Aspek Keadilan Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam Pandangan Wajib Pajak UMKM dan Akademisi (Studi Wajib Pajak UMKM di Kota Bandung).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam pandangan Wajib Pajak UMKM dan akademisi di Kota Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan penelitian lapangan disertai wawancara semi terstruktur kepada 4 narasumber wajib pajak UMKM dan 4 narasumber akademisi. Data yang diperoleh dianalisis dengan melakukan reduksi data, penyajian data, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Berdasarkan analisis diperoleh hasil sebagai berikut: aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 menurut wajib pajak terfokus pada exchange fairness, administrative fairness, dan personal fairness sementara itu aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 menurut akademisi lebih terfokus pada general fairness dan administrative
fairness.
(2)
ABSTRACT
This research was aimed to perceive the fairness aspects of implementation Goverment Regulation No. 46 of 2013 in point of view the small, micro, and medium enterprises taxpayer and academics in Bandung City.
This research used qualitative method with techniques of data collection through library research and field research along with semi structure interview to 4 small, micro, and medium enterprises taxpayer interviewees and 4 academics interviewees. The data obtained is analyzed through data reduction, data display, and then the conclusion drawing/verification.
Based on analysis obtained the following results: the aspect of fairnes on Goverment Regulation No. 46 of 2013 application in point of view the small, micro, and medium enterprises taxpayer focused on exchange fairness, administrative fairness, and personal fainess, meanwhile the aspect of fairnes on Goverment Regulation No. 46 of 2013 application in point of view the academics more focused on general fairness dan administrative fairness.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENYATAAN
ABSTRAK... .... i
ABSTRACT... ... ii
KATA PENGANTAR... ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Fokus Penelitian ... 13
1.3 Rumusan Masalah ... 13
1.4 Tujuan Penelitian ... 14
1.5 Manfaat Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keadilan. ... 16
(4)
2.2 Teori Keadilan... ... 17
2.2.1 Equity Theory ……… ... 17
2.2.2 Distributive Justice Theory ……… ... 19
2.2.3 Procedural Justice Theory ……….... ... 23
2.2.4 Social Justice Theory ……… .... 24
2.3 Teori Pemungutan Pajak ……… ... 26
2.4 Prinsip Pemungutan Pajak ... 30
2.4.1 Equality/Equity ……… ... 30
2.4.2 Certainty ……… ... 34
2.4.3 Convenience of Payment ………... ... 35
2.4.4 Low Cost of Collection ………... ... 36
2.4.5 Revenue Productivity ………... ... 40
2.5 Pendekatan Pajak ... ... 41
2.6 Dimensi Keadilan... ... 47
2.6.1 General Fairness ... .... 50
2.6.2 Exchange Fairness ... ... 51
2.6.3 Horizontal Fairness ... ... 52
2.6.4 Vertical Fairness ... .... 53
2.6.5 Reributive Fairness ... ... 54
2.6.6 Personal Fairness ... ... 56
2.6.7 Administrative Fairness ... .... 57
2.7 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013... .... 58
(5)
2.7.2 Dasar Perhitungan dan Pengenaan Tarif... ... 60
2.8 Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)... ... 61
2.8.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah……… .... 61
2.8.2 Pajak bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah... .... 62
2.9 Akademisi... ... 62
2.10 Penelitian Terdahulu... ... 63
2.11 Kerangka Teoritis... ... 69
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 74
3.2 Populasi dan Sampel ... 76
3.3 Sumber Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data... ... 78
3.4 Instrumen Penelitian... ... 79
3.5. Konsep Penelitian... ... 80
3.6 Teknik Analisis Data... ... 81
3.7 Rencana Pengujian Keabsahan Data... ... 82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Aspek Keadilan Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam Pandangan Wajib Pajak... ... 88
4.1.1 General Fairness... .... 89
4.1.2 Exchange Fairness... 91
(6)
4.1.4 Vertical Fairness... ... 94
4.1.5 Retributive Fairness... 97
4.1.6 Personal Fairness... .... 100
4.1.7 Administrative Fairness... .... 101
4.2 Analisis Aspek Keadilan Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam Pandangan Akademisi... ... 105
4.2.1 General Fairness... .... 106
4.2.2 Exchange Fairness... .... 112
4.2.3 Horizontal Fairness... .... 115
4.2.4 Vertical Fairness... .... 117
4.2.5 Retributive Fairness... .... 120
4.2.6 Personal Fairness... ... 123
4.2.7 Administrative Fairness... .... 126
4.3 Analisis Hal-Hal Yang Dinilai Menghambat Dalam Mewujudkan Keadilan Dalam Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. ... 131
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... ... 135
5.2 Saran... .... 137
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Tabel Penerimaan Negara ... 3
Tabel 1.2 : Tabel Kontribusi UMKM terhadap PDB dan Potensi Penerimaan Pajak dari UMKM ... 5
Tabel 1.3 : Tabel Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013...………….…... 7
Tabel 2.1 :Tabel Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah... 61
Tabel 2.2 : Tabel Penelitian Terdahulu... 67
Tabel 3.1 : Tabel Konsep Penelitian... 81
Tabel 4.1 : Tabel Informasi Narasumber Wajib Pajak... 88
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Teoritis... 72 Gambar 3.1 : Situasi Sosial ... 76 Gambar 3.2 : Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif ... 83
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Pedoman Wawancara
Lampiran B : Hasil Wawancara Wajib Pajak UMKM Lampiran C : Hasil Wawancara Wajib Pajak Akademisi
Lampiran D : Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Lampiran E : Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013 Tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Berdasarkan Peredaran Bruto Tertentu.
Lampiran F : Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Yang Dikenai Pajak Penghasialn Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Lampiran G : Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-42/PJ/ 2013 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
(10)
Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Lampiran H : Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ/2014 Tentang Penegasan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Lampiran I : Surat Izin Penelitian dan Pengumpulan Data
Lampiran J : Surat Pemberian Izin Riset dan Nota Dinas Pemberitahuan Pemberian Izin Riset
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang digunakan sebagai modal Negara untuk menjalankan roda pemerintahan. Pajak berasal dari rakyat dan merupakan sumber terpenting sebagai penghasilan bagi Negara. Indonesia termasuk sebagai negara ekonomi yang sedang berkembang. Saat ini Indonesia mengalami berbagai permasalahan ekonomi. Meningkatnya pengeluaran Negara untuk biaya rutin pegawai, beratnya subsidi bahan bakar minyak, tuntutan pembiayaan pendidikan dan kesehatan oleh Negara yang semakin tinggi, serta pembangunan infrastruktur Negara yang sangat mendesak untuk direalisasikan dan hal-hal lainnya mengharuskan pemerintah mencari terobosan sumber pendanaan dari pajak untuk membiayai keperluan Negara.
Pada umumnya negara mempunyai sumber-sumber penghasilan yang terdiri dari bumi, air dan kekayaan alam, pajak-pajak, bea dan cukai, penerimaan negara bukan pajak, hasil perusahaan Negara, dan sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman (Bohari, 2012:11). Penerimaan tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan Negara. Termasuk didalamnya untuk membiayai kepentingan masyarakat umum seperti kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Lebih lanjut lagi menurut Simanjuntak dan Mukhlis (2012:56) Pajak dianggap sebagai alat fiskal yang sangat kuat untuk mencapai target
(12)
ekonomi. Bagi Indonesia tujuan ekonominya antara lain pertumbuhan ekonomi,
full employment, stabilisasi, dan juga distribusi pendapatan dan kekayaan yang
lebih adil.
Dalam negara modern, tiap-tiap pemungutan pajak membawa kewajiban untuk meninggikan kesejahteraan umum. Negara memungut pajak membawa konsekuensi bahwa Negara mutlak harus berusaha meninggikan kesejahteraan masyarakat (Bohari, 2012:22). Pengenaan pajak merupakan kekuasaan dari Negara, karena itu harus disertai dengan pengabdian pada masyarakat untuk mencapai kesejahteraan umum. Hal ini yang akan memunculkan keadilan.
Dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan pajak sebagai kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak diharapkan dapat menjadi solusi terbaik untuk mendanai pembangunan dan operasional Negara sehingga dapat mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di Indonesia.
Penerimaan dari sektor lain kemungkinan dapat habis, sedangkan pajak akan selalu dapat menghasilkan selama masih ada kegiatan ekonomi yang berjalan. Karena itu penting untuk mengoptimalkan sumber pendapatan negara dari sektor pajak. Selain itu, sumber penerimaan dari pajak dapat membangun kemandirian bagi Negara untuk dapat membiayai pemerintahannya sendiri. Tercatat
(13)
penerimaan pajak dari sektor pajak dan kontribusinya terhadap penerimaan total Negara dalam kurun waktu 2009-2013 seperti pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Tabel Penerimaan Negara
Sumber : Biro Pusat Statistik berdasarkan data Departemen Keuangan Sumber Penerimaan (Dalam
Milyar Rupiah) 2009 2010 2011 2012 2013
Penerimaan Dalam Negeri 847.096 992.249 1.205.346 1.332.323 1.497.521
Penerimaan Perpajakan 619.922 723.307 873.874 980.518 1.148.365 Pajak Dalam Negeri 601.252 694.392 819.752 930.862 1.099.944 Pajak Penghasilan 317.615 357.045 431.122 465.070 538.760 Pajak Pertambahan Nilai 193.067 230.605 277.800 337.584 423.708 Pajak Bumi dan Bangunan 24.270 28.581 29.893 28.969 27.344
Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan 6.465 8.026 - 1 0 0 Cukai 56.719 66.166 77.010 95.028 104.730 Pajak Lainnya 3.116 3.969 3.928 4.211 5.402
Pajak Perdagangan
Internasional 18.670 28.915 54.122 49.656 48.421 Bea Masuk 18.105 20.017 25.266 28.418 30.812 Pajak Ekspor 565 8.898 28.856 21.238 17.609
Penerimaan Bukan Pajak 227.174 268.942 331.472 351.805 349.156
Penerimaan Sumber Daya
Alam 138.959 168.825 213.823 225.844 203.730 Bagian Laba BUMN 26.050 30.097 28.184 30.798 36.456
Penerimaan Bukan Pajak
Lainnya 53.796 59.429 69.361 73.459 85.471
Pendapatan Badan Layanan
Umum 8.369 10.591 20.104 21.704 23.499
Hibah 1.667 3.023 5.254 5.787 4.484
Jumlah 848.763 995.272 1.210.600 1.338.110 1.502.005 TAX RATIO 69,77% 67,71% 69,57% 73,23% 70,84%
(14)
Dalam website resmi Direktorat Jenderal Pajak disebutkan misi dari Direktorat Jenderal Pajak selaku institusi pemerintah penghimpun pajak negara bertugas untuk menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan sesuai Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat.
Direktorat Jenderal Pajak terus menerus berupaya melakukan kebijakan, program kerja dan sosialisasi yang lebih baik untuk mendorong wajib pajak agar dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai aturan perpajakan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan tidak hanya pendapatan negara, tapi juga meningkatkan transparansi perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak berupaya menggali potensi pajak dengan melakukan ekstensifikasi atau perluasan objek pajak. Salah satu potensi pajak yang Direktorat Jendral Pajak lihat dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Sektor UMKM memang memiliki nilai omzet dan laba yang lebih kecil dibandingkan perusahaan-perusahaan besar, namun jumlah UMKM di Indonesia sangat besar dan kontribusinya nyata bagi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data Kementrian Koperasi UMKM dan Direktorat Jenderal Pajak yang diolah dalam penelitian Rahmatullah (2013) UMKM memberi kontribusi kurang lebih 57% dari total PDB. Sedangkan kontribusi pajak dari UMKM hanya sebesar 0.5% dari total penerimaan pajak, perinciannya disajikan dalam tabel berikut ini:
(15)
Tabel 1.2
Tabel Kontribusi UMKM terhadap PDB dan Potensi Penerimaan Pajak dari UMKM
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Direktorat Jenderal Pajak (2011-2012).
Ketidakberimbangan kontribusi UMKM tersebut merupakan suatu indikasi bahwa tingkat ketaatan UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah. Hal ini menjadi penting dan mendesak untuk diatur kewajiban perpajakannya. Untuk mendorong pemenuhan kewajiban perpajakan serta mendorong kontribusi penerimaan negara dari sektor UMKM, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 dikeluarkan yang mulai berlaku efektif sejak Juli 2013. Peraturan ini didasarkan pada pertimbangan perlunya kesederhanaan dalam pemungutan pajak, berkurangnya beban administrasi baik wajib pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Wajib pajak yang memenuhi ketentuan masuk dalam kategori diharapkan lebih mudah dalam menghitung. menyetor, dan melaporkan kewajiban perpajakannya.
Kontribusi UMKM terhadap PDB Rp. 1.214.73 Triliun atau 58,17% Jumlah Unit Usaha 55 Juta Unit Usaha
Tenaga kerja yang Diserap 101 Juta Orang atau 96.18%
Penerimaan Pajak dari UMKM Rp. 65.102 Miliar atau 0.54% dari total kotribusi UMKM terhadap PDB
Potensi Penerimaan Pajak dari Sektor UMKM
(16)
Pemerintah menerapkan aturan ini dan membedakan perlakuan perpajakan bagi UMKM intinya untuk memberikan kemudahan melaksanakan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak UMKM sesuai tujuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 ditujukan terutama untuk kesederhanaan dan pemerataan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak berupaya mempermudah perhitungan kewajiban pajak yang harus dibayar wajib pajak, tidak perlu melakukan penghitungan laba karena dasar pemajakan berdasarkan omzet.
Kota Bandung dikenal sebagai salah satu kota di Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Sumber daya alam dan sumber daya manusia beserta sarana dan prasarana mendukung apalagi dengan pesatnya perkembangan ekonomi kreatif saat ini mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Usaha mikro kecil dan menengah di kota Bandung menjadi salah satu bidang yang diperhatikan oleh Pemerintah Kota Bandung, dalam Harian Tempo Edisi 30 Mei dalam judul artikel Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Meningkat menurut Kepala Bank Indonesia Jawa Barat dan Banten, Dian Ediana Rae di awal triwulan 2013 pertumbuhan ekonomi meningkat dari 5.5% menjadi 5.9%. Selain karena kondisi demand yang solid baik domestik maupun impor, pertumbuhan kredit juga meningkat dengan resiko kredit yang menurun. UMKM unggulan di kota Bandung meliputi usaha kacang tanah, budidaya ikan hias, pakaian jadi, wisata religi, bimbingan belajar dan angkutan kota. Namun tidak menutup kemungkinan daftar UMKM unggulan kota Bandung akan bertambah. Jumlah
(17)
UMKM di kota Bandung mencapai 8.7 juta unit di tahun 2013 dan menyerap hampir 14 ribu tenaga kerja. Dengan pertumbuhan yang semakin baik ini pemerintah ingin meningkatkan lagi peran UMKM yang ada di Jawa Barat, khususnya kota Bandung.
Namun berkembangnya UMKM tidak berbanding lurus dengan pendapatan pajak dari sektor UMKM, jumlah Wajib Pajak terdaftar yang rutin melakukan kewajiban perpajakannya pun hanya mencapai 11%. Rincian jumlah wajib pajak yang memiliki kewajiban perpajakan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 setiap Kantor Pelayanan Pajak sebagai berikut:
Tabel 1.3
Tabel Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013
Kode KPP Jumlah Wajib Pajak
Terdaftar
Jumlah Wajib Pajak Rutin Lapor
Kontribusi Penerimaan Tahun 2013
405 6.639 769 1.046.202.753
406 4.449 342 599.435.042
409 1.960 267 490.251.688
421 5.021 638 1.819.861.463
422 7.351 770 4.812.931.983
423 10.325 1.102 2.808.518.641
424 7.437 948 4.464.033.823
425 5.212 529 911.623.905
428 5.997 609 3.531.883.209
429 5.472 1.250 1.784.395.808
441 38 16 33.902.067
442 3.645 141 176.214.151
443 3.555 445 600.737.842
444 2.899 267 1.013.246.745
445 4.819 459 1.830.834.429
446 2.596 226 421.299.608
(18)
Dalam penelitian Suhairi (2004) menyebutkan umumnya UMKM di Indonesia belum menggunakan informasi akuntansi secara maksimal dalam pengelolaan usahanya. Oleh karena itu, pemerintah melakukan bentuk pendekatan pengenaan pajak yang yang pelakunya masih memiliki keterbatasan kemampuan administrasi dan pembukuan. Untuk itu perlu ada design pemajakan khusus, dengan tujuan meminimalisir cost of compliance. Apalagi UMKM biasanya tidak terlalu memahami perpajakan secara mendetail.
UMKM biasanya pada skala sangat kecil umumnya tidak memperhatikan pajaknya sama sekali, sedangkan usaha kecil yang sudah lebih berkembang umumnya lebih memiliki pencatatan dan administrasi walau masih sederhana. Direktorat Jendral Pajak berupaya mengakomodir dari keterbatasan sumber daya UMKM ini dengan menerapkan aturan yang lebih sederhana secara perhitungan, penyetoran dan pelaporan dibandingkan menggunakan aturan pajak badan biasa yang akan menyulitkan wajib pajak.
Sekilas nampak menjadi lebih sederhana dan mudah namun aturan ini rupanya sepertinya tidak dianggap sebagai solusi terbaik bagi Wajib Pajak. Timbul pro dan kontra atas diberlakukannya aturan ini, banyak wajib pajak terutama wajib pajak UMKM yang banyak terkena efeknya mengeluhkan penerapan aturan ini.
Dalam Harian Tempo Edisi 16 Desember 2013 dalam judul artikel Aturan Pajak Penghasilan Bagi UKM Akan Dikaji Lagi, Daeng M Nazier selaku Ketua Komite Pengawas Perpajakan mengatakan banyak keluhan dari UKM terkait
(19)
aturan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Sepanjang tahun 2013 Daeng menerima 35 pengaduan, 50% keluhan terkait prosedur perpajakan, kemudian kode etik dan peraturan lainya. Dari sisi pengusaha Mursalin selaku Ketua Asosiasi Ekspedisi Pesawat Udara Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar mengatakan perhitungan pajak bagi usaha jasa selama ini berdasarkan harga pokok, padahal pendapatan dari usaha jasa berdasarkan komisi. Selain itu juga minta agar aturan lebih diperinci agar tidak merugikan pengusaha.
Dari sisi praktisi, M Khaidir Kemme selaku Ketua Asosiasi IKPI Makassar mengatakan aturan ini dapat menguntungkan juga merugikan wajib pajak. Khaidir menyarankan pemerintah untuk menunda pemberlakuan aturan ini hingga awal tahun 2014 dan menyiapkan sosialisasi yang panjang. Namun pemerintah nampaknya tidak sabar.
Artikel lain dalam harian Tempo Edisi 30 Juni 2013 dalam judul artikel Pajak UKM Beratkan Pedagang Sembako Skala Kecil. Ngadiran yang merupakan Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI) mengatakan pemberlakuan kebijakan pajak bagi pelaku usaha industri kecil dan menengah yang menjual sembako sangat memberatkan para pengusaha UKM. "Pemerintah sepertinya sudah kebingungan mencari pendapatan. Mereka bukannya mencari
income dari pengusaha-pengusaha tambang tapi malah dari pengusaha kecil,"
Menurutnya, pengenaan pajak 1 persen dari omzet tidak bisa ditoleransi. Menurut dia, keuntungan dari usaha IKM (industri kecil dan menengah) sembako belum tentu mencapai 4 persen sementara pendapatan berdagang sembako hanya
(20)
mencapai 6 persen. "Lalu diambil 1 persen dari omzet, keuntungannya dari mana? Bagaimana kita bersaing dengan pelaku UKM saat Masyarakat Ekonomi ASEAN di 2015," katanya.
Kondisi di lapangan banyak wajib pajak merasa pengenaan pajak terhadap UKM sebesar 1 persen dari omzet dinilai tidak adil bagi pengusaha UKM. Karena omzet yang mereka dapatkan belum tentu mereka benar-benar mendapat keuntungan. Jika ternyata mereka mengalami kerugian namun tetap harus membayar pajak juga, hal ini menjadi beban bagi wajib pajak. Terdapat potensi ketidakadilan karena margin UMKM yang berbeda-beda. Sejumlah pengusaha dari beberapa sektor mungkin akan senang dengan adanya aturan ini. Jika margin keuntungan yang bisa dicapai 20 persen saja, pajak yang dibayar hanya sebesar 1 persen saja. Di sisi lain, ketika omzet sudah mendekati 4,8 miliar setahun, seperti yang disyaratkan kebijakan ini, terbuka kemungkinan wajib pajak UMKM melakukan pemisahan entitas usahanya agar tetap dikenai pajak 1 persen.
Sementara di sektor lain, sejumlah pengusaha kecil yang memiliki margin laba lebih rendah justru terbebani. Besarnya pajak yang harus dibayar dengan tarif 1 persen jauh lebih besar daripada menggunakan tarif Pasal 17. Belum lagi penerapan peraturan baru di pertengahan tahun menimbulkan banyak pemahaman yang berbeda untuk pembayaran pajak dan pembuatan SPT.
Kegiatan ekonomi wajib pajak UMKM sudah terbebani dengan beragam biaya usaha. Pajak juga menjadi salah satu perhitungan wajib pajak sebagai komponennya dalam menetapkan harga jual barang/jasa yang diproduksinya.
(21)
Dampaknya harga produk menjadi lebih mahal dan tidak dapat bersaing. Apalagi seperti kata Pak Ngadiran, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia dalam menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN di tahun 2015 dikhawatirkan akan membuat UMKM lebih sulit lagi untuk berkembang.
Lebih luas lagi masyarakat akan berpikir dua kali untuk membuat usaha jika banyak dipersulit. Banyak orang yang akan lebih memilih bekerja daripada membangun usaha. Hal ini salah satu faktor yang membuat jumlah usahawan di Indonesia masih sangat minim, padahal dengan banyaknya lapangan usaha dapat mendorong penurunan angka pengangguran. Dampak secara keseluruhan berpengaruh bagi kemajuan perekonomian Indonesia.
Dari pihak Direktorat Jenderal Pajak sendiri membantah pengenaan pajak untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak berazaskan keadilan. Dalam Harian Tempo Kamis, 27 Juni 2013 disebutkan Kepala Seksi Hubungan Eksternal Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Chandra Budi, mengatakan “Sepanjang pelaku usaha UKM memenuhi syarat subjektif dan objektif sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perpajakan, maka mereka wajib menjadi wajib pajak dan menjalankan kewajiban perpajakannya, yaitu membayar dan melaporkan pajak terutang”. Menurutnya karakteristik UKM dalam usahanya tidak melakukan pembukuan, namun berbasis pada transaksi tunai membuat sektor tersebut tidak bankable dan creditable. “Maka penerbitan PP Nomor 46 Tahun 2013 dapat dikatakan sebagai bentuk kesederhanaan atau kemudahan bagi wajib pajak dengan peredaran bruto (omzet) dibawah Rp 4,8M atau lebih dikenal
(22)
katanya. Menurut Chandra, sebagian besar pelaku UKM saat ini tidak melakukan pembukuan sehingga kesulitan menghitung laba rugi dengan tepat. Oleh karena itu, dilakukan deemed (penentuan) atas biaya-biaya pengurang penghasilan bruto dalam perhitungan pajaknya. "Sehingga penentuan tarif 1 persen dari omzet sudah memperhitungkan perhitungan rugi laba wajib pajak."
Selain itu, PP 46 Tahun 2013 ini juga memberikan insentif lain berupa tarif pajak yang lebih rendah daripada tarif normal (sesuai dengan Pasal 17 UU PPh). "Perhitungan sederhananya, dengan asumsi rata-rata laba UKM berkisar 7 persen dari omzet, maka tarif 1 persen berdasarkan omzet tersebut hanya akan setara dengan 14,3 persen dari laba usaha, tarif ini lebih kecil daripada tarif sesuai dengan Pasal 17 UU PPh sebesar 25 persen untuk wajib pajak badan atau 15 persen untuk wajib pajak orang pribadi dengan laba antara Rp 50 juta hingga Rp 250 juta setahun. Oleh karena itu, tidak benar pengenaan pajak bagi UKM melanggar keadilan, tetapi justru memberikan kemudahan dan insentif bagi pelaku UKM dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya."
Pro dan kontra dalam hal keadilan terhadap peraturan ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan riset mengenai permasalahan yang timbul dari penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dan mengkajinya ke dalam tesis yang berjudul
”ASPEK KEADILAN PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 DALAM PANDANGAN WAJIB PAJAK UMKM DAN AKADEMISI (Studi Wajib Pajak UMKM di Kota Bandung)”.
(23)
1.2Fokus Penelitian
Peneliti melakukan pengamatan secara umum pada wajib pajak UMKM yang secara aktif melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 secara rutin (activity) selama beberapa bulan setelah diterapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada Juli 2013. Peneliti kemudian menetapkan beberapa kriteria wajib pajak dan kriteria akademisi di bidang perpajakan yang akan dijadikan objek penelitian (actor). Penelitian ini mengambil objek pajak UMKM maka dilakukan di KPP Pratama di Kota Bandung (place). Fokus penelitian diarahkan terutama pada aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti menentukan rumusan masalah yang akan diteliti dan dikaji lebih mendalam adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam pandangan Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Bandung?
2. Bagaimana aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam pandangan Akademisi di Kota Bandung?
3. Bagaimana pandangan Wajib Pajak dan pandangan Akademisi mengenai hal-hal yang dinilai menghambat dalam mewujudkan keadilan dalam penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013?
(24)
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menganalisis dan memberikan penjelasan mengenai aspek-aspek keadilan dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak, dengan tujuan:
1. Untuk menganalisis aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam pandangan Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Bandung.
2. Untuk menganalisis aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam pandangan Akademisi di Kota Bandung.
3. Untuk menganalisis hal-hal yang menurut pandangan Wajib Pajak dan pandangan Akademisi dinilai menghambat dalam mewujudkan keadilan dalam penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi akademis maupun praktis dalam memandang masalah keadilan dalam perpajakan di Indonesia.
1. Manfaat Akademis
Bagi akademisi penelitian ini bisa digunakan sebagai alternatif informasi ilmiah mengenai aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan bisa menjadi bahan referensi yang berniat melakukan penelitian sejenis atau lebih lanjut mengenai masalah ini. Selain itu diharapkan kajian ini
(25)
dapat memberikan pemahaman kepada wajib pajak UMKM atas hak dan kewajiban perpajakan yang terkait dirinya selaku Warga Negara dan Wajib Pajak.
2. Manfaat Praktis
Bagi praktisi penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemikiran untuk dapat membawa perpajakan Indonesia kearah yang lebih baik. Terutama diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam menentukan kebijakan kewajiban pajak dalam mencapai nilai keadilan dalam sistem perpajakan.
(26)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dalam pandangan wajib pajak UMKM dan akademisi di Kota Bandung, maka penulis menarik simpulan dan memberikan saran sebagai berikut:
5.1 Simpulan
1. Aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 menurut dalam pandangan wajib pajak lebih terfokus pada exchange
fairness, administrative fairness, dan personal fainess. Wajib pajak merasa
adil jika mendapatkan manfaat sebanding dengan kewajiban perpajakan yang dilakukannya berupa fasilitas kemudahan bagi usahanya dan juga fasilitas publik. Selain itu aspek keadilan dari segi administrasi juga lebih diperhatikan wajib pajak karena tidak ingin dipersulit lebih jauh mengenai cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan perpajakan. Hal ini sesuai dengan kepentingan dari wajib pajak sendiri yang hanya untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, karena bisnis atau usaha yang dijalankan sekarang sudah menyita perhatian mereka, jadi mereka lebih memilih aturan yang sederhana.
2. Aspek keadilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 menurut pandangan akademisi banyak terfokus pada hal-hal yang lebih mendetail seperti pada general fairness dan administrative fairness. Karena
(27)
perbedaan pengetahuan dan kepentingan akademisi memandang keadilan yang tidak terbatas seperti wajib pajak tapi memandang dari berbagai sudut pandang baik kepentingan masyarakat dan pemerintah. Terlepas dari belum meratanya fasilitas publik yang diterima masyarakat dari hasil pajak, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini akademisi mengkritisi aturan ini dipaksakan kepada wajib pajak padahal masih ada aturan-aturan lain yang dapat digunakan wajib pajak. Terlebih perbedaan kondisi setiap wajib pajak juga turut membuat peraturan ini tidak bisa dilakukan sama rata seperti sekarang ini. Pelaksanaan aturan ini juga dinilai akademisi membuat hak wajib pajak tidak dapat dipenuhi berupa kompensasi kerugian dan pemajakan berganda akibat pemotongan PPh Pasal 23. Selain itu kinerja Direktorat Jenderal Pajak sendiri menjadi tidak efektif dan efisien karena permasalahan dalam administrasi dan tidak sebanding dengan pendapatan pajak dari UMKM.
3. Hal-hal yang dinilai menghambat dalam mewujudkan keadilan dalam penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 sebagai berikut: a. Ketidakpercayaan wajib pajak atas pemanfaatan uang hasil pajak bagi
pembangunan negara.
b. Belum adanya manfaat yang terasa berupa fasilitas dan insentif memadai bagi wajib pajak, khususnya wajib pajak UMKM.
c. Aturan turunan yang berisi tata cara dan petunjuk teknis menjalankan kewajiban pembayaran pajak yang banyak dan sulit dipahami wajib pajak.
(28)
d. Pemberlakuan aturan di tengah tahun pajak menimbulkan kebingungan pada wajib pajak dalam menghitung dan melaporkan pajaknya dengan dua aturan pada satu tahun pajak yang sama.
e. Sosialisasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dirasa kurang bagi wajib pajak jika kemungkinan ada masalah-masalah yang mungkin timbul akibat aturan ini.
f. Adanya indikasi ketidaksesuaian Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dengan aturan UU Pajak Penghasilan terkait dapat digunakannya norma bagi wajib pajak orang pribadi dan kewajiban pembukuan bagi wajib pajak badan. Walaupun dalam satu kisaran jumlah omzet yang sama tetapi kondisi setiap wajib pajak berbeda-beda, namun semua seperti diharuskan menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.
g. Adanya hak-hak wajib pajak yang tidak dipenuhi seperti kompensasi kerugian dan pemajakan berganda dari pemotongan PPh Pasal 23.
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa hasil yang diperoleh dalam tesis ini bukanlah suatu hasil yang mutlak, adanya kelemahan dan keterbatasan dalam penelitian ini dalam prosesnya. Selain itu mengingat penelitian ini merupakan penelitian sosial yang hasilnya dapat berubah mengikuti perkembangan perpajakan kedepan. Namun semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk memahami perpajakan di Indonesia.
(29)
Secara garis besar penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 telah dilaksanakan, namun terdapat beberapa hal yang dinilai menghambat dalam mewujudkan keadilan dari aturan ini. Oleh karena itu mencoba menghimpun dan mengajukan beberapa saran bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan untuk menggunakan studi ini sebagai referensi informasi. Adapun saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :
1. Saran untuk akademisi yang tertarik untuk meneliti masalah serupa disarankan untuk memperluas cakupan penelitian agar lebih bisa menggambarkan kondisi secara umum atau meneliti pada aturan perpajakan yang lain agar dapat menjadi penelitian lebih lanjut mengenai aspek keadilan dalam perpajakan di Indonesia.
2. Saran untuk praktisi, yakni pihak yang terkait dalam perpajakan Indonesia antara lain wajib pajak untuk lebih aktif dalam memperhatikan aturan-aturan perpajakan agar dapat menjalankan kewajiban perpajakannya dengan baik. Kemudian pihak akademisi untuk terus memberikan informasi dan pembinaan kepada wajib pajak untuk mempermudah pemahaman wajib pajak. Selain itu adapula beberapa saran bagi pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak unutk mencapai pajak yang adil bagi masyarakat: a. Menciptakan pemerintahan yang transparan dalam penggunaan uang
hasil pajak kepada masyarakat. Hal yang dapat dilakukan dengan mempublikasikan penerimaan dan pengeluaran negara kepada masyarakat luas sehingga masyarakat dapat mengetahui dan menilai pengelolaan dana yang dipungut dari mereka.
(30)
b. Memberikan timbal balik bagi wajib pajak UMKM yang sudah berkontribusi pada perekonomian negara dan melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik. Hal yang dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas kepada wajib pajak berupa kemudahan perizinan usaha dan kredit bagi usaha UMKM. Insentif pajak bagi UMKM dengan beberapa kriteria seperti usaha UMKM yang dapat melakukan ekspor, hasil kerajinan yang melestarikan budaya daerah, penggunaan tenaga kerja penduduk setempat yang membantu mengurangi pengangguran, dan lainnya agar UMKM dapat lebih bersaing.
c. Dalam menjelaskan peraturan hendaknya dibuat dengan bahasa yang lebih dapat dipahami wajib pajak. Kemudian perlu juga untuk menghimpun dan mengkodefikasi semua peraturan yang ada agar lebih mudah memperoleh informasi peraturan dan memahaminya. Selain itu akan lebih baik dibuat mekanisme institusi untuk mengurangi frekuensi amandemen peraturan.
d. Menghindari menerapkan peraturan di tengah tahun saat aturan lain sedang berlangsung agar tidak mempersulit catatan dan perhitungan wajib pajak.
e. Direktorat Jenderal pajak dapat melakukan sosialiasi dengan cara yang lebih dapat diterima wajib pajak melalui berbagai media dalam rangka memberikan pelayanan pembinaan kepada wajib pajak.
f. Dalam membuat kebijakan baru hendaknya mengacu pada substansi yang jelas kepada wajib pajak mana yang akan dikenakan beserta dampaknya,
(31)
misalnya dalam Peraturan Pemerintah Tahun 2013 ini perlu diperjelas dan diperbaiki agar tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 lebih baik diperlakukan sebagai salah satu opsi bagi wajib pajak Setiap aturan yang akan digunakan wajib pajak harus diajukan sebelumnya terlebih dahulu kepada otoritas pajak beserta alasannya sehingga telah ada kesepakatan bahwa wajib pajak telah memahami aturan yang akan dilakukannya beserta konsekuensi yang menyertainya
g. Dengan memberikan Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun 2013 sebagai opsi wajib pajak yang memang benar rugi dapat melakukan kompensasi kerugian sesuai haknya. Selain itu diharapkan pemberian SKB pada wajib pajak yang menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dapat dilakukan secara otomatis atau paling tidak pengajuannya tidak per transaksi sehingga tidak menambah beban bagi wajib pajak dan petugas pajak.
(32)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bohari. 2012. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta: PT. Rajagrafino Persada.
Cooper, Donald and Pamela Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. 2008. Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan Konsep Teori dan Isu. Jakarta: Prenada Media Group
Manurung, Rosida Tiurma. 2009. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Jendela Mas Pustaka.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ortax. 2012. Susunan Dalam Satu Naskah 9 Undang-Undang Perpajakan. Ortax. Jakarta: PT. Integral Data Prima.
Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Siauw Jan, Tjia. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi Wajib
Pajak. Bandung: PT. Alumni.
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi
Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Smith, Adam. An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations: An
Electronic Classics Series Publication. 2005. Pennsylvania: Pennsylvania State
University
Soemitro, Rochmat dan Dewi Kania Sugiharti. 2004. Asas dan Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama.
(33)
Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Widodo, Widi dan Dedy Djefris. 2008. Tax Payer’s Right. Bandung: Alfabeta
SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI
Azmi, Anna A. Che and Kamala A. Perumal. 2008. Tax Fairness Dimensions in An
Asian Context: The Malaysian Perspective, International review of Business Research Papers. Vol 4 No. 5 p11-19.
Fanani, Ahmad Zaenal. 2008. Teori Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum dan
Islam. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Gerbing. 1988. An Empirical Study of Taxpayers Perceptions of Fairness.
Nurpratiwi, Anisa, Muhammad Saifi dan Otto Budihardjo. 2014. Analisis Persepsi
Wajib Pajak Pemilik UMKM Terhadap Penetapan Kebijakan Pajak Penghasilan Final Sesuai Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 (Studi pada KPP Pratama Malang Utara). Malang: Universitas Brawijaya.
Rahmatullah, Tantan. 2013. Persepsi Pelaku Usaha Menengah Atas Mekanisme Pajak
Penghasilan (Studi Fenomenologis: Usaha Menengah Sektor Industri Makanan dan Pakaian di Kota Bandung). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Resyniar, Gandhys. 2013. Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Terhadap Penerapan PP. 46 Tahun 2013.
Saad, Natrah. 2011. Fairness Perceptions and Compliance Behaviour: Taxpayer’s
Judgements in Self Assessment Environments.
Setyaningsih, Titik dan Ahmad Ridwan.2013. Persepsi Wajib Pajak UMKM Terhadap
Kecenderungan Negosiasi Kewajiban Membayar Pajak Terkait Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Simposium Nasional Perpajakan 4.
Suhairi. 2004. Overload Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan Analisis Teknik Serta
Prosedur Akuntansi Untuk Pengembangan Penerapan Akuntansi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Padang: Simposium Nasional Akuntansi 9.
Syahdan, Saifhul Anwar dan Asfida Parama Rani. 2013. Dimensi Keadilan Atas
Pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak.
(34)
PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Yang Dikenai Pajak Penghasialn Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013 Tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Berdasarkan Peredaran Bruto Tertentu.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Yang Dikenai Pajak Penghasialn Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu..
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ/2014 Tentang Penegasan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-42/PJ/ 2013 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
INTERNET
Biro Pusat Statistik. Penerimaan Negara 2008-2014. http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 4 Oktober 2014.
Teresia, Ananda. 2013. Pajak UKM Beratkan Pedagang Sembako Skala Kecil. http://www.tempo.co/read/news/2013/06/30/090492321/Pajak-UKM-Beratkan-Pedagang-Sembako-Skala-Kecil. Diakses tanggal 28 November 2014.
Wijaya, Angga Sukma. 2013. Ditjen Pajak: Pajak UKM Mudahkan Pelaku Usaha. http://www.tempo.co/read/news/2013/06/27/090491653/Ditjen-Pajak-Pajak-UKM-Mudahkan-Pelaku-Usaha. Diakses tanggal 28 November 2014.
(1)
Secara garis besar penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 telah dilaksanakan, namun terdapat beberapa hal yang dinilai menghambat dalam mewujudkan keadilan dari aturan ini. Oleh karena itu mencoba menghimpun dan mengajukan beberapa saran bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan untuk menggunakan studi ini sebagai referensi informasi. Adapun saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :
1. Saran untuk akademisi yang tertarik untuk meneliti masalah serupa disarankan untuk memperluas cakupan penelitian agar lebih bisa menggambarkan kondisi secara umum atau meneliti pada aturan perpajakan yang lain agar dapat menjadi penelitian lebih lanjut mengenai aspek keadilan dalam perpajakan di Indonesia.
2. Saran untuk praktisi, yakni pihak yang terkait dalam perpajakan Indonesia antara lain wajib pajak untuk lebih aktif dalam memperhatikan aturan-aturan perpajakan agar dapat menjalankan kewajiban perpajakannya dengan baik. Kemudian pihak akademisi untuk terus memberikan informasi dan pembinaan kepada wajib pajak untuk mempermudah pemahaman wajib pajak. Selain itu adapula beberapa saran bagi pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak unutk mencapai pajak yang adil bagi masyarakat: a. Menciptakan pemerintahan yang transparan dalam penggunaan uang
hasil pajak kepada masyarakat. Hal yang dapat dilakukan dengan mempublikasikan penerimaan dan pengeluaran negara kepada masyarakat luas sehingga masyarakat dapat mengetahui dan menilai pengelolaan dana yang dipungut dari mereka.
(2)
b. Memberikan timbal balik bagi wajib pajak UMKM yang sudah berkontribusi pada perekonomian negara dan melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik. Hal yang dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas kepada wajib pajak berupa kemudahan perizinan usaha dan kredit bagi usaha UMKM. Insentif pajak bagi UMKM dengan beberapa kriteria seperti usaha UMKM yang dapat melakukan ekspor, hasil kerajinan yang melestarikan budaya daerah, penggunaan tenaga kerja penduduk setempat yang membantu mengurangi pengangguran, dan lainnya agar UMKM dapat lebih bersaing.
c. Dalam menjelaskan peraturan hendaknya dibuat dengan bahasa yang lebih dapat dipahami wajib pajak. Kemudian perlu juga untuk menghimpun dan mengkodefikasi semua peraturan yang ada agar lebih mudah memperoleh informasi peraturan dan memahaminya. Selain itu akan lebih baik dibuat mekanisme institusi untuk mengurangi frekuensi amandemen peraturan.
d. Menghindari menerapkan peraturan di tengah tahun saat aturan lain sedang berlangsung agar tidak mempersulit catatan dan perhitungan wajib pajak.
e. Direktorat Jenderal pajak dapat melakukan sosialiasi dengan cara yang lebih dapat diterima wajib pajak melalui berbagai media dalam rangka memberikan pelayanan pembinaan kepada wajib pajak.
f. Dalam membuat kebijakan baru hendaknya mengacu pada substansi yang jelas kepada wajib pajak mana yang akan dikenakan beserta dampaknya,
(3)
misalnya dalam Peraturan Pemerintah Tahun 2013 ini perlu diperjelas dan diperbaiki agar tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 lebih baik diperlakukan sebagai salah satu opsi bagi wajib pajak Setiap aturan yang akan digunakan wajib pajak harus diajukan sebelumnya terlebih dahulu kepada otoritas pajak beserta alasannya sehingga telah ada kesepakatan bahwa wajib pajak telah memahami aturan yang akan dilakukannya beserta konsekuensi yang menyertainya
g. Dengan memberikan Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun 2013 sebagai opsi wajib pajak yang memang benar rugi dapat melakukan kompensasi kerugian sesuai haknya. Selain itu diharapkan pemberian SKB pada wajib pajak yang menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dapat dilakukan secara otomatis atau paling tidak pengajuannya tidak per transaksi sehingga tidak menambah beban bagi wajib pajak dan petugas pajak.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bohari. 2012. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta: PT. Rajagrafino Persada.
Cooper, Donald and Pamela Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. 2008. Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan Konsep Teori dan Isu. Jakarta: Prenada Media Group
Manurung, Rosida Tiurma. 2009. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Jendela Mas Pustaka.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ortax. 2012. Susunan Dalam Satu Naskah 9 Undang-Undang Perpajakan. Ortax. Jakarta: PT. Integral Data Prima.
Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Siauw Jan, Tjia. Pengadilan Pajak: Upaya Kepastian Hukum dan Keadilan Bagi Wajib
Pajak. Bandung: PT. Alumni.
Simanjuntak, Timbul Hamonangan dan Imam Mukhlis. 2012. Dimensi Ekonomi
Perpajakan Dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Smith, Adam. An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations: An
Electronic Classics Series Publication. 2005. Pennsylvania: Pennsylvania State
University
Soemitro, Rochmat dan Dewi Kania Sugiharti. 2004. Asas dan Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama.
(5)
Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Widodo, Widi dan Dedy Djefris. 2008. Tax Payer’s Right. Bandung: Alfabeta
SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI
Azmi, Anna A. Che and Kamala A. Perumal. 2008. Tax Fairness Dimensions in An
Asian Context: The Malaysian Perspective, International review of Business Research Papers. Vol 4 No. 5 p11-19.
Fanani, Ahmad Zaenal. 2008. Teori Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum dan
Islam. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Gerbing. 1988. An Empirical Study of Taxpayers Perceptions of Fairness.
Nurpratiwi, Anisa, Muhammad Saifi dan Otto Budihardjo. 2014. Analisis Persepsi
Wajib Pajak Pemilik UMKM Terhadap Penetapan Kebijakan Pajak Penghasilan Final Sesuai Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 (Studi pada KPP Pratama Malang Utara). Malang: Universitas Brawijaya.
Rahmatullah, Tantan. 2013. Persepsi Pelaku Usaha Menengah Atas Mekanisme Pajak
Penghasilan (Studi Fenomenologis: Usaha Menengah Sektor Industri Makanan dan Pakaian di Kota Bandung). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Resyniar, Gandhys. 2013. Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Terhadap Penerapan PP. 46 Tahun 2013.
Saad, Natrah. 2011. Fairness Perceptions and Compliance Behaviour: Taxpayer’s
Judgements in Self Assessment Environments.
Setyaningsih, Titik dan Ahmad Ridwan.2013. Persepsi Wajib Pajak UMKM Terhadap
Kecenderungan Negosiasi Kewajiban Membayar Pajak Terkait Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Simposium Nasional Perpajakan 4.
Suhairi. 2004. Overload Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan Analisis Teknik Serta
Prosedur Akuntansi Untuk Pengembangan Penerapan Akuntansi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Padang: Simposium Nasional Akuntansi 9.
Syahdan, Saifhul Anwar dan Asfida Parama Rani. 2013. Dimensi Keadilan Atas
Pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak.
(6)
PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Yang Dikenai Pajak Penghasialn Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013 Tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Berdasarkan Peredaran Bruto Tertentu.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Yang Dikenai Pajak Penghasialn Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu..
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ/2014 Tentang Penegasan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-42/PJ/ 2013 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
INTERNET
Biro Pusat Statistik. Penerimaan Negara 2008-2014. http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 4 Oktober 2014.
Teresia, Ananda. 2013. Pajak UKM Beratkan Pedagang Sembako Skala Kecil. http://www.tempo.co/read/news/2013/06/30/090492321/Pajak-UKM-Beratkan-Pedagang-Sembako-Skala-Kecil. Diakses tanggal 28 November 2014.
Wijaya, Angga Sukma. 2013. Ditjen Pajak: Pajak UKM Mudahkan Pelaku Usaha. http://www.tempo.co/read/news/2013/06/27/090491653/Ditjen-Pajak-Pajak-UKM-Mudahkan-Pelaku-Usaha. Diakses tanggal 28 November 2014.