PENGGUNAAN MEDIA KOLAM CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI.

(1)

No: 4/PG PAUD/I/2013

PENGGUNAAN MEDIA KOLAM CERITA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Kelompok A Raudhatul Athfal At-Taqwa Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung

(Tahun Pelajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh ELI NURLAELI

1007821

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK


(2)

No: 4/PG PAUD/I/2013

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

ELI NURLAELI 1007821

PENGGUNAAN MEDIA KOLAM CERITA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA

PADA ANAK USIA DINI

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung

Tahun Pelajaran 2012-2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PENGUJI :

Penguji I

Leli Kurniawati, S.Pd, M.Mus NIP. 132252248

Penguji II

dr. Nur Faizah Romadona 19701129 200312 2001

Penguji III

Rudiyanto, M.Pd 19740617 199903 1003

Penguji IV

Dr. Badruzaman,M.Pd 19740806 200112 1002

Mengetahui


(3)

No: 4/PG PAUD/I/2013

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd. NIP. 19600707 198601 2001

ELI NURLAELI 1007821

PENGGUNAAN MEDIA KOLAM CERITA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA

PADA ANAK USIA DINI

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Kelompok A Raudhatul Athfal At-Taqwa Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung

Tahun Pelajaran 2012-2013) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Aan Listiana, M.Pd. NIP.19720803 200112 2001

Pembimbing II

Dr. Nining Sriningsih, M.Pd. NIP.19791211 20064 2001

Mengetahui


(4)

No: 4/PG PAUD/I/2013

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd. NIP. 19600707 198601 2001

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penggunaan Media Kolam Cerita

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia Dini” ini beserta seluruh isinya

adalah hasil karya saya. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku pada masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dalam karya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, Januari 2013

Yang Membuat Pernyataan


(5)

(6)

No: 4/PG PAUD/I/2013

“ keringat anak kecil menambah kecerdasannya di waktu dewasa” (HR.At-Tarmdidzi)

“Bukalah (ajarkanlah) kepada anak-anak kalian kalimat pertama berupa LAILA HAILLLALLAH dan talqinkan (diktekan) pula kepada mereka ketika hendak meninggal

LAILA HAILLLALLAH “ (Hakim dari Ibnu Abbas)

“Yang paling baik di antara kalian adalah orang-orang yang bermanfaat bagi yang lain” (HR. At-Tabrani)

“ Barang siapa yang berkata pada anak kecil ,” Kemarilah akan kuberi sesuatu”, namun ternyata ia tidak memberi apa-apa, maka ia adalah pendusta.”

“Selama matahari masih terbit dari timur Selama badan masih digerakan Selama ruh masih tertanam dalam jiwa

Selama do’a masih menjadi dorongan Selama usaha masih bisa dilaksanakn

Maka yakinlah selalau ada harapan Selalu ada jalan di lapangkan Alloh SWT”

“Amin”

Karya kecil ini kupersembahkan kepada : Alllah SWT sebagai rasa syukurku

Suamiku tercinta Abi Rohmat dan anakku M Sabiq yang selalau menjadi inspirasiku

Ayahku tercinta H.M.O. Abdurrahman (Alm) dan Ibuku tersayang Hj. E. Fatimah, Euma dan Abah di


(7)

No: 4/PG PAUD/I/2013

Kakak-kakaku, Drs.H Dadang ZM, Aep Saepuddin (Alm), Drs. Asep Ma’mun, Ir. Asep Saepulloh, Aceng Ridwa, Aceng Sa’dullah, S.Ag, Abun Bunyamin dan Adikku Moch. Zam-zam Mubark, Ss, sebagai tanda kasihku

Almamater dan segenap pendamba Ilmu dan kebenaran, sebagai sumbangsihku.


(8)

ABSTRAK

Penggunaan Media Kolam Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Anak Usia Dini

(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Kelompok A Raudhatul Athfal At-Taqwa Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)

Oleh : Eli Nurlaeli

Penelitian ini beranjak dari permasalahan berupa kurang dimilikinya kemampuan berbicara anak kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa yang ditunjukkan dengan sebagian besar anak menjawab dengan jawaban yang singkat dengan pola kalimat yang belum sempurna, masih minim terhadap kosa kata sehari-hari untuk membuat sebuah kalimat yang sempurna, mereka tampak kurang berani berbicara di depan orang banyak, tidak berbicara lancar ketika menceritakan pengalamannya dan belum dapat mengolah kata menjadi kalimat yang benar. Salah satu penyebab kondisi tersebut adalah proses pembelajaran kemampuan berbicara tersebut disampaikan hanya dalam bentuk bercakap-cakap saja tanpa menggunakan media. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik tentang penggunaan media kolam cerita untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan subjek penelitiannya adalah anak kelompok A RA. At-Taqwa Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 12 orang terdiri dari 5 orang anak laki-laki dan 7 orang anak perempuan. Penelitian ini mengacu pada langkah-langkah penelitian tindakan kelas dari John Elliot (Wijaya Kusumah, 2010:22) antara lain (1) adanya ide awal, (2) perencanaan, (3) implementasi tindakan, (4) reflkesi, (5) refisi. PTK ini dilakukan sebanyak 2 siklus, siklus I sebanyak 3 tindakan, sedangkan siklus II terdiri dari 2 tindakan. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui lima jenis yaitu observasi, wawancara, catatan anekdot, studi dokumentasi dan instrument tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berbicara anak kelompok A RA At-taqwa mengalami peningkatan setelah diterapkan penggunaan media kolam cerita, berupa adanya perubahan kemampuan berbicara menjadi lebih baik yang ditunjukkan dengan anak sudah dapat berbicara lancar, dapat menjawab pertanyaan sederhana, mengungkapkan kalimat dengan cukup kompleks, dapat mengucapkan kata dengan lafal yang benar, berani berbicara di depan temannya. Begitu pula dengan hasil pengukuran mengalami peningkatan persentase kemampuan berbicara dengan kategori “dapat” atau berbicara dengan lancar sekitar 68%, yaitu prasiklus 2%, siklus I sebesar 16%, dan siklus II menjadi 70%. Kemampuan berbicara pada anak akan meningkat lebih baik bila Guru dalam menggunakan media kolam cerita memahami betul tekhnik penggunaannya dan diterapkan secara intensif.


(9)

(10)

ABSTRAK

Penggunaan Media Kolam Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Anak Usia Dini

(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Kelompok A Raudhatul Athfal At-Taqwa Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)

Oleh : Eli Nurlaeli

Penelitian ini beranjak dari permasalahan berupa kurang dimilikinya kemampuan berbicara anak kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa yang ditunjukkan dengan sebagian besar anak menjawab dengan jawaban yang singkat dengan pola kalimat yang belum sempurna, masih minim terhadap kosa kata sehari-hari untuk membuat sebuah kalimat yang sempurna, mereka tampak kurang berani berbicara di depan orang banyak, tidak berbicara lancar ketika menceritakan pengalamannya dan belum dapat mengolah kata menjadi kalimat yang benar. Salah satu penyebab kondisi tersebut adalah proses pembelajaran kemampuan berbicara tersebut disampaikan hanya dalam bentuk bercakap-cakap saja tanpa menggunakan media. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik tentang penggunaan media kolam cerita untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan subjek penelitiannya adalah anak kelompok A RA. At-Taqwa Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 12 orang terdiri dari 5 orang anak laki-laki dan 7 orang anak perempuan. Penelitian ini mengacu pada langkah-langkah penelitian tindakan kelas dari John Elliot (Wijaya Kusumah, 2010:22) antara lain (1) adanya ide awal, (2) perencanaan, (3) implementasi tindakan, (4) reflkesi, (5) refisi. PTK ini dilakukan sebanyak 2 siklus, siklus I sebanyak 3 tindakan, sedangkan siklus II terdiri dari 2 tindakan. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui lima jenis yaitu observasi, wawancara, catatan anekdot, studi dokumentasi dan instrument tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berbicara anak kelompok A RA At-taqwa mengalami peningkatan setelah diterapkan penggunaan media kolam cerita, berupa adanya perubahan kemampuan berbicara menjadi lebih baik yang ditunjukkan dengan anak sudah dapat berbicara lancar, dapat menjawab pertanyaan sederhana, mengungkapkan kalimat dengan cukup kompleks, dapat mengucapkan kata dengan lafal yang benar, berani berbicara di depan temannya. Begitu pula dengan hasil pengukuran mengalami peningkatan persentase kemampuan berbicara dengan kategori “dapat” atau berbicara dengan lancar sekitar 68%, yaitu prasiklus 2%, siklus I sebesar 16%, dan siklus II menjadi 70%. Kemampuan berbicara pada anak akan meningkat lebih baik bila Guru dalam menggunakan media kolam cerita memahami betul tekhnik penggunaannya dan diterapkan secara intensif.


(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahiraabbill’alamiin

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam senantiasa kami panjatkan kehadirat Rasulullah SAW, kepada keluarga serta para sahabatnya, semoga kita dapat menjadi bagian dari umatnya yang setia sampai akhir zaman.

Atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penggunaan Media Kolam Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan

Berbicara Anak Usia Dini”. Adapun pembuatan skripsi ini bertujuan untuk

memenuhi persyaratan dalam penyelesaian studi pada program studi S-I Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FIP UPI.

Penulis sangat menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Masih banyak ilmu yang belum digali oleh peneliti. Hal ini dikarenakan keterbatasan penulis dalam hal pengetahuan, tenaga dan waktu. Penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Kritik dan saran membangun sangat diharapkan, sehingga dapat menjadi perbaikan bagi penulis selanjutnya.

Bandung, 15 Januari 2013


(12)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ...

LEMBAR PERNYATAAN ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ………... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR BAGAN ………. vii

DAFTAR GRAFIK ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan Penelitian ……….. 6

D. Manfaat Penelitian ……… 6

E. Sistematika Penulisan ……….. 7

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KEMAMPUAN BERBICARA DAN MEDIA KOLAM CERITA ……… 8

A. Hakikat Perkembangan Bicara Anak Usia Dini ………. 8

1. Pengertian Berbicara Anak ……….. 8


(13)

3. Tujuan Pengembangan Bicara Anak ……… 14

4. Faktor Ukuran Kemampuan Berbicara ……… 16

5. Tugas Utama dalam Belajar Berbicara ……… 17

B. Media Visual Untuk meningkatkan Kemampuan Berbicara ………. 20

1. Pengertian Media ………. 20

2. Nilai dan Peranan Media dalam Pembelajaran ……… 21

3. Jenis Media Pengembangan Berbicara ………. 22

4. Jenis Media Visual Pengembangan Berbicara ………. 24

5. Media Kolam Cerita Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara. 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 33

A. Metode dan Desain Penelitian ……….. 33

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ………... 40

C. Penjelasan Istilah ……….. 41

D. Instrumen Penelitian ………. 42

E. Analisis Data ……… 48

F. Validasi Data ……… 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 47

A. Data Hasil Penelitian……….. 51 1. Gambaran kondisi Lapangan Kemampuan Berbicara

Anak Kelompok A RA. At-taqwa

51


(14)

3. Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A RA. At-Taqwa setelah diterapkan Penggunaan Media Kolam Cerita.

73

A. Pembahasan Hasil Penelitian 79

1. Kondisi Objektif Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A RA. At-taqwa Sebelum Menggunakan Media Kolam Cerita

79

2. Langkah-langkah Penggunaan Media Kolam Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A RA. At-taqwa.

82

3. Kondisi Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A RA. At-taqwa Setelah Diberikan Penggunaan Media Kolam Cerita.

86

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 90

A. Kesimpulan ……….. 90

B. Rekomendasi ……… 92

DAFTAR PUSTAKA ……… 94 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Daftar Subjek Penelitian ……… 51 Tabel 4.2 Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A

Raudhatul Athfal At-taqwa Sebelum Menggunakan

Media Kolam Cerita ……… 54

Tabel 4.3 Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa Setelah Menggunakan

Media Kolam Cerita pada Siklus I ……….. 61 Tabel 4.4 Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A

Raudhatul Athfal At-taqwa Sesudah Menggunakan

Media Kolam Cerita pada Siklus II ……… 70 Tabel 4.5 Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A

Raudhatul Athfal At-taqwa Cicalengka setelah Diterapkan Penggunaan Media Kolam Cerita


(16)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 1.1 (Sumber, Suhartono, 2005) ……….. 9 Bagan 3.1 Revisi Model John llliot Wijaya Kusumah dan Dedi


(17)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A

Raudhatul Athfal At-taqwa Sebelum

Menggunakan Media Kolam Cerita …… 56

Grafik 4.2 Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa Setelah Menggunakan

Media Kolam Cerita Pada Siklus I …….. 63 Grafik 4.3 Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A

Raudhatul Athfal At-Taqwa Setelah Menggunakan Media Kolam Cerita

Pada Siklus II ……….. 72 Grafik 4.4 Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A

Raudhatul Athfal At-taqwa Sebelum dan Sesudah


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 4.1 Catatan Anekdot Hasil Observasi

Sebelum Tindakan………. 96 Lampiran 4.2 Lembar Observasi Pedoman Wawancara Guru

Sebelum Tindakan ……… 99

Lampiran 4.3 Hasil Wawancara Guru Sebelum Pelaksanakan

Tindakan………... 100 Lampiran 4.4 Instrumen Pengukuran Kemampuan Berbicara Pada

Anak………. 102

Lampiran 4.5 Data Mentah Hasil Prasiklus Kemampuan Berbicara Pada Anak Kelompok A Sebelum

Tindakan……… 105

Lampiran 4.6 Skenario Pembelajaran Siklus 1 ……….. 106 Lampiran 4.7 Rencana Kegiatan Harian ……… 113 Lampiran 4.8 Catatan Anekdot Hasil Observasi

Tindakan 1 Siklus 1………... 119 Lampiran 4.9 Catatan Anekdot Hasil Observasi

Tindakan 2 Siklus 1……….. 120 Lampiran 4.10 Catatan Anekdot Hasil Observasi Tindakan 3

Siklus 1…………..……… 121

Lampiran 4.11 Lembar Observasi Aktifitas Guru Dalam Proses


(19)

Lampiran 4.12 Lembar Observasi Aktifitas Guru Dalam Proses

Pembelajaran Tindakan 2 ………. 124

Lampiran 4.13 Lembar Observasi Aktifitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Tindakan 3………… 126

Lampiran 4.14 Foto-foto Dokumentasi Kegiatan Metode Media Kolam Cerita Pada Siklus 1………. 128

Lampiran 4.15 Jadwal Pelaksanaan Tidakan Kelas Siklus 1 ……. 129

Lampiran 4.16 Fota Anak Yang Kurang Antusias Pada Saat Bercakap-cakap ………. 130

Lampiran 4.17 Pedoman Wawancara Guru Setelah Siklus 1 ……. 131

Lampiran 4.18 Hasil Wawancara Peneliti Kepada Guru Setelah Siklus 1 ………... 132

Lampiran 4.19 Data Mentah Hasil Siklus 1……… 134

Lampiran 4.20 Foto Anak Yang Mengambil Urutan ………. 135

Lampiran 4.21 Gambar Setting Kelas Untuk Siklus II……… 136

Lampiran 4.22 Skenario Pembelajaran Siklus II………. 137

Lampiran 4.23 Rencana Kegiatan Harian Siklus II ……… 141

Lampiran 4.24 Foto Pengarahan Dan Persiapan Guru ………….. 145

Lampiran 4.25 Catatan Anekdot Hasil Observasi Tindakan 1 Siklus II ……… 146

Lampiran 4.26 Catatan Anekdot Hasil Observasi Tindakan 2 Siklus II ……… 148


(20)

Lampiran 4.28 Lembar Observasi Guru Siklus II Tindakan 2…… 152 Lampiran 4.29 Jadwal Pelaksanaan Siklus II……….. 154 Lampiran 4.30 Foto-Foto Kegiatan Siklus II……… 155 Lampiran 4.31 Data Mentah Siklus II……… 159 Lampiran 4.32 Data Hasil Wawancara Guru Setelah Siklus II ….. 160

Lampiran 4.34 Alat Test……… 162

Lampiran 4.35 Lembar Observasi Instrumen ………. 169 Lampiran 4.36 Hasil Wawancara Observer Dengan Anak……….. 175 Lampiran 3.1 Surat pengangkatan dosen pembimbing skripsi …...

Lampiran 3.2 Surat izin melaksankan penelitian……… Lampiran 3.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian… Lampiran 3.4 Format Bimbingan Skripsi ………...


(21)

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan yang penting dikembangkan, karena kemampuan berbahasa mempunyai peranan yang besar terhadap kelangsungan hidup seseorang, baik sekarang maupun yang akan datang. Mengembangkan bahasa seyogyanya dimulai dari masa usia dini, sebab pada masa usia dini merupakan masa yang sangat krusial untuk belajar bahasa. Sesuai dengan pendapat Lenneberg (Santrock, 371) tahun-tahun prasekolah merupakan masa yang penting karena pada masa inilah bahasa berkembang dengan cepat, tanpa henti.

Ada sejumlah keuntungan yang diperoleh anak jika memiliki keterampilan berbahasa sejak dini. Adamson (Santrock, 2002:182), mengungkapkan bahwa pengenalan bahasa lebih dini dapat mempermudah memperoleh keterampilan bahasa yang lebih baik. Anak yang cenderung memiliki kemampuan bahasa yang baik dapat diterima dengan baik oleh teman-temannya, sebaliknya anak yang mengalami hambatan dalam bahasa dapat menghambat anak dalam berkomunikasi dengan temannya.

Mengembangkan kemampuan bahasa yang baik pada anak juga dapat mempengaruhi aspek perkembangan lainnya, salah satunya terhadap kemampuan kognitif anak. Menurut Suhartono (2005:12) bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar, bahasa memudahkan anak untuk membangun pengertian, mengungkapkan pikirannya. Anak yang sejak kecil di latih dan


(23)

2

dibimbing untuk berbahasa secara tepat dan baik, akan berdampak pada kemampuan berfikirnya. Mereka pada umumnya akan mampu berfikir kritis dan logis. Selanjutnya Hartinah (2008:111) menambahkan bahwa bahasa merupakan sarana dan alat yang strategis bagi lajunya perkembangan perilaku kognitif. Pentingnya mengembangkan keterampilan bahasa juga berpengaruh terhadap kemampuan sosial anak. Anak yang memiliki keterampilan bahasa dapat dengan mudah bergabung dengan temannya, berkomunikasi dengan baik diterima oleh lingkungan, sebaliknya anak yang tidak diperkenalkan dengan bahasa selama bertahun-tahun oleh lingkungan keluarganya, telah diabaikan, dan jarang diajak berbicara secara normal dapat menghambat perkembangan berbahasa (Santrock, 2002:182). Jadi, dengan terbiasa membimbing anak berbahasa dengan baik sejak anak usia dini akan banyak manfaatnya bagi kemampuan anak.

Pada kenyataannya, hasil observasi awal pada tanggal 03 September 2012 di RA. At-taqwa kelompok A, peneliti menemukan sebagian besar kemampuan berbahasa anak masih rendah. Seperti yang ditunjukkan oleh kemampuan anak saat pembelajaran berlangsung, terdapat beberapa anak yang belum berani berbicara di depan teman-temannya, pada saat kegiatan bercakap-cakap ataupun tanya jawab terlihat hanya anak yang sama yang selalu memberikan jawaban terhadap guru, ungkapan yang diberikan masih terbata-bata, sebagian besar anak lainnya kurang merespon, terlihat tidak antusias untuk berbicara atau mengungkapkan idenya, sebagian besar anak menjawab dengan jawaban yang singkat dengan pola kalimat yang belum sempurna, masih minim terhadap kosa kata sehari-hari untuk membuat sebuah kalimat yang sempurna, mereka tampak


(24)

3

kurang berani berbicara di depan orang banyak, tidak berbicara lancar ketika menceritakan pengalamannya dan belum dapat mengolah kata menjadi kalimat yang benar, mengucapkan kata-kata dengan lafal yang belum benar, belum dapat memahami kalimat perintah, tidak dapat membuat pertanyaan yang baik yang sesuai dengan tema yang dibahas.

Permasalahan tersebut di atas terjadi diduga karena proses pembelajaran yang terjadi masih berpusat pada guru dan kurangnya media pembelajaran yang dapat membantu anak mengembangkan kemampuan berbahasa. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran bahasa selama ini guru kurang memberikan kesempatan anak untuk mengungkapkan gagasan sesuai minatnya, kurang merangsang anak untuk terbiasa berbicara di depan orang banyak. Guru juga sering berbicara atau bercakap-cakap dengan anak tanpa disertai dengan gambar yang kongkrit, jarang menggunakan media pembelajaran atau alat peraga, sehingga informasi yang diberikan guru masih bersifat abstrak. Selain itu, pemilihan metode dan tekhnik dalam pembelajaran masih kurang bervariasi, dimana guru dan anak hanya duduk melingkar, jarang dilakukan melalui permainan atau metode baru.

Kondisi tersebut sangat memprihatinkan, oleh karena itu perlu ada sebuah upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak agar berkembang secara optimal. Salah satunya dengan menggunakan media, karena dengan bantuan media (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak (Dawson dalam Tarigan, 1979 : 2)


(25)

4

Media yang akan digunakan dalam hal ini adalah media kolam cerita. Menurut USAID (United State for Agency for International development) media kolam cerita adalah media permainan lantai yang dirancang untuk membantu anak menambah kosa kata mereka dengan belajar kata-kata baru, menggambarkan atau mengelompokkan binatang, benda-benda yang dikenal, tempat, menyusun kalimat, menceritakan suatu peristiwa sesuai dengan urutannya, secara kreatif membuat cerita.

Media kolam cerita merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Menurut Suhartono (2005:147) ada beberapa jenis media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual. Dari ketiga jenis media tersebut, media kolam cerita termasuk kepada salah satu jenis media visual yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berbicara. Keunggulan lain dari media kolam cerita yaitu dapat membangun kosa kata baru. Media kolam cerita memiliki banyak gambar kurang lebih 50 (lima puluh gambar) yang memungkinkan dapat membangun kosa kata anak lebih banyak. Gambar-gambar yang ada diucapkan anak melalui permainan, cerita, dan tanya jawab sehingga membangun kosa kata baru. Kosa kata baru akan di dapat bila sering diucapkan diulang-ulang. Menurut Trelease (2008) “empat tahun pertama sekolah berbentuk oral, anak yang punya kosa kata terbesar akan lebih cepat paham, sementara anak yang memilki minim kosa kata adalah anak yang paling susah untuk mendapatkan pemahaman”.


(26)

5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang media kolam cerita terhadap pengembangan kemampuan berbahasa pada anak. Namun, karena keterbatasan waktu dan biaya, maka yang menjadi fokus kajian dalam penulisan ini hanya terfokus pada salah satu kemampuan bahasa yaitu kemampuan berbicara. Sesuai pendapat Bromley dalam Winda Gunarti menyebutkan bahwa kemampuan bahasa terdiri dari empat kemampuan yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Sehingga rumusan judul penelitian ini adalah “Penggunaan Media Kolam Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Anak Usia Dini (Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Raudhatul Athfal At-taqwa kelompok A Cicalengka).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan media kolam cerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.

Rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan berbicara anak kelompok A RA. At-Taqwa, sebelum menggunakan media kolam cerita?

2. Bagaimana langkah-langkah penggunaan media kolam cerita untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok A RA. At-Taqwa? 3. Bagaimana kondisi kemampuan berbicara pada anak kelompok A RA.


(27)

6

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik tentang penggunaan media kolam cerita untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok A RA. At-taqwa. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan berbicara anak kelompok A RA. At-taqwa sebelum menggunakan media kolam cerita

b. Untuk mengetahui langkah-langkah implementasi penggunaan media kolam cerita untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok A RA.At-taqwa

c. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara pada anak kelompok A RA. At-taqwa setelah menggunakan media kolam cerita.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan pengaruh positif bagi perkembangan keilmuan pendidikan anak usia dini. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi :

1. Bagi Anak

Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara kepada anak secara aktif sesuai dengan tahapan perkembangannya.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan para guru Raudhatul Athfal tentang manfaat penggunaan media kolam cerita yang dapat


(28)

7

membantu guru mengembangkan program pembelajaran bahasa terutama kemampuan berbicara yang mengacu pada DAP (Developmental Appropriate Practice).

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta rujukan dalam upaya peningkatan kualitas pengembangan bahasa khususnya dalam kemampuan berbicara

4. Bagi peneliti

Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman serta wawasan baru untuk peneliti selanjutnya serta prosedur dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan inspirasi sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini terdiri dari 5 bab dimana :

BAB I berisi pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan.

BAB II memaparkan tentang landasan teoritik mengenai aktivitas pembelajaran pengembangan kemampuan berbicara pada anak usia dini.

BAB III penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas.

BAB IV mendeskripsikan proses pelaksanaan penelitian, profil sekolah, dan hasil temuan penelitian.


(29)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Ada beberapa pengertian penelitian tindakan kelas, diantaranya menurut Arikunto (2006:135) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.

Menurut Wallace, 1998 dalam Burns, 1999 dalam Kunandar, 2008:44 : penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistematis tentang praktik keseharian dan menganalisisnya untyuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktek yang seharusnya dilakukan di masa yang akan datang. Sementara itu menurut Wijaya (2010:9), PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Alasan penulis menggunakan penelitian tindakan kelas karena menemukan masalah di lapangan mengenai kemampuan berbicara anak, serta masalah kurangnya media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan PTK dengan berdasar pada hal-hal berikut : PTK memiliki pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan


(30)

34

melakukan perubahan kearah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran, PTK dilakukan secara partisipatif sehingga dapat meningkatkan praktek kegiatan mengajar guru di kelasnya.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaboratif yang mengacu pada salah satu prinsip PTK (Arikunto, 2006) yaitu penelitian yang melibatkan guru kelas dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas sampai pada penyusunan laporan hasil penelitian.

Adapun model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model John Elliot dimana dalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, dan langkah tindakan 3.

Langkah tindakan yang direalisasikan yaitu dengan menggunakan media kolam cerita. langkah-langkah yang dilakukan dalam setiap siklus PTK berdasarkan prosedur Kemmis dan mc Taggart, 1998 (Kunandar, 2008) meliputi

1. Perencanaan (planning) yaitu mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dengan membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung serta mempersiapkan instrument.

2. Tindakan (acting) yaitu implementasi atau penerapan rancangan yang akan dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan.

3. Observasi (observasing) yaitu mengamati atas hasil dari tindakan yang sedang dan telah dilaksanakan terhadap siswa.


(31)

35

4. Refleksi (reflecting) yaitu peneliti melihat dan mempertimbangkan atas hasil dan tindakan dengan melakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai pada saat pelaksanaan tindakan.

Komponen-komponen tersebut membentuk satu siklus, siklus akan terus dilakukan sehingga dicapai perubahan dalam meningkatkan kemampuan berbicara melalui penggunaan media kolam cerita

Siklus yang akan dilalui selama melakukan penelitian akan di sajikan melalui bagan 3.1 berdasarkan revisi model John llliot (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010) pada halaman berikut :


(32)

36

Bagan 3.1 Berdasarkan Revisi Model John llliot (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010)

Siklus 1 Siklus II Siklus III

Ide awal

Temuan dan Analisis

Model PTK John ILLiot

Perencanaan Umum Langkah Tindakan

Monitoring Implementasi dan

efeknya

Implementasi Langkah Tindakan

Penjelasan Kegagalan tentang Implementasi

Revisi Perencanaan Umum

Perbaikan Perencanaan Langkah tindakan 1,2,3

Implementasi Langkah berikutnya Monitoring

Implementasi dan efek

Penjelasan Kegagalan

dan efek Revisi Ide Umum

Perbaikan Perencanaan Langkah tindakan 1,2,3

Implementasi Langkah berikutnya Monitoring


(33)

37

Berdasarkan bagan tersebut di atas dapat dijelaskan langkah sebagai berikut :

1. Adanya ide awal

Ide awal biasanya muncul dikarenakan terdapatnya masalah yang berlangsung di dalam kelas. Ide awal tersebut diantaranya berupa upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan. Permasalahan yang dimaksud adalah kondisi kemampuan berbicara anak yang sebagian besar masih rendah, maka cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara tersebut melalui penggunaan media kolam cerita.

2. Perencanaan

Perencanaan ini dilakukan dalam setiap siklus, berupa 3 tindakan permainan dengan tema permainan berdasarkan indikator yang digunakan dalam instrument penelitian

3. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Proses pelaksanaanya pada setiap tindakan meliputi tahapan perencanaan, tindakan, dan observasi. Penjelasan pada setiap tahapan akan diuraikat sebagai berikut :

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti mengadakan diskusi dengan guru tentang bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui penggunaan media kolam cerita. Kemudian peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berupa skenario pelaksanaan kegiatan permainan media kolam cerita, menyusun rencana kegiatan harian, mempersiapkan media kolam cerita, membuat


(34)

38

rancangan atau langkah-langkah dari setiap permainan yang akan dilakukan dengan mengacu pada tema yang akan disampaikan, dan mempersiapkan evaluasi yang akan digunakan pada akhir siklus.

b. Tindakan (acting)

Merupakan praktik pelaksanaan penerapan penggunaan media kolam cerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak sesuai rencana yang telah disusun dan disepakati sebelumnya meliputi :

1) Menetapkan tujuan dan tema yang akan dipilih dalam kegiatan

2) Menetapkan tema dan kosakata yang akan dikembangkan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

3) Menetapkan langkah-langkah dalam setiap permainan media kolam cerita, diantaranya mengkomunikasikan tujuan dan tema permainan kolam cerita kepada anak, sebelum permainan dimulai memperhatikan hal-hal di bawah ini :

a. Menentukan tempat bermain, mencari tempat bermain yang luas dan nyaman untuk manaruh media kolam cerita, mengatur tempat duduk anak,

b. Menjelaskan aturan permainan, cara bermain kolam cerita, dan menerangkan gambar batu loncatan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak, ajak anak – anak untuk menyebutkan gambar-gambar yang ada di batu loncatan dalam kolam cerita, jika ada gambar yang tidak diketahui anak, beri penjelasan pada anak


(35)

39

mengenai gambar tersebut, guru memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak bagaimana cara dan aturan permainannya.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan tindakan permainan kolam cerita dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai semua peristiwa yang terjadi pada proses tindakan permainan, serta mengamati permasalahan lain yang timbul selama tindakan permainan media kolam cerita berlangsung.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah semua tindakan permainan media kolam cerita dilaksanakan dalam satu siklus untuk mengkaji hasil pengamatan dengan menggunakan analisis kualitatif dan merenungkan kembali proses tindakan permainan kolam cerita dengan berbagai permasalahan atau kegagalan. Peneliti juga melakukan diskusi dengan guru untuk menentukan dan merekonstruksi pembelajaran serta mendapatkan masukan bagi perbaikan rencana siklus selanjutnya.

5. Revisi (perbaikan rencana)

Revisi dilakukan setelah peneliti melakukan refleksi di akhir siklus pertama, dengan berdasarkan permasalahan dan kegagalan yang ditemukan menuntut peneliti dan guru kelompok A untuk melakukan perbaikan terhadap rencana penerapan penggunaan media kolam cerita yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya.


(36)

40

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Raudhatul Athfal At-taqwa yang beralamat di Kampung Babakan Stasiun No. 27, Rt. 01/ 08 Desa Panenjoan Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung. Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal ajaran baru 2012/2013, yaitu akhir bulan Juli sampai dengan Januari 2013. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah anak-anak kelompok A yang berjumlah 12 orang anak, terdiri dari 5 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Kelas ini dipilih menjadi subjek penelitian berdasarkan informasi awal bahwa sebagian besar kemampuan berbicara anak masih rendah. Seperti yang ditunjukkan oleh kemampuan anak saat pembelajaran berlangsung, sebagian besar anak terlihat tidak berani berbicara di depan teman-temannya sendiri, sebagian besar anak menjawab dengan jawaban yang singkat dengan pola kalimat yang belum sempurna, masih minim terhadap kosa kata sehari-hari untuk membuat sebuah kalimat yang sempurna, di depan orang banyak, tidak berbicara lancar ketika menceritakan pengalamannya dan belum dapat mengolah kata menjadi kalimat yang benar, mengucapkan kata-kata dengan lafal yang belum benar, belum dapat memahami kalimat perintah, tidak dapat membuat pertanyaan yang baik yang sesuai dengan tema yang dibahas.


(37)

41

C. Penjelasan Istilah

1. Kemampuan berbicara anak yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Suhartono:2005 mengenai tujuan umum pengembangan berbicara anak usia dini yaitu agar anak mampu mengungkapkan maksud, isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk kepentingan berkomunikasi.

Indikator kemampuan berbicara pada penulisan ini mengacu pada pendapat Hurlock mengenai tiga proses tugas utama dalam belajar berbicara yaitu: belajar mengucapkan kata, membangun kosa kata, dan membentuk kalimat. Serta penjabaran kurikulum 2004 dan Permen 58, diantaranya :

a. Menyebutkan berbagai kata-kata yang dikenal. b. Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan.

c. Menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana. d. Mengenal pembendaharaan kata kerja.

e. Mengenal pembendaharaan kata sifat. f. Mengutarakan pendapat pada orang lain.

g. Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan. h. Membuat cerita dengan menggunakan gambar. i. Belajar menyebutkan benda sesuai jenisnya. j. Menceritakan kembali sebuah cerita secara kreatif


(38)

42

2. Pengertian Media Kolam Cerita

Menurut USAID (United State for Agency for International development : 2011) media kolam cerita adalah media permainan lantai yang dirancang untuk membantu anak menambah kosa kata mereka dengan belajar kata-kata baru, menggambarkan atau mengelompokkan binatang, benda-benda yang dikenal, tempat, menyusun kalimat, menceritakan suatu peristiwa sesuai dengan urutannya, secara kreatif membuat cerita.

D. Instrumen Penelitian

Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari lima jenis yaitu : (1) Observasi (2) wawancara, (3) studi dokumentasi sebagai pelengkap, (4) catatan lapangan dan (5) alat tes . Dalam pengumpulan data peneliti bersifat partisipatif kolaboratif, hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang objektif mengenai aktivitas guru dan anak, serta melihat perkembangan perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

Instrumen yang digunakan sebagai berikut :

1. Observasi

Pengamatan dilakukan terhadap anak dan situasi pembelajaran yang berlangsung guna mengetahui kondisi kemampuan berbicara anak serta sikap anak selama pembelajaran berlangsung sehingga dapat menata langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada proses pembelajaran.

Tekhnik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi terstruktur, berupa lembar observasi yang di dalamnya telah disediakan


(39)

43

format yang relatif rinci, terdapat beberapa pertanyaan dan pengamat tinggal membubuhkan tanda sehingga gejala yang diamati terpetakan secara rapih. Lembar observasi ditujukan terhadap observasi anak dan observasi guru. Observasi terhadap anak bertujuan untuk mengetahui kemampuan berbicara anak serta mengetahui sejauhmana respon anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media kolam cerita. Selain itu lembar observasi aktivitas guru juga digunakan observer sebagai cara untuk mengamati proses aktivitas guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran peningkatan kemampuan berbicara melalui media kolam cerita.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru dan anak. Wawancara kepada guru bertujuan untuk mengetahui program pembelajaran bahasa dalam meningkatkan kemampuan berbicara di RA, hambatan yang dialami dan upaya yang telah dilakukan oleh guru selama ini.

Instrument wawancara berupa lembar observasi pedoman wawancara terhadap guru. Wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wawancara yang telah disiapkan beberapa pertanyaan sebelumnya. Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan kemampuan berbicara anak. Pertanyaan yang diajukan mengenai permasalahan-permasalahan umum tentang pentingnya kemampuan berbicara dirangsang sejak dini serta metode dan media apa saja yang sudah dilakukan di kelas dalam membantu perkembangan kemampuan bicara anak.


(40)

44

Selain itu juga untuk dapat menggali lebih jauh kondisi objektif anak, maka dilakukan wawancara pada anak. Tujuan wawancara pada anak supaya peneliti mendapatkan informasi perkembangan atau permasalahan anak dalam kemampuan berbicara. Wawancara yang dilakukan berbentuk wawancara semi terstruktur yaitu bentuk wawancara yang sudah diprsiapkan terlebih dahulu, akan tetapi memberikan keleluasaan untuk menerangkan agak panjang mungkin tidak langsung ke fokus pertanyaan/bahasan, atau mungkin mengajukan tofik bahasan sendiri selama wawancara berlangsung (Elliot, 1991:80 dalam Rochiati, 2007:119). Lembar pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen yang akan digunakan bertujuan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian, seperti berupa dokumen tertulis seperti skenariao pembelajaran, RKH dan foo-foto kegiatan. Hasil dari studi dokumentasi tersebut dijadikan bahan rujukan sebagai penunjang dalam penelitian ini.

4. Catatan Anekdot

Catatan anekdot digunakan untuk memperoleh data yang tidak terekam dalam lembar observasi. Catatan anekdot yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kolom yang diisi oleh peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Kolom ini uraian tentang kejadian-kejadian yang dianggap menarik bagi peneliti selama proses penggunaan media kolam cerita.

5. Alat Tes Kemampuan Berbicara

Dalam mengukur kemampuan berbicara anak, peneliti menyusun alat tes dengan mengacu kepada indicator - indikator berbicara anak usia dini. Alat tes


(41)

45

yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara, diantaranya menggunakan gambar, LKS, butiran soal. Lebih lanjut, alat tes dapat dilihat dalam lampiran.

Adapun kisi- kisi instrument penelitian di bawah ini :

Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kemampuan Berbicara Anak

variabel Sub

variabel Deskripsi Indikator Item Kemamp uan berbicara Mengucapkan kata Menggambarkan kemampuan anak dalam melafalkan bunyi–bunyi bahasa yang diucapkan secara tepat Menyebutkan berbagai bunyi/suara tertentu Menirukan suara/kata sesuai dengan gambar Dapat menjawab pertanyaan menggunakan kata apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana

1. Anak dapat menyebutkan nama bunyi atau suara dalam kaset 2. Anak dapat

menunjukkan gambar sesuai dengan bunyi yang didengar. 3. Anak dapat

menirukan kembali 2-4 urutan kata 4. Anak dapat menjawab pertanyaan yang diawali kata “apa’ 5. Anak dapat

menjawab pertanyaan yang diawali kata

“Mengapa” 6. Anak dapat


(42)

46

pertanyaan yang diawali kata

“Dimana” 7. Anak dapat

menjawab pertanyaan yang diawali kata “Berapa” 8. Anak dapat

menjawab pertanyaan yang diawali kata

“Bagaimana” 9. Anak dapat

menjawab pertanyaan yang diawali kata “Kapan” Kosa kata Menggambarkan

tingkat

penguasaan/juml ah kosa kata yang sudah dimiliki anak. Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda Menyebutkan nama benda/gambar sesuai jenisnya Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan suatu benda Menyebutkan sebanyak- banyaknya kata sifat

10.Anak dapat menyebutkan nama

benda/gamba r yang dipijak kakinya 11.Anak dapat

menyebutkan nama benda sesuai jenisnya. 12.Anak dapat

menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan suatu benda 13.Anak dapat


(43)

47 Menyebutkan sebanyak-banyaknya kata kerja kata sifat yang berhubungan dengan warna 14.Anak dapat

menyebutkan kata sifat yang berhubungan dengan ukuran 15.Anak dapat

menyebutkan kata sifat yang

berhubungan dengan rasa 16.Anak dapat

menyebutkan kata kerja “mencangkul ”

17.Anak dapat menyebutkan kata kerja “menangkap” 18.Anak dapat

menyebutkan kata kerja “mengatur” Membentuk kalimat Menggambarkan kemampuan anak dalam menyusun kalimat dan dapat mengungkapkan gagasan tentang hal yang sedang

Menyampaikan pengalaman secara sederhana Memberi keterangan tentang sesuatu hal

19.Anak dapat menceritakan pengalamann ya sendiri 20.Bercerita dengan kata ganti Aku, saya 21.Anak dapat


(44)

48 dibicarakan Melaksanakan kalimat perintah Melengkapi kalimat sederhana yang sudah dimulai guru memberi keterangan/in formasi tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan gambar 22.Anak dapat

melaksanaka n dua perintah bersamaan 23.Anak dapat

melanjutkan cerita yang sudah dimulai guru dengan kalimat sederhana 24.Anak mampu

menyusun kalimat-kalimat sederhana yang berpola

E. Analisis Data

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif. Peneliti dalam kegiatan ini berusaha untuk memunculkan makna dari setiap data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dianalisis kedalam bentuk deskripsi, tabel dan diagram. Pada tahap analisis data ini, setiap aspek penilaian kemampuan


(45)

49

berbicara anak dideskripsikan sebagai hasil pengamatan dari setiap anak per indikator, kemudian dilakukan penilaian atau penafsiran melalui kategori tingkat kemampuan berbicara. Dari penilaian ini didapatkan skor yang dibuat kedalam persentese yang kemudian divisualisasikan melalui tabel dan grafik. Adapun perhitungan persentase sebagai berikut :

Keterangan : P : Nilai dalam persen R : Jumlah skor per kategori SM : Skor maksimal

Tekhnik pengaturan data merujuk pada pendapat Mulyasa (2009), bahwa dalam menganalisis data memperhatikan hal-hal di bawah ini :

1. Pengkodean (koding). Hal ini digunakan untuk menyederhanakan dan menstandardisasikan data untuk keperluan analisis.

2. Pemberian catatan, yaitu penambahan materi-materi tertulis dengan catatan atau komentar.

3. Pelabelan. Berfungsi untuk mengarahkan proses analisis lebih lanjut 4. Seleksi.

5. Kesimpulan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kembali sesuatu dari keanekaragaman data mentah yang dikumpulkan.

F. Validasi Data

Validasi dalam sebuah penelitian diperlukan untuk menguji derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian tindakan kelas. Menurut Kusumah

R

P = ______ X 100 % SM


(46)

50

Validitas adalah derajat yang menunjukkan sejauhmana hasil tersebut berguna (relevan) sebagai petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatannya untuk member informasi dan argument tentang meningkatkan praktek pendidikan dimasyarakat professional yang lebih luas.

Dalam penelitian ini hasil penelitian yang diperoleh divalidasi dengan menggunakan beberapa tekhik yang bersumber dari Hopkins (Kunandar, 2008) adalah :

1. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber yang relevan, apakah keterangan atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu diperiksa kebenarannya.

2. Trianggulasi data yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis dari peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra lain.

3. Expert opinion yaitu melakukan pengecekan kepada orang yang dianggap ahli atau pakar penelitian yang lebih professional


(47)

90

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada deskripsi dan analisis yang telah peneliti uraikan pada bab sebelumnya, maka berikut ini merupakan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan sebanyak dua kali siklus dan secara keseluruhan hasilnya menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara anak kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa Cicalengka dengan menggunakan media kolam cerita. Adapun kesimpulan secara khusus dari penelitian ini adalah :

1. Kemampuan berbicara anak kelompok A RA. At-taqwa Cicalengka sebelum diterapkan penggunaan media kolam cerita masih kurang. Hal ini terlihat dari hasil persentase data pra siklus, dimana hanya sedikit anak yang berada pada kategori D (dapat) hanya 2%, PB (perlu bimbingan) 31% dan selebihnya berada pada kategori TD (tidak dapat) sebesar 67%. 2. Implementasi penggunaan media kolam cerita dalam meningkatkan

kemampuan berbicara anak kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama terdiri dari tiga tindakan dan siklus kedua terdiri dari dua tindakan. Tema yang telah disampaikan kepada anak dalam setiap tindakan terdiri dari “tebak suara, benda apakah

itu?”, “menyebutkan nama gambar sesuai jenisnya (makanan dan


(48)

91

aku suka”, dan “liburan sekolah atau rekreasi”. Semua tema yang disampaikan itu disesuaikan dengan aspek penilaian yang ingin dicapai yaitu kemampuan anak dalam mengucapkan kata, menambah pembendaharaan kata yang akan digunakan untuk menyusun sebuah kalimat yang lebih kompleks. Penggunaan media visual kolam cerita telah berhasil dan memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan berbicara

3. Setelah menggunakan media kolam cerita, kemampuan berbicara anak kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa mengalami peningkatan. Peningkatan itu berupa kemampuan berbicara anak yang terlihat cukup lancar saat menjawab pertanyaan guru dalam kegiatan bercakap-cakap, dapat mengungkapkan ide dan pendapatnya di depan teman-temannya, selalu antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu hasil persentase pada siklus II mengalami peningkatan pada kategori D (dapat) menjadi 70%, PB (perlu bimbingan) sebesar 23%, dan hanya 1% anak yang berada pada kategori TD (tidak dapat) atau berbicara yang kurang lancar. Hal ini menunjukkan bahwa media kolam cerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak.


(49)

92

B. REKOMENDASI

Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian mengenai kemampuan berbicara anak melalui penggunaan media kolam cerita, berikut rekomendasi ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait.

1. Bagi Guru

a. Guru sebagai orang yang berperan penting dalam proses pembelajaran di sekolah hendaknya dapat menguasai berbagai macam metode atau media yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara.

b. Guru perlu memahami aspek kemampuan bicara anak, harus menciptakan dorongan bagi anak untuk berbicara di depan dalam suatu kelompok kecil juga harus memberi kesempatan pada anak untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok yang lebih besar.

c. Media kolam cerita dapat dijadikan sebagai salah satu sumber media pembelajaran di sekolah, khususnya dapat digunakan untuk pengembangan aspek kebahasaan terutama kemampuan berbicara. d. Penggunaan media kolam cerita akan lebih optimal bila di sekolah

diterapkan kepada anak-anak dengan waktu yang cukup intensif.

e. Guru juga perlu memahami tekhnik penggunaan media kolam cerita, sehingga proses pembelajaran lancar.


(50)

93

2. Bagi peneliti selanjutnya

Semoga penelitian ini adalah awal untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam terhadap penggunaan media kolam cerita, sehingga tidak hanya aspek kemampuan berbicara saja yang dapat dikembangkan tetapi dapat mengembangkan aspek perkembangan lainnya bagi anak usia dini.


(1)

berbicara anak dideskripsikan sebagai hasil pengamatan dari setiap anak per indikator, kemudian dilakukan penilaian atau penafsiran melalui kategori tingkat kemampuan berbicara. Dari penilaian ini didapatkan skor yang dibuat kedalam persentese yang kemudian divisualisasikan melalui tabel dan grafik. Adapun perhitungan persentase sebagai berikut :

Keterangan : P : Nilai dalam persen

R : Jumlah skor per kategori

SM : Skor maksimal

Tekhnik pengaturan data merujuk pada pendapat Mulyasa (2009), bahwa dalam menganalisis data memperhatikan hal-hal di bawah ini :

1. Pengkodean (koding). Hal ini digunakan untuk menyederhanakan dan menstandardisasikan data untuk keperluan analisis.

2. Pemberian catatan, yaitu penambahan materi-materi tertulis dengan catatan atau komentar.

3. Pelabelan. Berfungsi untuk mengarahkan proses analisis lebih lanjut 4. Seleksi.

5. Kesimpulan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kembali sesuatu dari keanekaragaman data mentah yang dikumpulkan.

F. Validasi Data

Validasi dalam sebuah penelitian diperlukan untuk menguji derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian tindakan kelas. Menurut Kusumah

R

P = ______ X 100 % SM


(2)

Validitas adalah derajat yang menunjukkan sejauhmana hasil tersebut berguna (relevan) sebagai petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatannya untuk member informasi dan argument tentang meningkatkan praktek pendidikan dimasyarakat professional yang lebih luas.

Dalam penelitian ini hasil penelitian yang diperoleh divalidasi dengan menggunakan beberapa tekhik yang bersumber dari Hopkins (Kunandar, 2008) adalah :

1. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber yang relevan, apakah keterangan atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu diperiksa kebenarannya.

2. Trianggulasi data yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis dari peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra lain.

3. Expert opinion yaitu melakukan pengecekan kepada orang yang dianggap ahli atau pakar penelitian yang lebih professional


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada deskripsi dan analisis yang telah peneliti uraikan pada bab sebelumnya, maka berikut ini merupakan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan sebanyak dua kali siklus dan secara keseluruhan hasilnya menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara anak kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa Cicalengka dengan menggunakan media kolam cerita. Adapun kesimpulan secara khusus dari penelitian ini adalah :

1. Kemampuan berbicara anak kelompok A RA. At-taqwa Cicalengka sebelum diterapkan penggunaan media kolam cerita masih kurang. Hal ini terlihat dari hasil persentase data pra siklus, dimana hanya sedikit anak yang berada pada kategori D (dapat) hanya 2%, PB (perlu bimbingan) 31% dan selebihnya berada pada kategori TD (tidak dapat) sebesar 67%. 2. Implementasi penggunaan media kolam cerita dalam meningkatkan

kemampuan berbicara anak kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama terdiri dari tiga tindakan dan siklus kedua terdiri dari dua tindakan. Tema yang telah disampaikan kepada anak dalam setiap tindakan terdiri dari “tebak suara, benda apakah

itu?”, “menyebutkan nama gambar sesuai jenisnya (makanan dan


(4)

aku suka”, dan “liburan sekolah atau rekreasi”. Semua tema yang disampaikan itu disesuaikan dengan aspek penilaian yang ingin dicapai yaitu kemampuan anak dalam mengucapkan kata, menambah pembendaharaan kata yang akan digunakan untuk menyusun sebuah kalimat yang lebih kompleks. Penggunaan media visual kolam cerita telah berhasil dan memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan berbicara

3. Setelah menggunakan media kolam cerita, kemampuan berbicara anak kelompok A Raudhatul Athfal At-taqwa mengalami peningkatan. Peningkatan itu berupa kemampuan berbicara anak yang terlihat cukup lancar saat menjawab pertanyaan guru dalam kegiatan bercakap-cakap, dapat mengungkapkan ide dan pendapatnya di depan teman-temannya, selalu antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu hasil persentase pada siklus II mengalami peningkatan pada kategori D (dapat) menjadi 70%, PB (perlu bimbingan) sebesar 23%, dan hanya 1% anak yang berada pada kategori TD (tidak dapat) atau berbicara yang kurang lancar. Hal ini menunjukkan bahwa media kolam cerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak.


(5)

B. REKOMENDASI

Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian mengenai kemampuan berbicara anak melalui penggunaan media kolam cerita, berikut rekomendasi ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait.

1. Bagi Guru

a. Guru sebagai orang yang berperan penting dalam proses pembelajaran di sekolah hendaknya dapat menguasai berbagai macam metode atau media yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara.

b. Guru perlu memahami aspek kemampuan bicara anak, harus menciptakan dorongan bagi anak untuk berbicara di depan dalam suatu kelompok kecil juga harus memberi kesempatan pada anak untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok yang lebih besar.

c. Media kolam cerita dapat dijadikan sebagai salah satu sumber media pembelajaran di sekolah, khususnya dapat digunakan untuk pengembangan aspek kebahasaan terutama kemampuan berbicara. d. Penggunaan media kolam cerita akan lebih optimal bila di sekolah

diterapkan kepada anak-anak dengan waktu yang cukup intensif.

e. Guru juga perlu memahami tekhnik penggunaan media kolam cerita, sehingga proses pembelajaran lancar.


(6)

2. Bagi peneliti selanjutnya

Semoga penelitian ini adalah awal untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam terhadap penggunaan media kolam cerita, sehingga tidak hanya aspek kemampuan berbicara saja yang dapat dikembangkan tetapi dapat mengembangkan aspek perkembangan lainnya bagi anak usia dini.