PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS.

(1)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

SISWA SMP

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikaan Matematika

Oleh

Seftine Wulansari Sunarya 1000081

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2014

Pengaruh Pendekatan

Brain Based

Learning

terhadap Peningkatan

Kemampuan Penalaran Matematis

Siswa SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung)

Oleh

Seftine Wulansari Sunarya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Seftine Wulansari Sunarya 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

SEFTINE WULANSARI SUNARYA

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN

MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa kelas VIII Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I,

Entit Puspita, S.Pd, M.Si

NIP. 196704081994032002


(4)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Ririn Sispiyati, S. Si, M.Si

NIP. 198106282005012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M.Ed, M.Sc, Ph.D NIP. 196101121987031003 SEFTINE WULANSARI SUNARYA

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN

MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa kelas VIII Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:


(5)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Entit Puspita, S.Pd, M.Si

NIP. 196704081994032002

Pembimbing II,

Ririn Sispiyati, S. Si., M.Si NIP. 198106282005012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M.Ed, M.Sc, Ph.D NIP. 196101121987031003


(6)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Cara Kerja Otak ... 8

B. Brain Based Learning ... 11

C. Kemampuan Penalaran Matematis . ...15

D. Sikap ... ... 17

E. Pendeketan Konvensional ... 17

F. Kaitan kemampuan penalaran dengan pendekatan Brain Based Learning ... 18

G. Hipotesis Penelitian ...18

BAB III HASIL UJI INSTRUMEN DAN PEMBAHASAN A. Metode Penelitian ... 19


(7)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

D. Variabel Penelitian ... 20

E. Instrumen Penelitian ... 21

1. Instrumen Tes ... 21

a. Validitas ... 22

b. Realibilitas ... 25

c. Daya Pembeda ... 26

d. Indeks Kesukaran ... 28

2. Instrumen Nontes ... 29

a. Lembar Observasi ... 29

b. Jurnal Harian ... 29

c. Angket ... 29

3. Teknik Analisis Data ... 29

a. Analisis Data Kuantitatif ... 30

1) Analisis Data Pretes ... 29

a) Analisi Data Secara Deskriptif ...30

b) Uji Normalitas ... 31

c) Uji Homogenitas ... 31

d) Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 32

2) Analisis Data Indeks Gain ... 32

a) Uji Normalitas ...33

b) Uji Homogenitas ... 34

c) Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 34

b. Analisis Data Kualitatif ... 35

1) Analisis Angket ... 35

2) Analisis Jurnal Harian ... 36

3) Analisis Lembar Observasi ... 36


(8)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Analisis Data Kuantitatif ... 38

a. Analisis Data Pretes ... 39

1)Uji Normalitas ... 39

2)Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 40

b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Analisis Matematis Siswa ... 41

1) Uji Normalitas ... 42

2) Uji Homogenitas ...42

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 43

2. Analisis Data Kualitatif ... 45

a. Analisis Data Angket ... 45

1) Minat Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Brain Based ... 47

2) Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Brain Based ... 48

3) Manfaat Brain Based Leaning dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ... 48

b. Analisis Lembar Observasi ... 49

c. Analisis Jurnal Harian ...54

B. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan .. ... 62

B.Saran ... ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 65

LAMPIRAN A ...67


(9)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN C ...177

LAMPIRAN D ...219

LAMPIRAN E ...222

LAMPIRAN F ...238

LAMPIRAN G ...240


(10)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BRAIN-BASED LEARNING APPROACH ON THE

ABILITY ENHANCEMENT OF JUNIOR HIGH STUDENTS’

MATHEMATICAL REASONING Seftine Wulansari Sunarya

NIM. 1000081

The research studies “The Influence of Brain-Based Learning Approach on The Ability Enhancement of Junior High Students’ Mathematical Reasoning.” The

research used a quasi-experiment method in the Cube and Beam Discussion, carried out at 8th Grade Class of the Kartika XIX-1 Junior High School during the second semester of 2013/2014 educational year. It is aimed at: (1) knowing if the ability enhancement of the junior high students’ mathematical reasoning taking the brain-based learning is higher than that of the junior high students taking a conventional learning and (2) knowing how students respond to the brain-based learning approach. The research used the non-equivalent control group design. Samples were not randomised. The research instruments were the test instrument of student mathematical reasoning (both pre- and post-test) and the non-test instrument (questionnaire, daily journals, and observation sheets). The research reveals that the ability enhancement of the students’ mathematical reasoning in the experimental classroom is higher than that of the control classroom. The students’ response (attitude) toward brain-based learning approach and their mathematical reasoning are good.


(11)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

SISWA SMP

Seftine Wulansari Sunarya NIM. 1000081

Penelitian ini mengkaji “Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning

terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP”. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen pada pokok bahasan Kubus dan Balok yang dilaksanakan di kelas VIII SMP Kartika XIX-1 Bandung semester genap tahun ajaran 2013/2014. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan brain based learning lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional; 2) mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain

based learning. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah the nonequivalen control group design. Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes kemampuan penalaran matematis siswa (pretes dan postes) dan instrumen nontes (angket, jurnal harian, dan lembar observasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa di kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa di kelas kontrol. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain

based learning dan kemampuan penalaran matematis tergolong baik.

Kata kunci: Pendekatan brain based learning, Kemampuan Penalaran Matematis Siswa


(12)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam setiap jenjang pendidikan, merupakan ilmu universal yang mendasari teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam disiplin ilmu, dan mengembangkan daya pikir manusia. Matematika dapat mengembangkan cara berpikir logis, sistematis dan cermat. Hal ini karena sifat matematika yang hierarkis, dinamis, deduktif, dan generatif.

Pembelajaran matematika merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Wardani (Prabawati 2011:2) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika hendaknya lebih mengutamakan pada pengembangan daya matematika siswa yang meliputi kemampuan menemukan kembali (reinvention), menyusun konjektur dan menalar secara

logic (mathematical reasoning), menyelesaikan soal yang tidak rutin dan

menyelesaikan masalah (mathematical problem solving), berkomunikasi secara matematik (mathematical communication), dan mengaitkan ide matematis dengan kegiatan intelektual lainnya (mathematical connection). Depdiknas (Shadiq, 2004 : 2) menyatakan materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatih melalui belajar materi matematika. Namun kebanyakan siswa mempelajari matematika hanya sekedar mengikuti apa yang gurunya ajarkan tanpa dia memahaminya, sehingga cederung kemampuan penalarannya tidak terlatih. Suherman (2010) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru masih mendominasi kelas,


(13)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa pasif. Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal yang sama dan tidak bervariasi, hanya berkisar pada pertanyaan apa, berapa, tentukan, selesaikan. Jarang sekali bertanya dengan menggunakan kata mengapa, bagaimana, darimana, atau kapan”. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kemampuan penalaran dalam matematika. Namun pada kenyataannya, baik nilai rata-rata matematika maupun kemampuan penalaran matematika di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini tampak dari hasil PISA tahun 2012 dan TIMSS tahun 2011.

Berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012, capaian siswa Indonesia masih terpuruk di peringkat bawah. Secara statistik, nilai rata-rata matematika siswa Indonesia adalah 375 tidak berbeda dengan Qatar dan Kolombia yang memiliki nilai rata-rata lebih tinggi, yaitu 376, ataupun Peru dengan nilai 368 yang ada di urutan terbawah, sementara nilai rata-rata negara-negara OECD (Organisation for Economic

Co-operation and Development) dalam matematika adalah 494. Selain itu

fakta lain menunjukkan bahwa skor rata-rata prestasi matematika kelas 8 di Indonesia berdasarkan TIMSS pada tahun 2011 menduduki diperingkat 38 dari 42 negara dengan skor 386 dari rata-rata internasional 500 (Mullis, et al, 2011: 7). Bahkan Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Thailand dan Malaysia. Rata-rata persentase paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia adalah pada level penalaran (reasoning) yaitu 17%. Selain itu, masih rendahnya kemampuan penalaran siswa SMP khususnya di kota Bandung ditunjukkan oleh hasil penelitian Priatna (2003) dengan kesimpulan bahwa kemampuan penalaran siswa SMP Negeri di kota Bandung hanya sekitar 49% dari skor ideal. Sampel yang digunakan Priatna (2003) adalah siswa-siswi dari sekolah


(14)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan kluster baik, sedang, dan kurang. Penelitian yang lain mengungkapkan bahwa salah satu kecenderungan yang menyebabkan sejumlah siswa gagal dalam menguasai pokok-pokok bahasan matematika, akibat siswa tersebut kurang menggunakan nalar yang logis dalam menyelesaikan soal (Wahyudin, 1999: 191).

Berdasarkan paparan di atas, maka diduga bahwa kemampuan penalaran matematis siswa SMP pada umumnya masih kurang. Kemampuan penalaran matematis akan berkembang jika proses pembelajaran yang di lakukan guru di kelas melibatkan siswa secara aktif. Namun nyatanya saat pembelajaran di kelas guru umumnya menggunakan pendekatan konvensional yang sifatnya cenderung pasif. Pembelajaran yang terjadi bersifat searah. Siswa biasanya hanya menerima informasi yang guru berikan tanpa proses mencari terlebih dahulu.

Penalaran sangat berkaitan dengan otak. Penalaran diatur oleh salah satu bagian otak, yaitu otak besar (cerebrum), lebih spesifiknya di bagian lobus frontal (Johny, 2011). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada struktur dan cara kerja otak.

Brain based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang

didasarkan pada struktur dan cara kerja otak serta melibatkan siswa secara aktif. Pada dasarnya terdapat lima komponen primer dalam otak yaitu emosional, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif (Given, 2007). Dalam brain

based learning, pembelajaran dirancang berdasarkan kelima komponen dasar

tersebut. Given (2007: 31) juga berpendapat bahwa jika setiap guru dan pengelola sekolah mampu menggunakan Brain Based Learning, maka akan mengubah kegiatan belajar mengajar secara mendasar, tidak saja menjadi sangat efektif, bahkan hampir seluruh potensi yang dimiliki seorang


(15)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajar akan terbangkitkan. Langkah-langkah Brain Based Learning (Jensen, 2011: 269-299) adalah: 1)Pra-paparan; 2)Persiapan; 3)Inisiasi dan akuisisi; 4)Elaborasi; 5)Inkubasi dan pengkodean memori; 6)Verifikasi dan pengecekkan kepercayaan; dan 7)Selebrasi dan integrasi.

Selain meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa, hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. Jika sikap siswa cenderung negatif, pembelajaran akan berlangsung tidak maksimal sehingga kemampuan penalaran matematis siswa yang diperoleh pun tidak maksimal juga. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Begle (Darhim, 2004: 3-4) bahwa paling tidak sikap dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu sikap positif, sikap netral, dan sikap negatif, sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika. Oleh karena itu, sikap positif terhadap matematika merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika tidak hanya diukur dari lulus atau tidaknya siswa tersebut dalam suatu tes, tetapi juga terbentuknya sikap atau pribadi yang diharapkan sesuai dengan kompetensi yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Menurut Ruseffendy (Darhim, 2004: 2), untuk menumbuhkan sikap positif terhadap matematika, pembelajaran harus menyenangkan, mudah dipahami, tidak menakutkan, dan ditunjukkan kegunaannya. Berdasarkan paparan tersebut, agar sikap siswa tergolong positif, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan di dalam kelas, yaitu dengan menggunakan pendekatan

brain based learning sehingga diharapkan peningkatan kemampuan penalaran

matematis siswa akan optimal.

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu mengenai Brain Based Learning dan kemampuan penalaran di antaranya:


(16)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Putri (2013), yang mengkaji tentang penerapan collaborative learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa SMP. Hasil dari penelitian ini menyatakan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan model collaborative learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Lestari (2013), yang mengkaji tentang implementasi brain based learning untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis matematis siswa SMP. Hasil dari penilitian ini menyatakan bahwa pendekatan brain

based learning dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan berpikir

kritis matematis siswa.

3. Putri (2010), yang mengkaji tentang pembelajaran matematika dengan pendekatan brain based learning untuk meningkatkan kemampuan metakognisi siswa SMP. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa peningkatan kemampuan metakognisi siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan brain based learning lebih baik daripada pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning terhadap

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan brain based learning lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional?


(17)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain

based learning dan kemampuan penalaran matematis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan teknik brain based learning lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

2. Untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain based learning dan kemampuan penalaran matematis.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Guru

Pendekatan pembelajaran brain based learning dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa.

2. Bagi Siswa

Pendekatan pembelajaran brain based learning diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis. 3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide baru untuk penelitian lebih lanjut, sehingga hasil-hasil penelitian semakin berkembang dan dapat menjawab kebutuhan di lapangan.


(18)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Pendekatan Brain Based Learning

Brain based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang

berorientasi pada struktur dan cara kerja otak dirancang secara alamiah untuk belajar. Pembelajaran ini mempertimbangkan bagaimana otak belajar dengan optimal. Langkah-langkah dalam brain based learning adalah sebagai berikut:

a. Pra-paparan b. Persiapan

c. Inisiasi dan akuisisi d. Elaborasi

e. Inkubasi dan pengkodean memori

f. Verifikasi dan pengecekkan kepercayaan. g. Selebrasi dan integrasi.

2. Kemampuan Penalaran

Kemampuan penalaran adalah suatu proses berpikir yang di dalamnya terdapat unsur kompleksitas, yaitu proses lebih cermat, berbagai aspek ditinjau, dan dampaknya pun diperkirakan. Indikator kemampuan penalaran yaitu: 1)Membuat generalisasi dari pola dan hubungan suatu permasalahan matematika; 2)Memberikan penjelasan dengan menggunakan model; 3)Memeriksa validitas argumen dan memberikan contoh penyangkal; 4)Menyusun dan menguji dugaan (conjecture); 5)Menyusun pembuktian;

3. Pendekatan Konvesional

Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang banyak dilaksanakan di sekolah-sekolah. Dalam praktiknya pendekatan ini berpusat pada guru (teacher centered) atau guru lebih mendominasi dalam


(19)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah dalam pendekatan konvensional adalah pemberian uraian, contoh, latihan, dan tanya jawab.


(20)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Menurut Russefendi (2010: 35), seperti halnya metode eksperimen, metode kuasi eksperimen mengamati hubungan sebab akibat dari variabel bebas dan variabel terikat. Jika pada penelitian eksperimen subjek dikelompokkan secara acak dan perlakuan dimanipulasi (perlakuan dan kontrol diatur), pada metode kuasi eksperimen perlakuan sudah terjadi dan kontrol tidak sepenuhnya bisa dilakukan sepenuhnya. Dengan kata lain kuasi eksperimen hampir mirip dengan eksperimen, namun pada kuasi eksperimen, subjek tidak diambil secara acak, melainkan diambil dari kelompok yang sudah ada.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain the nonequivalen

control group. Seperti yang diungkapkan oleh Ruseffendi (2010:52), desain

penelitian ini melibatkan setidaknya dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan brain based learning, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Adapun desain eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut Ruseffendi (2010: 53):

0 X 0


(21)

0 0 Gambar 3.1

Desain nonequivalen control group

Keterangan:

0 = pretes / postes

X = pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

Brain Based Learning

--- = subjek tidak dipilih secara acak

C. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2012: 117-118) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diartikan kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Kartika XIX-1 Bandung, sedangkan sampelnya adalah kelas VIII B dan VIII E. Kelas VIII B merupakan kelas eksperimen sedangkan kelas VIII E merupakan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan brain

Based Learning, sedangkan di kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan

pendekatan konvensional.

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 60) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Varibel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas: pendekatan Brain Based Learning. 2. Varibel terikat: kemampuan penalaran matematis siswa.


(22)

E. Instrumen penelitian 1. Instrumen tes

Instrumen tes yang dibuat adalah tes tipe subjektif yang diberikan di awal dan di akhir pembelajaran matematika, atau disebut juga dengan pretes untuk tes awal dan postes untuk tes akhir. Soal yang dibuat ditujukan untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa. Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen/soal. Hal ini dilakukan untuk mengukur kualitas tiap butir soal serta layak tidaknya soal-soal tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa.

Adapun pedoman pemberian skor terhadap kemampuan penalaran matematis ini diadaptasi pada panduan Holistic Scoring Rubrics. Holistic

Scoring Rubrics adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan

skor terhadap respon siswa. Skor ini diberi level 0,1,2,3, dan 4. Sesuai dengan pendapat Mertler (Nimpuna, 2013: 25) bahwa rubrik holistik digunakan untuk melakukan penskoran terhadap kualitas konten, kemampuan atau pemahaman tertentu secara keseluruhan.

Tabel 3.1

Holistic Scoring Rubrics

Skor Kriteria

4 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban benar.

3 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar tetapi jawaban tidak tepat. Atau jawaban menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban tepat.

2 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan salah dan jawaban tidak tepat.


(23)

1 Tidak menunjukan pemahaman konsep sama sekali 0 Tidak menjawab sama sekali.

Pedoman penskoran yang peneliti gunakan mengadaptasi dari Holistic

Scoring Rubrics diatas. Level satu hingga empat dibuat menjadi selang

berskala lima, seperti tabel di bawah ini: Tabel 3.2

Kriteria pemberian skor penalaran matematis

Skor Kriteria

16-20 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban benar.

11-15 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar tetapi jawaban tidak tepat. Atau jawaban menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan benar dan jawaban tepat.

6-10 Menunjukan pemahaman konsep yang benar, tetapi tidak diuraikan secara lengkap, kemudian perhitungannya dilakukan dengan salah dan jawaban tidak tepat.

1-5 Tidak menunjukan pemahaman konsep sama sekali 0 Tidak menjawab sama sekali.

Berdasarkan pedoman pemberian skor di atas, skor maksimum untuk setiap butir soal adalah 20. Sehingga untuk 5 butir soal skor maksimum yang diperoleh siswa adalah 100.

Agar mendapatkan hasil evaluasi yang baik, instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian haruslah instrumen yang memiliki kualitas baik. Instrumen yang baik merupakan instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas tinggi serta daya pembeda dan indeks kesukaran yang baik (Suherman, 2003: 102). Berikut ini pengujian yang terhadap validitas, realibillitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda butir soal dari instrumen yang diberikan terhadap siswa kelas IXB SMP Kartika XIX-1, pengujian dilakukan dengan menggunakan software Anates V.4, sebagai berikut ini:


(24)

Menurut Suherman (1990 : 135) suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan tepat apa yang seharusnya dievaluasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk mengevaluasi karakteristik X valid apabila yang dievaluasi itu karakteristik X pula. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan yang lain.

Berdasarkan pelaksanaannya, validisitas dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu validitas teoritik dan dan validitas empirik. Jenis validitas yang ditinjau pada penelitian ini adalah validitas empirik. Validitas empirik adalah validitas instrumen evaluasi yang ditentukan setelah instrumen diujicobakan. Dari hasil uji coba tersebut, dapat ditentukan validitas butir soal dan validitas internal yang ditentukan berdasarkan perhitungan korelasi.

Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi menggunakan angka kasar (raw score). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

2 2 2 2

( ( ) )( ( ) )

i i

xy

i i

n x y x y r

n x x n y y

  

     

Keterangan: xy

r = Koefisien validitas

n = Jumlah siswa i

x y

 = Jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa i

x

 = Jumlah total skor soal ke-i y

 = Jumlah skor total siswa 2

i x

 = Jumlah total skor kuadrat ke-i 2

y


(25)

Nilai validitas tersebut perlu diuji keberartiannya. Untuk menguji keberartian validitas tiap butir soal dilakukan uji t, adapun statistik ujinya adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 380):

√ √

Keterangan:

r = Koefisien validitas n = Jumlah siswa

dengan hipotesis:

H0 : validitas tiap butir soal tidak berarti

H1 : validitas tiap butir soal berarti

Kriteria pengujian:

Dengan mengambil taraf nyata= , maka H0 diterima jika:

Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n – 2). Dalam hal lain H0 ditolak.

Menurut J. P Guilford (Suherman, 1990: 147), koefisien validitas rxy

diklasifikasikan seperti pada tabel berikut. Tabel 3.3

Klasifikasi Koefesien Validitas No Koefisien Validitas Kriteria

1. 0,80rxy 1, 00 Sangat tinggi (sangat baik) 2. 0, 60rxy 0,80 Tinggi (baik) 3. 0, 40rxy 0, 60 Sedang (cukup) 4. 0, 20rxy 0, 40 Rendah 5. 0, 00rxy 0, 20 Sangat rendah

6. rxy 0, 00 Tidak valid

Berikut ini hasil perhitungan koefisien validitas instrumen tes tiap butir soal.


(26)

Tabel 3.4

Hasil Perhitungan Koefisien Validitas Siswa Kelas IX-B Nomor Soal Koefisien Validitas Kriteria

1 0,666 Tinggi

2 0,602 Tinggi

3 0,623 Tinggi

4 0,780 Tinggi

5 0,636 Tinggi

Validitas untuk semua butir soal tergolong tinggi. Selanjutnya nilai validitas tersebut diuji keberartiannya. Dengan mengambil = 0,05 diperoleh hasil pengujian yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Uji Keberartian Butir Soal

No.

Soal Interpretasi

1 0,666 4,72 2,05 Validitas butir soal berarti 2 0,602 3,99 2,05 Validitas butir soal berarti 3 0,623 4,22 2,05 Validitas butir soal berarti 4 0,780 6,59 2,05 Validitas butir soal berarti 5 0,636 4,36 2,05 Validitas butir soal berarti Semua validitas butir soal berarti, maka semua butir soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa.

b. Reliabilitas

Suherman (1990 : 167) menyatakan bahwa reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi. Untuk mencari koefisien reliabilitas soal tipe uraian (secara manual) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:

Keterangan:

n = banyak butir soal

2

11 1 2

1 i t s n r n s         


(27)

2 i s

 = jumlah varians skor setiap soal 2

t

s = varians skor total

dimana,

 

2

2 2 X X n s n     Keterangan: 2

s = varians 2

X

= jumlah skor kuadrat setiap item X

 = jumlah skor setiap item

n = jumlah subjek

Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990 : 177) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Klasifikasi Derajat Reliabilitas

No. Derajat Reliabilitas Kriteria

1.

11

0, 20

r

Sangat rendah

2.

0, 20

 

r

11

0, 40

Rendah

3.

0, 40

 

r

11

0,60

Sedang

4.

0,60

 

r

11

0,80

Tinggi 5.

0,80

 

r

11

1,00

Sangat Tinggi

Derajat reliabilitas pada instrumen tes yang diujicobakan adalah 0,67. Dengan demikian, instrumen tes evaluasi tersebut memiliki derajat reliabilitas yang tinggi.

c. Daya Pembeda

Menurut Suherman (1990 : 199) daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang pintar dan kurang pintar. Untuk menentukan daya pembeda tipe uraian digunakan rumus berikut:


(28)

A B

X X DP

SMI

 

Keterangan

DP = Daya Pembeda A

X = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok atas

B

X = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok bawah

SMI = Skor Maksimal Ideal

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.7

Klasifikasi Daya Pembeda

No. Daya Pembeda Kriteria

1. DP0,00 Sangat jelek

2. 0,00DP0, 20 Jelek

3. 0, 20DP0, 40 Cukup

4. 0, 40DP0,70 Baik

5. 0,70DP1,00 Sangat Baik

Berikut ini adalah nilai daya pembeda dari tiap butir soal tes: Tabel 3.8

Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor Soal Nilai DP Kriteria

1 0,30 Cukup

2 0,27 Cukup

3 0,29 Cukup

4 0,38 Cukup

5. 0,59 Baik

Berdasarkan tabel di atas, soal nomor 1, 2, 3, dan 4 memiliki daya pembeda yang cukup sedangkan soal nomor 5 memiliki daya pembeda


(29)

yang baik. Dapat disimpulkan bahwa secara umum instrumen tes memiliki daya pembeda yang cukup baik.

d. Indeks Kesukaran

Suherman (1990 : 212) mengemukakan bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00 yang menyatakan tingkatan mudah atau sukarnya suatu soal.Untuk menentukan indeks kesukaran soal tipe uraian (secara manual) digunakan rumus:

X IK

SMI

 Keterangan:

IK = Indeks Kesukaran

X = Rata-rata

SMI = Skor Maksimal Ideal

Adapun klasifikasi indeks kesukaran disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.9

Klasifikasi Indeks Kesukaran

No. Indeks Kesukaran Kriteria

1. IK0,00 Terlalu sukar

2. 0,00IK 0,30 Sukar

3. 0,30IK 0,70 Sedang

4. 0,70IK 1,00 Mudah

5. IK 1,00 Terlalu mudah

Berikut ini adalah nilai derajat kesukaran tiap butir soal instrumen tes: Tabel 3.10

Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Nomor Soal Nilai IK Kriteria

1 0,68 Sedang

2 0,57 Sedang

3 0,42 Sedang

4 0,29 Sukar


(30)

Berdasarkan tabel di atas, soal nomor 1, 2, 3, 5 tergolong sedang, dan soal nomor 4 tergolong soal yang sukar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa instrumen tes memiliki tingkat kesukaran sedang. Karena kriteria-kriteria soal yang baik umumnya dipenuhi dan semua butir soal berarti, maka instrumen ini layak digunakan untuk penelitian.

2. Instrumen Non Tes a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajran berlangsung. Dalam penelitian ini ada dua jenis lembar observasi, yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa, masing-masing memuat aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi diisi oleh observer pada setiap pertemuan. Observer dalam penelitian ini terdiri dari dua orang, yaitu guru mata pelajaran dan rekan mahasiswa.

b. Jurnal Harian

Jurnal harian digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain based learning. Jurnal harian ini diisi oleh siswa setiap akhir pembelajaran. Pada jurnal harian, siswa diminta untuk mengemukakan pendapat mereka mengenai pembelajaran pada pertemuan tersebut serta saran agar pembelajaran berikutnya lebih baik lagi

c. Angket

Menurut Suherman (2003: 56) angket merupakan sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh subjek yang akan dievaluasi (responden). Angket diberikan kepada seluruh siswa kelas eksperimen untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain based learning dan kemampuan penalaran matematis. Penilaian angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Pada skala Likert, angket disajikan dalam bentuk pernyataan positif (favorable) dengan skor 5 untuk SS (Sangat Setuju), 4 untuk S (Setuju),


(31)

3 untuk N (Netral), 2 untuk TS (Tidak Setuju), dan 1 untuk STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk pernyataan negatif (unfavorable) skor yang diberikan sebaliknya.

Pembuatan angket ini didasarkan pada indikator-indikator yang peneliti buat sesuai dengan apa yang ingin peneliti ukur. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan sugiyono (2011: 134-135) bahwa variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Indikator-indikator yang menjadi acuan pembuatan angket pada penelitian ini adalah minat, manfaat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan brain based learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa.

3. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari data hasil pretes dan postes, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengisian angket, jurnal harian siswa dan lembar observasi.

a. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis data pretes dan analisis data indeks gain. Agar memudahkan proses pengolahan data, digunakan bantuan software SPSS Versi 16.0 for

Windows. Adapun langkah- langkahya adalah sebagai berikut:

1)Analisis Data Pretes

Analisis data pretes dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Analisis ini dilakukan untuk menentukan kemampuan penalaran matematis awal kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(32)

Data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis secara deskriptif terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran umum pencapaian siswa mengenai data yang diperoleh. Analisis data secara deskriptif meliputi penghitungan skor minimum, skor maksimum, dan rata-rata.

b) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang kemudian akan menjadi syarat pengujian memakai statistik parametrik atau non parametrik pada tahap selanjutnya.

Hipotesis yang digunakan:

H0: Data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen (keduanya)

berasal dari populasi berdistribusi normal;

H1: Data pretes kelas kontrol atau kelas eksperimen (salah satu

atau keduanya) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian:

 H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05  H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka

dilanjutkan dengan uji homogenitas. Namun apabila H0

ditolak, maka pengujian dilanjutkan dengan analisis statistika nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.

c) Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama (homogen) atau tidaknya variansi populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : = (Variansinya homogen)

H1 : (Variansinya tidak homogen)


(33)

: variansi kelas kontrol : variansi kelas eksperimen Kriteria pengujian:

 H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05  H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka

dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Namun apabila H0 ditolak, maka dilanjutkan dengan uji t’. d) Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan penalaran matematis awal kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hipotesis yang digunakan:

H0: μe = μk (rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas

kontrol sama atau tidak berbeda secara signifikan)

H1: μe μk (rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas

kontrol tidak sama/ berbeda secara signifikan) Dengan,

μk : rata-rata skor pretes pada kelas kontrol

μe : rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen

Kriteria pengujian:

 H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05  H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05 2) Analisis Data Indeks Gain

Analisis data indeks gain dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematis pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Indeks gain adalah gain

ternormalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Hake (1999: 1) adalah sebagai berikut:


(34)

Indeks Gain =

Hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kategori sebagai berikut.

Tabel 3.11 Interpretasi Indeks Gain

Indeks gain (g) Interpretasi

g 0 g,7 tinggi 0,3 < 0,7 sedang

g < 0,3 rendah

Semakin tinggi nilai indeks gain, maka semakin tinggi pula peningkatan yang terjadi. Adapun tahapan analisis yang dilakukan pada data indeks gain adalah sebagai berikut:

a) Uji normalitas

Uji normalitas data hasil indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data hasil indeks gain yang kemudian akan menjadi syarat pengujian memakai statistik parametrik atau non parametrik pada tahap selanjutnya.

Hipotesis yang digunakan:

H0: Data indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen

(keduanya) berasal dari populasi berdistribusi normal; H1: Data indeks gain kelas kontrol atau kelas eksperimen

(salah satu atau keduanya) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian:

 H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05  H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima (data

berdistribusi normal), maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Namun apabila H0 ditolak (data tidak


(35)

berdistribusi normal), maka pengujian dilanjutkan dengan analisis statistika nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama (homogen) atau tidaknya variansi populasi kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : = (Variansinya homogen)

H1 : (Variansinya tidak homogen)

Dengan,

: variansi kelas kontrol : variansi kelas eksperimen Kriteria pengujian:

 H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05  H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

Apabila dari hasil pengujinan diperoleh H0 diterima, maka

dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Namun apabila H0 ditolak, maka dilanjutkan dengan uji t’. c) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata pada data Indeks gain digunakan untuk membandingkan kualitas peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hipotesis yang digunakan:

H0: μe μk (rata-rata indeks gain kelas eksperimen sama atau

tidak berbeda secara signifikan dengan rata-rata indeks

gain kelas kontrol)

H1: μe μk (rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih

besar dibandingkan rata-rata indeks gain kelas kontrol) Dengan,


(36)

μe : rata-rata indeks gain pada kelas eksperimen

Kriteria pengujian:

 H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05  H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05 b. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari angket, jurnal harian dan lembar observasi akan dianalisis melalui langkah- langkah berikut ini:

1) Analisis Angket

Angket disajikan dalam dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap pilihan siswa diberi skor tertentu. Adapun ketentuan pemberian skor tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12 Skor Tiap Pilihan

Pernyataan Skor Tiap Pilihan

SS S N TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Data hasil angket siswa diolah dengan menghitung rata-rata skor angket keseluruhan untuk setiap aspek yang dinilai. Jika nilai rata-ratanya lebih besar dari 3 (skor untuk sikap netral), maka siswa bersikap positif, dan sebaliknya jika nilai rata-ratanya kurang dari 3, maka responden bersikap negatif. Rata-rata skor subjek yang semakin mendekati 5, berarti sikapnya semakin positif, sebaliknya jika mendekati 1, berarti sikap subjek semakin negatif.

Data angket siswa yang terkumpul selanjutnya ditabulasi kemudian dilakukan perhitungan dengan persentase yang rumusnya sebagai berikut:


(37)

f = frekuensi jawaban n = banyaknya responden

Setelah diperoleh persentasenya, dilakukan penafsiran data atau interpretasi data angket dengan mengadaptasi interpretasi menurut kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.13 Penafsiran Hasil Angket

Persentase Tafsiran Kualitatif

Tak seorangpun

Sebagian kecil

Hampir setengahnya

Setengahnya

Sebagian besar

Hampir seluruhnya

Seluruhnya

2) Analisi Jurnal Harian Siswa

Data yang diperoleh dari jurnal dianalisis secara deskriptif.

3) Analisis Lembar Observasi

Lembar Observasi dianalisis untuk melihat kesesuaian antara tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

Brain Based Learning di kelas eksperimen. Data hasil observasi

diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana pembelajaran.

F. PROSEDUR PENELITIAN

1. Tahap Perencanaan

a. Mengidentifikasi masalah b. Membuat proposal penelitian

c. Menyusun instrumen dan bahan ajar. d. Pemilihan subjek penelitian

e. Uji coba instrumen

f. Analisis hasil uji coba instrumen g. Perbaikan instrumen


(38)

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen b. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan brain based

learning pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan

pendekatan konvensional pada kelas kontrol. Kegiatan observasi dilakukan pada tahap pembelajaran ini. Tiap akhir pembelajaran siswa harus menulis dan mengumpulkan jurnal harian.

c. Pelaksanaan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. d. Penyebaran angket pada seluruh siswa.

3. Tahap Analisis

a. Mengumpulkan data hasil penelitian.

b. Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif (hasil tes).

c. Mengolah dan menganalisis hasil data kualitatif (hasil angket dan observasi).


(39)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada BAB IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan brain based learning lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

2. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain based learning dan kemampuan penalaran matematis tergolong baik.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan kajian yang lebih mendalam mengenai pembelajaran dengan pendekatan brain based learning, apakah cocok atau tidak digunakan untuk meningkatkan kemampuan matematis lainnya.

2. Kelemahan pada pembelajaran dengan pendekatan brain based learning ini adalah adanya waktu yang tersita untuk melakukan beberapa kegiatan tertentu seperti brain gym dan bercerita mengenai kisah-kisah inspiratif sehingga peneliti menyarankan untuk lebih baik lagi dalam mengatur waktu ketika menggunakan pendekatan pembelajaran ini.

3. Walaupun konsep dasar dalam pembelajaran ini cukup memperhatikan emosi, keseriusan siswa dalam belajar harus tetap diperhatikan. Oleh karena itu disarankan agar peneliti lanjutan memberikan teguran yang tegas pada


(40)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa yang kurang serius dalam belajar karena akan berimbas pada peningkatan kemampuan yang tidak optimal.

4. Sebelum dilakukan penelitian sebaiknya dilakukan pra-penelitian terlebih dahulu agar penelitian yang akan dilakukan berlangsung secara terarah sehingga hasilnya pun akan lebih optimal.


(41)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Darhim (2004), Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Sikap Siswa

Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan. Hal: 2-4.

Given, K Barbara. (2007). Brain Based Teaching. Bandung: Kaifa.

Hake, R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf yang direkam pada 1999. [13 Februari 2014].

Hendrinova. (2011). Air Penting Bagi Otak. [Online]. Tersedia: http://hendrinova.wordpress.com/2011/06/23/air-penting-bagi-otak/ yang direkam pada 23 Juni 2011. [13 Februari 2014].

Herdian. (2010). Kemampuan Penalaran Matematis. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-penalaranmatematis yang direkam pada 27 Mei 2010 13:05:37 GMT. [2 Mei 2013].

Jensen, Eric. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak (Edisi Kedua). Jakarta: Indeks.

Johny. (2012). Struktur Otak dan Fungsinya. [Online]. Tersedia: http://www.info-kes.com/2012/10/struktur-otak-dan-fungsinya.html yang direkam pada 2012. [27 Maret 2014].

Kusnandi. (2012). Handout Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika: tidak diterbitkan.

Lestari, Karunia (2013). Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan

Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mullis, I., et al. (2011). TIMSS 2011: International Resesarch in Mathematics. United States: TIMSS & PIRL International Study Center.

Nimpuna, Anjar S. (2013). Pembelajaran Menggunakan Teknis Solo/superitem untuk

Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan


(42)

(OECD). (2012). Program for International Student Assessment (PISA).

Prabawati, Mega Nur (2011). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual dengan

Teknik SQ3R Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Priatna, N. (2003). Kompetensi Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa kelas 3

SLTP Negeri di Kota Bandung. [Online]. Tersedia: http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1208105-113844/ yang direkam pada 2003. [27 April 2013].

Putri, Inggar Resmita (2013). Penerapan Model Collaborative Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Putri, Megawati Subagyo (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Brain

Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rehman, A dan Bokhari, M. A (2011), Effectiveness of Brain-Based Learning Theory At

Secondary Level. International Journal of Academic Research. 3, (4), 354-359.

Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sapa’at, A. (2009) . Brain Based Learning. [Online]. Tersedia:

http://matematika.upi.edu/index.php/brain-based-learning yang direkam pada 2009. [19 Juni 2013].

Shadiq, Fajar. (2004). Pemecahan masalah, penalaran, dan Komunikasi. Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMA Jenjang Dasar. Yogyakarta: Depdiknas Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharto (2009). Perbedaan Pengaruh antara Pendekatan Kooperatif dan Konvensional

terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau sari Kreativitas Siswa. Tesis pada

Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta: Tidak diterbitkan.

Suherman, Erman. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah. Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: JICA UPI.

Suherman, Erman. (2010). Handout Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(43)

Wahyudin. (1999). Kompetensi Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa

dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika


(1)

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen b. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan brain based

learning pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan

pendekatan konvensional pada kelas kontrol. Kegiatan observasi dilakukan pada tahap pembelajaran ini. Tiap akhir pembelajaran siswa harus menulis dan mengumpulkan jurnal harian.

c. Pelaksanaan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. d. Penyebaran angket pada seluruh siswa.

3. Tahap Analisis

a. Mengumpulkan data hasil penelitian.

b. Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif (hasil tes).

c. Mengolah dan menganalisis hasil data kualitatif (hasil angket dan observasi).


(2)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada BAB IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan brain based learning lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

2. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan brain based learning dan kemampuan penalaran matematis tergolong baik.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan kajian yang lebih mendalam mengenai pembelajaran dengan pendekatan brain based learning, apakah cocok atau tidak digunakan untuk meningkatkan kemampuan matematis lainnya.

2. Kelemahan pada pembelajaran dengan pendekatan brain based learning ini adalah adanya waktu yang tersita untuk melakukan beberapa kegiatan tertentu seperti brain gym dan bercerita mengenai kisah-kisah inspiratif sehingga peneliti menyarankan untuk lebih baik lagi dalam mengatur waktu ketika menggunakan pendekatan pembelajaran ini.

3. Walaupun konsep dasar dalam pembelajaran ini cukup memperhatikan emosi, keseriusan siswa dalam belajar harus tetap diperhatikan. Oleh karena itu disarankan agar peneliti lanjutan memberikan teguran yang tegas pada


(3)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa yang kurang serius dalam belajar karena akan berimbas pada peningkatan kemampuan yang tidak optimal.

4. Sebelum dilakukan penelitian sebaiknya dilakukan pra-penelitian terlebih dahulu agar penelitian yang akan dilakukan berlangsung secara terarah sehingga hasilnya pun akan lebih optimal.


(4)

Seftine Walansari Sunarya, 2014

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

Siswa Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Darhim (2004), Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Sikap Siswa

Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan. Hal: 2-4.

Given, K Barbara. (2007). Brain Based Teaching. Bandung: Kaifa.

Hake, R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf yang direkam pada 1999. [13 Februari 2014].

Hendrinova. (2011). Air Penting Bagi Otak. [Online]. Tersedia: http://hendrinova.wordpress.com/2011/06/23/air-penting-bagi-otak/ yang direkam pada 23 Juni 2011. [13 Februari 2014].

Herdian. (2010). Kemampuan Penalaran Matematis. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-penalaranmatematis yang direkam pada 27 Mei 2010 13:05:37 GMT. [2 Mei 2013].

Jensen, Eric. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak (Edisi Kedua). Jakarta: Indeks.

Johny. (2012). Struktur Otak dan Fungsinya. [Online]. Tersedia: http://www.info-kes.com/2012/10/struktur-otak-dan-fungsinya.html yang direkam pada 2012. [27 Maret 2014].

Kusnandi. (2012). Handout Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika: tidak diterbitkan.

Lestari, Karunia (2013). Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan

Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mullis, I., et al. (2011). TIMSS 2011: International Resesarch in Mathematics. United States: TIMSS & PIRL International Study Center.

Nimpuna, Anjar S. (2013). Pembelajaran Menggunakan Teknis Solo/superitem untuk

Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Skripsi pada Jurusan


(5)

(OECD). (2012). Program for International Student Assessment (PISA).

Prabawati, Mega Nur (2011). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual dengan

Teknik SQ3R Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMA. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Priatna, N. (2003). Kompetensi Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa kelas 3

SLTP Negeri di Kota Bandung. [Online]. Tersedia:

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1208105-113844/ yang direkam pada 2003. [27 April 2013].

Putri, Inggar Resmita (2013). Penerapan Model Collaborative Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Putri, Megawati Subagyo (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Brain

Based Learning untuk Meningkatkan

Kemampuan Metakognisi Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rehman, A dan Bokhari, M. A (2011), Effectiveness of Brain-Based Learning Theory At

Secondary Level. International Journal of Academic Research. 3, (4), 354-359.

Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sapa’at, A. (2009) . Brain Based Learning. [Online]. Tersedia:

http://matematika.upi.edu/index.php/brain-based-learning yang direkam pada 2009. [19 Juni 2013].

Shadiq, Fajar. (2004). Pemecahan masalah, penalaran, dan Komunikasi. Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMA Jenjang Dasar. Yogyakarta: Depdiknas

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharto (2009). Perbedaan Pengaruh antara Pendekatan Kooperatif dan Konvensional

terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau sari Kreativitas Siswa. Tesis pada

Program Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta: Tidak diterbitkan.

Suherman, Erman. (1990). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: JICA UPI.

Suherman, Erman. (2010). Handout Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

Wahyudin. (1999). Kompetensi Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa

dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika