PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH.
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA
TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI
DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TESIS
OLEH :
AMAN SURYANI
NIM : 8106132024
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian TugasTugas
Dan SyaratSyarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA
TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI
DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TESIS
OLEH :
AMAN SURYANI
NIM : 8106132024
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian TugasTugas
Dan SyaratSyarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat di
pisahkan dari kehidupan. Dengan pendidikan, kita dapat mencetak sumber
daya manusia yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill
serta berkarakter.Daoed Joesoef (Joko; 2009:13) pernah mengungkapkan
tentang betapa pentingnya pendidikan: “Pendidikan merupakan alat yang
menentukan sekali untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang
penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai
dengan martabat manusia”.
Hampir setiap orang pernah mengalami pendidikan. Dengan
pendidikan di harapkan untuk mengarah pada kehidupan yang lebih baik.
Manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan,
baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri.
UNESCO sebagai badan Internasional yang bergumul dengan berbagai
masalah pendidikan dan kebudayaan mencanangkan konsep “Pendidikan
Sepanjang Hayat” (Life long Educations) yang berlangsung sejak buaian
hingga keliang lahat (From the cradle to the grave). Salah satu bentuk wujud
pendidikan dapat di tempuh melalui Perguruan Tinggi.
Perguruan Tinggi sebagai suatu lembaga pendidikan formal atau
wadah untuk mencetak generasigenerasi ilmuan yang tangguh, tanggon, dan
trengginas. Tangguh berarti sukar dikalahkan atau kuat, tanggon atau tanggap
berarti memahami segala sesuatu dan trengginas berarti berdaya tangkap dan
2
penalaran yang tingggi dengan memiliki potensi arti lain dapat diandalkan,
ulet, tahan uji, lincah dan terampil, serta kritis dan memiliki karakter dan
religius, (Alwi;2001:1138).
Dalam ruang lingkup perguruan tinggi tenaga pengajarnya disebut
dosen. Dosen diartikan sebagai guru pada perguruan tinggi. Menurut
Soetandyo Wignjosoebroto dalam Pangaribuan (2011:19) mengelompokkan
dosen sebagai ahli, dengan mendeskripsikan “secara umum, para ahli di
Indonesia tersebar dalam berbagai kegiatan kerja di bidang hukum sebagai
hakim, jaksa, pengacara, notaris dan atau dosen disebut ‘ahli hukum’ atau
‘sarjana hukum’ apabila yang diingat adalah gelar akademisnya.” Sedangkan
dalam Pasal 1 angka 2 UndangUndang Nomor 14 tahun 2005, Pasal 1 angka
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2009, dalam perkembangan hukum
positif, yang dimaksud dengan dosen adalah“pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentranformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.”
Dosen merupakan profesi seseorang yang mengajar pada sebuah
perguruan tinggi atau sekolah tinggi. Perguruan tinggi merupakan tempat di
mana dosen bekerja sebagai pendidik profesional.Profesi dosen lebih tinggi
tingkatannya dari pada pekerjaan atau profesi seorang guru. Namun sama
sama memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa maupun mahasiswanya.
Bertitik tolak pada penjelasan di atas tampak bahwa dosen merupakan
salah satu stakeholders dan dosen juga membutuhkan tempat untuk
“mentransfer ilmu pengetahuan” yang dimilikinya kepada mahasiswanya.
3
Dosen sebagai pelaksana Tri Dharma Perguruan Tinggi di harapkan
mampun membentuk karakter dan intelektual
mentranformasikan
pengetahuan
yang
ke ilmuan serta
sebanyakbanyaknya
kepada
mahasiswa agar menjadi penerus pembangunan di masa yang akan datang.
Memang berat beban yang di pikul oleh seorang dosen. Namun tanggung
jawab dan kesungguhan seorang dosen dituntut untuk selalu serius dalam
pekerjaannya. Ini semua berkat kinerja dosen yang sungguhsungguh.Dosen
sebagai salah satu komponen utama di kampus, memegang peranan yang
sangat strategis terhadap pencapaian tujuan dari programprogram yang telah
di tetapkan oleh kampus dan tujuan pendidikan nasional. Sebagai tenaga
profesional, dosen dituntut tidak saja berupa sebatas memiliki kompetensi
yang
sesuai
dengan
mentranformasikan,
bidang
keahliannya
mengembangkan
dan
tetapi
untuk
menyebarluaskan
mampu
ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian
pada masyarakat.
Kualitas dosen dalam suatu perguruan tinggi banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satunya adalah faktor kinerja dosen itu sendiri. Kinerja
(Performance) yang berarti unjuk kerja, prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja, hasil kerja, atau penampilan kerja, (Purba;2010:7).Menurut
Lawler dan Porter dalam Sutrisno (2010:170) menyatakan bahwa Kinerja
adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas. Groundland dalam
Anwar (2004:8) mendefinisikan Kinerja sebagai penampilan perilaku kerja
yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritual dan urutan kerja sesuai prosedur
sehingga di peroleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan, dan
4
jumlah. Kirkpatrick dan Nixon dalam Sagala (2010:179) mengartikan kinerja
sebagai ukuran kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(direncanakan) sebelumnya.
Kinerja seorang dosen akan baik bila ia mempunyai keahlian yang
tinggi, bersedia bekerja keras, dan diberi gaji sesuai dengan perjanjian serta
mempunyai harapan masa depan lebih baik. Kinerja yang baik merupakan
tolak ukur tingkat keberhasilan dosen menjalankan tugas sebagaimana
mestinya. Pengukuran kerja harus mempertimbangkan berbagai aspek yang
dapat dilihat seperti dari suatu pengalaman, keterampilan serta kecakapan
yang dimiliki oleh seorang dosen.
Dosen yang memiliki kinerja yang tinggi pada dasarnya dapat
menjalankan tugasnya secara bertanggung jawab serta kinerja dosen sangat
erat hubungannya dengan perilaku dosen itu sendiri. Begipula menurut sagala
(2010:180) yaitu perilaku diwujudkan untuk memperjelas deskripsideskripsi
kerja menentukan kinerja yang akan memenuhi kebutuhan organisasi yang
diinginkan. Oleh sebab itu, tanggung jawab dan tugasnya dosen sebagai
tenaga pendidikan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh dosen untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan gelar akademik yang ingin dicapainya
Spencer and Spencer dalam Suharsaputra (2011:196) mengemukakan
bahwa kompetensi individu merupakan karakter sikap dan perilaku, atau
kemampuan individual yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi suatu
situasi di tempat kerja yang terbenuk dari sinergi antara watak, konsep diri,
motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan kontekstual. Ada lima
5
karakteristik utama dari kompetensi yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kinerja individu karyawan yaitu :
1. Motif (motives), yaitu sesuatu yang dipikirkan atau diinginkan oleh
seseorang
secara
konsisten
dan
adanya
dorongan
untuk
mewujudkannya dalam bentuk tidakantindakan.
2. Watak (traits), yaitu karakteristik mental dan konsistensi respon
seseorang terhadap rangsangan, tekanan, situasi, atau informasi.
3. Konsep diri (self concept), yaitu tata nilai luhur yang dijunjung tinggi
oleh seseorang, yang mencerminkan tentang bayangan diri atau sikap
diri terhadap masa depan yang dicitacitakan atau terhadap suatu
fenomena yang terjadi di lingkungannya.
4. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang memiliki makna yang
dimiliki seseorang dalam bidang kajian tertentu.
5. Keterampilan (skill), yaitu kemampuan untuk melakukan suatu
pekerjaan fisik atau mental.
Dari kelima karakteristik kompetensi di atas dimana kompetensi
motif, watak dan konsep diri diharapkan dapat memprediksi tindakan atau
perilaku seseorang sehingga pada akhirnya dapat memprediksi kinerja
seseorang.
Secara umum kinerja dapat diartikan sebagai suatu perilaku seseorang
dalam melaksanakan tugas pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang sesuai dengan nilai, norma, aturanaturan yang berlaku dan
dipatuhi secara bersamasama.
6
Kinerja yang berkualitas dapat menentukan juga kualitas suatu
perguruan tinggi. Ini dapat di wujudkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, seperti mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan guna meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan serta mengikuti seminarseminar dan mengadakan penelitian
penelitian bidang keilmuan untuk kepentingan lembaga maupun bagi
masyarakat serta sebagai implementasi pengabdiannya kepada masyarakat.
Sehubungan dengan kualitas kinerja dosen di perguruan tinggi di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah salah satu permasalahan yang ada
saat ini yaitu rendahnya kinerja dosen dalam pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi diantaranya mengadakan penelitian dan pengembangan
masyarakat diduga masih 30 persen. Sehingga menjadi perhatian khusus bagi
peneliti dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Tugas dosen salah satunya ialah mentransformasikan pengetahuan
kepada mahasiswanya, dan juga dosen menjadi orang yang spesial bagi
semua mahasiswanya. Oleh sebab itu profesionalitas dalam bekerja atau
mengajar sebenarnya telah diisyaratkan dalam sebuah Hadist riwayat
Thabrani sebagai berikut: “Sesungguhnya Allah mencintai saat salah
seorang diantara kalian mengerjakan suatu pekerjaan dengan teliti/sunguh
sunguh.Kesungguhan atau ketelitian atau keseriusan dalam bekerja
merupakan salah satu ciri profesionalitas. Demikian juga AlQur’an menuntut
kita agar bekerja dengan penuh kesungguhan, apik dan bukan asal jadi saja.
Dalam QS. AlAn’am [6]: 135 dinyatakan,”Katakanlah: Hai kaumku,
berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula).
7
Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya, orangorang yang
zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”.
Begitu pula Moeheriono (2012:32) memberikan pengertian indikator
kinerja atau disebut performance indicator sebagai berikut :
1. Indikator kinerja sebagai nilai atau karakteristik tertentu yang
dipergunakan untuk mengukur output atau outcome suatu kegiatan.
2. Sebagai alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan derajat
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
3. Sebagai ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
4. Suatu informasi operasional yang berupa indikasi mengenai kinerja
atau kondisi suatu fasilitas atau kelompok fasilitas.
Hal ini dapat dipahami dengan adanya kinerja dosen yang profesional
akan dapat menunjang tercapainya proses, output dan outcome pendidikan
yang lebih berkualitas. Namun demikian, masalah kinerja dosen bukanlah
masalah yang sederhana, melainkan merupakan permasalahan yang sangat
kompleks karena melibatkan banyak unsur yang saling berkaitan
(interrelation), saling mempengaruhi (interaction) dan saling ketergantungan
(interdependence) satu dengan yang lainnya. Irianto dalam Sutrisno
(2010:171) mengemukakan bahwa kinerja adalah prestasi yang diperoleh
seseorang dalam melakukan tugas.
Dengan demikian keberhasilan organisasi tergantung pada kinerja
para pelaku organisasi bersangkutan khususnya di perguruan tinggi. Oleh
8
karena itu, setiap unit kerja dalam suatu organisasi hendaknya dapat dinilai
atau dilihat kinerjanya, agar kinerja sumber daya manusia yang terdapat
dalam unitunit pada suatu organisasi tersebut dapat dinilai secara objektif.
Dinamika pendidikan terus berkembang, menurut efektifitas,
produktifitas dan efisiensi serta profesional para pelakupelaku pendidikan
mulai dari dosen hingga pimpinan tertinggi,sehingga semua unsur dalam
pendidikan tersebut dapat berjalan seirama untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Budaya organisasi sangat berperan di dalam membantu perilaku
anggota organisasi untuk melakukan tugasnya atau pekerjaannya dalam
mencapai tujuan organisasi serta dapat bertanggungjawab yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi kinerja yang baik. Seperti yang dinyatalkan oleh Mondy
dan Noe dalam Purba (2010:44) mengatakan bahwa “terdapat pengaruh
budaya organisasi atau budaya perusahaan terhadap kinerja karyawan” (A
firm’s culture has an impact on employes job satisfaction as well as on the
level and quality of employee performance), lebih lanjut Ancok dalam Purba
(2010:45) mengatakan bahwa“budaya organisasi adalah perangkat yang
penting dalam peningkatan kinerja organisasi. Majunya organisasi didorong
oleh budayaorganisasi yang kuat yang ada di perusahaan, atribut dan halhal
simbolik yang melekat pada anggota perusahaan, serta kebiasaan yang
berjalan di perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan”. Selain itu,
hasil penelitian Janson (1993), Thomas, Chorba & Kumiega (1990) dan
Hernandez, et al (1988) dalam Purba (2010:45) menunjukkan bahwa budaya
9
organisasi yang dimiliki perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan performance di perusahaan tersebut.
Budaya organisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat manajemen
untuk mencapai efisiensi, efektifitas, produktifitas, etos kerja dan kinerja. Ini
telah di gunakan diberbagai Negara seperti Jepang, Amerika dan beberapa
Negara Eropa dan ternyata membuat pendidikan berhasil efektif.
Budaya organisasi di Amerika Serikat dan Eropa telah diperkenalkan
pada era tahun 1970an. Salah satu tokoh yang memperkenalkan Budaya
organisasi adalah Edward H. Schein. Di Indonesia, Budaya organisasi mulai
diperkenalkan diera tahun 1990an ketika saat itu banyak dibicarakan perihal
konflik budaya, bagaimana mempertahankan budaya Indonesia serta
pembudayaan nilainilai baru. Seiring dengan itu, budaya organisasi
kemudian dimasukkan dalam kurikulum berbagai program pendidikan,
pelatihan, bimbingan, dan penyuluhan, baik di lingkungan perguruan tinggi
dan instansi pemerintah, maupun di berbagai perusahaan swasta besar di
Indonesia.
Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mengacu pada budaya
yang berlaku, bukan saja pada perusahaan akan tetapi berlaku juga pada
pendidikan karena pada umumnya pendidikan itu dalam bentuk organisasi,
yaitu bekerja sama antara beberapa orang yang membentuk kelompok atau
satuan kerja sama tersendiri.
Organisai dan budaya merupakan dua sisi mata uang. Kombinasi dari
keduanya menjadi budaya organisasi. Organisasi dijalankan melalui
manajemen yang selalu disesuaikan dengan perkembangan budaya. Dengan
10
demikian, selalu terdapat interaksi antara budaya dan organisasi. Tan
(2002:30) dalam Wibowo (2011:3) mengatakan bahwa perkembangan
organisasi harus diarahkan pada terciptanya achievement culture, yaitu tipe
budaya yang mendorong dan menghargai kinerja orang lain. Achievement
culture menekankan pada pekerjaan yang dilakukan dari pada sekedar peran.
Orang akan menyilangkan peran untuk membuat pekerjaan berjalan dan
menukar tanggung jawab apabila diperlukan.
Budaya organisasi menurut Kilmann dalam Sutrisno (2010:2)
mengatakan bahwa: budaya organisasi sebagai perangkat sistem nilainilai
(values), kenyakinankenyakinan (beliefs), asumsiasumsi (assumptions), atau
normanorma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh anggota
suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalahmasalah
organisasinya.
Secara tidak sadar setiap orang di dalam suatu organisasi mempelajari
budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Demikianpula setiap organisasi
dapat mempunyai budaya sendiri yang berbeda satu dengan organisasi
lainnya. Inilah yang disebut dengan budaya organisasi, (Wibisono:2011:8).
Dengan demikian, budaya organisasi adalah budaya yang diterapkan pada
lingkungan organisasi tertentu. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan
budaya organisasi adalah budaya yang menjadi acuan di dalam suatu
organisasi di mana terdapat sekelompok orang yang melakukan interaksi.
Begitu pula apabila seseorang di terima oleh lingkungan tempat
bekerja, orang tersebut akan berusaha mempelajari apa yang dilarang dan apa
yang diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan apa
11
yang salah, dan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
di dalam suatu organisasi tempat dimana ia bekerja.
Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilainilai dan
menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang di dalam
organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa
organisasi dan jiwa anggota organisasi sehingga tidak dapat dipisahkan
karena telah menyatu didalam diri seseorang dan menjadi perilaku para
anggota organisasi.
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak
tampak, yang dapat menggerakkan orangorang dalam suatu organisasi untuk
melakukan aktivitas kerja. Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan
tujuan pendidikan namun sebaliknya apabila budaya organisasi lemah atau
tidak disiplin maka akan menghambat atau bertentangan dengan tujuantujuan
pendidikan. Dalam suatu pendidikan yang budaya organisasinya kuat, nilai
nilai kebersamaan di pahami secara mendalam, dianut, dan diperjuangkan
oleh sebagian besar para anggota organisasi yang kuat dan positif sangat
berpengaruh terhadap perilaku dan efektifitas kinerja dosen. Sebagaimana
dinyatakan oleh Deal & Kennedy, Miner, Robbins dalam Sutrisno (2010:3)
karena menimbulkan antara lain sebagai berikut:
1. Nilainilai
kunci
yang
saling
menjalin,
tersosialisasikan,
menginternalisasikan, menjiwai pada para anggota, dan merupakan
kekuatan yang tidak tampak;
2. Perilakuperilaku karyawan secara tidak disadari terkendali dan
terkoordinasi oleh kekuatan yang informal atau tidak tampak;
12
3. Para anggota merasa komit dan loyal pada organisasi;
4. Adanya musyawarah dan kebersamaan atau kesertaan dalam halhal
yang berarti sebagai bentuk partisipasi, pengakuan, dan penghormatan
terhadapa karyawan;
5. Semua kegiatan berorientasi atau diarahkan kepada misi atau tujuan
organisasi;
6. Para karyawan merasa senang, karena diakui dan dihargai martabat
dan kontribusinya, yang sangat rewarding;
7. Adanya koordinasi, integrasi, dan konsistensi yang menstabilkan
kegiatankegiatan perusahaan;
8. Berpengaruh kuat terhadap organisasi dalam tiga aspek: pengarahan
perilaku dan kinerja organisasi, penyebarannya pada para anggota
organisasi, dan kekuatannya, yaitu menekan para anggota untuk
melaksanakan nilainilai budaya;
9. Budaya berpengaruh terhadap perilaku individual maupun kelompok.
Setiap organisasi memiliki budaya organisasi sendiri, begitu pula di
dalam suatu universitas atau perguruan tinggi atau sekolah tinggi karena
dapat menciptakan kehidupan kampus yang kondusif.
Kreitner dan Kinicki (2000:79) mengemukakan bahwa Budaya
organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit
oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan,
pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam.
Rivai (2003:431) mengatakan bahwa
budaya organisasi adalah
kerangka kerja yang menjadi pedoman tingkah seharihari dan membuat
13
keputusan untuk karyawan mengarahkan tindakan mereka untuk mencapai
tujuan organisasi.
Organisasi mempunyai kepribadian, kepribadian yang dimaksud disini
adalah budaya organisasi. Budaya organisasi mampu memuaskan kebutuhan
kebutuhan orang dan orang akan cenderung untuk bekerja lebih baik atau
lebih keras lagi, serta memiliki komitmen yang lebih besar dan tujuan yang
lebih terarah. Menciptakan budaya yang mampu memuaskan kebutuhan
kebutuhan ini merupakan bagian terpenting bagi suksesnya sebuah organisasi
dan kualitas pelayanan yang disajikan. Kydd, Crawford, dan Riches
(1997:14) mengemukakan bahwa kebutuhankebutuhan yang selalu ada
dalam setiap kelompok adalah kebutuhan untuk: didukung; didengar;
diperhatikan; didorong semangatnya; dipercaya; dihargai dan dinilai tinggi;
diberi informasi; dibantu untuk memperjelas idenya; dibantu untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuannya; ditantang dan diperluas
kemampuannya.
Menciptakan budaya organisasi yang berkualitas serta memiliki
wawasan yang jauh, telah diamati oleh Frederik Herzberg (1966) dalam Kydd
dkk (1997:15) bahwa di dalam organisasi, para pekerja akan memiliki
motivasi yang tinggi bilamana: (1) Pekerjaan itu sendiri secara intrinsik
memuaskan dan menantang; (2) Para karyawan memiliki peran dalam
pengambilan keputusan dan terlibat di dalam manajemen pembantu di dalam
organisasi bersangkutan; (3) Pekerjaan yang sukses akan menuntun kepada
pengakuan dan kemungkinan akan kemajuan karier.
14
Dari uraian di atas banyak hal yang dapat mempengaruhi kinerja
dosen, termasuk diantaranya etika kerja. Menurut Teori Keraf (1993:20)
mengatakan bahwa etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola
perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.
Etika sering juga disebut filsafat moral dan merupakan cabang filsafat
yang membicarakan mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan
tujuan hidup yang utama. Etika menghargai budaya yang telah lama menjadi
pola panutan masyarakat. Etika mempersoalkan bagaimana seharusnya
manusia bertindak yang ditentukan oleh bermacammacam norma yang
menjadi adap kebiasaan manusia itu sendiri.
Menurut Mufid (2009:173) etika dibedakan dalam tiga pengertian
pokok yaitu : (1) ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral; (2)
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa etika adalah nilainilai atau norma yang
menjadi pasangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya adalah sikap
batin dan dalam bentuk jamaknya ta etha yang artinya adalah adat istiadat
atau adat kebiasaan. Setiap manusia memiliki ethosnya masingmasing
dimana memiliki sikap batin yang sesuai dengan normanorma yang ada pada
lingkungan, baik dilingkungan rumah, dimasyarakat maupun di organisasi
dimana berada. Dalam kaitan ini etika selalu berhubungan erat dengan
15
kebiasaan hidup yang baik, yaitu berbuat baik pada diri sendiri atau pada
orang lain maupun pada sekelompok masyarakat atau di dalam organisasi.
Bertens (2007:7) menyatakan bahwa moralitas pada dasarnya sama
dengan moral, yaitu berpegang pada nilai dan norma yang baik atau tidak
baik.
Berdasarkan uraian diatas, dinyatakan ada dua variabel yaitu budaya
organisasi,dan etika kerja berpengaruh terhadap kinerja dosen. Melalui hasil
observasi awal pada tanggal 5 Agustus 2011 yang dilakukan oleh peneliti
diperoleh informasi bahwa dosen memiliki kinerja rendah didalam
mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi diantaranya mengadakan
penelitian dan pengembangan masyarakat diduga masih 30 persen. Sehingga
dapat mempengaruhi perilaku, aturan atau normanorma yang berlaku serta
kualitas dan professional seorang dosen di suatu lembaga pendidikan
khususnya di perguruan tinggi .
Permasalahan yang dihadapi dibeberapa perguruan tinggi di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah berkaitan dengan rendahnya kinerja
dosen dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui pendidikan,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat, maka mendapat perhatian yang
khusus bagi peneliti dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Beberapa fenomenafenomena
yang menunjukkan bahwa di beberapa perguruan tinggi di Kota Sibolga dan
Kabupaten Tapanuli Tangah mengalami masalahmasalah tentang kinerja
antara lain masih banyaknya dosendosen memiliki jenjang pendidikan S1,
kurangnya disiplin para dosen dimana dosen sering tidak hadir karena profesi
16
dosen hanya sebagai sambilan dan bukan pekerjaan utamanya, memberikan
perkuliahan tidak pada kualifikasi yang dimilikinya sehingga tidak dapat
memberikan kuliah secara maksimal sebagai dosen yang professional,
tanggungjawab rendah karena ditunjukkan dengan masih adanya dosen yang
tidak membuat satuan acara perkuliahan (SAP), rencana pelaksanaan
perkuliahan (RPP), kontrak perkuliahan, pengelolaan kelas, semangat kerja
dan disiplin kurang, masih adanya dosen memberikan perkuliahan secara
manual atau masih mencatat, masih sedikitnya dosen lulusan S2 yang
diperkirakan 10 persen apalagi lulusan S3, sehingga untuk mengembangkan
diri menjadi dosen yang profesional dalam kinerjanya masih rendah dan
dampaknya kepada mahasiswanya juga mutunya rendah pula.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian guna
mengetahui penyebab atau faktorfaktor yang diduga berpengaruh terhadap
kinerja dosen. Faktorfaktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja dosen
yaitu budaya organisasi dan etika kerja.
Dengan demikian diadakan suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh
Budaya Organisasi Dan Etika Kerja Terhadap Kinerja Dosen
Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah”.
17
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja dosen dalam mentransformasikan pengetahuannya dengan baik,
secara umum dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu: (1) Apakah budaya
organisasi berpengaruh terhahap etika kerja?; (2) Apakah budaya organisasi
berpengaruh terhadap kinerja dosen?; (3) Apakah etika kerja berpengaruh
terhadap kinerja dosen?; (4) Apakah etika kerja berpengaruh terhadap budaya
organisasi?; (5) Apakah budaya organisasi dan etika kerja berpengaruh
terhadap kinerja dosen?
C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah maka
pengkajian kinerja dibatasi keterkaitannya dengan budaya organisasi dan
etika kerja di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap etika kerja di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah?
2. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja dosen di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah?
3. Apakah etika kerja berpengaruh terhadap kinerja dosen di Kota Sibolga
dan Kabupaten Tapanuli Tengah?
18
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh budaya organisasi terhadap etika kerja dosen di Kota Sibolga
dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja dosen di Kota Sibolga dan
Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Pengaruh etika kerja terhadap kinerja dosen di Kota Sibolga dan
Kabupaten Tapanuli Tengah.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksud untuk mendapatkan datadata dan informasi
yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran pengaruh variabel budaya
organisasi, dan etika kerja terhadap kinerja dosen. Oleh sebab itu diharapkan
penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan tentang perilaku organisasi khususnya yang
berkaitan dengan kinerja, budaya organisasi dan etika kerja.
2. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan supaya bermanfaat bagi berbagai pihak,
terutama:
2.1 Bagi Pimpinan Perguruan Tinggi sebagai bahan informasi dalam
merumuskan kebijakan guna peningkatan kinerja dosen.
19
2.2 Bagi dosen dapat menjadikan semangat serta motivasi dalam
meningkatkan kinerja lebih berkualitas untuk mencapai tujuan
organisasi.
2.3 Bagi peneliti sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang
relevan dikemudian hari.
102
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka
dapat diambil simpulan sebagai berikut:
Pertama, Terdapat pengaruh secara langsung budaya organisasi terhadap etika
kerja Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan
nilai koefisien jalur yakni 0.63 dan besarnya sumbangan pengaruhnya yakni 40%.
Hal ini berarti semakin tinggi dan positif budaya organisasi maka semakin tinggi
pula pengaruhnya terhadap peningkatan etika kerja.
Kedua, Terdapat pengaruh secara langsung budaya organisasi terhadap kinerja
dosen Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan
nilai koefisien jalur yakni 0.47 dan besarnya sumbangan pengaruhnya yakni 22%.
Selain itu, besarnya sumbangan pengaruh tidak langsung melalui etika kerja
terhadap kinerja dosen yakni 15%. Hal ini berarti semakin tinggi dan positif
budaya organisasi maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap peningkatan
kinerja dosen.
Ketiga, Terdapat pengaruh secara langsung etika kerja terhadap kinerja dosen
Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan nilai
koefisien jalur yakni 0.52 dan besarnya sumbangan pengaruhnya yakni 27%. Hal
ini berarti semakin tinggi dan positif etika kerja maka semakin tinggi pula
pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja dosen.
103
B. Implikasi
Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa budaya
organisasi dan etika kerja dapat meningkatkan kinerja dosen. Temuan ini
setidaknya membuktikan secara empiris bahwa budaya organisasi yang ada di
perguruan tinggi dan etika kerja dosen merupakan faktor penting dan sangat
menentukan dalam peningkatan kinerja dosen.
1. Upaya Peningkatan Kinerja Dosen Melalui Budaya Organisasi
Budaya organisasi sangat penting dalam meningkatkan kinerja dosen,
untuk rektorat perguruan tinggi perlu menerapkan budaya organisasi yang dapat
mencerminkan visi dan misi perguruan tinggi, menyepakati bersama ketentuan
norma dan peraturan yang mendukung tujuan perguruan tinggi sebagai lembaga
pendidikan professional. Implementasi budaya organisasi ini misalnya secara
terprogram perguruan tinggi lebih peka untuk melakukan kegiatakegiatan yang
berkhasanah untuk pendidikan dan peningkatkan kompetensi dosen dengan jalan
menyelenggarakan pelatihanpelatihan, mengadakan seminar, lokakarya, pelatihan
penulisan karya ilmiah, mengadakan workshop dan pelatihan tentang caracara
melakukan pengabdian pada masyarakat.
Pimpinan perguruan tinggi juga perlu memperhatikan tingkat
pendidikan para dosennya dimana pada umumnya dosen yang ada di perguruan
tinggi Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah masih berstrata S1, pimpinan
perlu mengambil kebijakan untuk memberikan kesempatan pendidikan yang lebih
tinggi lagi bagi dosen yang berprestasi dengan memberikan beasiswa ataupun
kesempatan dosen untuk melanjutkan pendidikannya. Perwujudan budaya yang
lain misalnya penerapan keadilan bagi seluruh dosen dalam pemberian
104
kepercayaan dan tanggung jawab kepada Dosen untuk melaksanakan atau
mengelola tugasnya berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh Dosen dan
jangan membebani kerja yang lebih besar atau diluar tanggungjawabnya.
Melibatkan para Dosen untuk mengambil keputusan dalam hal yang menyangkut
kebijakankebijakan, pemberian imbalan yang sesuai, penghargaan terhadap
pekerjaan, fasilitas fisik maupun komunikasi yang menunjang terhadap kinerja
yang diperlukan dalam menunjang proses belajar mengajar
2. Upaya Peningkatan Kinerja Dosen Melalui Etika Kerja
Etikakerja juga merupakan faktor penting dengan etika para dosen
memahami dan menyadari bagaimana seharusnya dosen bertindak sebagaimana
dirinya sebagai pendidik professional yang ditentukan oleh bermacammacam
norma yang menjadi kebiasaan dosen dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya. Dalam implementasinya, pembentukan etika kerja yang baik perlu
ditumbuhkan dan dipelihara bukan hanya dari diri sendiri maupun dengan impuls
dari pimpinan, rekan kerja, dan lingkungan. Pimpinan harus dapat membina,
membimbing, mengarahkan, berkomunikasi dengan baik mengawasi para Dosen
dalam pelaksanaan proses perkuliahan, serta mengambil keputusan yang dapat
memotivasi dosen dalam usaha peningkatan mutu kinerja dosen. Sehingga dosen
menyadari arti pentingnya etika dan mutu kerja baik yang dapat meningkatkan
kinerjanya. Dalam berhubungan dengan rekan kerja juga, dosen berupaya
berkomunikasi dengan etis antar sesama dosen dalam mengembangkan
pendidikan dan metode perkuliahan yang terbaik. Dengan demikian, Dosen dapat
benarbenar terbina sebagai teamwork yang kompak dan solid untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
105
3. Upaya Peningkatan Etika Kerja Melalui Budaya Organisasi
Upaya meningkatkan budaya organisasi adalah meningkatkan etika kerja.
Budaya organisasi berhubungan dengan norma dan nilai yang disepakati bersama
dan hal tersebut menjiwai organisasi dalam menjalankan aktivitasnya.Perwujudan
budaya organisasi yang menjiwai profesionalitas dalam bekerja dan semangat
kerja yang berkualitas maka jika ditanamkan dengan kuat dalam kehidupan
berorganisasi maka akan terbentuk Etika kerja dimana dalam diri setiap anggota
organisasi yang didasari juga dengan aturanaturan, nilai, norma yang diinginkan
guna menunjang kinerja terbaik akhirnya muncullah energi yang positif, etika
yang positif, dan periaku yang positif serta memiliki semangat yang tinggi.
Dalam hal ini, dengan budaya organisasi yang dapat menciptakan suasana
kerja yang kondusif karena adanya rasa aman dan nyaman dalam bekerja,
sehingga dapat mengembangkan potensi seseorang dalam berfikir, berkarya serta
berprestasi untuk mencapai tujuan. Selain itu adanya pengarahan dan penjelasan
budaya organisasi dari pimpinan perguruan tinggi langsung sehingga para dosen
dan pegawai lainnya dapat memahami dan menanamkan kuat dalam hatinya
bekerja professional yang beretika sehingga dosen dalam perilakunya dapat
memberikan pembelajaran yang dapat memberikan kualitas dalam perkuliahan.
106
C. Saran
Saransaran yang dapat disampaikan sehubungan dengan temuan hasil
penelitian ini adalah:
1.
Disarankan bagi pimpinan (rektor) di perguruan tinggi di Sibolga dan
Tapanuli Tengah untuk mampu meningkatkan budaya organisasi di lembaga
yang dipimpinnya dengan cara pimpinan perguruan tinggi bekerja keras
untuk dapat menciptakan suatu tatanan nilai dan norma yang dapat
mendukung kemajuan dan kreativitas para dosen dalam bekerja yang dapat
meresap ke seluruh anggota baik dengan kekuatan ataupun sukarela,
memberikan teladan yang baik, mewujudkan kondisikondisi kerja yang
kondusif, melibatkan dosen dalam setiap pengambilan keputusan untuk
mengembangkan kemajuan perguruan tinggi sehingga para dosen dan
pegawai lainnya terbiasa untuk bekerja keras dan selalu ingat visi dan misi
perguruan tinggi serta merasa bangga untuk senantiasa bekerja dengan baik
dan berusaha bekerja sama mencapai tujuan yang diharapkan.
2.
Disarankan pimpinan perguruan tinggi kiranya dapat menciptakan dan
memupuk budaya perguruan tinggi yang mendukung terhadap peningkatan
kinerja dosen seperti melakukan pengawasan atau supervisi secara berkala
terhadap dosen sewaktu berlangsungnya proses belajar mengajar, serta
pengawasan atau pemeriksaan kelengkapan administrasi mengajar dosen
seperti Satuan Acara Perkuliahan atau Kontrak Perkuliahan (terutama pada
saat awal semester. Pimpinan juga perlu membudidayakan program
pengabdian pada masyarakat dengan alokasi yang waktu yang sesuai
sehingga
para
dosen
bisa
terlibat
aktif
dalam
memberikan
107
pelatihan/penyuluhan serta melayani masyarakat. Pimpinan perguruan tinggi
juga perlu mendukung dengan memberikan bantuan dana ataupun fasilitas
agar para dosen untuk membuat karya pengabdian kepada masyarakat
termasuk buku pelajaran kepada masyarakat.
3.
Disarankan kepada para dosen perguruan tinggi di Sibolga dan Kabupaten
Tapanuli Tengah, sebaiknya perlu senantiasa mengembangkan kompetensi
keilmuwannya misalnya aktif dalam mengikuti perkembangan pengetahuan
melalui risetriset, jurnaljurnal nasional dan internasional, dan mengikuti
seminarseminar ilmiah yang diselenggarakan. Dosen hendaknya menyadari
perannya sebagai pendidik untuk juga memberikan pengabdian kepada
masyarakat. Selain itu, para dosen diharapkan dapat memahami budaya yang
berlaku di perguruan tinggi dengan tetap menerima arahan dari pimpinan,
mempunyai kepercayan terhadap perguruan tinggi, dan tetap menjalin
komunikasi yang baik dengan sesama dosen lainnya. Dengan demikian
dosen merasa difasilitasi dan diberikan kesempatan untuk melakukan
peningkatan kemampuannya sehingga dosen juga berfikiran positif perlunya
kualitas pengajaran bagi keberhasilan mahasiswa.
4.
Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya
yang berkaitan dengan variabelvariabel berbeda yang turut memberikan
sumbangan terhadap kinerja dosen seperti variable budaya organisasi, etika
kerja, dan kinerja dosen.
108
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, Biner. 2010. Analisis Alur Utama Hubungan Variabel Penentu Kinerja
Dosen ( Pengaruh Kepemimpinan, Manajemen Personalia, Budaya
Organisasi Kepuasan Kerjadan Komitmen Organisasi Terhadap
Kinerja Dosen) di Universitas Negeri Medan, Tesis Universitas
Negeri Medan.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,
Jakarta: Rineka Cipta.
Bateman, Thomas, S. 2008. Manajemen Kepemimpinan dan Kolaborasi
dalam Dunia yang Kompetitif (Terjemahan: Chriswan Sungkono dan
Ali Akbar Yulianto), Jakarta: Salemba Empat
Bertens, K. 2007. Etika, Jakarta: Gramedia
Colquitt, A. Jason, Jeffery A. Pine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational
Behavior, New York: McGrawHill.
Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung:
Alfabeta.
, 2010. Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan Jenius (IQ+ EQ),
Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos, Bandung: Alfabeta.
Depdiknas, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
, 2010. Jurnal Manajemen Pendidikan Indonesia Vol 2, Medan: PPS
Unimed.
Fuad, Noor dan Gofur Ahmad. 2009. Integrated HRD, Jakarta: Grasindo.
Goetsch, L. David and Standley B. Davis. 1997. Introduction to Total Quality
(Quality Management for Production, Processing, and Service ), New
Jersey: PrenticeHill.
Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. 2008. Behavior in Organizations, New
Jersey: PrenticeHall.
Griffin, W. Ricky. 2002. Manajemen (Terjemahan: Gina Gania), Jakarta:
Erlangga.
Hasan Alwi, dkk, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ikhsan, Arfan dan Indra Maipita. 2011. Perilaku Organisasi, Medan:
Madenatera.
109
Keraf, Sonny, A. 1993. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi
Luhur, Yogyakarta: Kanisius.
Kinicki, Angelo and Robert Kreitner. Perilaku Organisasi (Terjemahan: Erly
Suandy), Jakarta: Salemba Empat.
Kydd, Lesley, Megan Crawford and Colin Riches. 1997. Professional
development for educational management, Pengembangan professional
untuk manajemen pendidikan (Terjemahan: Ursula Gyani. B), Jakarta:
Grasindo.
Lunenburg, C. Fred and Allan C. Ornstein. 2000. Educational Administration,
USA: Wadsworth.
Magnis, Fransdan Suseno. 1989. EtikaSosial, Jakarta: Gramedia. Moeheriono.
2012. Perencanaan, Aplikasidan Pengembangan Indikator Kinerja
Utama (IKU) Bisniss dan Publik, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan
Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana.
Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam Di Indonesia, Bogor: Kencana.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi, Jakarta: Rineka CIpta.
Nurfarhati, 1999. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Pada PT. Telkom Malang, Tesis Universitas Brawijaya Malang.
Tidak Di Publikasikan.
Pace, R. Wayne and Don. F. Faules. 2005. Komunikasi Organisasi Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Terjemahan: Deddy Mulyana),
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pangaribuan, Juanda. 2011. Kedudukan Dosen Dalam Hukum Ketenagakerjaan,
Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera.
Pidarta, Made. 2005. Toeri Budaya Organisasi, Jakarta: Rineka Cipta.
Purba, Sukarman. 2010. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi,
Yogyakarta: Laks Bang PRESSindo.
Rivai, Veithzal. 2011. Performance Appraisal Sistem yang tepat untuk menilai
kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan, Jakarta:
Rajawali Pers.
. 2003. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
110
Robbins, Stephen, P. 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain, Dan Aplikasi
(Terjemahan: Jusuf Udaya), Jakarta: Arcan.
Sagala, Syaiful. 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah
dalam Sistem Otonomi Sekolah, Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful dan Syawal Gultom. 2011. Praktik Etika Pendidikan di Seluruh
Wilayah NKRI, Bandung: Alfabeta.
Siagian, Sondang, P. 2007. Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta : Bumi
Aksara.
Sibuea, Abdul Muin. 2005. Statistik, Medan: Unimed.
Sugiono, 2009. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan, Bandung: Refika Aditama.
Susilo, M. Joko. 2009. Pembodohan Siswa Tersistematis, Yogyakarta: Pinus
Book Publisher.
Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana.
Tika, Pabundu. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
Jakarta: Bumi Aksara.
Timpe, A. Dale. 2002. Kinerja, Seri
TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI
DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TESIS
OLEH :
AMAN SURYANI
NIM : 8106132024
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian TugasTugas
Dan SyaratSyarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA
TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI
DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH
TESIS
OLEH :
AMAN SURYANI
NIM : 8106132024
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian TugasTugas
Dan SyaratSyarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat di
pisahkan dari kehidupan. Dengan pendidikan, kita dapat mencetak sumber
daya manusia yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill
serta berkarakter.Daoed Joesoef (Joko; 2009:13) pernah mengungkapkan
tentang betapa pentingnya pendidikan: “Pendidikan merupakan alat yang
menentukan sekali untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang
penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai
dengan martabat manusia”.
Hampir setiap orang pernah mengalami pendidikan. Dengan
pendidikan di harapkan untuk mengarah pada kehidupan yang lebih baik.
Manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan,
baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri.
UNESCO sebagai badan Internasional yang bergumul dengan berbagai
masalah pendidikan dan kebudayaan mencanangkan konsep “Pendidikan
Sepanjang Hayat” (Life long Educations) yang berlangsung sejak buaian
hingga keliang lahat (From the cradle to the grave). Salah satu bentuk wujud
pendidikan dapat di tempuh melalui Perguruan Tinggi.
Perguruan Tinggi sebagai suatu lembaga pendidikan formal atau
wadah untuk mencetak generasigenerasi ilmuan yang tangguh, tanggon, dan
trengginas. Tangguh berarti sukar dikalahkan atau kuat, tanggon atau tanggap
berarti memahami segala sesuatu dan trengginas berarti berdaya tangkap dan
2
penalaran yang tingggi dengan memiliki potensi arti lain dapat diandalkan,
ulet, tahan uji, lincah dan terampil, serta kritis dan memiliki karakter dan
religius, (Alwi;2001:1138).
Dalam ruang lingkup perguruan tinggi tenaga pengajarnya disebut
dosen. Dosen diartikan sebagai guru pada perguruan tinggi. Menurut
Soetandyo Wignjosoebroto dalam Pangaribuan (2011:19) mengelompokkan
dosen sebagai ahli, dengan mendeskripsikan “secara umum, para ahli di
Indonesia tersebar dalam berbagai kegiatan kerja di bidang hukum sebagai
hakim, jaksa, pengacara, notaris dan atau dosen disebut ‘ahli hukum’ atau
‘sarjana hukum’ apabila yang diingat adalah gelar akademisnya.” Sedangkan
dalam Pasal 1 angka 2 UndangUndang Nomor 14 tahun 2005, Pasal 1 angka
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2009, dalam perkembangan hukum
positif, yang dimaksud dengan dosen adalah“pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentranformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.”
Dosen merupakan profesi seseorang yang mengajar pada sebuah
perguruan tinggi atau sekolah tinggi. Perguruan tinggi merupakan tempat di
mana dosen bekerja sebagai pendidik profesional.Profesi dosen lebih tinggi
tingkatannya dari pada pekerjaan atau profesi seorang guru. Namun sama
sama memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa maupun mahasiswanya.
Bertitik tolak pada penjelasan di atas tampak bahwa dosen merupakan
salah satu stakeholders dan dosen juga membutuhkan tempat untuk
“mentransfer ilmu pengetahuan” yang dimilikinya kepada mahasiswanya.
3
Dosen sebagai pelaksana Tri Dharma Perguruan Tinggi di harapkan
mampun membentuk karakter dan intelektual
mentranformasikan
pengetahuan
yang
ke ilmuan serta
sebanyakbanyaknya
kepada
mahasiswa agar menjadi penerus pembangunan di masa yang akan datang.
Memang berat beban yang di pikul oleh seorang dosen. Namun tanggung
jawab dan kesungguhan seorang dosen dituntut untuk selalu serius dalam
pekerjaannya. Ini semua berkat kinerja dosen yang sungguhsungguh.Dosen
sebagai salah satu komponen utama di kampus, memegang peranan yang
sangat strategis terhadap pencapaian tujuan dari programprogram yang telah
di tetapkan oleh kampus dan tujuan pendidikan nasional. Sebagai tenaga
profesional, dosen dituntut tidak saja berupa sebatas memiliki kompetensi
yang
sesuai
dengan
mentranformasikan,
bidang
keahliannya
mengembangkan
dan
tetapi
untuk
menyebarluaskan
mampu
ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian
pada masyarakat.
Kualitas dosen dalam suatu perguruan tinggi banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satunya adalah faktor kinerja dosen itu sendiri. Kinerja
(Performance) yang berarti unjuk kerja, prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja, hasil kerja, atau penampilan kerja, (Purba;2010:7).Menurut
Lawler dan Porter dalam Sutrisno (2010:170) menyatakan bahwa Kinerja
adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas. Groundland dalam
Anwar (2004:8) mendefinisikan Kinerja sebagai penampilan perilaku kerja
yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritual dan urutan kerja sesuai prosedur
sehingga di peroleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan, dan
4
jumlah. Kirkpatrick dan Nixon dalam Sagala (2010:179) mengartikan kinerja
sebagai ukuran kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(direncanakan) sebelumnya.
Kinerja seorang dosen akan baik bila ia mempunyai keahlian yang
tinggi, bersedia bekerja keras, dan diberi gaji sesuai dengan perjanjian serta
mempunyai harapan masa depan lebih baik. Kinerja yang baik merupakan
tolak ukur tingkat keberhasilan dosen menjalankan tugas sebagaimana
mestinya. Pengukuran kerja harus mempertimbangkan berbagai aspek yang
dapat dilihat seperti dari suatu pengalaman, keterampilan serta kecakapan
yang dimiliki oleh seorang dosen.
Dosen yang memiliki kinerja yang tinggi pada dasarnya dapat
menjalankan tugasnya secara bertanggung jawab serta kinerja dosen sangat
erat hubungannya dengan perilaku dosen itu sendiri. Begipula menurut sagala
(2010:180) yaitu perilaku diwujudkan untuk memperjelas deskripsideskripsi
kerja menentukan kinerja yang akan memenuhi kebutuhan organisasi yang
diinginkan. Oleh sebab itu, tanggung jawab dan tugasnya dosen sebagai
tenaga pendidikan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh dosen untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan gelar akademik yang ingin dicapainya
Spencer and Spencer dalam Suharsaputra (2011:196) mengemukakan
bahwa kompetensi individu merupakan karakter sikap dan perilaku, atau
kemampuan individual yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi suatu
situasi di tempat kerja yang terbenuk dari sinergi antara watak, konsep diri,
motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan kontekstual. Ada lima
5
karakteristik utama dari kompetensi yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kinerja individu karyawan yaitu :
1. Motif (motives), yaitu sesuatu yang dipikirkan atau diinginkan oleh
seseorang
secara
konsisten
dan
adanya
dorongan
untuk
mewujudkannya dalam bentuk tidakantindakan.
2. Watak (traits), yaitu karakteristik mental dan konsistensi respon
seseorang terhadap rangsangan, tekanan, situasi, atau informasi.
3. Konsep diri (self concept), yaitu tata nilai luhur yang dijunjung tinggi
oleh seseorang, yang mencerminkan tentang bayangan diri atau sikap
diri terhadap masa depan yang dicitacitakan atau terhadap suatu
fenomena yang terjadi di lingkungannya.
4. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang memiliki makna yang
dimiliki seseorang dalam bidang kajian tertentu.
5. Keterampilan (skill), yaitu kemampuan untuk melakukan suatu
pekerjaan fisik atau mental.
Dari kelima karakteristik kompetensi di atas dimana kompetensi
motif, watak dan konsep diri diharapkan dapat memprediksi tindakan atau
perilaku seseorang sehingga pada akhirnya dapat memprediksi kinerja
seseorang.
Secara umum kinerja dapat diartikan sebagai suatu perilaku seseorang
dalam melaksanakan tugas pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang sesuai dengan nilai, norma, aturanaturan yang berlaku dan
dipatuhi secara bersamasama.
6
Kinerja yang berkualitas dapat menentukan juga kualitas suatu
perguruan tinggi. Ini dapat di wujudkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, seperti mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan guna meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan serta mengikuti seminarseminar dan mengadakan penelitian
penelitian bidang keilmuan untuk kepentingan lembaga maupun bagi
masyarakat serta sebagai implementasi pengabdiannya kepada masyarakat.
Sehubungan dengan kualitas kinerja dosen di perguruan tinggi di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah salah satu permasalahan yang ada
saat ini yaitu rendahnya kinerja dosen dalam pelaksanaan Tri Dharma
Perguruan Tinggi diantaranya mengadakan penelitian dan pengembangan
masyarakat diduga masih 30 persen. Sehingga menjadi perhatian khusus bagi
peneliti dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Tugas dosen salah satunya ialah mentransformasikan pengetahuan
kepada mahasiswanya, dan juga dosen menjadi orang yang spesial bagi
semua mahasiswanya. Oleh sebab itu profesionalitas dalam bekerja atau
mengajar sebenarnya telah diisyaratkan dalam sebuah Hadist riwayat
Thabrani sebagai berikut: “Sesungguhnya Allah mencintai saat salah
seorang diantara kalian mengerjakan suatu pekerjaan dengan teliti/sunguh
sunguh.Kesungguhan atau ketelitian atau keseriusan dalam bekerja
merupakan salah satu ciri profesionalitas. Demikian juga AlQur’an menuntut
kita agar bekerja dengan penuh kesungguhan, apik dan bukan asal jadi saja.
Dalam QS. AlAn’am [6]: 135 dinyatakan,”Katakanlah: Hai kaumku,
berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula).
7
Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya, orangorang yang
zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”.
Begitu pula Moeheriono (2012:32) memberikan pengertian indikator
kinerja atau disebut performance indicator sebagai berikut :
1. Indikator kinerja sebagai nilai atau karakteristik tertentu yang
dipergunakan untuk mengukur output atau outcome suatu kegiatan.
2. Sebagai alat ukur yang dipergunakan untuk menentukan derajat
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
3. Sebagai ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
4. Suatu informasi operasional yang berupa indikasi mengenai kinerja
atau kondisi suatu fasilitas atau kelompok fasilitas.
Hal ini dapat dipahami dengan adanya kinerja dosen yang profesional
akan dapat menunjang tercapainya proses, output dan outcome pendidikan
yang lebih berkualitas. Namun demikian, masalah kinerja dosen bukanlah
masalah yang sederhana, melainkan merupakan permasalahan yang sangat
kompleks karena melibatkan banyak unsur yang saling berkaitan
(interrelation), saling mempengaruhi (interaction) dan saling ketergantungan
(interdependence) satu dengan yang lainnya. Irianto dalam Sutrisno
(2010:171) mengemukakan bahwa kinerja adalah prestasi yang diperoleh
seseorang dalam melakukan tugas.
Dengan demikian keberhasilan organisasi tergantung pada kinerja
para pelaku organisasi bersangkutan khususnya di perguruan tinggi. Oleh
8
karena itu, setiap unit kerja dalam suatu organisasi hendaknya dapat dinilai
atau dilihat kinerjanya, agar kinerja sumber daya manusia yang terdapat
dalam unitunit pada suatu organisasi tersebut dapat dinilai secara objektif.
Dinamika pendidikan terus berkembang, menurut efektifitas,
produktifitas dan efisiensi serta profesional para pelakupelaku pendidikan
mulai dari dosen hingga pimpinan tertinggi,sehingga semua unsur dalam
pendidikan tersebut dapat berjalan seirama untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Budaya organisasi sangat berperan di dalam membantu perilaku
anggota organisasi untuk melakukan tugasnya atau pekerjaannya dalam
mencapai tujuan organisasi serta dapat bertanggungjawab yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi kinerja yang baik. Seperti yang dinyatalkan oleh Mondy
dan Noe dalam Purba (2010:44) mengatakan bahwa “terdapat pengaruh
budaya organisasi atau budaya perusahaan terhadap kinerja karyawan” (A
firm’s culture has an impact on employes job satisfaction as well as on the
level and quality of employee performance), lebih lanjut Ancok dalam Purba
(2010:45) mengatakan bahwa“budaya organisasi adalah perangkat yang
penting dalam peningkatan kinerja organisasi. Majunya organisasi didorong
oleh budayaorganisasi yang kuat yang ada di perusahaan, atribut dan halhal
simbolik yang melekat pada anggota perusahaan, serta kebiasaan yang
berjalan di perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan”. Selain itu,
hasil penelitian Janson (1993), Thomas, Chorba & Kumiega (1990) dan
Hernandez, et al (1988) dalam Purba (2010:45) menunjukkan bahwa budaya
9
organisasi yang dimiliki perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan performance di perusahaan tersebut.
Budaya organisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat manajemen
untuk mencapai efisiensi, efektifitas, produktifitas, etos kerja dan kinerja. Ini
telah di gunakan diberbagai Negara seperti Jepang, Amerika dan beberapa
Negara Eropa dan ternyata membuat pendidikan berhasil efektif.
Budaya organisasi di Amerika Serikat dan Eropa telah diperkenalkan
pada era tahun 1970an. Salah satu tokoh yang memperkenalkan Budaya
organisasi adalah Edward H. Schein. Di Indonesia, Budaya organisasi mulai
diperkenalkan diera tahun 1990an ketika saat itu banyak dibicarakan perihal
konflik budaya, bagaimana mempertahankan budaya Indonesia serta
pembudayaan nilainilai baru. Seiring dengan itu, budaya organisasi
kemudian dimasukkan dalam kurikulum berbagai program pendidikan,
pelatihan, bimbingan, dan penyuluhan, baik di lingkungan perguruan tinggi
dan instansi pemerintah, maupun di berbagai perusahaan swasta besar di
Indonesia.
Penggunaan istilah budaya organisasi dengan mengacu pada budaya
yang berlaku, bukan saja pada perusahaan akan tetapi berlaku juga pada
pendidikan karena pada umumnya pendidikan itu dalam bentuk organisasi,
yaitu bekerja sama antara beberapa orang yang membentuk kelompok atau
satuan kerja sama tersendiri.
Organisai dan budaya merupakan dua sisi mata uang. Kombinasi dari
keduanya menjadi budaya organisasi. Organisasi dijalankan melalui
manajemen yang selalu disesuaikan dengan perkembangan budaya. Dengan
10
demikian, selalu terdapat interaksi antara budaya dan organisasi. Tan
(2002:30) dalam Wibowo (2011:3) mengatakan bahwa perkembangan
organisasi harus diarahkan pada terciptanya achievement culture, yaitu tipe
budaya yang mendorong dan menghargai kinerja orang lain. Achievement
culture menekankan pada pekerjaan yang dilakukan dari pada sekedar peran.
Orang akan menyilangkan peran untuk membuat pekerjaan berjalan dan
menukar tanggung jawab apabila diperlukan.
Budaya organisasi menurut Kilmann dalam Sutrisno (2010:2)
mengatakan bahwa: budaya organisasi sebagai perangkat sistem nilainilai
(values), kenyakinankenyakinan (beliefs), asumsiasumsi (assumptions), atau
normanorma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh anggota
suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalahmasalah
organisasinya.
Secara tidak sadar setiap orang di dalam suatu organisasi mempelajari
budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Demikianpula setiap organisasi
dapat mempunyai budaya sendiri yang berbeda satu dengan organisasi
lainnya. Inilah yang disebut dengan budaya organisasi, (Wibisono:2011:8).
Dengan demikian, budaya organisasi adalah budaya yang diterapkan pada
lingkungan organisasi tertentu. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan
budaya organisasi adalah budaya yang menjadi acuan di dalam suatu
organisasi di mana terdapat sekelompok orang yang melakukan interaksi.
Begitu pula apabila seseorang di terima oleh lingkungan tempat
bekerja, orang tersebut akan berusaha mempelajari apa yang dilarang dan apa
yang diwajibkan, apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan apa
11
yang salah, dan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
di dalam suatu organisasi tempat dimana ia bekerja.
Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilainilai dan
menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per orang di dalam
organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa
organisasi dan jiwa anggota organisasi sehingga tidak dapat dipisahkan
karena telah menyatu didalam diri seseorang dan menjadi perilaku para
anggota organisasi.
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak
tampak, yang dapat menggerakkan orangorang dalam suatu organisasi untuk
melakukan aktivitas kerja. Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan
tujuan pendidikan namun sebaliknya apabila budaya organisasi lemah atau
tidak disiplin maka akan menghambat atau bertentangan dengan tujuantujuan
pendidikan. Dalam suatu pendidikan yang budaya organisasinya kuat, nilai
nilai kebersamaan di pahami secara mendalam, dianut, dan diperjuangkan
oleh sebagian besar para anggota organisasi yang kuat dan positif sangat
berpengaruh terhadap perilaku dan efektifitas kinerja dosen. Sebagaimana
dinyatakan oleh Deal & Kennedy, Miner, Robbins dalam Sutrisno (2010:3)
karena menimbulkan antara lain sebagai berikut:
1. Nilainilai
kunci
yang
saling
menjalin,
tersosialisasikan,
menginternalisasikan, menjiwai pada para anggota, dan merupakan
kekuatan yang tidak tampak;
2. Perilakuperilaku karyawan secara tidak disadari terkendali dan
terkoordinasi oleh kekuatan yang informal atau tidak tampak;
12
3. Para anggota merasa komit dan loyal pada organisasi;
4. Adanya musyawarah dan kebersamaan atau kesertaan dalam halhal
yang berarti sebagai bentuk partisipasi, pengakuan, dan penghormatan
terhadapa karyawan;
5. Semua kegiatan berorientasi atau diarahkan kepada misi atau tujuan
organisasi;
6. Para karyawan merasa senang, karena diakui dan dihargai martabat
dan kontribusinya, yang sangat rewarding;
7. Adanya koordinasi, integrasi, dan konsistensi yang menstabilkan
kegiatankegiatan perusahaan;
8. Berpengaruh kuat terhadap organisasi dalam tiga aspek: pengarahan
perilaku dan kinerja organisasi, penyebarannya pada para anggota
organisasi, dan kekuatannya, yaitu menekan para anggota untuk
melaksanakan nilainilai budaya;
9. Budaya berpengaruh terhadap perilaku individual maupun kelompok.
Setiap organisasi memiliki budaya organisasi sendiri, begitu pula di
dalam suatu universitas atau perguruan tinggi atau sekolah tinggi karena
dapat menciptakan kehidupan kampus yang kondusif.
Kreitner dan Kinicki (2000:79) mengemukakan bahwa Budaya
organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit
oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan,
pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam.
Rivai (2003:431) mengatakan bahwa
budaya organisasi adalah
kerangka kerja yang menjadi pedoman tingkah seharihari dan membuat
13
keputusan untuk karyawan mengarahkan tindakan mereka untuk mencapai
tujuan organisasi.
Organisasi mempunyai kepribadian, kepribadian yang dimaksud disini
adalah budaya organisasi. Budaya organisasi mampu memuaskan kebutuhan
kebutuhan orang dan orang akan cenderung untuk bekerja lebih baik atau
lebih keras lagi, serta memiliki komitmen yang lebih besar dan tujuan yang
lebih terarah. Menciptakan budaya yang mampu memuaskan kebutuhan
kebutuhan ini merupakan bagian terpenting bagi suksesnya sebuah organisasi
dan kualitas pelayanan yang disajikan. Kydd, Crawford, dan Riches
(1997:14) mengemukakan bahwa kebutuhankebutuhan yang selalu ada
dalam setiap kelompok adalah kebutuhan untuk: didukung; didengar;
diperhatikan; didorong semangatnya; dipercaya; dihargai dan dinilai tinggi;
diberi informasi; dibantu untuk memperjelas idenya; dibantu untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuannya; ditantang dan diperluas
kemampuannya.
Menciptakan budaya organisasi yang berkualitas serta memiliki
wawasan yang jauh, telah diamati oleh Frederik Herzberg (1966) dalam Kydd
dkk (1997:15) bahwa di dalam organisasi, para pekerja akan memiliki
motivasi yang tinggi bilamana: (1) Pekerjaan itu sendiri secara intrinsik
memuaskan dan menantang; (2) Para karyawan memiliki peran dalam
pengambilan keputusan dan terlibat di dalam manajemen pembantu di dalam
organisasi bersangkutan; (3) Pekerjaan yang sukses akan menuntun kepada
pengakuan dan kemungkinan akan kemajuan karier.
14
Dari uraian di atas banyak hal yang dapat mempengaruhi kinerja
dosen, termasuk diantaranya etika kerja. Menurut Teori Keraf (1993:20)
mengatakan bahwa etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola
perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.
Etika sering juga disebut filsafat moral dan merupakan cabang filsafat
yang membicarakan mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan
tujuan hidup yang utama. Etika menghargai budaya yang telah lama menjadi
pola panutan masyarakat. Etika mempersoalkan bagaimana seharusnya
manusia bertindak yang ditentukan oleh bermacammacam norma yang
menjadi adap kebiasaan manusia itu sendiri.
Menurut Mufid (2009:173) etika dibedakan dalam tiga pengertian
pokok yaitu : (1) ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral; (2)
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa etika adalah nilainilai atau norma yang
menjadi pasangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya adalah sikap
batin dan dalam bentuk jamaknya ta etha yang artinya adalah adat istiadat
atau adat kebiasaan. Setiap manusia memiliki ethosnya masingmasing
dimana memiliki sikap batin yang sesuai dengan normanorma yang ada pada
lingkungan, baik dilingkungan rumah, dimasyarakat maupun di organisasi
dimana berada. Dalam kaitan ini etika selalu berhubungan erat dengan
15
kebiasaan hidup yang baik, yaitu berbuat baik pada diri sendiri atau pada
orang lain maupun pada sekelompok masyarakat atau di dalam organisasi.
Bertens (2007:7) menyatakan bahwa moralitas pada dasarnya sama
dengan moral, yaitu berpegang pada nilai dan norma yang baik atau tidak
baik.
Berdasarkan uraian diatas, dinyatakan ada dua variabel yaitu budaya
organisasi,dan etika kerja berpengaruh terhadap kinerja dosen. Melalui hasil
observasi awal pada tanggal 5 Agustus 2011 yang dilakukan oleh peneliti
diperoleh informasi bahwa dosen memiliki kinerja rendah didalam
mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi diantaranya mengadakan
penelitian dan pengembangan masyarakat diduga masih 30 persen. Sehingga
dapat mempengaruhi perilaku, aturan atau normanorma yang berlaku serta
kualitas dan professional seorang dosen di suatu lembaga pendidikan
khususnya di perguruan tinggi .
Permasalahan yang dihadapi dibeberapa perguruan tinggi di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah berkaitan dengan rendahnya kinerja
dosen dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui pendidikan,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat, maka mendapat perhatian yang
khusus bagi peneliti dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Beberapa fenomenafenomena
yang menunjukkan bahwa di beberapa perguruan tinggi di Kota Sibolga dan
Kabupaten Tapanuli Tangah mengalami masalahmasalah tentang kinerja
antara lain masih banyaknya dosendosen memiliki jenjang pendidikan S1,
kurangnya disiplin para dosen dimana dosen sering tidak hadir karena profesi
16
dosen hanya sebagai sambilan dan bukan pekerjaan utamanya, memberikan
perkuliahan tidak pada kualifikasi yang dimilikinya sehingga tidak dapat
memberikan kuliah secara maksimal sebagai dosen yang professional,
tanggungjawab rendah karena ditunjukkan dengan masih adanya dosen yang
tidak membuat satuan acara perkuliahan (SAP), rencana pelaksanaan
perkuliahan (RPP), kontrak perkuliahan, pengelolaan kelas, semangat kerja
dan disiplin kurang, masih adanya dosen memberikan perkuliahan secara
manual atau masih mencatat, masih sedikitnya dosen lulusan S2 yang
diperkirakan 10 persen apalagi lulusan S3, sehingga untuk mengembangkan
diri menjadi dosen yang profesional dalam kinerjanya masih rendah dan
dampaknya kepada mahasiswanya juga mutunya rendah pula.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian guna
mengetahui penyebab atau faktorfaktor yang diduga berpengaruh terhadap
kinerja dosen. Faktorfaktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja dosen
yaitu budaya organisasi dan etika kerja.
Dengan demikian diadakan suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh
Budaya Organisasi Dan Etika Kerja Terhadap Kinerja Dosen
Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah”.
17
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja dosen dalam mentransformasikan pengetahuannya dengan baik,
secara umum dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu: (1) Apakah budaya
organisasi berpengaruh terhahap etika kerja?; (2) Apakah budaya organisasi
berpengaruh terhadap kinerja dosen?; (3) Apakah etika kerja berpengaruh
terhadap kinerja dosen?; (4) Apakah etika kerja berpengaruh terhadap budaya
organisasi?; (5) Apakah budaya organisasi dan etika kerja berpengaruh
terhadap kinerja dosen?
C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah maka
pengkajian kinerja dibatasi keterkaitannya dengan budaya organisasi dan
etika kerja di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap etika kerja di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah?
2. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja dosen di Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah?
3. Apakah etika kerja berpengaruh terhadap kinerja dosen di Kota Sibolga
dan Kabupaten Tapanuli Tengah?
18
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh budaya organisasi terhadap etika kerja dosen di Kota Sibolga
dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja dosen di Kota Sibolga dan
Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Pengaruh etika kerja terhadap kinerja dosen di Kota Sibolga dan
Kabupaten Tapanuli Tengah.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksud untuk mendapatkan datadata dan informasi
yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran pengaruh variabel budaya
organisasi, dan etika kerja terhadap kinerja dosen. Oleh sebab itu diharapkan
penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan tentang perilaku organisasi khususnya yang
berkaitan dengan kinerja, budaya organisasi dan etika kerja.
2. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan supaya bermanfaat bagi berbagai pihak,
terutama:
2.1 Bagi Pimpinan Perguruan Tinggi sebagai bahan informasi dalam
merumuskan kebijakan guna peningkatan kinerja dosen.
19
2.2 Bagi dosen dapat menjadikan semangat serta motivasi dalam
meningkatkan kinerja lebih berkualitas untuk mencapai tujuan
organisasi.
2.3 Bagi peneliti sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang
relevan dikemudian hari.
102
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka
dapat diambil simpulan sebagai berikut:
Pertama, Terdapat pengaruh secara langsung budaya organisasi terhadap etika
kerja Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan
nilai koefisien jalur yakni 0.63 dan besarnya sumbangan pengaruhnya yakni 40%.
Hal ini berarti semakin tinggi dan positif budaya organisasi maka semakin tinggi
pula pengaruhnya terhadap peningkatan etika kerja.
Kedua, Terdapat pengaruh secara langsung budaya organisasi terhadap kinerja
dosen Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan
nilai koefisien jalur yakni 0.47 dan besarnya sumbangan pengaruhnya yakni 22%.
Selain itu, besarnya sumbangan pengaruh tidak langsung melalui etika kerja
terhadap kinerja dosen yakni 15%. Hal ini berarti semakin tinggi dan positif
budaya organisasi maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap peningkatan
kinerja dosen.
Ketiga, Terdapat pengaruh secara langsung etika kerja terhadap kinerja dosen
Perguruan Tinggi Di Kota Sibolga Dan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan nilai
koefisien jalur yakni 0.52 dan besarnya sumbangan pengaruhnya yakni 27%. Hal
ini berarti semakin tinggi dan positif etika kerja maka semakin tinggi pula
pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja dosen.
103
B. Implikasi
Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa budaya
organisasi dan etika kerja dapat meningkatkan kinerja dosen. Temuan ini
setidaknya membuktikan secara empiris bahwa budaya organisasi yang ada di
perguruan tinggi dan etika kerja dosen merupakan faktor penting dan sangat
menentukan dalam peningkatan kinerja dosen.
1. Upaya Peningkatan Kinerja Dosen Melalui Budaya Organisasi
Budaya organisasi sangat penting dalam meningkatkan kinerja dosen,
untuk rektorat perguruan tinggi perlu menerapkan budaya organisasi yang dapat
mencerminkan visi dan misi perguruan tinggi, menyepakati bersama ketentuan
norma dan peraturan yang mendukung tujuan perguruan tinggi sebagai lembaga
pendidikan professional. Implementasi budaya organisasi ini misalnya secara
terprogram perguruan tinggi lebih peka untuk melakukan kegiatakegiatan yang
berkhasanah untuk pendidikan dan peningkatkan kompetensi dosen dengan jalan
menyelenggarakan pelatihanpelatihan, mengadakan seminar, lokakarya, pelatihan
penulisan karya ilmiah, mengadakan workshop dan pelatihan tentang caracara
melakukan pengabdian pada masyarakat.
Pimpinan perguruan tinggi juga perlu memperhatikan tingkat
pendidikan para dosennya dimana pada umumnya dosen yang ada di perguruan
tinggi Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah masih berstrata S1, pimpinan
perlu mengambil kebijakan untuk memberikan kesempatan pendidikan yang lebih
tinggi lagi bagi dosen yang berprestasi dengan memberikan beasiswa ataupun
kesempatan dosen untuk melanjutkan pendidikannya. Perwujudan budaya yang
lain misalnya penerapan keadilan bagi seluruh dosen dalam pemberian
104
kepercayaan dan tanggung jawab kepada Dosen untuk melaksanakan atau
mengelola tugasnya berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh Dosen dan
jangan membebani kerja yang lebih besar atau diluar tanggungjawabnya.
Melibatkan para Dosen untuk mengambil keputusan dalam hal yang menyangkut
kebijakankebijakan, pemberian imbalan yang sesuai, penghargaan terhadap
pekerjaan, fasilitas fisik maupun komunikasi yang menunjang terhadap kinerja
yang diperlukan dalam menunjang proses belajar mengajar
2. Upaya Peningkatan Kinerja Dosen Melalui Etika Kerja
Etikakerja juga merupakan faktor penting dengan etika para dosen
memahami dan menyadari bagaimana seharusnya dosen bertindak sebagaimana
dirinya sebagai pendidik professional yang ditentukan oleh bermacammacam
norma yang menjadi kebiasaan dosen dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya. Dalam implementasinya, pembentukan etika kerja yang baik perlu
ditumbuhkan dan dipelihara bukan hanya dari diri sendiri maupun dengan impuls
dari pimpinan, rekan kerja, dan lingkungan. Pimpinan harus dapat membina,
membimbing, mengarahkan, berkomunikasi dengan baik mengawasi para Dosen
dalam pelaksanaan proses perkuliahan, serta mengambil keputusan yang dapat
memotivasi dosen dalam usaha peningkatan mutu kinerja dosen. Sehingga dosen
menyadari arti pentingnya etika dan mutu kerja baik yang dapat meningkatkan
kinerjanya. Dalam berhubungan dengan rekan kerja juga, dosen berupaya
berkomunikasi dengan etis antar sesama dosen dalam mengembangkan
pendidikan dan metode perkuliahan yang terbaik. Dengan demikian, Dosen dapat
benarbenar terbina sebagai teamwork yang kompak dan solid untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
105
3. Upaya Peningkatan Etika Kerja Melalui Budaya Organisasi
Upaya meningkatkan budaya organisasi adalah meningkatkan etika kerja.
Budaya organisasi berhubungan dengan norma dan nilai yang disepakati bersama
dan hal tersebut menjiwai organisasi dalam menjalankan aktivitasnya.Perwujudan
budaya organisasi yang menjiwai profesionalitas dalam bekerja dan semangat
kerja yang berkualitas maka jika ditanamkan dengan kuat dalam kehidupan
berorganisasi maka akan terbentuk Etika kerja dimana dalam diri setiap anggota
organisasi yang didasari juga dengan aturanaturan, nilai, norma yang diinginkan
guna menunjang kinerja terbaik akhirnya muncullah energi yang positif, etika
yang positif, dan periaku yang positif serta memiliki semangat yang tinggi.
Dalam hal ini, dengan budaya organisasi yang dapat menciptakan suasana
kerja yang kondusif karena adanya rasa aman dan nyaman dalam bekerja,
sehingga dapat mengembangkan potensi seseorang dalam berfikir, berkarya serta
berprestasi untuk mencapai tujuan. Selain itu adanya pengarahan dan penjelasan
budaya organisasi dari pimpinan perguruan tinggi langsung sehingga para dosen
dan pegawai lainnya dapat memahami dan menanamkan kuat dalam hatinya
bekerja professional yang beretika sehingga dosen dalam perilakunya dapat
memberikan pembelajaran yang dapat memberikan kualitas dalam perkuliahan.
106
C. Saran
Saransaran yang dapat disampaikan sehubungan dengan temuan hasil
penelitian ini adalah:
1.
Disarankan bagi pimpinan (rektor) di perguruan tinggi di Sibolga dan
Tapanuli Tengah untuk mampu meningkatkan budaya organisasi di lembaga
yang dipimpinnya dengan cara pimpinan perguruan tinggi bekerja keras
untuk dapat menciptakan suatu tatanan nilai dan norma yang dapat
mendukung kemajuan dan kreativitas para dosen dalam bekerja yang dapat
meresap ke seluruh anggota baik dengan kekuatan ataupun sukarela,
memberikan teladan yang baik, mewujudkan kondisikondisi kerja yang
kondusif, melibatkan dosen dalam setiap pengambilan keputusan untuk
mengembangkan kemajuan perguruan tinggi sehingga para dosen dan
pegawai lainnya terbiasa untuk bekerja keras dan selalu ingat visi dan misi
perguruan tinggi serta merasa bangga untuk senantiasa bekerja dengan baik
dan berusaha bekerja sama mencapai tujuan yang diharapkan.
2.
Disarankan pimpinan perguruan tinggi kiranya dapat menciptakan dan
memupuk budaya perguruan tinggi yang mendukung terhadap peningkatan
kinerja dosen seperti melakukan pengawasan atau supervisi secara berkala
terhadap dosen sewaktu berlangsungnya proses belajar mengajar, serta
pengawasan atau pemeriksaan kelengkapan administrasi mengajar dosen
seperti Satuan Acara Perkuliahan atau Kontrak Perkuliahan (terutama pada
saat awal semester. Pimpinan juga perlu membudidayakan program
pengabdian pada masyarakat dengan alokasi yang waktu yang sesuai
sehingga
para
dosen
bisa
terlibat
aktif
dalam
memberikan
107
pelatihan/penyuluhan serta melayani masyarakat. Pimpinan perguruan tinggi
juga perlu mendukung dengan memberikan bantuan dana ataupun fasilitas
agar para dosen untuk membuat karya pengabdian kepada masyarakat
termasuk buku pelajaran kepada masyarakat.
3.
Disarankan kepada para dosen perguruan tinggi di Sibolga dan Kabupaten
Tapanuli Tengah, sebaiknya perlu senantiasa mengembangkan kompetensi
keilmuwannya misalnya aktif dalam mengikuti perkembangan pengetahuan
melalui risetriset, jurnaljurnal nasional dan internasional, dan mengikuti
seminarseminar ilmiah yang diselenggarakan. Dosen hendaknya menyadari
perannya sebagai pendidik untuk juga memberikan pengabdian kepada
masyarakat. Selain itu, para dosen diharapkan dapat memahami budaya yang
berlaku di perguruan tinggi dengan tetap menerima arahan dari pimpinan,
mempunyai kepercayan terhadap perguruan tinggi, dan tetap menjalin
komunikasi yang baik dengan sesama dosen lainnya. Dengan demikian
dosen merasa difasilitasi dan diberikan kesempatan untuk melakukan
peningkatan kemampuannya sehingga dosen juga berfikiran positif perlunya
kualitas pengajaran bagi keberhasilan mahasiswa.
4.
Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya
yang berkaitan dengan variabelvariabel berbeda yang turut memberikan
sumbangan terhadap kinerja dosen seperti variable budaya organisasi, etika
kerja, dan kinerja dosen.
108
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, Biner. 2010. Analisis Alur Utama Hubungan Variabel Penentu Kinerja
Dosen ( Pengaruh Kepemimpinan, Manajemen Personalia, Budaya
Organisasi Kepuasan Kerjadan Komitmen Organisasi Terhadap
Kinerja Dosen) di Universitas Negeri Medan, Tesis Universitas
Negeri Medan.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,
Jakarta: Rineka Cipta.
Bateman, Thomas, S. 2008. Manajemen Kepemimpinan dan Kolaborasi
dalam Dunia yang Kompetitif (Terjemahan: Chriswan Sungkono dan
Ali Akbar Yulianto), Jakarta: Salemba Empat
Bertens, K. 2007. Etika, Jakarta: Gramedia
Colquitt, A. Jason, Jeffery A. Pine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational
Behavior, New York: McGrawHill.
Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung:
Alfabeta.
, 2010. Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan Jenius (IQ+ EQ),
Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos, Bandung: Alfabeta.
Depdiknas, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
, 2010. Jurnal Manajemen Pendidikan Indonesia Vol 2, Medan: PPS
Unimed.
Fuad, Noor dan Gofur Ahmad. 2009. Integrated HRD, Jakarta: Grasindo.
Goetsch, L. David and Standley B. Davis. 1997. Introduction to Total Quality
(Quality Management for Production, Processing, and Service ), New
Jersey: PrenticeHill.
Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. 2008. Behavior in Organizations, New
Jersey: PrenticeHall.
Griffin, W. Ricky. 2002. Manajemen (Terjemahan: Gina Gania), Jakarta:
Erlangga.
Hasan Alwi, dkk, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ikhsan, Arfan dan Indra Maipita. 2011. Perilaku Organisasi, Medan:
Madenatera.
109
Keraf, Sonny, A. 1993. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi
Luhur, Yogyakarta: Kanisius.
Kinicki, Angelo and Robert Kreitner. Perilaku Organisasi (Terjemahan: Erly
Suandy), Jakarta: Salemba Empat.
Kydd, Lesley, Megan Crawford and Colin Riches. 1997. Professional
development for educational management, Pengembangan professional
untuk manajemen pendidikan (Terjemahan: Ursula Gyani. B), Jakarta:
Grasindo.
Lunenburg, C. Fred and Allan C. Ornstein. 2000. Educational Administration,
USA: Wadsworth.
Magnis, Fransdan Suseno. 1989. EtikaSosial, Jakarta: Gramedia. Moeheriono.
2012. Perencanaan, Aplikasidan Pengembangan Indikator Kinerja
Utama (IKU) Bisniss dan Publik, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan
Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana.
Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam Di Indonesia, Bogor: Kencana.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi, Jakarta: Rineka CIpta.
Nurfarhati, 1999. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Pada PT. Telkom Malang, Tesis Universitas Brawijaya Malang.
Tidak Di Publikasikan.
Pace, R. Wayne and Don. F. Faules. 2005. Komunikasi Organisasi Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Terjemahan: Deddy Mulyana),
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pangaribuan, Juanda. 2011. Kedudukan Dosen Dalam Hukum Ketenagakerjaan,
Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera.
Pidarta, Made. 2005. Toeri Budaya Organisasi, Jakarta: Rineka Cipta.
Purba, Sukarman. 2010. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi,
Yogyakarta: Laks Bang PRESSindo.
Rivai, Veithzal. 2011. Performance Appraisal Sistem yang tepat untuk menilai
kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan, Jakarta:
Rajawali Pers.
. 2003. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
110
Robbins, Stephen, P. 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain, Dan Aplikasi
(Terjemahan: Jusuf Udaya), Jakarta: Arcan.
Sagala, Syaiful. 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi, dan Pemberdayaan Potensi Sekolah
dalam Sistem Otonomi Sekolah, Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful dan Syawal Gultom. 2011. Praktik Etika Pendidikan di Seluruh
Wilayah NKRI, Bandung: Alfabeta.
Siagian, Sondang, P. 2007. Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta : Bumi
Aksara.
Sibuea, Abdul Muin. 2005. Statistik, Medan: Unimed.
Sugiono, 2009. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan, Bandung: Refika Aditama.
Susilo, M. Joko. 2009. Pembodohan Siswa Tersistematis, Yogyakarta: Pinus
Book Publisher.
Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana.
Tika, Pabundu. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
Jakarta: Bumi Aksara.
Timpe, A. Dale. 2002. Kinerja, Seri