EVALUASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008 2010

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2008-2010

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Oleh :

Wahyu Aji Saputro F3408083

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Akhlak yang paling mulia adalah menyapa mereka yang memutus silaturahim, memberi kepada yang kikir terhadapmu, dan memaafkan mereka yang

menyalahimu (HR Ibnu Majah)

Pengetahuan tidaklah cukup, maka kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, maka kita harus melakukannya

(Johann Wolfgang von Goethe)

Awalilah hari ini dengan senyuman, karena dengan senyuman hari ini akan terasa lebih indah

(Penulis)

Karya ini penulis persembahkan kepada:

§ ALLAH SWT

§ Bapak dan Ibu yang tercinta

§ Kakak-kakakku yang tersayang

§ Seseorang yang selalu ada dihatiku

§ Sahabat-sahabatku yang terbaik


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdullilah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir dengan judul ”EVALUASI PENERIMAAN PAJAK

RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008-2010”, disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam rangka penyelesaian Tugas Akhir ini tentu tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang sangat membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada

penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Diploma

III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Sri Suranta, S.E., M.Si., Ak., BKP. selaku Ketua Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

5. Bapak Arif Lukman Santoso, S.E., MM. MS. Ak. selaku Dosen Pembimbing

Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan, nasehat, serta pengarahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Ibu Christiyaningsih Budiwati, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing Magang.

7. Ibu Lulus Kurniasih, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Seluruh pegawai dan staf Badan KESBANGPOLINMAS atas ijin penelitian

Tugas Akhir yang telah diberikan.

9. Seluruh pegawai dan staf Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali atas bantuannya dan bimbingannya dalam penulisan Tugas Akhir ini.

10. Bapak dan Ibu yang tercinta, atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya yang tulus dan tiada henti, serta kakak-kakakku yang tersayang, atas doa dan dukungannya.

11. Keluarga besarku, atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya.

12. Puspa Tantri Estuningsih yang tercinta, yang selalu memberikan kebahagiaan, doa, dukungan, semangat, cinta serta kasih sayangnya yang tulus dari hati. 13. Sahabat-sahabatku ”MRC” untuk Unang, Ilham, Akdi dan Sasongko yang

telah memberikan persahabatan yang terindah.

14. Teman-teman magang di PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Surakarta yaitu

Adit, Yopi, Roby, Eko dan Alyin atas kerjasamanya.

15. Teman-teman seperjuangan, almamater Diploma III Perpajakan angkatan 2008.


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

16. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu demi terselesainya Tugas Akhir ini.

Namun demikian penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan penulis, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Hanya kepada Allah SWT kita memohon dan semoga amal kita semua mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 5 April 2011


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Gambaran Obyek Penelitian ... 1

B. Latar Belakang Masalah ... 12

C. Perumusan Masalah ... 14

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 15

F. Metode Penelitian ... 16

BAB II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka... 18

1. Pengertian Pajak... 18


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

3. Syarat Pemungutan Pajak... 19

4. Sistem Pemungutan Pajak ... 19

5. Pengelompokan Pajak ... 21

6. Pajak Daerah ... 22

7. Pajak Restoran... 23

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 26

1. Besarnya Kontribusi yang Diberikan Oleh Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 Dilihat dari Tingkat Pertumbuhan dan Efektifitas Realisasi Penerimaan Pajak Restoran ... 29

2. Hambatan-Hambatan yang Ditemui DPPKAD Kabupaten Boyolali dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran ... 35

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan DPPKAD Kabupaten Boyolali dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Restoran ... 37

BAB III. TEMUAN A. Kelebihan ... 39

B. Kelemahan ... 39

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan ... 41

B. Rekomendasi... 43 DAFTAR PUSTAKA


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

II.1 Target dan Realisasi Pajak Restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali

Tahun 2007-2010... 26 II.2 Jumlah Restoran, Rumah Makan dan Warung Makan di Kabupaten

Boyolali Tahun 2008-2010... 27

II.3 Pertumbuhan Realisasi Pajak Restoran di DPPKAD Kabupaten

Boyolali Tahun 2008-2010... 30

II.4 Rasio Efektifitas Penerimaan Pajak Restoran di DPPKAD Kabupaten

Boyolali Tahun 2008-2010... 33 II.5 Kontribusi Penerimaan Pajak Restoran terhadap Penerimaan Pajak


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1.1 Bagan Susunan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali... 5

2.2 Grafik Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran di


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRAK

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008-2010

WAHYU AJI SAPUTRO F3408083

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010, hambatan-hambatan yang dihadapi serta upaya-upaya yang akan dilakukan oleh DPPKAD Kabupaten Boyolali dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran. Langkah dari penelitian ini yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara di DPPKAD Kabupaten Boyolali, serta studi pustaka yaitu dengan mempelajari buku-buku, referensi dan sumber data lainnya yang bersangkutan dengan judul Tugas Akhir. Hasil dari penelitian ini adalah persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, akan tetapi pelaksanaan pemungutan pajak restorannya masih menemui beberapa hambatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Rata-rata persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 24,24%. Rata-rata efektifitas penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 130,86%. Rata-rata kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah selama tahun 2008-2010 sebesar 0,96%. DPPKAD Kabupaten Boyolali terus berupaya memaksimalkan pendapatan daerah khususnya dari pajak restoran serta berupaya mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan rekomendasi yaitu dengan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi seperti melakukan sosialisasi, memberikan sanksi yang tegas terhadap Wajib Pajak yang melanggar peraturan, melakukan pendataan terbaru terhadap Wajib Pajak dan menambah jumlah petugas pelaksana pemungutan pajak restoran sehingga penerimaan pajak di DPPKAD Kabupaten Boyolali dapat meningkat.


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRACT

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008-2010

WAHYU AJI SAPUTRO F3408083

The objective of research is to find out the how much the contribution of restaurant tax is to the Local Original Income of Boyolali Regency in 2008-2010, the obstacles encountered and the attempts taken by the DPPKAD of Boyolali Regency in improving the restaurant tax revenue. The procedure of research included making an observation and interview in DPPKAD of Boyolali Regency, as well as library study namely by studying the books, references, and other data sources relevant to the Final Project. The result of research shows that the percentage of restaurant tax revenue realization growth in DPPKAD of Boyolali Regency increases over years, but the implementation of restaurant tax collection still faces some obstacles. The conclusion of research is that the mean percentage of restaurant tax revenue realization growth is 24.24% per year. The mean effectiveness of restaurant tax revenue is 130.86% per year. The mean contribution of restaurant tax revenue to the local tax in 2008-2010 is 0.96%. DPPKAD of Boyolali Regency attempts to maximize continuously the local income particularly from the restaurant tax as well as to attempt to cope with the obstacles emerging. Considering the result of research, the writer gives the following recommendation: to take a variety of measures to cope with the obstacles emerging such as doing socialization, imposing firm sanction to the Taxpayer breaking the rule, registering the new taxpayer and increasing the number of restaurant tax collecting personnel so that the tax revenue in DPPKAD of Boyolali Regency can increase.


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Obyek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya DPPKAD Kabupaten Boyolali

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali merupakan perubahan dari Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kabupaten Boyolali. Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPP/ 7/ 12/ 41/ 101 tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemerintah Daerah Tingkat II Boyolali dengan Peraturan Daerah No. 7 tahun 1979 tanggal 18 September diubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II Boyolali. Wewenang pemerintah daerah dalam rangka mengelola pendapatan daerah ditetapkan dengan Undang-undang yang mengatur pengadaan pendapatan daerah:

a. Undang-undang No. 11/ drt/ 1957 tentang Pajak Daerah b. Undang-undang No. 12/ drt/ 1957 tentang Pajak Daerah

c. Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pemerintah Daerah

Dengan perkembangan tersebut maka Pemerintah Daerah mendorong perlunya pemisahan seksi ataupun sub bagian pendapatan daerah di dalam perekonomian Pemerintah Daerah menjadi suatu dinas yang berdiri sendiri di daerah Tingkat II Boyolali yang dinamakan Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA).


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Seiring perkembangan jaman yang mengakibatkan kemajuan daerah, Perda No. 7 tahun 1979 tidak sesuai lagi. Untuk itu dibentuklah Cabang Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II Boyolali dibantu oleh urusan tata usaha dan beberapa sub seksi dan Pemerintah Daerah yang menerbitkan Peraturan Daerah No. 9 tahun 1991 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah.

Dengan adanya otonomi daerah, Pemerintah Daerah menetapkan Perda No. 2 tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Boyolali. Kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.

Pada tanggal 31 Januari 2008 menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No. 3 tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok (STOK) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Boyolali. Dimana pada STOK sebelumnya pengelolaan pendapatan dikelola pada satu dinas yaitu Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) dan pada STOK baru yaitu Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), pengelolaan pendapatan dikelola pada Bidang Pendapatan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD).


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

2. Struktur Organisasi DPPKAD Kabupaten Boyolali

DPPKAD Kabupaten Boyolali memiliki susunan organisasi sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, yang terdiri dari:

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2) Sub Bagian Keuangan

3) Sub Bagian Perencanaan, Penelitian dan Pelaporan c. Bidang Pendapatan, terdiri dari:

1) Seksi Pendapatan Asli Daerah

2) Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang Sah 3) Seksi Pengendalian Operasional Pendapatan

d. Bidang Anggaran, terdiri dari:

1) Seksi Penyusunan APBD

2) Seksi Pembinaan dan Pengelolaan Dana Bantuan Daerah

3) Seksi Evaluasi Administrasi APBD

e. Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan, terdiri dari: 1) Seksi Pembukuan dan Pelaporan

2) Seksi Perbendaharaan

3) Seksi Pengelolaan Kas Daerah

f. Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah, terdiri dari: 1) Seksi Pengelolaan Aset Daerah


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

3) Seksi Utang Piutang dan Investasi g. Unit Pelaksana Teknis


(19)

5

GAMBAR 1.1

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN, DAN ASET DAERAH KABUPATEN BOYOLALI

KEPALA DINAS

SUB BAG PERENCANAAN PENELITIAN & PELAPORAN SUB BAG UMUM &

KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT SUB BAG KEUANGAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BIDANG AKUNTANSI & PERBENDAHARAAN

SEKSI

PEMBUKUAN & PELAPORAN

SEKSI PERBENDAHARAAN

SEKSI

PENGELOLAAN KAS DAERAH BIDANG

ANGGARAN

SEKSI PENYUSUNAN APBD

SEKSI

PEMBINAAN & PENGELOLAAN DANA BANTUAN DAERAH

SEKSI EVALUASI ADMINISTRASI APBD SEKSI PENGENDALIAN OPERASIONAL PENDAPATAN SEKSI DANA PERIMBANGAN & PENDAPATAN LAIN-LAIN

YANG SAH SEKSI

PENDAPATAN ASLI DAERAH BIDANG

PENDAPATAN

SEKSI

UTANG PIUTANG & INVESTASI SEKSI

PENDATAAN ASET DAERAH SEKSI

PENGELOLAAN ASET DAERAH BIDANG PEMBIAYAAN & PENGELOLAAN ASET DAERAH


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

3. Tugas Pokok dan Fungsi DPPKAD Kabupaten Boyolali

a. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin dan mengkoordinasi pelaksanaan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.

b. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas surat-menyurat, rumah tangga, hubungan masyarakat, keprotokolan, barang, urusan umum, dan kepegawaian, keuangan, perencanaan, penelitian, dan pelaporan.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretariat memiliki fungsi:

1) Pengelolaan urusan umum dan kepegawaian mempunyai tugas

pokok melaksanakan pengelolaan dan pengolahan administrasi umum meliputi surat-menyurat, kearsipan, rumah tangga, hubungan masyarakat, keprotokolan, pelayanan umum dan administrasi kepegawaian serta pengelolaan barang.

2) Pengelolaan keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan

administrasi penatausahaan keuangan, pengelolaan keuangan dan pertanggungjawaban administrasi keuangan.

3) Pengelolaan perencanaan, penelitian dan pelaporan mempunyai fungsi pokok melaksanakan pengumpulan data, penyusunan


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dokumen satuan kerja dan rencana anggaran, meneliti dan menilai serta menyusun laporan.

c. Bidang Pendapatan

Bidang Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan pendapatan, penetapan wajib pajak, menyusun target dan menghitung realisasi, melaksanakan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Daerah serta menyusun dan mempersiapkan naskah rancangan peraturan perundangan yang berkaitan dengan pendapatan daerah.

Fungsi bagian pendapatan:

1) Perencanaan, pendapatan, penetapan, pemungutan, penerimaan dan penagihan yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah serta pendapatan lain-lain yang sesuai dengan kewenangannya.

2) Perencanaan, pengawasan, penelitian, pengembangan guna

peningkatan kinerja yang berguna daya dan berhasil guna di bidang pendapatan daerah dan pelayanan masyarakat.

3) Pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam hal pendapatan dan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

4) Pelaksanaan konsultasi, koordinasi, komunikasi dan kerjasama dengan pihak lain dalam upaya peningkatan Pendapatan Daerah. 5) Pemantauan realisasi sumber pendapatan daerah dari bagi hasil


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

6) Pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi secara teknis mengenai pajak daerah, retribusi, PBB dan pendapatan lainnya yang sesuai dengan kewenangannya.

Penjabaran tugas pokok bagian pendapatan:

1) Seksi Pendapatan Asli Daerah mempunyai tugas pokok

merencanakan, mengawasi dan mengendalikan di bidang pendapatan asli daerah.

2) Seksi Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang Sah

mempunyai tugas pokok merencanakan, memantau dan

mengawasi dana perimbangan dan pendapatan lain-lain yang sah. 3) Seksi Pengendalian Operasional Pendapatan mempunyai tugas

pokok merencanakan, mengawasi dan melaksanakan kegiatan pengendalian operasional pendapatan.

d. Bidang Anggaran

Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian program atau kegiatan di bidang anggaran.

Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, bidang anggaran mempunyai fungsi:

1) Perencanaan, pengkoordinasian, penyiapan dan penyusunan

rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.

2) Pengesahan DPA-SKPD/ DPPA-SKPD.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pelaksanaan APBD.

4) Pengolahan dana bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja tak terduga.

Berikut penjabaran tugas pokok bidang anggaran:

1) Seksi Penyusunan APBD mempunyai tugas pokok merencanakan

dan menyiapkan bahan rancangan penyusunan APBD, perubahan APBD, menyiapkan DPA-SKPD/ DPPA-SKPD, menyiapkan anggaran kas dan SPD.

2) Seksi Pembinaan dan Pengelolaan Dana Bantuan Daerah

mempunyai tugas pokok merencanakan, mengelola dana belanja tidak langsung SKPD, monitoring, pengendalian, pembinaan dan analisa pelaksanaan dana bantuan daerah.

3) Seksi Evaluasi Administrasi APBD mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyiapan bahan penyusunan, pedoman realisasi APBD dan petunjuk teknis di bidang evaluasi administrasi APBD.

e. Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan

Bidang Akuntansi dan Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian program/ kegiatan di bidang akuntansi dan perbendaharaan.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok di atas, bidang akuntansi dan perbendaharaan memiliki fungsi:

1) Pelaksanaan sistem akuntansi dan petunjuk teknis pengelolaan kas daerah dan melakukan fungsi pengelolaan dan perbendaharaan


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

daerah serta menyiapkan bahan penyusunan pertanggungjawaban APBD dan pemeriksaan terhadap realisasi anggaran belanja langsung dan tidak langsung.

2) Pelaksanaan fungsi bendaharawan daerah (BUD), menyiapkan

anggaran kas, SPD dan SP2D belanja langsung dan belanja tidak langsung, serta menyiapkan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah.

Berikut penjabaran tugas pokok bidang akuntansi dan perbendaharaan:

1) Seksi Pembukuan dan Pelaporan mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan pembukuan dan pelaporan secara sistematis dan kronologis serta menyiapkan bahan penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban APBD.

2) Seksi Perbendaharaan tugas pokoknya adalah melaksanakan

pengujian kebenaran data urusan kepegawaian dan meneliti data gaji pegawai, rutin non gaji, membina ketatalaksanaan keuangan, penyelesaian perbendaharaan khusus gaji pegawai dan belanja pegawai.

3) Seksi Pengelolaan Kas Daerah tugas pokoknya melaksanakan pengelolaan, penerimaan dan pencatatan pendapatan secara tunai maupun surat berharga dan penyimpanan uang daerah di bank yang ditunjuk pemerintah yang ditentukan dalam bentuk rekening giro maupun deposito.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

f. Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah

Bidang Pembiayaan dan Pengelolaan Aset Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan kepemilikan kekayaan daerah dan transaksi utang piutang dan investasi.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok di atas, bidang pembiayaan dan pengelolaan aset daerah mempunyai fungsi:

1) Perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian program/

kegiatan di bidang pengelolaan kepemilikan kekayaan daerah.

2) Perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian program/

kegiatan di bidang transaksi utang piutang dan investasi.

Berikut penjabaran tugas pokok bidang pembiayaan dan pengelolaan aset daerah:

1) Seksi Pengelolaan Aset Daerah mempunyai tugas pokok

melaksanakan perencanaan kebutuhan dan penatausahaan barang-barang kekayaan yang menjadi aset daerah.

2) Seksi Pendataan Aset Daerah mempunyai tugas pokok

melaksanakan pengurusan, pengaturan, pencatatan dan pelaporan barang-barang yang menjadi aset daerah.

3) Seksi Utang Piutang dan Investasi mempunyai tugas pokok melaksanakan penatausahaan utang piutang dan investasi daerah serta merealisasi pembayaran atas perjanjian dan akibat yang lain kepada pihak ketiga.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

B. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu menempatkan pajak sebagai suatu perwujudan kewajiban kenegaraan dalam gotong royong nasional, hal ini merupakan suatu peran serta masyarakat dalam Pembiayaan Pembangunan Nasional.

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara disamping penerimaan dari sektor migas dan ekspor barang–barang non migas. Sebagai salah satu penerimaan negara pajak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah maupun untuk meningkatkan kegiatan masyarakat dan perekonomian. Pelaksanaan pembangunan disegala bidang berlangsung secara berkesinambungan dan ditujukan untuk kemakmuran rakyat.

Pajak daerah merupakan salah satu sektor utama dalam penerimaan daerah yang memegang peranan penting bagi perkembangan daerah dan pembangunan nasional. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar di semua Pemerintahan Daerah di Indonesia adalah berasal dari sektor pajak, sehingga Pemerintah Daerah harus mencari dan menggali sumber-sumber penerimaan daerah untuk meningkatkan pendapatannya. Pemerintah dan DPR telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan kemudian disempurnakan lagi dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

makan adalah tempat menyantap makanan dan/ atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau katering. Pajak Restoran merupakan salah satu pajak yang memberikan masukan yang besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sistem pemungutan Pajak Restoran menggunakan Self Assessment System. Pada kenyataannya pelaksanaan Self Assessment System belum semua Wajib Pajak menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, sehingga pihak Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) masih mengalami kesulitan dalam menindak lanjuti masalah tersebut. permasalahan tersebut antara lain belum terbukanya Wajib Pajak dalam menyelesaikan pembukuan dan banyak yang menutupi besarnya potensi yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Hal tersebut yang menyebabkan penerimaan pajak belum optimal. Penerimaan pajak dapat dikatakan optimal apabila hasil yang telah dicapai sesuai dengan potensi yang ada. Aspek kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak, sehingga dapat mempengaruhi pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Peran fiskus atau aparat pajak dalam melaksanakan pelayanan, pengawasan, serta pembinaan terhadap Wajib Pajak sangat diperlukan.

Penulis mengambil judul penelitian tentang Pajak Restoran karena melihat proporsi dari Pajak Restoran yang cukup besar sebagai sumber pendapatan daerah. Hal ini sangat beralasan karena seiring dengan perkembangan Kabupaten Boyolali, karena semakin banyak didirikan rumah makan dan restoran mulai dari tenda atau yang memiliki bangunan tidak


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

permanen hingga bangunan permanen di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul ”EVALUASI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008-2010”.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah besarnya kontribusi yang diberikan oleh pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 dilihat dari tingkat pertumbuhan dan efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran ?

2. Apa saja hambatan yang ditemui oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali dalam pelaksanaan pemungutan pajak restoran ?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diambil penulis, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 yang dilihat dari tingkat pertumbuhan dan efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang ditemui oleh Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali dalam pelaksanaan pemungutan pajak restoran.

3. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis

Menambah pegetahuan dan wawasan serta mengaplikasikan ilmu bidang perpajakan yang diperoleh dibangku kuliah ke dalam kenyataan yang terjadi di lapangan, khususnya mengenai pajak restoran.

2. Bagi DPPKAD Kabupaten Boyolali

Sebagai sumbangan pikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah di sektor pajak, khususnya pajak restoran.

3. Bagi Pihak Lain

Penulis berharap semoga karya ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

F. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menggunakan desain penelitian berupa studi kasus yang dilakukan dengan membuat analisis dan deskripsi yang terbatas pada kasus Penerimaan Pajak Restoran yang ada di Kabupaten Boyolali.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali. Alasan dipilihnya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah

(DPPKAD) Kabupaten Boyolali sebagai objek penelitian, karena penulis mengambil judul yang berkaitan dengan data di DPPKAD Kabupaten Boyolali yaitu tentang Evaluasi Penerimaan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010.

3. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

Data Primer yang digunakan adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang teliti mengenai penerimaan pajak restoran di Kabupaten Boyolali mulai dari tahun 2008-2010.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh dengan mempelajari buku-buku, makalah-makalah, undang-undang perpajakan, dan buku-buku yang terkait dengan penulisan. Data sekunder bersifat


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

melengkapi data primer dan digunakan sebagai landasan teori untuk memecahkan masalah.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.

b. Wawancara

Metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan pegawai di lingkungan kantor atau perusahaan yang akan diteliti.

c. Studi Pustaka

Metode pengumpulan data dengan cara membaca buku serta referensi sumber data lainnya yang berhubungan guna mendukung penulisan Tugas Akhir ini.

5. Teknik Analisis Data a. Analisis kuantitatif

Merupakan analisis yang mengunakan data berupa angka atau rumus-rumus statistik. Analisis ini dapat dipakai untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kontribusi, efektifitas dan tingkat pertumbuhan penerimaan Pajak Restoran di Kabupaten Boyolali.

b. Analisis Kualitatif

Merupakan analisis yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pajak

a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2008:1).

b. Dr. Soeparman Soemahamidjaja

Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum (Suandy, 2008:9).

c. Mr. Dr. N. J. Feldman

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Suandy, 2008:9). 2. Fungsi Pajak


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

a. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

3. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut (Mardiasmo, 2008:2):

a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)

c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil) e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

4. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3, yaitu (Mardiasmo, 2008:7):

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2) Wajib Pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

5. Pengelompokan Pajak

Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongannya, sifatnya dan lembaga pemungutnya (Mardiasmo, 2008:5):

a. Menurut Golongannya:

1) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh: Pajak Penghasilan.

2) Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

b. Menurut Sifatnya:

1) Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh: Pajak Penghasilan.

2) Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya,

tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

c. Menurut Lembaga Pemungutnya:

1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas:

a) Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

b) Pajak Kabupaten/ Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan.

6. Pajak Daerah

a. Pengertian Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Jenis Pajak Daerah

Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1) Pajak Provinsi, terdiri dari:


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

a) Pajak Kendaraan Bermotor

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d) Pajak Air Permukaan e) Pajak Rokok

2) Pajak Kabupaten/ Kota, terdiri dari: a) Pajak Hotel

b) Pajak Restoran c) Pajak Hiburan

d) Pajak Reklame

e) Pajak Penerangan Jalan

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g) Pajak Parkir h) Pajak Air Tanah

i) Pajak Sarang Burung Walet

j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

7. Pajak Restoran

a. Pengertian Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah tempat fasilitas penyedia makanan dan/ atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya. Dasar hukum


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pajak restoran diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pajak Restoran.

b. Obyek, Subyek dan Wajib Pajak

1) Obyek Pajak adalah pelayanan yang disediakan dengan

pembayaran di restoran.

Dikecualikan dari obyek pajak restoran adalah pelayanan boga/ katering.

2) Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran.

3) Wajib Pajak adalah pengusaha restoran. c. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak

1) Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan

kepada Restoran menurut tipenya.

2) Tarif Pajak Restoran ditetapkan berdasarkan tipenya, yaitu sebagai berikut:

a) Tipe A dengan omset penjualan Rp. 50.000.000,- atau lebih. Tarifnya ditetapkan sebesar 10%.

b) Tipe B dengan omset penjualan antara Rp. 30.000.000,- sampai dengan kurang dari Rp. 50.000.000,-. Tarifnya ditetapkan sebesar 7%.

c) Tipe C dengan omset penjualan antara Rp. 10.000.000,- sampai dengan kurang dari Rp. 30.000.000,-. Tarifnya ditetapkan sebesar 5%.


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

d) Tipe D dengan omset penjualan kurang dari Rp. 10.000.000,-. Tarifnya ditetapkan sebesar 0%.

3) Wilayah Pemungutan dan Tata Cara Penghitungan Pajak

a) Pajak yang terhutang dipungut di waliyah daerah

penyelenggaraan usaha Restoran.

b) Besarnya pajak terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak.

4) Masa Pajak, Saat Pajak Terhutang dan Surat Pemberitahuan Pajak a) Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan

takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan Bupati.

b) Pajak terhutang dalam masa pajak terjadi pada saat diperoleh pelayanan restoran.

c) Setiap Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD harus diisi jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya. SPTPD harus disampaikan kepada Bupati paling lambat 15 hari setelah berakhirnya masa pajak.

5) Tata Cara Pengenaan dan Penetapan Pajak

a) Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD),

Bupati menetapkan pajak terhutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

b) Apabila SKPD tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima dikenakan sanksi


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.

6) Tata Cara Pembayaran

a) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau Pemegang Kas Penerima dan atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).

b) Setiap pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.

B. Analisis Data dan Pembahasan

Pajak Restoran merupakan salah satu sumber pendapatan yang mempunyai kontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Realisasi pajak restoran di Kabupaten Boyolali dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan melampaui target yang telah dianggarkan.

Data target dan realisasi pajak restoran di Kabupaten Boyolali dari tahun 2007-2010 yaitu sebagai berikut:

Tabel II.1

Target dan Realisasi Pajak Restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali Tahun 2007-2010

Tahun Target

(Rp)

Realisasi (Rp)

2007 82.850.000,00 90.003.000,00

2008 85.500.000,00 94.893.500,00

2009 85.500.000,00 109.180.000,00

2010 108.000.000,00 166.197.700,00


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Realisasi pajak restoran yang selalu meningkat dan melampaui target yang telah dianggarkan dipengaruhi oleh semakin banyak didirikan restoran, rumah makan dan warung makan di Kabupaten Boyolali. Target penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali pada tahun 2008 dan 2009 ditetapkan sama karena jumlah Wajib Pajak pada tahun 2009 hanya mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2008.

Data restoran, rumah makan dan warung makan di Kabupaten Boyolali dari tahun 2008-2010 yaitu sebagai berikut:

Tabel II.2

Jumlah Restoran, Rumah Makan dan Warung Makan di Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010

Tahun Wilayah

2008 2009 2010

Boyolali 35 37 50

Ampel 14 14 7

Andong & Klego 3 3 -

Karanggede 1 1 1

Simo 1 1 2

Musuk 1 1 1

Mojosongo 4 3 8

Teras 3 3 3

Banyudono 3 3 7

Ngemplak 1 1 4

Cepogo - - 1

Total 66 67 84

Sumber: Data di olah

Tabel II.2 menunjukkan bahwa jumlah Wajib Pajak dari pajak restoran di Kabupaten Boyolali dari tahun 2008-2010 mengalami peningkatan. Jumlah Wajib Pajak berbanding lurus dengan jumlah pendapatan daerah dari pajak restoran, dengan demikian apabila jumlah Wajib Pajak meningkat maka jumlah pendapatan dari pajak restoran juga akan bertambah, sedangkan


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

apabila jumlah Wajib Pajak menurun maka pendapatan dari pajak restoran juga akan berkurang.

Pada tahun 2008 terdapat realisasi pendapatan daerah dari sektor pajak restoran sebesar Rp 94.893.500,00. Jika dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak pada tahun 2008 yaitu sejumlah 66, maka didapatkan rata-rata penerimaan dari tiap Wajib Pajak per tahun sebesar Rp 1.437.780,30. Peningkatan realisasi pendapatan daerah dari sektor pajak restoran dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar Rp 4.890.500,00 atau 5,43%. Sedangkan Pada tahun 2009 terdapat realisasi pendapatan daerah dari sektor pajak restoran sebesar Rp 109.180.000,00. Jika dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak pada tahun 2008 yaitu sejumlah 67, maka didapatkan rata-rata penerimaan dari tiap Wajib Pajak per tahun sebesar Rp 1.629.552,23. Peningkatan realisasi pendapatan daerah dari sektor pajak restoran dari tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar Rp.14.286.500,00 atau 15.06%. Dan Pada tahun 2009 terdapat realisasi pendapatan daerah dari sektor pajak restoran sebesar Rp 166.197.700,00. Jika dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak pada tahun 2008 yaitu sejumlah 84, maka didapatkan rata-rata penerimaan dari tiap Wajib Pajak per tahun sebesar Rp 1.978.544,04. Peningkatan realisasi pendapatan daerah dari sektor pajak restoran dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar Rp.57.017.700,00 atau 52,22%. Realisasi peningkatan tahun 2008 ke tahun 2009 tidak terlalu besar jika dibandingkan tahun 2009 ke tahun 2010, peningkatan ini dipengaruhi oleh semakin banyak didirikan Restoran, Rumah Makan dan Warung Makan di Kabupaten Boyolali.


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Dari data-data yang telah diperoleh, penulis berupaya untuk mengevaluasi realisasi penerimaan pajak restoran tahun 2008-2010 di DPPKAD Kabupaten Boyolali.

1. Besarnya Kontribusi yang Diberikan Oleh Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 Dilihat dari Tingkat Pertumbuhan dan Efektifitas Realisasi Penerimaan Pajak Restoran

a. Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010.

Pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran merupakan tahapan peningkatan realisasi penerimaan pajak restoran dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Hal ini digunakan untuk menginformasikan berapa banyak sesuatu hal telah berubah atau bagaimana hal yang satu dibandingkan dengan hal yang lain. Tingkat pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Halim, 2004):

Keterangan:

r = Laju Pertumbuhan

pt = Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Tahun Berikutnya po = Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Tahun Sebelumnya


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Perhitungan pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010 sebagai berikut:

= 5,43%

= 15,06%

= 52,22%

Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan ke dalam table sebagai berikut:

Tabel II.3

Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010

Tahun

Realisasi Tahun Ke-n

pt (Rp)

Realisasi Tahun Sebelumnya

po (Rp)

pt-po (Rp)

r (%)

2008 94.893.500,00 90.003.000,00 4.890.500,00 5,43

2009 109.180.000,00 94.893.500,00 14.286.500,00 15,06

2010 166.197.700,00 109.180.000,00 57.017.700,00 52,22

Tabel II.3 menunjukkan bahwa persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Persentase pertumbuhan tahun 2007-2008 sebesar 5,43%. Persentase pertumbuhan tahun


(45)

2008-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2009 sebesar 15,06%. Persentase pertumbuhan tahun 2009-2010 sebesar 52,22%. Rata-rata pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 24,24%.

Dari data Tabel II.3 dapat digambarkan ke dalam grafik sebagai berikut:

Gambar 2.2

Grafik Pertumbuhan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010

b. Efektifitas Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010.

Efektifitas adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu imbangan antara pendapatan yang sebenarnya terdapat pendapatan yang potensial dari suatu pajak dengan anggapan bahwa mereka yang seharusnya membayar dengan jumlah yang seharusnya dibayarkan benar-benar kewajibannya. Sama seperti pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran, efektifitas realisasi penerimaan pajak


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

restoran ini digunakan untuk menginformasikan berapa banyak sesuatu hal telah berubah atau bagaimana hal yang satu dibandingkan dengan hal yang lain. Untuk mengetahui tingkat efektifitas penerimaan pajak restoran dapat diukur dengan membandingkan antara realisasi dengan target penerimaan yang ditetapkan. Tingkat efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Perhitungan tingkat efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 sebagai berikut:

= 110,99%

= 127,70%

= 153,89%

Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan ke dalam table sebagai berikut:


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel II.4

Rasio Efektifitas Penerimaan Pajak Restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010

Tahun Target

(Rp)

Realisasi (Rp)

Rasio Efektifitas

(%)

2008 85.500.000,00 94.893.500,00 110,99

2009 85.500.000,00 109.180.000,00 127,70

2010 108.000.000,00 166.197.700,00 153,89

Tabel II.4 menunjukkan bahwa penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 cukup efektif. Realisasi penerimaan yang selalu meningkat dan dapat melebihi target yang telah dianggarkan setiap tahunnya dengan tingkat efektifitas lebih dari 100%. Efektifitas penerimaaan pajak restoran tahun 2008 sebesar 110,99%. Efektifitas penerimaaan pajak restoran tahun 2009 sebesar 127,70%. Efektifitas penerimaaan pajak restoran tahun 2010 sebesar 153,89%. Rata-rata efektifitas penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 130,86%.

c. Kontribusi Penerimaan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010.

Pajak restoran merupakan salah satu unsur pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pajak yakni pajak daerah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah sumbangan; sedangkan menurut Kamus Ekonomi, kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan pajak restoran terhadap pajak daerah.

Kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah dapat diketahui dengan membandingkan realisasi penerimaan pajak restoran terhadap realisasi penerimaan pajak daerah.

Berikut adalah tabel yang menyajikan perbandingan antara realisasi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah tahun 2008-2010.

Tabel II.5

Kontribusi Penerimaan Pajak Restoran terhadap Penerimaan Pajak Daerah di DPPKAD Kabupaten Boyolali Tahun 2008-2010

Tahun

Realisasi Penerimaan Pajak Restoran

(Rp)

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

(Rp)

Kontribusi (%)

2008 94.893.500,00 11.155.035.906,00 0.85

2009 109.180.000,00 12.896.540.751,00 0,85

2010 166.197.700,00 14.094.132.345,00 1,17

Rata-rata 0,96

Berdasarkan Tabel II.5, kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah dihitung dengan rumus:

Perhitungan kontribusi realisasi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah di DPPKAD Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 sebagai berikut:


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

= 0.85%

= 0,85%

= 1,17%

Berdasarkan Tabel II.5 dapat diketahui bahwa kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah dari tahun ke tahun tidak stabil. Pada tahun 2008 kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah sebesar 0,85%. Pada tahun 2009 kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah sebesar 0,85%. Pada tahun 2010 kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah sebesar 1,17%. Rata-rata kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah selama tahun 2008-2010 sebesar 0,96%.

2. Hambatan-Hambatan yang Ditemui DPPKAD Kabupaten Boyolali dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran

a. Di Kabupaten Boyolali masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang tidak taat membayar pajak. Hal ini disebabkan karena biasanya para pengusaha tersebut tidak mengetahui apakah usaha restorannya dikenai pajak atau tidak, masalah ini timbul


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dikarenakan para pengusaha tersebut belum memahami tentang peraturan-peraturan mengenai pajak restoran.

b. Jumlah petugas atau pelaksana pemungutan pajak restoran sangat terbatas, hanya 4 orang. Dengan wilayah Kabupaten Boyolali yang cukup luas sedangkan jumlah petugas pemungutannya terbatas, maka masih banyak potensi wajib pajak restoran yang belum dipungut pajak restorannya, oleh karena itu penerimaan pajak restoran di Kabupaten Boyolali belum bisa optimal.

c. Penerapan tarif pemungutan pajak restoran sesuai dengan Perda No. 11 tahun 2007 tentang Pajak Restoran di Kabupaten Boyolali belum bisa diterapkan sacara optimal. Tidak semua pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan membayar pajak restoran sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan karena masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang membayar pajak restoran tidak sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan, tetapi membayar hanya sesuai dengan kemampuannya, hal itu didasarkan pada kesepakatan yang telah disepakati bersama. Ini dilakukan pihak DPPKAD Kabupaten Boyolali agar penerimaan daerah dari pajak restoran masuk dulu ke kas pemerintah daerah serta bagi para pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan agar mau membayar pajak restoran dan tidak mengingkari kewajibannya.

d. Adanya kecenderungan Wajib Pajak yang menyembunyikan omset


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

memperkecil jumlah pajaknya. Dengan demikian pajak yang dibayarkan semakin sedikit.

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan DPPKAD Kabupaten Boyolali dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Restoran

a. Melakukan sosialisasi kepada para pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan mengenai pajak restoran. Sosialisasi ini dilakukan dengan cara mengundang para pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan, kemudian dilakukan penjelasan mengenai peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pajak restoran. Sehingga para Wajib Pajak dapat lebih memahami peraturan-peraturan tentang pajak restoran dan pada akhirnya Wajib Pajak sadar akan kewajibannya membayar pajak.

b. Menambah jumlah petugas atau pelaksana pemungutan pajak restoran.

