KEBUTUHAN BELAJAR, MOTIF BERPRESTASI DAN PROSES PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINATIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA LATIHAN KERJA.
KEBUTUHAN BELAJAR, MOTIF BERPRESTASI DAN PROSES
PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINATIF
TERHADAP PRESTASI BELAJAR
PESERTA LATIHAN KERJA
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Pada Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan
OLEH
NUNUNG NURAZIZAH
NM:989529
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA
Pembinibing I
c
Ic
7
Dr.H. Zainudin Arif
Pembimbing II
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul " Kebutuhan Belajar,
Motif Berprestasi dan Proses Pembelajaran Sebagai Faktor Determinatif Terhadap
Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja " ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung,
M e i 2000
Yang membuat pernyataan,
Nunung Nurazizah
111
ABSTRAK
Latar belakang dalam penelitian ini disebabkan semakin pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menuntut tenaga kerja potensial yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tuntutan lapangan kerja
yang ada. Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang sebagai penyelenggara
pelatihan kejuruan pertanian mempunyai fungsi dan tugas untuk menyelenggarakan
pelatihan khususnya bidang pertanian. Penyelenggaraan program pelatihan tidak
terlepas dari faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi pencapaian
prestasi belajar peserta latihan kerja. Faktor internal dalam penelitian dibatasi pada
faktor kebutuhan belajar dan motif berprestasi, sedangkan faktor eksternal dibatasi
pada proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
tentang hubungan variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja, dengan mengungkapkan :
(1) gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar dengan prestasi belajar
peserta latihan kerja, (2) gambaran tentang hubungan motif berprestasi dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja, (3) gambaran tentang hubungan antara proses
pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, dan (4) gambaran tentang
hubungan antara variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja
Khusus PertanianLembang.
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini secara teoritis dapat dikaji
tentang teori kebutuhan belajar dari D. Sudjana (1996) yaitu, jarak antara tingkat
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki dengan yang ingin diperoleh
seseorang atau kelompok. Teori motif berprestasi dari Mc. Clelland (1953) yaitu,
" Doing something well ordoing something better than it had been done before, more
efficiently, more quickly with less labor, with a better result." Teori motif berprestasi
tersebut dipertegas oleh Zainudin Arif (1982), Ambo Enre Abdullah (1974). Teori
tentang proses pembelajaran dari Smith, R.M (1982) , Travers (1972), Feldman
(1987), Knowles (1973) yang menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu
proses di dalam mana perilaku diubah , dibentuk dan dikendalikan. Teori tentang
prestasi belajar dari Nana Saodih (1983), Moh. Surya (1979), Suharsimi Arikunto
(1984) yang menjelaskan bila hasil belajar dikaitkan dengan patokan tertentu dapat
dikatakan sebagai suatu prestasi yang dicapai dalam belajar. Selanjutnya teori tentang
pelatihan dari G. Douglas Mayo (1987), John H. Procton (1993), Tom W. Good
(1982) yang menyatakan bahwa pelatihan menyangkut proses belajar yang bertujuan
mengembangkan skill tertentu, dilaksanakan dalam waktu singkat dan tempat tertentu.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda
korelasional. Populasi adalah seluruh peserta pelatihan yang mengikuti program
pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang, yang berusia 18 tahun
ke atas dan mengikuti proses pelatihan sampai selesai. Sampel diambil secara
Proportional Random Sampling. Jumlah sampel sebanyak 70 responden. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Alat pengumpul data
iv
yang dipergunakan untuk variabel independen adalah kuesioner yang terlebih dahulu
diuji validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan alat pengumpul data untuk variabel
dependen adalah dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah; (1) Terdapat hubungan positif yang signifikan
antara kebutuhan belajar dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari
persamaan regresi Y = 36,24309 + 0,28574xl dengan koefisien korelasi diperoleh
nilai r xy = 0,5315 dan koefisien determinasi 27%. (2) Terdapat hubungan positif
yang signifikan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar peserta latihan kerja,
tergambar dari persamaan regresi Y = 39,9025 + 0,2755^ dengan koefisien korelasi
diperoleh nilai r xy = 0,5212 dan koefisien determinasi 27%. (3) Terdapat hubungan
positif yang signifikan antara proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta
latihan kerja, tergambar dari persamaan regresi Y = 39,3202 + 0,2755x3 dengan
koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,4883 dan koefisien determinasi 23%. (4)
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar, motifberprestasi
dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari
persamaan regresi Y =20,6603 + 0,1615xl + 0,1606 ^ + 0,1107 x3 , dengan
koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,6449 dan koefisien determinasi 41,6%.
Implikasi penelitian secara teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut :
(1) Implikasi teoritis, berkaitan dengan konsep kebutuhan yang berhubungan dengan
motivasi seseorang, maupun proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
partisipatif dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa dan prestasi
belajar sebagai hasil belajar peserta pelatihan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal maupun eksternal. (2) Implikasi praktis, yaitu apabila penyelenggara
pelatihan ingin meningkatkan tingkat keikutsertaan peserta latihan kerja dalam
kegiatan pelatihan maka perlu diperhatikan kesesuaian program pelatihan dengan
kebutuhan belajar peserta pelatihan, disamping proses pembelajaran yang
meperhatikan faktor-faktor motif berprestasi, minat, metode pembelajaran, interaksi
pelatih dengan peserta pelatihan yang mengarah pada prinsip-prinsip belajar orang
dewasa. Karena terbukti bahwa variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan
proses pembelajaran memberikan sumbangan efektif terhadap peningkatan prestasi
belajar peserta latihan kerja. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi (1)
pihak institusi, untuk lebih meningkatkankualitas dan kuantitas pelatihan, (2) pelatih,
agar lebih menguasai metode, prinsip dan pendekatan-pendekatan yang tepat dalam
pembelajaran orang dewasa, dan (3) masyarakat, untuk lebih mengetahui manfaat dari
penyelenggaraan pelatihandi Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang
DAFTARISI
Halaman
JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PERNYATAAN
lii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
VI
UCAPAN TERIMA KASIH
vin
DAFTAR ISI
XI
DAFTAR TABEL
Xlll
DAFTAR GAMBAR
xiv
BABI
BABH
PENDAHULUAN
j
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. TujuanPenelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Hipotesis Penelitian
F. Defmisi Operasional
LANDASAN TEORITIS
A. Kebutuhan Belajar Dalam Kontek Kebutuhan Hidup Manusia...
I
13
]5
i5
16
16
21
21
1. Kebutuhan Hidup
2. Kebutuhan Pendidikan
3. Kebutuhan Belajar
21
25
26
4. Hubungan Antara Kebutuhan dengan Motivasi Belajar
32
B. Motif Berprestasi
C. Proses Pembelajaran
35
30
D. Teori-teori Belajar dalam PLS
1. Konsep Aliran Behaviorisme
47
47
xi
BABHI
BABIV
2. Konsep Aliran Humanisme
50
3. Teori Andragogi
52
4. Aliran Reformasi Sosial
55
E. Prestasi Belajar
5g
F. Latihan Kerja
61
1. Pengertian Latihan Kerja
61
2. Sistem Pelatihan
53
3. Latihan Kerja di BLKKP Lembang
69
G. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
73
PROSEDUR PENELITIAN
77
A. MetodePenelitian
77
B. Populasi dan Sampel Penelitian
78
C. Instrumen Pengumpul Data
80
D. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data
84
E. Teknik Pengolahandan Analisis Data
91
HASBL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
99
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data
99
1. PerhitunganRata-rata, Standart Deviasi dan Variansi
BABV
99
2. Hasil Uji Normalitas Distribusi
100
3. Analisis Hubungan Antar Variabel
102
B. Pembahasan Hasil-hasil Penelitian
117
C. Temuan Penelitian
128
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
134
A. Kesimpulan
134
B. Keterbatasan Penelitian
141
C. Implikasi Hasil Penelitian
144
D. Saran-saran
156
DAFTAR PUSTAKA
159
LAMPIRAN-LAMPIRAN
163
xi 1
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Tingkatan Kemampuan Kegiatan Belajar Keterampilan, Pengetahuan
dan Sikap
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
0.
1.
2.
™
Besarnya Sampel Minimal Masing-masing Variabel Penelitian
Jumlah Sampel Penelitian
Penjabaran Variabel Kebutuhan Belajar
Penjabaran Variabel MotifBerprestasi
Penjabaran Variabel Proses Pembelajaran
Hasil Uji Validitas Item Variabel Kebutuhan Belajar
Hasil Uji Validitas Item Variabel MotifBerprestasi
Hasil Uji Validitas Item Variabel Proses Pembelajaran
Proporsi Perhitungan Validitas Item
Ringkasan Hasil uji Coba Reliabilitas Instrumen
AnavaRegresi YAtasX
79
79
82
82
82
86
87
88
89
90
95
3. Anava untuk Regresi Linier Ganda
97
4. Skor Terendah dan Tertinggi Tiap Variabel Pada Sampel Penelitian
99
5. Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Variansi Tiap Variabel Pada Sampel
Penelitian
100
6. Nilai Kwadrat-Chi Hitung Tiap Variabel Pada Sampel Penelitian
101
7. Anava Regresi YAtas Xi
]Q3
8. Anava Regresi Y Atas X2
106
9. Anava Regresi Y Atas X3
109
20. AnavaRegresi Y Atas Xi,X2 danX3
21. Koefisien Korelasi Sederhana dan Multipel Antara Variabel X1, X2 dan
X 3 dengan Y
xi 11
114
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
Halaman
Proses Pelatihan Keterampilan di BLKKP Lembang
Hubungan Antar Variabel Penelitian
Hirarkhi Kebutuhan Maslow
Flow Chart Model Induktif
Flow Chart Model Deduktif
Flow Chart Model Klasik
Tendensi Untuk Mendekati dan Menghindari Suatu Tugas
Roles ofthe Flexible Trainer
Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen Pendidikan Luar
6
14
24
28
30
3]
36
43
Sekolah
^
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai
negara
berkembang
Indonesia
dituntut
untuk
mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berlangsung semakin cepat menimbulkan kebutuhan yang
beranekaragam dalam hal memperoleh informasi, pengetahuan danketerampilan.
Kehadiran pendidikan di Indonesia diperlukan untuk memenuhi tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan di Indonesia sesuai
dengan Sistem Pendidikan Nasional dibagi menjadi dua golongan yaitu jalur
pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan Nasional
menurut undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
berfungsi untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.
Tantangan untuk
meningkatkan mutu
pendidikan
yang
akan mampu
meningkatkan kualitas manusia dan meningkatkan mutu kehidupan hams dihadapi
baik oleh pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan di
sekolah terayata belum dapat memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang begitu pesat secara keseluruhan sehingga diperlukan
lembaga penyelenggara pendidikan lain, yaitu pendidikan luar sekolah yang
mempunyai fungsi sebagai pelengkap ( complementary education ), penambah
(suplementary education) dan sebagai
pengganti (substitute education)
pendidikan di sekolah.
Selanjutnya penjelasan terhadap pasal 10 ayat (1) UU Nomor 2 tahun 1989
antara lain menyatakan; " Pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah baik yang dilembagakan atau tidak ". Sedangkan
pasal 9ayat (3) menyatakan; " Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga,
kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan sejenis." Pelatihan merupakan
satuan pendidikan luar sekolah, termasuk pendidikan sejenis disamping keluarga,
kelompok belajar dan kursus yang mengacu pada komponen pendidikan luar
sekolah. Berdasarkan pasal dan penjelasan UU Nomor 2 tahun 1989 tentang
pendidikan luar sekolah dapat ditarik kesimpulan yaitu;
1) Pendidikan
luar sekolah cakupannya meliputi satuan pendidikan keluarga, kelompok belajar,
kursus. 2) Pendidikan luar sekolah tidak harus berjenjang.
3) Ciri utama yang
membedakan pendidikan luar sekolah dari pendidikan sekolah adalah berkenaan
dengan waktu belajar, lama belajar, usia peserta didik, isi pelajaran, cara
penyelenggaraan pengajaran dan cara penilaian hasil belajar.
Pendidikan luar sekolah dalam pelaksanaan program-programnya lebih
mendasarkan kebutuhan masyarakat yang ada relevansinya dengan arah dan
tujuan pembangunan nasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (1993,13)
bahwa;
Tujuan dan program pendidikan luar sekolah berorientasi pada waktu
pendidikan yang singkat, isi program berpusat pada lulusan dan kepentingan
perorangan, menekankan kepada pelatihan dan praktek, persyaratan masuk
ditentukan bersama peserta didik, serta penyajiannya dilakukan dalam
lingkungan peserta didik, berpusat pada peserta didik, pengawasan diatur
sendiri dan demokratis.
Program pendidikan luar sekolah yang telah dilaksanakan untuk
mengembangkan sumber daya manusia diantaranya program pendidikan
berkelanjutan (Continuing Education). Program ini dilaksanakan bagi mereka
yang sudah melek huruf, mempunyai latar belakang pendidikan sekolah dan
memasuki dunia kerja. Melalui program ini diharapkan akan dihasilkan manusia
yang bisa membuka dan memanfaatkan peluang usaha. Program yang telah ada
dimasyarakat diantaranya ; kursus, magang, pelatihan, yang dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan atau keahlian dalam bidang tertentu yang dapat
membantu seseorang untuk meningkatkan diri dan terus maju.
Pelatihan merupakan kegiatan membelajarkan seperti pada satuan pendidikan
luar sekolah lainnya, sebab di dalamnya terdapat kegiatan sistematik dan
dilakukan secara sengaja oleh sumber belajar (fasilitator, pelatih) untuk membantu
peserta melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran dalam pelatihan
bertujuan untuk mendapatkan perubahan perilaku dari mereka yang dilatih.
Mengenai tujuan pelatihan Manullang (1978; 17) mengatakan bahwa pelatihan
dilaksanakan untuk memperoleh tiga hal yaitu; (1) menambah pengetahuan,
(2) menambah keterampilan dan (3) mengubah sikap. Sejalan dengan pendapat
Moekijat (1993; 2) bahwa tujuan umum pelatihan adalah :
(1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan lebih cepat dan lebih efektif
(2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan secara rasional.
(3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan
kerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan).
Agar dalam pelaksanaan pelatihan mencapai kesuksesan perlu diperhatikan
prinsip-prinsip umum sebagai berikut;
(1) Perbedaan individu, mencakup latar belakang pendidikan, minat,
pengalaman dan sebagainya.
(2) Motivasi, hal-hal yang dapat mendorong individu dalam mengikuti
pelatihan.
(3) Partisipasi aktif, partisipasi dalam proses belajar mengajar yang dapat
menambah minat dan motivasi peserta pelatihan.
(4) Pemilihan peserta, adanya seleksi peserta dapat mengandung motivasi
tambahan.
(5) Pemilihan pelatih, efektifitas program pelatihan antara lain tergantung
kepada para pelatih yang mempunyai minat dan kemampuan mengajar.
(6) Metode pelatihan, perlu penentuan metode pelatihan sesuai dengan jenis
pelatihan karena tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua jenis
pelatihan.
(7) Prinsip belajar, pelatih haras mengetahui prinsip belajar, belajar haras
dimulai dari yang mudah menuju kepada yang sulit atau dari yang sudah
diketahui menuju kepada yang belum diketahui. (Moekijat, 1993; 5)
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang adalah salah satu lembaga
dalam lingkungan Departemen Tenaga Kerja yang menyelenggarakan latihan
kerja yang ditujukan pada peserta atau lulusan pendidikan sekolah yang akan
mencari kerja atau memasuki dunia kerja {pre-service training). Pelatihan ini
terutama bagi mereka yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan
khusus, atau yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus tetapi
ingin ditingkatkan lagi sebagai usaha untuk memenuhi perkembangan dunia
kerja. Pelatihan berorientasi untuk memberikan bekal hidup berapa keterampilan
kerja yang dilaksanakan dengan waktu pendidikan yang singkat. Pelatihan pada
hakekatnya mengarah pada beberapa hal yaitu memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang cakap dan terampil, tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan
ketrampilan sesuai dengan harapan dirinya dan lingkungannya sehingga dapat
meningkatkan taraf hidupnya. Adapun jenis-jenis program yang dilaksanakan di
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang disesuaikan dengan kebutuhan
individu, masyarakat maupun dengan mempertimbangkan tugas dan fungsi
lembaga maupun sarana, prasarana dan kemampuan tenaga pelatih yang ada di
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang. Berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No: Kep 4546/M/1997, tentang petunjuk pelaksanaan tugas dan
fungsi Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang yang dinyatakan dalam
pasal 42 dan 43 yaitu :
Pasal 42 :
Balai Latihan Kerja Khusus adalah unit pelaksana teknis dibidang pelatihan
tenaga kerja kejuruan khusus yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan secara teknis
fungsional dibina oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja.
Pasal 43 :
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian mempunyai tugas melaksanakan
pelatihan kejuruan Budidaya Pertanian, Pengolahan Hasil Pertanian,
Teknologi Pertanian, Perikanan, Perkebunan, Peternakan dan Pemasaran hasil
pertanian, aneka kejuruan serta kejuruan lain yang mendukung sektor
pertanian dengan menggunakan fasilitas latihan kerja, ruang kelas,
laboratorium, perpustakaan, bengkel, asrama atau Mobile Training Unit
(MTU).
Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep.4546/M/1997,
proses pelatihan keterampilan pada Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang meliputi;
(l)Rekraitmen dan seleksi peserta berkoordinasi dengan Kandepnaker/Dinas
Tenaga Kerja. Rekruitmen dan seleksi peserta didasarkan persyaratan yang
telah ditentukan oleh Balai Latihan Kerja setempat.
(2)Melakukan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pelatihan.
(3)Menyiapkan bahan, sarana dan prasarana, kurikulum dan metode pelatihan.
(4)Menyelenggarakan pelatihan baik institusional, pemagangan yang sesuai
dengan bidang kejuraan pada Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang, yaitu ; Kejuruan pertanian, Kejuruan perkebunan, Kejuruan
peternakan, Kejuraan Mixed Farming, Kejuruan Mekanisasi Pertanian,
Kej uruan Prosescing dan Kej uruan Perikanan.
(5)Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan lulusan serta alumni
pelatihan.
Proses pelatihan keterampilan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang
digambarkan sebagai berikut:
GAMBARrl
PROSES PELATIHAN KETERAMPILAN DIBLKKP LEMBANG
Pendaftaran Siswa
Kantor Departemen Tenaga Kerja
BLK
Dilaksanakan secara
SD,SLTP,SLTA,PT - Biaya Gratis
KelakuanBaik
- Karm Rutting
Institusional
MTU
Berjiwa Pancasila dan UUD 1945
Implant Training
I
Kejuruan
Kejuruan
Kejuruan
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Bidang Kejuruan
Kejuruan
Kejuruan
Mixed
Mekanisasi
Pertanian
Farming
I
Berjiwa
\
Pancasila dan j
UUD 1945 J
^
w
- Skill (Keterampilan)
- Knowledge ("Pengetahuan)
- Attitude (Sikap Mental)
^..... ~S
Sumber: BLKKP Lembang
Kejuruan
Processing
•
'
•
Kejuruan
Perikanan
Wuraswasta
Indusiri Pertanian
BursaKesempatan Kerja
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa dalam kegiatan pelatihan
terdapat proses pembelajaran. Knowless ( 1973 ) dalam Syamsu Mappa ( 1994;
12) menyebutkan pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku
diubah, dibentuk atau dikendalikan. Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai
usaha untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Kegiatan belajar
sebagai suatu proses mencakup unsur-unsur ; tujuan yang ingin dicapai, motivasi,
hambatan, stimulus dari lingkungan, persepsi dan respon (D.Sudjana,1993; 72).
Keseluruhan unsur tersebut melibatkan pelatih dan peserta pelatihan secara aktif
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
dapat diukur dengan prestasi belajar yang dicapai peserta latihan kerja. Pada
proses pembelajaran peserta pelatihan merapakan subyek utama yang akan
mendapatkan transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga perlu
diperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengarahi proses
transformasi tersebut.
William A. Shrode dan Voich, Jr (1974; 122) menyebutkan bahwa setiap
program yang melakukan transformasi dapat dipandang sebagai suatu sistem.
Aspek dalam suatu sistem pelatihan akan berinteraksi satu dengan yang lain. Jika
diperinci aspek-aspek dalam pelatihan tersebut terdiri dari:
(1) Masukan (Input), yaitu peserta latihan.
(2) Masukan sarana (Instrumental Input), yaitu ; pelatih, metode, materi,
administrasi, evaluasi, sarana dan prasarana.
(3) Masukan lingkungan (Environmental Input) , yaitu lingkungan yang
menunjang berjalannya program pelatihan meliputi lembaga penyelenggara
dan pemakai lulusan,
(4) Proses, meliputi penyelenggaraan program yang dilaksanakan di Balai
Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang.
(5) Keluaran (Output) yaitu, lulusan dari BLKK P
(6) Masukan lain (Other Input) adalah masukan
mendukung lulusan untuk menggunakan peng
sikap.
(7) Pengaruh (Impact) yaitu, adanya peningkatan
1993;35)
Sebagaimana yang dikemukakan D.Sudjana (1996,154), bahwa;
Tujuan proses pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari
dikuasai sepenuhnya oleh peserta latihan. Agar peserta latihan dapat mencapai
prestasi belajar secara maksimal maka perlu adanya proses pembelajaran yang
bermutu yaitu proses pembelajaran yang menitikberatkan pada upaya
membantu peserta latihan untuk menyadari kemampuan diri dan untuk
mengembangkan sikap berprestasi.
Proses pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan belajar individu akan
dapat menarik minat peserta latihan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
secara aktif. Maka dalam hal ini sangatlah penting bagi Balai Latihan Khusus
Pertanian Lembang untuk melaksanakan identifikasi kebutuhan belajar, agar
semua komponen program belajar dapat membantu peserta pelatihan untuk
memenuhi kebutuhan belajarnya.
Identifikasi kebutuhan belajar dalam pelatihan dapat dilakukan dengan tiga
model pendekatan yaitu:
(1) Model Induktif, menekankan pada usaha yang dilakukan dari pihak yang
terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah pihak yang luas
dan menyeluruh.
(2) Model Deduktif, menekankan identifikasi kebutuhan secara umum, dengan
sasaran yang luas.
(3) Model Klasik, ditujukan untuk menyesuaikan bahan pelatihan dengan
kebutuhan belajar yang dirasakan peserta. (Kaufman, 1972 dalam Ishak
Abdulhak, 1995; 26)
Disamping ketiga model diatas, identifikasi kebutuhan belajar dapat dilakukan
dengan :
9
(1) Need Survey, bila peserta belum mempunyai tugas / pekerjaan tertentu.
(2) Task Analysis, mendasarkan kebutuhan pelatihan berdasarkan kesenjangan
tugas-tugas dari petugas didalam lembaga.
(3) Performance Analysis, berdasarkan kinerja yang haras dikuasai oleh seseorang
yang menduduki jabatan / tugas tertentu. (Zainudin Arif)
Kebutuhan belajar menurat D. Sudjana (1996; 168) adalah suatu jarak antara
tingkat pengetahuan, keterampilan dan atau sikap yang ingin diperoleh seseorang,
kelompok, lembaga dan atau masyarakat yang dapat dicapai melalui kegiatan
belajar. Kebutuhan belajar pada setiap orang cenderang berbeda menurut ruang
dan waktu, juga berdasar kemampuan seseorang. Apabila suatu kebutuhan belajar
sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan belajar lainnya yang perlu dipenuhi
melalui kegiatan belajar. Kebutuhan belajar setiap orang hendaknya dapat
dipadukan dengan tujuan masyarakat atau tujuan lembaga sehingga tujuan
lembaga tidak dirasakan asing dan tidak realistis oleh peserta latihan.
Kebutuhan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap tertentu seperti kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam usaha dibidang pertanian, dinamakan kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar
bagi seseorang dapat berkembang, bertambah dan berkurang. Bahkan dapat
berkelanjutan dan berganti-ganti. Kebutuhan belajar diakibatkan oleh keterbatasan
seseorang dalam memandang penting atau tidaknya pengetahuan untuk dirinya.
Faktor kebutuhan belajar peserta pelatihan dapat menjadi tenaga pendorong
pencapaian tujuan belajar dalam proses pembelajaran karena pelatihan sesuai
10
dengan kebutuhan dan bermanfaat bagi dirinya selanjutnya diharapkan dapat
meningkatkan tarafhidupnya.
Indikator yang ada pada kebutuhan belajar menyangkut keinginan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan eksistensi diri dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Selanjutnya bila program belajar
dalam pelatihan dapat menjawab kebutuhannya maka akan menimbulkan motivasi
peserta latihan untuk lebih aktif dalam kegiatan pelatihan. Karena kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pelatihan tidak akan terjadi bila peserta pelatihan tidak
bermotivasi untuk belajar. Disamping itu diharapkan kegiatan belajar tersebut
dapat menumbuhkan rasa puas dalam memenuhi kebutuhan belajarnya.
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan
sering ditemukan partisipasi peserta pelatihan yang aktif, disisi lain ditemukan
partisipasi peserta pelatihan yang rendah. Partisipasi peserta yang rendah dapat
diketahui dengan meningkatnya absensi peserta pada saat pelatihan berlangsung
atau menurunnya perhatian peserta selama mengikuti proses pembelajaran dalam
pelatihan. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta, selanjutnya akan
mempengaruhi mutu lulusan lembaga penyelenggara pelatihan. Maka diperlukan
pendekatan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
partisipasi peserta pelatihan dalam mengikuti program pelatihan.
Dadang Sulaiman (1984) memerinci faktor-faktor yang diasumsikan ikut
berperan dan memberi sumbangan terhadap prestasi belajar, antara lain berapa :
11
pelatih, materi pelatihan, sistem penyampaian, suasana kelas, alat-alat pelajaran,
lingkungan sekitar, masyarakat umum dan faktor peserta itu sendiri. Keseluruhan
faktor tersebut saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor intern
peserta pelatihan dapat dijadikan masukan bagi penyelenggaraan program latihan
sebagai
upaya pengoptimalisasian penyelenggaraan program belajar.
Penyelenggaraan program belajar yang efektif yaitu apabila semua komponen
program belajar itu dapat membantu peserta pelatihan untuk memenuhi
kebutuhannya. Apabila peserta latihan tidak merasa butuh untuk belajar maka ia
tidak akan memperhatikan kegiatan yang telah ditetapkan oleh pelatih.
Tingkah laku yang bermotivasi dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang
dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian tujuan.
Motivasi yang berasal dari dalam diri peserta pelatihan akan menyebabkan peserta
mencari cara-cara yang tepat sesuai dengan kemampuannya untuk mencapai
prestasi sebaik-baiknya. Motivasi internal merupakan awal suatu kemajuan akan
tercapai, apabila orang itusendiri ingin maju.
Motif adalah sesuatu yang menumbuhkan motivasi, sedangkan motif
diidentikkan dengan need & want atau desire. Motif dilakukan juga sebagai
ekspresi dari kebutuhan seseorang. Menurat Krech etal, ada enam kebutuhan
yaitu : 1) motif untuk mengejar materi / keuntungan (The acquistive want),
2) motifberprestasi (The prestige want), 3) motifberafiliasi (The affiliation want),
4) motif menolong orang lain (The altruistic want), 5) motif berkuasa (The power
want), 6) motif untuk mengetahui (The couriosity want).
12
Pada individu yang memilki motif berprestasi tinggi, akan selalu
mengerjakan tugas mereka dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih
efisien dan cepat serta berasaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar
dapat tampil dengan hasil yang memuaskan. Namun kadar motif berprestasi tiap
individu berbeda-beda, mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Menurat
David Mc. Clelland, motif berprestasi menjadi kekuatan pendorong bagi
seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya. Hal ini dinyatakan bahwa " Individu
yang memiliki motif berprestasi yang tinggi, akan berprestasi baik, jika
ditempatkan di situasi kerja. " David Mc. Clelland dalam Moekijat (1984; 54)
melanjutkan bahwa sifat orang dengan motivasi berprestasi adalah : 1) bahwa
mereka berasaha agar kemampuan mereka dapat mempengaruhi hasil, 2) bahwa
mereka tampak lebih banyak berhubungan dengan prestasi perorangan,
3) menginginkan umpan balik yang berhubungan dengan prestasi dan tugas
mereka, 4) berasaha memikirkan cara yang lebih baik untuk mengerjakan sesuatu.
Motif berprestasi merapakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan secara maksimal. Dalam kegiatan pelatihan motif berprestasi
penting dimiliki oleh peserta latihan agar mereka dapat mencapai prestasi yang
sebaik-baiknya, karena motif berprestasi adalah kekuatan yang berasal dari dalam
diri peserta. Setiap peserta perlu memiliki motif berprestasi karena penting bagi
usaha pencapaian keberhasilan seseorang dalam kegiatan pelatihan. Zainudin Arif
(1982; 14) mengatakan bahwa peserta pelatihan
yang memiliki motif
berprestasi, ditandai oleh ciri-ciri umum sebagai berikut : (1) berasaha
13
menyelesaikan tugasnya dengan baik, (2) tidak cepat menyerah terhadap
hambatan / rintangan, (3) berfikir dan berpandangan ke masa depan, dan
(4) berasaha untuk selalu menampilkan hasil pekerjaan terbaiknya. Dapat
diramalkan peserta yang memiliki ciri-ciri motif berprestasi di atas mempunyai
kecenderungan rajin mengikuti kegiatan pelatihan, mengerjakan tugas-tugasnya
dengan baik dan mempunyai keinginan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih
baik.
Dari latar belakang masalah di atas maka penulis memfokuskan masalah ini
pada variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran
sebagai faktor determinatifterhadap prestasi belajar peserta latihan kerja.
B. PERUMUSAN MASALAH
Prestasi belajar peserta latihan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor
penentu. Secara garis besar faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dibatasi pada kebutuhan belajar dan motif berprestasi.
Sedangkan faktor eksternal dibatasi pada proses pembelajaran pada kegiatan
pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang.
Penelitian ini untuk mengetahui kebermaknaan hubungan antara variabel
independen (variabel bebas )yaitu kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran terhadap variabel dependen (variabel terikat) yaitu prestasi belajar
peserta latihan kerja. Hubungan antar variabel itu digambarkan sebagai berikut:
14
GAMBAR: 2
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL PENELITIAN
Kebutuhan Belajar (x,)
Motif Berprestasi (x2)
Prestasi Belajar (y)
Proses Pembelajaran (x3)
Keterangan:
•> : hubungan sederhana variabel penelitian.
• : hubungan ganda variabel penelitian.
Berdasarkan gambar hubungan korelasi antar variabel dari batasan ruang
lingkup penelitian di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan penelitian ini
adalah : " Sejauh mana hubungan antara kebutuhan belajar, motifi berprestasi
dan proses pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja pada
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang. "
Agar permasalahan dapat dijawab secara operasional, maka ruang lingkup
penetapan rumusan masalah dalam penelitian inisebagai berikut :
(1) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?
(2) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?
(3) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara proses
pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?
(4) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar,
motif berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta
latihan kerja ?
15
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin diperoleh yaitu :
1. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara motif berprestasi
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara proses pembelajaran
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.
4. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar,
motif berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta
latihan kerja.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Diharapkan setelah kegiatan penehtian ini dilaksanakan dan hasil penelitian
menunjukkan hubungan yang positif yang signifikan antara kebutuhan belajar,
motif berprestasi dan proses pembelajaran peserta latihan kerja, dengan prestasi
belajar pesertalatihankerja, maka ;
1. Secara teoritik hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pelatihan pada lingkup pendidikan
luar sekolah, khususnya dalam pelaksanaan identifikasi kebutuhan dan proses
pembelajaran.
2. Secara praktis hasil penelitian ini sebagai masukan dalam perencanaan,
16
penetapan dan penyelenggaraan program pelatihan di Balai Latihan Kerja
Khusus Pertanian Lembang, agar program pelatihan sesuai dengan kebutuhan
individu maupun masyarakat pemakai produk pelatihan. Sebagai masukan
bagi pelatih di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang untuk lebih
memperhatikan faktor intern peserta pelatihan, terutama faktor kebutuhan
belajar, motivasi berprestasi peserta latihan kerja dalam proses pembelajaran
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta latihan.
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang diramuskan, maka hipotesis-hipotesis yang
perlu diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positifyang signifikan antara kebutuhan belajar dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja.
2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja.
3. Terdapat hubungan positifyang signifikan antara proses pembelajaran dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja.
4. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar, motif
berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan
kerja.
F. DEFINISIOPERASIONAL
Agar diperoleh kejelasan dan untuk menghindari perbedaan persepsi
17
antara penulis dengan pembaca dalam menafsirkan permasalahan penelitian ini,
maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini
dengan pengertian sebagai berikut:
1. Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar pada latihan kerja adalah kebutuhan terhadap
pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk memenuhi kesenjangan yang
ditujukan bagi peningkatan pengetahuan , keterampilan dan sikap sebagai
prasyarat untuk memasuki dunia kerja atau sebagai upaya meningkatkan
kinerja bagi mereka yang sudah bekerja. Menurat D. Sudjana (1996; 168)
kebutuhanbelajar dapat diartikan :
Sebagai suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan dan / atau
sikap yang dimiliki dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan / atau
sikap yang ingin diperoleh seseorang, kelompok, lembaga dan / atau
masyarakat yang dapat dicapai melalui kegiatan belajar. Indikator yang ada
pada kebutuhan belajar menyangkut : (1) keinginan meningkatkan
kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja), dan
(2)meningkatkan eksistensi diri (aktualisasi diri) dalam kehidupan sebagai
pribadi, keluarga dan sebagai anggota masyarakat.
2. Motif Berprestasi
Pengertian motifberprestasi menurat Mc. Clelland (1953; 110) yaitu :
" Doing something well or doing something better than it had been done
before, more efficiently, more quickly with less labor, with a better result. "
Berdasarkan pendapat Mc. Clelland tersebut, Moekijat (1984; 54) menyatakan
bahwa sifatorang dengan motifberprestasi adalah:
(1) bahwa mereka berasaha agar kemampuan mereka dapat
mempengaruhi hasil, (2) bahwa mereka lebih banyak berhubungan dengan
18
prestasi perorangan, (3) menginginkan umpan balik yang berhubungan
dengan prestasi dan tugas mereka, (4) berasaha memikirkan cara yang lebih
baik untuk mengerjakan sesuatu.
Sedangkan Zainudin Arif (1982;14) berdasarkan hasil penelitiannya
menyatakan orang yang mempunyai motif berprestasi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut; (1) berasaha menyelesaikan tugasnya dengan baik, (2) tidak
cepat menyerah terhadap hambatan dan rintangan, (3) berfikir dan
berpandangan kemasa depan, (4) berasaha untuk selalu menampilkan hasil
pekerjaan terbaiknya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut instrumen penelitian untuk
mengungkap motifberprestasi dikembangkan.
3. Proses Pembelajaran
Menurat Syamsu Mappa (1994; 11), jika istilah pembelajaran digunakan
untuk menyatakan sebagai suatu proses, maka sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Knowles (1973) dalam Syamsu Mappa
(1994; 12), menyebutkan
" Pembelajaran merapakan suatu proses di
dalam mana perilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan." Proses
pembelajaran dalam latihan kerja adalah proses terjadinya interaksi edukatif
antara peserta dengan peserta dan peserta dengan pelatih dalam kegiatan
pelatihan
Indikator proses pembelajaran meliputi unsur internal yaitu ; persepsi /
respon, cara-cara belajar, stimulus / rangsangan. Sedangkan unsur eksternal
meliputi; tujuan pembelajaran, bahan belajar, pengelolaan kegiatan belajar.
19
4. Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja
a. Prestasi Belajar.
A. Trisnawijaya (1998; 58) menjelaskan " Prestasi belajar atau
hasil belajar menunjukkan pengukuran suatu perilaku seseorang pada
suatu saat, hasil ini mencerminkan apa yang telah dipelajari sebelumnya.
Selanjudnya Nana Saodih.S (1983; 125) mengungkapkan bahwa hasil
belajar masih bersifat umum, tetapi bila hasil belajar tersebut dikaitkan
dengan patokan tertentu maka hasil belajar itu dapat dikatakan sebagai
suatu prestasi yang dicapai dalam belajar.
b. Latihan Kerja
Latihan kerja menurat John H. Procton dan William M. Thornton
(1993; 12)
adalah
perabahan
sadar
dalam
menyajikan
berlangsungnya proses belajar. Perbuatan tadi merapakan langkahlangkah yang berangkai; langkah berfikir, langkah-langkah pengaturan
dan langkah-langkah bertindak.
c. Peserta Latihan Kerja.
Peserta latihan kerja adalah subyek yang terlibat dalam proses
latihan kerja yang mendapat transfer pengetahuan (transfer ofknowledge),
transfer keterampilan (transfer of skill), dan transfer sikap atau nilainilai (transfer ofvalues).
Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar pada peserta latihan kerja
adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta pelatihan di Balai Latihan Kerja
20
Khusus Pertanian Lembang, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
pada kegiatan pelatihan yang ditunjukkan dengan nilai yang dicapai setelah
program pelatihan berakhir. Pada pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus
Pertanian Lembang prestasi peserta pelatihan diukur berdasarkan jenjang
angka dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya. Sebagai indikator dari
prestasi belajar peserta pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang dipergunakan skor yang berarutan dari 10-100. Prestasi belajar ini
diperoleh melalui evaluasi yang dilaksanakan selama pelatihan berlangsung,
dengan mengevaluasi kemampuan teori dan kemampuan praktek peserta
pelatihan.
5.
Determinatif
Determinatifberasal dari kata " determinant" (Inggris) yang mempunyai
arti faktor atau hal yang menentukan (John N. dan Hasan, 1984; 173).
Menurat Kamus Riset oleh Kamaradin (1984; 70) diartikan sebagai suatu
faktor atau variabel-variabel yang menentukan sifat entitas (sesuatu yang ada)
atau peristiwa. Jadi yang dimaksud dengan determinatif dalam penelitian ini
adalah faktor yang menentukan. Adapun faktor yang menentukan dalam
penelitian ini adalah : kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja pada Balai Latihan
Kerja Khusus Pertanian Lembang. Besarnya indeks penentu (bobot
sumbangan) dikonversikan dengan koefisien determinasi (koefisien penentu =
100 x R2 %). (Sujana, 1992; 369)
BAB HI
PROSEDUR PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional karena
penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap kontribusi serta hubungan antara
variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran terhadap
prestasi belajar peserta latihan kerja. Penelitian korelasional ialah menuturkan dan
menafsirkan data yang ada, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi
tentang arti data. Menurat Sumanto (1990; 97) ; penelitian korelasi berkaitan
dengan pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara
dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya (tingkat hubungan
dinyatakan sebagai suatu koefisien korelasi).
Penelitian korelasi memungkinkan pembuatan prakiraan bagaimanakah
hubungan antara dua variabel, jika dua variabel mempunyai hubungan yang erat,
koefisien korelasi akan diperoleh hampir 1,00. Jika dua variabel hampir tidak
mempunyai hubungan, akan diperoleh koefisien 0,00. Makin erat hubungan antara
dua variabel, prakiraanyang dibuat berdasarkan hubungan tersebut semakin tepat.
Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah
sebagai berikut:
Antara 0,800
Antara 0,600
Antara 0,400
Antara 0,200
sampai dengan 1,00
sampai dengan 0,800
sampai dengan 0,600
sampai dengan 0,400
77
sangat tinggi.
tinggi.
cukup.
rendah.
78
- Antara 0,00 sampai dengan 0,200
(Suharsimi Arikunto, 1997; 71)
: sangat rendah.
B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN.
1. Populasi Penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta latihan kerja yang
mengikuti pelatihan secara institusional di Balai Latihan Kerja Khusus
Pertanian Lembang tahun anggaran 1999/2000, denganjumlah peserta latihan
seluruhnya 208 orang yang terbagi dalam 13 kelompok belajar. Adapun
peserta latihan kerja itu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) terdaftar
sebagai peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang, 2) berusia 18 tahun ke atas, 3) mengikuti program latihan kerja
sampai selesai (memperoleh sertifikat).
2. Sampel Penelitian.
Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dipilih teknik Proportional Random Sampling. Pemilihan sampel proporsi
adalah proses pemilihan sampel ditentukan seimbang atau sebanding sehingga
semua sub
kelompok pada
populasi
diwakili
pada
sampel
dengan
perbandingan sesuai dengan jumlah yang ada dalam populasi.
Untuk memperoleh sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan
ramus penentuan sampel minimal dari Sudjana (1992; 213) yaitu:
n
>
r a„_„_
z Vi y ~\2
v~
79
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan ramus di atas diperoleh
besarnya sampel minimal tercantum dalam tabel berikut ini:
TABEL:2
BESARNYA SAMPEL MINIMAL MASING-MASING
VARIABEL PENELITIAN
No.
Variabel Penelitian
Besarnya Sampel Minimal
1.
Kebutuhan Belajar
12
2.
Motif Berprestasi
18
3.
Proses Pembelajaran
15
4.
Prestasi Belajar
9
Namun dalam penelitian ini penulis mengambil sampel untuk masingmasing variabel sebesar70 orang dengan cara Proportional Random Sampling.
Gambaran mengenai pengambilan jumlah sampel dapat dilihat dalam tabel
berikut:
TABEL:3
JUMLAH SAMPEL PENELITIAN
Jumlah
No.
Kelompok Sampel Penelitian
Responden Kelompok
Sampel
1.
Kejuruan Pertanian
32
2
10
2.
Kejuraan Mixed Farming
64
4
22
3.
Kejuruan Mekanisasi Pertanian
48
3
16
4.
Kejuruan Processing
64
4
22
208
13
70
Jumlah
80
C. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA.
Sesuai dengan ramusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka
diperlukan instrumen pengumpul data untuk mengungkap data tentang
variabel-variabel sebagai berikut : a) kebutuhan belajar, b) motif berprestasi, c)
proses pembelajaran dan d) prestasi belajar. Agar diperoleh data dari variabel
penelitian; kebutuhanbelajar (xt), motif berprestasi (x2), dan proses pembelajaran
(x3) maka disusun instrumen pengumpul data berapa kuesioner, sedangkan untuk
memperoleh data prestasi belajar (y) diperoleh dari dokumen prestasi belajar pada
bidang penyelenggaraan program pelatihan Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang.
1. Kuesioner (Skala Likert).
Digunakan kuesioner karena pertanyaan pada kuesioner
dimaksud
untuk merekam dan menggali informasi atau keterangan yang relevan.
Pertimbangan yang dijadikan dasar dalam penggunaan kuesioner, sebagai
mana diungkapkan oleh Zainudin Arif (1982; 70) bahwa :
(a) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat
dianalisa dan diolah secara statistik.
(b) Dengan alat pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh
data yang obyektif.
(c) Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan
dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.
Disamping itu digunakannya kuesioner dalam penelitian ini dilandasi oleh
kenyataan seperti yang diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah (1984; 317)
bahwa:
81
Kuesioner dapat dipergunakan oleh setiap peneliti untuk memperoleh
data secara langsung dari responden, yaitu dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan kepadanya. Data atau informasi yang diperoleh bisa berapa apa
yang diketahui oleh responden, apa yang disukai atau tidak disukainya, apa
yang dirasakan atau difikirkannya, apa yang diingini atau dibutuhkan.
Berdasarkan landasan tersebut maka dalam penelitian ini untuk
mengungkap kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran
digunakan model Skala Likert untuk meminta seseorang agar memberikan
respon terhadap beberapa statemen dengan menunjukkan apakah dia sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap
statemen. Tiap-tiap respon diasosiasikan dengan suatu nilai, dan nilai
individual ditentukan dengan menjumlah nilai masing-masing statemen. Untuk
nilai yang positifdimulai dari sangatsetuju = 5, setuju= 4, ragu-ragu = 3, tidak
setuju = 2, sangattidak setuju = 1. Sedangkan untuk statemen yang negatif nilai
itu akan terbalik yaitu sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju
= 4, sangat tidak setuju = 5. (Sumanto, 1990; 66).
Dalam pembuatan alat ukur untuk masing-masing variabel agar alat
pengumpul data yang dipergunakan valid dan reliabel, maka peneliti
mengembangkannya berdasarkan batasan dari variabel penehtian, selanjutnya
ditentukan ciri umum dan indikator dari setiap variabel tersebut.
Kriteria dari masing-masing variabel dapat dijabarkan sebagai berikut:
82
TABEL:4
PENJABARAN VARIABEL KEBUTUHAN BELAJAR
Ciri Umum
Nomor Item
Indikator
Instrumen
1,2,3
4,5,6,7,8,9,10
11,12,13,14,15
16, 17, 18,
1.1. Kehadiran
1. Peningkatan
kemampuan
2. Peningkatan
aktualisasi
diri
1.2. Kesiapan belajar
1.3. Materi pelatihan
1.4. Pandangan terhadap Pelatihan.
2.1. Tanggapan terhadap peningkatan kemam
puan selama proses pembelajaran.
2.2. Orientasi masa depan
2.3. Prestasi
19,20,21
22, 23, 24
25,26, 27, 28, 29
TABEL:5
PENJABARAN VARIABEL MOTIF BERPRESTASI
Ciri Umum
Indikator
1. Berasaha agar kemampuan
mempengaruhi hasil
2. Berhubungan dengan
prestasi perorangan.
3. Adanya umpan balik
terhadap terhadap prestasi
dan tugas.
4. Memikirkan cara yang
1.1. Semangat berprestasi
1.2. Hambatan dalam
pencapaian prestasi
2.1. Tema berprestasi
3.1. Rasa tanggung jawab.
3.2. Suasana perasaan
4.1. Sifat kompetitif
Nomor Item
Instrumen
1,2,3
4, 5, 6, 7, 8
9,10,11,12,13
14, 15, 16, 17
18,19,20,21,22
23, 24, 25
lebih baik untuk
mengerjakan sesuatu.
4.2. Kegiatan berprestasi
26, 27, 28, 29, 30
TABEL:6
PENJABARAN VARIABEL PROSES PEMBPELAJARAN
Ciri Umum
1. Unsur Internal
2. Unsur Eksternal
. Indikator
Nomor Item
Instrumen
1.1. Persepsi / respon
1,2
1.1. Cara-cara belajar
3,4,5,6
1.3. Stimulus / rangsangan
7,8,9,10,11,12
2.1. Tujuan pembelajaran
13, 14, 15,16, 17
2.2. Bahan belajar
2.3. Pengelolaan kegiatan belajar
18,19,20,21,22,23
24,25,26,27,28,29
83
2.
Studi Dokumentasi.
Studi dokumentasi digunakan untuk mengungkap data prestasi belajar
peserta latihan kerja, yang diperoleh dari hasil penilaian terhadap prestasi peserta
latihan kerja selama mengikuti latihan kerja. Data skor prestasi belajar peserta
latihan diperoleh dari dokumen prestasi belajar peserta latihan kerja yang
diinfentarisasikan oleh Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Balai Latihan Kerja
Khusus Pertanian Lembang.
Nilai prestasi belajar peserta latihan kerja diperoleh dari nilai praktek dan
nilai teori dengan skor beraratan dari 10-100.
a) Nilai teori, diperolehdari hasil tes tertulis yang telah distandarisasikan.
b) Nilai praktek, diperoleh dengan menggunakanramus:
Np = Mp x Nw, dimana Mp = nilai mutu pekerjaan dan Nw = nilai waktu
kerja.
Nw = Ws / Wk x 100%, dimana Ws = waktu standard dan Wk = waktu kerja.
c) Nilai prestasi belajar diperoleh dengan menggunakanramus :
., , .
Nilai prestasi belajar =
Np + Nt
2
dimana Np = nilai praktek dan Nt = nilai teori , dengan ketentuan batas lul
PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINATIF
TERHADAP PRESTASI BELAJAR
PESERTA LATIHAN KERJA
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Pada Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan
OLEH
NUNUNG NURAZIZAH
NM:989529
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA
Pembinibing I
c
Ic
7
Dr.H. Zainudin Arif
Pembimbing II
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul " Kebutuhan Belajar,
Motif Berprestasi dan Proses Pembelajaran Sebagai Faktor Determinatif Terhadap
Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja " ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung,
M e i 2000
Yang membuat pernyataan,
Nunung Nurazizah
111
ABSTRAK
Latar belakang dalam penelitian ini disebabkan semakin pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menuntut tenaga kerja potensial yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tuntutan lapangan kerja
yang ada. Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang sebagai penyelenggara
pelatihan kejuruan pertanian mempunyai fungsi dan tugas untuk menyelenggarakan
pelatihan khususnya bidang pertanian. Penyelenggaraan program pelatihan tidak
terlepas dari faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi pencapaian
prestasi belajar peserta latihan kerja. Faktor internal dalam penelitian dibatasi pada
faktor kebutuhan belajar dan motif berprestasi, sedangkan faktor eksternal dibatasi
pada proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
tentang hubungan variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja, dengan mengungkapkan :
(1) gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar dengan prestasi belajar
peserta latihan kerja, (2) gambaran tentang hubungan motif berprestasi dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja, (3) gambaran tentang hubungan antara proses
pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, dan (4) gambaran tentang
hubungan antara variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja
Khusus PertanianLembang.
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini secara teoritis dapat dikaji
tentang teori kebutuhan belajar dari D. Sudjana (1996) yaitu, jarak antara tingkat
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki dengan yang ingin diperoleh
seseorang atau kelompok. Teori motif berprestasi dari Mc. Clelland (1953) yaitu,
" Doing something well ordoing something better than it had been done before, more
efficiently, more quickly with less labor, with a better result." Teori motif berprestasi
tersebut dipertegas oleh Zainudin Arif (1982), Ambo Enre Abdullah (1974). Teori
tentang proses pembelajaran dari Smith, R.M (1982) , Travers (1972), Feldman
(1987), Knowles (1973) yang menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu
proses di dalam mana perilaku diubah , dibentuk dan dikendalikan. Teori tentang
prestasi belajar dari Nana Saodih (1983), Moh. Surya (1979), Suharsimi Arikunto
(1984) yang menjelaskan bila hasil belajar dikaitkan dengan patokan tertentu dapat
dikatakan sebagai suatu prestasi yang dicapai dalam belajar. Selanjutnya teori tentang
pelatihan dari G. Douglas Mayo (1987), John H. Procton (1993), Tom W. Good
(1982) yang menyatakan bahwa pelatihan menyangkut proses belajar yang bertujuan
mengembangkan skill tertentu, dilaksanakan dalam waktu singkat dan tempat tertentu.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda
korelasional. Populasi adalah seluruh peserta pelatihan yang mengikuti program
pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang, yang berusia 18 tahun
ke atas dan mengikuti proses pelatihan sampai selesai. Sampel diambil secara
Proportional Random Sampling. Jumlah sampel sebanyak 70 responden. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Alat pengumpul data
iv
yang dipergunakan untuk variabel independen adalah kuesioner yang terlebih dahulu
diuji validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan alat pengumpul data untuk variabel
dependen adalah dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah; (1) Terdapat hubungan positif yang signifikan
antara kebutuhan belajar dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari
persamaan regresi Y = 36,24309 + 0,28574xl dengan koefisien korelasi diperoleh
nilai r xy = 0,5315 dan koefisien determinasi 27%. (2) Terdapat hubungan positif
yang signifikan antara motif berprestasi dengan prestasi belajar peserta latihan kerja,
tergambar dari persamaan regresi Y = 39,9025 + 0,2755^ dengan koefisien korelasi
diperoleh nilai r xy = 0,5212 dan koefisien determinasi 27%. (3) Terdapat hubungan
positif yang signifikan antara proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta
latihan kerja, tergambar dari persamaan regresi Y = 39,3202 + 0,2755x3 dengan
koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,4883 dan koefisien determinasi 23%. (4)
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar, motifberprestasi
dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja, tergambar dari
persamaan regresi Y =20,6603 + 0,1615xl + 0,1606 ^ + 0,1107 x3 , dengan
koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,6449 dan koefisien determinasi 41,6%.
Implikasi penelitian secara teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut :
(1) Implikasi teoritis, berkaitan dengan konsep kebutuhan yang berhubungan dengan
motivasi seseorang, maupun proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
partisipatif dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa dan prestasi
belajar sebagai hasil belajar peserta pelatihan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal maupun eksternal. (2) Implikasi praktis, yaitu apabila penyelenggara
pelatihan ingin meningkatkan tingkat keikutsertaan peserta latihan kerja dalam
kegiatan pelatihan maka perlu diperhatikan kesesuaian program pelatihan dengan
kebutuhan belajar peserta pelatihan, disamping proses pembelajaran yang
meperhatikan faktor-faktor motif berprestasi, minat, metode pembelajaran, interaksi
pelatih dengan peserta pelatihan yang mengarah pada prinsip-prinsip belajar orang
dewasa. Karena terbukti bahwa variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan
proses pembelajaran memberikan sumbangan efektif terhadap peningkatan prestasi
belajar peserta latihan kerja. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi (1)
pihak institusi, untuk lebih meningkatkankualitas dan kuantitas pelatihan, (2) pelatih,
agar lebih menguasai metode, prinsip dan pendekatan-pendekatan yang tepat dalam
pembelajaran orang dewasa, dan (3) masyarakat, untuk lebih mengetahui manfaat dari
penyelenggaraan pelatihandi Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang
DAFTARISI
Halaman
JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PERNYATAAN
lii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
VI
UCAPAN TERIMA KASIH
vin
DAFTAR ISI
XI
DAFTAR TABEL
Xlll
DAFTAR GAMBAR
xiv
BABI
BABH
PENDAHULUAN
j
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. TujuanPenelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Hipotesis Penelitian
F. Defmisi Operasional
LANDASAN TEORITIS
A. Kebutuhan Belajar Dalam Kontek Kebutuhan Hidup Manusia...
I
13
]5
i5
16
16
21
21
1. Kebutuhan Hidup
2. Kebutuhan Pendidikan
3. Kebutuhan Belajar
21
25
26
4. Hubungan Antara Kebutuhan dengan Motivasi Belajar
32
B. Motif Berprestasi
C. Proses Pembelajaran
35
30
D. Teori-teori Belajar dalam PLS
1. Konsep Aliran Behaviorisme
47
47
xi
BABHI
BABIV
2. Konsep Aliran Humanisme
50
3. Teori Andragogi
52
4. Aliran Reformasi Sosial
55
E. Prestasi Belajar
5g
F. Latihan Kerja
61
1. Pengertian Latihan Kerja
61
2. Sistem Pelatihan
53
3. Latihan Kerja di BLKKP Lembang
69
G. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
73
PROSEDUR PENELITIAN
77
A. MetodePenelitian
77
B. Populasi dan Sampel Penelitian
78
C. Instrumen Pengumpul Data
80
D. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data
84
E. Teknik Pengolahandan Analisis Data
91
HASBL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
99
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data
99
1. PerhitunganRata-rata, Standart Deviasi dan Variansi
BABV
99
2. Hasil Uji Normalitas Distribusi
100
3. Analisis Hubungan Antar Variabel
102
B. Pembahasan Hasil-hasil Penelitian
117
C. Temuan Penelitian
128
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
134
A. Kesimpulan
134
B. Keterbatasan Penelitian
141
C. Implikasi Hasil Penelitian
144
D. Saran-saran
156
DAFTAR PUSTAKA
159
LAMPIRAN-LAMPIRAN
163
xi 1
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Tingkatan Kemampuan Kegiatan Belajar Keterampilan, Pengetahuan
dan Sikap
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
0.
1.
2.
™
Besarnya Sampel Minimal Masing-masing Variabel Penelitian
Jumlah Sampel Penelitian
Penjabaran Variabel Kebutuhan Belajar
Penjabaran Variabel MotifBerprestasi
Penjabaran Variabel Proses Pembelajaran
Hasil Uji Validitas Item Variabel Kebutuhan Belajar
Hasil Uji Validitas Item Variabel MotifBerprestasi
Hasil Uji Validitas Item Variabel Proses Pembelajaran
Proporsi Perhitungan Validitas Item
Ringkasan Hasil uji Coba Reliabilitas Instrumen
AnavaRegresi YAtasX
79
79
82
82
82
86
87
88
89
90
95
3. Anava untuk Regresi Linier Ganda
97
4. Skor Terendah dan Tertinggi Tiap Variabel Pada Sampel Penelitian
99
5. Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Variansi Tiap Variabel Pada Sampel
Penelitian
100
6. Nilai Kwadrat-Chi Hitung Tiap Variabel Pada Sampel Penelitian
101
7. Anava Regresi YAtas Xi
]Q3
8. Anava Regresi Y Atas X2
106
9. Anava Regresi Y Atas X3
109
20. AnavaRegresi Y Atas Xi,X2 danX3
21. Koefisien Korelasi Sederhana dan Multipel Antara Variabel X1, X2 dan
X 3 dengan Y
xi 11
114
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
Halaman
Proses Pelatihan Keterampilan di BLKKP Lembang
Hubungan Antar Variabel Penelitian
Hirarkhi Kebutuhan Maslow
Flow Chart Model Induktif
Flow Chart Model Deduktif
Flow Chart Model Klasik
Tendensi Untuk Mendekati dan Menghindari Suatu Tugas
Roles ofthe Flexible Trainer
Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen Pendidikan Luar
6
14
24
28
30
3]
36
43
Sekolah
^
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai
negara
berkembang
Indonesia
dituntut
untuk
mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berlangsung semakin cepat menimbulkan kebutuhan yang
beranekaragam dalam hal memperoleh informasi, pengetahuan danketerampilan.
Kehadiran pendidikan di Indonesia diperlukan untuk memenuhi tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan di Indonesia sesuai
dengan Sistem Pendidikan Nasional dibagi menjadi dua golongan yaitu jalur
pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan Nasional
menurut undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
berfungsi untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.
Tantangan untuk
meningkatkan mutu
pendidikan
yang
akan mampu
meningkatkan kualitas manusia dan meningkatkan mutu kehidupan hams dihadapi
baik oleh pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan di
sekolah terayata belum dapat memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang begitu pesat secara keseluruhan sehingga diperlukan
lembaga penyelenggara pendidikan lain, yaitu pendidikan luar sekolah yang
mempunyai fungsi sebagai pelengkap ( complementary education ), penambah
(suplementary education) dan sebagai
pengganti (substitute education)
pendidikan di sekolah.
Selanjutnya penjelasan terhadap pasal 10 ayat (1) UU Nomor 2 tahun 1989
antara lain menyatakan; " Pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah baik yang dilembagakan atau tidak ". Sedangkan
pasal 9ayat (3) menyatakan; " Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga,
kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan sejenis." Pelatihan merupakan
satuan pendidikan luar sekolah, termasuk pendidikan sejenis disamping keluarga,
kelompok belajar dan kursus yang mengacu pada komponen pendidikan luar
sekolah. Berdasarkan pasal dan penjelasan UU Nomor 2 tahun 1989 tentang
pendidikan luar sekolah dapat ditarik kesimpulan yaitu;
1) Pendidikan
luar sekolah cakupannya meliputi satuan pendidikan keluarga, kelompok belajar,
kursus. 2) Pendidikan luar sekolah tidak harus berjenjang.
3) Ciri utama yang
membedakan pendidikan luar sekolah dari pendidikan sekolah adalah berkenaan
dengan waktu belajar, lama belajar, usia peserta didik, isi pelajaran, cara
penyelenggaraan pengajaran dan cara penilaian hasil belajar.
Pendidikan luar sekolah dalam pelaksanaan program-programnya lebih
mendasarkan kebutuhan masyarakat yang ada relevansinya dengan arah dan
tujuan pembangunan nasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (1993,13)
bahwa;
Tujuan dan program pendidikan luar sekolah berorientasi pada waktu
pendidikan yang singkat, isi program berpusat pada lulusan dan kepentingan
perorangan, menekankan kepada pelatihan dan praktek, persyaratan masuk
ditentukan bersama peserta didik, serta penyajiannya dilakukan dalam
lingkungan peserta didik, berpusat pada peserta didik, pengawasan diatur
sendiri dan demokratis.
Program pendidikan luar sekolah yang telah dilaksanakan untuk
mengembangkan sumber daya manusia diantaranya program pendidikan
berkelanjutan (Continuing Education). Program ini dilaksanakan bagi mereka
yang sudah melek huruf, mempunyai latar belakang pendidikan sekolah dan
memasuki dunia kerja. Melalui program ini diharapkan akan dihasilkan manusia
yang bisa membuka dan memanfaatkan peluang usaha. Program yang telah ada
dimasyarakat diantaranya ; kursus, magang, pelatihan, yang dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan atau keahlian dalam bidang tertentu yang dapat
membantu seseorang untuk meningkatkan diri dan terus maju.
Pelatihan merupakan kegiatan membelajarkan seperti pada satuan pendidikan
luar sekolah lainnya, sebab di dalamnya terdapat kegiatan sistematik dan
dilakukan secara sengaja oleh sumber belajar (fasilitator, pelatih) untuk membantu
peserta melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran dalam pelatihan
bertujuan untuk mendapatkan perubahan perilaku dari mereka yang dilatih.
Mengenai tujuan pelatihan Manullang (1978; 17) mengatakan bahwa pelatihan
dilaksanakan untuk memperoleh tiga hal yaitu; (1) menambah pengetahuan,
(2) menambah keterampilan dan (3) mengubah sikap. Sejalan dengan pendapat
Moekijat (1993; 2) bahwa tujuan umum pelatihan adalah :
(1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan lebih cepat dan lebih efektif
(2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan secara rasional.
(3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan
kerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan).
Agar dalam pelaksanaan pelatihan mencapai kesuksesan perlu diperhatikan
prinsip-prinsip umum sebagai berikut;
(1) Perbedaan individu, mencakup latar belakang pendidikan, minat,
pengalaman dan sebagainya.
(2) Motivasi, hal-hal yang dapat mendorong individu dalam mengikuti
pelatihan.
(3) Partisipasi aktif, partisipasi dalam proses belajar mengajar yang dapat
menambah minat dan motivasi peserta pelatihan.
(4) Pemilihan peserta, adanya seleksi peserta dapat mengandung motivasi
tambahan.
(5) Pemilihan pelatih, efektifitas program pelatihan antara lain tergantung
kepada para pelatih yang mempunyai minat dan kemampuan mengajar.
(6) Metode pelatihan, perlu penentuan metode pelatihan sesuai dengan jenis
pelatihan karena tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua jenis
pelatihan.
(7) Prinsip belajar, pelatih haras mengetahui prinsip belajar, belajar haras
dimulai dari yang mudah menuju kepada yang sulit atau dari yang sudah
diketahui menuju kepada yang belum diketahui. (Moekijat, 1993; 5)
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang adalah salah satu lembaga
dalam lingkungan Departemen Tenaga Kerja yang menyelenggarakan latihan
kerja yang ditujukan pada peserta atau lulusan pendidikan sekolah yang akan
mencari kerja atau memasuki dunia kerja {pre-service training). Pelatihan ini
terutama bagi mereka yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan
khusus, atau yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus tetapi
ingin ditingkatkan lagi sebagai usaha untuk memenuhi perkembangan dunia
kerja. Pelatihan berorientasi untuk memberikan bekal hidup berapa keterampilan
kerja yang dilaksanakan dengan waktu pendidikan yang singkat. Pelatihan pada
hakekatnya mengarah pada beberapa hal yaitu memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang cakap dan terampil, tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan
ketrampilan sesuai dengan harapan dirinya dan lingkungannya sehingga dapat
meningkatkan taraf hidupnya. Adapun jenis-jenis program yang dilaksanakan di
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang disesuaikan dengan kebutuhan
individu, masyarakat maupun dengan mempertimbangkan tugas dan fungsi
lembaga maupun sarana, prasarana dan kemampuan tenaga pelatih yang ada di
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang. Berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No: Kep 4546/M/1997, tentang petunjuk pelaksanaan tugas dan
fungsi Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang yang dinyatakan dalam
pasal 42 dan 43 yaitu :
Pasal 42 :
Balai Latihan Kerja Khusus adalah unit pelaksana teknis dibidang pelatihan
tenaga kerja kejuruan khusus yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja dan secara teknis
fungsional dibina oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja.
Pasal 43 :
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian mempunyai tugas melaksanakan
pelatihan kejuruan Budidaya Pertanian, Pengolahan Hasil Pertanian,
Teknologi Pertanian, Perikanan, Perkebunan, Peternakan dan Pemasaran hasil
pertanian, aneka kejuruan serta kejuruan lain yang mendukung sektor
pertanian dengan menggunakan fasilitas latihan kerja, ruang kelas,
laboratorium, perpustakaan, bengkel, asrama atau Mobile Training Unit
(MTU).
Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep.4546/M/1997,
proses pelatihan keterampilan pada Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang meliputi;
(l)Rekraitmen dan seleksi peserta berkoordinasi dengan Kandepnaker/Dinas
Tenaga Kerja. Rekruitmen dan seleksi peserta didasarkan persyaratan yang
telah ditentukan oleh Balai Latihan Kerja setempat.
(2)Melakukan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pelatihan.
(3)Menyiapkan bahan, sarana dan prasarana, kurikulum dan metode pelatihan.
(4)Menyelenggarakan pelatihan baik institusional, pemagangan yang sesuai
dengan bidang kejuraan pada Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang, yaitu ; Kejuruan pertanian, Kejuruan perkebunan, Kejuruan
peternakan, Kejuraan Mixed Farming, Kejuruan Mekanisasi Pertanian,
Kej uruan Prosescing dan Kej uruan Perikanan.
(5)Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan lulusan serta alumni
pelatihan.
Proses pelatihan keterampilan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang
digambarkan sebagai berikut:
GAMBARrl
PROSES PELATIHAN KETERAMPILAN DIBLKKP LEMBANG
Pendaftaran Siswa
Kantor Departemen Tenaga Kerja
BLK
Dilaksanakan secara
SD,SLTP,SLTA,PT - Biaya Gratis
KelakuanBaik
- Karm Rutting
Institusional
MTU
Berjiwa Pancasila dan UUD 1945
Implant Training
I
Kejuruan
Kejuruan
Kejuruan
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Bidang Kejuruan
Kejuruan
Kejuruan
Mixed
Mekanisasi
Pertanian
Farming
I
Berjiwa
\
Pancasila dan j
UUD 1945 J
^
w
- Skill (Keterampilan)
- Knowledge ("Pengetahuan)
- Attitude (Sikap Mental)
^..... ~S
Sumber: BLKKP Lembang
Kejuruan
Processing
•
'
•
Kejuruan
Perikanan
Wuraswasta
Indusiri Pertanian
BursaKesempatan Kerja
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa dalam kegiatan pelatihan
terdapat proses pembelajaran. Knowless ( 1973 ) dalam Syamsu Mappa ( 1994;
12) menyebutkan pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku
diubah, dibentuk atau dikendalikan. Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai
usaha untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Kegiatan belajar
sebagai suatu proses mencakup unsur-unsur ; tujuan yang ingin dicapai, motivasi,
hambatan, stimulus dari lingkungan, persepsi dan respon (D.Sudjana,1993; 72).
Keseluruhan unsur tersebut melibatkan pelatih dan peserta pelatihan secara aktif
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
dapat diukur dengan prestasi belajar yang dicapai peserta latihan kerja. Pada
proses pembelajaran peserta pelatihan merapakan subyek utama yang akan
mendapatkan transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga perlu
diperhatikan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengarahi proses
transformasi tersebut.
William A. Shrode dan Voich, Jr (1974; 122) menyebutkan bahwa setiap
program yang melakukan transformasi dapat dipandang sebagai suatu sistem.
Aspek dalam suatu sistem pelatihan akan berinteraksi satu dengan yang lain. Jika
diperinci aspek-aspek dalam pelatihan tersebut terdiri dari:
(1) Masukan (Input), yaitu peserta latihan.
(2) Masukan sarana (Instrumental Input), yaitu ; pelatih, metode, materi,
administrasi, evaluasi, sarana dan prasarana.
(3) Masukan lingkungan (Environmental Input) , yaitu lingkungan yang
menunjang berjalannya program pelatihan meliputi lembaga penyelenggara
dan pemakai lulusan,
(4) Proses, meliputi penyelenggaraan program yang dilaksanakan di Balai
Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang.
(5) Keluaran (Output) yaitu, lulusan dari BLKK P
(6) Masukan lain (Other Input) adalah masukan
mendukung lulusan untuk menggunakan peng
sikap.
(7) Pengaruh (Impact) yaitu, adanya peningkatan
1993;35)
Sebagaimana yang dikemukakan D.Sudjana (1996,154), bahwa;
Tujuan proses pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari
dikuasai sepenuhnya oleh peserta latihan. Agar peserta latihan dapat mencapai
prestasi belajar secara maksimal maka perlu adanya proses pembelajaran yang
bermutu yaitu proses pembelajaran yang menitikberatkan pada upaya
membantu peserta latihan untuk menyadari kemampuan diri dan untuk
mengembangkan sikap berprestasi.
Proses pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan belajar individu akan
dapat menarik minat peserta latihan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
secara aktif. Maka dalam hal ini sangatlah penting bagi Balai Latihan Khusus
Pertanian Lembang untuk melaksanakan identifikasi kebutuhan belajar, agar
semua komponen program belajar dapat membantu peserta pelatihan untuk
memenuhi kebutuhan belajarnya.
Identifikasi kebutuhan belajar dalam pelatihan dapat dilakukan dengan tiga
model pendekatan yaitu:
(1) Model Induktif, menekankan pada usaha yang dilakukan dari pihak yang
terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah pihak yang luas
dan menyeluruh.
(2) Model Deduktif, menekankan identifikasi kebutuhan secara umum, dengan
sasaran yang luas.
(3) Model Klasik, ditujukan untuk menyesuaikan bahan pelatihan dengan
kebutuhan belajar yang dirasakan peserta. (Kaufman, 1972 dalam Ishak
Abdulhak, 1995; 26)
Disamping ketiga model diatas, identifikasi kebutuhan belajar dapat dilakukan
dengan :
9
(1) Need Survey, bila peserta belum mempunyai tugas / pekerjaan tertentu.
(2) Task Analysis, mendasarkan kebutuhan pelatihan berdasarkan kesenjangan
tugas-tugas dari petugas didalam lembaga.
(3) Performance Analysis, berdasarkan kinerja yang haras dikuasai oleh seseorang
yang menduduki jabatan / tugas tertentu. (Zainudin Arif)
Kebutuhan belajar menurat D. Sudjana (1996; 168) adalah suatu jarak antara
tingkat pengetahuan, keterampilan dan atau sikap yang ingin diperoleh seseorang,
kelompok, lembaga dan atau masyarakat yang dapat dicapai melalui kegiatan
belajar. Kebutuhan belajar pada setiap orang cenderang berbeda menurut ruang
dan waktu, juga berdasar kemampuan seseorang. Apabila suatu kebutuhan belajar
sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan belajar lainnya yang perlu dipenuhi
melalui kegiatan belajar. Kebutuhan belajar setiap orang hendaknya dapat
dipadukan dengan tujuan masyarakat atau tujuan lembaga sehingga tujuan
lembaga tidak dirasakan asing dan tidak realistis oleh peserta latihan.
Kebutuhan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap tertentu seperti kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam usaha dibidang pertanian, dinamakan kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar
bagi seseorang dapat berkembang, bertambah dan berkurang. Bahkan dapat
berkelanjutan dan berganti-ganti. Kebutuhan belajar diakibatkan oleh keterbatasan
seseorang dalam memandang penting atau tidaknya pengetahuan untuk dirinya.
Faktor kebutuhan belajar peserta pelatihan dapat menjadi tenaga pendorong
pencapaian tujuan belajar dalam proses pembelajaran karena pelatihan sesuai
10
dengan kebutuhan dan bermanfaat bagi dirinya selanjutnya diharapkan dapat
meningkatkan tarafhidupnya.
Indikator yang ada pada kebutuhan belajar menyangkut keinginan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan eksistensi diri dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Selanjutnya bila program belajar
dalam pelatihan dapat menjawab kebutuhannya maka akan menimbulkan motivasi
peserta latihan untuk lebih aktif dalam kegiatan pelatihan. Karena kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pelatihan tidak akan terjadi bila peserta pelatihan tidak
bermotivasi untuk belajar. Disamping itu diharapkan kegiatan belajar tersebut
dapat menumbuhkan rasa puas dalam memenuhi kebutuhan belajarnya.
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan
sering ditemukan partisipasi peserta pelatihan yang aktif, disisi lain ditemukan
partisipasi peserta pelatihan yang rendah. Partisipasi peserta yang rendah dapat
diketahui dengan meningkatnya absensi peserta pada saat pelatihan berlangsung
atau menurunnya perhatian peserta selama mengikuti proses pembelajaran dalam
pelatihan. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta, selanjutnya akan
mempengaruhi mutu lulusan lembaga penyelenggara pelatihan. Maka diperlukan
pendekatan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
partisipasi peserta pelatihan dalam mengikuti program pelatihan.
Dadang Sulaiman (1984) memerinci faktor-faktor yang diasumsikan ikut
berperan dan memberi sumbangan terhadap prestasi belajar, antara lain berapa :
11
pelatih, materi pelatihan, sistem penyampaian, suasana kelas, alat-alat pelajaran,
lingkungan sekitar, masyarakat umum dan faktor peserta itu sendiri. Keseluruhan
faktor tersebut saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor intern
peserta pelatihan dapat dijadikan masukan bagi penyelenggaraan program latihan
sebagai
upaya pengoptimalisasian penyelenggaraan program belajar.
Penyelenggaraan program belajar yang efektif yaitu apabila semua komponen
program belajar itu dapat membantu peserta pelatihan untuk memenuhi
kebutuhannya. Apabila peserta latihan tidak merasa butuh untuk belajar maka ia
tidak akan memperhatikan kegiatan yang telah ditetapkan oleh pelatih.
Tingkah laku yang bermotivasi dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang
dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian tujuan.
Motivasi yang berasal dari dalam diri peserta pelatihan akan menyebabkan peserta
mencari cara-cara yang tepat sesuai dengan kemampuannya untuk mencapai
prestasi sebaik-baiknya. Motivasi internal merupakan awal suatu kemajuan akan
tercapai, apabila orang itusendiri ingin maju.
Motif adalah sesuatu yang menumbuhkan motivasi, sedangkan motif
diidentikkan dengan need & want atau desire. Motif dilakukan juga sebagai
ekspresi dari kebutuhan seseorang. Menurat Krech etal, ada enam kebutuhan
yaitu : 1) motif untuk mengejar materi / keuntungan (The acquistive want),
2) motifberprestasi (The prestige want), 3) motifberafiliasi (The affiliation want),
4) motif menolong orang lain (The altruistic want), 5) motif berkuasa (The power
want), 6) motif untuk mengetahui (The couriosity want).
12
Pada individu yang memilki motif berprestasi tinggi, akan selalu
mengerjakan tugas mereka dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih
efisien dan cepat serta berasaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar
dapat tampil dengan hasil yang memuaskan. Namun kadar motif berprestasi tiap
individu berbeda-beda, mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Menurat
David Mc. Clelland, motif berprestasi menjadi kekuatan pendorong bagi
seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya. Hal ini dinyatakan bahwa " Individu
yang memiliki motif berprestasi yang tinggi, akan berprestasi baik, jika
ditempatkan di situasi kerja. " David Mc. Clelland dalam Moekijat (1984; 54)
melanjutkan bahwa sifat orang dengan motivasi berprestasi adalah : 1) bahwa
mereka berasaha agar kemampuan mereka dapat mempengaruhi hasil, 2) bahwa
mereka tampak lebih banyak berhubungan dengan prestasi perorangan,
3) menginginkan umpan balik yang berhubungan dengan prestasi dan tugas
mereka, 4) berasaha memikirkan cara yang lebih baik untuk mengerjakan sesuatu.
Motif berprestasi merapakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan secara maksimal. Dalam kegiatan pelatihan motif berprestasi
penting dimiliki oleh peserta latihan agar mereka dapat mencapai prestasi yang
sebaik-baiknya, karena motif berprestasi adalah kekuatan yang berasal dari dalam
diri peserta. Setiap peserta perlu memiliki motif berprestasi karena penting bagi
usaha pencapaian keberhasilan seseorang dalam kegiatan pelatihan. Zainudin Arif
(1982; 14) mengatakan bahwa peserta pelatihan
yang memiliki motif
berprestasi, ditandai oleh ciri-ciri umum sebagai berikut : (1) berasaha
13
menyelesaikan tugasnya dengan baik, (2) tidak cepat menyerah terhadap
hambatan / rintangan, (3) berfikir dan berpandangan ke masa depan, dan
(4) berasaha untuk selalu menampilkan hasil pekerjaan terbaiknya. Dapat
diramalkan peserta yang memiliki ciri-ciri motif berprestasi di atas mempunyai
kecenderungan rajin mengikuti kegiatan pelatihan, mengerjakan tugas-tugasnya
dengan baik dan mempunyai keinginan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih
baik.
Dari latar belakang masalah di atas maka penulis memfokuskan masalah ini
pada variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran
sebagai faktor determinatifterhadap prestasi belajar peserta latihan kerja.
B. PERUMUSAN MASALAH
Prestasi belajar peserta latihan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor
penentu. Secara garis besar faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dibatasi pada kebutuhan belajar dan motif berprestasi.
Sedangkan faktor eksternal dibatasi pada proses pembelajaran pada kegiatan
pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang.
Penelitian ini untuk mengetahui kebermaknaan hubungan antara variabel
independen (variabel bebas )yaitu kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran terhadap variabel dependen (variabel terikat) yaitu prestasi belajar
peserta latihan kerja. Hubungan antar variabel itu digambarkan sebagai berikut:
14
GAMBAR: 2
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL PENELITIAN
Kebutuhan Belajar (x,)
Motif Berprestasi (x2)
Prestasi Belajar (y)
Proses Pembelajaran (x3)
Keterangan:
•> : hubungan sederhana variabel penelitian.
• : hubungan ganda variabel penelitian.
Berdasarkan gambar hubungan korelasi antar variabel dari batasan ruang
lingkup penelitian di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan penelitian ini
adalah : " Sejauh mana hubungan antara kebutuhan belajar, motifi berprestasi
dan proses pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja pada
Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang. "
Agar permasalahan dapat dijawab secara operasional, maka ruang lingkup
penetapan rumusan masalah dalam penelitian inisebagai berikut :
(1) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?
(2) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?
(3) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara proses
pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan kerja ?
(4) Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar,
motif berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta
latihan kerja ?
15
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin diperoleh yaitu :
1. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara motif berprestasi
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara proses pembelajaran
dengan prestasi belajar peserta latihan kerja.
4. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara kebutuhan belajar,
motif berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta
latihan kerja.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Diharapkan setelah kegiatan penehtian ini dilaksanakan dan hasil penelitian
menunjukkan hubungan yang positif yang signifikan antara kebutuhan belajar,
motif berprestasi dan proses pembelajaran peserta latihan kerja, dengan prestasi
belajar pesertalatihankerja, maka ;
1. Secara teoritik hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pelatihan pada lingkup pendidikan
luar sekolah, khususnya dalam pelaksanaan identifikasi kebutuhan dan proses
pembelajaran.
2. Secara praktis hasil penelitian ini sebagai masukan dalam perencanaan,
16
penetapan dan penyelenggaraan program pelatihan di Balai Latihan Kerja
Khusus Pertanian Lembang, agar program pelatihan sesuai dengan kebutuhan
individu maupun masyarakat pemakai produk pelatihan. Sebagai masukan
bagi pelatih di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian Lembang untuk lebih
memperhatikan faktor intern peserta pelatihan, terutama faktor kebutuhan
belajar, motivasi berprestasi peserta latihan kerja dalam proses pembelajaran
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta latihan.
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang diramuskan, maka hipotesis-hipotesis yang
perlu diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positifyang signifikan antara kebutuhan belajar dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja.
2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berprestasi dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja.
3. Terdapat hubungan positifyang signifikan antara proses pembelajaran dengan
prestasi belajar peserta latihan kerja.
4. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebutuhan belajar, motif
berprestasi dan proses pembelajaran dengan prestasi belajar peserta latihan
kerja.
F. DEFINISIOPERASIONAL
Agar diperoleh kejelasan dan untuk menghindari perbedaan persepsi
17
antara penulis dengan pembaca dalam menafsirkan permasalahan penelitian ini,
maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini
dengan pengertian sebagai berikut:
1. Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar pada latihan kerja adalah kebutuhan terhadap
pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk memenuhi kesenjangan yang
ditujukan bagi peningkatan pengetahuan , keterampilan dan sikap sebagai
prasyarat untuk memasuki dunia kerja atau sebagai upaya meningkatkan
kinerja bagi mereka yang sudah bekerja. Menurat D. Sudjana (1996; 168)
kebutuhanbelajar dapat diartikan :
Sebagai suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan dan / atau
sikap yang dimiliki dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan / atau
sikap yang ingin diperoleh seseorang, kelompok, lembaga dan / atau
masyarakat yang dapat dicapai melalui kegiatan belajar. Indikator yang ada
pada kebutuhan belajar menyangkut : (1) keinginan meningkatkan
kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja), dan
(2)meningkatkan eksistensi diri (aktualisasi diri) dalam kehidupan sebagai
pribadi, keluarga dan sebagai anggota masyarakat.
2. Motif Berprestasi
Pengertian motifberprestasi menurat Mc. Clelland (1953; 110) yaitu :
" Doing something well or doing something better than it had been done
before, more efficiently, more quickly with less labor, with a better result. "
Berdasarkan pendapat Mc. Clelland tersebut, Moekijat (1984; 54) menyatakan
bahwa sifatorang dengan motifberprestasi adalah:
(1) bahwa mereka berasaha agar kemampuan mereka dapat
mempengaruhi hasil, (2) bahwa mereka lebih banyak berhubungan dengan
18
prestasi perorangan, (3) menginginkan umpan balik yang berhubungan
dengan prestasi dan tugas mereka, (4) berasaha memikirkan cara yang lebih
baik untuk mengerjakan sesuatu.
Sedangkan Zainudin Arif (1982;14) berdasarkan hasil penelitiannya
menyatakan orang yang mempunyai motif berprestasi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut; (1) berasaha menyelesaikan tugasnya dengan baik, (2) tidak
cepat menyerah terhadap hambatan dan rintangan, (3) berfikir dan
berpandangan kemasa depan, (4) berasaha untuk selalu menampilkan hasil
pekerjaan terbaiknya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut instrumen penelitian untuk
mengungkap motifberprestasi dikembangkan.
3. Proses Pembelajaran
Menurat Syamsu Mappa (1994; 11), jika istilah pembelajaran digunakan
untuk menyatakan sebagai suatu proses, maka sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Knowles (1973) dalam Syamsu Mappa
(1994; 12), menyebutkan
" Pembelajaran merapakan suatu proses di
dalam mana perilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan." Proses
pembelajaran dalam latihan kerja adalah proses terjadinya interaksi edukatif
antara peserta dengan peserta dan peserta dengan pelatih dalam kegiatan
pelatihan
Indikator proses pembelajaran meliputi unsur internal yaitu ; persepsi /
respon, cara-cara belajar, stimulus / rangsangan. Sedangkan unsur eksternal
meliputi; tujuan pembelajaran, bahan belajar, pengelolaan kegiatan belajar.
19
4. Prestasi Belajar Peserta Latihan Kerja
a. Prestasi Belajar.
A. Trisnawijaya (1998; 58) menjelaskan " Prestasi belajar atau
hasil belajar menunjukkan pengukuran suatu perilaku seseorang pada
suatu saat, hasil ini mencerminkan apa yang telah dipelajari sebelumnya.
Selanjudnya Nana Saodih.S (1983; 125) mengungkapkan bahwa hasil
belajar masih bersifat umum, tetapi bila hasil belajar tersebut dikaitkan
dengan patokan tertentu maka hasil belajar itu dapat dikatakan sebagai
suatu prestasi yang dicapai dalam belajar.
b. Latihan Kerja
Latihan kerja menurat John H. Procton dan William M. Thornton
(1993; 12)
adalah
perabahan
sadar
dalam
menyajikan
berlangsungnya proses belajar. Perbuatan tadi merapakan langkahlangkah yang berangkai; langkah berfikir, langkah-langkah pengaturan
dan langkah-langkah bertindak.
c. Peserta Latihan Kerja.
Peserta latihan kerja adalah subyek yang terlibat dalam proses
latihan kerja yang mendapat transfer pengetahuan (transfer ofknowledge),
transfer keterampilan (transfer of skill), dan transfer sikap atau nilainilai (transfer ofvalues).
Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar pada peserta latihan kerja
adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta pelatihan di Balai Latihan Kerja
20
Khusus Pertanian Lembang, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
pada kegiatan pelatihan yang ditunjukkan dengan nilai yang dicapai setelah
program pelatihan berakhir. Pada pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus
Pertanian Lembang prestasi peserta pelatihan diukur berdasarkan jenjang
angka dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya. Sebagai indikator dari
prestasi belajar peserta pelatihan di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang dipergunakan skor yang berarutan dari 10-100. Prestasi belajar ini
diperoleh melalui evaluasi yang dilaksanakan selama pelatihan berlangsung,
dengan mengevaluasi kemampuan teori dan kemampuan praktek peserta
pelatihan.
5.
Determinatif
Determinatifberasal dari kata " determinant" (Inggris) yang mempunyai
arti faktor atau hal yang menentukan (John N. dan Hasan, 1984; 173).
Menurat Kamus Riset oleh Kamaradin (1984; 70) diartikan sebagai suatu
faktor atau variabel-variabel yang menentukan sifat entitas (sesuatu yang ada)
atau peristiwa. Jadi yang dimaksud dengan determinatif dalam penelitian ini
adalah faktor yang menentukan. Adapun faktor yang menentukan dalam
penelitian ini adalah : kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses
pembelajaran terhadap prestasi belajar peserta latihan kerja pada Balai Latihan
Kerja Khusus Pertanian Lembang. Besarnya indeks penentu (bobot
sumbangan) dikonversikan dengan koefisien determinasi (koefisien penentu =
100 x R2 %). (Sujana, 1992; 369)
BAB HI
PROSEDUR PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional karena
penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap kontribusi serta hubungan antara
variabel kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran terhadap
prestasi belajar peserta latihan kerja. Penelitian korelasional ialah menuturkan dan
menafsirkan data yang ada, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi
tentang arti data. Menurat Sumanto (1990; 97) ; penelitian korelasi berkaitan
dengan pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara
dua variabel atau lebih dan seberapakah tingkat hubungannya (tingkat hubungan
dinyatakan sebagai suatu koefisien korelasi).
Penelitian korelasi memungkinkan pembuatan prakiraan bagaimanakah
hubungan antara dua variabel, jika dua variabel mempunyai hubungan yang erat,
koefisien korelasi akan diperoleh hampir 1,00. Jika dua variabel hampir tidak
mempunyai hubungan, akan diperoleh koefisien 0,00. Makin erat hubungan antara
dua variabel, prakiraanyang dibuat berdasarkan hubungan tersebut semakin tepat.
Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah
sebagai berikut:
Antara 0,800
Antara 0,600
Antara 0,400
Antara 0,200
sampai dengan 1,00
sampai dengan 0,800
sampai dengan 0,600
sampai dengan 0,400
77
sangat tinggi.
tinggi.
cukup.
rendah.
78
- Antara 0,00 sampai dengan 0,200
(Suharsimi Arikunto, 1997; 71)
: sangat rendah.
B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN.
1. Populasi Penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta latihan kerja yang
mengikuti pelatihan secara institusional di Balai Latihan Kerja Khusus
Pertanian Lembang tahun anggaran 1999/2000, denganjumlah peserta latihan
seluruhnya 208 orang yang terbagi dalam 13 kelompok belajar. Adapun
peserta latihan kerja itu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) terdaftar
sebagai peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang, 2) berusia 18 tahun ke atas, 3) mengikuti program latihan kerja
sampai selesai (memperoleh sertifikat).
2. Sampel Penelitian.
Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dipilih teknik Proportional Random Sampling. Pemilihan sampel proporsi
adalah proses pemilihan sampel ditentukan seimbang atau sebanding sehingga
semua sub
kelompok pada
populasi
diwakili
pada
sampel
dengan
perbandingan sesuai dengan jumlah yang ada dalam populasi.
Untuk memperoleh sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan
ramus penentuan sampel minimal dari Sudjana (1992; 213) yaitu:
n
>
r a„_„_
z Vi y ~\2
v~
79
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan ramus di atas diperoleh
besarnya sampel minimal tercantum dalam tabel berikut ini:
TABEL:2
BESARNYA SAMPEL MINIMAL MASING-MASING
VARIABEL PENELITIAN
No.
Variabel Penelitian
Besarnya Sampel Minimal
1.
Kebutuhan Belajar
12
2.
Motif Berprestasi
18
3.
Proses Pembelajaran
15
4.
Prestasi Belajar
9
Namun dalam penelitian ini penulis mengambil sampel untuk masingmasing variabel sebesar70 orang dengan cara Proportional Random Sampling.
Gambaran mengenai pengambilan jumlah sampel dapat dilihat dalam tabel
berikut:
TABEL:3
JUMLAH SAMPEL PENELITIAN
Jumlah
No.
Kelompok Sampel Penelitian
Responden Kelompok
Sampel
1.
Kejuruan Pertanian
32
2
10
2.
Kejuraan Mixed Farming
64
4
22
3.
Kejuruan Mekanisasi Pertanian
48
3
16
4.
Kejuruan Processing
64
4
22
208
13
70
Jumlah
80
C. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA.
Sesuai dengan ramusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka
diperlukan instrumen pengumpul data untuk mengungkap data tentang
variabel-variabel sebagai berikut : a) kebutuhan belajar, b) motif berprestasi, c)
proses pembelajaran dan d) prestasi belajar. Agar diperoleh data dari variabel
penelitian; kebutuhanbelajar (xt), motif berprestasi (x2), dan proses pembelajaran
(x3) maka disusun instrumen pengumpul data berapa kuesioner, sedangkan untuk
memperoleh data prestasi belajar (y) diperoleh dari dokumen prestasi belajar pada
bidang penyelenggaraan program pelatihan Balai Latihan Kerja Khusus Pertanian
Lembang.
1. Kuesioner (Skala Likert).
Digunakan kuesioner karena pertanyaan pada kuesioner
dimaksud
untuk merekam dan menggali informasi atau keterangan yang relevan.
Pertimbangan yang dijadikan dasar dalam penggunaan kuesioner, sebagai
mana diungkapkan oleh Zainudin Arif (1982; 70) bahwa :
(a) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat
dianalisa dan diolah secara statistik.
(b) Dengan alat pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh
data yang obyektif.
(c) Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan
dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.
Disamping itu digunakannya kuesioner dalam penelitian ini dilandasi oleh
kenyataan seperti yang diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah (1984; 317)
bahwa:
81
Kuesioner dapat dipergunakan oleh setiap peneliti untuk memperoleh
data secara langsung dari responden, yaitu dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan kepadanya. Data atau informasi yang diperoleh bisa berapa apa
yang diketahui oleh responden, apa yang disukai atau tidak disukainya, apa
yang dirasakan atau difikirkannya, apa yang diingini atau dibutuhkan.
Berdasarkan landasan tersebut maka dalam penelitian ini untuk
mengungkap kebutuhan belajar, motif berprestasi dan proses pembelajaran
digunakan model Skala Likert untuk meminta seseorang agar memberikan
respon terhadap beberapa statemen dengan menunjukkan apakah dia sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap tiap-tiap
statemen. Tiap-tiap respon diasosiasikan dengan suatu nilai, dan nilai
individual ditentukan dengan menjumlah nilai masing-masing statemen. Untuk
nilai yang positifdimulai dari sangatsetuju = 5, setuju= 4, ragu-ragu = 3, tidak
setuju = 2, sangattidak setuju = 1. Sedangkan untuk statemen yang negatif nilai
itu akan terbalik yaitu sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju
= 4, sangat tidak setuju = 5. (Sumanto, 1990; 66).
Dalam pembuatan alat ukur untuk masing-masing variabel agar alat
pengumpul data yang dipergunakan valid dan reliabel, maka peneliti
mengembangkannya berdasarkan batasan dari variabel penehtian, selanjutnya
ditentukan ciri umum dan indikator dari setiap variabel tersebut.
Kriteria dari masing-masing variabel dapat dijabarkan sebagai berikut:
82
TABEL:4
PENJABARAN VARIABEL KEBUTUHAN BELAJAR
Ciri Umum
Nomor Item
Indikator
Instrumen
1,2,3
4,5,6,7,8,9,10
11,12,13,14,15
16, 17, 18,
1.1. Kehadiran
1. Peningkatan
kemampuan
2. Peningkatan
aktualisasi
diri
1.2. Kesiapan belajar
1.3. Materi pelatihan
1.4. Pandangan terhadap Pelatihan.
2.1. Tanggapan terhadap peningkatan kemam
puan selama proses pembelajaran.
2.2. Orientasi masa depan
2.3. Prestasi
19,20,21
22, 23, 24
25,26, 27, 28, 29
TABEL:5
PENJABARAN VARIABEL MOTIF BERPRESTASI
Ciri Umum
Indikator
1. Berasaha agar kemampuan
mempengaruhi hasil
2. Berhubungan dengan
prestasi perorangan.
3. Adanya umpan balik
terhadap terhadap prestasi
dan tugas.
4. Memikirkan cara yang
1.1. Semangat berprestasi
1.2. Hambatan dalam
pencapaian prestasi
2.1. Tema berprestasi
3.1. Rasa tanggung jawab.
3.2. Suasana perasaan
4.1. Sifat kompetitif
Nomor Item
Instrumen
1,2,3
4, 5, 6, 7, 8
9,10,11,12,13
14, 15, 16, 17
18,19,20,21,22
23, 24, 25
lebih baik untuk
mengerjakan sesuatu.
4.2. Kegiatan berprestasi
26, 27, 28, 29, 30
TABEL:6
PENJABARAN VARIABEL PROSES PEMBPELAJARAN
Ciri Umum
1. Unsur Internal
2. Unsur Eksternal
. Indikator
Nomor Item
Instrumen
1.1. Persepsi / respon
1,2
1.1. Cara-cara belajar
3,4,5,6
1.3. Stimulus / rangsangan
7,8,9,10,11,12
2.1. Tujuan pembelajaran
13, 14, 15,16, 17
2.2. Bahan belajar
2.3. Pengelolaan kegiatan belajar
18,19,20,21,22,23
24,25,26,27,28,29
83
2.
Studi Dokumentasi.
Studi dokumentasi digunakan untuk mengungkap data prestasi belajar
peserta latihan kerja, yang diperoleh dari hasil penilaian terhadap prestasi peserta
latihan kerja selama mengikuti latihan kerja. Data skor prestasi belajar peserta
latihan diperoleh dari dokumen prestasi belajar peserta latihan kerja yang
diinfentarisasikan oleh Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Balai Latihan Kerja
Khusus Pertanian Lembang.
Nilai prestasi belajar peserta latihan kerja diperoleh dari nilai praktek dan
nilai teori dengan skor beraratan dari 10-100.
a) Nilai teori, diperolehdari hasil tes tertulis yang telah distandarisasikan.
b) Nilai praktek, diperoleh dengan menggunakanramus:
Np = Mp x Nw, dimana Mp = nilai mutu pekerjaan dan Nw = nilai waktu
kerja.
Nw = Ws / Wk x 100%, dimana Ws = waktu standard dan Wk = waktu kerja.
c) Nilai prestasi belajar diperoleh dengan menggunakanramus :
., , .
Nilai prestasi belajar =
Np + Nt
2
dimana Np = nilai praktek dan Nt = nilai teori , dengan ketentuan batas lul