Analisis Hubungan Kontribusi dan Efektivitas Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung.

(1)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze contribution and effectivity of local tax toward regional real income and to identify relation between the number of taxpayer toward regional real income. The data for this research is covers all components of variable that is population. Contribution ratio, effectivity ratio and correlation are used in the research. The results show that BPHTB has contributed the most to the regional real income that is equal to 39.78% in 2012, while pajak reklame has highest effectiveness 139.72% in 2011. The correlation shows that the number of local taxpayers to PAD have a very weak relation and not have significant relationship.


(2)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kontribusi dan efektivitas pajak daerah (PD) terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan untuk mengidentifikasi hubungan di antara jumlah wajib pajak (WP) terhadap PAD. Data untuk penelitian ini adalah mencakup seluruh komponen dari variabel yaitu populasi. Rasio kontribusi, rasio efektivitas dan korelasi digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa BPHTB berkontribusi paling besar pada pendapatan asli daerah yaitu sebesar 39,78% pada tahun 2012, sedangkan pajak reklame memiliki efektivitas paling tinggi 139,72% pada tahun 2011. Korelasi menunjukan bahwa jumlah wajib pajak terhadap PAD mempunyai hubungan yang lemah dan tidak memiliki hubungan yang signifikan.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ··· i

HALAMAN PENGESAHAN ··· ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ··· iii

KATA PENGANTAR ··· iv

ABSTRACT ··· vi

ABSTRAK ··· vii

DAFTAR ISI ··· viii

DAFTAR GAMBAR ··· xii

DAFTAR TABEL ··· xiii

DAFTAR GRAFIK ··· xv

DAFTAR LAMPIRAN ··· xvi

BAB I PENDAHULUAN ··· 1

1.1. Latar Belakang ··· 1

1.2.Rumusan Masalah ··· 4

1.3. Tujuan Penelitian ··· 5

1.4. Manfaat Penelitian ··· 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ··· 7

2.1.Kajian Pustaka ··· 7

2.1.1. Teori Daya Beli ··· 7

2.1.2. Pajak ··· 8

2.1.2.1. Wajib Pajak ··· 9


(4)

2.1.4.1. Pajak Hotel ··· 14

2.1.4.2. Pajak Restoran ··· 15

2.1.4.3. Pajak Hiburan ··· 15

2.1.4.4.Pajak Reklame ··· 16

2.1.4.5.Pajak Penerangan Jalan ··· 17

2.1.4.6.Pajak Parkir ··· 17

2.1.4.7.Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ··· 18

2.1.4.8. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ··· 18

2.1.4.9.Pajak Air Tanah ··· 20

2.1.5.Kontribusi Pajak Daerah sebagi Sumber Pendapatan Asli Daerah ··· 20

2.1.6.Efektivitas Pajak Daerah sebagi Sumber Pendapatan Asli Daerah ··· 21

2.1.7.Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengatuhi Penerimaan Pajak Daerah ··· 22

2.1.8.Analisis Korelasi, Kontribusi, dan Efektivitas Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung ··· 22

2.2.Kerangka Pemikiran ··· 24

2.3.Pengembangan Hipotesis ··· 25

BAB III METODE PENELITIAN ··· 26

3.1. Objek Penelitian ··· 26

3.2. Metode Penelitian ··· 27

3.3. Definisi Operasional Variabel ··· 28

3.4. Sampel Data ··· 30

3.5. Teknik Pengumpulan Data ··· 31

3.6. Jenis Data ··· 32

3.7. Analisis Data ··· 33

3.7.1.Analisis Kontribusi ··· 33

3.7.2.Analisis Efektivitas ··· 34


(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ··· 38

4.1.Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung ··· 38

4.1.1. Pajak Hotel ··· 42

4.1.2. Pajak Restoran ··· 44

4.1.3. Pajak Hiburan ··· 45

4.1.4. Pajak Reklame ··· 45

4.1.5. Pajak Penerangan Jalan ··· 46

4.1.6. Pajak Parkir ··· 47

4.1.7. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ··· 48

4.1.8. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ··· 49

4.1.9. Pajak Air Tanah ··· 50

4.2. Efektivitas Pajak Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung ··· 51

4.2.1. Pajak Hotel ··· 54

4.2.2. Pajak Restoran ··· 55

4.2.3. Pajak Hiburan ··· 56

4.2.4. Pajak Reklame ··· 57

4.2.5. Pajak Penerangan Jalan ··· 58

4.2.6. Pajak Parkir ··· 59

4.2.7. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ··· 60

4.2.8. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ··· 61

4.2.9. Pajak Air Tanah ··· 62

4.3. Korelasi antara Jumlah Wajib Pajak dengan Penerimaan Pajak ··· 63

4.3.1. Hubungan Antara Pajak Daeah (BPHTB) dengan Jumlah Wajib Pajak (BPTHB) ··· 63

4.3.2. Hubungan antara Pajak Daeah (Restoran) dengan Jumlah Wajib Pajak (Restoran) ··· 64


(6)

4.4.Pembahasan Korelasi antara Jumlah Wajib Pajak Daerah Terhadap

PAD Kota Bandung ··· 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ··· 71

5.1. Kesimpulan ··· 71

5.2. Saran ··· 72

DAFTAR PUSTAKA ··· 75

LAMPIRAN ··· 78


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran ··· 24


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel ··· 28

Tabel 3.2 Klasifikasi kriteria kontribusi ··· 34

Tabel 3.3 Tabel interpretasi nilai efektivitas ··· 35

Tabel 3.4 Nilai interval koefisien korelasi ··· 36

Tabel 4.1 Kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Bandung ··· 39

Tabel 4.2 Kontribusi pajak hotel terhadap PAD Kota Bandung ··· 43

Tabel 4.3 Kontribusi pajak restoran terhadap PAD Kota Bandung ··· 44

Tabel 4.4 Kontribusi pajak hiburan terhadap PAD Kota Bandung ··· 45

Tabel 4.5 Kontribusi pajak reklame terhadap PAD Kota Bandung ··· 46

Tabel 4.6 Kontribusi pajak pajak penerangan jalan terhadap PAD Kota Bandung ··· 47

Tabel 4.7 Kontribusi pajak parkir terhadap PAD Kota Bandung ··· 48

Tabel 4.8 Kontribusi pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan terhadap PAD Kota Bandung ··· 49

Tabel 4.9 Kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap PAD Kota Bandung ··· 50

Tabel 4.10 Kontribusi pajak air tanah terhadap PAD Kota Bandung ··· 51

Tabel 4.11 Efektivitas pajak daerah sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 52

Tabel 4.12 Efektivitas pajak hotel sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 54

Tabel 4.13 Efektivitas pajak restoran sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 55


(9)

Tabel 4.14 Efektivitas pajak hiburan sebagai salah satu sumber

PAD Kota Bandung ··· 56 Tabel 4.15 Efektivitas pajak reklame sebagai salah satu sumber

PAD Kota Bandung ··· 57 Tabel 4.16 Efektivitas pajak penerangan jalan sebagai salah satu

sumber PAD Kota Bandung ··· 58 Tabel 4.17 Efektivitas pajak parkir sebagai salah satu sumber PAD

Kota Bandung ··· 59 Tabel 4.18 Efektivitas pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan

sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 60 Tabel 4.19 Efektivitas pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 61 Tabel 4.20 Efektivitas pajak air tanah sebagai salah satu sumber

PAD Kota Bandung ··· 62 Tabel 4.21 Hasil olah data Korelasi wajib pajak BPHTB terhadap

penerimaannya ··· 63 Tabel 4.22 Hasil olah data Korelasi wajib pajak restoran terhadap

penerimaannya ··· 65 Tabel 4.23 Hasil olah data Korelasi wajib pajak PPJU terhadap

penerimaannya ··· 66 Tabel 4.24 Hasil olah data Korelasi wajib pajak hotel terhadap

penerimaannya ··· 67 Tabel 4.25 Hasil olah data Korelasi wajib pajak daerah terhadap PAD ··· 68


(10)

DAFTAR GRAFIK

Halaman GRAFIK 1 Kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Bandung ··· 39 GRAFIK 2 Kontribusi masing-masing pos pajak daerah terhadap PAD

Kota Bandung ··· 42 GRAFIK 3 Efektivitas pajak daerah sebagai salah satu sumber PAD

Kota Bandung ··· 52 GRAFIK 4 Efektivitas masing-masing pajak daerah sebagai salah satu sumber PAD Kota Bandung ··· 53


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A Jumlah Wajib Pajak Daerah yang Tercatat/Terdaftar di

Kota Bandung ··· 78 LAMPIRAN B Out Put SPSS ··· 79 LAMPIRAN C Pertanyaan dan Jawaban Wawancara pada DPP

Kota Bandung ··· 81 LAMPIRAN D Surat Izin Penelitian DPP Kota Bandung ··· 86 LAMPIRAN E Surat Izin Penelitian PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem otonomi daerah yang memungkinkan setiap daerah di Indonesia mengatur sendiri pemerintahannya di tingkat daerah. Sudah sepantasnya jika pemerintah daerah memiliki wewenang dan kewajiban untuk mengurus sendiri pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai pemerintah daerah yang mengalami beberapa perubahan dalam isinya. Semenjak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu menggali potensi-potensi sumber pendapatan daerah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan daerah dan membiayai belanja daerah.

Dengan kewenangan yang dipegang oleh pemerintah daerah, potensi-potensi sumber daya dapat dimanfaatkan secara optimal karena pemerintah daerah mengetahui betul seberapa besar potensi yang ada pada daerahnya. Hal tersebut merupakan hakekat dari pemberian otonomi daerah, karena pemerintah daerah dapat dengan leluasa menggali potensi sumber daya yang ada untuk melaksanakan pembangunan di daerahnya.


(13)

BAB I PENDAHULUAN | 2

Dalam pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah, banyak sumber daya yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan hal tersebut. Salah satu sumber daya yang paling penting untuk melaksanakan pembangunan di tingkat daerah adalah ketersediaan dana. Melalui ketersediaan dana, sumber daya lain seperti tenaga kerja, peralatan, teknologi dan sumber daya lainnya dapat diperoleh dengan mudah. Undang-Undang mengenai pajak daerah dan restribusi aerah menuntut agar pemerintah daerah lebih aktif dalam menggali potensi sumber-sumber penghasilan daerah secara aktif dan mandiri untuk memperoleh pendapatan yang sesuai dengan potensi yang ada dan mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat dalam memenuhi kebutuhan.

Pajak daerah merupakan salah satu komponen penting yang menyumbang penerimaan daerah melalui pendapatan asli daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak kabupaten/kota terdiri dari sebelas jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Suatu pajak daerah dapat dipungut oleh pemerintah daerah jika terdapat potensi dari pajak itu sendiri, jika tidak terdapat potensi dari pajak tersebut maka pajak tersebut tidak dapat dipungut. Tidak terdapatnya potensi dari suatu pajak daerah bisa terjadi karena tidak terdapatnya wajib pajak terkait dengan pajak tersebut. Wajib pajak merupakan salah satu komponen penting dalam pajak karena tanpa wajib pajak, pajak tersebut tidak dapat dipungut. Jumlah dari wajib pajak yang besar menunjukan potensi dari suatu pajak daerah.


(14)

BAB I PENDAHULUAN | 3

ketersediaan dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan tersebut cukup besar dan harus dipenuhi sendiri oleh daerah kecuali pemerintah daerah mendapat bantuan dari pemerintah pusat. Pemerintah kota Bandung yang memiliki misi untuk menciptakan ekonomi yang kokoh, maju dan berkeadilan tentunya harus difasilitasi dengan pembangunan yang memadai dan pembangunan yang memadai tersebut harus didukung oleh ketersediaan dana yang kuat, maka pemerintah kota Bandung dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan daerah yang salah satunya adalah Pendapatan Asli Daerah.

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diterima daerah dari hasil pajak daerah, retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Salah satu sumber dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan adalah pajak daerah. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Arditia (2013:1) menyatakan bahwa pajak penerangan jalan paling berkontribusi untuk kota Surabaya yang memiliki rata-rata sebesar 17,25 persen dan efektifitas dari masing masing pajak daerah Surabaya dibagi menjadi kategori kurang efektif, cukup efektif, efektif dan sangat efektif dengan rasio keefektifan pada jangkauan 71,61 persen sampai dengan lebih dari 100 persen, dengan kata lain masih terdapat potensi yang dapat digali untuk menjadi penambah dalam Pendapatan Asli Daerah, selain itu terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi dan efektifitas dari penerimaan pajak daerah yang lain masih kurang optimal.


(15)

BAB I PENDAHULUAN | 4

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, Bandung yang juga merupakan daerah otonom dapat juga diteliti mengenai aspek perpajakan daerahnya. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengenai PBB perkotaan dan pedesaan juga baru diimplementasikan di Bandung pada tahun 2013. Banyak pos-pos pendapatan dari Pendapatan Asli Daerah kota Bandung yang dapat diteliti mengenai kontribusi, efektifitas beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menarik juga untuk dibahas bahwa apakah dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia yang memicu pertumbuhan Usaha Kecil Menengah dapat memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun ke tahun.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan menggunakan judul “Analisis hubungan, kontribusi, dan efektifitas pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan permasalahan penelitian ini akan berfokus pada:

1. Seberapa besar kontribusi dari masing-masing pos pajak daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung tahun 2009-2013?


(16)

BAB I PENDAHULUAN | 5

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui kontribusi dari masing-masing pos pajak daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung tahun 2009-2013.

2. Mengetahui tingkat efektivitas masing-masing pos pajak daerah terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun 2009-2013.

3. Mengetahui seberapa besar tingkat hubungan antara wajib pajak dengan

Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung?

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka diharapkan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Pemerintah Daerah

• Membantu Pemerintah Daerah dalam mengukur kontribusi dan efektifitas

pajak daerah sebagai pendapatan asli daerah.

• Membantu Pemerintah Daerah dalam mengetahui sektor pajak mana

yang masih harus ditingkatkan kinerjanya.

• Membantu Pemerintah Daerah dalam mengetahui seberaba besar

hubungan antara wajib pajak dengan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung.


(17)

BAB I PENDAHULUAN | 6

2. PT PLN (Persero)

• Membantu PT PLN (Persero) dalam mengetahui seberapa besar

kontribusi dan efektivitas pajak penerangan jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung.

• Membantu PT PLN (Persero) dalam mengetahui seberapa besar tingkat

hubungan antara wajib pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung.

3. Akademik

• Membantu pembaca untuk lebih memahami tentang implementasi pajak

daerah di kota Bandung.

• Membantu pembaca untuk menambah wawasan mengenai pajak daerah

di kota Bandung . 4. Peneliti Selanjutnya

• Membantu peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini

lebih lanjut.

• Sebagai petunjuk untuk peneliti selajutnya dalam menjalankan


(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya dapat simpulkan bahwa hubungan, kontribusi, dan efektivitas pajak daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah Kota Bandung adalah sebagai berikut:

1. Kontribusi untuk masing-masing pos pajak daerah terhadap PAD Kota Bandung

berada dalam kategori sangat kurang sampai dengan cukup baik, dengan kata lain bahwa kontribusi masing-masing komponen pajak daerah berkisar antara lebih dari satu persen sampai dengan diatas tiga puluh persen terhadap PAD. Untuk pajak hotel memberikan kontribusi rata-rata sebesar 15,97 persen terhadap PAD. Untuk pajak restoran memberikan kontribusi rata-rata sebesar 12,58 persen terhadap PAD. Untuk pajak hiburan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 4,35 persen terhadap PAD. Untuk pajak reklame memberikan kontribusi rata-rata sebesar 2,19 persen terhadap PAD. Untuk pajak penerangan jalan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 15,19 persen terhadap PAD. Untuk pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan memberikan kontribusi sebesar 19,4 persen terhadap PAD. Untuk bea perolehan hak atas tanah dan bangunan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 35,57 persen terhadap PAD. Untuk pajak air tanah memberikan kontribusi rata-rata sebesar 0,31 persen terhadap PAD. Dari sembilan pos pajak daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota Bandung, pos pajak daerah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PAD adalah bea


(19)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN | 72

perolehan hak atas tanah dan bangunan. Kemudian pos pajak daerah yang memberikan kontribusi terendah adalah pajak air tanah.

2. Efektivitas untuk masing-masing pos pajak daerah Kota Bandung masuk dalam

kategori pajak yang cukup efektif (yang berkisar lebih dari 80 persen sampai dengan 90 persen), efektif (yang berkisar lebih dari 90 persen sampai dengan 100 persen), dan sangat efektif (yang berkisar lebih dari 100 persen).

3. Hubungan yang signifikan terdapat pada hubungan antara pajak daerah (BPHTB)

dengan wajib pajak (BPHTB) dan hubungan antara pajak daerah (PPJU) dengan wajib pajak (PPJU) dengan kuat hubungan sangat kuat. Tidak terdapat hubungan yang signifikan terdapat pada hubungan antara pajak daerah (Hotel) dengan wajib pajak (Hotel) dengan kuat hubungan sangat lemah dan hubungan antara pajak daerah (Restoran) dengan wajib pajak (Restoran) dengan kuat hubungan yang kuat. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara PAD dengan wajib pajak daerah dengan kuat hubungan sangat lemah.

5.2.Saran

Dari kesimpulan yang telah dirangkum di atas, sebagai masukan bagi pemerintah Kota Bandung dalam upaya meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut:


(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN | 73

Ketidak akuratan dalam Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah akan berdampak pada sulitnya mengetahui efektivitas yang sesungguhnya.

2. Untuk mengingkatkan penerimaan pajak daerah, Pemerintah Kota Bandung perlu

mempertimbangkan hal-hal berikut ini, diantaranya

• Memacu pertumbuhan dari sektor hiburan yang ada di Kota Bandung. Selain

dapat meningkatkan penerimaan pajak dari pajak hiburan, hal tersebut akan menambah jumlah wisatawan yang masuk ke Kota Bandung sehingga penerimaan dari pajak hotel juga akan meningkat.

• Membangun kerja sama yang baik dengan PT PLN (Persero) untuk

meningkatkan penerimaan dari pajak penerangan jalan. Pemeintah daerah diharapkan mampu menghimbau warga agar mau dan tepat untuk membayar tagihan listriknya. Selain itu, diharapkan bahwa pemerintah daerah untuk dapat menambah penerangan jalan yang ada di Kota Bandung agar masyarakat yang membayar pajak penerangan jalan dapat merasakan manfaat dari membayar pajak penerangan jalan.

• Memambah jumlah parkir meter yang ada di Kota Bandung dan melakukan

sosialisasi pada warga bagimana untuk menggunakan parkir meter tersebut. Dengan dibangunnya dan digunakannya parkir meter, diharapkan penerimaan pajak parkir dapat meningkat.

• Mengembangkan dan mengoptimalkan program e-KOISK agar wajib pajak

dapat menyetorkan pajaknya dengan lebih mudah.

• Memperbanyak frekuensi sosialisasi mengenai pajak daerah kepada


(21)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN | 74

agar mendapatkan pemahaman mengenai pajak daerah dan pentingnya membayar pajak.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S., dan Trisnawati, E. (2013). Akuntansi Perpajakan. Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Arditia, R. (2013). Analisis Kontribusi dan Efektivitas Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Jurnal Akuntansi Unesa, Vol. 1(3) Mei 2013.

Bratakusumah, D.S., dan Solihin, D. (2001). Otonomi Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Harianti, A., Veronica M.S., Nur., Setiawan, S., dan Iskandar, D. (2012). Statistika II. Edisi Pertama, CV Andi Offset, Yogyakarta.

Hartono, J. (2013). Metode Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman. Edisi Kelima, BPFE, Yogyakarta.

Ismail, T. (2011). Paradigm Change of Local Tax. Journal of Administrative Science

& Organization, Vol. 18(1), hal. 33-42.

Kusuma, K.A.A. dan Wirawati, P. (2013). Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Peningkatan PAD Sekabupaten/Kota di Provinsi Bali. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 5(3), hal. 574-585.

Lainutu, A. (2013). Pengaruh Jumlah Wajib Pajak PPh 21 terhadap Penerimaan PPh 21 Pada KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA, Vol. 1(3), hal. 374-382.

Markus, M., dan Lalu, H. (2005). Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Muliari, N.K., dan Setiawan, P.E. (2011). Pengaruh Presepsi Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.


(23)

76

Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis Universitas Udayana, Vol. 6(1) Januari

2013.

Prameka, A.S., dan Indrawati, N.K. (2013). Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang diakses

dari http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/358 pada tanggal 15 Oktober 2014.

Putri, G.T.F. (2010). Tinjauan Prosedur Pemberian Kredit pada Primkopad Pusdik

Passus, 14 Agustus 2010 diakses dari

http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-guruhtikaf-21713 pada tanggal 18 Oktober 2014.

Republik Indonesia. (1983). Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3262.

________________. (2004). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Lembaran Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125.

________________. (2004). Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Lembaran Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126.

________________. (2009). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Republik Indonesia Nomor 5049.

Resmi, S. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta.


(24)

77

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.

Sunjoyo, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., Kurniawan, A. (2013). Aplikasi

SPSS untuk SMART Riset. Alfabeta, Bandung.

Tahwin, M. (2013). Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18(2), hal. 136-143.

Walikota Bandung. (2011). Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2011 Nomor 20.

Wirasatya, K.Y., dan Latrini, M.Y. (2012). Pengaruh Desentralisasi BPHTB terhadap Penerimaan Daerah Kabupaten Bandung, E-Journal Akuntansi Universitas


(1)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN | 72

perolehan hak atas tanah dan bangunan. Kemudian pos pajak daerah yang memberikan kontribusi terendah adalah pajak air tanah.

2. Efektivitas untuk masing-masing pos pajak daerah Kota Bandung masuk dalam kategori pajak yang cukup efektif (yang berkisar lebih dari 80 persen sampai dengan 90 persen), efektif (yang berkisar lebih dari 90 persen sampai dengan 100 persen), dan sangat efektif (yang berkisar lebih dari 100 persen).

3. Hubungan yang signifikan terdapat pada hubungan antara pajak daerah (BPHTB) dengan wajib pajak (BPHTB) dan hubungan antara pajak daerah (PPJU) dengan wajib pajak (PPJU) dengan kuat hubungan sangat kuat. Tidak terdapat hubungan yang signifikan terdapat pada hubungan antara pajak daerah (Hotel) dengan wajib pajak (Hotel) dengan kuat hubungan sangat lemah dan hubungan antara pajak daerah (Restoran) dengan wajib pajak (Restoran) dengan kuat hubungan yang kuat. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara PAD dengan wajib pajak daerah dengan kuat hubungan sangat lemah.

5.2. Saran

Dari kesimpulan yang telah dirangkum di atas, sebagai masukan bagi pemerintah Kota Bandung dalam upaya meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut:

1. Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung untuk membuat Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah yang terintegrasi dengan semua bagian yang memegang pos-pos pajak daerah agar Laporan yang dibuat lebih akurat dan merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya dari masing-masing pajak daerah.


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN | 73

Ketidak akuratan dalam Laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah akan berdampak pada sulitnya mengetahui efektivitas yang sesungguhnya.

2. Untuk mengingkatkan penerimaan pajak daerah, Pemerintah Kota Bandung perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini, diantaranya

• Memacu pertumbuhan dari sektor hiburan yang ada di Kota Bandung. Selain dapat meningkatkan penerimaan pajak dari pajak hiburan, hal tersebut akan menambah jumlah wisatawan yang masuk ke Kota Bandung sehingga penerimaan dari pajak hotel juga akan meningkat.

• Membangun kerja sama yang baik dengan PT PLN (Persero) untuk meningkatkan penerimaan dari pajak penerangan jalan. Pemeintah daerah diharapkan mampu menghimbau warga agar mau dan tepat untuk membayar tagihan listriknya. Selain itu, diharapkan bahwa pemerintah daerah untuk dapat menambah penerangan jalan yang ada di Kota Bandung agar masyarakat yang membayar pajak penerangan jalan dapat merasakan manfaat dari membayar pajak penerangan jalan.

• Memambah jumlah parkir meter yang ada di Kota Bandung dan melakukan sosialisasi pada warga bagimana untuk menggunakan parkir meter tersebut. Dengan dibangunnya dan digunakannya parkir meter, diharapkan penerimaan pajak parkir dapat meningkat.

• Mengembangkan dan mengoptimalkan program e-KOISK agar wajib pajak dapat menyetorkan pajaknya dengan lebih mudah.

• Memperbanyak frekuensi sosialisasi mengenai pajak daerah kepada masyarakat terutama pada wajib pajak yang belum menyetorkan pajaknya


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN | 74

agar mendapatkan pemahaman mengenai pajak daerah dan pentingnya membayar pajak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S., dan Trisnawati, E. (2013). Akuntansi Perpajakan. Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Arditia, R. (2013). Analisis Kontribusi dan Efektivitas Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Jurnal Akuntansi Unesa, Vol. 1(3) Mei 2013.

Bratakusumah, D.S., dan Solihin, D. (2001). Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Harianti, A., Veronica M.S., Nur., Setiawan, S., dan Iskandar, D. (2012). Statistika II. Edisi Pertama, CV Andi Offset, Yogyakarta.

Hartono, J. (2013). Metode Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Kelima, BPFE, Yogyakarta.

Ismail, T. (2011). Paradigm Change of Local Tax. Journal of Administrative Science & Organization, Vol. 18(1), hal. 33-42.

Kusuma, K.A.A. dan Wirawati, P. (2013). Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Peningkatan PAD Sekabupaten/Kota di Provinsi Bali. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 5(3), hal. 574-585.

Lainutu, A. (2013). Pengaruh Jumlah Wajib Pajak PPh 21 terhadap Penerimaan PPh 21 Pada KPP Pratama Manado. Jurnal EMBA, Vol. 1(3), hal. 374-382.

Markus, M., dan Lalu, H. (2005). Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Muliari, N.K., dan Setiawan, P.E. (2011). Pengaruh Presepsi Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.


(5)

76

Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis Universitas Udayana, Vol. 6(1) Januari 2013.

Prameka, A.S., dan Indrawati, N.K. (2013). Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang diakses dari http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/358 pada tanggal 15 Oktober 2014.

Putri, G.T.F. (2010). Tinjauan Prosedur Pemberian Kredit pada Primkopad Pusdik

Passus, 14 Agustus 2010 diakses dari

http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-guruhtikaf-21713 pada tanggal 18 Oktober 2014.

Republik Indonesia. (1983). Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3262.

________________. (2004). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Lembaran Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125.

________________. (2004). Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Lembaran Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126.

________________. (2009). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Republik Indonesia Nomor 5049.

Resmi, S. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta.

Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama. Bandung

Siregar, A. (2009). Analisis Tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara, Medan.


(6)

77

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.

Sunjoyo, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., Kurniawan, A. (2013). Aplikasi SPSS untuk SMART Riset. Alfabeta, Bandung.

Tahwin, M. (2013). Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18(2), hal. 136-143.

Walikota Bandung. (2011). Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2011 Nomor 20.

Wirasatya, K.Y., dan Latrini, M.Y. (2012). Pengaruh Desentralisasi BPHTB terhadap Penerimaan Daerah Kabupaten Bandung, E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 1(2) Desember 2012.