Dengan petugas pemungutan pajak restoran yang mencukupi maka pelaksanaan pemungutan pajak restoran dapat berjalan dengan lancar. Sehingga pelaksanaan pemungutan pajak restoran dapat dilakukan merata di seluruh wilayah Kabupaten Boyolali.

c. Mencari obyek baru yang berpotensi menambah penerimaan daerah dari sektor pajak restoran. Dengan semakin banyaknya didirikan restoran, rumah makan dan warung makan di Kabupaten Boyolali maka jumlah Wajib Pajak akan semakin meningkat serta penerimaan


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

pajak restoran juga akan ikut bertambah, untuk itu perlu dilakukan pendataan terbaru guna memperoleh Wajib Pajak baru.


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III TEMUAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis tentang Evaluasi Penerimaan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah di DPPKAD Kabupaten Boyolali, serta berdasarkan wawancara dengan pegawai yang berwenang di DPPKAD Kabupaten Boyolali maka terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan yang penulis temukan antara lain sebagai berikut:

A. KELEBIHAN

1. Realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali dari tahun 2008-2010 selalu mengalami peningkatan.

2. Efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 cukup efektif, karena penerimaannya selalu dapat melebihi target yang telah dianggarkan setiap tahunnya.

3. Pajak restoran sudah memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Boyolali.

B. KELEMAHAN

1. Pemungutan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali belum bisa dilakukan secara optimal, karena masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang tidak taat membayar pajak, serta adanya pengusaha yang menyembunyikan omset penjualannya.


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2. Di DPPKAD Kabupaten Boyolali penerapan tarif pemungutan pajak

restoran sesuai dengan Perda No. 11 tahun 2007 tentang Pajak Restoran belum bisa diterapkan sacara optimal. Tidak semua pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan membayar pajak restoran sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan karena masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang membayar pajak restoran tidak sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan, tetapi membayar hanya sesuai dengan kemampuannya.

3. Jumlah petugas atau pelaksana pemungutan pajak restoran sangat terbatas, hanya 4 orang. Dengan wilayah Kabupaten Boyolali yang cukup luas sadangkan jumlah petugas pemungutannya terbatas, maka masih banyak potensi wajib pajak restoran yang belum dipungut pajak restorannya. 4. Kurangnya sosialisasi kepada para pengusaha restoran, rumah makan dan

warung makan mengenai pajak restoran. Sehingga para Wajib Pajak belum memahami tentang peraturan-peraturan mengenai pajak restoran dan pada akhirnya Wajib Pajak kurang sadar akan kewajibannya membayar pajak.


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari DPPKAD Kabupaten Boyolali tentang Evaluasi Penerimaan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten

Boyolali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Persentase pertumbuhan tahun 2007-2008 sebesar 5,43%, tahun 2008-2009 sebesar 15,06%, sedangkan tahun 2009-2010 sebesar 52,22%. Rata-rata persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 24,24%. Efektifitas penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 cukup efektif. Efektifitas penerimaaan pajak restoran tahun 2008 sebesar 110,99%, tahun 2009 sebesar 127,70%, sedangkan tahun 2010 sebesar 153,89%, Rata-rata efektifitas penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 130,86%. Kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah di DPPKAD Kabupaten Boyolali cukup baik. Pada tahun 2008 dan 2009 kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah sama yaitu sebesar 0,85%, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 1,17%. Rata-rata kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah selama tahun 2008-2010 sebesar 0,96%.


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2. Dalam pelaksanaan pemungutan pajak restoran DPPKAD Kabupaten

Boyolali masih menemui beberapa hambatan, yaitu antara lain: masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang

tidak taat membayar pajak, serta adanya pengusaha yang

menyembunyikan omset penjualannya. Penerapan tarif pemungutan pajak restoran sesuai dengan Perda No. 11 tahun 2007 tentang Pajak Restoran belum bisa diterapkan sacara optimal, karena masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang membayar tidak sesuai dengan tarif , tetapi hanya sesuai dengan kemampuannya. Jumlah petugas atau pelaksana pemungutan pajak restoran sangat terbatas hanya 4 orang, sedangkan wilayah Kabupaten Boyolali cukup luas.

3. Untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran DPPKAD Kabupaten

Boyolali melakukan beberapa upaya, yaitu antara lain: melakukan sosialisasi kepada para pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan mengenai pajak restoran, sehingga para Wajib Pajak dapat lebih memahami peraturan-peraturan tentang pajak restoran dan pada akhirnya Wajib Pajak sadar akan kewajibannya membayar pajak. Menambah jumlah petugas atau pelaksana pemungutan pajak restoran, sehingga pelaksanaan pemungutan pajak restoran dapat dilakukan merata di seluruh wilayah Kabupaten Boyolali. Mencari obyek baru yang berpotensi menambah penerimaan daerah dari sektor pajak restoran. Dengan jumlah Wajib Pajak yang semakin meningkat, maka penerimaan pajak restoran juga akan semakin bertambah.


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

B. REKOMENDASI

Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan yang ditemukan oleh penulis maka penulis ingin memberikan saran dan rekomendasi yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali, yaitu sebagai berikut:

1. Lebih meningkatkan sosialisasi kepada para pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan tentang peraturan-peraturan pajak restoran. Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan para pengusaha itu dalam suatu forum, kemudian dilakukan penjelasan-penjelasan mengenai peraturan tentang pajak restoran sehingga Wajib Pajak dapat mengerti dan sadar akan kewajiban perpajakannya.

2. Menerapkan tarif pemungutan pajak sesuai dengan Perda. Apabila ada Wajib Pajak yang pada saat terhutang pajak restoran tersebut dalam kondisi yang sedang kurang baik perekonomiannya, sehingga tidak mampu membayar maka diberi keringanan atau penundaan pembayaran. 3. Memberikan sanksi yang tegas terhadap Wajib Pajak yang melanggar

peraturan.

4. Melakukan pendataan secara rutin Wajib Pajak restoran yang ada di Kabupaten Boyolali, misalnya sebulan sekali.


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2002. Perpajakan Edisi Revisi 2002. Yogyakarta: Andi. Mardiasmo. 2008. Perpajakan Edisi Revisi 2008. Yogyakarta: Andi.

Pemerintah Kabupaten Boyolali. 2007. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No. 11 Tahun 2007 Tentang Pajak Restoran.

Prakoso, Bambang Kesit. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah.


(1)

commit to user

BAB III TEMUAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis tentang Evaluasi Penerimaan Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah di DPPKAD Kabupaten Boyolali, serta berdasarkan wawancara dengan pegawai yang berwenang di DPPKAD Kabupaten Boyolali maka terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan yang penulis temukan antara lain sebagai berikut:

A. KELEBIHAN

1. Realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali dari tahun 2008-2010 selalu mengalami peningkatan.

2. Efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 cukup efektif, karena penerimaannya selalu dapat melebihi target yang telah dianggarkan setiap tahunnya.

3. Pajak restoran sudah memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Boyolali.

B. KELEMAHAN

1. Pemungutan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali belum bisa dilakukan secara optimal, karena masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang tidak taat membayar pajak, serta adanya pengusaha yang menyembunyikan omset penjualannya.


(2)

commit to user

2. Di DPPKAD Kabupaten Boyolali penerapan tarif pemungutan pajak

restoran sesuai dengan Perda No. 11 tahun 2007 tentang Pajak Restoran belum bisa diterapkan sacara optimal. Tidak semua pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan membayar pajak restoran sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan karena masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang membayar pajak restoran tidak sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan, tetapi membayar hanya sesuai dengan kemampuannya.

3. Jumlah petugas atau pelaksana pemungutan pajak restoran sangat terbatas, hanya 4 orang. Dengan wilayah Kabupaten Boyolali yang cukup luas sadangkan jumlah petugas pemungutannya terbatas, maka masih banyak potensi wajib pajak restoran yang belum dipungut pajak restorannya. 4. Kurangnya sosialisasi kepada para pengusaha restoran, rumah makan dan

warung makan mengenai pajak restoran. Sehingga para Wajib Pajak belum memahami tentang peraturan-peraturan mengenai pajak restoran dan pada akhirnya Wajib Pajak kurang sadar akan kewajibannya membayar pajak.


(3)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari DPPKAD Kabupaten

Boyolali tentang Evaluasi Penerimaan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten

Boyolali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Persentase pertumbuhan tahun 2007-2008 sebesar 5,43%, tahun 2008-2009 sebesar 15,06%, sedangkan tahun 2009-2010 sebesar 52,22%. Rata-rata persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 24,24%. Efektifitas penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali tahun 2008-2010 cukup efektif. Efektifitas penerimaaan pajak restoran tahun 2008 sebesar 110,99%, tahun 2009 sebesar 127,70%, sedangkan tahun 2010 sebesar 153,89%, Rata-rata efektifitas penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 130,86%. Kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah di DPPKAD Kabupaten Boyolali cukup baik. Pada tahun 2008 dan 2009 kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah sama yaitu sebesar 0,85%, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 1,17%. Rata-rata kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah selama tahun 2008-2010 sebesar 0,96%.


(4)

commit to user

2. Dalam pelaksanaan pemungutan pajak restoran DPPKAD Kabupaten

Boyolali masih menemui beberapa hambatan, yaitu antara lain: masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang

tidak taat membayar pajak, serta adanya pengusaha yang

menyembunyikan omset penjualannya. Penerapan tarif pemungutan pajak restoran sesuai dengan Perda No. 11 tahun 2007 tentang Pajak Restoran belum bisa diterapkan sacara optimal, karena masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan yang membayar tidak sesuai dengan tarif , tetapi hanya sesuai dengan kemampuannya. Jumlah petugas atau pelaksana pemungutan pajak restoran sangat terbatas hanya 4 orang, sedangkan wilayah Kabupaten Boyolali cukup luas.

3. Untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran DPPKAD Kabupaten

Boyolali melakukan beberapa upaya, yaitu antara lain: melakukan sosialisasi kepada para pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan mengenai pajak restoran, sehingga para Wajib Pajak dapat lebih memahami peraturan-peraturan tentang pajak restoran dan pada akhirnya Wajib Pajak sadar akan kewajibannya membayar pajak. Menambah jumlah petugas atau pelaksana pemungutan pajak restoran, sehingga pelaksanaan pemungutan pajak restoran dapat dilakukan merata di seluruh wilayah Kabupaten Boyolali. Mencari obyek baru yang berpotensi menambah penerimaan daerah dari sektor pajak restoran. Dengan jumlah Wajib Pajak yang semakin meningkat, maka penerimaan pajak restoran juga akan semakin bertambah.


(5)

commit to user

B. REKOMENDASI

Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan yang ditemukan oleh penulis maka penulis ingin memberikan saran dan rekomendasi yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan penerimaan pajak restoran di DPPKAD Kabupaten Boyolali, yaitu sebagai berikut:

1. Lebih meningkatkan sosialisasi kepada para pengusaha restoran, rumah makan dan warung makan tentang peraturan-peraturan pajak restoran. Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan para pengusaha itu dalam suatu forum, kemudian dilakukan penjelasan-penjelasan mengenai peraturan tentang pajak restoran sehingga Wajib Pajak dapat mengerti dan sadar akan kewajiban perpajakannya.

2. Menerapkan tarif pemungutan pajak sesuai dengan Perda. Apabila ada Wajib Pajak yang pada saat terhutang pajak restoran tersebut dalam kondisi yang sedang kurang baik perekonomiannya, sehingga tidak mampu membayar maka diberi keringanan atau penundaan pembayaran. 3. Memberikan sanksi yang tegas terhadap Wajib Pajak yang melanggar

peraturan.

4. Melakukan pendataan secara rutin Wajib Pajak restoran yang ada di Kabupaten Boyolali, misalnya sebulan sekali.


(6)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2002. Perpajakan Edisi Revisi 2002. Yogyakarta: Andi. Mardiasmo. 2008. Perpajakan Edisi Revisi 2008. Yogyakarta: Andi.

Pemerintah Kabupaten Boyolali. 2007. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No. 11 Tahun 2007 Tentang Pajak Restoran.

Prakoso, Bambang Kesit. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah.