Fee Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Auditor Switching Pada Kualitas Audit.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

KADEK DWIYANI CIPTANA PUTRI NIM: 1215351001

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015


(2)

i SKRIPSI

Oleh:

KADEK DWIYANI CIPTANA PUTRI NIM: 1215351001

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2015


(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal :

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Ni Luh Sari Widhiyani SE., M.Si ...

2. Sekretaris : Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si, Ak ...

3. Anggota : Dr. I Gde Ary Wirajaya SE., M.Si., Ak ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

(Dr. A.A.G.P. Widanaputra,SE.,M.Si,Ak) NIP. 19650323 199103 1 004

Pembimbing

(Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si, Ak) NIP. 19661008 199303 2 001


(4)

iii

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiat, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Mahasiswa,

Kadek Dwiyani Ciptana Putri 1215351001


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Fee Audit sebagai Pemoderasi Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit”. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. I Gst. Wayan Murjana Yasa, SE., M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE.,M.Si,Ak dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Drs. Ketut Suardika Natha, M.Si, dan Bapak Drs. I Made Jember, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Ibu Ni Gusti Putu Wirawati, SE.,M.Si selaku Koordinator Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan sebagai Dosen Pembimbing Akademis.

6. Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi, terimakasih atas waktu, bimbingan, masukan, kesabaran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(6)

v memberikan saran dan masukan.

8. Bapak Dr. I Gde Ary Wirajaya, SE., M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan saran.

9. Orang tua tercinta, Ir. Kt. Santiawan dan Km. Eny Mariani yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi yang berlimpah serta Luh Pt Novyanti Ciptana Ika Putri, SE., M.Si., Ak., Km. Dharma Susila, SE dan Km. Okky Maharani Ciptana Putri yaitu kakak dan adik tercinta yang selalu menemani dan memberi dukungan.

10. Ryan Prastya Mariata Putra yang selalu menemani dan memberi dukungan. 11. Sahabat-sahabat seperjuangan, Bandem, Nita, Midi, Devi, Iin, Kak Bayu, Ugek,

yang telah membantu, memberi dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang juga telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar,


(7)

vi

Judul : Fee Audit sebagai Pemoderasi Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit

Nama : Kadek Dwiyani Ciptana Putri NIM : 1215351001

Abstrak

Kualitas audit adalah proses pemeriksaan sistematis sistem mutu yang dilakukan oleh auditor mutu internal atau eksternal atau tim audit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh auditor switching pada kualitas audit dengan fee audit sebagai moderasi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan auditan lengkap (dalam rupiah) yang terdaftar di BEI dari tahun 2009-2014. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 168 perusahaan manufaktur yang ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi logistik dan uji interaksi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa auditor switching berpengaruh positif pada kualitas audit dan fee audit memperlemah pengaruh auditor switching pada kualitas audit.


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR. ...x

DAFTAR LAMPIRAN. ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Kegunaan Penelitian ...7

1.5 Sistematika Penulisan……….... ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ...9

2.1.1 Teori Keagenan. ...9

2.1.2 Pengertian Audit ...11

2.1.3 Kualitas Audit ...12

2.1.4 Auditor Switching ...16

2.1.5 Fee Audit ...18

2.2 Hipotesis Penelitian ...19

2.2.1 Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit ...19

2.2.2 Pengaruh Fee Audit dalam Memoderasi Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit ...21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...23

3.2 Lokasi Penelitian ...24

3.3 Objek Penelitian ...24

3.4 Identifikasi Variabel ...24

3.5 Definisi Operasional Variabel ...25


(9)

viii

3.6.1 Jenis Data ...27

3.6.2 Sumber Data ...27

3.7 Populasi dan Sampel ...27

3.7.1 Populasi ...27

3.7.2 Sampel ...28

3.8 Metode Pengumpulan Data ...28

3.9 Teknik Analisis Data ...29

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif ...29

3.9.2 Analisis Regresi Logistik dan Uji Interaksi ...29

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ...33

4.2 Deskripsi Variabel. ...34

4.3 Hasil Uji Regresi Logistik ...36

4.4 Pengujian Hipotesis. ...…..40

4.6.1 Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit...40

4.6.2 Pengaruh Fee Audit Memoderasi Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit...30

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...44

5.2 Saran ...44

DAFTAR RUJUKAN ...46


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Tahap Pemilihan Sampel. ...34

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif. ...35

4.3 Hasil Menilai Kelayakan Model Regresi. ...36

4.4 Hasil Menilai Keseluruhan Model. ...37

4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...38

4.6 Hasil Uji Matriks Klasifikasi. ...38


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Daftar Nama Perusahaan yang menjadi Sampel. ...49

2 Data Tabulasi ...50

3 Hasil Uji Statistik Deskriptif. ...55


(13)

(14)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Persaingan di dalam dunia usaha dewasa ini semakin ketat, termasuk persaingan dalam bisnis pelayanan jasa akuntan publik. Untuk dapat bertahan ditengah persaingan yang ketat, khususnya dibidang bisnis pelayanan jasa akuntan publik harus dapat menghimpun klien sebanyak mungkin dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas, oleh karena itu menuntut para auditor untuk tetap memiliki kualitas audit yang baik. Perusahaan going public wajib melakukan audit atas laporan keuangannya agar informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan bisnis yang tepat bagi para pemangku kepentingan. Maharani dan Purnomosidhi (2012) mengungkapkan bahwa laporan keuangan merupakan satu-satunya sumber informasi bagi pemegang saham, sehingga dengan dilakukannya audit, informasi yang tersedia dalam laporan keuangan menjadi relevan dan reliable bagi pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.

Banyak perusahaan yang sudah go public terdorong untuk memakai jasa pelayanan publik yang memiliki hasil audit yang berkualitas, dimana semakin sering kantor pelayanan jasa akuntan publik di percaya untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan maka semakin tinggi reputasi kantor akuntan publik yang beredar di masyarakat umum (Putra, 2013). Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan


(15)

2

auditor. Laporan ini menjadi sangat penting karena laporan tersebut dapat menginformasikan tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya (Himawan dan Emarila, 2010).

Pihak manajemen suatu perusahaan berkepentingan untuk menyajikan laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini berpotensi dipengaruhi kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai laporan keuangan sangat berkepentingan untuk mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Di sinilah peran akuntan publik sebagai pihak yang independen untuk menengahi kedua pihak (agen dan prinsipal) dengan kepentingan berbeda tersebut, yaitu untuk memberi penilaian dan pernyataan pendapat (opini) terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan (Damayanti, 2007). Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah keuangan klien menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai prinsip-prinsip yang berlaku wajar sesuai prinsip akuntansi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus memperhatikan dalam hal (1) merencanakan dan merancang pendekatan audit; (2) memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian khusus; (3) memperoleh bukti melalui prosedur audit; (4) melaksanakan prosedur analitis substantif; (5) melakukan pengujian rincian saldo; (6) melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan; (7) mengumpulkan bukti akhir; (8) mengeluarkan laporan audit (Indarto, 2011). Dari sudut pandang auditor, audit dianggap berkualitas apabila auditor memperhatikan


(16)

3

(judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.

Independensi auditor adalah kunci utama dari profesi audit, termasuk untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Secara umum, ada dua bentuk independensi auditor: independence in fact dan independence in appearance. Independence in fact menuntut auditor agar membentuk opini dalam laporan audit seolah-olah auditor itu pengamat profesional, tidak berat sebelah. Independence in appearance menuntut auditor untuk menghindari situasi yang dapat membuat orang lain mengira bahwa dia tidak mempertahankan pola pikiran yang adil (Nasser et al., 2006). Auditor harus mempunyai kemampuan teknikal dari auditor yang terpresentasi dalam pengalaman maupun profesi dan kualitas auditor dalam menjaga sikap mentalnya (independensi) supaya mampu menciptakan hasil audit yang berkualitas (Hartadi, 2012). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Jadi, standar auditing mencakup mutu profesional (professional qualities) auditor independen dan pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor (IAI, 2013).

Hasil kualitas audit digunakan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan pengguna informasi akuntansi sehingga dapat mengurangi risiko informasi yang tidak kredibilitas informasi dalam laporan keuangan bagi pengguna


(17)

4

dihasilkan dan dirasakan, maka semakin kredibel laporan keuangan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan (Mgbame et al., 2012). Laporan keuangan merupakan salah satu alat pertangungjawaban manajemen kepada stakeholder. Setiap perusahaan diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan baik itu perusahaan go public atau tidak. Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan (Sundjaja, 2001: 47).

Penggunaan jasa auditor dapat memberikan jaminan, bahwa laporan keuangan yang disajikan sudah relevan dan reliable, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan seluruh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (Singgi dan Bawono, 2010). Menurut Giri (2010) mengatakan bahwa tugas audit yang terlalu lama dilakukan oleh seorang auditor (KAP) akan terikat secara emosional dan menurunkan independensinya serta dapat menciptakan masalah eskalasi komitmen terhadap keputusan yang buruk dari seorang auditor. Pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi auditor dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002). Peraturan tersebut kemudian diperbarui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan mengenai perputaran auditor, maka akan menimbulkan perilaku


(18)

5

klien. Deis dan Groux (1992) mengungkapkan bahwa probabilitas dalam menemukan dan melaporkan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan independensi auditor. Pernyataan ini didukung penelitian Marsellia, dkk. (2012) yang menemukan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Salah satu faktor dari luar diri auditor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil audit adalah fee audit. Dimana ketepatan informasi dari laporan keuangan yang dihasilkan oleh auditor tergantung pada kualitas auditor. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa auditor yang berkualitas lebih tinggi akan mengenakan fee audit yang lebih tinggi pula, karena auditor yang berkualitas akan mencerminkan informasi privat yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Sehingga calon investor akan mendapatkan estimasi yang lebih tepat tentang aliran kas masa depan dari perusahaan karena pilihan pemilik atas auditor yang dapat memberikan informasi tersebut (Ian, 2013).

Fee audit merupakan fee yang diterima akuntan publik setelah melaksanakan jasa audit. Besarnya fee audit dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruh auditor switching terhadap kualitas audit. Hartadi (2009) menemukan bahwa auditor switching tidak berpengaruh


(19)

6

dilakukan. Mgbame et al., (2012) mengungkapkan bahwa audit tenure berhubungan negatif dengan kualitas audit, sehingga dengan adanya auditor switching akan dapat meningkatkan kualitas audit. Dopuch et al., (2001) menemukan bahwa auditor switching berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Berdasarkan pada uraian di atas tersebut, maka akan diteliti tentang fee audit sebagai pemoderasi pengaruh auditor switching pada kualitas audit.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah:

1) Apakah auditor switching berpengaruh pada kualitas audit?

2) Apakah fee audit memoderasi pengaruh auditor switching pada kualitas audit?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai fee audit sebagai pemoderasi pengaruh auditor switching terhadap kualitas audit mempunyai tujuan penelitian, yaitu:

1) Untuk menguji pengaruh auditor switching pada kualitas audit.

2) Untuk menguji pengaruh auditorswitching pada kualitas audit dengan fee audit sebagai pemoderasi


(20)

7 praktis sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi yang berkaitan dengan auditing, khususnya dalam bidang peningkatan kualitas audit.

2) Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu sebagai pertimbangan bagi auditor dalam meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab dijelaskan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai landasan penelitian untuk mendukung analisis data mengenai permasalahan yang diteliti, meliputi teori keagenan, pengertian audit, kualitas audit, auditor switching, fee audit dan hipotesis penelitian.


(21)

8

dalam skripsi ini, yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang deskripsi hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab penutup yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(22)

9 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen dengan prinsipal. Pada

teori ini dijelaskan adanya suatu kontrak dimana agen menutup kontrak untuk

melakukan tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal menutup kontrak untuk

memberi imbalan kepada agen (Estrini, 2013). Dianalogikan antara pemilik

perusahaan dan manajemen perusahaan itu. Teori Hendriksen (2002, 206)

memandang hubungan manajer dan pemilik sebagai hubungan dua individu untuk

lebih memahami informasi ekonomi. Dua individu tersebut adalah prinsipal

(pemilik, yang disebut sebagai evaluator informasi) dan agen (manajer, yang

disebut sebagai pengambil keputusan).

Prinsipal dipandang sebagai pemberi informasi yang selanjutnya informasi

tersebut akan diolah oleh agen untuk mengambil keputusan bagi kepentingan

prinsipal. Di dalam perjalanannya, hubungan prinsipal dan agen tidak selamanya

berjalan dengan lancar dan baik-baik saja. Ada kemungkinan agen

menyalahgunakan kepercayaan dari pemilik untuk mengambil keuntungan bagi

dirinya sendiri. Kondisi inilah yang dikenal sebagai moral hazard. Menurut Jensen

dan Meckling, 1976 dalam Rossieta dan Wibowo, 2009 memandang hubungan


(23)

10

wewenang dari pemilik kepada manajemen membuatnya memiliki hak untuk

mengambil keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik. Akan tetapi, kepentingan

dua pihak ini tidak selalu sejalan sehingga muncul benturan-benturan kepentingan

antara keduanya. Hendriksen, 2002 memberikan solusi atas terjadinya moral

hazard, yaitu dengan menugaskan auditor untuk memeriksa apa yang dilakukan

manajemen. Solusi lainnya adalah dengan memberi insentif kepada manajer berupa

saham perusahaan. Dengan pemberian insentif semacam itu, manajer juga

merupakan pemilik perusahaan dan dengan demikian mempunyai rasa memiliki

pada perusahaan sehingga tercipta keselarasan preferensi antara prinsipal dan agen.

Benturan kepentingan yang terjadi dapat diselesaikan melalui pihak ketiga

yang independen sebagai mediator pemilik dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi

memonitor perilaku manajer sebagai agen dan memastikan bahwa agen bertindak

sesuai kepentingan pemilik (Rossieta dan Wibowo, 2009). Baik Hendriksen (2002)

maupun Jensen dan Meckling (1976) setuju bahwa untuk mengatasi

masalah-masalah antara prinsipal dan agen dibutuhkan pihak ketiga yang independen. Pihak

ketiga yang independen yang dimaksud adalah auditor eksternal. Dengan audit oleh

auditor eksternal yang independen, agen dapat membuktikan bahwa kepercayaan

dari pemilik tidak diselewengkan untuk kepentingan pribadi agen. Prinsipal juga

dapat memiliki keyakinan yang lebih besar kepada agen dan dapat mengetahui


(24)

11

dan Wibowo (2009) mengatakan bahwa masalah keagenan auditor bersumber pada

mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Manajemen menunjuk

auditor untuk melakukan audit bagi kepentingan prinsipal. Di lain sisi, manajemen

yang membayar dan menanggung jasa audit. Masalah kelembagaan dapat

menimbulkan ketergantungan auditor pada kliennya. Ketergantungan ini

menyebabkan auditor mulai kehilangan independensinya dan berusaha

mengakomodasi keinginan-keinginan manajemen dengan harapan perikatannya

dengan klien tidak terputus. Hal demikian bertentangan dengan prinsip auditor

selaku pihak ketiga yang dituntut untuk independen dalam menjalankan audit dan

dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan klien.

2.1.2 Pengertian Audit

Menurut (Agoes, 2012:3) auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan

secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan

yang telah dilakukan disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan

dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Whittington et al., (2001) dalam

Susiana dan Arleen Herawaty (2007) menyatakan bahwa audita dalah pemeriksaan

laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan akuntan publik independen. Definisi

tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus diperhatikan dalam

melaksanakan audit, yaitu:


(25)

12

4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence);

5) Kriteria yang ditentukan;

6) Menyampaikan hasil-hasilnya; dan

7) Para pemakai yang berkepentingan.

Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk

menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang

telah ditetapkan (Arens et al., 2008:4). Audit harus dilakukan oleh seorang yang

kompeten, orang independen, sedangkan definisi audit adalah review metodis dan

pemeriksaan obyektif item, termasuk verifikasi informasi spesifik yang ditentukan

oleh auditor atau ditetapkan oleh praktek umum (Halim, 2008:3). Umumnya, tujuan

dari audit adalah untuk menyatakan pendapat atas atau mencapai kesimpulan

tentang apa yang telah diaudit.

2.1.3 Kualitas Audit

Istilah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang.

Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud

terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang

material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan

keuangan auditee. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka

bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee

dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi


(26)

13

suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditee. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha

untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang

kecil.

Wooten dalam Tamba dan Siregar (2008) telah mengembangkan model

kualitas audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model yang

disajikan oleh Wooten dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator untuk

kualitas audit yaitu: (1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3)

kepatuhan terhadap SOP, (4) risiko audit, (5) prinsip kehati-hatian, (6) proses

pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor dan (7) perhatian yang diberikan oleh

manajer atau partner. (Deis dan Groux, 1992 dalam Tamba dan Siregar, 2008)

melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan

kualitas audit yaitu: (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap

suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit

pada auditee yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah,

(2) jumlah auditee, semakin banyak jumlah auditee maka kualitas audit akan

semakin baik karena auditor dengan jumlah auditee yang banyak akan berusaha

menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan auditee, semakin sehat kondisi

keuangan auditee maka akan ada kecenderungan auditee tersebut untuk menekan

auditor agar tidak mengikuti standar dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit


(27)

14

menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk melaksanakan pekerjaan

audit terhadap laporan keungan perusahaan. Berdasarkan skala auditor yang pernah

ada dapat dikelompokkan mulai dari kelompok delapan besar atau dikenal dengan

The Big Eight. Dalam tahun 1979, kantor-kantor tersebut disebut The Big Eight

yang merupakan dominasi international dari delapan kantor akuntan besar yaitu: (1)

Arthur Anderson, (2) Arthur Young & Company, (3) Coopers & Lybrand, (4) Ernst

& Whinney (dahulu Ernst & Ernst), (5) Haskins & Sells (bergabung dengan sebuah

kantor dari Eropa yang pada akhirnya menjadi Delloite, Haskins ang Sells), (6)

KPMG (terbetuk karena bergabungnya Peat Marwivk International dan KMG

Group), (7) Price Waterhouse dan (8) Touche Ross.

The Big Eight berubah menjadi The Big Six pada tahun 1989 pada saat Ernst

& Whinney bergabung dalam Arthur Young membentuk Ernst & Young di Bulan

Juni dan Delloitte, Haskins & Sells bergabung dengan Touche Ross membentuk

Delloite & Touche di Bulan Agustus. The Big Six berubah menjadi The Big Five di

Bulan Juli 1998 pada saat Price Waterhouse bergabung dengan Coopers & Lybrand

membentuk Pricewaterhouse Coopers. Pada tahun 2002 adanya kasus yang

menimpa Kantor Akuntan Arthur Andersen menyebabkan partner Arthur Andersen

setempat kebanyakan bergabung dengan Ernst & Young dan Delloitte Touche

Tohmatsu. Di Indonesia pada partner Arthur Andersen pada akhirnya bergabung

dengan Ernst & Young. Hingga hanya terdapat empat firma jasa profesional dan


(28)

15

reputasi atau nama baik untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan. Hal ini

ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor akuntan

publik besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Wordwide

Acoounting Firm (Big Four). Kategori KAP The Big Four di Indonesia

(www.wikipedia.org): (1) KAP Price Waterhouse, yang bekerja sama dengan KAP

Haryanto Sahari dan rekan, (2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler),

yang bekerja sama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja, (3) KAP Enrs &

Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantoro, Sarwoko dan Sandjaja dan (4)

KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing

Satrio dan rekan. (De Angelo, 1981 dalam Oktorina dan Suharli, 2005)

menyimpulkan bahwa KAP yang lebih dapat diartikan kualitas audit yang

dihasilkan pun lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Oleh karena itu dapat

disimpulkan perusahaan yang menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP)

besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.

AAA Financial Accounting Commite (dikutip oleh Ridiawan dan Badera,

2008) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompentensi

dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas

audit. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit

merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor


(29)

16

berkualitas. Pemakai laporan keuangan lebih percaya pada laporan keuangan

auditan yang diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi dibanding

auditor yang kurang berkualitas karena mereka mengganggap bahwa untuk

mempertahankan kredibilitasnya auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan

proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan.

2.1.4 Auditor Switching

Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik

yang dilakukan oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa

faktor yang bisa berasal dari faktor klien maupun faktor auditor. Mardiyah (2002)

juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti KAP adalah

faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang

gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor

(Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit. Bukti teoritis

mengenai auditor switching didasarkan pada teori agensi. Teori keagenan yang

dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan

keagenan (agency relationship) sebagai hubungan yang timbul karena adanya

kontrak yang ditetapkan antara principal yang menggunakan agent untuk

melaksanakan jasa yang menjadi kepentingan principal. Ada dua bentuk hubungan

keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham, serta hubungan antara

manajer dan pemberi pinjaman (bondholder). Masalah agensi disebabkan oleh


(30)

17

principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost) (Jensen dan Meckling,

1976). Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai penengah kedua

belah pihak (agent danprinciple) yang berbeda kepentingan. Auditor independen

juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku

mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).

Pada kondisi dimana tidak ada aturan yang mewajibkan pergantian auditor,

terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi ketika klien mengganti auditornya

yaitu, auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Apapun

kemungkinan yang akan terjadi, perhatian utama tetap pada alasan apa saja yang

mendasari terjadinya peristiwa auditor switching tersebut dan ke mana klien

tersebut akan berpindah auditor. Alasan pergantian auditor dapat terjadi karena

peraturan yang membatasi masa perikatan audit, seperti yang terjadi di Indonesia.

Alasan lain pergantian karena adanya ketidaksepakatan atas praktik akuntansi

tertentu, maka klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.

Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mencari auditor baru terjadi

ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena

informasi yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi yang dimiliki

auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor yang kemungkinan besar akan

sepakat dengan praktik akuntansi perusahaan. Sehingga ada dua kemungkinan yang

terjadi jika auditor bersedia menerima klien baru. Kemungkinan pertama adalah


(31)

18

finansial.

2.1.5 Fee Audit

Sampai sekarang belum terdapat peraturan yang jelas mengenai besarnya

audit fee yang harus ditagih oleh akuntan publik terhadap klien (auditee) atas jasa

audit yang diberikan. Kondisi seperti ini memberikan indikasi bahwa selama ini

penetapan audit fee. Penetapan audit fee tidak kalah penting didalam penerimaan

penugasan, auditor tentu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai.

Oleh sebab itu, penentuan fee audit perlu disepakati antara klien dengan auditor,

supaya tidak terjadi perang tarif yang dapat merusak kredibilitas akuntan publik

(Ginting, 2014).

Menurut Gammal (2012) bahwa fee audit dapat didefinisikan sebagai jumlah

biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk proses audit kepada perusahaan

(auditee). Fee audit biasanya ditentukan sebelum memulai proses audit. Dalam

Kode Etik Profesi Akuntan Publik tahun 2013 Seksi 240 disebutkan dalam

melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan, praktisi dapat

mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Fakta

terjadinya jumlah imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh praktisi yang satu

lebih rendah dari praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode

etik profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar

etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan.


(32)

19

mempertimbangkan hal-hal berikut: kebutuhan klien; tugas dan tanggung jawab

menurut hukum (statutory duties); independensi; tingkat keahlian (levels of

expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta

tingkat kompleksitas pekerjaan; banyak waktu yang diperlukan dan secara efektif

digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan; dan

basis penetapan fee yang disepakati.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit

Salsabila dan Prayudiawan (2011) menemukan bahwa pengetahuan audit

yang dimiliki auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor.

Deis dan Groux (1992) mengungkapkan bahwa probabilitas dalam menemukan dan

melaporkan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan

independensi auditor. Pernyataan ini didukung penelitian Marsellia, dkk (2012)

yang menemukan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit. Auditor switching pada kenyataannya dilakukan

perusahaan karena beberapa faktor. Siegel, et al (2008) menjelaskan bahwa

pemberhentian auditor dapat terjadi karena hubungan yang tidak baik antara auditor

dan klien, perputaran staf audit yang tinggi, dan ketidaksepakatan akuntansi.

Auditor switching dapat terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap KAP lama,


(33)

20

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten

mengenai pengaruh auditor switching terhadap kualitas audit. Hartadi (2009)

menemukan bahwa auditor switching tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Cameran et al. (2010) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari

kualitas audit setelah dan sebelum auditor switching dilakukan. Mgbame et al.

(2012) mengungkapkan bahwa audit tenure berhubungan negatif dengan kualitas

audit, sehingga dengan adanya auditor switching akan dapat meningkatkan kualitas

audit. Auditor switching berpengaruh positif terhadap kualitas audit (Dopuch et al.

2001).

Berdasakan urain tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

H1: Auditor switching berpengaruh positif pada kualitas audit

2.2.2 Pengaruh Fee Audit dalam memoderasi Auditor Switching pada Kualitas Audit

Yuniarti (2011) membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara

signifikan terhadap kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan

kualitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi

biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat

meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nindita dan Siregar

(2012) bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor yang


(34)

21

menyampaikan kepada publik. Jadi perusahaan yang menggunakan KAP yang lebih

besar biasanya adalah perusahaan yang memiliki kondisi yang baik, sehingga

cenderung mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian sementara perusahaan

yang kondisinya sedang tidak baik lebih banyak menggunakan KAP tidak dapat

mendeteksi kondisi perusahaan yang tidak baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Hilda (2009) juga menyatakan

bahwa KAP Big 4 akan mempunyai kemampuan melakukan penugasan audit yang

lebih tinggi dibandingkan KAP kecil atau non Big 4, sehingga mampu

menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Dong Yu (2007) juga menjelaskan bahwa kantor akuntan yang lebih

besar dapat menghasilkan audit yang berkualitas lebih baik, namun dapat dikatakan

bahwa auditor skala besar memiliki fee audit yang lebih tinggi dibanding auditor

skala kecil. Ketika manajer tidak cocok dengan fee audit yang ditawarkan maka

mereka akan mencoba mengganti KAP dengan penawaran yang lebih baik.

Berdasakan urain tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut:


(1)

emphaty, dan responsiveness. Laporan keuangan auditan yang berkualitas relevan dan reliabel dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh auditor yang berkualitas. Pemakai laporan keuangan lebih percaya pada laporan keuangan auditan yang diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi dibanding auditor yang kurang berkualitas karena mereka mengganggap bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan.

2.1.4 Auditor Switching

Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik yang dilakukan oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa berasal dari faktor klien maupun faktor auditor. Mardiyah (2002) juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit. Bukti teoritis mengenai auditor switching didasarkan pada teori agensi. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan keagenan (agency relationship) sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan antara principal yang menggunakan agent untuk melaksanakan jasa yang menjadi kepentingan principal. Ada dua bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham, serta hubungan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholder). Masalah agensi disebabkan oleh adanya konflik kepentingan dan informasi asimetri antara principle (pemegang


(2)

saham) dan agent (manajemen). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost) (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent danprinciple) yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).

Pada kondisi dimana tidak ada aturan yang mewajibkan pergantian auditor, terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi ketika klien mengganti auditornya yaitu, auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Apapun kemungkinan yang akan terjadi, perhatian utama tetap pada alasan apa saja yang mendasari terjadinya peristiwa auditor switching tersebut dan ke mana klien tersebut akan berpindah auditor. Alasan pergantian auditor dapat terjadi karena peraturan yang membatasi masa perikatan audit, seperti yang terjadi di Indonesia. Alasan lain pergantian karena adanya ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien. Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mencari auditor baru terjadi ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena informasi yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi yang dimiliki auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor yang kemungkinan besar akan sepakat dengan praktik akuntansi perusahaan. Sehingga ada dua kemungkinan yang terjadi jika auditor bersedia menerima klien baru. Kemungkinan pertama adalah auditor telah memiliki informasi yang cukup lengkap tentang usaha klien.


(3)

Kemungkinan kedua auditor sebenarnya tidak memiliki informasi yang cukup tentang klien tetapi menerima klien hanya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial.

2.1.5 Fee Audit

Sampai sekarang belum terdapat peraturan yang jelas mengenai besarnya audit fee yang harus ditagih oleh akuntan publik terhadap klien (auditee) atas jasa audit yang diberikan. Kondisi seperti ini memberikan indikasi bahwa selama ini penetapan audit fee. Penetapan audit fee tidak kalah penting didalam penerimaan penugasan, auditor tentu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Oleh sebab itu, penentuan fee audit perlu disepakati antara klien dengan auditor, supaya tidak terjadi perang tarif yang dapat merusak kredibilitas akuntan publik (Ginting, 2014).

Menurut Gammal (2012) bahwa fee audit dapat didefinisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk proses audit kepada perusahaan (auditee). Fee audit biasanya ditentukan sebelum memulai proses audit. Dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik tahun 2013 Seksi 240 disebutkan dalam melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan, praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh praktisi yang satu lebih rendah dari praktisi yang lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Namun demikian, ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa profesional yang diusulkan. Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum Institut Akuntan Publik


(4)

Indonesia Nomor: KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee audit yaitu dalam menetapkan imbal jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal-hal berikut: kebutuhan klien; tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties); independensi; tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan; banyak waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan; dan basis penetapan fee yang disepakati.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Auditor Switching pada Kualitas Audit

Salsabila dan Prayudiawan (2011) menemukan bahwa pengetahuan audit yang dimiliki auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Deis dan Groux (1992) mengungkapkan bahwa probabilitas dalam menemukan dan melaporkan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan independensi auditor. Pernyataan ini didukung penelitian Marsellia, dkk (2012) yang menemukan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor switching pada kenyataannya dilakukan perusahaan karena beberapa faktor. Siegel, et al (2008) menjelaskan bahwa pemberhentian auditor dapat terjadi karena hubungan yang tidak baik antara auditor dan klien, perputaran staf audit yang tinggi, dan ketidaksepakatan akuntansi. Auditor switching dapat terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap KAP lama, ketidaksesuaian biaya, untuk meningkatkan kualitas audit, ketidaksepakatan


(5)

akuntansi, reputasi auditor dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan (Halim, 2008:95).

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruh auditor switching terhadap kualitas audit. Hartadi (2009) menemukan bahwa auditor switching tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Cameran et al. (2010) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari kualitas audit setelah dan sebelum auditor switching dilakukan. Mgbame et al. (2012) mengungkapkan bahwa audit tenure berhubungan negatif dengan kualitas audit, sehingga dengan adanya auditor switching akan dapat meningkatkan kualitas audit. Auditor switching berpengaruh positif terhadap kualitas audit (Dopuch et al. 2001).

Berdasakan urain tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Auditor switching berpengaruh positif pada kualitas audit

2.2.2 Pengaruh Fee Audit dalam memoderasi Auditor Switching pada Kualitas Audit

Yuniarti (2011) membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nindita dan Siregar (2012) bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor yang berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila kondisi perusahaan yang


(6)

tidak baik. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa auditor yang berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi kondisi perusahaan yang tidak baik dan menyampaikan kepada publik. Jadi perusahaan yang menggunakan KAP yang lebih besar biasanya adalah perusahaan yang memiliki kondisi yang baik, sehingga cenderung mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian sementara perusahaan yang kondisinya sedang tidak baik lebih banyak menggunakan KAP tidak dapat mendeteksi kondisi perusahaan yang tidak baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Hilda (2009) juga menyatakan bahwa KAP Big 4 akan mempunyai kemampuan melakukan penugasan audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP kecil atau non Big 4, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dong Yu (2007) juga menjelaskan bahwa kantor akuntan yang lebih besar dapat menghasilkan audit yang berkualitas lebih baik, namun dapat dikatakan bahwa auditor skala besar memiliki fee audit yang lebih tinggi dibanding auditor skala kecil. Ketika manajer tidak cocok dengan fee audit yang ditawarkan maka mereka akan mencoba mengganti KAP dengan penawaran yang lebih baik. Berdasakan urain tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: