PERANAN TARI PADA KESENIAN KOROMONG DALAM UPACARA PANEN DI DI DUSUN CIKUBANG.

(1)

PERANAN TARI PADA KESENIAN KOROMONG

DALAM UPACARA PANEN PADI DI DUSUN CIKUBANG

RANCAKALONG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan

Oleh :

Windy Nur Fadilah

0907237

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

WINDY NUR FADILAH

PERANAN TARI PADA KESENIAN KOROMONG DALAM UPACARA PANEN PADI DI DUSUN CIKUBANG RANCAKALONG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I

Dr. Trianti Nugraheni, S.Sn., M.Si.

NIP. 197303161997022001

Pebimbing II

Tatang Taryana, M.Sn.

NIP. 196501012001121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si.


(3)

Windi Nur Fadilah, 2013

Peranan Tari pada Kesenian Koromong Dalam Upacara Panen Di Di Dusun Cikubang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Peranan Tari pada

Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang

Rancakalong”. Penelitian dilakukan terhadap kesenian Koromong di Dusun Cikubang Desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan keterkaitan antara gerak dengan musik, keterkaitan antara gerak dengan kontekstari, dan keterkaitan antara simbol dengan konteksTari Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Berdasarkan penelitian, diperoleh sebuah temuan mengenai tari dalam upacara ritual kesenian Koromong ini merupakan sebuah simbol ungkapan rasa syukur. Inti dari upacara ritual kesenian Koromong adalah pada saat

ngalungsurkeun dan nginebkeun yang dijadikan simbol sebagai tanda syukur

kepada yang Maha Kuasa atas hasil panen padi yang diperoleh. Ngalungsurkeun mengandung arti bahwa ketika masyarakat hendak bertani, mereka haruslah mengeluarkan modal yang berupa uang ataupun padi yang akan ditabur untuk dijadikan benih. Adapun nginebkeun mengandung makna bahwa hasil dari panen padi yang diperoleh tersebut disimpan ke tempatnya untuk selanjutnya dimanfaatkan. Penelitian ini hanya meliputi aspek peranan tari dalam kesenian Koromong, sedangkan aspek lainnya masih terbuka untuk dikaji. Oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji aspek-aspek lainnya untuk dapat dijadikan bahan ajar atau memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan Seni Tari.


(4)

Windi Nur Fadilah, 2013

Peranan Tari pada Kesenian Koromong Dalam Upacara Panen Di Di Dusun Cikubang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Pengesahan

Pernyataan...i

Abstrak...ii

Kata Pengantar………...iii

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vii

Daftar Gambar...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Identifikasi dan Perumusan...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Metode Penelitian...5

1. Lokasi dan Subjek Penelitian...5

2. Metode...5

3. Teknik Pengumpulan Data...6

4. Instrumen Penelitian...8

5. Teknik Analisis Data...9

E. Manfaaat Penelitian...9

F. Definisi Operasional...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu...11

B. Kajian Teori...16

1. Gerak Tari...16

2. Musik Tari...20

3. Simbol...22

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian...28


(5)

Windi Nur Fadilah, 2013

Peranan Tari pada Kesenian Koromong Dalam Upacara Panen Di Di Dusun Cikubang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Teknik Pengumpulan Data...28

1. Observasi...29

2. Wawancara...30

3. Studi Dokumentasi...33

C. Instrumen Penelitian...34

D. Teknik Analisis Data...35

E. Lokasi dan Subjek Penelitian...35

1. Lokasi Penelitian...35

2. Sasaran Penelitian...36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterkaitan Gerak dengan Musik...37

B. Keterkaitan Gerak dengan Konteks...62

C. Keterkaitan Simbol dengan Kontek...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...73

B. Saran...74

DAFTAR PUSTAKA………...76 LAMPIRAN


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan, dan upacara keagamaan. Kesenian tradisional tersebut diantaranya seni Umbul, seni Bangreng, seni Tarawangsa, seni Kuda Renggong, dan Beluk. Kesenian-kesenian tersebut sudah banyak diketahui dan dikenal oleh masyarakat. Berbeda dengan kesenian yang telah disebutkan di atas, Sumedang memiliki satu kesenian seperti halnya kesenian tersebut yaitu kesenian Koromong, kesenian ini masih jarang dikenal oleh khalayak ramai, baik itu dilihat dari segi struktur maupun dari fungsinya. Secara garis besar, Koromong ini merupakan suatu kesenian yang didalamnya terdapat unsur musik dan tari.

Koromong merupakan suatu kesenian yang merupakan bagian dari adat yang terdapat di daerah Rancakalong, tepatnya di Dusun Cikubang. Kesenian ini biasa diadakan dalam upacara panen padi sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap hasil panen yang diperolehnya. Seperti pada Tarawangsa, kesenian ini biasa ditarikan oleh pria maupun wanita. Alat musik pengiringnya seperti Degung, namun memiliki laras yang berbeda. Tari Koromong ini merupakan tarian yang tidak berpola. Sama halnya dengan tari dalam Tarawangsa, gerak tari Koromong bisa diciptakan sesuai dengan suasana dan kenyamanan hati masing-masing penari.

Usman (2001 : 4) mengatakan bahwa peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku.Peranan tari dalam kesenian yaitu tari sebagai media ekspresi, komunikasi, berfikir kreatif dan sarana untuk mengembangkan bakat. Adapun peranan tari dari kesenian Koromong adalah sebagai media ekspresi, selain itu tari dalam Koromong berperan sebagai pelengkap, dimana antara musik dengan tari itu ada hubungan saling melengkapi.


(7)

Meskipun gerak tari dalam Koromong ini tidak berpola, namun penyajiannya tetap menarik untuk disaksikan karena pertunjukkannya tidak hanya mengutamakan musik atau lagunya saja, tetapi ada kesinambungan antara musik dengan tari, kedua unsur tersebut tampak saling mengisi dan melengkapi. Meskipun gerak-gerak yang ditarikan oleh penari tidak berpola, namun ada keterkaitan emosi antara pemain musik dengan penari, hal ini tampak pada saat pertunjukan berlangsung, dimana pemain musik paham kapan musik itu harus dinaikkan atau diturunkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tari dalam

kesenian Koromong ini berperan sebagai pelengkap, sebab keberadaannya sangat berperan dalam mengisi dan melengkapi musik.

Diawali dengan bagian pembukaan, pembukaan ini diawali dengan musik

bubuka dimana saehu penari laki-laki yang melakukan ritual terlebih dahulu.

Memang dalam Koromong ini penari laki-lakilah yang menari terlebih dahulu sampai jam 12 malam, baru disusul oleh penari perempuan sampai subuh (selesai). Selain alat musiknya yang berbeda, disini pula letak perbedaannya dengan kesenian Tarawangsa. Jika dilihat dari unsur musiknya, pada bagian awal ini nada yang dimainkan tampak rendah dan temponya pun sedikit lambat atau pelan, sehingga terdengar begitu lembut dan mengalun, namun mampu membangkitkan gairah kita untuk menari. Siapapun yang mendengarnya pasti merasa tertarik dengan bunyi nada yang dihasilkannya. Musik pembuka ini mampu mengantarkan kita ke dalam suasana tari yang hendak diciptakan sesuai dengan suasana hati. Saat mulai menari, penari tampak menggerakkan badannya sedikit demi sedikit. Mulai dari menggerakkan kakinya, tangannya, hingga badannya namun dalam gerakan-gerakan kecil. Maksudnya, di bagian pembuka ini ruang gerak yang digunakan oleh penari masih sempit, belum ada level, belum ada tekanan, bahkan tenaga yang digunakan pun masih halus atau lembut, sehingga menarinya pun tampak masih mengalun lembut mengikuti alunan musik yang dimainkan.

Setelah hal tersebut berlangsung beberapa lama, sekitar lima atau tujuh menit dalam satu lagu, para penari pun tampak lebih bervariasi dalam melakukan gerak,


(8)

mulai dari ruang geraknya yang sudah tampak lebar, adanya level, adanya tekanan-tekanan gerak dan tenaganya lebih kuat, sehingga tampak lebih lincah dari gerakan sebelumnya. Musik pun mengikuti perkembangan gerak-gerak yang dilakukan oleh para penari tersebut, sehingga bunyi nada-nada yang ditabuhnya ikut naik menjadi lebih tinggi dari sebelumnya dan temponya pun terdengar semakin cepat. Dengan demikian, tingkat emosional penari semakin meningkat pula, sehingga suasana menjadi semakin panas, penari-penari tersebut semakin banyak melakukan gerak-gerak yang ruang gerak-geraknya lebih luas, temponya cepat, dan levelnya yang beraneka ragam. Tampak pula tekanan-tekanan yang mempertegas setiap geraknya. Gerak setiap orangnya berbeda-beda, ada yang loncat-loncat, berputar-putar, bahkan ada pula yang melakukan gerakan pencak silat sambil berloncatan. Setiap orang memiliki gaya tersendiri. Sedikit aneh memang, namun seperti itulah keadaannya. Apalagi setelah memasuki tengah malam, suasananya semakin hidup, maksudnya hal ini terjadi dikarenakan tingkatan emosional antara penari dan pemusik tersebut semakin memuncak,sehingga banyak pula penari yang mengalami trans dengan berbagai gaya. Di sinilah puncaknya.

Ketika semua penari sudah menari dengan maksimal, para penari tersebut dapat mengurangi atau memperlambat tempo gerak dan tenaga dengan sendirinya. Hal ini terjadi karena pengaruh dari transnya sudah hilang, dan penari sudah merasa puas,sehingga musik pun secara otomatis mengikuti gerakan penari tersebut menjadi kembali pelan dan temponya sedikit dikurangi, dari yang asalnya begitu cepat menjadi sedikit lambat. Adegan ini dapat dikatakan penurunan dari klimaks, dimana para penikmat tari tersebut akan mengakhiri tariannya, dan kemudian bersalaman dengan saehu. Setiap adegan pasti mengalami tingkatan-tingkatan seperti tersebut, sehingga setiap penari yang menari akan tahu dan turut merasakan setiap atmosfirnya. Hingga saat ini, kesenian Koromong masih sering dilaksanakan, namun tidak semua masyarakat mengetahui tentang struktur penyajian yang sesungguhnya, terutama kalangan anak muda. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa setiap pertunjukan memiliki perbedaan masing-masing, baik dilihat dari struktur penyajian


(9)

maupun fungsi dari kesenian itu sendiri seperti apa. Sebagaimanatelahdikemukakanoleh R.M. Soedarsono dalam tulisannya yang memaparkan bahwa setiap zaman, setiap etnis, setiap lingkungan masyarakat, serta setiap bentuk seni pertunjukan memiliki fungsi primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001:170). Selain itu, setiap kesenian pun pasti memiliki pengaruh atau dampak terhadap masyarakat sebagai pelaku juga sebagai penikmat seni itu sendiri, baik dampak positif maupun dampak negatif. Begitu pula dengan kesenian Koromong, kesenian ini tentu memiliki pengaruh terhadap panen padi di daerah Cikubang. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk menggali informasi mengenai Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong, supaya kesenian ini lebih dikenal, dikembangkan dan dilestarikan oleh semua kalangan masyarakat.

Anya Peterson Royce mengatakan bahwa,

Karena konteks tempat berlangsungnya tari berubah, maka mestinya kita mengubah pula cara kita memandang konteks dan tari tersebut. Orang-orang belum berhenti menari; mereka begitu saja telah mengubah bentuk tarian yang mereka lakukan, serta dalam banyak hal menarikan tarian bergantian untuk alasan-alasan yang berbeda, (Antropologi Tari, 2007:168).

Konteks dari kesenian Koromong ini adalah untuk mengikat solidaritas masyarakat. Kesenian ini tidak pernah terlepas dari simbol yang terdapat di dalamnya. Banyak hal yang tidak dapat terbaca di dunia ini, karena selalu ada sesuatu yang yang tidak bisa terungkap secara langsung. Dengan begitu, simbol merupakan cara yang paling tepat untuk membahasakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan mudah. Sebagaimana telah diketahui bahwa media ungkap tari adalah gerak, dan gerak tari merupakan gerak yang diperhalus dan diberi unsur estetis, sehingga dapat dikatakan bahwa simbol dalam tari yaitu simbol gerak yang digunakan untuk berinteraksi antara penari yang satu dengan yang lainnya. Interaksi ini menjadi sebuah tradisi atau budaya bagi mereka yang terlibat di dalamnya, karena interaksi-interaksi yang terjadi di antara mereka sudah menjadi simbol. Dimana simbol-simbol tersebut dibuat atau disepakati oleh mereka sendiri, dan hanya mereka pula yang


(10)

mampu memahaminya. Namun, dengan demikian simbol-simbol tersebut dapat menjadi tanda atau ciri tersendiri bagi kesenian ini.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah keterkaitan antara gerak dengan musikKesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Cikubang Rancakalong?

2. Bagaimana keterkaitan antara gerak dengan konteksTari Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong? 3. Bagaimana keterkaitan antara simbol dengan konteksTari Kesenian

Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikanketerkaitan antara gerak dengan musik Kesenian Koromong terhadap Panen Padi di Cikubang Rancakalong

2. Mendeskripsikan keterkaitan antara gerak dengan konteksTariKesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong. 3. Mendeskripsikan keterkaitan antara simbol dengan konteksTari Kesenian

Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.

D. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dusun Cikubang RT 02 RW 01 tepatnya Cikubang Tengah yang terletak di desa Sukahayu kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang. Di daerah inilah kesenian Koromong tumbuh dan berkembang.

b. Sasaran Penelitian

Adapun subjek penelitiannya adalah Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.


(11)

2. Metode

Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode merupakan cara yang dilakukan dalam penelitian guna memperoleh data yang sesuai dengan keperluan penelitian.

Dalam penelitian yang berjudul Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong tentu terdapat berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah mengenai bagaimana keterkaitan gerak dengan musik, keterkaitan gerak dengan konteks, dan keterkaitan simbol dengan gerak. Untuk memecahkan berbagai permasalahan yang timbul dalam penelitian tersebut, peneliti menemukan solusinya melalui metode deskriptif analisis yang menggunakan pendekatan kualitatif.

Dilihat dari skripsi yang berjudul “TRANSMISI KESENIAN

TARAWANGSA DI DAERAH RANCAKALONG SUMEDANG” yang ditulis

oleh Iceu Pebrianti (2006) dikatakanbahwa Metode deskriptif analisis ini merupakan cara yang dilakukan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan cermat. Metode ini dapat memberikan gambaran tentang objek yang diteliti sesuai dengan fakta. Penelitian yang menggunakan pendekatan ini dituntut untuk menggali data yang sesuai dengan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh narasumber.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan secara lengkap, peneliti melakukan beberapa teknik dalam penelitian ini ,diantaranya adalah sebagai berikut.


(12)

Untuk mengetahui bagaimana Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong, diperlukan pengamatan terhadap penari, pemain musik, pimpinan grup dan masyarakat lainnya seperti tokoh masyarakat serta para penikmat seni secara detail. Hal ini dimaksudkan supaya peneliti memperoleh informasi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan secara lengkap.

Observasi ialah metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya.

Pengamatan ini bisa dilakukan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengamatan langsung dilakukan ketika penelitian berlangsung, sedangkan pengamatan tidak langsung dilakukan setelah penelitian berlagsung. Dengan diadakannya observasi ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti.

Peneliti sudah melakukan penelitian sebanyak dua kali. Yang pertama adalah penelitian langsung, yaitu peneliti menyaksikan secara langsung mengenai bagaimana kesenian Koromong itu disajikan. Dengan demikian peneliti dapat melihat apa-apa saja yang terjadi selama pertunjukan itu berlangsung, dan apa saja yang disajikan. Mulai dari alat musik yang terdiri dari tiga jenis, yaitu alat musik Koromong, Gong, dan Kendang beserta para pemainnya. Adanya penari pria dan penari wanita yang jumlahnya tidak tentu, karena dalam kesenian ini siapa saja boleh menari. Namun ada ketentuan khusus untuk penari Saehu, baik itu Saehu pria ataupun wanita. Tidak sembarang orang bisa menjadi Saehu, biasanya Saehu ini dipilih berdasarkan garis keturunan atau bisa juga karena adanya wangsit. Kemudian, ada juga sesajen yang telah ditentukan dan disiapkan. Hal


(13)

tersebut dikemukakan oleh salah satu tokoh dari kesenian Koromong yang bernama Entis yang berusia sekitar 60-an.

b. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dari responden. Dalam teknik ini peneliti melakukan tanya jawab. Wawancara ini ditujukan kepada tokoh masyarakat, penari, pemain musik dan masyarakat setempat yang terlibat dalam kesenian koromong.

Peneliti baru melakukan wawancara dua kali. Yang pertama dilakukan kepada tokoh masyaraat yang bernama Entis. Yang ditanyakan adalah mengenai sejarah dan latar belakang kesenian Koromong. Wawancaranya dilakukan secara tidak berstruktur, namun Entis ini mampu menjawab semua pertanyaan, dan pemaparannya sangat memuaskan, karena memang ternyata beliau ini masih merupakan bagian dari keturunan pewaris kesenian Koromong.

Yang kedua dilakukan terhadap pimpinan grup kesenian Koromong yang bernama ibu Lili, wawancara yang dilakukan pun sama halnya dengan wawancara sebelumnya yaitu tidak tertsruktur. Hal-hal yang ditanyakan adalah mengenai siapa saja Saehu Koromong, kapan saja Koromong ini dilaksanakan, dalam acara apa saja kesenian ini dipertunjukkan, dan lain sebagainya. Semua hal yang dipertanyakan mampu dijawab pula dengan baik.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber-sumber data yang ada. Bisa berupa photo untuk melihat data tentang kostum, rias, alat musik apa saja yang digunakan, dan sesajen apa saja yang disediakan. Video untuk menganalisis data tentang pola gerak tari


(14)

yang dimainkan. Sertifikat untuk mendapatkan data tentang hal apa saja yang berkaitan dengan kesenian Koromong di daerah tersebut. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasiyang lebih lengkap berupa dokumentasi baik berupa foto tarian Koromong, foto penari Koromong, foto alat musiknya, serta video pertunjukannya.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dan wawancara, kamera foto dan rekaman yang digunakan untuk mempermudah dalam mengumpulkan data mengenai pose-pose gerak, keterkaitan gerak dengan musik, keterkaitan gerak dengan konteks, lalu keterkaitan simbol dengan konteks.

Jadi, tujuan dari penelitian yang berjudul “Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong” adalah

untuk mengetahui bagaimana keterkaitan gerak dengan musik, keterkaitan gerak dengan konteks, dan keterkaitan kostum dengan konteks tari Koromong.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi digabungkan. Kemudian diklarifikasikan kebenarannya guna memenuhi kebutuhan penulis.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan bukan hanya sekedar formalitas penyelesaian studi belaka, melainkan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang seni budaya. Selain itu, peneliti berharap supaya penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teori maupun praktis. Secara teori, manfaat dari penelitian ini yaitu meningkatkan rasa cinta


(15)

terhadap kesenian dan kebudayaan daerah, menjadikan kesenian Koromong menjadi lebih dikenal dan dipahami oleh semua kalangan masyarakat, dan memberikan pemahaman mengenai peranan, tujuan, fungsi, dan struktur penyajian kesenian Koromong.

Adapun secara praktis dapat bermanfaat bagi :

1. Peneliti : menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong. 2. Sekolah : menambah pembendaharaan data mengenai kesenian daerah yang

terdapat di daerah Sumedang.

3. Pendidik : menambah pembendaharaan data dan wawasan mengenai kesenian daerah yang terdapat di daerah Sumedang.

4. Seniman : menambah wawasan dan pemahaman mengenai Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong. 5. Masyarakat : menambah wawasan dan pengetahuan, serta memperkenalkan

Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.

6. Yang diteliti : Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong lebih dikenal, dikembangkan dan dilestarikan.

F. Definisi Operasional

Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat di dalam judul supaya tidak terjadi kesalahan dalam memahami makna yang terdapat di dalamnya.

Peranan tari dalam kesenian Koromong yaitu tari sebagai pelengkap dalam jalannya upacara ritual.

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian Koromong juga


(16)

mempunyai fungsi lain. Secara umum, kesenian Koromong dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.

Koromong merupakan suatu kesenian tradisional yang terdapat di daerah Rancakalong, Sumedang. Kesenian ini identik dengan kesenian Tarawangsa apabila ditinjau dari fungsi dan bentuk penyajiannya. Hanya saja instrumen atau alat yang dipakai dalam mengiringi upacaranya berbeda. Hal pokok yang membedakan antara kesenian Koromong dan Tarawangsa yaitu pada waditra yang dipakai untuk mengiringi tarian.

Dilihat dari hal-hal yang terkait di atas, dapat disimpulkan bahwa peran tari pada kesenian Koromong adalah sebagai media interaksi atau komunikasi yang diungkapkan melalui ekspresi dan gerak tari guna mengikat solidaritas masyarakat di daerah tersebut.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode merupakan cara yang dilakukan dalam penelitian guna memperoleh data yang sesuai dengan keperluan penelitian.

Dalam penelitian yang berjudul Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong tentu terdapat berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah mengenai bagaimana keterkaitan antara gerak dengan musik, keterkaitan antara gerak dengan konteks, dan keterkaitan antara simbol dengan gerak. Untuk memecahkan berbagai permasalahan yang timbul dalam penelitian tersebut, peneliti menemukan solusinya melalui metode deskriptif analisis yang menggunakan pendekatan kualitatif.

Dilihat dari skripsi yang berjudul “TRANSMISI KESENIAN TARAWANGSA

DI DAERAH RANCAKALONG SUMEDANG” yang ditulis oleh Iceu Pebrianti

(2006) dikatakanbahwa Metode deskriptif analisis ini merupakan cara yang dilakukan untuk melukiskan secara sistematik fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan cermat. Metode ini dapat memberikan gambaran tentang objek yang diteliti sesuai dengan fakta. Penelitian yang menggunakan pendekatan ini dituntut untuk menggali data yang sesuai dengan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh narasumber.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk


(18)

memperoleh data yang dibutuhkan secara lengkap, peneliti melakukan beberapa teknik dalam penelitian ini ,diantaranya adalah :

1. Observasi

Untuk mengetahui bagaimana Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong, diperlukan pengamatan terhadap penari, pemain musik, pimpinan grup dan masyarakat lainnya seperti tokoh masyarakat serta para penikmat seni secara detail. Hal ini dimaksudkan supaya peneliti memperoleh informasi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan secara lengkap.

Observasi ialah metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya.

Pengamatan ini bisa dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengamatan langsung dilakukan ketika penelitian berlangsung, sedangkan pengamatan tidak langsung dilakukan setelah penelitian berlagsung. Dengan diadakannya observasi ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti.

Peneliti sudah melakukan observasi sebanyak dua kali. Observasi yang pertama dilakukan pada hari Minggu, tanggal 7 Oktober 2012 selama satu jam lebih di kediaman naarasumber yang terletak di dusun Ciawilarangan terhadap tokoh masyarakat yang dapat dikatakan sebagai salah satu keturunan dari pewaris kesenian Koromong. Dari observasi ini dihasilkan beberapa data atau informasi yang dapat mendukung jalannya penelitian mengenai kesenian tersebut.


(19)

Observasi yang kedua dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27 November 2012 selama kurang lebih lima jam di daerah Citungku Rancakalong dalam acara hajatan atau syukuran upacara pernikahan, penelitian ini dilakukan secara langsung, yaitu peneliti menyaksikan secara langsung mengenai bagaimana kesenian Koromong itu disajikan. Dengan demikian peneliti dapat melihat hal yang terjadi selama pertunjukkan itu berlangsung, dan hal yang disajikan selama semalaman tersebut.

2. Wawancara

Susan Stainback (1988) mengemukakan bahwa : “interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Selain itu, esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut, “a

meeting of two person to exchange information and joint question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular

topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) menyatakan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permaslahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang ada di dalamnya.

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dari responden. Dalam teknik ini peneliti


(20)

melakukan tanya jawab. Wawancara ini ditujukan kepada tokoh masyarakat, penari, pimpinan kesenian Koromong, pemain musik dan masyarakat setempat yang terlibat dalam kesenian koromong.

Dalam penelitian yang berjudul Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong ini peneliti melakukan teknik wawancara yang tidak berstruktur. Di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mencari informasi awal mengenai berbagai isu atau permasalahan yang ada di lapangan, sehingga peneliti dapat menentukan permasalahan apa yang harus diteliti. Untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap mengenai permasalahan yang ada di lapangan tersebut peneliti mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak yang mewakili tingkatan yang ada di masyarakat. Seperti tokoh masyarakat, penari, pimpinan kesenian Koromong, pemain musik dan masyarakat setempat yang terlibat dalam kesenian Koromong.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. Kebiasaan data ini akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancara (responden), dan situasi dan kondisi pada saat wawancara. Oleh karena itu, peneliti tidak boleh memberi pertanyaan yang bias. Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan bantuan handphone untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.


(21)

Sampai sejauh ini, peneliti sudah melakukan wawancara empat kali. Yang pertama dilakukan kepada tokoh masyarakat yang bernama Entis. Entis merupakan narasumber pokok yang merupakan bagian dari keturunan keluarga yang diwarisi kesenian Koromong. Usianya sekarang adalah 56 tahun, meskipun dia tidak tinggal di dusun Cikubang tetapi setiap kali ada acara upacara ritual yang dilaksanakan setiap tanggal 14 Mulud, dia selalu datang menghadiri. Hal-hal yang ditanyakan adalah mengenai sejarah dan latar belakang kesenian Koromong. Wawancaranya dilakukan secara tidak berstruktur. Entis ini mampu menjawab semua hal yang dipertanyakan, dan pemaparannya sangat jelas, karena memang ternyata beliau ini masih merupakan bagian dari keturunan pewaris kesenian Koromong. Dalam wawancara tersebut, Entis memaparkan mengenai awal mulanya kesenian Koromong itu ada. Awalnya Koromong ini diurus oleh dia, namun dikarenakan dia sibuk dengan pekerjaannya, kemudian diserahkannya kepada saudaranya sehingga saudaranyalah yang sampai kini mengurusnya. Entis hapal betul mengenai bagaimana latar belakang kesenian Koromong, dia juga mengungkapkan bahwa cara belajar dalam menabuh gamelannya pun tidak, dia bisa menabuh dengan begitu saja. Beliau memaparkan bahwa kesenian ini lahir kira-kira pada tahun 1833. Tokoh pertama kesenian Koromong ini bernama Eyang Santing atau buyut Santing. Eyang Santing ini bukanlah penciptanya, melainkan sebagai penerima pesan dari seseorang untuk mengembangkannya di Cikubang, tempat di mana beliau tinggal.

Yang kedua dilakukan terhadap pimpinan grup kesenian Koromong yang bernama ibu Lili, wawancara yang dilakukan pun sama halnya dengan wawancara sebelumnya yaitu tidak bertsruktur. Hal-hal yang ditanyakan adalah mengenai siapa saja Saehu Koromong, kapan Koromong ini dilaksanakan, dalam acara apa saja kesenian ini dipertunjukan, dan lain sebagainya. Semua hal yang dipertanyakan mampu dijawab pula dengan jelas.

Yang ketiga wawancara dilakukan kepada Nandang yang berusia 48 tahun, dia tinggal di Dusun Cikubang. Wawancara ini dilakukan pada hari Jumat


(22)

tanggal 25 januari 2013 di kediaman pimpinan Koromong yang terletak di Dusun Cikubang. Wawancara ini berlangsung sekitar satu jam, membahas mengenai banyak hal mengenai kesenian Koromong. Diantaranya mengenai proses pewarisan, teknik pemeliharaan gamelan Koromong, nilai-nilai yang terkandung di dalam kesenian Koromong, peranan kesenian Koromong, peranan Musik dan Tari pada kesenian Koromong, pandangan masyarakat dan pemerintah setempat terhadap kesenian Koromong, makna dan simbol yang terdapat di dalam kesenian Koromong, dan lain sebagainya.

Keempat, wawancara dilakukan pada har Sabtu tanggal 26 Januari 2013 terhadap pelaku seni yaitu penari dan pemusik di kediaman pimpinan Koromong yang tengah melaksanakan upacara ritual. Hal-hal yang ditanyakan adalah mengenai bagaimana perasaannya selama menari dengan tempo yang lambat dan tempo yang cepat, seperti apa perbedaannya, kemudian seperti apa keterkaitan antara pemusik dengan penari. Semua pertanyaan-pertanyaan yang dipertanyakan dapat dijawab dengan baik.

Dari hasil wawancara tersebut diperoleh pula data yang sedikit mendukung terhadap penelitian. Diketahui bahwa Saehu untuk penari laki-laki adalah Rahmat, dan Saehu penari perempuan adalah Aminah. Kesenian Koromong ini rutin dilaksanakan setiap tanggal 14 Mulud. Selain dilaksanakan dalam upacara syukuran atas hasil panen padi yang berupa ritual pada 14 Mulud, kesenian ini juga biasa dilaksanakan dalam acara syukuran-syukuran lainnya, seperti pada hajat khitanan atau pernikahan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber-sumber data yang ada. Bisa berupa photo dan video kesenian Koromong di daerah tersebut. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap berupa dokumentasi baik berupa foto tarian


(23)

Koromong, foto penari Koromong, foto alat musiknya, serta video pertunjukkannya.

Dengan adanya studi dokumentasi, peneliti menjadi sedikit terbantu dalam melaksanakan penelitian. Selain itu, hal ini dapat membantu dalam menjelaskan atau membuktikan mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian. Misalnya untuk dokumentasi yang berupa photo pose-pose gerak, bagaimana busana yang dikenakan, serta rias yang digunakan. Adapun untuk dokumentasi yang berupa video, membantu untuk memperjelas bagaimana jalannya pertunjukan Koromong dari awal sampai akhir. Baik dilihat dari struktur gerak para penarinya, musik pengiringnya, maupun hal-hal lainnya yang terjadi selama pertunjukan berlangsung.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Di dalam buku yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) karya Prof. Dr. Sugiyono dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Nasution (1988) menyatakan :

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi


(24)

data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis data dan membuat kesimpulan.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi dan wawancara, kamera foto dan rekaman yang digunakan untuk mempermudah dalam mengumpulkan data mengenai pose-pose gerak, keterkaitan gerak dengan musik, keterkaitan gerak dengan konteks, lalu keterkaitan simbol dengan konteks pada kesenian Koromong.

Jadi, tujuan dari penelitian yang berjudul “Peranan Tari pada Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong” adalah

untuk mengetahui bagaimana keterkaitan gerak dengan musik, keterkaitan gerak dengan konteks, dan keterkaitan kostum dengan konteks tari Koromong.

D. Teknik Analisis Data

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian

Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), dalam penelitian

kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang


(25)

diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.

Dalam penelitian ini, seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi digabungkan. Kemudian diklarifikasikan kebenarannya guna memenuhi kebutuhan penulis.

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dusun Cikubang RT 02 RW 01 tepatnya Cikubang Tengah yang terletak di desa Sukahayu kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang. Di daerah inilah kesenian Koromong tumbuh dan berkembang.

2. Sasaran Penelitian

Adapun subjek penelitiannya adalah Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesenian Koromong merupakan sebuah kesenian tradisional yang telah menjadi bagian dari adat bagi masyarakat Dusun Cikubang. Dalam penyajiannya, kesenian ini menyajikan musik dan tari. Alat musiknya terdiri dari Bonang

Koromong, Kendang, dan Gong. Gerakan tarinya bebas tapi terikat dengan aturan

yang telah ditentukan. Untuk saehu, gerakan tangan tidak boleh melebihi pundak dan gerakan kaki yang tidak boleh melebihi lutut, karena tarian saehu merupakan tarian yang sakral dan penuh makna. Kesenian ini merupakan warisan dari leluhur masyarakat Cikubang yang telah mengalami beberapa perubahan dalam fungsinya. Pada awalnya kesenian Koromong berfungsi sebagai media penyebaran agama Islam, seiring dengan perkembangan jaman kesenian ini beralih fungsi menjadi sarana dalam upacara ritual, dan bisa juga digunakan sebagai sarana hiburan.

Dalam upacara ritual, biasanya masyarakat Dusun Cikubang menggunakan kesenian ini sebagai media untuk melakukan selamatan atau syukuran. Syukuran yang dimaksud seperti syukuran atas hasil panen yang diperoleh dari hasil bercocok tanam, syukuran hajat bumi dan selamatan kelahiran bayi. Selain sebagai sarana ritual, Koromong ini juga berfungsi sebagai sarana hiburan seperti disajikan dalam acara pernikahan, khitanan, serta acara keagamaan seperti dalam peringatan Maulid

Nabi dan Isra Mi’raj.

Pada pelaksanaannya, pelaku kesenian Koromong tidak terbatas hanya keluarga saja, tetapi sudah merupakan gabungan dari semua warga masyarakat, baik itu pemusik ataupun penari. Busana yang digunakan merupakan busana sederhana layaknya busana sehari-hari, seperti kebaya, sinjang (untuk penari wanita), celana panjang, baju koko (untuk penari laki-laki), dan sampur. Riaspun demikian, rias yang digunakan adalah rias sederhana seperti rias sehari-hari.


(27)

Gerakan tari dengan alunan musik yang dimainkan di dalam kesenian

Koromong memiliki keterkaitan dan adanya hubungan saling melengkapi. Ada

keterkaitan emosi antara penari dengan pemusik sehingga pertunjukkannya selalu memiliki dinamika. Tari dalam upacara ritual kesenian Koromong ini merupakan sebuah simbol ungkapan rasa syukur. Inti dari upacara ritual kesenian Koromong adalah pada saat ngalungsurkeun dan nginebkeun yang dijadikan simbol sebagai tanda syukur kepada yang Maha Kuasa atas hasil panen padi yang diperoleh.

Ngalungsurkeun mengandung arti bahwa ketika masyarakat hendak bertani, mereka

haruslah mengeluarkan modal yang berupa uang ataupun padi yang akan ditabur untuk dijadikan benih. Adapun nginebkeun mengandung makna bahwa hasil dari panen padi yang diperoleh tersebut disimpan ke tempatnya untuk selanjutnya dimanfaatkan.

Inti dari peranan tari di dalam kesenian Koromong adalah sebagai pelengkap. Dimana terdapat keterkaitan atau hubungan saling melengkapi diantara musik dengan tari. Upacara ritual tidak bisa dilaksanakan jika hanya ada musiknya saja, atau tarinya saja. Kedua unsur tersebut saling melengkapi. Bukan musik yang memimpin tari, bukan pula tari yang memimpin musik. Keduanya saling melengkapi.

B. Saran

Hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu merupakan suatu kajian dari berbagai fakta aktual yang berkembang pada saat ini. Tindakan selanjutnya untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian Koromong, penulis sarankan sebagai berikut.

1. Pelaku Kesenian Koromong

a. Sebaiknya kesenian Koromong dipertahankan keasliannya, baik dari alat-alat musiknya, lagu-lagu yang dimainkan, serta gerakan tarinya.jangan sampai terpengaruh oleh budaya-budaya asing yang kian merajalela.


(28)

b. Dalam pemeliharaan alat musiknya harap lebih teliti lagi, jangan sampai alat musik tersebut rusak dan tidak asli lagi, karena ciri khas dari Koromong itu sendiri adalah alat musiknya yang berupa Bonang

Koromong.

c. Untuk menumbuhkembangkan dan melestarikan kesenian Koromong ini, diharapkan adanya regenerasi dari kalangan anak-anak muda, baik itu dari keturunan pewaris kesenian maupun dari pihak luar, supaya kesenian ini tidak punah dan tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya.

2. Mahasiswa dan Lembaga Pemerintahan

a. Bagi mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Pendidikan Seni Tari, kesenian

Koromong ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya, karena

masih banyak hal yang belum tergali oleh penulis.

b. Bagi lembaga-lembaga dan instansi terkait diharapkan agar lebih memperhatikan kesenian-kesenian daerah khususnya kesenian Koromong agar keberadaannya tidak tergeser dan tetap lestari menjadi kekayaan budaya Indonesia.


(29)

Daftar Pustaka

Soedarsono. R. M. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sony Kartika, D. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.

Caturwati, E. (2007). Tari di Tatar Sunda. Bandung : Sunan Ambu Press-STSI

Bandung.

Royce, Anya Peterson. (2007). Antropologi Tari. Bandung : Sunan Ambu Press STSI

Bandung.

Pebrianti, Iceu. (2006). TRANSMISI KESENIAN TARAWANGSA DI DAERAH

RANCAKALONG SUMEDANG. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Dimas, S. (2012). Kebudayaan Indonesia. [Online].

http://arimurti-indo.blogspot.com//kebudayaan –indonesia.html. [Oktober 21, 2012]

Boys, p. (2012). Terkikisnya Kebudayaan Indonesia. [Online].

http://komunitas-duapitue.blogspot.com//terkikisnya-kebudayaan-lokal.html. [Oktober 21,

2012]

Wikipedia. Budaya Indonesia. [Online]. http://id.wikipedia.org//budaya-indonesia.

[Oktober 20, 2012]

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND.

Bandung:Alfabeta

Anugrah, R. (2012).Jenis, Peran, dan Perkembangan Seni Tari. [Online]. [Desember


(30)

Seni Budaya SMA. (2012). Gerak Murni dan Maknawi. [Online].

Senibudayalila.blogspot.com. [Desember 16, 2012]

(2012).[Online]. Unsur Tari. www.budayaku.herobo.com/unsur_tari. [Desember 16,

2012]

Lestari, I. (2012). [Online]. Musik Daerah. Kamusq.blogspot.com//musik-daerah.

[Desember 18, 2012]

Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan

Suparli, L. (2010). Gamelan Pelog Salendro Induk Teori Karawitan Sunda. Bandung

: Sunan Ambu Press.STSI Bandung

Ida, E. (2002). Sajian Tari pada Kesenian Koromong Kampung Cikubang desa

Sukahayu Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia

Santoso, B. (2013). [Online]. Pengertian Peranan.


(1)

diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.

Dalam penelitian ini, seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi digabungkan. Kemudian diklarifikasikan kebenarannya guna memenuhi kebutuhan penulis.

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dusun Cikubang RT 02 RW 01 tepatnya Cikubang Tengah yang terletak di desa Sukahayu kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang. Di daerah inilah kesenian Koromong tumbuh dan berkembang.

2. Sasaran Penelitian

Adapun subjek penelitiannya adalah Kesenian Koromong dalam Upacara Panen Padi di Dusun Cikubang Rancakalong.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesenian Koromong merupakan sebuah kesenian tradisional yang telah menjadi bagian dari adat bagi masyarakat Dusun Cikubang. Dalam penyajiannya, kesenian ini menyajikan musik dan tari. Alat musiknya terdiri dari Bonang Koromong, Kendang, dan Gong. Gerakan tarinya bebas tapi terikat dengan aturan yang telah ditentukan. Untuk saehu, gerakan tangan tidak boleh melebihi pundak dan gerakan kaki yang tidak boleh melebihi lutut, karena tarian saehu merupakan tarian yang sakral dan penuh makna. Kesenian ini merupakan warisan dari leluhur masyarakat Cikubang yang telah mengalami beberapa perubahan dalam fungsinya. Pada awalnya kesenian Koromong berfungsi sebagai media penyebaran agama Islam, seiring dengan perkembangan jaman kesenian ini beralih fungsi menjadi sarana dalam upacara ritual, dan bisa juga digunakan sebagai sarana hiburan.

Dalam upacara ritual, biasanya masyarakat Dusun Cikubang menggunakan kesenian ini sebagai media untuk melakukan selamatan atau syukuran. Syukuran yang dimaksud seperti syukuran atas hasil panen yang diperoleh dari hasil bercocok tanam, syukuran hajat bumi dan selamatan kelahiran bayi. Selain sebagai sarana ritual, Koromong ini juga berfungsi sebagai sarana hiburan seperti disajikan dalam acara pernikahan, khitanan, serta acara keagamaan seperti dalam peringatan Maulid Nabi dan Isra Mi’raj.

Pada pelaksanaannya, pelaku kesenian Koromong tidak terbatas hanya keluarga saja, tetapi sudah merupakan gabungan dari semua warga masyarakat, baik itu pemusik ataupun penari. Busana yang digunakan merupakan busana sederhana layaknya busana sehari-hari, seperti kebaya, sinjang (untuk penari wanita), celana panjang, baju koko (untuk penari laki-laki), dan sampur. Riaspun demikian, rias yang


(3)

Gerakan tari dengan alunan musik yang dimainkan di dalam kesenian Koromong memiliki keterkaitan dan adanya hubungan saling melengkapi. Ada keterkaitan emosi antara penari dengan pemusik sehingga pertunjukkannya selalu memiliki dinamika. Tari dalam upacara ritual kesenian Koromong ini merupakan sebuah simbol ungkapan rasa syukur. Inti dari upacara ritual kesenian Koromong adalah pada saat ngalungsurkeun dan nginebkeun yang dijadikan simbol sebagai tanda syukur kepada yang Maha Kuasa atas hasil panen padi yang diperoleh. Ngalungsurkeun mengandung arti bahwa ketika masyarakat hendak bertani, mereka haruslah mengeluarkan modal yang berupa uang ataupun padi yang akan ditabur untuk dijadikan benih. Adapun nginebkeun mengandung makna bahwa hasil dari panen padi yang diperoleh tersebut disimpan ke tempatnya untuk selanjutnya dimanfaatkan.

Inti dari peranan tari di dalam kesenian Koromong adalah sebagai pelengkap. Dimana terdapat keterkaitan atau hubungan saling melengkapi diantara musik dengan tari. Upacara ritual tidak bisa dilaksanakan jika hanya ada musiknya saja, atau tarinya saja. Kedua unsur tersebut saling melengkapi. Bukan musik yang memimpin tari, bukan pula tari yang memimpin musik. Keduanya saling melengkapi.

B. Saran

Hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu merupakan suatu kajian dari berbagai fakta aktual yang berkembang pada saat ini. Tindakan selanjutnya untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian Koromong, penulis sarankan sebagai berikut.

1. Pelaku Kesenian Koromong

a. Sebaiknya kesenian Koromong dipertahankan keasliannya, baik dari alat-alat musiknya, lagu-lagu yang dimainkan, serta gerakan tarinya.jangan sampai terpengaruh oleh budaya-budaya asing yang kian merajalela.


(4)

b. Dalam pemeliharaan alat musiknya harap lebih teliti lagi, jangan sampai alat musik tersebut rusak dan tidak asli lagi, karena ciri khas dari Koromong itu sendiri adalah alat musiknya yang berupa Bonang Koromong.

c. Untuk menumbuhkembangkan dan melestarikan kesenian Koromong ini, diharapkan adanya regenerasi dari kalangan anak-anak muda, baik itu dari keturunan pewaris kesenian maupun dari pihak luar, supaya kesenian ini tidak punah dan tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya.

2. Mahasiswa dan Lembaga Pemerintahan

a. Bagi mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Pendidikan Seni Tari, kesenian Koromong ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya, karena masih banyak hal yang belum tergali oleh penulis.

b. Bagi lembaga-lembaga dan instansi terkait diharapkan agar lebih memperhatikan kesenian-kesenian daerah khususnya kesenian Koromong agar keberadaannya tidak tergeser dan tetap lestari menjadi kekayaan budaya Indonesia.


(5)

Daftar Pustaka

Soedarsono. R. M. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sony Kartika, D. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.

Caturwati, E. (2007). Tari di Tatar Sunda. Bandung : Sunan Ambu Press-STSI Bandung.

Royce, Anya Peterson. (2007). Antropologi Tari. Bandung : Sunan Ambu Press STSI Bandung.

Pebrianti, Iceu. (2006). TRANSMISI KESENIAN TARAWANGSA DI DAERAH RANCAKALONG SUMEDANG. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Dimas, S. (2012). Kebudayaan Indonesia. [Online].

http://arimurti-indo.blogspot.com//kebudayaan –indonesia.html. [Oktober 21, 2012]

Boys, p. (2012). Terkikisnya Kebudayaan Indonesia. [Online]. http://komunitas-duapitue.blogspot.com//terkikisnya-kebudayaan-lokal.html. [Oktober 21, 2012]

Wikipedia. Budaya Indonesia. [Online]. http://id.wikipedia.org//budaya-indonesia. [Oktober 20, 2012]

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:Alfabeta

Anugrah, R. (2012).Jenis, Peran, dan Perkembangan Seni Tari. [Online]. [Desember 16, 2012]


(6)

Seni Budaya SMA. (2012). Gerak Murni dan Maknawi. [Online]. Senibudayalila.blogspot.com. [Desember 16, 2012]

(2012).[Online]. Unsur Tari. www.budayaku.herobo.com/unsur_tari. [Desember 16, 2012]

Lestari, I. (2012). [Online]. Musik Daerah. Kamusq.blogspot.com//musik-daerah. [Desember 18, 2012]

Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan

Suparli, L. (2010). Gamelan Pelog Salendro Induk Teori Karawitan Sunda. Bandung : Sunan Ambu Press.STSI Bandung

Ida, E. (2002). Sajian Tari pada Kesenian Koromong Kampung Cikubang desa Sukahayu Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Santoso, B. (2013). [Online]. Pengertian Peranan. Ras-eko.blogspot.com/2013/05/pengertian-peranan.html. [Juni 1, 2013]