MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK CERITA BERPASANGAN.

(1)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK

CERITA BERPASANGAN

(Penelitian Tindakan Kelas di TK Bhayangkari 17 Kelompok B, Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

Dwi Oktaviani Wulandari 0902847

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK

CERITA BERPASANGAN

(Penelitian Tindakan Kelas di TK Bhayangkari 17 Kelompok B, Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

Dwi Oktaviani Wulandari 0902847

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(3)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK

CERITA BERPASANGAN

(Penelitian Tindakan Kelas di TK Bhayangkari 17 Kelompok B, Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi 2013/2014)

Oleh:

Dwi Oktaviani Wulandari 0902847

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

©Dwi Oktaviani Wulandari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dan dicetak ulang, di foto copy atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

DWI OKTAVIANI WULANDARI NIM. 0902847

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK

CERITA BERPASANGAN

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B

Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 17 Cimahi Tahun Pelajaran 2013-2014)

Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing I

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP. 19600707 198601 2 001

Pembimbing II

Rudiyanto, S.Pd., M.Si NIP. 19740617 199003 1 003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan


(5)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP. 19600707 198601 2 001


(6)

ABSTRAK

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak

Melalui Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan Oleh : Dwi Oktaviani Wulandari

0902847

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berbicara anak kelompok B TK Bhayangkari 17 Cimahi. Permasalahan yang sering ditemukan adalah banyak anak kelompok B yang berbicara tersendat-sendat dalam menyampaikan pesan/informasi sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas, anak masih belum berani untuk berbicara di depan kelas, ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini disebabkan karena guru kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya, ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan lebih berpusat pada guru. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini : (1) Bagaiamana kondisi objektif keterampilan berbicara anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17 sebelum diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan? (2) Bagaimana penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17? (3) Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17 setelah menggunakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan? (4) Kendala apa saja yang dihadapi guru ketika diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala Bhayangkari 17?. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang meningkatnya kemampuan berbicara anak melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas. Setiap tindakan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini anak kelompok B TK Bhayangkari 17 Cimahi yang berjumlah 18 orang anak. Kemampuan berbicara anak setelah dilakukan tindakan menunjukkan adanya peningkatan setiap siklus. Anak dapat mengucapkan kata, mengembangkan kosakata dan membentuk kalimat. Rekomendasi bagi guru dalam penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan adalah guru harus mengetahui langkah-langkah dalam penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.


(7)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

MPROVE SPEAKING OF CHILDREN SKILL THROUGH COOPERATIVE

LEARNING METHOD WITH PAIRS STORY TECHNIQUE

DWI OKTAVIANI WULANDARI1, OCIH SETIASIH2, RUDIYANTO3 TEACHER EDUCATION PROGRAM OF EARLY CHILDHOOD EDUCATION

FACULTY OF EDUCATION SECIENCE INDONESIA UNIVERSITY OF EDUCATION

uie_donie@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study that background is the low children speaking ability in group B TK Bhayangkari 17 Cimahi.The problems are often found is a lot of children in group B when the child to convey the message / information content of talks that delivered by children is not clear. Children speak halting so that the contents are not clear. There is also among the students who has not want to speak in front of the class, there are some children who do not want to answer the teacher's question because they fear the answer is wrong, especially to speak in front of the class, the students has not shown courage. This is because the teachers are still classical in learning activities. Learning more focused on models that are dominated with lectures and more teacher-centered. The problem formulation in this study is : (1) How is the objectively condition speaking skills of kindergarten children in TK Group B Bhayangkari 17 before implementation of cooperative learning methods with paired story techniques? (2) How does the application of the cooperative learning methods with paired stories techniques to improve the ability of speaking kindergarten children in TK Bhayangkari 17 ? (3) How does an increase in the ability of speaking kindergarten children in TK Group B Bhayangkari 17 after using cooperative learning methods with paired story techniques? (4) what are the constraints experienced by the teachers when applied cooperative learning methods with paired stories techniques in TK Bhayangkari 17? In general of this study aims to obtain an overview of the improve children speaking ability through cooperative learning methods with paired stories techniques. The method used in this study is a research class methods. Each action consists of the planning, execution, watching or observation, and reflection . The technique used in this study were interviews , observation, and documentation. That is the subject of this research is children in group B TK Bayangkari 17 Cimahi which totaled 18 children. Child's speak ability after the action showed an increase in each cycle. Kids can say the word, develop vocabulary and form sentences. Recommendations for the teachers in the using cooperative learning methods with paired story techniques is the teacher must know the steps in use of cooperative learning methods with paired stories techniques.


(8)

(9)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR……….

UCAPAN TERIMA KASIH………...

DAFTAR ISI………

DAFTAR BAGAN………...

DAFTAR TABEL………

DAFTAR GRAFIK……….

DAFTAR GAMBAR………...

DAFTAR LAMPIRAN………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………...

B. Rumusan Masalah………...

C. Tujuan Penelitian………...

D. ManfaatPenelitian……….

E. Struktur Organisasi Penulisan

Skripsi………...

.

BAB II MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK CERITA BERPASANGAN

A. Perkembangan Bahasa Anak………...

1. Pengertian Bahasa………...

2. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa………

B. Kemampuan Berbicara Anak………....

1. Pengertian Kemampuan Berbicara………...

2. Tujuan Berbicara………...

3. Tahapan Perkembangan Berbicara Anak………

4. Tugas Utama Dalam Berbicara………...

5. Prinsip-Prinsip Berbicara Anak………..

6. Penilaian Kemampuan Berbicara………... C. Metode Cooperative Learning dalam Pembelajaran TK……….

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif………...

2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif………..

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif………

4. Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Kooperatif………... 5. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif………...

6. Teknik Pembelajaran Kooperatif………

D. Teknik Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Cerita

Berpasangan………..

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian………...

B. Desain Penelitian………...

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian…………... ii iii v vii viii ix x xi 1 4 5 6 7 8 9 10 11 11 12 13 14 19 20 20 20 21 22 23 24 26 26 29 30 33


(10)

1. Teknik Pengumpulan Data……….. 2. Instrumen Penelitian………...

D. Definisi Operasional………..

E. Teknik Analisis Data………...

1. Reduksi data………

2. Pendeskripsian Data………

3. Penarikan Kesimpulan………... F. Lokasi dan Subjek Penelitian………...

1. Lokasi Penelitian……….

2. Subjek Penelitian………... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………...

1. Kondisi Objektif Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B TK Bhayangkari 17 Cimahi……... 2. Penggunaan Metode Cooperative Learning Dengan Teknik

Cerita Berpasangan dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Kelompok B TK Bhayangkari 17………... 3. Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Metode

Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan…….... 4. Kendala yang Dihadapi Guru dalam Menerapkan Metode

Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan…….... B. Pembahasan

1. Kondisi Objektif Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B TK

Bhayangkari 17 Cimahi………...

2. Pelaksanaan Penerapan Metode Cooperative Learning Dengan Teknik Cerita Berpasangan dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Kelompok B TK Bhayangkari

17………... 3. Kemampuan Berbicara Anak Setelah Diterapkan Metode

Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan…….... 4. Kendala yang Dihadapi Guru dalam Menerapkan Metode

Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan…….... BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan………...

B. Rekomendasi………...

DAFTAR PUSTAKA……….….

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP 33 34 42 43 43 43 43 44 44 44 45 45 50 82 100 101 103 107 109 111 112 115


(11)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

DAFTAR BAGAN

Tabel Halaman


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10

Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak menurut Jean Piaget …………...

Kisi-kisi Instrumen Penelitian………

Kemampuan Berbicara Anak Sebelum Diberi Tindakan ….………. Data Observasi Kemampuan Berbicara Anak Sebelum Diberi Tindakan …. Persentase Berbicara Anak Sebelum Diberi Tindakan ……….. Kemampuan Berbicara Anak Menggunakan Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan (Siklus 1) ……….. Data Observasi Kemampuan Berbicara Anak Siklus 1 ………. Persentase Kategori Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siklus 1 ……... Kemampuan Berbicara Anak Menggunakan Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan Siklus 2 ………. Data Observasi Kemampuan Berbicara Anak Siklus 2 ……… Persentase Kategori Meningkatan Kemampuan Berbicara Siklus 2 ………. Berbicara Anak Menggunakan Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan Siklus 3……….. Data Observasi Kemampuan Berbicara Anak Siklus 3 ………

10 35 46 48 49 84 85 87 89 90 92


(13)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014 4.11

4.12

Persentase Kategori Meningkatan Kemampuan Berbicara Siklus 3 ……… 94 9597


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, seorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (2004:1), bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengembangan bahasa di TK ialah usaha atau kegiatan mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan lingkungannya melalui bahasa.

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis (Tarigan,1984:1). Keempat keterampilan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang merupakan satu kesatuan. Keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain, sebagaimana dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 diungkapkan bahwa standar tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak untuk anak usia dini yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan.

Pentingnya perkembangan bahasa dalam pendidikan anak usia dini menurut Yusuf (2000) bahwa setiap anak memiliki potensi perkembangan bahasa agar dapat berinteraksi dan dapat tumbuh serta berkembang menjadi individu dengan kecerdasan berbahasa yang baik, maka dalam kegiatan pengajaran dan pendidikan di TK sudah seharusnya jika guru membantu merangsang perkembangan bahasa dalam diri anak menjadi kebutuhan anak dalam memanfaatkan masa-masa keemasan dalam hidupnya. Pada masa ini anak memerlukan bahasa untuk menerima stimulus-stimulus tertentu yang


(15)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

bermanfaat bagi mereka dalam memahami dan menguasai lingkungannya. Dengan kemampuan berbahasa yang baik maka anak akan mudah menerima stimulus yang diterima dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran di TK mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak. Kemampuan berbicara merupakan aspek yang penting yang perlu dikuasai anak, khususnya mempengaruhi perkembangan kognisinya karena dengan berbicara anak dapat mengkomunikasikan pendapat dan pikirannya. Tetapi ketika melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tidak semua anak mampu menguasai keterampilan berbicara, ketidakmampuan anak berkomunikasi secara baik karena keterbatasan kemampuan menangkap pembicaraan anak lain atau tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan orang lain secara benar.

Berdasarkan hasil pengamatan di TK Bhayangkari 17 Cimahi dan wawancara dengan guru kelas kelompok B, kemampuan anak dalam berbicara masih rendah. Hal ini dapat diamati pada saat anak menyampaikan pesan/informasi. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh anak tersebut kurang jelas. Anak berbicara tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara anak didik yang tidak mau berbicara di depan kelas. Selain itu, pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa, umumnya anak lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang anak ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena takut jawabannya itu salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para anak didik belum menunjukkan keberanian. Kegiatan belajar mengajarpun guru masih melakukan kegiatan klasikal. Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan lebih berpusat pada guru, contohnya guru tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan gagasannya. Hal ini mengakibatkan anak kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan anak hanya duduk, diam, dan mendengarkan.


(16)

Kegiatan ini mengakibatkan anak kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas belajar.

Melihat kondisi nyata tentang kemampuan berbicara anak di TK Bhayangkari 17 melalui refleksi awal dan diskusi dengan guru kelas kelompok B1, sebagai solusi untuk mengatasi masalah meningkatkan kemampuan berbicara terdapat banyak metode yang dapat digunakan, metode tersebut antara lain metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode tanya jawab, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode bermain peran, metode eksperimen, metode proyek, metode pemberian tugas dan metode cooperative learning. Dari berbagai metode tersebut yang akan diangkat dalam penelitian ini, untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dilakukan dengan menggunakan metode cooperative learning. Untuk lebih memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) ada beberapa teknik yang bisa digunakan dan disesuaikan dengan kebutuhan atau kompetensi yang diinginkan dicapai oleh anak, yaitu teknik mencari pasangan, teknik bertukar pasangan, teknik berfikir, teknik berpasangan, teknik betempat, teknik berkirim salam dan soal, teknik kepala bernomor, teknik kepala bernomor tersrtruktur, teknik dua tinggal dua tamu, teknik keliling kelompok, teknik kancing gemerincing, teknik keliling kelas, teknik lingkaran kecil lingkaran besar, teknik tari bamboo, teknik jigsaw, dan teknik bercerita berpasangan.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu penilaian akhir setiap anggota


(17)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

kelompok ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok.

Sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak di TK Bhayangkari 17 Cimahi adalah digunakannya metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. Metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan ini dapat mengoptimalkan partisipasi atau keikutsertaan anak dalam proses belajar mengajar, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan gagasan/pendapatnya, serta mengajarkan anak untuk saling bekerja sama. Berdasarkan pernyataan tersebut diharapkan akan merangsang anak untuk mau berbicara mengungkapkan gagasannya dan lebih komunikatif dengan teman kelompoknya dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat.

Penelitian yang dilakukan oleh Emma Rahmawati (2009) di TK

INDRI dengan judul “Pengaruh pembelajaran kooperatif dengan teknik

Jigsaw terhadap tingkat kecerdasan emosi anak TK” menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw di TK INDRI dapat meningkatkan kecerdasan emosi dengan hasil kategori tinggi sebanyak 11 anak dengan persentasi 79% sedangkan anak dengan tingkat kecerdasan rendah 21%.

Kondisi tersebut melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian

tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak

Usia Dini Melalui Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan ”.


(18)

Dari permasalahan yang telah diungkapkan diatas, penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan, dan perumusan permasalahan dari penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

Rumusan masalah secara umum adalah bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berbicara anak TK melalui metode cooperative lerning dengan teknik cerita berpasangan, agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17 sebelum diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan?

2. Bagaimana penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17 setelah menggunakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan?

4. Kendala apa saja yang dihadapi guru ketika diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala Bhayangkari 17?

C. Tujuan Penelitian

Perumusan tujuan dalam suatu penelitian merupakan hal yang paling penting, karena tujuan yang jelas akan mengarahkan penelitian dalam mencapai sasaran yang tepat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kondisi objektif kemampuan berbicara anak sebelum

diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala Bhayangkari 17.

2. Mengetahui penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak TK.


(19)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

3. Mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak setelah diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.

4. Mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam menerpakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala Bahayangkari 17.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak khususnya guru TK, Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, bagi peneliti selanjutnya, dan umumnya bagi orang tua anak didik dan pihak-pihak terkait yang memerlukan sehingga dapat memberikan nilai positif untuk peningkatan kemampuan pengembangan bahasa khususnya kemampuan berbicara anak. Secara spesifik manfaat yang diharapkan tersebut diantaranya:

1. Bagi guru TK, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan sehingga termotivasi untuk menjadi guru yang inisiator dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.

2. Bagi Prodi PGPAUD sebagai lembaga yang menghasilkan calon guru PAUD, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk senantiasa meningkatkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik terutama dalam meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode kooperatif bagi anak usia dini.

3. Bagi peneliti sendiri penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan sehingga dapat memanfaatkan


(20)

dan mengembangkan suatu cara dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. .

4. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan para orang tua memahami pembelajaran berbicara di Taman Kanak-Kanak, sehingga kebebasan anak untuk menyampaikan ide/gagasannya dan menikmati dunia anak yang sesungguhnya sangat menyenangkan menjadi lebih terbentang luas dalam kegiatan berbicara melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.

E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini terdiri dari BAB I yang didalamnya terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang ditujukan baik bagi guru, bagi Prodi PG PAUD, bagi peneliti selanjutnya dan bagi orang tua, serta struktur organisasi penulisan skripsi.

BAB II membahas kajian teori tentang perkembangan bahasa anak, kemampuan berbicara anak, metode cooperative learning, serta metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.

BAB III akan membahas tetntang metode penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data dan instrument penelitian, definisi operasional, teknik analisis data serta lokasi dan subjek penelitian.

BAB IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian hasil penelitian berisi tentang kondisi objektif kemampuan berbicara anak kelompok B TK Bhayangakari 17 Cimahi, penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini TK Bhayangkari 17 Cimahi,


(21)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

peningkatan kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di TK Bhayangkari 17 Cimahi setelah menggunakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan dan kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. Sedangkan pada bagian pembahasan berisi tentang kemampuan berbicara anak kelompok B TK Bhayangakari 17 Cimahi sebelum penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan, pelaksanaan pembelajaran metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini di TK Bhayangkari 17 Cimahi, kemampuan berbicara anak usia dini di TK Bhayangkari 17 Cimahi setelah penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan, serta kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran, serta mengatasi permasalahan kemampuan berbicara yang terjadi di lapangan. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Wiriaatmadja (2008), secara ringkas penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencotohkan suatu gagasan perbaikan dalam pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Menurut Iskandar (2009), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis, dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan guru atau dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatka kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru atau dosen/pengajar peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permaslahan yang mengganjal dalam proses pembelajaran di kelas.

Selain itu menurut Syamsudin dan Damaianti (2009:193), PTK adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya, kita tidak melakukan penelitian ini secara sendiri, tetapi akan berkolaborasi dan berpartisipatif. Artinya, kita tidak melakukan penelitian ini secara sendiri, tetapi akan berkolaborasi dan berpartisipasi dengan sejawat yang berminat


(23)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

sama dalam hal permaslahan penelitian, misalnya atau dengan kawan, dosen atau dengan kepala sekolah yang ingin mengetahui bagaimana sebenarnya melaksanakan PTK itu. Secara berpartisipatif kita bekerja sama dengan mereka, sebagai mitra peneliti, langkah demi langkah.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yaitu memperoleh gambaran yang jelas tentang meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif oleh peneliti dan guru sebagai praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.

B.Desain Penelitian a) Perencanaan

1. Kegiatan Siklus 1

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I, peneliti menyusun suatu rencana kegiatan yang akan diberikan kepada anak-anak sesuai dengan masalah dan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.

2. Kegiatan Siklus II

Apabila belum tercapainya aktifitas anak yang maksimal pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, peneliti menyusun suatu rencana kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II yang akan diberikan kepada anak-anak sesuai dengan masalah dan kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus I dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. 3. Kegiatan Siklus III

Apabila belum tercapainya aktifitas anak yang maksimal pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II, peneliti menyusun suatu


(24)

rencana kegiatan perbaikan pembelajaran siklus III yang akan diberikan kepada anak-anak sesuai dengan masalah dan kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus I dan II dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.

Dalam pelaksanaan PTK peneliti melakukan persiapan untuk melaksanakan perbaikan melalui 3 siklus mulai dari perencanaan sampai dengan refleksi. Hal tersebut diuraikan dengan gambar sebagai berikut :

PENELITIAN TINDAKAN KELAS Orientasi

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Dilanjutkan Ke Siklus Berikut?

Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan Perbaikan Perencanaan

Orientasi Perencanaan Pengamatan


(25)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

Bagan 3.1

Sumber: Arikunto, 2010

b) Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas B1 di TK Bhaynagkari 17 Cimahi yang dilaksanakan pada bulan September 2013. Dalam pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah merancang teknik yang akan digunakan dalam pembelajaran sekaligus bertindak sebagai guru. Peneliti bekerja sama dengan guru dalam melaksanakan tindakan, agar peneliti dapat melaksanakan perannya berdasarkan rencana. Sehingga apa ya ng menjadi tujuan dari penelitian ini tercapai dan dapat menghasilkan peningkatan prestasi belajar yang lebih baik terutama dalam kemampuan berbicara anak.

c) Pengamatan atau Observasi

Untuk mengumpulkan informasi atau data dalam penelitian ini maka penulis menggunakan instrument penelitian perkembangan anak yaitu melalui pengamatan (observasi). Setelah ketiga siklus dilakukan, peneliti juga akan melaksanakan penilaian. Hasil yang didapat pada pembelajaran siklus I pada pertemuan 1 sampai 2 akan dimasukkan kedalam instrumen penilaian. Pada perbaikan pembelajaran siklus II kegiatan perbaikan dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pertemuan 1 sampai 2. Pada perbaikan pembelajaran siklus III kegiatan perbaikan dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pertemuan 1 sampai 2. Untuk mengetahui hasil dari perbaikan pembelajaran penulis melakukan pengamatan atau observasi untuk pengumpulan data dengan mengguanakan lembar instrument yang diisi dengan tanda checklist. Pada lembar observasi guru menyediakan penilaian dalam kategori baik (B), cukup (C), kurang (K). Baik (B) apabila anak mampu melakukan semua kegiatan pembelajaran tanpa bantuan guru, cukup (C) apabila anak mampu melakukan semua kegiatan


(26)

pembelajaran namun masih memerlukan sedikit bantuan guru, kurang (K) apabila anak belum mampu melakukan kegiatan pembelajaran dan masih memerlukan bantuan guru. Setiap kategori memiliki nilai masing-masing yaitu B=3, C=2, K=1. Setelah semua nilai dimasukkan untuk menentukan hasil akhir kemampuan anak dilihat dari pencapaian pada skor akhir. Skor 13-21=kurang, 22-30=cukup, ≥ 31=baik.

d) Refleksi

Setelah dilaksanakan perencanaan, tindakan, dan pengamatan maka langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan refleksi, yaitu apakah dengan melalui penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini. Dari hasil reflesi ini untuk menemukan kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan dalam pembelajaran sehingga mengetahui dan dapat memperbaikinya sehingga masalah yang ditemukan di dalam proses belajar mengajar khususnya kemampuan berbicara anak berhasil seoptimal mungkin sehingga hasil belajar anak tercapai, melalui tindakan perbaikan pembelajatan.

C.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan berbicara anak di TK Bhayangkari 17 Cimahi dengan melakukan percakapan langsung, baik dengan anak, guru ataupun orang tua anak.


(27)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

Observasi adalah teknik yang dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan berbicara anak pada saat diterapkan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan melalui pengamatan saja.

c. Studi Dokumentasi

Sesuatu yang bisa menggambarkan suatu kejadian bisa dengan foto-foto, slide atau video tentang kegiatan pembelajaran penerapan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 136), instrumen penelitian memiliki pengertian sebagai berikut, yakni:

“Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya pada penelitian lebih mudah dan hasilnya lebih baik dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih

cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah”.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan format observasi dengan jenis rating scale, yakni memiliki tingkatan dalam penilaianya, antara lain terdapat tiga tingkatan yaitu: 1). Baik : Apabila anak mampu melakukan semua kegiatan pembelajaran tanpa bantuan guru, 2). Cukup : Apabila anak mampu melakukan semua kegiatan pembelajaran, namun masih perlu sedikit bantuam guru dan 3). Kurang : Apabila anak belum mampu melakukan kegiatan pembelajaran dan masih memerlukan bimbingan dari guru

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan sumber data. Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :


(28)

D. Definisi Operasional

Untuk membatasi istilah atau definisi operasional dalam penelitian ini, maka variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Kemampuan berbicara anak Taman Kanak-Kanak adalah kemampuan anak dalam mengucapkan kata-kata(mengucapkan bunyi/suara, meniru 4-5 urutan kata, dan menyebutkan kata dari huruf awal yang sama), mengembangkan kosakata(menyebutkan judul cerita, menyebutkan tokoh cerita, menyebutkan tempat peristiwa dalam cerita, menggunakan kata tanya, dan menyebutkan keterangan waktu dalam cerita), serta menggabungkan kata-kata menjadi kalimat (bercerita di depan kelas dengan lafal yang benar,bercerita di depan kelas dengan intonasi yang tepat, melengkapi kalimat sederhana, bercerita tentang gambar yang disediakan guru atau dibuat sendiri oleh anak dan menceritakan pengalaman sesuai dengan tema yang telah ditetapkan).

2. Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan adalah teknik bercerita tentang suatu cerita secara berpasangan dalam satu kelompok yang terdiri dari empat orang anak, dengan maksud dan tujuan anak dapat menyampaikan cerita dengan bekerja sama dengan


(29)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

kelompoknya agar menjadi satu cerita yang utuh. Adapun langkah-langkah pembelajaran metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan adalah sebagai berikut :

a. Guru memberikan pengenalan mengenai tema yang akan dibahas pada hari itu dan menanyakan apa yang anak ketahui mengenai tema tersebut. Dalam kegiatan ini, guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya.

b. Anak dipasangkan. Empat orang anak dipasangkan kemudian anak yang lain mendengarkan. Masing-masing pasangan anak tersebut diberi media/bahan berupa boneka flannel.

c. Anak mulai menceritakan cerita yang sudah di ceritakan sebelumnya oleh guru.

d. Anak-anak yang lain mendengarkan cerita.

e. Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi mengenai tema/cerita yang telah disampaikan antara pasangan atau dengan seluruh anak dalam kelas.

E.Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan teknik analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984) dan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan distribusi frekuensi, penjalasannya antara lain sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan.Reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman dari setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami. Keseluruhan rangkuman data yang berupa hasil observasi mengenai penerapan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan untuk


(30)

meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B di TK Bhayangkari 17 Cimahi.

2. Pendeskripsian Data

Beberapa macam data penelitian tindakan kelas yang telah direduksi perlu dideskripsikan dengan tertata rapi berupa narasi dan grafik. Data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada setiap aspek meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B di TK Bhayangkari 17 Cimahi.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus satu kesimpulan terevisi pada akhir siklus dua dan seterusnya serta kesimpulan terakhir pada siklus terakhir.

F. Lokasi dan Subjek penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalalah TK Bhayangkari 17 Cimahi yang beralamat di Jl. Sukimun No. 4 Kec. Cimahi Tengah Kota Cimahi.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Bhayangkari 17, yang berjumlah 18 orang, yang terdiri atas 10 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan.


(31)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Meningkatkan kemampuan

Berbicara Anak usia Dini melalui metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan” yang dilaksanakan di TK Bhayangkari 17 Cimahi, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kondisi Objektif kemampuan berbicara anak usia dini kelompok B TK Bhayangkari 17 masih sangat rendah. Masih banyak ditemukan anak yang belum mampu bercerita di depan kelas dengan lafal dan intonasi yang benar, selain itu juga anak masih belum mampu menjawab pertanyaan dari guru. Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran guru masih menggunakan metode secara klasikal dan berpusat pada guru sehingga anak kurang diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan menyampaikan ide/gagasannya.

2. Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini TK Bhayangkari 17 dilaksanakan dengan 3 siklus pembelajaran, setiap siklus terdiri dari 2 tindakan. Sebelumnya guru dan peneliti merancang perencaan pada setiap tindakan. Setiap tindakan diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan dilaksanakan pada kegiatan inti pembelajaran. Anak secara berkelompok bergantian bercerita berpasangan dengan menggunakan media boneka tangan/celemek flannel. Penggunaan teknik cerita berpasangan merupakan salah satu teknik dari Cooperative Learning. 3. Kemampuan berbicara anak usia dini TK Bhayangkari 17 setelah

digunakan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan mengalami peningkatan dari sebelum diberi tindakan.


(32)

Peningkatan kemampuan berbicara anak dengan menggunakan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan terlihat pada siklus tiga, kemampuan anak dalam bercerita di depan kelas dengan lafal yang benar, bercerita tentang gambar menunjukkan peningkatan, pada siklus dua hanya 4 orang anak yang mendapat nilai baik, pada siklus tiga ini meningkat menjadi 15 orang anak, sedangkan kemampuan anak dalam menyebutkan kata yang memiliki huruf awal yang sama berada pada kategori rendah.

4. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebelum diberi tindakan, guru menghadapi kendala dalam meningkatkan kemampuan berbicara yaitu guru hanya mengandalkan cerita saja tanpa menggunakan media, sehingga kurang menarik minat anak, selain itu juga guru masih menekankan pada metode klasikal dan semua berpusat pada guru. Dan ketika menggunakan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan guru menghadapi kendala sulit untuk mengkondisikan anak ketika sekelompok anak yang sedang bercerita dan anak yang lain agar mendengarkan dengan tertib, kendala tersebut terjadi karena anak-anak yang lain tidak ada kegiatan selain mendengarkan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait antara lain :

1. Bagi Guru :

a). Metode Cooperative Learning, salah satu media yang dapat memfasilitasi dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini melalui Teknik Cerita Berpasangan, untuk itu guru harus mengetahui langkah-langkah dalam pengguanaan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan, selain itu juga guru


(33)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

harus bisa mengkondisikan anak pada saat kegiatan pembelajaran cerita berpasangan sedang berlangsung, bisa dilakukan dengan memberikan reward kepada anak agar termotivasi untuk mau mendengarkan cerita dengan tertib, guru harus menyiapkan media yang dapat menarik minat anak, serta guru juga harus pandai mengatur ruang kelas agar anak tidak merasa bosan ketika pembelajaran cooperative leaning dengan teknik cerita berpasangan sedang berlangsung.

b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini, untuk itu guru harus dapat menciptakan atau membuat media yang tepat dan menarik sesuai dengan tema serta harus dapat menciptakan pengaturan kelas yang cocok untuk metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan.

2. Bagi Orang Tua

Dapat dijadikan salah satu alternatif agar anak ada keberanian untuk mampu berbicara dengan lafal yang benar dan intonasi yang tepat serta mampu menyampaikan pesan/informasi, gagasan/ide kepada orang lain khususnya kepada orang tua ketika berada di lingkungan rumah. 3. Bagi Lembaga PAUD

a). Sekolah seharusnya dapat memfasilitasi segala sesuatu yang dapat mendukung proses pembelajaran meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini. Dengan media serta metode yang tepat anak akan tertarik untuk berbicara dengan baik.

b). Kepala sekolah dan guru harus sering melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran terutama kegiatan bercerita untuk meningkatakan kemampuan berbicara kemudian dikonsultasikan kepada orang tua anak.


(34)

c). Sekolah sudah sepantasnya memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti berbagai pelatihan atau seminar yang berhubungan dengan anak usia dini terutama dalam hal kemampuan berbicara anak usia dini.

4. Bagi Peneliti

Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan sangat cocok untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini . untuk selanjutnya peneliti harus bisa memodifikasi teknik cerita berpasangan dengan mengguanakan media yang lebih menarik.


(35)

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhartono dan Supriadi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Hartini, Elis. (2009). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Pemanfaatan Media Gambar Fotografi. Skripsi. UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak (edisi kelima) Jakarta : Erlangga Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak (edisi enam) Jakarta : Erlangga

Iskanadar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat : Gaung Persada (GP) Press Itta. (2007) Kemampuan Berbahasa Inggris Anak dengan Pembelajaran

Bilingual. Jakarata : Jurnal Pendidikan Penabur

Jamaris, M. (2005). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta : Grasindo

Keraf, G. (2009) Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia

Kuswari. (2008). Keterampilan Berbahasa Sunda Menyimak dan Berbicara. Bandung

Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Rineka Cipta

Musfiroh. (2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas

Novia. (2002). Media Buku Bergambar untuk Meningkatkan Kosakata Bahasa Inggris Anak TK. Skripsi sarjana FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan Permendiknas no 58 tahun 2009.

Rahmawati, E. (2009) Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Jigsaw terhadap Tingkat Kecerdasan Emosi Anak TK. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Santrock, J.W. (2004). Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima) (diterjemahkan oleh Achmad Chusairi). Jakarta : Erlangga

Saputra, Y. dan Rudiyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Depdiknas


(36)

Suhartono (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas

Suhendar. Dan Supinah Pien. (1992) MKDU Bahasa Indonesia. Bandung : Pionir Jaya

Supriadi, Y. (2005) Program Bimbingan Untuk Membantu Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Tesis. Bandung : FIP UPI

Syamsudin. Dan Vismania S. (2009). Damaianti. Metode Penelitian Tindakan Bahasa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Tarigan, G.H. (1981). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

Tarigan, G.H. (1984). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung

Tarigan, G.H. (1985). Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa. Depdikbud

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Meningkatkan kemampuan Berbicara Anak usia Dini melalui metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan” yang dilaksanakan di TK Bhayangkari 17 Cimahi, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kondisi Objektif kemampuan berbicara anak usia dini kelompok B TK Bhayangkari 17 masih sangat rendah. Masih banyak ditemukan anak yang belum mampu bercerita di depan kelas dengan lafal dan intonasi yang benar, selain itu juga anak masih belum mampu menjawab pertanyaan dari guru. Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran guru masih menggunakan metode secara klasikal dan berpusat pada guru sehingga anak kurang diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan menyampaikan ide/gagasannya.

2. Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini TK Bhayangkari 17 dilaksanakan dengan 3 siklus pembelajaran, setiap siklus terdiri dari 2 tindakan. Sebelumnya guru dan peneliti merancang perencaan pada setiap tindakan. Setiap tindakan diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan dilaksanakan pada kegiatan inti pembelajaran. Anak secara berkelompok bergantian bercerita berpasangan dengan menggunakan media boneka tangan/celemek flannel. Penggunaan teknik cerita berpasangan merupakan salah satu teknik dari Cooperative Learning. 3. Kemampuan berbicara anak usia dini TK Bhayangkari 17 setelah


(2)

Peningkatan kemampuan berbicara anak dengan menggunakan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan terlihat pada siklus tiga, kemampuan anak dalam bercerita di depan kelas dengan lafal yang benar, bercerita tentang gambar menunjukkan peningkatan, pada siklus dua hanya 4 orang anak yang mendapat nilai baik, pada siklus tiga ini meningkat menjadi 15 orang anak, sedangkan kemampuan anak dalam menyebutkan kata yang memiliki huruf awal yang sama berada pada kategori rendah.

4. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebelum diberi tindakan, guru menghadapi kendala dalam meningkatkan kemampuan berbicara yaitu guru hanya mengandalkan cerita saja tanpa menggunakan media, sehingga kurang menarik minat anak, selain itu juga guru masih menekankan pada metode klasikal dan semua berpusat pada guru. Dan ketika menggunakan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan guru menghadapi kendala sulit untuk mengkondisikan anak ketika sekelompok anak yang sedang bercerita dan anak yang lain agar mendengarkan dengan tertib, kendala tersebut terjadi karena anak-anak yang lain tidak ada kegiatan selain mendengarkan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait antara lain :

1. Bagi Guru :

a). Metode Cooperative Learning, salah satu media yang dapat memfasilitasi dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini melalui Teknik Cerita Berpasangan, untuk itu guru harus mengetahui langkah-langkah dalam pengguanaan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan, selain itu juga guru


(3)

harus bisa mengkondisikan anak pada saat kegiatan pembelajaran cerita berpasangan sedang berlangsung, bisa dilakukan dengan memberikan reward kepada anak agar termotivasi untuk mau mendengarkan cerita dengan tertib, guru harus menyiapkan media yang dapat menarik minat anak, serta guru juga harus pandai mengatur ruang kelas agar anak tidak merasa bosan ketika pembelajaran cooperative leaning dengan teknik cerita berpasangan sedang berlangsung.

b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini, untuk itu guru harus dapat menciptakan atau membuat media yang tepat dan menarik sesuai dengan tema serta harus dapat menciptakan pengaturan kelas yang cocok untuk metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan.

2. Bagi Orang Tua

Dapat dijadikan salah satu alternatif agar anak ada keberanian untuk mampu berbicara dengan lafal yang benar dan intonasi yang tepat serta mampu menyampaikan pesan/informasi, gagasan/ide kepada orang lain khususnya kepada orang tua ketika berada di lingkungan rumah. 3. Bagi Lembaga PAUD

a). Sekolah seharusnya dapat memfasilitasi segala sesuatu yang dapat mendukung proses pembelajaran meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini. Dengan media serta metode yang tepat anak akan tertarik untuk berbicara dengan baik.

b). Kepala sekolah dan guru harus sering melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran terutama kegiatan bercerita untuk meningkatakan kemampuan berbicara kemudian dikonsultasikan kepada orang tua anak.


(4)

c). Sekolah sudah sepantasnya memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti berbagai pelatihan atau seminar yang berhubungan dengan anak usia dini terutama dalam hal kemampuan berbicara anak usia dini.

4. Bagi Peneliti

Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan sangat cocok untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini . untuk selanjutnya peneliti harus bisa memodifikasi teknik cerita berpasangan dengan mengguanakan media yang lebih menarik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhartono dan Supriadi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Hartini, Elis. (2009). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Pemanfaatan Media Gambar Fotografi. Skripsi. UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak (edisi kelima) Jakarta : Erlangga Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak (edisi enam) Jakarta : Erlangga

Iskanadar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat : Gaung Persada (GP) Press Itta. (2007) Kemampuan Berbahasa Inggris Anak dengan Pembelajaran

Bilingual. Jakarata : Jurnal Pendidikan Penabur

Jamaris, M. (2005). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta : Grasindo

Keraf, G. (2009) Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia

Kuswari. (2008). Keterampilan Berbahasa Sunda Menyimak dan Berbicara. Bandung

Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Rineka Cipta

Musfiroh. (2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas

Novia. (2002). Media Buku Bergambar untuk Meningkatkan Kosakata Bahasa Inggris Anak TK. Skripsi sarjana FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan Permendiknas no 58 tahun 2009.

Rahmawati, E. (2009) Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Jigsaw terhadap Tingkat Kecerdasan Emosi Anak TK. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Santrock, J.W. (2004). Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima) (diterjemahkan oleh Achmad Chusairi). Jakarta : Erlangga


(6)

Suhartono (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas

Suhendar. Dan Supinah Pien. (1992) MKDU Bahasa Indonesia. Bandung : Pionir Jaya

Supriadi, Y. (2005) Program Bimbingan Untuk Membantu Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Tesis. Bandung : FIP UPI

Syamsudin. Dan Vismania S. (2009). Damaianti. Metode Penelitian Tindakan Bahasa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Tarigan, G.H. (1981). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

Tarigan, G.H. (1984). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung

Tarigan, G.H. (1985). Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa. Depdikbud

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya