PENGARUH MANAJEMEN PENGETAHUAN DAN MANAJEMEN BAKAT TERHADAP KINERJA ORGANISASI DAN DAMPAKNYA PADA CITRA ORGANISASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI KOTA BANDUNG :Studi terhadap Persepsi Dosen PTS di Kota Bandung.

(1)

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 16

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 16

1.2.2 Rumusan Masalah ... 16

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 17

1.3.1 Maksud Penelitian ... 17

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 17

1.4 Kegunaan Penelitian ... 18

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 18

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 19

2.1.1 Konsep Manajemen Perguruan Tinggi ... 19

2.1.2 Konsep Manajemen Pengetahuan ... 27

2.1.3 Konsep Manajemen Bakat ... 34

2.1.4 Konsep Kinerja Organisasi ... 41


(2)

ix

2.1.6 Keterkaitan Konsep Teoritis ... 55

2.1.6.1 Pengaruh Manajemen Pengetahuan dan Manajemen Bakat terhadap Kinerja Organisasi ... 55

2.1.6.2 Pengaruh Manajemen Pengetahuan dan Manajemen Bakat terhadap Citra Organisasi .... 56

2.1.6.3 Pengaruh Kinerja Organisasi terhadap Citra Organisasi ... 57

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 58

2.3 Kerangka Pemikiran ... 70

2.4 Premis dan Hipotesis Penelitian ... 80

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 83

3.2 Metode Penelitian ... 84

3.2.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 85

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 87

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 95

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 96

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 102

3.2.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 105

3.2.7 Teknik Analisis Data ... 115

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Kota Bandung ... 124

4.1.1 Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) ... 124

4.1.2 Universitas Kristen Maranatha (UKM) ... 127

4.1.3 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) ... 129

4.2 Deskripsi Karakteristik Demografis dan Pengalaman Dosen PTS di Kota Bandung ... 132


(3)

x

4.2.1 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 133

4.2.2 Berdasarkan Jenis Usia ... 133

4.2.3 Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 134

4.2.4 Berdasarkan Pendapatan Perbulan ... 135

4.2.5 Berdasarkan Masa Kerja di PTS di Kota Bandung ... 136

4.2.6 Berdasarkan Tugas sebagai Dosen di PT Lain ... 137

4.2.7 Berdasarkan Status PT Lain ... 138

4.2.8 Berdasarkan Masa Kerja di PT Lain ... 139

4.2.9 Berdasarkan Status Fungsional di PTS Tempat Mengabdi ... 140

4.3 Pembahasan ... 141

4.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 141

4.3.1.1 Deskripsi Manajemen Pengetahuan ... 141

4.3.1.2 Deskripsi Manajemen Bakat ... 154

4.3.1.3 Deskripsi Kinerja Organisasi ... 173

4.3.1.4 Deskripsi Citra Organisasi ... 184

4.3.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 195

4.3.2.1 Pengaruh Manajemen Pengetahuan dan Manajemen Bakat terhadap Kinerja Organisasi ... 196

4.3.2.2 Pengaruh Manajemen Pengetahuan dan Manajemen Bakat terhadap Citra Organisasi ... 206

4.3.2.3 Pengaruh Kinerja Organisasi terhadap Citra Organisasi ... 215

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 222


(4)

xi

5.2.1 Saran Praktis Bagi PTS di Kota Bandung ... 224 5.2.2 Saran bagi Penelitian Lanjutan ... 227

DAFTAR PUSTAKA ... 229


(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persaingan dunia global telah mengalami perubahan yang fundamental. Dalam permainan ekonomi bahwa “barierrs to entry“ telah runtuh. Saat ini menurut (Friedman, 2000) dalam bukunya: “World is Flat” telah terjadi globalisasi ke tiga, yang mana globalisasi gelombang pertama terjadi pada tahun 1492 -1800 yang ditandai dengan penguasaan negara bangsa di dunia sedangkan globalisasi versi kedua terjadi tahun 1800-2000, ditandai perusahaan perusahaan multinasional yang melakukan integrasi usaha secara global. Globalisasi ketiga, terlihat bahwa kekuatan bertumpu pada individu yang mengglobal dan globalisasi saat ini melibatkan seluruh umat manusia dari bangsa negara dan dari ras manapun.

Dampak globalisasi yang menghadirkan berbagai peluang dan ancaman dapat diatasi dengan optimal dengan menyajikan solusi yang berbasis pengetahuan (knowledge based solution). Porter (2002) mendefinisikan “daya saing suatu bangsa” sebagai “a country’s share ofworld markets for its products” Tantangan yang mengedepankan pentingnya pengetahuan (knowledge) sebagai pendorong utama pertumbuhan suatu bangsa seperti ini, belum pernah dialami oleh umat manusia sebelumnya. Daya saing tersebut semakin tidak bergantung lagi pada kekayaan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah, akan tetapi semakin bergantung pada pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu


(6)

bangsa. Pengetahuan tersebut dapat memfasilitasi suatu bangsa dalam memanfaatkan dan memproses sumber daya alam sebelum dilemparkan ke pasar global. Sumber daya manusia yang tersedia hanya akan dapat mendukung pertumbuhan bila disertai dengan penguasaan pengetahuan yang memadai. Tanpa penguasaan pengetahuan yang sesuai dan memadai, penduduk yang besar hanya akan berdampak menambah beban bangsa untuk mencapai serta mempertahankan tingkat kesejahteraan yang pantas.

Menurut WEF (Nandika, 2006:2), Kunci utama dan majunya pembangunan pendidikan di suatu negara adalah karena adanya kepedulian pemerintah yang begitu serius dalam menangani sektor pendidikan. Soemarto (2002:1) menambahkan, keberhasilan suatu bangsa dalam membangun pendidikan menjadi barometer tingkat kemajuan bangsa yang bersangkutan. Hal ini patut dicermati mengingat pembangunan pendidikan di Indonesia relatif masih tertinggal dibanding negara-negara lain, bahkan di kawasan Asia Tenggara sekalipun, kecuali dengan negara baru Timor Leste.

WEF (World Education Forum) melaporkan bahwa dampak positif dari kemajuan pendidikan antara lain dapat dilihat dari semakin baiknya struktur demografik, meningkatnya kualitas kehidupan dan semakin tercapainya pembangunan di berbagai sektor. Oleh karena itu mengingat pentingnya peran pendidikan bagi kemajuan pembangunan sebuah bangsa, maka tidak mengherankan kalau banyak negara memberikan prioritas pembangunan di sektor pendidikan ini.


(7)

3 Pembangunan pendidikan di Indonesia dilakukan di berbagai jenjang, mulai pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Pembangunan pendidikan dilaksanakan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Berdasarkan RPJPN tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah menyusun Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 2005--2025, seperti yang tertuang di dalam Permendiknas Nomor 32 Tahun 2005, tentang Rencana Strategis (Renstra) Kemendiknas Tahun 2005-2009. RPPNJP telah dijabarkan ke dalam empat tema pembangunan pendidikan, yaitu tema pembangunan I (2005--2009) dengan fokus pada peningkatan kapasitas dan modernisasi; tema pembangunan II (2010-2015) dengan fokus pada penguatan pelayanan; tema pembangunan III (2015-2020) dengan fokus pada penguatan daya saing regional; dan tema pembangunan IV (2020-2025) dengan fokus pada penguatan daya saing internasional. Tema pembangunan dan penetapan tahapan tersebut selanjutnya perlu disesuaikan dengan RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2010-2014 serta perkembangan kondisi yang akan datang.

Semua jenjang pendidikan diharapkan meraih fungsi dan tujuan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (Bab II Pasal 3) fungsi dan tujuan pendidikan di Indonesia adalah : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,


(8)

mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Sebaliknya perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi (Indrajit dan Djokopranoto, 2006:3). Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (Pasal 20 ayat 1), satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Akademi, menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu 2. Politeknik, menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah

bidang pengetahuan khusus

3. Sekolah tinggi, menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi

4. Institusi, menyelenggarakan pendidikan akademi dan/atau pendidikan vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi

5. Universitas, menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi

Berdasarkan statusnya, jumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) naik dari 77 menjadi 81 (atau naik sebesar 5,2%) PTN, tahun 2006 menjadi 82 PTN dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) naik dari 1.557 menjadi 2.347 (atau naik sebesar 51,4%) dalam periode waktu tersebut, bahkan pada tahun 2006 telah menjadi 2.679 PTS. Jumlah mahasiswa PTN pada tahun 2004 mencapai 880 ribu termasuk mahasiswa Universitas Terbuka, sementara jumlah mahasiswa PTS mencapai 1,7


(9)

5 juta. Angka partisipasi kasar mahasiswa telah meningkat dari 9% pada tahun 1985 menjadi 12,8% pada tahun 2002. Dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, angka partisipasi kasar pendidikan tinggi tahun 2002 masih tergolong rendah, bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, misalnya Brunei 13,89%, Malaysia 23,26%, Filipina 29,45%, dan Thailand 31,92%.

Meski demikian, menurut Kuncoro (2008:93), kemajuan yang sangat pesat dari segi kuantitas tidak diimbangi dengan peningkatan kualitasnya sehingga kondisi PTS menjadi tidak sehat. Dalam harian Kompas (14 Oktober 2009) diberitakan bahwa lebih dari 30% PTS terancam bangkrut atau ditutup akibat pertumbuhan jumlah PTS tidak terkendali, penyebab lain karena PTN kini cenderung membuka jalur penerimaan mahasiswa secara khusus dan melebihi kuota. Selain itu jika dilihat dari jumlah mahasiswa di Indonesia hanya mencapai 1.706.800 orang, artinya sekarang ini rata-rata mahasiswa yang kuliah di tiap PTS kurang dan 600 orang. Menurut Suharyadi (Kompas, 2009), PTS baru dapat dikatakan sehat jika memiliki minimal 2000 mahasiswa. Kondisi ini tentu mengakibatkan secara nasional iklim akademik di lingkungan PTS sudah tidak sehat.

Frensidy (2007:51) mensinyalir, akar permasalahan menurunnya kualitas perguruan tinggi di Indonesia adalah: (1) belum adanya etika pendidikan. Sudah waktunya disusun standar etika atau code of conduct untuk profesi dosen dan penyelenggara pendidikan. Tanpa standar etika, undang-undang guru dan dosen menjadi kurang membumi, (2) hilangnya idealisme di kalangan perguruan tinggi, sehingga yang tersisa komersialisasi, (3) tidak tegasnya pemerintah melalui


(10)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen Dikti Depdiknas) menindak perguruan tinggi pelanggar aturan, (4) biaya pendidikan tinggi yang dibuat demikian rendah untuk tujuan menarik lebih banyak mahasiswa. Di sisi lain, terdapat suatu gejala yang terjadi pada dunia pendidikan tinggi di Indonesia, yaitu penurunan jumlah minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya pada perguruan tinggi. Penurunan ini teriadi karena rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi di Indonesia. Tingginya biaya pendidikan jika dikaitkan dengan pendapatan per kapita masyarakat dan tidak adanya jaminan kerja menjadi faktor pendorong masyarakat untuk tidak menyekolahkan anaknya pada perguruan tinggi.

Selain itu, Menurut berita di KabarIndonesia online (2010):

Perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) merupakan bagian dari lembaga pendidikan tinggi. Bedanya, PTS dikelola oleh pihak swasta. Kini perbedaan itu bukanlah hitam putih. Yang tampak saat ini, PTN dikelola sebagaimana lembaga pendidikan swasta dengan adanya dalih otonomi perguruan tinggi. Meskipun terdapat PTS yang bermasalah, tapi itu tak bisa digeneralisir. Secara kualitas, ada beberapa PTS yang lebih bermutu daripada PTN ataupun sebaliknya.

Terkait permasalahan PTS, kekurangan mahasiswa juga tak terlepas dari sistem penerimaan mahasiswa baru. Memang benar kualitas yang minim mengakibatkan PTS miskin daya tarik, tapi akar persoalan tak sekadar pada tataran kualitas. Meskipun terjadi merger antar-PTS, persoalan kekurangan mahasiswa akan terus terjadi di tengah tuntutan kemandirian pengelolaan dana PTN. Kini banyak PTN yang berlomba-lomba membuka jalur masuk khusus di luar seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Dengan alternatif jalur masuk non-SNMPTN, PTS tanpa disadari berada di ujung tanduk. Apalagi pandangan masyarakat bahwa PTN lebih bergengsi belumlah menghilang. Kuliah di PTN menimbulkan prestise tersendiri dalam interaksi sosial di tengah masyarakat. Di tempat pekerjaan pun, lulusan PTN masih diposisikan lebih tinggi daripada lulusan PTS. Data lain mengenai masih belum optimalnya kinerja PTS dirilis oleh Webometrics pada tahun 2010 tentang peringkat perguruan tinggi terbaik di


(11)

7 Indonesia. Pemeringkatan Webometrics ini didasarkan atas keunggulan dalam publikasi elektronik (e-publication) yang terdapat dalam domain web masing-masing perguruan tinggi. Pengukurannya menggunakan empat indikator, yakni size, visibility, rich files, dan scholar. Indikator pertama, size (S), yakni jumlah halaman publikasi elektronik yang terdapat dalam domain web perguruan tinggi. Kedua, visibility (V) ialah jumlah halaman lain yang mencantumkan URL (Uniform Resource Locator yaitu rangkaian karakter menurut suatu format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen dan gambar di Internet) domain perguruan tinggi yang dinilai. Ketiga, rich files (RF), yaitu relevansi sumber elektronik dengan kegiatan akademik dan publikasi perguruan tinggi tersebut. Terakhir, scholar (Sc), yakni jumlah publikasi dan situasi bermutu pada domain perguruan tinggi. Selanjutnya, data yang telah terkumpul diolah dan digunakan untuk memeringkat perguruan tinggi dari seluruh dunia. Berdasarkan ukuran-ukuran tersebut, Tabel 1.1 memuat data tentang peringkat 50 perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

Tabel 1.1

Peringkat 50 Perguruan Tinggi di Indonesia Versi Webometrics

! " #

! $ # $

% & ! # $ $ $

' ! # $ #

( ) # #

# * + , ( , '- $ $

+ - # # $

. ! # # #

" / ! ! # $

$ 0 , ! # # # $ # #


(12)

# % $ # # #$

$ ! 1 ) # # #

## + / ! # # $#

' # # $

'' ! + * # #$ # $

' & ', & + ' * .' * ' # # $ $

$ 2 ', $$ # # $ # ##

* * ' 3+ * * * '4) # $ $

# # 5 ! * + ! # $ #

# 1 1 % ! + - ! $

# # 6 ! $ #

## " ##$ $

## + ' $ # #

# # 7 '- # # #

# ! # # # $

# " ( ! # # $

# ( + ' # #$

#$ + - ! $ $ $ $

# " 2 # # $

# 8 * . ' 7 ! # # $

8 * % ! # $ # #

7 + ' # $ #

$ '' ! $# #

# + 0 ' $ $ #$

0 9 & ! # $ #

'' ! 5 ! * $# #

& ! # # $

$ . ' 7 ! 5 ! * ! # #

* $## $

$ : " $

. ' 0 ! # $ # #

$# ' ) $ #

# 0 ( / # # #

* ' # ## $

+ . ! $ # # $

+ ; * .*, $ # #

$ - * $ # #

$ ( 7 * #


(13)

9 Sedangkan menurut versi QSWorld University Rankings yang menyediakan informasi/panduan yang objektif mengenai apa yang mungkin perguruan tinggi layak dipertimbangkan untuk mahasiswa. QS, melakukan apa yang diperlukan untuk mendorong evaluasi tersebut ke tingkat yang lebih kontekstual-berfokus pada daerah, mata pelajaran dan sebuah sistem online interaktif di mana enquirers akan mampu memilih kriteria mereka sendiri dan menerapkan pembobotan mereka sendiri-tujuannya adalah untuk mengevaluasi perguruan tinggi lebih banyak dari sudut yang lebih bagi lebih banyak orang.

Tabel 1.2

Peringkat Perguruan Tinggi di Indonesia Versi The QS World University Rankings

!

!

# " !

. !

$ " . !

0 , !

! " / !

! + , (

'-Sumber: QS World University Rankings (2009)

Berdasarkan data dalam Tabel 1.2 diketahui bahwa tidak ada satu pun PTS di Indonesia yang termasuk dalam ranking 800 perguruan tinggi terbaik di dunia. Bahkan yang termasuk dalam 800 perguruan tinggi terbaik di dunia didominasi oleh PTN. Hal tersebut menggambarkan bahwa kinerja PTS belum optimal.

Beberapa PTS yang ada di Kota Bandung, yang berbentuk Universitas, disajikan dalam Tabel di halaman selanjutnya.


(14)

Tabel 1.3

Universitas Swasta di Kota Bandung

No Universitas

' " " 3 ( +".4

' ( 3 ( ( +4

# 8 * % ! 3 (%.:4

8 3 8 4

% 3 (%.+4

. 3 . 4

2 - 3 (2.4

" : ! 3 ":4

$ ( 3 (( :4

8 ', 3 ( 8< 4

. 3 "+ 4

( 5%8% 3 = + " 4

# 9 ! '

8 - . > =

Sumber: Direktori Kopertis Wilayah IV Jabar dan Banten, 2011.

Pentingnya mengukur kinerja organisasi dikemukakan oleh Kaplan dan Norton (1996:2) yang menyajikan gagasan tentang pengukuran kinerja organisasi dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard (BSC). Balanced Scorecard (BSC) menyajikan pimpinan organisasi sebuah instrumen yang dibutuhkan untuk menciptakan kesuksesan dalam kompetisi di masa depan. Balanced Scorecard menterjemahkan misi dan strategi organisasi ke dalam seperangkat pengukuran kinerja yang komprehensif yang menyediakan sebuah kerangka kerja operasional dalam pengukuran strategis dan sistem manajemen. Balanced Scorecard bukan hanya menyediakan penilaian berdasarkan tujuan keuangan yang lebih luas, namun juga termasuk penilaian terhadap sumber yang bisa menghasilkan keuangan bagi perusahaan.

Balanced Scorecard merupakan alat pengukuran kinerja organisasi dengan mempertimbangkan 4 perspektif, yaitu perspektif keuangan, konsumen, proses bisnis internal dan proses belajar dan berkembang. Balanced Scorecard


(15)

11 memungkinkan organisasi untuk meningkatkan keuntungan, dan secara bersamaan memonitor kemajuan dalam membangun kapabilitas dan meningkatkan aset yang tak berwujud, yang dibutuhkan organisasi untuk tumbuh di masa yang akan datang (Kaplan dan Norton, 1996:2).

Kinerja PTS yang baik akan menimbulkan citra yang positif sebagaimana dikemukakan oleh Larkin (Kuncoro, 2008:116):

Reputasi perusahaan adalah persepsi terhadap karakter, kinerja dan perilaku perusahaan, maka dapat dikonstruksikan faktor-faktor pembentuk reputasi perusahaan yang bersumber dari persepsi tersebut. Sehingga untuk mengukur perilaku perusahaan dalam hal ini pasar tradisional, di mana terkait dengan reputasinya, maka dapat dilakukan dengan empat faktor reputasi, yaitu: (1) Pucuk pimpinan perusahaan/siapa pemimpinnya (CEO), (2) Tata kelola perusahaan/bagaimana keputusan diambil (corporate governance) dan, (3) Tanggung jawab sosial/karakteristik (social responsibilities) serta, (4) Ukuran-ukuran akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan/kinerja (accounting measures).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kotler dan Armstrong (2006:299), Citra perusahaan merupakan seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu perusahaan. Sementara Zeithaml dan Bitner (2006:14), menyatakan bahwa “Organizational image as a perception of an organazation reflected in association held in consumer memory. Menurut Keller (2008:453), dimensi citra perusahaan terdiri dari empat asosiasi penting yaitu:

1. Perilaku dan Manfaat dari Atribut produk

Nama atau merek perusahaan dapat menarik pelanggan pada asosiasi yang tinggi mengenai atribut suatu produk dan inovasi-inovasi pemasaran yang dilakukan perusahaan.

2. Pegawai dan Jalinan Hubungan

Citra perusahaan dapat terlihat dari karakteristik karyawannya seperti pelayanan yang diberikan kepada pelanggan


(16)

3. Program dan Nilai yang Ditawarkan

Citra perusahaan dapat terlihat dari nilai-nilai dan program-program dari perusahaan yang tidak harus berhubungan dengan produk yang dijual, misalnya bentuk kepedulian sosial, kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

4. Kredibilitas Organisasi

Citra organisasi dapat berupa pendapat atau pernyataan mengenai perusahaan, juga sikap percaya terhadap perusahaan yang kompeten dalam menjual produk dan menyampaikan jasanya, serta besarnya tingkat kesukaan juga ketertarikan bagi pelanggan kepada perusahaan. Untuk menjadi bagian dari globalisasi dan/atau masyarakat dunia maka perguruan tinggi di Indonesia harus berusaha menjadi perguruan tinggi yang berkelas dunia. Berikut ini adalah beberapa indikator untuk menjadi universitas kelas dunia.

Tabel 1.4

Subject And Indicator Rankings And University Rankings Methodology The-Qs World University Rankings

! " # $ % & ! " #

' ( & )

* )

+ , )

,

& " " # & &&

& " # % & " #

( &

$ ,

-' . /

* 0 )%

Sumber: QS World University Rankings (2009)

Berdasarkan data di atas yang menjadi salah satu indikator penilaian universitas berkelas dunia adalah international student atau mahasiswa asing, karena citra atau reputasi international adalah komponen yang harus dimiliki dari universitas kelas dunia saat ini. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Buchari Alma, 2008:24) bahwa konsumen menggunakan sesuatu, bukan hanya sekedar


(17)

13 membutuhkan barang itu, tetapi ada sesuatu yang lain yang diharapkannya. Sesuatu yang lain itu sesuai citra yang terbentuk dalam dirinya. Oleh sebab itu penting sekali organisasi memberikan informasi kepada publik agar dapat membentuk citra yang baik Dalam hal ini, mahasiswa sebagai konsumen berharap kualitas layanan pendidikan sebuah perguruan tinggi sesuai dengan citra yang dibentuknya.

Berdasarkan hal tersebut, dalam konteks pengembangan PTS, terutama terkait dengan manajemen SDM dan manajemen pemasaran, maka konsep mengenai pentingnya manajemen pengetahuan dan manajemen bakat menjadi sangat penting. Menurut Carl Frappaolo (2002:14), “Knowledge management is the leveraging of collective wisdom to increase responsiveness and innovation”. Manajemen Pengetahuan adalah memanfaatkan kebijaksanaan kolektif untuk meningkatkan respon dan inovasi. Selanjutnya Pengertian yang lebih komprehensif dikutip oleh Armstrong (2009:219) sebagai berikut:

Manajemen pengetahuan merupakan 'setiap proses atau praktek dalam menciptakan, memperoleh, menangkap, berbagi, dan menggunakan pengetahuan, di mana pun berada, untuk meningkatkan pembelajaran dan kinerja dalam organisasi' (Scarborough et al, 1999). Mereka berpendapat bahwa manajemen pengetahuan berfokus pada pengembangan perusahaan – (pengetahuan dan keahlian khusus yang merupakan hasil dari proses pembelajaran organisasi). Manajemen pengetahuan berkaitan dengan penyimpanan dan arus pengetahuan. Penyimpanan termasuk keahlian dan pengetahuan yang dikodekan dalam sistem komputer. Arus merupakan cara di mana pengetahuan dialihkan dari orang untuk orang atau dari orang-orang untuk database pengetahuan. Manajemen pengetahuan juga telah didefinisikan oleh Tan (2000) sebagai: ‘Proses yang sistematis dan aktif dalam mengelola dan memanfaatkan pengetahuan dalam suatu organisasi.

Menurut Kimiz Dalkir (2005:29), membangun pengetahuan merupakan kegiatan yang dimulai dari riset pasar hingga fokus grup, survei, intelejen


(18)

persaingan, dan aplikasi data mining. Bangunan pengetahuan terdiri dari lima kegiatan utama yang saling menunjang, yaitu: a) Mendapatkan pengetahuan; b) Menganalisa pengetahuan; c) Membangun kembali/mensintesis pengetahuan; d) Mengkodifikasi dan membuat model pengetahuan, serta e) Mengorganisasi pengetahuan.

Konsep manajemen bakat (sebagai suatu proses pemahaman bahwa saat ini organisasi telah membutuhkan orang-orang yang berbakat bagi organisasinya) telah muncul di akhir tahun 1990-an. Manajemen bakat telah diakui sebagai aktivitas sumber daya yang penting, meskipun dalam kenyataannya manajemen bakat telah dipraktekkan dalam kehidupan pada umumnya. Manajemen bakat sebelumnya lebih populer di dunia mode atau fashion, Menurut David Guest, Manajemen bakat adalah suatu gagasan yang telah berkembang dalam waktu yang lama. Istilah manajemen bakat sudah kembali dipergunakan saat ini, yang memungkinkan organisasi untuk lebih bijak, dengan meninjau kembali apa yang telah dihasilkannya. Pemahaman tersebut mengintegrasikan beberapa ide lama dan ide baru, dan itu merupakan hal yang baik. (Warren, 2006:29).

Orang berbakat memiliki anugerah (kemampuan) khusus, kemampuan dan bakat yang memungkinkan mereka untuk bekerja efektif. Seperti yang didefinisikan oleh CIPD (2007f), bahwa orang berbakat terdiri dari orang-orang yang bisa membuat perbedaan untuk kinerja organisasi, baik melalui kontribusi langsung ataupun tidak langsung (dalam jangka panjang dengan menunjukkan potensi kualitas tinggi). Manajemen bakat adalah proses mengidentifikasi,


(19)

15 mengembangkan, merekrut, mempertahankan dan menyebarkan orang-orang berbakat.

Proses manajemen bakat (Armstrong, 2009:582) terdiri dari sejumlah elemen penting. Manajemen bakat dimulai dari strategi bisnis dan orang berbakat apa yang dibutuhkan oleh organisasi. Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan memelihara sekumpulan orang-orang berbakat. Hal tersebut kadang dipahami sebagai manajemen bakat ‘lini pipa’, yang terdiri dari elemen-elemen: a) Strategi Sumber Daya; b) Kebijakan dan Program Atraksi dan Retensi; c) Audit Bakat; d) Rancangan Peran; e) Manajemen Hubungan Bakat; f) Manajemen Kinerja; g) Pengembangan dan Pembelajaran; h) Perencanaan Manajemen Suksesi; dan i) Manajemen Karir.

Beberapa alasan yang mendasari pentingnya penelitian ini. Pertama, PTS di Kota Bandung memerlukan informasi secara empirik mengenai manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi; Kedua, kinerja dan citra PTS di Kota Bandung yang belum optimal merupakan masalah yang harus dicari faktor penyebabnya agar di masa yang akan datang kinerja dan citra PTS di Kota Bandung bisa dioptimalkan dengan mempertimbangkan kuantitas maupun kualitanyas; Ketiga, peneliti hendak menguji teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini.

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam tema sentral: “Pengaruh Manajemen Pengetahuan dan Manajemen Bakat terhadap Kinerja Organisasi serta


(20)

Dampaknya terhadap Citra Organisasi PTS di Kota Bandung (Studi terhadap Persepsi Dosen PTS di Kota Bandung)”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Belum optimalnya citra PTS diduga terbentuk atas sejumlah permasalahan berkaitan dengan kinerja PTS yang belum optimal, bahkan kinerja PTS cenderung menurun dalam lingkungan persaingan perguruan tinggi. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya PTS yang ditutup, namun demikian terdapat pula beberapa PTS yang mampu meningkatkan kinerjanya, bahkan mampu melakukan ekspansi, namun hal tersebut dikarenakan PTS tersebut memiliki kekuatan untuk bersaing dan memiliki citra yang baik. Terkait dengan permasalahan tersebut, manajemen pengetahuan dan manajemen bakat merupakan salah satu terobosan dalam meningkatkan daya saing PTS di tengah persaingan. Karena diduga belum optimalnya kinerja dan citra organisasi PTS di Kota Bandung diakibatkan oleh belum optimalnya PTS dalam memanfaatkan manajemen pengetahuan dan manajemen bakat.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi PTS di Kota Bandung


(21)

17 2. Seberapa besar pengaruh manajemen pengetahuan dan manajemen bakat

terhadapkinerja organisasiPTS di Kota Bandung

3. Seberapa besar pengaruh manajemen pengetahuan dan manajemen bakat terhadapcitra organisasiPTS di Kota Bandung

4. Seberapa besar pengaruh kinerja organisasi terhadapcitra organisasiPTS di Kota Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh manajemen pengetahuan dan manajemen bakat terhadap kinerja organisasi serta dampaknya terhadap citra organisasi PTS di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini ialah untuk:

1. Menganalisis bagaimana manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi PTS di Kota Bandung

2. Menganalisis seberapa besar pengaruh manajemen pengetahuan dan manajemen bakat terhadapkinerja organisasiPTS di Kota Bandung

3. Menganalisis seberapa besar pengaruh manajemen pengetahuan dan manajemen bakat terhadapcitra organisasiPTS di Kota Bandung


(22)

4. Menganalisis seberapa besar pengaruh kinerja organisasi terhadap citra organisasiPTS di Kota Bandung

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan manfaat bagi pengembangan ilmu manajemen, ilmu manajemen sumber daya manusia (MSDM), dan ilmu manajemen pemasaran, terutama mengenai manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi. Diharapakan hasil penelitian ini mampu menjembatani secara teoritis dan kontekstual diantara variabel-variabel yang diteliti.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian tentang manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi ini, diharapkan akan memberikan manfaat bagi pengembangan rencana stratejik dan peningkatan kinerja organisasi PTS di Kota Bandung, sehingga PTS di Kota Bandung akan memiliki kekuatan untuk berkompetisi di tengah persaingan yang semakin sengit, baik persaingan dengan PTN, maupun diantara PTS itu sendiri.


(23)

83 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat variabel yang diteliti, yaitu manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi. Masing masing variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Manajemen pengetahuan (MP) merupakan variabel bebas pertama yang dikonstruk oleh sub variabel: a) Mendapatkan pengetahuan; b) Menganalisa pengetahuan; c) Membangun kembali/mensintesis pengetahuan; d) Mengkodifikasi dan membuat model pengetahuan, serta e) Mengorganisasi pengetahuan.

2. Manajemen bakat (MB) merupakan variabel bebas kedua yang dikonstruk oleh sub variabel: a) Strategi Sumber Daya; b) Kebijakan dan Program Atraksi dan Retensi; c) Audit Bakat; d) Rancangan Peran; e) Manajemen Hubungan Bakat; f) Manajemen Kinerja; g) Pengembangan dan Pembelajaran; h) Perencanaan Manajemen Suksesi; dan i) Manajemen Karir. 3. Kinerja organisasi (KO) merupakan variabel intervening yang dikonstruk

oleh sub variabel: a) Persfektif Keuangan; b) Persfektif Pelanggan; c) Persfektif Proses Bisnis Internal; dan d) Persfektif Proses Belajar dan Berkembang.

4. Citra organisasi (CO) merupakan variabel terikat yang merupakan implikasi dari manajemen pengetahuan dan manajemen bakat, yang dikonstruk oleh sub


(24)

variabel: a) perilaku dan manfaat dari atribut produk; b) pegawai dan jalinan hubungan; c) program-program dan nilai yang ditawarkan; dand) kredibilitas organisasi.

Unit analisis dalam penelitian ini ialah PTS yang berbentuk universitas, yang berada di Kota Bandung, yang menyelenggarakan jurusan/program pendidikan setaraf Strata 1 (S1). Dalam hal ini, subjek penelitiannya ialah universitas swasta yang masuk pada peringkat webometric tahun 2010, yaitu Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Universitas Kristen Maranatha (UKM), dan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, mendalam dan kredibel. Sugiyono (2008:2-4) menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan cara untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Ada empat kata kunci yang terkandung di dalamnya, yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian ini dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh pemikiran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.


(25)

85 3.2.1 Jenis dan Desain Penelitian

Berdasarkan jenisnya, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut Zikmund (2003:51), “Descriptive research is research designed to describe characteristics of a population or phenomenon.” Riset deskriptif adalah riset yang dirancang untuk menguraikan karakteristik suatu populasi atau peristiwa. Pendapat lainnya diungkapkan oleh Aaker et. al. (2004:755) yang menyatakan: Descriptive research is research that usually is designed to provide a summary of some aspects of the environment when the hypotheses are tentative and speculative in nature. Riset deskriptif adalah riset yang pada umumnya dirancang untuk menyediakan suatu ringkasan dari beberapa aspek lingkungan ketika hipotesis bersifat untung-untungan dan sementara secara alami). Menurut Malhotra (2004:93) penelitian deskriftif adalah suatu jenis riset konklusif yang mempunyai tujuan utama menguraikan sesuatu. Melalui jenis penelitian deskriptif maka dapat diperoleh deskripsi mengenai variabel dan sub variabel dari manajemen pengetahuan, manajemen bakat, organizational commitment dan citra organisasi.

Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian verifikatif menurut Suharsimi Arikunto (2002:7) adalah penelitian yang pada dasarnya ingin menguji kebenaran melalui pengumpulan data di lapangan. Jenis penelitian ini akan dilaksanakan dengan: a) Menganalisis manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi PTS di Kota Bandung; b) Menganalisis pengaruh manajemen pengetahuan terhadap kinerja organisasi PTS di Kota Bandung; c) Menganalisis pengaruh manajemen bakat terhadapkinerja organisasiPTS di Kota


(26)

Bandung; d) Menganalisis pengaruh manajemen pengetahuan terhadap citra organisasi PTS di Kota Bandung; e) Menganalisis pengaruh manajemen bakat terhadap citra organisasi PTS di Kota Bandung; dan f) Menganalisis pengaruh kinerja organisasiterhadapcitra organisasiPTS di Kota Bandung.

Mengingat jenis dan sifat penelitian yang digunakan, maka desain penelitian ini adalah eksplanatori non-eksperimental, dengan menggunakan metode survei. Wibisono (2005:22) menyatakan: “Survei merupakan teknik riset di mana informasi dikumpulkan melalui penggunaan kuesioner.” Pendapat lebih mendalam dikemukakan oleh Zikmund (2003:123), “Experience survey is an explanatory research technique in which individuals who are knowledgeable about particular research problem are questioned.” Survei pengalaman merupakan teknik yang bersifat menjelaskan dari setiap individu yang mengetahui seputar permasalahan penelitian yang ditanyakan). Adapun ciri-ciri dari metode survei adalah, tujuannya dapat bersifat deskriptif dan juga verifikatif, eksplanatori atau konfirmatori, data dikumpulkan dari sampel yang telah ditentukan, data variabel penelitian dijaring dengan mengunakan alat pengumpulan data tertentu, yaitu kuesioner (Kerlinger, 1990 dan Sekaran, 2000).

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu yang keberlakuannya terikat dalam metode dan jenis penelitian yang ditetapkan. Dengan pemahaman tersebut, maka penelitian ini dikembangkan dalam model pengembangan cross-sectional. Menurut Hermawan (2006:45), “Penelitian cross sectional seringkali disebut penelitian sekali bidik (one snapshot), merupakan penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan pada suatu titik waktu tertentu.”


(27)

87 3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Terdapat empat variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: manajemen pengetahuan (MP), manajemen bakat (MB), kinerja organisasi (KO), dan citra organisasi (CO). Masing-masing variabel tersebut dijelaskan dalam defenisi variabel yang disajikan dalam Tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Defenisi Variabel Penelitian

! "

#

# #

#

$

!

% &''' # !

!

&'' (&

) )

*

#

! ! #

! +, - &''.(!

$ #

!

# $

+, -&''.(!


(28)

/ *

/* # ! # #

# #

#

#

!

# !

/ 0

1(&

+ *

+*

+ #

#

/ &''1(&

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

Berdasarkan defenisi yang disajikan dalam Tabel 3.1, maka dikembangkan operasionalisasi variabel seperti disajikan dalam Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Indikator Ukuran Skala Item

Angket %

! * $

%

!

# * $&

%

! $

* $2

%

!


(29)

89

Variabel Indikator Ukuran Skala Item

Angket %

!

* $4

% !

* $1

%

! * $.

%

! * $5

6 %

* $

%

# #

* $ '

%

#

# #

* $

%

*

$ &

! %

! #

* $ 2

%

! $7

* $ 3

%

!

& '

* $ 4

%


(30)

Variabel Indikator Ukuran Skala Item Angket %

7

* $ .

%

7 * $ 5

%

#

* $

%

8 7 #

* $&'

- %

7

* )$

% 7

* )$&

/ 9

% 7

# 7

* )$2

% 7

7

* )$3

) %

7

! * )$4

% 7

* )$1

% 7


(31)

91

Variabel Indikator Ukuran Skala Item

Angket %

7 # 7

* )$5

9 %

7

* )$

% 7

* )$ '

:

% 7

#

* )$

% 7

# 7

* )$ &

/

% 7

7

* )$ 2

% 7

7 * )$ 3

% 7

* )$ 4

% 7

#


(32)

Variabel Indikator Ukuran Skala Item Angket %

7

7

* )$ .

% 7 #

* )$ 5

/ %

7

# * )$

% 7

# * )$&'

! !

/

%

! #

* +$

%

#

* +$&

%

7

* +$2

%

# !

* +$3

%

# 7

* +$4

! ! %

*

+$1 %

# # * +$.

% #


(33)

93

Variabel Indikator Ukuran Skala Item

Angket %

* +$

%

* +$ '

! !

) ,

%

# * +$

%

# * +$ &

%

6

* +$ 2

%

* +$ 3

% #

# * +$ 4

! ! )

)

%

! #

7

* +$ 1

%

! #

7

* +$ .

% #

7

* +$ 5

%

7 7

* +$

%


(34)

Variabel Indikator Ukuran Skala Item Angket ! % # ! 7 * -$ % # ! * -$& % #

! ! * -$2

% # ! # * -$3 % # ! * -$4 ; : %

# * -$1

% # * -$. % # ! * -$5 % # # * -$ % # * -$ ' $ 0 % # ! * -$ %

# ! * -$ &

%

# ! ! * -$ 2

%

# !

#


(35)

95

Variabel Indikator Ukuran Skala Item

Angket %

# ! * -$ 4

/ *

%

7

* -$ 1

%

* -$ .

%

!

* -$ 5

%

#

* -$

%

* -$&'

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder, Menurut Hermawan (2006:168), data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atas tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif, deskriptif, ataupun kausal dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa survei ataupun observasi. Sedangkan data sekunder adalah struktur data historis mengenai variabel-variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain.

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data tentang karakteristik umum PTS di Kota Bandung, beserta data masing-masing variabel atau sub variabel


(36)

yang dikaji. Sedangkan sumber data yang digunakan ada dua, yaitu: a) sumber data primer, yaitu survei terhadap dosen PTS di Kota Bandung dan b) sumber data sekunder, yaitu data-data, dokumen, tentang PTS yang diambil dari berbagai sumber pendukung lainnya.

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi

Populasi merupakan sekelompok obyek yang yang dapat dijadikan sumber penelitian. Pelaksanaan suatu penelitian membutuhkan populasi sebagai sumber data yang akan diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dermawan Wibisono (2005:40) mengungkapkan: ”Populasi adalah sekumpulan entitas yang lengkap yang terdiri dari orang, kejadian, atau benda, yang memiliki sejumlah karakteristik yang umum.” Sedangkan menurut Ulber Silalahi (2006:147), sebagai berikut:

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen di mana penyidik tertarik. Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit yang darinya sampel dipilih. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak secara mendua.

Populasi dalam penelitian ini adalah PTS di Kota Bandung yang berbentuk universitas, yang menyelenggarakan jurusan/program pendidikan setaraf Strata 1 (S1). Dalam hal ini, subjek penelitiannya ialah universitas swasta yang masuk pada peringkat webometric tahun 2010, yaitu Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Universitas Kristen Maranatha (UKM), dan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).


(37)

97 Tabel 3.3

Populasi Penelitian

! "

#

8 7 /

# 80 9 3 11' &4

& 8 7 /

8/ 4 &.4 34'

2 8 7 /

, 80,/* 1 3'4 2 5

# $%$&'

Sumber: Berdasarkan hasil perhitungan 2011

Berdasarkan Tabel 3.3 diketahui bahwa jumlah dosen yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 1.107 dosen yang tersebar di 3 PTS yang menjadi subjek penelitian.

2. Sampel

Penelitian tidak selamanya dilakukan terhadap seluruh anggota populasi, hal tersebut disebabkan karena terbatasnya waktu, biaya dan tenaga. Oleh karena itu, maka peneliti mengambil sebagian objek populasi yang telah ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil tersebut representatif (mewakili) terhadap bagian lain yang diteliti, dalam hal ini dilaksanakan cara penentuan sampel. Sampel merupakan bagian tertentu yang dipilih dari populasi (Silalahi, 2006:234). Menurut Aaker et. al. (2004:760), “A subset of elements from a population.” Populasi merupakan suatu subset unsur-unsur dari suatu populasi. Sesuai dengan pendapat tersebut, Menurut Zikmund (2003:726), “A subset or some part of a large population.” Populasi merupakan suatu subset atau beberapa bagian dari


(38)

suatu populasi yang besar). Penjelasan lebih lanjut disampaikan oleh Hermawan (2006:145):

Sampel merupakan suatu bagian (subset) dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan demikian, sebagian elemen dari populasi merupakan sampel. Dengan mengambil sampel peneliti ingin menarik keimpulan yang akan digeneralisasi terhadap populasi.

Keterwakilan populasi adalah karakteristik terpenting, hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2008:73):.

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel dari populasi harus benar-benar mewakili. Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan ukuran sampel minimal dalam penelitian ini menggunakan perhitungan Husein Umar (2002: 141) sebagai berikut:

2

Ne 1

N n

+ =

Keterangan:

n: ukuran sampel

N : ukuran populasi

e: taraf kesalahan

Berdasarkan hasil perhitungan sampel, unit sampel yang diperoleh selanjutnya didistribusikan secara proporsional ke PTS di Kota Bandung yang menjadi fokus analisis dengan menggunakan ukuran proporsional strata populasi (propotional to size) yang rumusnya sebagai berikut:


(39)

99

Keterangan:

ni = besarnya sampel stratum ke-i Ni = besarnya populasi stratum ke-i N = besarnya populasi keseluruhan n = besarnya sampel dalam populasi Perhitungan sampel

Berdasarkan hasil perhitungan sampel, diperoleh unit analisis sebesar 293 sampel, dan untuk meningkatkan tingkat akurasi sampel, maka sampel ditambah sehingga menjadi 300 sampel dosen. Selanjutnya, 300 dosen tersebut didistribusikan secara proporsional ke tiap PTS yang menjadi subjek penelitian dengan menggunakan ukuran proporsional strata populasi (propotional to size) yang rumusnya sebagai berikut:

n

N

Ni

ni

=

×

n

N

Ni

ni

=

×

1.107 1 + 1.107 (0,05)2 n =

1.107

1 + 1.107 (0,0025) n =

1.107 1 + 2, 78 n =

1.107 3, 78 n =


(40)

Keterangan:

ni = besarnya sampel stratum ke-i Ni = besarnya populasi stratum ke-i N = besarnya populasi keseluruhan n = besarnya sampel dalam populasi

Tabel 3.4

Distribusi Sampel per Universitas

( # ) )

*

8 7 /

# 80 9 &4 &4 6 '. < 2'' .' .'

& 8 7 /

8/ 34' 34'6 '. < 2'' && &&

2 8 7 /

, 80,/* 2 5 2 56 '. < 2'' '5 '5

# $%$&' +&&

Sumber: Berdasarkan hasil perhitungan 2011

Berdasarkan Tabel 3.4 selanjutnya sampel didistribusikan sesuai dengan proporsi ke Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) sebanyak 70 sampel, Universitas Kristen Maranatha (UKM) sebanyak 122 sampel, dan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) sebanyak 108 sampel. Untuk mendapatkan persebaran sampel yang lebih fokus lagi, selanjutnya digunakan ukuran proporsional strata populasi yang disebar di tingkat fakultas.

Tabel 3.5

Distribusi Sampel di UNPAR

( # *

= 4

& : 4

2 , , 5

3 % 5

4 > ! 3

1 % , 5

. % , ! &

# '&


(41)

101 Tabel 3.6

Distribusi Sampel di UKM

( # *

/ 1

& % &&

2

3 5

4 = 2

1 - 5

. % , ! 3

5 : &

# $,,

Sumber: Berdasarkan hasil perhitungan 2011

Tabel 3.7

Distribusi Sampel di UNIKOM

( # *

% , / 33

& =

2 , , 3

3

-4 &

1 : 5

#

Sumber: Berdasarkan hasil perhitungan 2011

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:110) teknik pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Menurut Silalahi (2006:236):

Pemilihan sampel atau penarikan sampel (sampling) dapat diartikan sebagai proses memilih sejumlah unit atau elemen atau subjek dari dan yang mewakili populasi untuk dipelajari yang dengannya dapat dibuat


(42)

generalisasi atau inferensi tentang karakteristik dari satu populasi yang diwakili.

Setelah persebaran sampel diperoleh berdasarkan ukuran proporsional strata populasi yang disebar di tingkat fakultas yang ada di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Universitas Kristen Maranatha (UKM), dan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), selanjutnya peneliti mengambil sampel di tiap fakultas berdasarkan teknik simple random sampling atau pemilihan sampel acak sederhana karena populasi dalam penelitian dianggap homogen. William G. Zikmund (2003:428) memberikan defenisi mengenai simple random sampling sebagai berikut:

Simple random sampling is a sampling procedure that assures each elements in the population of an equal chance of being included in the sample.”

Pemilihan acak sederhana adalah suatu prosedur sampling yang meyakinkan bahwa setiap unsur-unsur dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk tercakup dalam sampel.

3.2.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam metode ilmian. Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Ketentuan yang menjadi


(43)

103 pedomanan adalah data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validitas data dapat ditingkatkan jika teknik pengumpulan, alat pengukur dan cara pengkurannya berkualitas (Suharsimi Arikunto, 2002:126). Teknik pengumpulan data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi tidak langsung, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan hubungan tidak langsung atau dengan perantaraan alat. Alat yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Namun demikian, untuk mendapatkan data yang lebih mendalam, wawancara pun dilaksanakan dengan beberapa sumber yang berhubungan langsung dengan penelitian ini.

2. Alat Pengumpulan Data

Disamping penggunaan metode yang tepat diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun alat pengumpulan data yang tepat/relevan. Alat pengumpul data dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik dan alat pengumpul data sangat berpengaruh terhadap objektivitas hasil penelitian. Artinya, teknik dan instrumen penelitian yang tepat dalam suatu penelitian akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara valid dan reliabel, yang pada gilirannya akan memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang objektif (Nawawi, 2005:94-96).

Instrumen utama yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner (questionnaires). Kuesioner merupakan alat pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari beberapa orang (Suharsimi Arikunto, 2002:58). Kuesioner


(44)

dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yang digunakan untuk mengumpulkan data primer, dimana kuesioner yang diedarkankepada responden sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Konstruk item angket tertutup untuk setiap variabel berupa pertanyaan atau pernyataan tentang sifat dan ciri dari setiap variabel, disertai lima alternatif jawaban (skala Likert). Jumlah item untuk setiap variabel berbeda sesuai dengan sifat dan ciri yang diukur. Setiap jawaban untuk setiap item pernyataan diberi skor dengan kriteria seperti disajikan pada tabel di bawah ini

Tabel 3.8

Kriteria Penentuan Bobot Jawaban Responden

# . / # . / # . / % + 9 4 3 2 & ; + % 4 3 2 & + % 4 3 2 & + % 4 3 2 & ? 4 3 2 & 7 9 7 + 7 % 7 7 4 3 2 &

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

Selain menggunakan angket sebagai instrumen penelitian, dilaksanakan pula wawancara terbatas. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Menurut Singarimbun (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1987), salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Dalam hal ini, dilakukan wawancara langsung dengan dosen PTS yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini, yang dianggap mampu memberikan informasi yang


(45)

105 memadai bagi penelitian ini. Hal tersebut dapat lebih dipahami dengan melihat Tabel di bawah ini.

Tabel 3.9

Pelaksanaan Wawancara

0 . . " 1 * ! . "

- # $ #

#

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

Observasi dilaksanakan terhadap unit pengamatan atau unit analisis. Secara teknis, pengumpulan data melalui observasi bisa dilaksanakan secara tunggal ataupun digabung dengan teknik lainnya untuk melengkapi data yang telah terkumpul. Teknik ini digunakan terutama untuk memeriksa validitas jawaban yang diberikan oleh dosen dalam kuesioner.

3.2.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian yang digunakan perlu diuji terlebih dahulu. Cooper dan Schindler (2001:210) berpendapat bahwa suatu instrumen dikatakan baik apabila instrumen tersebut memiliki tiga persyaratan utama, yaitu: a) valid atau sahih; b) reliabel atau andal; dan c) praktis. Oleh karena pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas kuesioner yang telah disebarkan.


(46)

3.2.6.1 Konsep Uji Validitas dan Reliabilitas A. Uji Validitas

Menurut Zikmund (2003:331), validitas adalah: “The ability of a scale to measure what was intended to be measured.” Kemampuan suatu skala untuk mengukur sesuatu yang diniatkan untuk diukur. Pendapat serupa disampaikan oleh Aaker (2004:762), “Validity is the ability of a measurenment instrument to measure what it is supposed to measure.” Validitas adalah kemampuan suatu instrumen pengukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur).

Secara statistik, terdapat beberapa cara untuk menguji validitas dan reliabilitas intrumen penelitian. Dalam penelitian ini sesuai dengan skala pengukuran variabel yang diteliti, maka pengujian validitas kuesioner penelitian menggunakan Korelasi Item Total. Korelasi item total yang dikoreksi (corrected item-total correlation) digunakan untuk menguji validitas instrumen penelitian. Korelasi item total yang dikoreksi (ritd) didefinisikan dengan rumus (Azwar, 2003:

62):

[

(s ) (s ) 2(r)(s )(s )

]

s ) s ( r r

x i 2

i 2 x

i x itd

− +

=

Keterangan:

r = koefisien korelasi Pearson antarskor setiap butir pertanyaan dengan skor total

sx = simpangan baku skor setiap butir pertanyaan

si = simpangan baku skor total.

Untuk menentukan butir-butir pertanyaan mana yang memiliki validitas, ditentukan dengan prosedur sebagai berikut (Azwar, 2003: 64-65):


(47)

107 a. Butir-butir pertanyaan yang menghasilkan koefisien ritd bertanda negatif

dibuang.

b. Setelah koefisien ritd yang bertanda negatif dibuang, hitung kembali koefisien

ritd sampai tidak terdapat koefisien ritd bertanda negatif.

c. Menguji signifikansi koefisien ritd dilakukan melalui uji t atau dengan jalan

membandingkan koefisien ritd dengan koefisien r pada derajat bebas dan

tingkat kesalahan (α) tertentu. Jika koefisien ritd positif dan ≥ r pada derajat

bebas (df = n - 2) dan tingkat kesalahan (α) tertentu dapat disimpulkan bahwa, hasil uji signifikan. Jika hasil uji menunjukkan tidak signifikan, maka butir-butir pertanyaan dengan koefisien korelasi yang tidak signifikan dikeluarkan dan tidak digunakan dalam analisis data selanjutnya. Dalam penelitian ini, uji validitas dan dilakukan dengan mengambil taraf kesalahan sebesar 0,01.

Menurut Saifuddin Azhar (Kusnendi, 2008:96), untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai, para ahli menetapkan patokan besaran koefisiensi korelasi item total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid atau tidaknya sebuah item.

B. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Aaker (2004:762) ”Reliability is the random error component of measurement instrument”. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menguji tingkat konsistensi hasil pengukuran jika dilakukan


(48)

pengukuran ulang. Untuk melakukan uji reliabilitas, penulis menggunakan rumus Alpha Cronbach. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menguji tingkat konsistensi hasil pengukuran jika dilakukan pengukuran ulang. Untuk melakukan uji reliabilitas, penulis menggunakan rumus alpha. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Membuat daftar distribusi nilai untuk setiap butir angket dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberikan nomor pada angket yang masuk.

b. Memberikan skor pada setiap bulir sesuai dengan bobot yang telah ditentukan yakni kategori 5 skala Likert.

c. Menjumlahkan skor untuk setiap responden dan kemudian jumlah skor ini dikuadratkan.

d. Menjumlahkan skor yang ada pada setiap bulir dari setiap jawaban yang diberikan responden.

e. Mengkuadratkan skor jawaban dari tiap-tiap responden untuk setiap bulir dan kemudian menjumlahkannya.

2. Menghitung koefisien r untuk uji reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha sebagai berikut :

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = banyaknya bulir soal

∑ 2

b

σ = jumlah varian bulir

2

t

σ = varian total

r11 = 

     ∑ −       − 2 2 1 t b k k σ σ


(49)

109

Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan koefisien reliabilitas instrumen, terlebih dahulu setiap bulir tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah varian bulir (∑σb2 )

dengan rumus sebagai berikut :

n n

X X

=

2 2

2

) ( σ

b. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan perhitungan untuk mendapatkan varian total (σt2)

c. Mengkonsultasikan nilai r dengan pedoman interpretasi koefisien korelasi untuk mengetahui apakah instrumen angket yang digunakan reliabel atau tidak.

Hair, Anderson, Tatham dan Black (Kusnendi, 2008:96) menyatakan bahwa dalam statistik Alpha Croncbach, suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien Alpha Croncbach lebih besar atau sama dengan 0,70.

3.2.6.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang disebarkan untuk pengujian validitas dan reliabilitas sebanyak 30 angket. Hal tersebut berdasarkan konvensi ahli-ahli statistik yang pada umumnya berpendapat bahwa untuk menguji validitas dan relaibilitas instrumen penelitian berupa angket, maka angket yang disebar sebanyak 30 set yang ditujukan kepada unit analisis, yaitu dosen PTS di Kota Bandung.


(50)

A. Hasil Uji Validitas

Tabel 3.10

Valditas Manajemen Pengetahuan

No Item Pernyataan Hasil Uji

Validitas

Kesimpulan Uji Validitas

% !

' 3&' @

& % !

# ' 315 @

2 % ! $

' 45 @

3 % !

# ' 4.2 @

4 % ! ! $!

# ' 4'& @

1 % !

' 3' @

. % !

' 34. @

5 % !

' 1'& @

%

! ' 3 . @

' % 7 !

' 1&2 @

%

' 3 @

& %

# # ' 423 @

2 % #

# # ' 442 @

3 %

' 444 @

4 %

#

# #

#

' 4 4 @

1 % !

# ' 3'2 @

. % !

$7 ' 1 3 @

5 % !

& ' ' 13' @

%


(51)

111

No Item Pernyataan Hasil Uji

Validitas

Kesimpulan Uji Validitas

&' %

# ' 1&

@

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 18.0

Tabel 3.11

Valditas Manajemen Bakat

No Item Pernyataan Hasil Uji

Validitas

Kesimpulan Uji Validitas

% 7

' 1 4 @

& % 7

' 3.2 @

2 % 7

# 7 ' 3.2 @

3 % 7

7 ' 3.& @

4 % 7 !

' 521 @

1 % 7

' 421 @

. % 7

' 32& @

5 % 7

# ' 115 @

% 7

' 32& @

' % 7

' 4 2 @

% 7

#

' 1 5 @

& % 7

# 7 ' 3 3 @

2 % 7

7

' 34& @

3 % 7 7

' 3 @

4 % 7

7

' 33 @

1 % 7

#

' 3 . @

. % 7


(52)

No Item Pernyataan Hasil Uji Validitas

Kesimpulan Uji Validitas

5 % 7

# ' 33 @

% 7 #

' 355 @

&' % 7 #

' 4 1 @

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 18.0

Tabel 3.12

Valditas Kinerja Organisasi

No Item Pernyataan Hasil Uji

Validitas

Kesimpulan Uji Validitas

% !

# ' 144 @

& %

# ' .. @

2 %

7 ' ..4 @

3 %

# ! ' 3 3 @

4 %

# 7 ' 3 . @

1 %

' 121 @

. % # #

' ..' @

5 % #

' 14& @

%

' 3&. @

' %

' 3 5 @

% #

' 1&1 @

& % #

' 14. @

2 %

6 ' 135 @

3 %

' 4&2 @

4 % #

# ' 534 @

1 % !


(53)

113

No Item Pernyataan Hasil Uji

Validitas

Kesimpulan Uji Validitas

. % !

# 7 ' 1 5 @

5 %

# 7 ' 1'4 @

% 7

7 ' 45.

@

&' %

# ' .1&

@

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 18.0

Tabel 3.13

Valditas Citra Organisasi

No Item Pernyataan Hasil Uji

Validitas

Kesimpulan Uji Validitas

% #

! 7 ' 4 ' @

& % #

! ' 11& @

2 % #

! ! ' 4 . @

3 % #

! # ' 1&2 @

4 % #

! ' .2 @

1 % #

' .3& @

. % #

' 14 @

5 % #

! ' 153 @

% #

# ' . 3 @

' % #

' 1&1 @

%

# ! ' 434 @

& %

# ! ' 51. @

2 %

# ! ! ' .2 @

3 %

# ! # ' 413 @

4 %

# ! ' 54 @

1 %

' 3 . @

. %


(54)

No Item Pernyataan Hasil Uji Validitas

Kesimpulan Uji Validitas

5 %

! ' 54 @

%

# ' . . @

&' %

' .3' @

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 18.0

Saifuddin Azhar (Kusnendi, 2008:96) menyatakan bahwa untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai, para ahli menetapkan patokan besaran koefisiensi korelasi item total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid atau tidaknya sebuah item.

B. Hasil Uji Relibilitas

Tabel 3.14

Reliabilitas Instrumen Penelitiam

Simbol Variabel Reliabilitas Hasil Uji Uji Reliabilitas Kesimpulan

' 551 9

) ) ' 554 9

/* / * ' 21 9

+* + * ' 3. 9

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 18.0

Hair, Anderson, Tatham dan Black (Kusnendi, 2008:96) menyatakan bahwa dalam statistik Alpha Croncbach, suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien Alpha Croncbach lebih besar atau sama dengan 0,70.


(55)

115 3.2.7 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis analisis, yaitu: (1) analisis deskriptif, khususnya bagi variabel yang bersifat kualitatif dan (2) analisis inferensial berupa pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik bagi data yang bersifat kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat faktor penyebab sedangkan analisis inferensial menitikberatkan pada pengungkapan perilaku variabel yang diteliti. Dengan menggunakan kombinasi kedua metode analisis tersebut dapat diperoleh generalisasi yang bersifat komperhensif.

A. Analisis Deskriftif Variabel Penelitian

Analisis deskriptif dilakukan bagi variabel yang bersifat kualitiatif. Analisis ini digunakan dalam rangka mendeskripsikan data variabel penelitian menurut ukuran statistik deskriptif, seperti distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral maupun ukuran dispersi, koefisien kemiringan (skewness) maupun koefisien kurtosis. Tujuannya adalah untuk memahami karakteristik data sampel sebagai dasar untuk memberikan penafsiran kualitatif terhadap variabel penelitian dan juga sebagai bahan untuk analisis data selanjutnya.

Pengolahan data yang terkumpul dari hasil wawancara/kuesioner dapat dikelompokkan ke dalam tiga langkah, yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data pada pendekatan penelitian. Persiapan adalah mengumpulkan dan memeriksa kebenaran cara pengisian, melakukan tabulasi hasil kuesioner dan memberikan nilai (scoring) sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan. Data hasil tabulasi diterapkan pada pendekatan penelitian yang digunakan sesuai dengan


(56)

tujuan penelitian. Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi PTS di Kota Bandung, serta bagaimana korelasi dan regresi diantara manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi PTS di Kota Bandung, dilakukan melalui pengolahan data dengan menganalisis sikap responden terhadap setiap butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Untuk melihat bagaimana tanggapan responden disajikan lima alternatif jawaban, atau disebut dengan lima skala, atau disebut dengan skala likert.

B. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini terdiri dari jaringan variabel yang mempunyai keterkaitan satu sama lainnya. Untuk dapat menganalisis secara lebih mendalam, maka perlu dideteksi hubungan antara variabel yang diteliti. Teknik analisis data dan pengujian hipotesis yang cocok digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan analisis jalur (path analysis) atau disebut juga the causal models for directly observed variables (Joreskog dan Sorbom, 1996) dengan bantuan software komputer SPSS versi 18.00.

Model analisis jalur seperti dungkapkan oleh Bohrnstedt (Kusnendi, 2005:3) digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel penyebab (variabel eksogen) terhadap satu set variabel akibat (variabel endogen). Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Robert D. Rutherford (1993) yang menyatakan bahwa analisis jalur ialah suatu teknik untuk


(57)

117 menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung.

Dalam penggunaan analisis jalur (path analysis), menurut Solimun (2002:49) ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi, antara lain:

1. Hubungan antar variabel dalam model analisis jalur adalah linear dan aditif.

2. Hanya model rekursif (sistem aliran kausal ke satu arah) yang dapat dipertimbangkan sedangkan pada model yang mengandung kausal resiprokal (sistem aliran kausal timbal balik) tidak dipertimbangkan. 3. Variabel endogen dan eksogen minimal dalam ukuran skala ukur

interval.

4. Observed variable diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel).

5. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep yang relevan.

Teknik statistik analisis jalur mensyaratkan sekurang-kurangnya data yang berskala interval. Oleh karena itu, data variabel penelitian yang berskala ordinal ditransformasikan ke dalam skala interval dengan menggunakan MSI (methods of successive intervals) seperti yang diungkapkan oleh Hays (1969:39), dengan langkah kerja sebagai berikut: a) memperhatikan setiap item pertanyaan atau pernyataan; b) menghitung setiap frekuensi jawaban; c) menentukan proporsi membagi frekuensi dengan jumlah responden; d) menghitung proporsi kumulatif dengan jumlah responden; e) menghitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh dengan menggunakan tabel normal; dan f) menentukan nilai skala untuk setiap nilai Z , dengan rumus sebagai berikut:

(

) (

)

) ABLL ( ) ABUP (

DUL DLL

SV

− −


(58)

Keterangan :

DLL = kepadatan batas bawah (density of lower limit) DUL = kepadatan batas atas (density of upper limit) ABUP = daerah di bawah batas atas (area below upper limit) ABLL = Daerah di bawah batas bawah (area below lower limit)

g) Langkah terakhir ialah menghitung nilai skala setiap kategori jawaban dengan rumus: Nilai skala = SV + | SVminimal| + 1

Setelah data penelitian berskala interval, selanjutnya akan digunakan analisis jalur (path analysis) untuk menentukan besarnya pengaruh variabel bebas yang terdiri dari manajemen pengetahuan (X1) dan manajemen bakat (X2)

terhadap kinerja organisasi (Y) dan dampaknya terhadap citra organisasi (Z), baik secara parsial maupun secara simultan. Berdasarkan hipotesis konseptual yang diajukan, terdapat hubungan antara variabel penelitian. Hipotesis tersebut digambarkan dalam sebuah paradigma seperti terlihat pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1

Struktur Kausal antara Manajemen Pengetahuan, Manajemen Bakat, Kinerja Organisasi dan Citra Organisasi

Keterangan:

X1 : Manajemen Pengetahuan

X2 : Manajemen Bakat

Y : Kinerja Organisasi Z : Citra Organisasi

ε: : Epsilon (Variabel lain) X1

X2

Y Y

εεεε2


(59)

119 Struktur hubungan pada gambar 3.1 menunjukkan bahwa manajemen pengetahuan dan manajemen bakat berpengaruh terhadap kinerja organisasi dan berdampak terhadap citra organisasi. Dalam struktur di gambar 3.1 terlihat pula adanya faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara manajemen pengetahuan dan manajemen bakat terhadap kinerja organisasi dan citra organisasi, yang disebut dengan variabel residu dan dilambangkan dengan ε . Yang dimaksud dengan variabel residu ialah variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hipotesis 1

Terdapat pengaruh manajemen pengetahuan dan manajemen bakat terhadap kinerja organisasi.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menggambar struktur hipotesis.

Gambar 3.2

Diagram Jalur Hipotesis 1

2. Keputusan Penerimaan atau penolakan Ho:

a. Rumusan Hipotesis Operasional Ho : PYX1 = PYX2 = 0

Hi : sekurang-kurangnya ada sebuah PYXi i ≠ 0, I = 1, dan 2.

Y X1

X2


(1)

226 Kota Bandung (UNPAR, UKM, dan UNIKOM). Manajemen pengetahuan memberikan pengaruh yang lebih kecil bagi kinerja organisasi dibandingkan dengan manajemen bakat, untuk itu maka manajemen pengetahuan perlu dioptimalkan lagi melalui: a) Peningkatan kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan, antara lain dengan mengikutsertakan dosen untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi; b) Peningkatan kemampuan untuk menganalisa pengetahuan, antara lain dengan melibatkan dosen dalam berbagai kegiatan penelitian; c) Peningkatan kemampuan untuk membangun kembali/mensintesis pengetahuan, antara lain dengan memberikan dosen kesempatan mengikuti seminar ilmiah dan berbagai kegiatan penelitian; d) Peningkatan kemampuan untuk mengkodifikasi dan membuat model pengetahuan; antara lain dengan melibatkan dosen dalam berbagai kegiatan workshop kemampuan teknis (pembuatan website dan buku) dan e) Peningkatan kemampuan untuk mengorganisasi pengetahuan, antara lain melalui berbagai kegiatan pelatihan dan seminar yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah.

3. Manajemen pengetahuan dan manajemen bakat perlu dioptimalkan lagi karena terbukti memberikan pengaruh terhadap citra organisasi PTS di Kota Bandung (UNPAR, UKM, dan UNIKOM). Manajemen pengetahuan memberikan pengaruh yang lebih kecil bagi citra organisasi dibandingkan dengan manajemen bakat, untuk itu maka manajemen pengetahuan perlu dioptimalkan lagi melalui: a) Peningkatan kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan, antara lain dengan mengikutsertakan dosen untuk menempuh


(2)

227 jenjang pendidikan yang lebih tinggi; b) Peningkatan kemampuan untuk menganalisa pengetahuan, antara lain dengan melibatkan dosen dalam berbagai kegiatan penelitian; c) Peningkatan kemampuan untuk membangun kembali/mensintesis pengetahuan, antara lain dengan memberikan dosen kesempatan mengikuti seminar ilmiah dan berbagai kegiatan penelitian; d) Peningkatan kemampuan untuk mengkodifikasi dan membuat model pengetahuan; antara lain dengan melibatkan dosen dalam berbagai kegiatan workshop kemampuan teknis (pembuatan website dan buku) dan e) Peningkatan kemampuan untuk mengorganisasi pengetahuan, antara lain melalui berbagai kegiatan pelatihan dan seminar yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah.

4. Kinerja organisasi perlu ditingkatkan lebih optimal lagi karena terbukti memberikan pengaruh bagi citra PTS di Kota Bandung (UNPAR, UKM, dan UNIKOM). Semakin tinggi kinerja organisasi yang dihasilkan oleh PTS di Kota Bandung, maka citra PTS di Kota Bandung juga akan semakin tinggi. Peningkatan kinerja organisasi bisa dilaksanakan melalui implementasi manajemen pengetahuan dan manajemen bakat.

5.2.2. Saran Bagi Penelitian Lanjutan

Beberapa saran bagi penelitian lanjutan antara lain:

1. Perlu dilakukan penelitian lain dengan menggunakan teori-teori terbaru tentang manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi, agar perkembangan ilmu pengetahuan terbaru dapat


(3)

228 diaplikasikan untuk memecahkan masalah, terutama berkaitan dengan kinerja dan citra PTS di Kota Bandung.

2. Perlu dilakukan penelitian lain dengan menggunakan indikator dan ukuran yang berbeda terkait dengan manajemen pengetahuan, manajemen bakat, kinerja organisasi, dan citra organisasi, agar diperoleh hasil yang lebih komprehensif dalam memetakan kinerja PTS dan citra PTS di Kota Bandung.

3. Penelitian ini hanya melibatkan tiga PTS di Kota Bandung, untuk itu perlu dilakukan penelitian lain dengan melibatkan unit analisis PTS di Kota Bandung yang lebih banyak, sehingga akan diperoleh generalisasi hasil yang lebih baik dan lebih akurat dalam memecahkan masalah.

4. Penelitian ini hanya menggunakan teknik analisis jalur, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan menggunakan pendekatan SEM (structural equation model) agar diperoleh analisis dan hasil penelitian yang lebih mendalam. Karena SEM memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan teknik analisis data multivariat dipendensi lainnya.


(4)

229

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A. (2004). Marketing Research 8th Edition. USA, New Jersey: John Willey dan Sons Inc.

Armstrong, Michael. (2006). Strategic Human Resources Management 3th Edition. United Kingdom: Kogan Page.

Armstrong, Michael. (2009). Armstrong’s Handbook of Human Resource Management Practice. United Kingdom: Kogan Page.

Asep Hermawan. (2006). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Augusty Ferdinand. (2002). SEM dalam Penelitian Manajemen. Semarang: BP-UNDIP.

Biatna Dulbert Tampubolon. (2007). Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan dan Faktor Etos Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Organisasi yang Telah Menerapkan SNI 19-9001-2001. Jurnal Standarisasi Vol. 9 No.3 Tahun 2007.

Buchari Alma. (2008). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV. Alfabeta.

Campbell, Dennis, Datar, Srikant, Kulp, Cohen, Susan dan Narayanan, V. G. (2005). Using the Balanced Scorecard as a Control System for Monitoring and Revising Corporate Strategy, http:\\www.ssrn.com, 12 Februari 2005. Cooper, Donald R dan Pamela S Schindler (2001). Business Research Methode.

7th. Boston: McGraw Hill International Edition.

Dalkir, Kimiz. (2005:3). Knowledge Management in Theory and Practice. USA, Oxford: Elsevier Inc.

Dermawan Wibisono. (2005). Riset Bisnis: Panduan bagi Praktisi dan Akademisi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Engkos Ahmad Kuncoro. 2008. Leadership sebagai Primary Forces dalam Competitive Strength, Competitive Area, Competitive Result guna Meningkatkan Daya Saing Perguruan Tinggi. Bandung: CV. Alfabeta. Armstrong, Michael. 2008. How to Boost The Quality of Education in Indonesia.

Harian The Jakarta Post, Januari 27, 2008.

Frappaolo, Carl (2002). Knowledge Management. United Kingdom: Capstone Publishing (a Wiley company).

Hair, JR. Joseph, F. Rolp E. Anderson, Ronald l. Tatham, and William Black, et al. (2006). Multivariete Data Analysis. Boston: Prentice Hall International, Inc.


(5)

230

Hansen, Don R and Mowen, Maryanne M. (2003). Management Accounting. Sixth edition, South-Western, America.

Harun Al Rasyid. (1994). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Program Studi Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Sosiologi Antropologi Program Pasca Sarjana. Bandung : Universitas Pajajaran.

Husein Umar. (2002). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Imam Ghozali. (2004). Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan AMOS Ver.5. Semarang: BP-UNDIP.

Imelda. (2010). Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi Publik. Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra. Dapat diakses di http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/.

Joreskog, K.G dan Dag Sorbom. (1996). Lisrel 8: User’s Reterence Quide. Chicago: Scientific Software International. Inc.

Kelloway, E., K. (1998). Using LISREL for Structural Equation Modeling: A Researcher’s Guide. Californaia: Sage Publishing, inc.

Kerlinger, F.N.. (1990). Foundation of Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart and Winsto Inc.

Kotler, Philip and Gary Amstrong. (2006). Principles of Marketing. Prentice Hall International.

Kotler, Phillip and Kevin L. Keller. (2009). Marketing Management, 12th Edition. New Jersey: Pearson International Edition-Prentice Hall.

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural: Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung: CV. Alfabeta.

Maholtra, Naresh K. (2004). Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. Edisi ke 4 Jilid 1. Jakarta: PT.Indeks Gramedia.

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi. (1995). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Gramedia.

Modell, Sven (12 Februari 2005). Performance Measurement Myths in Public Sector. http:\\www.ssrn.com.

Pariaman Sinaga. (2004). Balanced Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja Koperasi dan UKM, Apa Mungkin? Jurnal Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004.

Robert, S. Kaplan and David P. Norton. (1996). The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action. Massachussetts: Harvard Business School Press.

Russ, Meir. (2010). Knowledge Management Strategies for Business Development. USA: Business Science Reference (an imprint of IGI Global).


(6)

231

Schumacker, Randal E., and Richard G. Lomax. (1996). A Beginner’s Guide to SEM. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, inc, pub.

Soemarto. 2002. Faktor-Faktor Lingkungan Stratejik dalam Pengembangan Perguruan Tinggi Swasta: Studi tentang Faktor-Faktor Lingkungan Perguruan Tinggi Swasta yang Terakreditasi di Jawa Barat. Disertasi Doktor pada PPS-UPI Bandung.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ulber Silalahi. (2006). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Universitas Parahyangan Press.

Uma Sekaran (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba 4. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Zeithaml, Valerie A. dan Mary Jo Bitner. (2006). Service Marketing Integrating Customer Focus Across The Firm. New York: Prentice Hall International, Inc.

Zikmund, William G. (2003). Exploring Marketing Research 8th Edition. USA, Ohio: South Western, A Division of Thomson Learning.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan Anggaran Pada Perguruan Tinggi Swasta Di Kota Medan

0 37 116

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERILAKU KEPEMIMPINAN, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI PROVINSI ACEH.

0 2 9

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI DI KOTA SIBOLGA DAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH.

0 4 42

PENGARUH KUALIFIKASI, KOMPETENSI, DAN RASIO DOSEN DAN MAHASISWA TERHADAP KINERJA DOSEN TETAP PERGURUAN TINGGI PARIWISATA DI KOTA BANDUNG.

5 29 96

SISTEM MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI :Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Visioner dan Kinerja Dosen terhadap Mutu Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung.

0 0 119

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PEMASARAN PENDIDIKAN TINGGI TERHADAP LAYANAN AKADEMIK SERTA DAMPAKNYA PADA TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH KOTA BANDUNG.

0 1 75

PENGARUH PERSAINGAN DAN ORGANISASI BELAJAR (LEARNING ORGANIZATION) TERHADAP PROSES TRANSFORMASI KOMPETENSI INTELEKTUAL INDIVIDU MENJADI MODAL INTELEKTUAL ORGANISASI : Studi pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung.

0 0 49

PENGARUH MANAJEMEN MUTU DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN TERHADAP PEMBELAJARAN ORGANISASI DAN KINERJA PERUSAHAAN

0 0 21

PENGARUH TRUST TERHADAP BERBAGI PENGETAHUAN MELALUI MEDIASI KOMITMEN ORGANISASI PADA DOSEN PERGURUAN TINGGI

0 0 21

Studi Keterlibatan Kerja Proaktif dalam Meningkatkan Kinerja Inovatif Dosen pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Kota Semarang dengan Anteseden Komitmen Organisasi dan Komitmen Profesional - Unissula Repository

0 0 5