Reputasi Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Audit Fee Pada Auditor Switching (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014).

(1)

REPUTASI AUDITOR SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH AUDIT FEE PADA AUDITOR SWITCHING

SKRIPSI

Oleh :

IKA WULAN INDAH SARI NIM : 1215351050

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

REPUTASI AUDITOR SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH AUDIT FEE PADA AUDITOR SWITCHING

SKRIPSI

Oleh:

IKA WULAN INDAH SARI NIM : 1215351050

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di

Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal:

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Dr. I G. A. N Budiasih, SE., M.Si ...

2. Sekretaris : Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak ...

3. Anggota : Dr. Drs. I D. G Dharma Suputra, M.Si., Ak ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19650323 199103 1 004


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 22 Februari 2016

Mahasiswa,

Ika Wulan Indah Sari 1215351050


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, serta kerja sama dan bantuan berbagai pihak, sehingga skripsi yang berjudul “Reputasi Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi, selaku Pembimbing Akademis dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan masukan serta arahan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Ibu Ni Gusti Putu Wirawati, SE.,M.Si., selaku Koordinator Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Bapak Dr. Drs. Ketut Muliartha RM, MM., Ak., CPA atas bimbingannya. Bapak Dr. Drs. I D.G. Dharma Suputra, M.Si., Ak dan Ibu Dr. I G. A. N Budiasih, SE., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis.


(6)

7. Keluarga tercinta Ayah dan Ibu yang telah mendukung penulis selama ini baik dari motivasi maupun nasihat yang diberikan.

8. Bagus Wahyu Setiawan yang selama ini mendukung dan menemani sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan khususnya sahabat tercinta Ina Wijayanthi, Julia Drupadi, Indah Sadewi, Mila Desmayani, Devi Setya, Yulia Praptika, Adi Kusuma dan Ayu Krisna atas persahabatan dan semangatnya selama ini sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2012 serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Februari 2016


(7)

vi

Judul : Reputasi Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching

Nama : Ika Wulan Indah Sari Nim : 1215351050

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh audit fee pada auditor switching. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh audit fee pada auditor switching dengan reputasi auditor sebagai pemoderasi. Penelitian ini dilakukan pada 145 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 dengan metode pengumpulan data dan menggunakan data sekunder, yaitu laporan keuangan tahunan dengan mengakses situs Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 perusahaan dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga jumlah sampel pengamatan selama 5 tahun menjadi 150 sampel. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression) dan Moderate Regression Analysis (MRA).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit fee berpengaruh positif pada auditor switching. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi audit fee yang ditawarkan auditor maka perusahaan akan semakin sering melakukan auditor switching. Selain itu reputasi auditor memperlemah pengaruh audit fee pada auditor switching. Hal ini berarti perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP yang bereputasi tidak akan melakukan auditor switching meskipun audit fee yang ditawarkan KAP bereputasi relatif tinggi.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 11

2.1.2 Auditing ... 13

2.1.3 Peraturan Pemerintah Indonesia Mengenai Rotasi Wajib Auditor ... 14

2.1.4 Auditor Switching ... 16

2.1.5 Audit Fee ... 18

2.1.6 Reputasi Auditor ... 20

2.2 Hipotesis Penelitian ... 22

2.2.1 Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching ... 22

2.2.2 Reputasi Auditor Memperkuat Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 26

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 26

3.3 Obyek Penelitian ... 27


(9)

viii

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 28

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.6.1 Jenis Data ... 29

3.6.2 Sumber Data ... 29

3.7 Populasi dan Sampel ... 30

3.7.1 Populasi ... 30

3.7.2 Sampel ... 30

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.9 Teknik Analisis Data ... 32

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 32

3.9.2 Analisis Regresi Logistik ... 32

3.9.3 Moderated Regression Analysis (MRA) ... 35

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ... 37

4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 39

4.3 Hasil Uji Regresi Logistik ... 40

4.3.1 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 40

4.3.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 41

4.3.3 Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square) ... 42

4.3.4 Matrik Klasifikasi ... 43

4.3.5 Model Regresi Logistik yang Terbentuk ... 44

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 45

4.4.1 Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching ... 46

4.4.2 Reputasi Auditor Memoderasi Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching.. ... 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 49

5.2 Saran ... 49

DAFTAR RUJUKAN ... 51


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Seleksi sampel berdasarkan kriteria ... 38

4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 39

4.3 Hasil UjiHosmer and Lemeshow’s ... 41

4.4 Perbandingan nilai -2LL Awal dengan -2LL Akhir ... 41

4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square). ... 42

4.6 Matrik Klasifikasi ... 43


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Daftar Kode dan Nama Perusahaan Sampel ... 56

2 Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 57

3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 62


(13)

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan, eksternal maupun internal (Purba, 2010). Laporan keuangan akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan atau menilai posisi dan kegiatan operasional perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan kepada pembaca laporan keuangan, sedangkan bagi pemilik perusahaan laporan keuangan merupakan sarana pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan (Astrini, 2013).

Banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus wajar, dapat dipercaya dan tidak menyesatkan bagi pemakainya sehingga kebutuhan masing-masing pihak yang berkepentingan dapat terpenuhi (Putra, 2015). Untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak-pihak pemakai laporan keuangan, maka laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh auditor independen. Auditor harus bersifat obyektif dan independen terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam bentuk laporan keuangan (Nabila, 2011). Hal ini bertujuan untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan. Sehingga laporan keuangan yang


(15)

2

disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

Untuk mengurangi resiko laporan keuangan dipengaruhi oleh kepentingan manajemen, maka diperlukan peran akuntan publik atau auditor sebagai pihak yang independen untuk menengahi kedua belah pihak (manajemen dan pemilik perusahaan) yang memiliki kepentingan berbeda (Arinta, 2013). Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh perkembangan perusahaan pada umumnya. Semakin banyak perusahaan berdiri, semakin banyak pula jasa akuntan publik yang dibutuhkan. Oleh karena itu, Kantor Akuntan Publik (KAP) saling bersaing untuk mendapatkan klien dengan berusaha memberikan jasa audit sebaik mungkin (Utami, 2013).

Masa perikatan audit yang lama menyebabkan perusahaan merasa nyaman dengan hubungan yang telah terjalin selama ini antara auditor dengan pihak manajemen perusahaan, dimana dalam situasi ini auditor akan terikat secara emosional dan mengancam independensinya. Giri (2010) dalam Prahartari (2013) menyatakan bahwa hubungan dalam waktu yang lama antara auditor dan klien akan menyebabkan kualitas dan kompetensi kerja auditor cenderung menurun dari waktu ke waktu. Disamping itu, dengan adanya hubungan yang semakin dekat tersebut membuat auditor lebih mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan manajemen daripada mengutamakan kepentingan publik. Mautz dan Sharaf (1961) dalam Nasser et al. (2006) juga menyatakan bahwa hubungan yang panjang antara auditor dan klien bisa menyebabkan auditor memiliki kecenderungan kehilangan independensinya.


(16)

Auditor yang memiliki hubungan lama dengan klien diyakini akan membawa konsekuensi ketergantungan tinggi yang dapat menciptakan hubungan kesetiaan yang kuat dan pada akhirnya mempengaruhi sikap mental serta opini mereka (Rahayu, 2012). Fakta yang terjadi akibat hubungan auditor dan klien yang terjalin lama adalah skandal Enron dengan KAP Arthur Anderson di Amerika Serikat pada tahun 2001. KAP Arthur Anderson merupakan salah satu KAP besar yang masuk dalam jajaran Big 5 yang terlibat kecurangan yang dilakukan oleh Enron dan menyebabkan KAP tersebut runtuh pada tahun 2001 karena kehilangan independensinya. Dengan adanya kasus tersebut, pemerintah setempat membuat regulasi Sarbanes Oxley Act (SOX) untuk mengatasi dan mencegah kemungkinan kasus ini dapat terulang (Suparlan dan Andayani, 2010). The Sarbanes Oxley Act (SOX) digunakan untuk memperbaiki struktur pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan pergantian KAP dan auditor secara wajib (mandatory).

Indonesia merupakan salah satu negara yang memberlakukan adanya pergantian wajib KAP dan auditor. Pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi auditor dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga)


(17)

4

tahun buku berturut-turut kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kemudian Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh menerima kembali penugasan setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas (pasal 3 ayat 2 dan 3). Karena adanya kewajiban rotasi auditor tersebut, sehingga timbul perilaku perusahaan untuk melakukan auditor switching. Auditor switching didefinisikan sebagai pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan.

Myers et al. (2003) dalam Suparlan dan Adnyani (2010) menyatakan bahwa rotasi auditor penting dilakukan jika kualitas laba dan kualitas audit perusahaan memburuk. Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) dapat mempengaruhi perusahaan tersebut untuk mengganti auditor dengan alasan keuangan. Menurut Sinarwati (2010) jika terjadi pergantian auditor (KAP) oleh perusahaan yang dilakukan secara sukarela (voluntary) yaitu di luar peraturan yang telah ditetapkan, maka hal tersebut menimbulkan pertanyaan bahkan kecurigaan dari investor sehingga penting untuk diketahui faktor penyebabnya. Audit fee merupakan salah satu penyebab terjadinya pergantian auditor.

Audit fee merupakan imbalan yang diterima auditor setelah melaksanakan jasa auditnya. Schwartz dan Menon (1985) dalam Wijayanti (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang akan bangkrut atau mengalami kesulitan keuangan dan menghadapi ketidakpastian dalam bisnisnya akan menimbulkan kondisi untuk melakukan auditor switching, karena perusahaan lebih cenderung mengalami ketidakmampuan dalam membayar audit fee yang terlalu tinggi. Penelitian yang


(18)

dilakukan oleh Nindita dan Siregar (2012) menyatakan bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor yang berkualitas tinggi dan membayar audit fee yang tinggi pula apabila kondisi perusahaan sedang tidak baik. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa auditor yang berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi kondisi perusahaan yang tidak baik dan akan menyampaikannya kepada publik. Hay et al. (2008) menyatakan besarnya fee auditor dapat bervariasi tergantung pada risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melakukan jasa tersebut dan pertimbangan professional lainnya. Kompleksitas jasa yang dimaksud adalah kompleksitas perusahaan menyangkut banyaknya anak perusahaan dan jumlah karyawan. Semakin kompleks klien, semakin sulit untuk mengaudit dan membutuhkan waktu yang lebih lama pula sehingga audit fee pun semakin tinggi.

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruh audit fee terhadap auditor switching. Penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Astuti (2014) menunjukkan bahwa audit fee berpengaruh positif pada pergantian auditor. Hasil penelitian ini selaras dengan Wijayanti (2010) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh audit fee terhadap auditor switching. Penelitian yang dilakukan Ismail et al. (2008) juga mengungkapakan audit fee berpengaruh terhadap pergantian KAP. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ismail et al. (2008), Damayanti dan Sudarma (2007) mengungkapkan bahwa audit fee berpengaruh positif terhadap auditor switching, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chadegani et al. (2011) menemukan bahwa audit fee tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Hasil


(19)

6

penelitian Schwartz dan Menon (1985) membuktikan bahwa audit fee tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Lestari (2012) dan Arinta (2013) juga mendapatkan hasil yang bertolak belakang dan menyatakan bahwa besarnya audit fee tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam melakukan pergantian auditor.

Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menguji kembali bagaimana pengaruh audit fee pada perusahaan yang melakukan pergantian auditor. Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian pada penelitian-penelitian sebelumnya menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti dengan menggunakan variabel moderasi yang dapat mempengaruhi hubungan langsung variabel audit fee dengan auditor switching. Oleh karena itu, peneliti menggunakan reputasi auditor sebagai variabel moderasi.

Reputasi auditor merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Terkait untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan maka perusahaan akan menggunakan jasa KAP yang bereputasi baik. Hal itu ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal dikenal dengan nama The Big 4. Dengan mengganti KAP nya dengan KAP yang lebih memiliki nama, maka diharapkan reputasi perusahaan juga akan ikut terangkat di mata investor (Sinarwati, 2010). Menurut Pawitri (2015) memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki nama baik diharapkan nantinya dapat menciptakan ketertarikan bagi pihak-pihak yang ingin berinvestasi. Perusahaan audit yang lebih besar memiliki kualitas audit yang lebih unggul karena mereka berinvestasi lebih


(20)

banyak dalam bidang audit teknologi dan pelatihan serta cenderung memiliki sumber daya yang kompeten dengan jumlah yang banyak dan didukung dengan sistem yang lebih canggih sehingga laporan auditan yang dihasilkan lebih akurat.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahantara (2013), Yasmin (2013) menunjukkan hasil bahwa reputasi auditor dapat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pergantian auditor. Namun bertolakbelakang dengan penelitian yang dilakukan Sinarwati (2010) menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Reputasi auditor digunakan sebagai variabel moderasi karena auditor yang bereputasi baik memiliki keahlian audit yang lebih tinggi dan akan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik pula dengan begitu perusahaan dapat menarik calon investor sehingga kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan akan meningkat (Nasser et al., 2006). Hal tersebut membuat audit fee KAP Big 4 lebih tinggi dibandingkan non Big 4. Pembayaran audit fee yang tinggi pada kondisi tertentu akan semakin membebani perusahaan, sehingga dalam kondisi tersebut dapat mendorong perusahaan untuk melakukan auditor switching.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok masalah di dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah audit fee berpengaruh pada auditor switching?

2) Apakah reputasi auditor mampu memoderasi pengaruh audit fee pada auditor switching?


(21)

8 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh audit fee pada auditor switching.

2) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh reputasi auditor sebagai pemoderasi pengaruh audit fee pada auditor switching.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, meliputi :

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang luas mengenai pengaruh audit fee pada auditor switching dengan reputasi auditor sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan dukungan kepada teori yang digunkan, yaitu teori agensi. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber refrensi dan informasi untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan pengauditan khususnya auditor switching.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi auditor mengenai praktik perpindahan KAP yang dilakukan perusahaan. Selain itu,


(22)

hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan kepada manajemen perusahaan tentang kebijakan yang akan diambil sehubungan dengan auditor switching dan bagaimana implikasinya pada perusahaan.

1.5 Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis sehingga antara bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta menguraikan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan dan sebagai acuan pemikiran dalam pembahasan masalah yang diteliti yaitu mengenai teori keagenan, auditor switching, audit fee, reputasi auditor serta hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi dan data penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik-teknik analisis data.


(23)

10 Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum daerah atau wilayah penelitian, yaitu pada perusahaan sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI), serta pembahasan hasil penelitian mengenai teknik analisis regresi logistik, pengujian hipotesis dan MRA (Moderate Regression Analysis).

Bab V Simpulan dan Saran

Pada bab ini dikemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dalam bab-bab sebelumnya. Pada bab ini juga dikemukakan saran-saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Auditor switching dapat dijelaskan dengan menggunakan teori keagenan (Agency Theory). Dalam teori ini, pemilik diperlakukan sebagai principal dan manajemen sebagai agent, dimana manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh principal untuk bekerja dalam perusahaan. Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agent untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agent adalah pihak yang diberi mandat. Agent bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang mengevaluasi informasi (Lestari, 2012).

Menurut Jensen and Meckling (1976) dalam Rossieta dan Wibowo (2009) implementasi dari teori keagenan dapat berupa kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan utilitas. Terkait hal tersebut diharapkan agent bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan principal. Sehubungan dengan hal itu, maka di sisi lain agent akan diberikan insentif yang layak oleh principal sehingga tercapai kontrak kerja yang optimal. Gravious (2007) dalam Putra (2015) menyatakan bahwa masalah keagenan auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Inti dari teori keagenan adalah pendesainan sebuah


(25)

12

kontrak yang sesuai untuk menyelaraskan kepentingan agent dan principal dalam hal terjadi konflik kepentingan.

Konflik kepentingan merupakan suatu kondisi yang diakibatkan ketidaksamaan tujuan, dimana agent tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Pemilik tentunya menginginkan return yang tinggi atas investasi yang mereka miliki, sedangkan di satu sisi manajemen mengharapkan kompensasi yang tinggi atas kinerja mereka. Konflik kepentingan juga dapat terjadi karena sebab lain misalnya asimetri informasi. Asimetri informasi dimaknai sebagai ketidakseimbangan informasi akibat distribusi informasi yang tidak sama antara agent dengan principal (Lestari, 2010). Asimetri antara agent dengan principal memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis atau memperoleh keuntungan pribadi. Dengan asimetri informasi yang dimiliki tersebut akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.

Untuk mengurangi adanya asimetri informasi, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perikatan dengan pihak ketiga yang independen yaitu auditor (Febriana, 2012). Auditor berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principal) yang berbeda kepentingan dalam mengelola keuangan perusahaan. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Tugas dari auditor diantaranya memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Dengan audit oleh auditor yang independen, agent dapat membuktikan bahwa kepercayaan dari


(26)

principal tidak diselewengkan untuk kepentingan pribadi agent. Principal juga dapat memiliki keyakinan yang lebih besar kepada agent dan dapat mengetahui sebaik apa kondisi perusahaan di bawah pengambilan keputusan agent (Prahartari, 2013). Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent rentang untuk menimbulkan konflik, terjadinya konflik tersebut cenderung mengakibatkan manajer untuk diganti dan dengan adanya pergantian manajer akan diikuti dengan pergantian auditor (KAP) (Rahayu, 2012).

Principal bertugas untuk menentukan besarnya biaya agensi. Biaya agensi tersebut di tentukan dari banyaknya aktivitas yang dilakukan dalam mengaudit laporan keuangan. Untuk menentukan kewajaran suatu laporan keuangan, dibutuhkan biaya pengawasan yang tinggi. Biaya pengawasan yang tinggi tersebut dapat memicu terjadinya financial distress pada suatu perusahaan sehingga memicu terjadinya auditor switching (Astrini, 2013). Selain itu, audit tenure yang panjang juga dapat menurunkan tingkat indepedensi auditor dalam mengaudit laporan keuangan yang menyebabkan perusahaan melakukan pergantian KAP.

2.1.2 Auditing

Menurut Mulyadi (2009:9) secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan, serta menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Dari sudut pandang profesi akuntan publik, auditing adalah


(27)

14

atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2009:11).

Messier (2005:514) dalam Nabila (2011) mendefenisikan audit merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam penyediaan informasi, dengan tujuan akhir yaitu menambah nilai perusahaan. Pelaksanaan audit intern dilakukan secara independen dan obyektif yang berarti tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan audit intern secara independen dan obyektif tersebut akan dapat diandalkan oleh para pengguna informasi.

Menurut definisi di atas menunjukkan bahwa fungsi audit tidak hanya sebatas melakukan pemerikasaan di bidang keuangan saja. Tetapi juga melakukan pemeriksaan di bidang lainnya (pengendalian, kepatuhan, operasional, dan lain-lain) dan menyatakan pendapat atas atau mencapai kesimpulan tentang apa yang telah diaudit serta dapat memberikan saran kepada perusahaan berupa tindakan perbaikan atas sistem perusahaan.

2.1.3 Peraturan Pemerintah Indonesia Mengenai Rotasi Wajib Auditor Isu mengenai independensi auditor telah menjadi hal yang penting dalam pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pihak pemerintah yang bertugas sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan semua pihak, baik pihak perusahaan, pihak akuntan, maupun pihak eksternal. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal ini adalah adanya peraturan-peraturan yang mewajibkan


(28)

adanya rotasi auditor (auditor switching) atau masa kerja auditor (Putra, 2015). Myers et al. (2003) menyatakan kewajiban rotasi auditor itu penting jika kualitas audit memburuk. Rotasi auditor merupakan peraturan perusahaan untuk melakukan perputaran auditor yang telah diatur oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas auditor. Davis et al (2007) dalam Sumadi (2010) menyebutkan bahwa rotasi penugasan audit adalah perputaran auditor secara teratur dalam penugasan audit agar mencegah keterlibatan auditor dengan klien yang lebih jauh. Rotasi yang demikian akan mengakibatkan hilangnya kepentingan ekonomi yang dapat diminimalisir dengan periode rotasi audit berakhir untuk jangka waktu yang pendek. Sehingga auditor dapat mempertahankan independensinya dalam melakukan audit.

Di Indonesia terdapat peraturan yang mengatur tentang auditor switching. Pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut- berturut-turut.

Peraturan tersebut kemudian diperbaharui kembali dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan antara lain adalah, pertama, pemberian jasa audit umum menjadi 6 (enam) tahun buku berturut-turut


(29)

16

oleh KAP dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan publik boleh menerima kembali penugasan setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang diatas (pasal 3 ayat 2 dan 3). Pembaharuan Menteri Keuangan tersebut dimaksudkan untuk membatasi hubungan antara auditor dengan klien sehingga independensi auditor dan kualitas audit tetap terjaga dengan hasil opini audit yang objektif.

2.1.4 Auditor Switching

Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien (Rahayu, 2012). Faktor yang menyebabkan terjadinya pergantian auditor dapat berasal dari klien maupun auditor itu sendiri. Menurut Chadegani et al. (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching dikelompokkan menjadi 2 (dua) grup: (1) Faktor yang berhubungan dengan auditor, yaitu: auditor fees, auditor opininion, auditor size dan (2) Faktor yang berhubungan dengan klien, yaitu: change in management, financial distress, client size. Auditor switching dapat juga terjadi karena adanya kewajiban rotasi audit. Berdasarkan bukti teoritis, dengan adanya rotasi auditor mengakibatkan perikatan masa audit (audit tenure) menjadi lebih pendek dan perusahaan akan melakukan perpindahan auditor (Nasser et al., 2006).

Auditor switching dapat dilakukan dengan adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan perusahaan melakukan auditor switching (bersifat mandatory) atau dengan sukarela diluar peraturan yang ada (voluntary). Wibowo dan Rossieta


(30)

(2009) mengungkapkan bahwa regulasi membatasi hal tersebut agar auditor dan klien tidak menciptakan suatu ketergantungan satu sama lain sehingga kualitas audit tetap terjaga dengan hasil opini audit yang objektif. Sedangkan pergantian auditor secara voluntary yaitu perusahaan melakukan pergantian auditor secara sukarela tanpa adanya keharusan dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Damayanti (2007) menyatakan jika suatu pergantian auditor (KAP) dilakukan bukan karena masa pemberian jasa audit sesuai regulasi telah selesai tetapi karena alasan lain di luar itu maka diistilahkan sebagai pergantian auditor yang disebut auditor switching.

Febrianto (2009) dalam Andra (2012) menyatakan pergantian auditor secara wajib dengan sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi auditor. Jika pergantian terjadi secara wajib, perhatian utama beralih kepada auditor. Sebaliknya, jika pergantian auditor terjadi secara sukarela maka perhatian utama adalah pada sisi klien. Menurut Andra (2012) ketika klien mengganti auditornya (KAP) tanpa ada peraturan yang membatasi, ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu auditor mengundurkan diri dari pekerjaannya atau auditor diberhentikan oleh klien. Salah satu kemungkinan tersebut akan terjadi, namun fokus utama bukanlah pada hal itu melainkan apa saja yang melatarbelakangi perusahaan mengganti auditornya secara sukarela (voluntary) dan siapa yang akan menjadi auditor selanjutnya pada perusahaan tersebut. Wijayanti (2010) menyatakan bahwa alasan yang paling umum dari terjadinya pergantian auditor adalah tidak sepakatnya perusahaan sebagai klien pada praktik akuntansi tertentu yang dilakukan oleh auditor


(31)

18

sehingga menyebabkan perusahaan mengganti auditor terdahulu dengan auditor baru yang mampu sepakat dengan kebijakan dan praktik akuntansi perusahaan.

Davis et al. (2007) berpendapat bahwa setiap pergantian auditor (KAP) yang baru akan menimbulkan biaya baru juga. Hal ini terjadi karena KAP yang baru tidak mempunyai pemahaman yang mendalam mengenai bisnis perusahaan sehingga proses audit harus dimulai dari awal lagi. Hal pertama yang harus dilakukan oleh auditor yang baru ditugaskan atas perusahaan klien adalah memahami lingkungan kerja klien dan menentukan resiko audit. Bagi auditor yang sama sekali belum mengerti dengan keadaan tersebut, maka auditor akan memerlukan biaya awal (start-up) yang lebih tinggi, yang akhirnya dapat menaikkan audit fee. Selain itu, auditor yang menjalankan tugasnya ditahun awal terbukti memiliki kemungkinan kekeliruan yang tinggi (Pratitis, 2012).

2.1.5 Audit Fee

Menurut Wijayanti (2010) audit fee dapat didefinisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang di dapat oleh auditor atas proses audit yang telah dilakukannya kepada perusahaan klien. Prahartari (2013) menyatakan penentuan auditfee harus disepakati bersama baik oleh klien maupun auditor tersebut, agar tidak terjadi perang tarif yang dapat merusak kredibilitas akuntan publik. Fee auditor biasanya ditentukan sebelum memulai proses audit. Penentuan audit fee didasarkan pada kontrak antara auditor dan perusahaan sesuai dengan waktu dilakukannya proses audit, layanan, dan jumlah staf yang dibutuhkan untuk proses audit. Besarnya audit fee dapat mempengaruhi independensi penampilan KAP dikarenakan besarnya fee dapat membuat auditor segan untuk menentang permintaan klien


(32)

sedangkan fee yang kecil dapat membuat waktu dan biaya prosedur audit menjadi terbatas.

Eichenseher dan Shields (1983) dalam Chadegani et al. (2011) menyatakan bahwa audit fee dan hubungan kerja yang baik merupakan dua faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan pemilihan auditor yang dilakukan perusahaan. Perusahaan tentunya dihadapkan dengan persoalan-persoalan baru yang muncul setiap waktu yang memungkinkan dapat memicu kenaikan dalam audit fee. Ketika audit fee melampaui batas toleransi yang ditetapkan perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran audit fee yang lebih rendah yang sesuai dengan keinginan perusahaan meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Begitu pula pada saat manajer merasa tidak sesuai dengan auditfee yang mereka bayarkan, manajer akan mencoba untuk melakukan pergantian auditor.

Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia Nomor : KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan audit fee yaitu dalam menetapkan imbal jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal-hal berikut : kebutuhan klien; tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties); independensi; tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan serta tingkat kompleksitas pekerjaan; banyak waktu yang diperlukan yang secara efektif digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan; dan basis penetapan fee yang disepakati.


(33)

20 2.1.6 Reputasi Auditor

PMK No. 17/PMK.01/2008 menjelaskan bahwa Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Menurut UU No. 5 Tahun 2011, Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini.

Rudyawan (2008) dalam Mahantara (2013) menyatakan bahwa reputasi auditor merupakan pandangan (image) atas nama baik, prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Reputasi auditor menentukan baik atau tidaknya keadaan perusahaan dan auditor yang berkualitas biasanya mempunyai kode etik yang baik dan tidak bias dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Craswell et al. (1998) dalam Putra (2015) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan, dan pengakuan internasional. Perusahaan akan menggunakan KAP yang mempunyai kredibilitas tinggi agar kredibiltas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan akan meningkat (Halim 1997, dalam Damayanti dan Sudarma, 2007).

De Angelo (1981) dalam Sanjaya (2008) menyatakan bahwa perusahaan audit yang lebih besar memiliki kualitas audit yang unggul karena mereka berinvestasi lebih banyak dalam bidang audit teknologi dan pelatihan. Reputasi


(34)

dari KAP yang mengaudit suatu perusahaan memiliki pengaruh yang penting terhadap tingkat kepercayaan investor akan laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen, untuk itu investor akan lebih cenderung untuk menggunakan laporan keuangan yang dihasilkan oleh auditor yang bereputasi (Prapitorini dan Januarti, 2007). Pawitri (2015) menyatakan bahwa ukuran KAP yang besar menjelaskan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan profesional terhadap kliennya.

Reputasi auditor (KAP) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu KAP yang berafiliasi dalam The Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dalam The Big 4. Dalam penelitian ini KAP yang memiliki reputasi diproksikan dengan KAP yang berafiliasi dengan The Big 4. KAP TheBig 4 adalah empat perusahaan akuntansi internasional terbesar dan perusahaan jasa profesional yang bergerak dalam bidang audit, dan konsultansi untuk perusahaan publik dan swasta. Perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big 4 cenderung akan tetap mempertahankan auditornya untuk menjaga kualitas audit karena KAP yang lebih besar dianggap mampu menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat mempertahankan reputasi yang tinggi dalam lingkungan bisnis (Astrini, 2013).

Indonesia memiliki Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan The Big 4, sehingga dapat memudahkan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia apabila perusahaannya ingin diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang telah memiliki reputasi (Ariyani, 2014). Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang berafiliasi dengan Adapun auditor yang termasuk dalam kelompok The Big 4 yaitu:


(35)

22

1) KAP Osman Bing Satrio & Rekanyang berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte).

2) KAP Purwantono, Suherman & Surja yang berafiliasi dengan Ernest & Young (EY).

3) KAP Siddharta & Widjaja yang berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG).

4) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan yang berafiliasi dengan Price Waterhouse Coopers (PwC).

2.2 Hipotesis penelitian

2.2.1 Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching

Seorang auditor bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai, oleh sebab itu penentuan audit fee harus disepakati bersama oleh klien maupun auditor. Krishnan dan Ye (2005) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan bahwa penunjukan KAP oleh perusahaan, yang diwakili oleh pemegang saham, berhubungan dengan total fee yang mereka bayarkan. Ketidakpuasan terhadap audit fee yang perusahaan berikan kepada auditor dapat menyebabkan pergantian KAP (Ismail et al., 2008).

Lestari (2012) menyatakan bahwa dorongan untuk berpindah KAP dapat disebabkan oleh audit fee yang relatif tinggi yang ditawarkan oleh suatu KAP pada perusahaan sehingga tidak ada kesepakatan antara perusahaan dengan KAP tentang besarnya audit fee dan dapat mendorong perusahaan untuk melakukan auditor switching. Ketika audit fee melampaui batas toleransi yang ditetapkan


(36)

perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran fee yang lebih rendah meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Sejalan dengan penelitian Chadegani et.al (2011) yang menyatakan bahwa ketika manajer tidak cocok dengan audit fee yang ditawarkan maka mereka akan mencoba melakukan pergantian KAP dengan penawaran yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Wijayanti (2010) membuktikan bahwa variabel audit fee berpengaruh signifikan terhadap auditor switching, hasil penelitian tersebut didukung juga dengan penelitian yang dilakukan Mardiyah (2002), Damayanti dan Sudarma (2007), Calderon dan Ofobike (2008) membuktikan bahwa audit fee berpengaruh pada pergantian auditor. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan Astuti (2014) membuktikan bahwa audit fee berpengaruh positif pada pergantian auditor. Namun penelitian yang dilakukan Rizkilah (2012) membuktikan bahwa audit fee tidak berpengaruh pada auditor switching. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Auditfee berpengaruh positif pada auditor switching

2.2.2 Reputasi Auditor Memoderasi Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching

Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Banyak perusahaan yang sudah go public terdorong untuk memakai jasa pelayanan publik yang memiliki hasil audit yang berkualitas, dimana semakin sering kantor


(37)

24

pelayanan jasa akuntan publik di percaya untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan maka semakin tinggi reputasi kantor akuntan publik tersebut (Putra, 2015). Waktu audit yang lebih cepat adalah salah satu cara KAP untuk mempertahankan reputasinya agar tidak kehilangan klien (Praptiorini dan Januarti, 2007). Perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP yang bereputasi (Big 4) tidak akan mengganti auditornya karena KAP yang bereputasi dapat mendukung perkembangan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (going concern). KAP yang bereputasi juga akan menambah kepercayaan diri sebuah perusahaan untuk menarik para calon investornya (Astrini, 2013).

Perusahaan tentu mengharapkan reaksi positif dari auditor switching yang dilakukan, oleh karena itu dengan mengganti auditornya dengan auditor yang lebih bereputasi maka secara tidak langsung nama baik perusahaan juga akan terangkat (Smith and Nichols, 1982 dalam Wijaya, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Hilda (2009) menyatakan bahwa KAP Big 4 mempunyai kemampuan melakukan penugasan audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP kecil atau non Big 4, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dong Yu (2007) juga menjelaskan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) skala besar dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas lebih baik.

Auditor yang berkualitas atau auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP) skala besar (Big 4) akan mengenakan audit fee yang lebih tinggi pula, karena auditor yang berkualitas memiliki keahlian audit yang lebih tinggi


(38)

dan cenderung lebih cepat menyelesaikan laporan auditannya (Dong Yu, 2007). Ketika audit fee yang telah dibayarkan tersebut tidak sesuai dengan kualitas audit yang dihasilkan maka perusahaan akan mengganti auditornya dengan auditor lain yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Namun apabila perusahaan telah menggunakan KAP bereputasi dan hal tersebut dapat meningkatkan nama baik perusahaan, maka perusahaan akan selalu menggunakan KAP bereputasi untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan walaupun fee yang ditawarkan cukup tinggi. Gamal (2012) membuktikan bahwa perusahaan multinasional dan bank-bank di Lebanon lebih memilih untuk membayar biaya audit yang bernominal besar dengan alasan mereka ingin mencari auditor dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki reputasi baik dan dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas serta dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan agar dapat bersaing diseluruh dunia.


(1)

2.1.6 Reputasi Auditor

PMK No. 17/PMK.01/2008 menjelaskan bahwa Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Menurut UU No. 5 Tahun 2011, Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini.

Rudyawan (2008) dalam Mahantara (2013) menyatakan bahwa reputasi auditor merupakan pandangan (image) atas nama baik, prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Reputasi auditor menentukan baik atau tidaknya keadaan perusahaan dan auditor yang berkualitas biasanya mempunyai kode etik yang baik dan tidak bias dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Craswell et al. (1998) dalam Putra (2015) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan, dan pengakuan internasional. Perusahaan akan menggunakan KAP yang mempunyai kredibilitas tinggi agar kredibiltas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan akan meningkat (Halim 1997, dalam Damayanti dan Sudarma, 2007).

De Angelo (1981) dalam Sanjaya (2008) menyatakan bahwa perusahaan audit yang lebih besar memiliki kualitas audit yang unggul karena mereka berinvestasi lebih banyak dalam bidang audit teknologi dan pelatihan. Reputasi


(2)

dari KAP yang mengaudit suatu perusahaan memiliki pengaruh yang penting terhadap tingkat kepercayaan investor akan laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen, untuk itu investor akan lebih cenderung untuk menggunakan laporan keuangan yang dihasilkan oleh auditor yang bereputasi (Prapitorini dan Januarti, 2007). Pawitri (2015) menyatakan bahwa ukuran KAP yang besar menjelaskan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan profesional terhadap kliennya.

Reputasi auditor (KAP) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu KAP yang berafiliasi dalam The Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dalam The Big 4. Dalam penelitian ini KAP yang memiliki reputasi diproksikan dengan KAP yang berafiliasi dengan The Big 4. KAP The Big 4 adalah empat perusahaan akuntansi internasional terbesar dan perusahaan jasa profesional yang bergerak dalam bidang audit, dan konsultansi untuk perusahaan publik dan swasta. Perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big 4 cenderung akan tetap mempertahankan auditornya untuk menjaga kualitas audit karena KAP yang lebih besar dianggap mampu menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat mempertahankan reputasi yang tinggi dalam lingkungan bisnis (Astrini, 2013).

Indonesia memiliki Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan The Big 4, sehingga dapat memudahkan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia apabila perusahaannya ingin diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang telah memiliki reputasi (Ariyani, 2014). Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang berafiliasi dengan Adapun auditor yang termasuk dalam kelompok The Big 4 yaitu:


(3)

1) KAP Osman Bing Satrio & Rekan yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte).

2) KAP Purwantono, Suherman & Surja yang berafiliasi dengan Ernest & Young (EY).

3) KAP Siddharta & Widjaja yang berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG).

4) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan yang berafiliasi dengan Price Waterhouse Coopers (PwC).

2.2 Hipotesis penelitian

2.2.1 Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching

Seorang auditor bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai, oleh sebab itu penentuan audit fee harus disepakati bersama oleh klien maupun auditor. Krishnan dan Ye (2005) dalam Damayanti dan Sudarma (2007) menyatakan bahwa penunjukan KAP oleh perusahaan, yang diwakili oleh pemegang saham, berhubungan dengan total fee yang mereka bayarkan. Ketidakpuasan terhadap audit fee yang perusahaan berikan kepada auditor dapat menyebabkan pergantian KAP (Ismail et al., 2008).

Lestari (2012) menyatakan bahwa dorongan untuk berpindah KAP dapat disebabkan oleh audit fee yang relatif tinggi yang ditawarkan oleh suatu KAP pada perusahaan sehingga tidak ada kesepakatan antara perusahaan dengan KAP tentang besarnya audit fee dan dapat mendorong perusahaan untuk melakukan auditor switching. Ketika audit fee melampaui batas toleransi yang ditetapkan


(4)

perusahaan, perusahaan akan mencari auditor dengan penawaran fee yang lebih rendah meskipun mereka harus melepas auditor yang biasa mereka gunakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Sejalan dengan penelitian Chadegani et.al (2011) yang menyatakan bahwa ketika manajer tidak cocok dengan audit fee yang ditawarkan maka mereka akan mencoba melakukan pergantian KAP dengan penawaran yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Wijayanti (2010) membuktikan bahwa variabel audit fee berpengaruh signifikan terhadap auditor switching, hasil penelitian tersebut didukung juga dengan penelitian yang dilakukan Mardiyah (2002), Damayanti dan Sudarma (2007), Calderon dan Ofobike (2008) membuktikan bahwa audit fee berpengaruh pada pergantian auditor. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan Astuti (2014) membuktikan bahwa audit fee berpengaruh positif pada pergantian auditor. Namun penelitian yang dilakukan Rizkilah (2012) membuktikan bahwa audit fee tidak berpengaruh pada auditor switching. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Audit fee berpengaruh positif pada auditor switching

2.2.2 Reputasi Auditor Memoderasi Pengaruh Audit Fee pada Auditor Switching

Reputasi auditor menunjukkan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. Banyak perusahaan yang sudah go public terdorong untuk memakai jasa pelayanan publik yang memiliki hasil audit yang berkualitas, dimana semakin sering kantor


(5)

pelayanan jasa akuntan publik di percaya untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan maka semakin tinggi reputasi kantor akuntan publik tersebut (Putra, 2015). Waktu audit yang lebih cepat adalah salah satu cara KAP untuk mempertahankan reputasinya agar tidak kehilangan klien (Praptiorini dan Januarti, 2007). Perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP yang bereputasi (Big 4) tidak akan mengganti auditornya karena KAP yang bereputasi dapat mendukung perkembangan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (going concern). KAP yang bereputasi juga akan menambah kepercayaan diri sebuah perusahaan untuk menarik para calon investornya (Astrini, 2013).

Perusahaan tentu mengharapkan reaksi positif dari auditor switching yang dilakukan, oleh karena itu dengan mengganti auditornya dengan auditor yang lebih bereputasi maka secara tidak langsung nama baik perusahaan juga akan terangkat (Smith and Nichols, 1982 dalam Wijaya, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Hilda (2009) menyatakan bahwa KAP Big 4 mempunyai kemampuan melakukan penugasan audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP kecil atau non Big 4, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dong Yu (2007) juga menjelaskan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) skala besar dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas lebih baik.

Auditor yang berkualitas atau auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP) skala besar (Big 4) akan mengenakan audit fee yang lebih tinggi pula, karena auditor yang berkualitas memiliki keahlian audit yang lebih tinggi


(6)

dan cenderung lebih cepat menyelesaikan laporan auditannya (Dong Yu, 2007). Ketika audit fee yang telah dibayarkan tersebut tidak sesuai dengan kualitas audit yang dihasilkan maka perusahaan akan mengganti auditornya dengan auditor lain yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Namun apabila perusahaan telah menggunakan KAP bereputasi dan hal tersebut dapat meningkatkan nama baik perusahaan, maka perusahaan akan selalu menggunakan KAP bereputasi untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan walaupun fee yang ditawarkan cukup tinggi. Gamal (2012) membuktikan bahwa perusahaan multinasional dan bank-bank di Lebanon lebih memilih untuk membayar biaya audit yang bernominal besar dengan alasan mereka ingin mencari auditor dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki reputasi baik dan dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas serta dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan agar dapat bersaing diseluruh dunia.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 43 85

Pengaruh Auditor spesialis industri ukuran KAP auditor tenure dan independensi auditor terhadap manajemen laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

10 110 142

Pengaruh Auditor Switching, Financial Distress, dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 79 80

Pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe auditor dan internal audit terhadap audit fees: studi empiris pada sektor manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 6 145

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perusahaan dalam melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2011)

0 7 116

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Swittching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI)

0 4 127

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Reputasi Auditor terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014).

0 5 17

Fee Audit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Auditor Switching Pada Kualitas Audit.

0 1 34

PENGARUH OPINI AUDIT DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP VOLUNTARY AUDITOR SWITCHING (STUDI PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

0 0 12

FEE AUDIT SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH AUDITOR SWITCHING DAN AUDIT TENURE PADA KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2016)

0 2 16