Fee Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan.

(1)

i

FEE

AUDIT SEBAGAI PEMODERASI

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP

INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN

SKRIPSI

Oleh:

MADE AYU PRILLA WINDA PUSPITA

NIM: 1215351061

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal:

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. I Gusti Ngurah Agung Suaryana, SE., M.Si. ………... 2. Sekretaris : I Made Karya Utama, SE, M.Com., Ak. ………

3. Anggota : Made Yenni Latrini, SE, M.Si, ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. I Dewa Nym. Badera, SE, M.Si, Ak I Md. Karya Utama, SE, M.Com, Ak NIP. 19641225 199303 1 003 NIP. 19770821 200212 1 003


(3)

iii PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Mei 2016

Mahasiswa,

Made Ayu Prilla Winda Puspita NIM. 1215351061


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Fee Audit sebagai Pemoderasi Pengaruh Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., Pembantu Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak dan Dr. I Gusti Ngurah Agung Suaryana, SE., M.Si, Ak masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., dan Drs. I Made Jember, M.Si masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Ni Gusti Putu Wirawati, SE., M.Si., sebagai Koordinator Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Ni Luh Sari Widhiyani SE., M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Akademik. 7. I Made Kaya Utama, SE., M.Com., Ak sebagai Dosen Pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan, masukan serta motivasi selama penyelesaian skripsi ini.

8. Made Yenni Latrini, SE., M.Si., sebagai Dosen Pembahas skripsi atas masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

9. Orang tua tercinta Drs. Putu Ngurah Gede Wiarsana dan Dra. Luh Ketut Anggreni, M.Pd. yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi yang berlimpah serta Putu Gede Kharisma Winanda Putra, SH. yaitu kakak tercinta yang selalu memberi dukungan.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan, Anak Agung Putri Rahayu, Ni Kadek Susi Adnyani, Indah Kusuma Sari, dan Putu Putrika Widhi Susmitha yang telah membantu, memberi dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang juga telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi laporan. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Mei 2016 Penulis


(5)

v

Judul : Fee Audit sebagai Pemoderasi Pengaruh Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan

Nama : Made Ayu Prilla Winda Puspita NIM : 1215351061

Abstrak

Laporan keuangan merupakan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan, oleh karena itu dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan dengan jujur kepada pengguna laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Integritas laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh kualitas audit dan fee audit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris pengaruh kualitas audit dan fee audit terhadap integritas laporan keuangan serta fee audit dalam memoderasi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 61 perusahaan, dengan metode penentuan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi non partisipan. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dan moderated regression analysis.

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas atau dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Fee audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa fee audit yang besar dapat menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas. Fee audit tidak memoderasi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya fee audit tidak mempengaruhi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan.


(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 11

2.1.2 Pengertian Auditing ... 13

2.1.3 Integritas Laporan Keuangan ... 15

2.1.3.1 Pengertian Integritas ... 15

2.1.3.2 Integritas Laporan Keuangan ... 16

2.1.3.3 Konservatisme ... 18

2.1.4 Kualitas Audit ... 20

2.1.5 Fee Audit ... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ... 26

2.3 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 33

3.2 Lokasi Penelitian atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 34

3.3 Obyek Penelitian ... 34

3.4 Identifikasi Variabel ... 34

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 35

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.6.1 Jenis Data ... 37

3.6.2 Sumber Data ... 37

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 37

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 38


(7)

vii

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ... 43

4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 43

4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 44

4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 46

4.4.1 Hasil Uji Normalitas ... 46

4.4.2 Hasil Uji Autokorelasi... 47

4.4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48

4.4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48

4.5 Hasil Uji Hipotesis ... 49

4.5.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 49

4.5.2 Hasil Moderated Regression Analysis ... 51

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

4.6.1 Pengaruh Kualitas Audit pada Integritas Laporan Keuangan ……….. 54

4.6.2 Pengaruh Fee Audit pada Integritas Laporan Keuangan ... 55

4.6.3 Fee Audit Memoderasi Pengaruh pada Integritas Laporan Keuangan ... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR RUJUKAN ... 61


(8)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Penelitian Sebelumnya ... 26

3.1 Klasifikasi Variabel Moderasi ... 40

4.1 Seleksi Jumlah Sampel Penelitian ... 44

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 45

4.3 Hasil Uji Normalitas ... 46

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 47

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 49

4.7 Ringkasan Koefisien Regresi Linear Berganda ... 49


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Daftar Sampel Penelitian ... 66

2 Tabulasi Hasil Perhitungan Variabel Integritas Laporan Keuangan, Fee Audit, Kualitas Audit, LnFee Audit, Interaksi Antara Kualitas Audit dan Fee Audit………... 68

3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 72

4 Hasil Uji Normalitas ... 73

5 Hasil Uji Autokorelasi ... 74

6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 75

7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 76

8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 77


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan, oleh karena itu dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan dengan jujur kepada pengguna laporan keuangan. Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK, 2012). Informasi dalam laporan keuangan harus disajikan secara benar dan jujur dengan mengungkap fakta sebenarnya yang menjadi kepentingan banyak pihak. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi.

Financial Accounting Standar Board (FASB) dalam Statement of Financial Accounting Concept No.2 (SFAC NO.2) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi yang disediakan melalui pelaporan keuangan dan berbagai penjelasan yang digunakan sebagai laporan. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan seperti pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan kepentingan mereka terhadap perusahaan.

Pengukuran integritas informasi laporan keuangan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK, 2012) menetapkan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Hedriksen and Van Breda (2000) mengemukakan beberapa karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan yaitu cost and benefit, Relevance, Reliability, Comparability, dan Materiality. Informasi akuntansi dikatakan relevan


(12)

apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan para pengambil keputusan, dan informasi tersebut adalah reliabel apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi bergantung pada informasi tersebut.

Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur”. Sedangkan menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 2 kualitas informasi yang menjamin bahwa informasi secara wajar bebas dari kesalahan dan bias dan secara jujur menyajikan apa yang dimaksudkan untuk dinyatakan. Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif diukur dengan konservatisme. Dalam penelitian ini menganalisis pengaruh kualitas audit yang diukur dengan melihat KAP yang digunakan termasuk KAP bigfour terhadap integritas laporan keuangan dan fee audit sebagai pemoderasi. Pengukuran integritas laporan keuangan diukur dengan konservatisme akuntansi yaitu ditentukan dengan menggunakan asumsi-asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara lain metode penyusutan, metode depresiasi dan amortisasi, dan pengakuan biaya riset (Widya, 2005).

Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban (Jamaan, 2008).

Mayangsari dan Wilopo (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa secara intuitif prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan.


(13)

Namun, pada kenyataannya saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus-kasus ini telah meningkat beberapa tahun terakhir. Banyak perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Kasus manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Xerox, Tyco, Global Crossing, dan Worldcom maupun beberapa perusahaan di Indonesia seperti Kimia Farma dan Bank Lippo yang dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007).

Setelah dilakukan sampel penelitian pada perusahaan Enron, ternyata kasus manipulasi data akuntansi ini melibatkan banyak pihak, dan kebanyakan adalah pihak dari dalam perusahaan itu sendiri, misalnya CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor. Terungkapnya kasus seperti ini akan membuat kepercayaan masyarakat akan menurun, khususnya masyarakat keuangan, yang ditandai dengan turunnya harga saham dari perusahaan tersebut. Ini sebuah kerugian yang besar bagi perusahaan, karena masyarakat keuangan menjadi ragu untuk ikut memiliki perusahaan tersebut (Susiana dan Herawaty, 2007).

Kasus manipulasi data keuangan yang banyak terjadi dapat membuktikan bahwa kurang integritasnya laporan keuangan dalam penyajian infomasi bagi pengguna laporan keuangan. Jadi, penyajian laba dalam laporan keuangan tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya (Astria, 2011). Padahal seharusnya kejujuran dan kebenaran data yang disajikan pada laporan keuangan sangat penting, karena sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban


(14)

manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Susiana dan Herawaty (2007), dalam kasus manipulasi data akuntansi ini sebenarnya tidak hanya pihak dari dalam perusahaan saja yang bertanggung jawab, tetapi pihak dari luar juga sangat berpengaruh. Seperti eksternal auditor juga harus ikut bertanggung jawab terhadap banyaknya kasus-kasus manipulasi data akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik yang dianggap sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan juga mulai banyak dipertanyakan, apalagi setelah terbukti bahwa semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Sedangkan profesi akuntan sendiri mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang dapat diandalkan bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, serta bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Adanya hubungan positif antara kualitas audit dan ukuran KAP berdasarkan dua hal, yang pertama adalah alasan reputasi dan yang kedua adalah alasan kekayaan (deep pocket) yang dimiliki oleh KAP besar. Penelitian ini membuktikan kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang berargumen bahwa KAP besar mempunyai insentif yang lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Selain itu karena KAP besar memiliki sumber daya atau kekayaan yang lebih besar daripada KAP kecil, maka mereka terancam oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar pula bila mereka tidak menghasilkan laporan audit yang tidak akurat (Lennox 1999 dalam Astria 2011). Dengan adanya alasan-alasan tersebut maka KAP besar (big 4) lebih dipercaya oleh masyarakat atau pengguna laporan keuangan dalam


(15)

pelaksanaan tugasnya. KAP 4 besar yang disebutkan adalah price water house (PWC), Deloitte Touche Tohmatsu, Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dan Ernst and Young (EY).

Akuntan publik selama melakukan pemeriksaan bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan yang integral, dapat dipahami, relevan dan handal, serta penyajian yang wajar sehingga dapat digunakan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan dalam pengambilan keputusan. Studi yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu menjelaskan bahwa betapa pentingnya bagi auditor untuk senantiasa memelihara dan meningkatkan kualitas pekerjaannya. Hogan (1997) menjelaskan bahwa kantor auditor besar dapat memberikan kualitas audit yang baik dimana dapat mengurangi terjadinya underpricing pada saat perusahaan melakukan Initial public offering (IPO). Penelitian Teoh dan Wong (1993) juga memberikan bukti bahwa ERC (Earning Response Coefficient) perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit besar, secara statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit kecil. Kantor auditor yang besar menunjukan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit semakin baik pula. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Wibowo et al. (2009:11) yang meneliti tentang faktor-faktor penentu kualitas audit juga menyatakan KAP yang besar akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi jika dibandingkan dengan KAP yang kecil. Hal ini berdasarkan argumen bahwa KAP yang besar memiliki kelebihan dalam empat hal, yaitu: (1) besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani, (2) banyaknya ragam dan jasa yang ditawarkan, (3) luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi internasional, dan (4) banyaknya jumlah staf audit dalam KAP.

Akuntan publik merupakan jasa professional, sehingga dalam penggunaan jasa auditor eksternal klien atau perusahaan wajib mengeluarkan biaya atas jasanya tersebut yang biasa


(16)

disebut dengan fee audit. Iskak (dalam Suharli, dkk, 2008) mendefinisikan fee audit adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan audit atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Pada tanggal 2 Juli 2008, Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan penentuan Fee audit. Kebijakan tersebut menjelaskan mengenai besarnya fee audit yang wajar dengan mempertimbangkan jasa audit yang diberikan oleh anggota IAPI.

Biaya pokok pemeriksaan akan diperoleh dari tawar menawar yang dilakukan antara klien dengan kantor akuntan publik (Iskak, 2009). Proses tawar-menawar tersebut menjelaskan bahwa terjadi perbedaan besarnya fee audit di setiap perusahaan yang akan diauditnya maupun antar kantor akuntan publik itu sendiri, sehingga akan berpengaruh pada penetapan fee audit yang terlalu tinggi maupun rendah. Jadi fee audit dapat mempengaruhi kualitas audit yang diaudit oleh akuntan publik yang dilihat dari berapa besarnya jumlah fee audit yang diberikan perusahaan kepada akuntan publik tersebut, sehingga berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul fee audit sebagai variabel pemoderasi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1) Apakahkualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan?

2) Apakah fee audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan?

3) Apakah fee audit memoderasi pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:


(17)

2) Untuk menguji secara empiris pengaruh fee audit terhadap integritas laporan keuangan. 3) Untuk menguji secara empiris apakah fee audit memoderasi pengaruh kualitas audit terhadap

integritas laporan keuangan.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini membuktikan bahwa teori agensi dapat digunakan dalam penelitian ini, dimana teori agensi menjelaskan hubungan prinsipal dan agen dengan dibutuhkan pihak ketiga yang independen. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan tambahan pengetahuan bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan maupun pengguna laporan untuk meningkatkan kualitas audit dari laporan keuangan yang dipublikasikan maupun untuk pengambilan keputusan. Dan juga diharapkan dapat digunkan bagi peneliti selanjutnya sebagai referensi terhadap penelitian yang sejenis.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan satu sama lain dan disusun secara terperinci serta sistematis untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan skripsi. Sistematika dari masing-masing bab dapat dirinci sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah beserta pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.


(18)

Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan dasar-dasar teoritis yang mendasari penelitian dan berhubungan dengan pembahasan di dalam penulisan skripsi ini serta hasil penelitian sebelumnya yang akan digunakan untuk membangun rumusan hipotesis sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan penelitian.

Bab III: Metode Penelitian

Bab ini memuat cara pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini memaparkan desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV: Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil analisis penelitian dan pembahasan tentang permasalahan yang diteliti melalui gambaran umum daerah atau wilayah penelitian, pengujian statistik, dan analisis terhadap hasil penelitian. Pada bab ini juga diuraikan interpretasi dari hasil penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Bab V : Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab penutup yang menguraikan tentang simpulan yang mencakup seluruh hasil penelitian, dan berisi saran yang dipandang perlu atas kesimpulan yang dikemukakan.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HOPITESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency Theory atau teori keagenan menjelaskan tentang hubungan antara dua pihak yaitu

prinsipal dan agen. Teori Agensi pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara

manajer (agent) dengan investor (principal). Jensen dan Meckling (1976) juga menyatakan

bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang

saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Konflik

kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat

sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

Dengan adanya perkembangan perusahaan yang semakin besar maka sering terjadi konflik antara prinsipal dalam hal ini adalah para pemegang saham (investor) dan pihak agent yang diwakili oleh manajemen (direksi). Agen dikontrak melalui tugas tertentu bagi prinsipal serta mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh prinsipal. Prinsipal mempunyai kewajiban untuk memberi imbalan kepada agen atas jasa yang telah diberikan oleh agen. Adanya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya konflik keagenan. Prinsipal dan agen sama-sama menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Prinsipal dan agen juga sama-sama menghindari adanya risiko.

Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia

yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia

memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)


(20)

tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.

Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai

asimetri informasi (information asymmetry).

Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya kondisi yang

disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Baik pemilik maupun agen

diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen dalam hal ini adalah akuntan publik. Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir adalah opini audit.

2.1.2 Pengertian Auditing

Menurut Arens and Loebbecke (2000:9), Audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat


(21)

kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independent.

Menurut William F. Meisser (2003:8) audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan.

Menurut Whittington (2012) Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan mencari catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan, dan dengan memeriksa dokumen, mengamati aset, membuat bertanya dalam dan di luar perusahaan, dan melakukan prosedur audit lain, auditor akan mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan adil dan cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan dan kegiatan selama periode yang diaudit.

Menurut Agoes (2014:4) auditing adalah Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Menurut Jusup (2014:14) pada umumnya pengauditan dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Audit Laporan Keuangan

Audit laporan adalah jenis laporan audit yang digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan sebagai informasi kuantitatif yang telah ditetapkan sesuai dengan kriteria yang telah diterapkan.


(22)

2) Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan adalah jenis audit yang digunakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti aturan yang telah diberikan oleh pihak yang berwenang dalam pelaksanaannya.

3) Audit operasional

Audit operasional adalah audit yang digunakan untuk mengkaji setiap bagian dari prosedur dan metode yang telah dijalankan oleh suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dari penerapan prosedur tersebut.

2.1.3 Integritas Laporan Keuangan 2.1.3.1 Pengertian Integritas

Kata integritas berasal dari kata sifat Latin integer yang bermakna utuh atau lengkap. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa integritas adalah rasa suasana kebatinan dan keutuhan yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter. Sumber lain menyebutkan

bahwa integrity atau integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan

dengan nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang.

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Sukriah, 2009).

Menurut Anitaria (2011), integritas merupakan suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus


(23)

mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Kemudian menurut Mulyadi (2002), integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

2.1.3.2 Integritas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu bisa juga disebut dengan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2002) dalam PSAK NO.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumberdaya-sumberdaya yang dipercayakan kepadanya.

Mulyadi (2004) dalam oktadela (2011) mendefinisikan integritas sebagai prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Penelitian Mayangsari (2003) dalam oktadela (2011) integritas laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur”.

Laporan keuangan memiliki informasi yang dibutuhkan dan nantinya akan digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan menjadi alat


(24)

utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen. Namun pihak yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen). Pengguna eksternal berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya sehingga membutuhkan laporan keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan (Ali, 2002).

Dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standards Board (FASB No. 2)

menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk keputusan bisnis. Sedangkan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna untuk investor dan kreditor dan potensial untuk membuat keputusan

investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis seperti yang dinyatakan dalam Statement of

FinancialAccounting Concepts (SFAC) No.1.

Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi

kualitas reliability (Kieso, 2008) dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.

Menurut Schroeder (2001) Reliability memiliki kualitas sebagai berikut:

a) Verifiability

Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama dengan laporan keuangan entitas lain, akan mendapat opini yang sama jika diaudit oleh auditor yang berbeda.

b) Representational faithfullness


(25)

terjadi. c) Neutrality

Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.

Menurut Mayangsari (2005) dalam Oktadela (2011) laporan keuangan yang reliable atau

berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila

laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate supaya

tidak ada pihak yang dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut.

2.1.3.3 Konservatisme

Konservatisme adalah suatu usaha untuk menjamin bahwa resiko atau tingkat ketidakpastian dalam suatu usaha dipertimbangkan memadai. Didalam konservatisme, jika terdapat dua alternatif atau lebih dan memiliki kemampuan sama memenuhi objektivitas dari laporan keuangan, maka yang dipilih adalah alternatif yang memiliki paling sedikit memberi manfaat dampak perolehan laba dan posisi keuangan. Konservatisme tidak memberikan pengaruh atas kehati-hatian, konsistensi dalam menyatakan harta bersih dan laba yang kekecilan, melainkan sesuatu metode yang digunakan dalam ketidak-pastian tentang arus kas dimasa datang.

Pengukuran integritas laporan keuangan diukur dengan konservatisme akuntansi yaitu ditentukan dengan menggunakan asumsi-asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara lain metode penyusutan, metode depresiasi dan amortisasi, dan pengakuan biaya riset (Widya,


(26)

2005). Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban (Jamaan, 2008).

Mayangsari dan Wilopo (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa secara intuitif prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan.

Munculnya praktik konservatisme tersebut karena standar akuntansi yang berlaku menginginkan perusahaan memilih salah satu metode akuntansi yang dirasa paling tepat (Widya, 2005). Setiap metode akuntansi mempunyai tingkat konservatisme yang berbeda. Jamaan (2008) berpendapat bahwa perbedaan pemilihan metode akuntansi berpengaruh terhadap angka-angka yang disajikan baik dalam neraca maupun laporan laba-rugi perusahaaan.

Holthausen dan Watts dalam Jama’an (2008) memberikan bukti yang menunjukkan bahwa konservatisma akuntansi sudah ada sebelum penetapan standar formal dan regulasi di Amerika Serikat. Penelitian Qiang (2003) juga membuktikan bahwa terdapat peningkatan kecenderungan perusahaan di Amerika untuk menerapkan konservatisme akuntansi secara sukarela. Widya (2004) mereplikasi penelitian Qiang (2003) dan menemukan bukti yang sama untuk Indonesia.

2.1.4 Kualitas Audit

Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan

menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kemampuan teknikal auditor, sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor tersebut.


(27)

Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan (De Angelo, 1981 dalam Citra, 2013).

De Angelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien.

Hogan (1997) menjelaskan bahwa kantor auditor besar dapat memberikan kualitas audit yang

baik dimana dapat mengurangi terjadinya underpricing pada saat perusahaan melakukan Initial

public offering (IPO). Penelitian Teoh dan Wong (1993) juga memberikan bukti bahwa ERC (Earning Response Coefficient) perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit besar, secara statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit kecil. Kantor auditor yang besar menunjukan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit semakin baik pula. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan

oleh Wibowo et al. (2009:11) yang meneliti tentang faktor-faktor penentu kualitas audit juga

menyatakan KAP yang besar akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi jika dibandingkan dengan KAP yang kecil. Hal ini berdasarkan argumen bahwa KAP yang besar memiliki kelebihan dalam empat hal, yaitu: (1) besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani, (2) banyaknya ragam dan jasa yang ditawarkan, (3) luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi internasional, dan (4) banyaknya jumlah staf audit dalam KAP.


(28)

Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien tergantung pada independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan tinggi, karena auditor mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat (Ermayanti, 2009 dalam Sari, 2011). Lebih lanjut dinyatakan bahwa tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis agar hasil audit yang dilakukan oleh auditor berkualitas. Kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor dalam penerapannya adalah untuk menjaga kualitas audit dan terkait dengan etika (Sari, 2011). SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), yang dikeluarkan IAPI tahun 2011 menyatakan bahwa ada 5 kriteria atau prinsip dasar etika profesi akuntan publik. Prinsip dasar etika profesi meliputi integritas, objektivitas, kompetensi, kerahasiaan, perilaku profesional. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas audit bertujuan menyakinkan profesi bertanggungjawab kepada klien dan masyarakat umum yang juga mencangkup mengenai mutu profesional auditor.

Moizer (1986) dalam Elfarini (2007) menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan oleh auditor dan kepatuhan pada standar yang digariskan. Russel (2000) dalam Sari (2011) menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan fungsi jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan seharusnya. Ussahawanitchakit (2008:1) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan nilai yang


(29)

signifikan bagi para investor di pasar modal karena investor sering menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi.

Dari pengertian tentang kualitas audit diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit

merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan

keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil, salah satunya tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan.

2.1.5 Fee Audit

Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan.

Auditor bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Oleh sebab itu penentuan fee

audit perlu disepakati antara klien dengan auditor (Halim, 2008:106). Penetapan biaya audit yang dilakukan oleh KAP berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya tenaga yaitu manajer, supervisor, auditor junior dan auditor senior. Sedangkan biaya tidak langsung seperti biaya percetakan, biaya penyusunan computer, gedung dan asuransi.

Setelah dilakukan perhitungan biaya pokok pemeriksaan maka akan dilakukan tawar-menawar antar klien yang bersangkutan dengan kantor akuntan publik. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli

2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit, dimana terdapat beberapa hal yang menjadi


(30)

tingkat keahlian (level of expertise) dan tanggungjawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan; banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan, dan basis

penetapan fee yang disepakati.

Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa professional yang diberikannya. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan auditor dan akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku.

DeAngelo dalam Rizkiasih (2010) menyatakan bahwa audit fee merupakan pendapatan yang

besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien, serta nama KAP yang melakukan jasa audit. Simunic (2006)

menyataan bahwa audit fee ditentukan oleh besar kecilnya perusahaan yang diaudit, risiko audit

(atas dasar current ratio, quick ratio, D/E, litigation risk), dan kompleksitas audit (subsidiaries,

foreign listed). Al-Harshani dari Kuwait dalam Widiasari (2009) juga melakukan penelitian yang sama ditambah variabel ratio profitabilitas dan menunjukkan hasil yang signifikan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya fee audit yaitu:

(a) Besar kecilnya audit fee

Masalah besar kecilnya fee audit menjadi krusial jika ketika kita banyak melihat yayasan

ataupun organisasi nirlaba yang memerlukan jasa audit namun kondisi keuangannya minim.


(31)

Biaya overhead Kantor Akuntan Publik di daerah secara umum lebih kecil dibandingkan

dengan biaya overhead di ibukota

(c) Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

Ketika dikaitkan dengan besar kecilnya kantor, kantor yang berdomisili di kota besar akan memiliki standar gaji yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan KAP yang terletak di kota pinggiran.

Faktor-faktor diatas sangat berpengaruh terhadap penentuan fee audit yang dibebankan KAP

kepada kliennya, Profesional fee terbagi atas dua yaitu: (1) besaran fee dan (2) fee kontijen (Halim, 2008:36).

a) Besaran fee

Fee audit adalah biaya yang harus ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit

dari sebuah KAP. Besarnya fee dapat diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan,

struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.

b) Fee kontinjen

Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa professional

tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana

jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak

kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya

No Nama dan

Tahun Penelitian

Judul Penelitian

Variabel Hasil Penelitian Persamaan

Penelitian 1 Elfrianti (2012) Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Kualitas Audit Hasil dari penelitianya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, Sama-sama menggunakan variabel independen yaitu kualitas


(32)

dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan dan Integritas Laporan Keuangan komisaris independen dan kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan audit, dan variabel dependennya integritas laporan keuangan 2 Hardiningsih (2010) Pengaruh Independensi , Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan Independensi, Corporate Governance, Kualitas Audit dan Integritas Laporan Keuangan Hasil dari penelitianya menunjukkan bahwa independensi dan kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan Sama-sama menggunakan variabel kualitas audit, dan integritas laporan keuangan 3 Saputra (2014) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan kepemilikan institusional, Kepemilikan Manajerial, Kualitas Audit Ukuran Perusahaan dan Integritas Laporan Keuangan Hasil dari penelitianya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan, kualitas audit dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan Sama-sama menggunakan variabel kualitas audit, dan integritas laporan keuangan 4 Yuniarti (2011) Audit Firm Size, Audit Fee and Audit Quality

Audit Firm Size, Audit Fee dan Audit Quality

Hasil dari penelitianya

menunjukkan bahwa audit firm dan audit fee berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Sama-sama menunnjukkan bahwa biaya audit berpengaruh terhadap kualitas audit 5 Susiana dan

Herawati (2007) Analisi Pengaruh Independensi , Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Independensi, Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit dan Integritas Laporan Keuangan Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penelitian di tahun 2000-2002

independensi yang diukur dengan fee audit tidak berpengaruh pada integritas laporan Sama-sama menggunakan variabel fee audit, kualitas audit, dan integritas laporan keuangan


(33)

Integritas Laporan Keuangan

keuangan dan di tahun 2003 ditemukan independensi

berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan, tinjauan pustaka, dan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini, maka dapat dinyatakan rumusan hipotesis sebagai berikut:

2.3.1 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien terhadap kualitas audit.

Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan kualitas auditor berdasarkan perbedaan big five

dan non big five dan ada juga yang menggunakan spesialisasi industri auditor untuk memberi

nilai bagi kualitas audit ini seperti penelitian (Mayangsari, 2003).

Dalam teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self interest, maka

kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi.

Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan


(34)

Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kemampuan teknikal auditor sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor tersebut. Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan (De Angelo, 1981 dalam Citra, 2013).

De Angelo (1981) dalam Hardiningsih (2010) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien.

Penelitian Oktadella (2011), Muid dan Putra (2012) dalam Saputra (2014) memperlihatkan bahwa kualitas audit terbukti berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Saputra (2014) dalam penelitiannya juga memperlihatkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Cahyani (2011) menyatakan bahwa reputasi auditor

yang diukur dengan menggunakan KAP Bigfour tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas

laporan keuangan. Maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

H1 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

2.2.2 Pengaruh Fee Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak luar perusahaan tentang


(35)

data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu. DeAngelo dalam

Rizkiasih (2010) menyatakan bahwa audit fee merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi

karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien, serta nama KAP yang melakukan jasa audit.

Auditor atas jasa profesionalnya dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan akan

mendapatkan imbalan yang berupa fee audit. Fee audit yang dibayarkan kepada auditor atau

KAP, harus disepakati antara klien dan KAP yang telah disesuaikan dengan kebijakan penentuan

fee audit yang diterbitkan oleh IAPI dalam sebuah surat keputusan. Jika KAP menerima fee audit

yang tinggi, maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian) dan dilain sisi juga dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah pada KAP atau auditor lain.

Susiana dan Herawaty (2007) meneliti pengaruh independensi terhadap integritas laporan

keuangan. Independensi dalam penelitian ini dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang

dibayarkan klien kepada auditor. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada tahun 2003

independensi yang dinyatakan dengan besarnya fee audit memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap integritas laporan keuangan. Maka hipotes yang diajuakan adalah sebagai berikut.

H2: Fee audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

2.2.3 Fee Audit Memoderasi Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan.


(36)

audit perlu disepakati antara klien dengan auditor (Halim, 2008:106). Penetapan biaya audit yang dilakukan oleh KAP berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari

biaya langsung dan tidak langsung. Besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor juga

bisa berpengaruh. Jika KAP menerima fee audit yang tinggi, maka KAP akan menghadapi

tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian) dan dilain sisi juga dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah

pada KAP atau auditor lain (Bamber, 2001 dalam Putra, 2012). Jadi untuk mencapai laporan

keuangan yang berintegritas, diperlukan adanya kemampuan auditor yang tinggi dalam

mengerjakan tugas mengauditnya dengan memberikan fee audit yang cukup agar auditor dapat

memberikan kualitas audit yang baik sehingga dihasilkan laporan keuangan yang berintegritas tinggi.

Yuniarti (2011) membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nindita dan Siregar (2012) bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor yang

berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila kondisi perusahaan yang tidak baik.

Gammal (2012) membuktikan bahwa perusahaan multinasional dan bank-bank di Lebanon lebih memilih untuk membayar biaya audit yang bernominal besar dengan alasan yaitu mereka lebih mencari auditor yang dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Susiana dan herawati

(2007) menemukan bahwa independensi yang diukur dengan fee audit berpengaruh signifikan

terhadap integritas laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan berdasarkan penjelasan dan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut.


(37)

(1)

dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan dan Integritas Laporan Keuangan komisaris independen dan kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan audit, dan variabel dependennya integritas laporan keuangan 2 Hardiningsih (2010) Pengaruh Independensi , Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan Independensi, Corporate Governance, Kualitas Audit dan Integritas Laporan Keuangan Hasil dari penelitianya menunjukkan bahwa independensi dan kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan Sama-sama menggunakan variabel kualitas audit, dan integritas laporan keuangan 3 Saputra (2014) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan kepemilikan institusional, Kepemilikan Manajerial, Kualitas Audit Ukuran Perusahaan dan Integritas Laporan Keuangan Hasil dari penelitianya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan, kualitas audit dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan Sama-sama menggunakan variabel kualitas audit, dan integritas laporan keuangan 4 Yuniarti (2011) Audit Firm Size, Audit Fee and Audit Quality

Audit Firm Size, Audit Fee dan Audit Quality

Hasil dari penelitianya

menunjukkan bahwa audit firm dan audit fee berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Sama-sama menunnjukkan bahwa biaya audit berpengaruh terhadap kualitas audit 5 Susiana dan

Herawati (2007) Analisi Pengaruh Independensi , Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Independensi, Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit dan Integritas Laporan Keuangan Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penelitian di tahun 2000-2002

independensi yang diukur dengan fee audit tidak berpengaruh pada integritas laporan Sama-sama menggunakan variabel fee audit, kualitas audit, dan integritas laporan keuangan


(2)

Integritas Laporan Keuangan

keuangan dan di tahun 2003 ditemukan independensi

berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan, tinjauan pustaka, dan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini, maka dapat dinyatakan rumusan hipotesis sebagai berikut:

2.3.1 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien terhadap kualitas audit. Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan kualitas auditor berdasarkan perbedaan big five dan non big five dan ada juga yang menggunakan spesialisasi industri auditor untuk memberi nilai bagi kualitas audit ini seperti penelitian (Mayangsari, 2003).

Dalam teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self interest, maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi.

Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.


(3)

Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kemampuan teknikal auditor sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor tersebut. Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan (De Angelo, 1981 dalam Citra, 2013).

De Angelo (1981) dalam Hardiningsih (2010) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien.

Penelitian Oktadella (2011), Muid dan Putra (2012) dalam Saputra (2014) memperlihatkan bahwa kualitas audit terbukti berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Saputra (2014) dalam penelitiannya juga memperlihatkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Cahyani (2011) menyatakan bahwa reputasi auditor yang diukur dengan menggunakan KAP Bigfour tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

H1 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

2.2.2 Pengaruh Fee Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak luar perusahaan tentang


(4)

data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu. DeAngelo dalam Rizkiasih (2010) menyatakan bahwa audit fee merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien, serta nama KAP yang melakukan jasa audit.

Auditor atas jasa profesionalnya dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan akan mendapatkan imbalan yang berupa fee audit. Fee audit yang dibayarkan kepada auditor atau KAP, harus disepakati antara klien dan KAP yang telah disesuaikan dengan kebijakan penentuan fee audit yang diterbitkan oleh IAPI dalam sebuah surat keputusan. Jika KAP menerima fee audit yang tinggi, maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian) dan dilain sisi juga dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah pada KAP atau auditor lain.

Susiana dan Herawaty (2007) meneliti pengaruh independensi terhadap integritas laporan keuangan. Independensi dalam penelitian ini dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada tahun 2003 independensi yang dinyatakan dengan besarnya fee audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Maka hipotes yang diajuakan adalah sebagai berikut.

H2: Fee audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

2.2.3 Fee Audit Memoderasi Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan. Auditor bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Oleh sebab itu penentuan fee


(5)

audit perlu disepakati antara klien dengan auditor (Halim, 2008:106). Penetapan biaya audit yang dilakukan oleh KAP berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor juga bisa berpengaruh. Jika KAP menerima fee audit yang tinggi, maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian) dan dilain sisi juga dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah pada KAP atau auditor lain (Bamber, 2001 dalam Putra, 2012). Jadi untuk mencapai laporan keuangan yang berintegritas, diperlukan adanya kemampuan auditor yang tinggi dalam mengerjakan tugas mengauditnya dengan memberikan fee audit yang cukup agar auditor dapat memberikan kualitas audit yang baik sehingga dihasilkan laporan keuangan yang berintegritas tinggi.

Yuniarti (2011) membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nindita dan Siregar (2012) bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor yang berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila kondisi perusahaan yang tidak baik. Gammal (2012) membuktikan bahwa perusahaan multinasional dan bank-bank di Lebanon lebih memilih untuk membayar biaya audit yang bernominal besar dengan alasan yaitu mereka lebih mencari auditor yang dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Susiana dan herawati (2007) menemukan bahwa independensi yang diukur dengan fee audit berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan berdasarkan penjelasan dan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut.


(6)