rendah dan belum sesuai dengan target bebas karies tahun 2020 sebesar 70%. Seperti penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan hasil yang sama bahwa rendahnya angka bebas karies di sekolah dasar mengindikasikan kegiatan UKGS yang dilakukan belum optimal dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut murid sekolah melalui program UKGS (Setiawan, dkk., 2014).

Saat ini pelaksanaan UKGS di wilayah kerja kecamatan kradenan masih dalam tahap II atau paket standar sehingga perlu dilakukan peningkatan tahapan pada setiap sekolah dasar di wilayah kerja kecamatan kradenan dan dilakukan pemerataan program UKGS bagi sekolah yang belum melaksankan program UKGS. Kegiatan UKGS di sekolah dasar wilayah kerja kecamatan kradenan selama ini belum dilakukan secara maksimal. Masih separuh dari jumlah Sekolah Dasar di wilayah kerja Kecamatan Kradenan yang belum terjangkau program UKGS. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu pelaksanaan, terbatasnya tenaga pelaksana kesehatan gigi dan mulut serta hanya adanya 1 dokter gigi di Kecamatan Kradenan, sarana prasarana yang kurang memadai, banyak dan luasnya jumlah sekolah yang


(5)

7

menjadi cakupan kegiatan usaha kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas. UKGS masih belum menjadi prioritas utama oleh puskesmas di kecamatan kradenan dikarenakan pelayanan kesehatan lebih berfokus pada pelayanan kesehatan fisik umum.

Kegiatan UKGS yang dilaksanakan sekolah dasar wilayah kerja kecamatan kradenan hanya penyuluhan, pemeriksaan gigi dan mulut, sikat gigi masal dan rujukan apabila keadaan darurat. Frekuensi pelaksanaan penyuluhan, pemeriksaan gigi dan mulut serta pelaksanaan sikat gigi masal masih belum sesuai dengan standar frekuensi pelaksanaan UKGS menurut target Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 yaitu penyuluhan dilaksanakan satu kali pertriwulan dan kegiatan sikat gigi masal dilakukan setiap hari di setiap sekolah. Tenaga pelaksana kesehatan di puskesmas hanya melakukan kegiatan UKGS yang berupa penyuluhan dan pemeriksaan gigi dan mulut setiap 1 tahun 1 kali yaitu setiap tahuan ajaran baru sekolah dan sikat gigi masal tidak dilakukan setiap hari serta tidak ada ada evaluasi terhadap program yang telah dijalankan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan penanganan serius dari tenaga kesehatan di wilayah kerja kecamatan kradenan terhadap program UKGS yang sudah dijalankan yang diharapkan mampu untuk menekan jumlah anak sekolah yang mengalami penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi sehingga angka karies semakin rendah.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan keparahan karies gigi pada anak usia 11-12 tahun di Sekolah Dasar yang sudah melaksanakan UKGS dan yang belum melaksanakan UKGS di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan pada tahun 2016 serta Indeks keparahan Karies (CSI) pada anak sekolah dasar yang belum melaksanakan UKGS lebih tinggi dibandingkan dengan anak sekolah dasar yang sudah melaksanakan UKGS.

DAFTAR PUSTAKA

Adhani, R. Setiawan, R. Sukmana, B.I. Hadianto, T., 2014, Hubungan Pelaksanaan UKGS Dengan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Dan Sederajat Di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Putih Kota Banjarmasin. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. Banjarmasin.


(6)

8

Annisa, A., 2014, Perbedaan Prevalensi Karies dan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi pada Murid Sekolah Dasar Usia 9-10 Tahun yang Memiliki Program UKGS dengan yang Tidak Memiliki Program UKGS di Kecamatan Kolaka, Skripsi, Makassar: Universitas Hasanuddin.

Dinas Kesehatan Grobogan., 2015, Laporan Tahunan Kesehatan Kabupaten Grobogan.

Kemenkes RI., 2012, Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.Herijulianti, E. Indriani, T.S. Artini, S., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta.

Kidd, E.A.M., Bechal, S.J., 2012, Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal: 2-13.

Koroluk, L., Jay, N.H., Komiyama, K., 1994, The Sensitivity and Specificity of Colorimetric Microbiological Caries Activity Test (Cariostat) in Preschool Children. Pediatric Dentistry. 16(4): 276-281.

Pintauli S., Hamada, T., 2008, Menuju gigi dan mulut sehat. USU Press. Medan. Hal 10-15.

Pratiwi, N., 2007, Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Kinerja Program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) Kota Binjai Tahun 2006: Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Rismawati, L., 2012, Analisis Manajemen Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Di UPTD Puskesmas Bantar.

Riyanti, E., 2005, Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak SejakDini. Seminar sehari kesehatan psikologi anak.

Setiawan, R., Rosihan A., Bayu I.S., Teguh H., 2014, Hubungan Pelaksanaan Ukgs Dengan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Dan Sederajat Di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Putih Kota Banjarmasin. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. Hal: 102-109.

Sufiawati, I., Tenny D.S., Dudi A., 2000, Prevalensi Karies Gigi dan Indeks def pada Murid-murid Kelas I, II dan III SD yang berada disekitar Klinik Kerja Mahasiswa FKG UNPAD, Laporan Penelitian Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran.

Worotitjan, I., Mintjelungan, C.N., Gunawan, P., 2013, Pengalaman Karies Gigi Serta Pola Makan dan Minum pada Anak Sekolah Dasar di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara. Jurnal e-gigi. Hal 59-68.

Zatnika, I., 2009, 89% Anak Menderita Penyakit Gigi dan Mulut. http://www.depkes.go.id/inex.php?option=article&itemid=3