MODEL KONSELING KARIER UNTUK MEMANTAPKAN PILIHAN KARIER KONSELI :Studi Pengembangan Berdasarkan Teori Pilihan Karier Holland pada Siswa SMA di Bandarlampung Tahun 2010.

(1)

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Asumsi ... 16

F. Hipotesis... 17

G. Metode Penelitian... 18

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 19

BAB II. KAJIAN TEORITIK PENGEMBANGAN MODEL KONSELING KARIER DI SMA A. Konsepsi Pemilihan dan Pelayanan Konseling Karier di SMA... 22

1. Hakikat Pemilihan Karier di Kalangan Siswa SMA... 22

2. Pelayanan Konseling Karier di SMA... 30

3. Ciri-ciri Siswa yang Pilihan Kariernya Mantap ... 39

4. Kecenderungan Pilihan Karier Siswa Laki-laki dan Perempuan.. 48

B. Konsepsi Konseling Karier Model Holland ... 53

1. Asumsi Dasar Kerja Teori Pilihan Karier Holland... 53


(2)

xi

3. Model Lingkungan Kerja dalam Teori Holland...…....…….... 70

4. Model Penafsiran Kode Ringkasan Hasil Konseling Karier... 74

C. Pengembangan Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli... 76

1. Beberapa Pertimbangan dalam Pengembangan Model Konseling Penjajagan Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli ... 76

2. Kerangka Dasar Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli... 97

D. Penelitian yang Relevan ... 99

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 104

B. Tahapan Penelitian... 105

1. Studi Pendahuluan ... 105

2. Perancangan Model Hipotetik... 106

3. Uji Kelayakan Model... 107

4. Uji Lapangan Model... 110

5. Desiminasi dan Distribusi Model . ... 118

C. Variabel dan Definisi Operasionalnya... 119

D. Subyek ... 120

E. Instrumen ... 123

F. Analisis Data ... 133

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Hasil Penelitian....………... 135

1. Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Karier di SMA... 135

2. Profil Kemantapan Pilihan Karier Siswa SMA ... 146

3. Tahapan Pengembangan Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli…...………... 149

4. Rumusan Model Konseling Karier yang Efektif untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli ………...……. 163


(3)

xii

5. Perbedaan Kemantapan Pilihan Karier Konseli Sebelum dan Sesudah Menggunakan Model Konseling Karier Hasil

Pengembangan ... 167

6. Perbedaan Kemantapan Pilihan Karier Konseli Kelompok Eksprimen dan Kelompok Kontrol... 169

7. Perbedaan Kemantapan Pilihan Karier Konseli Laki-laki dan Perempuan Setelah Menggunakan Model Konseling Karier .... 170

B. Pembahasan Hasil ...………...……….. 173

1. Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Karier di SMA .... 173

2. Profil Kemantapan Pilihan Karier Siswa SMA ... 175

3. Tahapan Pengembangan Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli... 179

4. Rumusan Model Konseling Karier yang Efektif untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli ...…... 184

5. Perbedaan Kemantapan Pilihan Karier Konseli Sebelum dan Sesudah Menggunakan Model Konseling Karier Hasil Pengembangan... 186

6. Perbedaan Kemantapan Pilihan Karier Konseli Kelompok Eksprimen dan Kelompok Kontrol... 197

7. Perbedaan Kemantapan Pilihan Karier Konseli Laki-laki dan Perempuan Setelah Menggunakan Model Konseling Karier .. 202

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 206

B. Rekomendasi... 207

Daftar Pustaka...…..………... 215


(4)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Matrik Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Model Lingkungan Kerja

Menurut Roe, Trait and Factor, dan Holland ... 58

2.2. Matrik Ciri Khas Pendekatan Konseling Karier Model Trait and factor, Client-Centred, dan Holland………... 83

3.1. Sebaran Sampel pada Tahap Studi Pendahuluan Berdasarkan Asal Sekolah dan Jurusan Studi Siswa... 121

3.2. Sebaran Subyek Penelitian pada Kelompok Eksprimen dan Kontrol Berdasarkan Kelas Asal dan Jenis Kelamin Siswa... 122

3.3. Daftar Pernyataan Jawaban Skala Kemantapan Pilihan Karier dan Skornya... 125

3.4. Kriteria Kategori Kemantapan Pilihan Karier Siswa... 125

3.5. Hasil Penilaian Validitas Skala Kemantapan Pilihan Karier ... 126

3.6. Kisi-kisi Butir Soal Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri... 128

3.7. Pengelompokan 13 Mata Pelajaran dalam Enam Kategori Bidang Pekerjaan……...……….. 130

3.8. Ringkasan Hasil Perhitungan Penilaian Ketepatan Penggolongan Mata Pelajaran untuk Setiap Kategori Bidang Pekerjaan... 131

3.9. Rancangan Faktorial Sebaran Data Penelitian... 134

4.1. Sebaran Konselor SMAN Bandarlampung Berdasarkan Karakteristik dan Asal Sekolah ... 137

4.2. Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling Karier pada Beberapa SMAN di Bandarlampung ... 139

4.3. Rincian Tujuan dan Sasaran, Bimbingan dan Konseling Karier pada Beberapa SMAN di Bandarlampung... 142

4.4. Ringkasan Jenis Media yang Digunakan oleh Konselor SMA dalam Bimbingan dan Konseling Karier ... 143


(5)

xiv

4.5. Sebaran Siswa SMA pada Tiga Kategori Kemantapan Pilihan Karier

Menurut Pengelompokkan Sekolah Asal Mereka... 148 4.6. Rangkuman Perbaikan Hasil Uji Kelayakan Model Hipotetik Model

Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli... 156 4.7. Rangkuman Perbaikan Hasil Uji Keterlaksanaan Model Konseling

Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli... 159 4.8. Skor Rerata Kemantapan Pilihan Karier Siswa Kelompok

Eksprimen dan Kontrol pada Prates dan Pascates ... 160 4.9. Skor Rerata Kemantapan Pilihan Karier Siswa Laki-laki dan

Perempuan pada Prates dan Pascates... 162 4.10. Hasil Uji Normalitas Data Kemantapan Pilihan Karier Konseli

Pascates... 169 4.11. Hasil Uji Homoginitas Data Kemantapan Pilihan Karier Konseli

Pascates Lintas Kelompok ... 169 4.12. Hasil Uji Antara Efek Utama Skor Kemantapan Pilihan Karier


(6)

xv

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1. Model Hexagonal untuk Membatasi Kemiripan Psikologis Antar Tipe

dan Lingkungan serta Interaksinya... 76 3.1. Tahapan Penelitian Pengembangan Model Konseling Karier untuk

Memantapkan Pilihan Karier Konseli... ... 118 4.1. Prosedur Pelaksanaan Model Konseling Karier untuk Memantapkan


(7)

xvi

DAFTAR GRAFIK Grafik

4.1. Skor Rerata Kemantapan Pilihan Karier Siswa SMAN di

Bandarlampung... 147 4.2. Sebaran Siswa Kelompok Eksprimen Pascates pada Tiga Kategori

Kemantapan Pilihan Karier ... 162


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini disajikan uraian tentang: latar belakang masalah, peru-musan masalah, tujuan, asumsi, hipotesis, metode, lokasi, dan tempat penelitian. Uraian-uraian tersebut merupakan penjelasan tentang kerangka dasar yang men-jadi acuan pada pelaksanaan penelitian ini.

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan dan perkembangan dunia yang sangat pesat telah melahirkan berbagai teknologi baru. Peristiwa tersebut yang kini tengah mempengaruhi kehidupan kita, baik dalam bekerja, belajar, berkomunikasi, maupun dalam menggunakan waktu luang. Bersamaan dengan hal itu telah hadir pula berbagai kesempatan baru, baik dalam dunia kerja maupun dalam dunia pendidikan, yang menawarkan ratusan lebih pilihan karier kepada setiap insan sebagai alternatif jalan kehidupan menuju keberhasilan dan kebahagiaan hidup yang didambakan.

Secara rasional setiap orang mendambakan pilihan karier yang mampu mengantarkannya ke kehidupan layak, suatu kondisi hidup yang ”wellness”

(Witmer dan Sweeney, dalam Surya, 2003: 194-199). Secara ideal, setiap orang juga menghendaki agar pekerjaan, jabatan, dan berbagai aktivitas kehidupan yang dilakukannya bukanlah hanya sekedar sebagai penunjang hidup, akan tetapi sekaligus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan hidupnya. Kenyataannya, perjalanan kehidupan bagi setiap orang tidak sama. Pengalaman kehidupan yang mereka temukan berbeda dan jalan hidup yang dilaluinya pun beragam. Artinya, tidak semua orang secara mudah mencapai kehidupan yang


(9)

didambakannya. Pencapaian tujuan hidup seseorang itu sesungguhnya bergantung pada karier hidup yang telah dipilihnya. Suatu karier yang dipilih sendiri oleh seorang dengan tepat dan mantap mungkin lebih menjanjikan baginya untuk meraih keberhasilan hidup daripada karier yang ”dipilihkan” oleh pihak lain. Dengan kata lain, pilihan karier yang diputuskan secara terencana dan mandiri dengan pertimbangan yang matang mungkin lebih menjamin bagi perwujudan diri secara bermakna daripada pilihan karier hasil ”pemberian” orang tua, atau karier hasil ”hadiah” orang lain.

Pilihan karier yang berhasil dan memberi keberuntungan bagi seseorang itu bukanlah merupakan pemberian orang lain. Pada dasarnya, pilihan karier semacam itu merupakan hasil dari rangkaian pengalaman dan belajar yang berkesinambungan melalui interaksi dengan konselor dalam proses konseling karier (Surya, 1988: 257). Demikian juga kejadiannya, bukanlah merupakan suatu pristiwa yang kebetulan. Selain takdir, keberhasilan seseorang dalam studi dan/atau karier itu juga, sesungguhnya, adalah tercipta karena direncanakan dan diciptakan oleh yang bersangkutan melalui pengalaman dan berlangsung sepanjang kehidupannya. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pilihan karier itu seyogiyanya diawali oleh suatu perencanaan yang matang dan berlangsung sepanjang kehidupan seseorang, mulai sejak dari bangku sekolah menengah terus berlanjut ke jenjang pendidikan tinggi atau pendidikan khusus tertentu hingga akhirnya sampailah kepada pengambilan keputusan tentang kelompok dan jenis jabatan yang akan dimasukinya sebagai karier hidup.

Berbagai faktor perlu dipertimbangkan dalam pemilihan karier. Faktor diri dan tuntutan pilihan karier merupakan dua faktor penting yang menentukan


(10)

keberhasilan pekerjaan seseorang. Oleh sebab itu, kecocokan antara kedua faktor tersebut dalam pembuatan keputusan pilihan karier seseorang hendaknya menjadi pertimbangan utama. Kecocokan antara faktor diri siswa dengan pilihan jurusan pendidikan menentukan keberhasilan dan keberuntungannya dalam studi (Song dan Glick, 2004; Perry, Cabrera, dan Vogt, 2000). Demikian juga halnya, kecocokan antara faktor diri pekerja dengan pilihan kariernya menentukan keberhasilannya dalam bekerja (Perdue, Reardon, dan Peterson, 2007; Arnold, 2004; Offer, 1999). Dengan kata lain, tugas, pekerjaan, dan jabatan yang diemban seseorang akan berhasil memenuhi harapan apabila tugas, pekerjaan, atau jabatan itu sesuai dengan diri yang bersangkutan. Semakin terdapat kecocokan antara diri seseorang dengan tuntutan tugas, jabatan, atau pekerjaan yang akan dimasukinya, semakin dekat kecenderungan orang yang bersangkutan pada keberhasilan dalam tugasnya. Sebaliknya, kegagalan akan terjadi dan selalu mengintai apabila terdapat jurang yang lebar antara tuntutan pekerjaan dengan keyakinan, bakat, minat, kemampuan, sikap, dan sifat-sifat maupun nilai-nilai yang terdapat pada seseorang.

Dalam kenyataan, antara aspek-aspek dalam diri seseorang itu tidak selalu ditemukan adanya kesesuaian. Dalam hal bakat dan minat misalnya, seringkali ditemukan ketidaksesuaian itu (Crites, 1981). Ada orang mempunyai bakat pada suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu, tetapi ia tidak berminat terhadap kegiatan atau pekerjaan itu. Sebaliknya, ada juga orang yang tertarik, dan bahkan sangat tertarik pada suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu, tetapi ia tidak mampu (kurang berbakat) melakukannya secara memadai.


(11)

Pemilihan karier yang tepat bukanlah pekerjaan yang sederhana. Untuk sampai kepada suatu keputusan karier yang tepat dan mantap, seseorang perlu terlebih dahulu memahami dirinya dan mengenal dunia kerja yang hendak dipilihnya secara memadai (Parson, 1909 dalam Brown dan Brooks, 1987: 1-2). Meskipun tidak ada jaminan bahwa apabila seseorang telah memahami diri dan lingkungan kerjanya dengan baik akan mampu membuat putusan karier secara tepat, namun, langkah awal semacam ini sudah dapat dipandang sebagai suatu permulaan yang berharga guna menentukan ketepatan suatu tindakan, atau pilihan tertentu. Bagaimanapun juga, memilih bidang karier yang sudah jelas diketahui adalah lebih baik dari pada memilih bidang karier yang belum jelas informasinya. Dengan kata lain, pemahaman berbagai aspek diri dan kecenderungan kepribadian dan tuntutan suatu bidang pekerjaan atau jurusan studi merupakan hal yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seseorang yang sedang membuat keputusan pilihan karier atau bidang studi secara tepat.

Pada latar sekolah di tanah air selama ini, khususnya pada SMA di Bandarlampung, pelayanan untuk membantu siswa membuat keputusan pilihan kariernya itu sudah mulai dilakukan, seperti pelayanan bimbingan penjurusan studi. Pada umumnya pelayanan tersebut berbentuk pengetesan dan/atau assemen psikologis dan penyajian informai jenis-jenis pendidikan berikut jurusan yang ada melalui brosur dan/atau panduan pendidikan. Dalam pengetesan psikologis itu umumnya digunakan bateray test kemampuan akademik umum (kecerdasan), bakat, dan inventori minat serta kepribadian. Kegiatan pengetesan biasanya diawali dengan pengukuran dan berakhir pada penyampaian hasilnya kepada para siswa. Pemaknaan hasil tes bagi pengambilan keputusan pilihan karier masih


(12)

merupakan kegiatan istimewa yang langka. Dalam pada itu, penyajian informasi karier pun masih terbatas pada informasi jenis-jenis pendidikan dan jurusan-jurusannya yang ada di sejumlah perguruan tinggi negeri di Indonesia. Informasi tentang rumpun pekerjaan dan jenis-jenis jabatan berikut persyaratannya dirasakan oleh siswa masih sangat kurang. Puncak kegiatan bantuan penjurusan ini adalah peninjauan atas kemajuan belajar siswa yang dilakukan pada akhir tahun pelajaran. Berdasarkan hasil peninjauan atas kemajuan belajar siswa itu dibuatlah rencana penjurusan studi yang pasti bagi siswa. Langkah-langkah dalam rangka penempatan jurusan siswa ini dilakukan ketika siswa duduk di kelas II SMA.

Hasil pelayanan bimbingan dan konseling karier di SMA itu nampaknya belum optimal. Bukti empiris yang mengindikasikan ketidakoptimalan hasil layanan itu dapat ditemukan pada beberapa laporan penelitian. Di antara laporan penelitian yang menyimpulkan adanya indikasi tersebut adalah penelitian Dahlan (2004) yang memeriksa kecenderungan pola minat jabatan siswa SMA di Bandar-lampung; Abimanyu (1990) yang meneliti hubungan antara beberapa faktor sosial dan prestasi belajar, jenis kelamin, lokus kendali dengan kematangan karier siswa sekolah menengah, dan Sanggalang (1990) yang memeriksa efektivitas model bantuan Carkhuff dan konseling direktif dengan dan tanpa kontak mata dalam membantu konseli membuat keputusan program studi. Dari kesimpulan beberapa laporan penelitian itu dapat dipahami bahwa pada umumnya siswa SMA belum memiliki pemahaman yang memadai tentang ciri utama tipe atau pola keperibadiannya sehingga mereka pun terlihat belum mampu mempertimbangkan kecocokan antara faktor dirinya dengan bidang karier yang akan dipilihnya.


(13)

Akibatnya, pengambilan keputusan pilihan dalam bidang karier belum dapat dilakukan secara tepat dan mantap. Misalnya, seperti pemilihan jurusan studi di sekolah menengah (SMA/SMK) masih ada siswa yang “dipilihkan”, alih-alih memilih melalui perencanaan karier yang matang.

Gejala-gejala yang mengindikasikan hal serupa juga ditemukan pada siswa SMA di Bandarlampung. Berdasakan hasil angket masalah pilihan karier yang dijaring dari sejumlah siswa kelas III dan hasil wawancara penulis dengan bebe-rapa guru pembimbing SMA (Wawancara pada guru pembimbing SMA Bandarlampung: tanggal 7 dan 8 April 2008; peserta PLPG rayon 7 Unila di Bandarlampung: tanggal 5 s/d 13 November 2008). Dari hasil kedua pemeriksaan itu (angket kepada siswa dan wawancara kepada guru pembimbing) dapat disimpulkan bahwa umumnya siswa-siswa SMA yang ada di lapangan sekarang masih bingung dalam membuat keputusan pilihan jurusan studi dan/atau bidang pekerjaan yang akan dimasuki setelah lulus SMA kelak.

Keragu-raguan dalam membuat pilihan karier menunjukkan ketidakmam-puan individu untuk memilih atau menyatakan pendapat terhadap tindakan tertentu dalam menghasilkan pilihan pekerjaan yang akan dimasukinya. Hal ini, menurut Crites (1981) disebabkan karena (1) individu mempunyai banyak potensi dan membuat banyak pilihan tetapi ia tidak dapat memilih satu sebagai tujuannya, (2) individu tidak dapat mengambil keputusan, ia tidak bisa memilih satupun dari alternatif-alternatif yang mungkin baginya, (3) individu yang tidak berminat, ia telah memilih satu pekerjaan tetapi ia bimbang akan pilihannya itu karena tidak didukung oleh pola minat yang memadai.


(14)

Pilihan karier yang tidak realistis adalah pilihan yang tidak didasarkan atas minat, kemampuan, nilai-nilai dan kenyataan yang ada. Pilihan karier seperti itu mungkin karena kehendak orang tua, sedangkan anak bersikap pasif menerima pilihan orang tuanya. Ini berarti anak belum matang sikap pilihan kariernya. Ia belum mandiri dalam proses pemilihan karier. Atau, mungkin pula pilihan karier yang tidak realistis itu dilakukan sendiri oleh anak, tetapi ia tidak memiliki kom-petensi yang memadai sesuai dengan tuntutan karier yang dipilihnya. Misalnya, ia masih kurang mengetahui seluk-beluk dunia kerja, ia belum dapat menilai kemampuannya, dan ia belum cakap menjodohkan sifat-sifat pribadi dengan tuntutan pekerjaan. Dalam hal sikap pilihan karier, mungkin juga ia belum mempunyai konsepsi yang akurat tentang pembuatan suatu pilihan pekerjaan atau belum mendasarkan pilihannya pada faktor tertentu. Atau, mungkin juga karena didasari oleh sikap mental yang tidak ”achievement oriented” sehingga dalam pembuatan keputusan pilihan kariernya siswa mengabaikan kecocokan antara faktor diri dan pilihan kariernya itu.

Kemampuan membuat keputusan pilihan karier yang tepat dan mantap merupakan indeks-indeks kematangan karier seseorang (Crites, 1981; dan Crites dalam Super, 1974:26; Elton dan Rose dalam Osipow, 1983:285). Ketepatan dalam pilihan menunjukkan kemampuan konseli menjodohkan pilihan karier dengan dirinya. Sedangkan kemantapan dalam pilihan menunjukkan derajat kepastian konseli untuk memasuki dan ketetapannya dalam menekuni pilihan karier itu sepanjang kehidupannya kelak. Siswa SMA yang kini telah memasuki masa akhir remaja dan berada pada tahap ekplorasi dalam perkembangan karier


(15)

dituntut agar mampu menunjukkan ciri-ciri ketepatan dan kemantapan pilihan kariernya sebagai berikut.

1. Pilihan karier yang ajeg dan realistis, baik dilihat dari segi waktu, bidang, tingkat, dan rumpun pekerjaan maupun kesesuaiannya dengan kesempatan yang ada, minat, kepribadian, dan kelas sosialnya.

2. Memiliki kemampuan yang memadai untuk melakukan pilihan karier secara bijaksana; dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam perkembang-an kariernya secara efektif dperkembang-an mempunyai perencperkembang-anaperkembang-an ke depperkembang-an dalam kariernya.

3. Mengetahui dunia kerja secara komprehensif; dapat menilai kesesuain kemam-puannya dengan pekerjaan yang diinginkan dan cakap dalam menjodohkan sifat-sifat pribadi dengan persyaratan dan tuntutan pekerjaan.

4. Memiliki sikap yang jelas, baik berkenaan dengan kondisi perasaan-perasaan, reaksi-reaksi subyektif dan disposisi-disposisi yang diperlukan untuk mem-buat suatu pilihan karier dan memasuki dunia kerja; aktif berpartisipasi dalam proses pembuatan suatu pilihan, merasa terpanggil dan menyenangi serta menghargai kerja, tidak terikat pada orang lain dalam memilih suatu peker-jaan, mendasarkan pilihannya pada faktor tertentu, dan mempunyai konsepsi yang akurat tentang pembuatan suatu pilihan pekerjaan.

Kehadiran bimbingan dan konseling karier pada latar pendidikan merupa-kan satu upaya yang penting dan memang sangat dinantimerupa-kan. Sebagai bantuan profesional, pelayanan bimbingan dan konseling senantiasa berusaha untuk meningkatkan mutu kualitas layanannya secara optimal. Bagaimana pun juga


(16)

konseling karier itu bukanlah hanya pekerjaan memberikan tes kepada para konseli dan memberitahu mereka hasilnya (Crites, 1981), melainkan suatu pembahasan bersama antara konseli dan konselor tentang perencanaan karier dalam seluruh perjalan hidup konseli. Surya (1988: 256) menegaskan bahwa bantuan yang diberikan dalam proses konseling karier itu bertujuan agar konseli mampu merencanakan kariernya dan mewujudkannya dalam seluruh perjalanan hidupnya. Ringkasnya, konseling karier itu pristiwa belajar bagi konseli untuk memahami diri dan lingkungannya agar dicapai suatu keputusan tentang karier secara tepat dan mantap.

Proses konseling karier merupakan pembahasan bersama antara konselor dan konseli yang pada akhirnya membuahkan keputusan yang arif dan penuh pertimbangan bagi konseli. Dalam proses konseling itu dituntut keterlibatan konseli secara total: pemikirannya, pertimbangannya, perasaannya, pemaknaan-nya, egopemaknaan-nya, dan perspektifpemaknaan-nya, termasuk juga berbagai pengalamanpemaknaan-nya, seperti: pengambilan program ekstra kurikuler yang bertujuan penjajagan karier, kunjungan ke pabrik, wawancara dengan pekerja, dan mungkin juga kerja magang. Oleh sebab itu, setiap kali acara pemberian informasi, dalam mana siswa diarahkan untuk mencari dan mempelajari sendiri informasi tentang suatu pekerjaan, atau rumpun pekerjaan dari sumber cetak, atau menerimanya dari nara sumber, hendaknya konseli didorong untuk bebas mengemukakan pandangannya, perasaannya dan sikapnya mengenai informasi yang didapatnya. Termasuk di sini adalah bagi konseli untuk menyatakan ketidaksetujuannya dengan keterangan nara sumber. Situasi dan hasilnya akan lain kalau pelayanan itu hanya memperkenan-kan siswa untuk mendengarmemperkenan-kan atau menerima saja informasi yang diberimemperkenan-kan


(17)

orang kepadanya atau yang didapatnya dari sumber. Pada situasi yang dikemuka-kan terakhir jelas para siswa tidak belajar apa-apa.

Studi ini mengkaji satu model konseling karier alternatif untuk membantu siswa SMA memantapkan pilihan kariernya. Model alternatif tersebut dikembangkan berdasarkan Teori Pilihan Karier Holland (Holland, 1985; 1973). Karakteristik khas konseling karier model ini adalah digunakannya suatu inventori sebagai piranti dan sekaligus intervensi dalam proses konseling. Pada penelitian ini piranti yang digunakan diberi nama Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri (IEKAD).

Model konseling karier alternatif yang sedang dikaji ini dikembangkan dengan beberapa pertimbangan. Selain keuntungan-keuntungan yang bersifat praktis, seperti memungkinkan bagi siswa (konseli) untuk melakukan penilaian diri, menyekor diri, pengadministrasian diri, dan menafsirkan diri terhadap potensi-potensi dirinya atas arahan diri sendiri, model ini juga sekaligus telah menyediakan informasi karier yang memadai dengan segera, murah, dan relatif mudah dilakukan. Model konseling karier semacam ini diyakini mampu mengarahkan konseli untuk menjajagi suatu rentangan alternatif okupasi yang diorganisasikan menggunakan tipologi pribadi dan model lingkungan. Kondisi yang demikian memungkinkan juga penafsiran potensi diri konseli dapat lebih dipertanggungjawabkan daripada kondisi yang tercipta pada model konseling yang menggunakan data diri hasil pengetesan psikologis yang dilakukan dengan penuh “kerahasiaan”.

Pertimbangan lain yang telah mendorong penulis untuk mengembangkan cara ini adalah laporan penelitian Dahlan (2005; 2002). Dalam kesimpulan


(18)

pelitiannya itu dikemukakan bahwa pelayanan bantuan yang menggunakan instrumen sejenis ini, seperti Inventori Ekplorasi Minat Jabatan Arahan Diri (IEMJAD) telah mampu mengungkapkan minat jabatan siswa (Dahlan, 1993)— muatan inventori telah menjadi aspek Jabatan pada IEKAD. Melalui kegiatan penilaian diri, pengadministrasian diri, dan penafsiran diri atas arahan dirinya sendiri ternyata layanan telah mampu meningkatkan pemahaman konseli tentang dirinya, khusunya tipe dan pola minat jabatannya. Dukungan empiris lain ditemukan juga dalam laporan Aljufri dan Kumaidi (1991). Kedua peneliti melaporkan bahwa skala minat kejuruan model Holland ini cukup peka terhadap pengelompokan siswa SMA menurut jenis sekolah mereka. Ringkasnya, dengan sifatnya semacam inilah, penulis tertarik dan berkeyakinan model pelayanan konseling karier alternatif ini akan dapat efektif untuk membantu siswa meningkatkan keterampilannya dalam menjodohkan faktor diri dengan pilihan kariernya sehingga menemukan suatu pilihan kelompok dan jenis jabatan yang tepat dan mantap.

B. Rumusan Masalah

Membantu siswa (konseli) menemukan pilihan jurusan studi, bidang kejuruan dan/atau karier secara tepat telah menjadi bagian dari kegiatan pelayanan bimbingan karier di sekolah. Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa pemilihan karier tidak sekedar pekerjaan mencocokkan "pasak dan lubang" dan bukan pula hanya pekerjaan "memberikan tes (bakat) kepada anak serta memberi tahu mereka". Pembuatan keputusan pilihan karier itu merupakan suatu proses belajar dan itu berlangsung sepanjang hayat (Crites, 1981). Untuk mengambil


(19)

suatu keputusan karier, seorang, termasuk juga siswa, memerlukan data tentang sifat dan kemampuan dirinya dan informasi tentang pekerjaan dan dunia kerja umumnya, terutama, pekerjaan yang diinginkannya. Pada latar belakang masalah juga telah dikemukakan bahwa meskipun pelayanan bimbingan dan konseling karier di sekolah-sekolah, khusunya di SMA telah lama ditekankan pelaksanaannya, namun hasilnya masih belum optimal. Indikasi yang ditemukan adalah bahwa pada umumnya siswa SMA masih belum mampu membuat keputusan pilihan jurusan studi secara tepat. Mereka masih bingung dengan pilihan studi dan bidang pekerjaan yang akan menjadi pilihan kariernya kelak karena mereka belum memiliki pemahaman yang memadai, baik tentang potensi dirinya maupun persyaratan yang dituntut oleh program studi yang tengah ditekuninya. Pilihan jurusan studi siswa masih banyak yang “dipilihkan”, alih-alih memilih melalui perencanaan karier yang matang.

Berdasarkan kenyataan yang dikemukakan di atas dapatlah ditegaskan bahwa isu pokok yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah masih banyak siswa yang merasa bingung dalam membuat keputusan pilihan karier. Kemantapan pilihan karier siswa masih rendah sehingga mereka pun terlihat belum mampu menemukan pilihan karier yang tepat dan mantap, baik pilihan jurusan studi yang akan ditekuninya maupun bidang pekerjaan yang akan dima-sukinya kelak. Masalah ini muncul diduga sebagai akibat dari kurang pahamnya para siswa tentang ciri diri mereka dan terbatasnya pengenalan para siwa itu terhadap jurusan studi dan/atau bidang pekerjaan yang hendak dipilihnya. Akibatnya, dalam memilih jurusan studi banyak siswa yang tidak mendasarkan


(20)

pilihan atas pertimbangan yang matang tentang kesesuaiannya dengan potensi diri mereka.

Ringkasnya, kenyatan-kenyatan di lapangan yang memperlihatkan hasil pelayanan belum optimal menjadi dorongan kuat bagi perbaikan kualitas pelayan-an bimbingpelayan-an dpelayan-an konseling karier di sekolah-sekolah kita. Upaya perbaikpelayan-an kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan banyak cara pada berbagai aspek, baik berkenaan dengan materi pelayanan maupun penggunaan model, metoda, dan teknik pelaksanaan layanan.

Berdasarkan penegasan isu pokok penelitian yang dikemukakan di atas, pada penelitian ini dikaji suatu model pelayanan alternatif dengan judul Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli. Model ini dikembangkan dengan suatu rancangan yang mengacu ke tahapan untuk mencapai tujuan penelitian dan muatannya disesuaikan dengan latar budaya Indonesia. Melalui penelitian akan disusun model hipotetik hingga terwujud suatu model yang efektif dan berterima pada banyak pihak. Keefektifan model konseling karier ini akan diperiksa secara cermat, khususnya keefektifan model layanan dalam membantu konseli di sekolah menengah menemukan dan membuat pilihan kariernya secara tepat dan mantap, baik berkenaan dengan studi maupun pekerjaan.

Pertanyaan pokok pada penelitian ini adalah: Apakah model konseling karier yang dikembangkan berdasarkan Teori Pilihan Karier Holland efektif untuk membantu konseli memantapkan pilihan kariernya? Pertanyaan penelitian tersebut dirinci sebagai berikut.


(21)

1. Bagaimanakah penyelenggaraan konseling karier di SMA Bandarlampung pada umumnya dalam membantu siswa membuat keputusan pilihan kariernya? 2. Bagaimanakah profil kemantapan pilihan karier siswa SMA di

Bandar-lampung pada umumnya?

3. Bagaimanakah tahapan pengembangan model konseling karier untuk meman-tapkan pilihan karier konseli?

4. Bagaimanakah rumusan model konseling karier yang efektif untuk memantapkan pilihan karier konseli?

5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemantapan pilihan karier siswa antara sebelum dan setelah menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli?

6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemantapan pilihan karier siswa yang menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli (kelompok eksprimen) dan siswa yang tidak menggunakan model konseling karier alternatif tersebut (kelompok kontrol).

7. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemantapan pilihan karier konseli laki-laki dan perempuan setelah menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan kariernya.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum studi ini bertujuan menemukan model konseling karier yang efektif untuk memantapkan pilihan karier konseli. Tujuan umum tersebut dirinci secara khusus untuk mengetahui:


(22)

1. Gambaran umum penyelengaraan bimbingan dan konseling karier SMA di Bandar-lampung dalam membantu siswa membuat keputusan pilihan kariernya.

2. Profil kemantapan pilihan karier siswa SMA di Bandarlampung pada umumnya.

3. Tahapan pengembangan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli.

4. Rumusan model konseling karier yang efektif untuk memantapkan pilihan karier konseli.

5. Signifikansi perbedaan kemantapan pilihan karier siswa antara sebelum dan setelah menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli.

6. Signifikansi perbedaan kemantapan pilihan karier siswa yang menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli (kelompok eksprimen) dan kelompok siswa yang tidak menggunakan model konseling karier alternatif tersebut (kelompok kontroll).

7. Signifikansi perbedaan kemantapan pilihan karier antara konseli laki-laki dan perempuan setelah menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli.

D. Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini berwujud suatu model konseling karier alternatif untuk memantapkan pilihan karier konseli. Temuan tersebut diharapkan berguna bagi para konselor sekolah untuk membantu siswa yang memiliki pilihan beragam


(23)

dan masih bimbang dalam hal pilihan kariernya. Hasil sudi ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak, terutama yang berkait dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan konseling karier di sekolah, seperti: (1) Dinas Pendidikan, sebagai masukan dalam penyediaan buku paket konseling karier, (2) Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan sebagai masukan bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling dalam pengembangan kurikulum matakuliah bimbingan dan konseling karier di sekolah. Bukti empiris dan informasi lain, baik berkenaan dengan informasi teoritik maupun bukti aplikasi praktis di lapangan, sebagai hasil penelitian ini mungkin dapat juga dimanfaatkan oleh para peneliti lanjutan sebagai dasar dan kajian awal penelitian yang serupa sehingga diperoleh informasi yang lebih komprehensif tentang model alternatif ini. Lebih jauh, berbagai temuan dan informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah model bimbingan dan konseling karier di tanah air, khususnya dalam membantu konseli membuat keputusan pilihan yang tepat dan mantap.

E. Asumsi

Penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi berikut:

1. Pembuatan keputusan pilihan karier adalah pristiwa belajar dan berlangsung sepajang kehidupan seseorang (Crites, 1981).

2. Konseling karier bukan hanya sekedar pekerjaan memberikan tes dan memberitahukan hasilnya kepada konseli, melainkan pembahasan bersama antara konseli dan konselor tentang perencanaan karier dalam seluruh perjalanan hidup konseli.


(24)

3. Konseli akan lebih meyakini informasi tentang potensi dirinya yang diperoleh sendiri daripada informasi yang diperolehnya dari orang lain (konselor atau tester).

4. Pilihan karier (kelompok dan jenis jabatan) seseorang akan lebih mantap bila diputuskan berdasarkan pertimbangan pengalamanya sendiri daripada ”dipengaruhi” pihak lain.

5. Model konseling karier yang menyediakan informasi diri dan sekaligus informasi karier (kelompok dan jenis jabatan atau okupasi), dapat membantu siswa dalam membuat keputusan pilihan kariernya secara tepat dan mantap. 6. Konseli dapat melakukan penilaian, pengadministrasian, dan penafsiran secara

sungguh-sungguh potensi dirinya mengikuti arahan diri sendiri dengan menggunakan Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri (IEKAD).

7. Model konseling karier yang memberikan peluang kepada konseli untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara bebas dan terbuka dalam menjajagi kariernya diyakini mampu menumbuh-kembangkan sifat kemandirian dalam membuat keputusan pilihan karier.

8. Tipe kepribadian konseli dan pilihan karier (kelompok dan jenis jabatan) yang hendak dipilihnya dapat dikelompokkan ke dalam salah satu kategori tipe kepribadian atau lingkungan kerja Realistik, investigatif, Artistik, Enter-prising (Wirausaha), dan Konvensional (Holland, 1985).

9. Kemantapan pilihan karier konseli dapat diukur dan menunjukkan variasi pada skala.


(25)

F. Hipotesis

Hipotesis utama yang diuji pada penelitian ini adalah: model konseling karier alternatif yang dikembangkan berdasarkan teori pilihan karier Holland efektif dalam membantu konseli memantapkan pilihan karienya.

Dari hipotesis utama penelitian tersebut, dirumuskanlah secara khusus beberapa hipotesis berikut:

1. Kemantapan pilihan karier siswa sebelum dan setelah menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli berbeda secara signifikan. Kemantapan pilihan karier siswa setelah menggunakan model konseling karier alternatif tersebut lebih tinggi dari sebelumnya.

2. Kemantapan pilihan karier siswa yang menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli (kelompok eksprimen) berbeda secara signifikan dengan siswa yang tidak menggunakan model konseling karier alternatif tersebut (kelompok kontrol). Kemantapan pilihan karier siswa yang menggunakan model konseling karier alternatif lebih tinggi daripada konseli yang tidak menggunakan model konseling karier alternatif tersebut. 3. Kemantapan pilihan karier konseli laki-laki dan perempuan berbeda secara

signifikan setelah menggunakan model konseling karier alternatif untuk memantapkan pilihan karier mereka.

G. Metode Penelitian

Studi ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian dilakukan untuk meru-muskan dan menguji keefektifan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli.


(26)

Ada dua macam instrumen yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri (IEKAD) danSkala Kemantapan Pilihan Karier (SKPK). IEKAD dipakai sebagai piranti dalam memberikan perlakuan penelitian, yaitu pelayanan model untuk membantu konseli membuat keputusan pilihan bidang kariernya secara mantap. SKPK digunakan sebagai instrumen untuk mendapatkan data tentang kemantapan pilihan karier konseli sebelum dan sesudah menggunakan Model Konseling Karier untuk memantapkan pilihan karier konseli. Skala ini bertujuan untuk menjaring tingkat kemantapaan pilihan karier konseli. Skala tersebut diberikan kepada semua subyek, baik subyek pada kelompok eksprimen maupun subyek pada kelompok kontrol.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Seluruh rangkaian kegiatan penelitian telah dilaksanakan pada SMAN di Bandarlampung. Pemilihan lokasi di Bandarlampung didasarkan atas beberapa pertimbangan, baik secara akademis maupun praktis. Secara akademis, kehidupan masyarakat di Bandarlampung yang sangat heterogin dan multi budaya diyakini dapat mewakili ciri khas budaya nasional dan sikap mental siswa dalam menentukan arah kehidupan, termasuk menentukan pilihan karier. Sebagaimana diketahui bahwa siswa SMA di Bandarlampung itu sangat heterogin. Mereka datang dari dan terdiri atas berbagai suku bangsa dan beberapa etnis warga negara. Demikian pun kehidupan masyarakat yang berada di sekitar mereka. Mobilitas masyarakat di Bandarlampung dalam mencapai tujuan hidup sangat tinggi. Asimilasi dan akulturasi budaya di daerah ini berkembang sangat cepat dan telah meluas pada berbagai kehidupan sehari-hari. Interaksi dan komunikasi yang


(27)

terlihat dalam kehidupan warga sehari-hari selalu mengedepankan karakteristik dan budaya nasional yang maju dan terbuka sehingga pengaruh dominasi budaya lokal yang tradisonal dan tertutup pada kehidupan masyarakat hampir hilang. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi sosial sehari-hari umumnya bahasa nasional sehingga bahasa daerah hampir tak terpakai. Kondisi masyarakat semacam ini dipandang telah mendorong berkembangnya sikap mental yang

achievement oriented (berorientasi prestasi) pada diri siswa. Sikap mental siswa yang seperti itu diharapkan telah terbentuk dan berkembang pada diri siswa sehingga dapat mendukung keefektifan perlakuan penelitian. Pertimbangan ini dikemukakan mengingat model bimbingan dan konseling karier untuk memantapkan pilihan karier ini dikembangkan berdasarkan Teori Holland, yang kita tahu bahwa teori itu berkembang di negara maju dengan latar budaya modern yang ditandai oleh penawaran sejumlah alternatif okupasi dalam karier. Siswa yang memiliki sikap mental yang berorientasi prestasi diyakini telah memiliki sejumlah tawaran okupasi itu dalam dirinya sehingga ia akan terdorong untuk membuat keputusan pilihan karier secara mandiri. Ringkasnya, karakteristik sampel dari masyarakat yang heterogin ini diharapkan dapat menjadi faktor pendukung kelancaran perlakuan penelitian ini.

Studi ini melibatkan sejumlah personil sekolah, yaitu konselor, guru bidang studi, dan terutama para siswa sebagai subyek. Pelibatan mereka pada studi ini disesuaikan dengan kegiatan dan tujuan masing-masing tahapan penelitian. Pada studi pendahuluan telah dilibatkan puluhan konselor dan ratusan siswa. Pada tahap perancangan dan pengembangan model telah dilibatkan sejumlah ahli bimbingan dan konseling, konselor sekolah, guru bidang studi, dan


(28)

para siswa. Selanjutnya, uji kelayakan operasional model bimbingan dan koseling karier dikenakan pada beberapa orang konselor. Pada tahap uji lapangan akhir, yakni uji keterlaksanaan dan uji keefektifan model telah dilibatkan sejumlah siswa sebagai subyek. Uji keterlaksanaan model bimbingan dan konseling untuk memantapkan pilihan karier telah dikenakan kepada beberapa konselor dan sejumlah siswa SMAN 10 Bandarlampung, sedangkan uji keefektifannya telah dikenakan kepada siswa SMAN 3 Bandarlampung. Untuk keperluan uji keefektifan ini telah dipilih empat kelompok kelas siswa yang ditetapkan secara acak, dua kelas siswa sebagai kelompok eksprimen dan dua kelas siswa lainnya sebagai kelompok kontrol. Dengan demikian, pada tahap uji keefektifan model ini ada empat kelompok/kelas subyek dengan jumlah siswa sebanyak 146 orang. Penetapan jumlah dan pemilihan lokasi sekolah sebagai tempat penelitian dilakukan dengan pertimbangan agar hal-hal yang terkait dengan tujuan dan validitas hasil penelitian dapat dicapai secara optimal dan keterbatasan waktu, tenaga, dan lain-lainnya dapat lebih mudah diatasi.


(29)

104 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan secara rinci metode yang merupakan panduan kegiatan penelitian. Uraian meliputi: desain, tahapan, variabel, subyek, instrumen, dan teknis analisis penelitian.

A. Desain Penelitian

Studi ini merupakan penelitian pengembangan. Metode dan strategi semacam ini biasa dipakai dalam penelitian untuk menghasilkan produk atau model pendidikan tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Borg & Gall, 1989). Penelitian dan pengembangan ini dilakukan secara bertahap. Pengembangan model dimulai dari analisis kebutuhan akan layanan bimbingan karier bagi para siswa SMA hingga pengujian keefektifan model bimbingan dan konseling karier yang tengah dikembangkan.

Pada dasarnya tahapan-tahapan studi mengikuti langkah-langkah yang umumnya digunakan pada penelitian dan pengembangan (Sugiyono, 2009; Borg & Gall, 1989). Langkah-langkah penggunaan metode penelitian dan pengembang-an itu mencakup: pengembang-analisis potensi dpengembang-an masalah, pengumpulpengembang-an data atau infor-masi, merancang produk, memvalidasi rancangan, merevisi rancangan, ujicoba produk, revisi produk, ujicoba pemakaian, revisi akhir produk, lalu produksi masal. Dalam studi ini tahapan kegiatan penelitian meliputi: studi pendahuluan, perancangan model hipotetik, uji kelayakan model, dan uji keefektivitas model. Tahap kegiatan selanjutnya adalah diseminasi dan distribusi model. Setiap tahapan terdiri atas sejumlah kegiatan yang membangun rumusan model hingga


(30)

ditemukan model akhir yang efektif. Uraian kegiatan masing-masing tahapan penelitian disajikan berikut ini.

B. Tahapan Penelitian

1. Studi Pendahuluan

Kegiatan pokok pada studi pendahuluan ini meliputi kajian pustaka dan kajian empirik. Kajian pustaka dilakukan dengan tujuan untuk menelaah konsep-konsep model bimbingan dan konseling karier dan teori Holland dan konsep-konsep pemahaman diri karier serta pemahaman informasi karier. Melalui kajian literatur, juga dilakukan telaahan hasil-hasil hasil penelitian yang berkaitan dengan penerapan Teori Holland dalam bimbingan dan konseling karier, pemahaman diri karier dan informasi karier. Pengajian tentang teori-teori karier dan kepribadian serta ancangan-ancangan bimbingan karier merupakan bagian telaahan yang dilakukan pada tahap ini. Terutama sekali pembahasan tentang aspek-aspek diri karier yang penting bagi keberhasilan dalam suatu bidang pekerjaan, seperti: tipe kepribadian; preferensi kegiatan dan vokasional, kompetensi dan estimasi diri, serta prestasi akademik konseli. Untuk keperluan ini telah dilakukan tinjauan terhadap berbagai buku, jurnal, laporan penelitian, dan sumber-sumber bacaan lainnya.

Kajian emperik dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi dan kebutuhan akan pelaksanaan layanan konseling karier di sekolah. Kajian ini telah dipusatkan pada penelaahan terhadap penyelenggaraan bimbingan dan konseling karier di SMA dan profil kemantapan pilihan karier siswa.


(31)

Kajian empirik pada studi pendahuluan telah dikenakan kepada sejumlah siswa dan beberapa orang konselor SMAN Bandarlampung yang aktif pada tahun pelajaran 2009. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009. Studi pendahuluan bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara rinci, sistematis, dan akurat tentang kedua variabel yang telah menjadi pusat bahasan kajian.

Pengumpulan data pada studi pendahuluan dilakukan dengan wawancara ke beberapa konselor dan penyebaran angket ke sejumlah siswa SMA di Bandar-lampung. Wawancara kepada konselor dilakukan untuk mengungkapkan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang telah mereka dilaksanakan selama ini. Penyebaran angket kepada sejumlah siswa dilakukan untuk menjaring masalah pembuatan keputusan dan kemantapan pilihan karier mereka.

Hasil studi pendahuluan merupakan informasi awal dalam proses pengem-bangan model. Informasi yang diperoleh pada tahap ini telah digunakan sebagai dasar dalam perancangan model hipotetik bimbingan dan konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli. Uraian hasil studi pendahuluan dilaporkan secara khusus pada Bab IV dan sebagian dapat dilihat pada lampiran.

2. Perancangan Hipotetik Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli

Perencanaan dan perancangan hipotetik model konseling karier karier untuk memantapkan pilihan karier konseli dilakukan berdasarkan hasil analisis kajian-kajian pada studi pendahuluan. Kegiatan pada tahap perancangan ini adalah melakukan pemerian konsepsi dan operasionalisasi mengenai model konseling


(32)

karier yang komparabel dan interpretabel untuk diimplementasikan di lapangan. Pemerian konsepsi dan operasionalisasi itu menyangkut isi, format, filsafati, dan keberterimaan model pada khalayak sasaran.

Dalam merancang model hipotetik konseling ini peneliti melakukan diskusi dengan dan menerima sumbang saran dari banyak pihak. Di antaranya adalah para konselor SMA, konselor perguruan tinggi, dan berkonsultasi dengan para pembimbing. Kegiatan-kegiatan seperti diskusi, meminta saran, dan berkonsultasi ini dilakukan dengan tujuan agar model bimbingan yang tengah dirancang tersebut layak, baik secara teoritik maupun praktis untuk digunakan dalam membantu konseli memantapkan pilihan kariernya.

Berdasarkan hasil kegiatan perancangan ini telah disusun suatu rancangan model hipotetik konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli. Rancangan tersebut terdiri atas: (1) Kerangka Dasar Model yang memuat rumusan tentang rasional, tujuan, prinsip pelaksanaan, khalayak sasaran, peranan dan kualifikasi konselor, media, prosedur kerja konseling, dan evaluasi keberhasilan, (2) Buku Panduan Pelaksanaan yang berisi petunjuk teknik operasional penyelenggaraan model koseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli (3) Buku Lembaran Kerja Konseli: Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri (IEKAD). Hasil utuh rancangan disajikan tersendiri.

3. Uji Kelayakan Model Hipotetik Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli

Pada tahap ini dilakukan pengembangan dan validasi model. Ada tiga kegiataan pokok yang tercakup pada ini, yaitu melakukan validasi isi (ahli),


(33)

validasi empirik (praktisi), dan revisi model hipotetik menjadi rumusan model operasional. Tujuan yang ingin dicapai dalam tahap ini adalah terumuskannya model operasional konseling penjajagan karier yang layak digunakan untuk membantu konseli memantapkan pilihan kariernya. Dengan kata lain, melalui kegiatan pada tahap inilah dicapai dan diketahui tingkat kelayakan isi atau konsepsi dan kelayakan operasional atau keberterimaan model bagi pelaksana dan sasaran.

Validasi isi oleh ahli dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan rumusan isi, teoritis, efisiensi, kemungkinan implementasi, dan kemenarikan model yang memiliki aras kelayakan yang memadai. Validasi isi telah dilakukan pada tiga orang ahli bimbingan dan konseling, berpendidikan doktor konseling, dan mengabdikan diri dalam bidang konseling di lembaga pendidikan tinggi. Validasi isi telah dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut:

a. Menyampaikan rumusan utuh model hipotetik kepada para ahli dan sekaligus memohon kesediaannya untuk memberikan penilaian atas derajat validitas rumusan model tersebut.

b. Membahas hasil penilaian dengan para ahli guna penyempurnaan rumusan model yang valid, baik berkenaan dengan isi, struktur, maupun redaksional. c. Menyempurnakan rumusan model berdasarkan hasil validasi ahli.

Validasi empirik dari praktisi dilakukan untuk memperoleh masukan dari pihak pelaksana dalam implementasi model. Validasi praktisi ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang kemungkinan kelayakan pemberlakuan model yang sedang dikembangkan ini pada sekolah-sekolah. Informasi yang


(34)

diperoleh dijadikan masukan untuk mengembangkan dan merevisi model hipotetik menjadi model operasional.

Kegiatan validasi praktisi dilakukan dengan metoda dan dalam bentuk seminar dan lokakarya (Semiloka) yang telah diikuti oleh 25 orang konselor SMAN di Bandarlampung. Kegiatan ini dilangsungkan pada tanggal 12 Oktober 2009 bertempat di SMAN 2 Bandarlampung. Langkah-langkah yang telah ditempuh untuk melakukan kegiatan validasi ini sebagai berikut:

a. Berkoordinasi dengan Ketua Musyawarah Guru Pembimbing (MGP) SMA Bandarlampung untuk memadukan kegiatan organisasi dengan pelaksanaan semiloka model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli. b. Bersama dengan pengurus MGP, peneliti mengundang para konselor untuk

hadir pada acara semiloka tanggal 12 Oktober 2009.

c. Memohon bantuan pengurus MGP untuk membagikan naskah rumusan model hipotetik bimbingan dan konseling karier Holland kepada para peserta seminar.

d. Peneliti menyajikan konsep utuh model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli dalam semiloka dan sekaligus meminta partisipasi peserta untuk memberikan masukan pada naskah model hipotetik yang disajikan.

e. Menyimpulkan berbagai masukan dari peserta semiloka guna melakukan perbaikan model sehingga layak untuk dilaksanakan di lapangan.

Revisi model hipotetik telah dilakukan berdasarkan informasi atau keterangan yang diperoleh melalui ahli dan praktisi pada kegiatan validasi. Revisi model ini dilakukan untuk mengembangkan model hipotetik menjadi model


(35)

operasional. Model operasional yang diperoleh dari hasil uji model hipotetik menjadi rujukan dalam uji lapangan untuk keterlaksanaan dan keefektifan model. Rumusan lengkap model operasional berdasarkan hasil perbaikan uji kelayakan model hipotetik disajikan pada lampiran laporan ini.

4. Uji Lapangan Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli

Model operasional yang telah tersusun berdasarkan hasil uji kelayakan model, selanjutnya dilakukan uji lapangan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui keterlakanakan dan keefektifan model. Materi intervensi pada uji ini adalah keterlaksanaan dan keefektifan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli menggunakan IEKAD.

a. Uji Keterlaksanaan Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli

Uji ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui keterlaksanakan Model konseling karier hasil pengembangan dalam upaya membantu konseli memantapkan pilihan kariernya. Kegiatan ini dilaksanakan di SMAN 10 Bandarlampung pada tanggal 31 Oktober -10 November 2009. Pada kegiatan ini bertindak sebagai konselor adalah peneliti sendiri yang dibantu oleh seorang konselor pada sekolah tersebut. Perhatian utama pada uji ini ditekankan pada upaya untuk mengetahui apakah prosedur bimbingan dan konseling untuk memantapkan pilihan karier konseli dapat berfungsi sesuai dengan perancangan yang dilakukan. Untuk mendapatkan informasi itu ditempuh langkah-langkah


(36)

berikut. Pertama, peneliti mendiskusikan prosedur pelaksanaan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli dengan para konselor. Kedua, peneliti menerapkan Model konseling karier hasil pengembangan untuk memantapkan pilihan karier konseli pada siswa kelas XII IPA-1 yang terdiri atas 38 orang. Kegiatan dimulai dari Tahap Penemuan Kode Ringkasan sampai ke Tahap Pengambilan Keputusan Pilihan Karier. Kegiatan ini dilaksanakan selama lima kali pertemuan dengan rincian: satu kali pertemuan kelas (bimbingan kelompok) dan empat kali pertemuan konseling kelompok bagi empat kelompok yang telah dibentuk. Ketiga, peneliti meminta masukan dan berdiskusi dengan para konselor di sekolah tersebut tentang hal ihwal keterlaksanaan Model konseling karier yang tengah dikembangkan ini dalam memantapkan pilihan karier konseli setelah dilaksanakan selama lima pertemuan. Keempat, peneliti menyimpulkan berbagai masukan dan hasil diskusi serta respon siswa tentang keterlaksanaan model yang telah dilkasanakan tersebut. Terakhir, peneliti melakukan perbaikan model berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan pada uji keterlaksanaan.

b. Uji Keefektifan Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli

Tahap ini merupakan kegiatan inti penelitian. Kegiatan pada tahap ini dilakukan melalui teknik eksprimen semu (quasi-exprimental design) yang menggunakan rancangan Pretest-postest Nonequivalent Group Designs (Hepner, Wampold, dan Kivlighan, 2008: 183-184). Rancangan penelitian ini diformulasi-kan sebagai berikut:


(37)

Exprimen Group Non R O1 X O2

Control Group Non R O3 O4

Keterangan:

Non R = penempatan subyek dalam kelompok tanpa acak. 01 dan 03 = prates pada kelompok eksprimen dan kontrol. 02 dan 04 = pascates pada kelompok eksprimen dan kontrol.

X = perlakuan penelitian: menggunakan Model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli.

Berdasarkan rancangan tersebut maka ada dua kelompok subyek pada penelitian ini, yaitu kelompok Eksprimen dan kelompok Kontrol. Penempatan subyek ke dalam masing-masing kelompok dilakukan tampa acak. Semua kelompok subyek, baik eksprimen maupun kontrol diberikan prates untuk mengetahui keadaan keadaan awal tingkat kemantapan pilihan karier mereka, apakah ada perbedaan atau tidak antara kedua kelompok tersebut. Setelah para subyek penelitian menerima pelayanan bimbingan karier dilakukanlah pascates untuk mengetahui perubahan tingkat kemantapan pilihan karier konseli sebagai dampak perlakuan. Baik pada kegiatan prates maupun pascates, instrumen yang telah digunakan adalah SKPK. Semua subyek, baik pada kelompok eksprimen maupun kelompok kontrol, telah menjalani pelayanan bimbingan dan konseling karier umum yang biasa diberikan oleh para konselor di sekolah (model konvensional). Para subyek pada kelompok eksprimen, selain telah menerima layanan bimbingan konseling karier model konvensional tersebut, mereka telah mendapatkan perlakuan khusus, yakni pelayanan menggunakan model konseling karier alternatif untuk memantapkan pilihan karier konseli. Sementara itu, para subyek pada kelompok kontrol “dibiarkan” saja, tidak mendapatkan pelayanan


(38)

secara khusus, seperti pelayanan menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli.

Kegiatan uji keefektifan ini dilaksanakan di SMAN 3 Bandarlampung dengan melibatkan 146 orang siswa kelas XII. Mereka tersebar pada empat kelompok kelas dari delapan kelas yang ada. Selanjutnya, mereka dikelompok ke dalam dua kelompok penelitian (eksprimen dan kontrol). Kelompok eksprimen diwakili oleh 74 orang siswa dan kelompok kontrol diwakili oleh 72 orang siswa. Pengelompokkan subyek pada kelompok penelitian dilakukan berdasarkan atas pembaagian kelas siswa dengan rincian setiap kelompok penelitian terdiri atas satu kelas siswa jurusan IPA dan satu kelas siswa jurusan IPS. Selama kegiatan eksprimen setiap kelompok subyek tetap pada kelasnya masing-masing.

Dalam pelaksanaan model konseling karier, setiap kelompok subyek dibelah menjadi empat kelompok yang masing-masing beranggotakan 10-11 orang siswa. Dengan demikian untuk pelaksanaan kegiatan uji keefektifan model konseling karier terdapat empat sub kelompok eksprimen dan empat sub kelompok kontrol. Setiap sub kelompok telah menerima pelayanan konseling karier dalam tiga kali pertemuan; satu kali pertemuan kelas dan dua kali pertemuan dalam konseling kelompok. Pertemuan kelas dilakukan untuk menyelesaikan kegiatan tahap penemuan kode ringkasan konseli dan pertemuan konseling kelompok dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan tahap penafsiran kode ringkasan konseli dan tahap pembuatan keputusan pilihan karier konseli. Untuk menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan pada pertemuan kelas diperlukan waktu sekitar 120-135 menit, sedangkan dalam menjalani konseling kelompok setiap konseli dapat menghabiskan waktu antara 60-75. Dengan


(39)

demikian total waktu yang dibutuhkan oleh setiap konseli untuk menemukan pilihan kariernya secara tepat dan mantap berkisar antara 180-210 menit.

Kegiatan uji keefektifan model konseling karier ini dilaksanakan dalam rentangan waktu antara tanggal 21 November 2009 sampai dengan 9 Januari 2010, yang dilangsungkan dengan tahapan berikut.

1) Menetapkan kelompok eksprimen dan kelompok kontrol berdasarkan kelompok kelas siswa yang telah dipilih.

2) Melakukan prates kemantapan pilihan karier konseli dengan menggunakan SKPK, baik untuk kelompok eksprimen maupun kelompok kontrol.

3) Menguji ekuivalensi kemantapan awal siswa kelompok eksprimen dan kelompok kontrol dengan menghitung perbedaan skor rerata prates kemantapan pilihan karier konseli dari kedua kelompok penelitian tersebut. 4) Menerapkan Model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier

konseli yang berada pada kelompok eksprimen. Sementara itu, konseli pada kelompok kontrol hanya mendapatkan layanan bimbingan dan konseling karier seperti biasanya, cara konvensional. Model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli dilaksanakan dengan menggunakan piranti khusus berupa IEKAD yang berfungsi sebagai lembaran kerja konseli, media dan sekaligus intervensi dalam proses kerja konseling. Ada empat tahapan kegiatan yang harus dijalani konseli untuk memantapkan pilihan kariernya, yaitu: Tahap Penemuan Kode Ringkasan (KR), Tahap Penafsiran (KR), dan Tahap Pembuatan Keputusan Pilihan Karier, serta Tahap Lanjutan. Tahap pertama bertujuan membantu konseli memahami diri dan mengenal lingkungannya melalui berbagai kegiatan asesmen diri dan analisis lingkungan


(40)

hingga menemukan KR yang menggambarkan kemiripan dirinya dengan enam tipe kepribadian dan lingkungan kerja Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Wirausaha, dan Konvensional (Holland, 1997; 1985; 1973). Kegiatan asesmen itu mencakup: asesmen preferensi kegiatan, asesmen pereferensi jabatan, asesmen prestasi akademik, dan asesmen estimasi diri. Kegiatan pada tahap pertama ini dilakukan dalam pertemuan kelas yang menghabiskan waktu antara 120-135 menit. Tahap Penafsiran KR konseli dilakukan dalam suatu wawancara konseling (kelompok atau individual) yang bertujuan untuk membantu konseli mempelajari dan mengenal ciri-ciri dirinya dan tuntutan lingkungan kerja serta menemukan alternatif-alternatif pilihan karier yang ia kehendaki berdasarkan arahan KR tersebut. Waktu yang dibutuhkan seorang konseli untuk menyelesaiakan tahap pelayanan konseling ini berkisar 40-45 menit. Kegiatan pada tahap pembuatan keputusan pilihan karier, dalam konseling lanjutan, dilakukan dengan membantu konseli untuk menentukan satu pilihan karier yang paling tepat dan mantap dari alternatif yang telah dibuatnya. Pembahasan keragu-raguan perlu dilakukan secara mendalam dan pemeriksaan dukungan berbagai faktor juga harus dipertimbangkan secara matang pada tahap ini. Waktu yang diperlukan oleh setiap konseli untuk menyelesaikan kegiatan pada tahap ini berkisar 20-30 menit.

5) Melakukan pascates kemantapan pilihan karier konseli dengan menggunakan SKPK, baik untuk kelompok eksprimen maupun kelompok kontrol.

6) Melakukan wawancara dengan konselor untuk mengetahui keefektifan model untuk memantapkan pilihan karier konseli, khususnya tentang pedoman pelaksanaan dan IEKAD.


(41)

7) Melakukan analisis data hasil eksprimen.

8) Membuat kesimpulan tentang keefektifan penggunaan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli.

9) Melakukan revisi akhir model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli, baik panduan pelaksanaan maupun IEKAD sebagai lembaran kerja konseli dan sekaligus intervensi pelayanan.

Perlakuan penelitian dilaksanakan oleh konselor model. Seorang konselor model adalah guru pembimbing pada kelas subyek yang direkrut secara khusus oleh peneliti untuk menjadi konselor dalam pemberian layanan menggunakan model konseling karier guna memantapkan pilihan karier konseli. Sesuai dengan jumlah subyek, sebaran dan pengelompokkannya, maka telah dipilih dua orang konselor model. Rincian tugas masing-masing konselor telah digariskan oleh peneliti sesuai keperluan penelitian dan prinsip dasar model konseling untuk memantapkan pilihan karier konseli yang telah dirumuskan sebagai mana yang termuat pada Buku Pedoman Pelaksanaan dan IEKAD.

Sebelum menjadi pelaksana model, para konselor tersebut terlebih dahulu diberikan pelatihan. Pelatihan ini dilakukan oleh peneliti guna membekali mereka kemampun untuk menyelenggarakan model konseling karier ini. Materi pelatihan menyangkut bagaimana mempersiapkan, melaksanakan, dan menilai keberhasilan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli. Materi inti pelatihan adalah mencakup pembekalan teoritik dan melatih konselor dalam menyelenggarakan model tersebut. Rincian lebih lanjut materi pokok pelatihan disusun berdasarkan konsepsi pokok yang membangun model ini.


(42)

Hasil uji keefektifan model telah dijadikan bahan atau informasi dalam merevisi dan menyempurnakan model operasional menjadi model teruji atau model akhir. Model yang teruji ini selanjutnya didesiminasikan dan dipublikasi-kan sehingga pada gilirannya direkomendasidipublikasi-kan untuk diimplementasidipublikasi-kan dan dilaksanakan di sekolah-sekolah. Dengan kata lain, dari tahapan uji lapangan ini, baik uji keterlaksanaan maupun uji keefektifan, telah di diperoleh informasi yang jelas tentang keefektifan model konseling karier hasil pengembangan ini dalam membantu konseli memantapkan pilihan kariernya. Laporan hasil hasil kegiatan uji lapangan tersebut disajikan secara khusus pada Bab IV.

5. Diseminasi dan Distribusi Model konseling karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli

Tahap desiminasi dan distribusi tidak termasuk kegiatan yang harus dilaksanakan peneliti dalam rangkaian penelitian ini. Tahap ini merupakan tahap penyebarluasan atau sosialisasi model teruji yang telah ditetapkan. Untuk keperluan sosialisasi dan distribusi akan dilakukan dengan penerbitan buku teks dan/atau penulisan artikel pada jurnal ilmiah. Juga dapat dilakukan dalam bentuk seminar, lokakarya, dan pelatihan model konseling ini. Kegiatan ini akan dilakukan setelah seluruh rangkaian penetitian rampung dan proses presentasi dalam ujian hasil penelitian telah selesai. Secara skematis seluruh tahapan kegiatan studi pengembangan model konseling karier untuk memantapkan pilihan kaier konseli ini terlihat pada Gambar 3.1 di halaman berikut.


(43)

Gambar 3.1. Tahapan Penelitian Pengembangan Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli.

Studi Pendahu-luan: -Kajian Pustaka. -Kajian Empiris. Perancangan Hipotetik Model Kon-seling Karier untuk meman-tapkan pilhan karier Uji Lapangan: Keterlaksa naan dan Kefektifan Model Uji Kelayakan Model Hipotetik Revisi Tidak Ya

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap

Rumusa model h uji lapanga Ya layak efektif Tidak


(44)

C. Variabel dan Definisi Operasionalnya

Variabel penelitian ini terdiri atas model konseling karier (variabel bebas) dan Kemantapan pilihan karier konseli (variabel terikat). Variabel bebas berfungsi sebagai strategi fasilitasi pemantapan pilihan karier konseli, sedangkan variabel terikat berfungsi sebagai prilaku sasaran dalam konseling.

1. Model Konseling Karier untuk Memantapkan Pilihan Karier Konseli

Model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli yang dimaksudkan adalah suatu model pelayanan konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli yang dikembangkan berdasarkan teori pilihan karier Holland (1973; 1985). Secara operasional variabel ini dibatasi sebagai suatu proses bantuan kepada konseli untuk memantapkan pilihan kariernya melalui kegiatan eksplorasi karier yang dilakukan dalam konseling karier dengan menggunakan

Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri(IEKAD). Sebagai variabel bebas, model konseling karier diaplikasikan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan secara bertahap dengan mengacu ke Kerangka Dasar, Panduan Pelaksanaan, dan Lembaran Kerja Konseli yang telah dirumuskan sebagai model konseling karier yang efektif (lihat lampiran A). Proses konseling tersebut dimulai dari penemuan Kode Ringkasan (KR) konseli, penafsiran KR tersebut hingga ke pembuatan keputusan pilihan karier yang mantap. Kegiatan penemuan kode ringkasan itu bertujuan untuk membantu konseli memahami dirinya dan mengenal lingkungannya secara memadai yang meliputi kegiatan, mulai dari asesmen preferensi kegiatan, preferensi jabatan, prestasi akademik, estimasi diri, dan pengorganisasian hasilnya, serta analisis informasi dunia kerja yang relevan


(45)

berikut penggalian faktor pendukung lainnya. KR yang dihasilkan konseli pada tahap kegiatan ini merupakan gambaran tentang tingkat kemiripan karakteristik pribadinya dengan ciri-ciri enam tipe kepribadian vokasional: Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising (Wirausaha), dan Konvensional.

2. Kemantapan Pilihan Karier

Kemantapan pilihan karier adalah suatu derajat kepastian keputusan yang dinyatakan oleh konseli atas pilihan kariernya; mantap-kurang mantap sebagaimana diukur oleh Skala Kemantapan Pilihan Karier (SKPK). Pilihan karier adalah keputusan konseli tentang kelompok dan jenis jabatan (okupasi) yang direncanakan untuk dimasukinya setelah menyelesaikan studi kelak. Nama dan jenis karier yang menjadi alternatif diacukan ke nama dan jenis kelasifikasi jabatan yang termuat pada buku Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) dan Kamus Jabatan Nasional (KJN).

D. Subyek Penelitian

Penentuan subjek penelitian didasarkan pada keperluan tahap-tahap kegiat-an dalam mengembkegiat-angkkegiat-an model. Pemilihkegiat-an subjek penelitikegiat-an dilakukkegiat-an dengkegiat-an menggunakan teknik sampling bertujuan (purpossive sampling technique). Artinya, subyek dipilih dan ditetapkan menurut keperluan pencapaian tujuan penelitian.

Pada tahap studi pendahuluan telah dilibatkan sejumlah konselor dan siswa pada SMAN Bandarlampung. Pada tahap ini konselor yang telah ber-patisipasi sebanyak 19 orang, sedangkan siswa yang dijadikan sampel berjumlah 18 kelas (664 orang). Para konselor dipilih sesuai dengan fungsinya, baik sebagai


(46)

pengampu kelas siswa yang dijadikan sampel maupun sebagai koordiator bimbingan dan konseling di SMA. Kelas-kelas siswa yang dijadikan sampel ditarik secara acak dari 96 kelas (2.457 orang) siswa yang tengah menduduki kelas XII pada tahun ajaran 2009.

Rincian sebaran sampel pada tahap studi pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1. Sebaran Sampel pada Tahap Studi Pendahuluan Berdasarkan Asal Sekolah dan Jurusan Studi Siswa.

NO ASAL SEKOLAH SISWA

KONSELOR IPA IPS JUM

1. SMAN 1 Bandarlampung 75 68 143 4

2. SMAN 2 Bandarlampung 38 36 74 3

3. SMAN 3 Bandarlampung 77 72 149 4

4. SMAN 7 Bandarlampung 72 76 148 4

5. SMAN 10 Bandarlampung 37 38 75 2

6. SMAN 14 Bandarlampung 35 40 75 2

TOTAL 334 330 664 19

Pada tahap uji kelayakan hipotetik model konseling karier telah dilibatkan tiga orang ahli bimbingan dan konseling, ---di luar Tim Pembimbing Disertasi, dan 25 orang guru pembimbing. Para ahli bimbingan dan konseling telah dimohon untuk menilai kelayakan muatan model guna mendapatkan rumusan isi, teoritis, efisiensi, kemungkinan implementasi, dan kemenarikan model yang memiliki aras kelayakan yang memadai. Sementara itu para guru pembimbing telah diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan guna validasi empirik dan praktis, khususnya berkenaan dengan implementasi model dan kemungkinan kelayakan pemberlakuan model di sekolah.


(47)

Pada tahap uji keefektifan model yang menjadi subjeknya adalah para siswa SMAN 3 Bandarlampung. Dengan menggunakan teknik sampling acak bertujuan telah ditarik sebanyak empat kelas (146 orang) siswa dari populasi yang ada. Mereka telah ditetapkan sebagai subyek pada tahap uji keefektifan ini. Rincian siswa sebagai subyek pada uji keefektian model terlihat pada Tabel 3.2. di bawah ini.

Tabel 3.2. Sebaran Subyek Penelitian pada Kelompok Eksprimen dan Kontrol Berdasarkan Kelas Asal dan Jenis Kelamin Siswa.

ASAL SUBYEK

KELOMPOK DAN

JENIS KELAMIN

JUM-LAH Eksprimen Kontrol

L P L P

Kelas XII IPA 11 28 12 24 75

Kelas XII IPS 15 20 16 20 71

TOTAL 26 48 28 44 146

Keterangan: L = Laki-laki. P = Perempuan.

Jumlah subyek pada kelompok eksprimen sebanyak 74 orang. Mereka terdiri atas 26 siswa laki-laki dan 48 siswa perempuan. Sedangkan jumlah subyek pada kelompok kontrol sebanyak 72 orang yang terdiri atas 28 siswa laki-laki dan 44 siswa perempuan. Dengan demikian siswa yang akan dijadikan subyek pada uji keefektifan model berjumlah sebanyak 146 orang dengan rincian 74 orang untuk kelompok eksperimen dan 72 orang untuk kelompok kontrol.

Pemilihan siswa kelas XII SMA sebagai populasi dilakukan atas dasar pertimbangan berikut. Siswa kelas XII kini tengah berada pada masa tahap transisi dengan salah satu tugas perkembangannya adalah melakukan


(48)

keputusan-keputusan segera, konkrit, mandiri dan realistis tentang jabatan/vokasional yang akan dimasukinya dimasa mendatang. Dalam melakukan tugas-tugas perkem-bangan tersebut mereka perlu mempetimbangkan potensi-potensi dirinya agar tindakan yang diputuskannya dapat mendatangkan kepuasan bagi dirinya sendiri dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Disamping siswa sebagai subyek, telah dipilih juga dua orang konselor

model. Konselor model adalah konselor yang telah diminta partisipasinya untuk memberikan pelayanan menggunakan model konseling karier hasil pengembangan untuk membantu konseli memantapkan pilihan kariernya. Keduanya dipilih dan dijadikan sebagai konselor model mengingat posisi mereka, yaitu seorang sebagai koordinator dan seorang lainnya sebagai pengampu layanan bimbingan dan konseling pada kelas siswa yang dijadikan subyek penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Untuk keperluan penelitian telah dikembangkan dua instrumen, yaitu:

Skala Kemantapan Pilihan Karier (SKPK) dan Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri (IEKAD). SKPK adalah alat pengumpul data yang telah digunakan untuk mengukur dampak perlakuan penelitian. Instrumen ini telah dipakai sebagai alat dalam mengamati perilaku konseli, baik sebelum maupun sesudah ia menerima layanan. Skala ini bertujuan untuk menjaring tingkat kemantapan pilihan karier konseli. Skala tersebut telah diberikan kepada semua subyek, baik subyek pada kelompok eksprimen maupun subyek pada kelompok kontrol. Sesuai dengan rancangan penelitian, maka pengamatan perilaku konseli dengan


(49)

menggunakan instrumen ini akan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan sebagai data prates dan sesudah perlakuan sebagai pasctes.

SKPK terdiri atas dua butir soal, yakni berupa pernyataan pilihan karier dan skala penilaian kemantapannya. Butir pertama berisi tuntutan untuk menyatakan bidang karier dan nama jabatan yang hendak dipilih siswa, sedangkan butir soal yang kedua meminta pernyataan siswa tentang derajad kemantapannya atas pilihan karier yang telah dibuat tersebut. Instrumen ini dimodifikasi dari

Career Choice Certainly Scale (Crites, 1981:25) dan telah dikembangkan penulis berdasarkan kebutuhan dan keperluan pencapaian tujuan penelitian.

Pengadministrasian dan penafsiran SKPK dilakukan dengan ketentuan berikut: 1. Skor jawaban siswa hasil SKPK merupakan penjumlahan dari perolehan skor

pada setiap butir soal. Skor maksimal delapan (8) dan minimal satu (1) poin. 2. Skor jawaban butir soal pertama SKPK merentang dari satu (1) hingga dua (2)

poin; Skor satu poin diberikan jika siswa menyatakan dengan benar salah satu nama kelompok jabatan atau nama jabatan yang telah dipilihnya; Skor dua jika siswa telah menyatakan dengan tepat nama kelompok jabatan dan jenis jabatan yang telah dipilihnya. Butir soal pertama ini tidak akan diberi skor jika siswa menjawab salah (kelompok jabatan dan/atau nama jabatan tak sesuai dengan nama kelompok jabatan atau nama jabatan yang ada di Indonesia; Buku Klasifikasi Jabatan Indonesia).

3. Skor jawaban butir soal yang kedua merentang dari satu hingga enam poin. Skor diberikan atas penilaian konseli yang ditunjukkannya pada pernyataan skala. Ketentuan penyekoran seperti pada Tabel 3.3 pada halaman berikut.


(1)

York: McGraw-Hill.

Dahlan, S. (2005). “Penggunaan Inventori Spok Tuah Arahan Diri (STAD) dalam membantu siswa SMA memahami Dirinya”. Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori dan Praktik Kependidikan. Tahun 32 (2): 98-106.

Dahlan, S. (2004).” Kecenderungan Pola Minat Jabatan Siswa SMA”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 2 (2): 131-136.

Dahlan, S. (2002). “Inventori pemahaman pola minat jabatan: Suatu alternatif Peranti bimbingan karier”. Jurnal Educandum (Edisi Oktober).

Depnaker RI dan BPS. (1982). Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI). Jakarta: Author.

Everett dan Rogers. (1983). Diffusion on innovations. New York: The Free Press Feingold, S. N., Swerdloff, S. (1969). Occupation and career. New York:

McGraw- Hill.

Gibson, R. I. & Mitchell, M. H. (1982). Introduction to guidance. New York: MacMillan Publishing Co., Inch.

Ginakors, I dan Subich, L.M. (1988). ”Student sex and role in relation to college major choice”. The Career Development Quarterly, 36 (3):258-267.

Ginzberg, E (187). “Career development”. Dalam Career choice and career development. San Fransisco; Jossey-Bass. 169-191.

Gottfredson, G.D. dan Johnstun, M.L. (2009). ”John Holland’s contributions: A theory-ridden approach to career assistance”. The Career Development Quarterly, 58 (2):99-107.

Gottfredson, G.D. dan Holland, J.L. (1990). ”A longitudinal test of influence of congruence: Job Satisfaction, competency, utilization, and counter productive behaviour”. Journal of Counseling Psychology, 37 (4):389-399. Hepner, P.P., Wampold, B.E dan Kivinghan, D.M. (2008). Research Design in

Counseling. (3rd Ed.). Thomson; Brooks/Cole.

Herimanto dan Winarno. (2009). Ilmu soial dan budaya dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Herr, E.J dan Cramer, S.H. (1984). Career guidance and counselingthrough the life span: (2nd Ed.). Sistematic approaches Boston: Little & Brown.


(2)

Holland, J.L. (1997). Making vocational choices: A theory of vocational personalities & work environments. (3nd Ed.). Odessa. FL: Psychological Asssement Resources.

Holland, J.L. (1985). Making vocational choices: Theory of vocational personalities & work environments. (2nd. Ed.) Englewood Cliffs, N.J: Printice-hall.

Holland, J.L. 1973). Making vocational choices: A Theory of careers. Englewood Cliffs. New Jersey: Printice-hall.

Ivey, A., Ivey, M. B dan Simek-Dawning, L. (1987). Counseling and psychotherapy-integrating skills: Theory and practice, (2nd Ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.

Jones, L.K, Gormon, S, dan Schroeder, C.G (1989). “A comparison between the SDS and The Career Key Among Career Undecided College Students”. Journal for The Career Development Quarterley, 37 (4): 334-343.

Keeling, B. dan Tuck, B.F. (1979). The validity of Holland’s occupational typology with male and female New Zealand secondary school students. New Zealand Journal of Educational Studies, 14: 50-57.

Kim, J dan Mueler, C. W. (1978). Factor analysis statistical methods and practical isues. London: Sage Publications.

Koentjaraningrat. (1987). Kebudayaan, mentalitet dan pembangunan. Jakarta, Gramedia.

Kovacs. A.C. (1999). “The Self-Directed Search and Related Holland Materials: A Practitioner's Guide”. Journal of Career Planning & Employment

Bethlehem. Winter 1999. 59, (2):11-13.

http://proquest.umi.com/pqdweb?index=19&did= 37239461&SrchMo.. Krapp, A. 2007. ”An educational-psychological conceptualisation of interest”.

International Journal for Educational and Vocational Guidance. Springer Science+Business Media. Tersedia pada Email:andreas.krapp@unibw.de. Larson, L.M., at all. (2007). ”Discriminating Among Educational Majors and

Career Aspirations in Taiwanese Undergraduates: The Contribution of Personality and Self-Efficacy”. Journal of Counseling Psychology. Washington: Oct 2007.54, (4): 395


(3)

adolescence ti middle adulthood”. International Journal for Educational and Vocational Guidance. Springer Science+Business Media. Tersedia pada Email: jrounds@uluc.edu

Manrihu, M.T. (1992). Studi tentang beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan karier siswa SMA di Sulawesi Selatan. Disertasi Doktor. Tidak diterbitkan. Bandung: Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung.

Martinez, M.E. (1992). “Interest and enhancements to science expriments: Interaction with student gender”. Journal of Research in Science Teaching 29 (2): 167-177.

Meir, E.L. (1988). “The need for congruence between within-occupation Interest and specialty in mid-career”. Journal for The Career Development Quarterly, 37 (1): 63-69.

Mitchell, L.K dan Krumboltz, D.J. (1987). “Sosial learning approaches to career decision making: Krumboltz’s theory”. Dalam Career choice and career development. San Fransisco; Jossey-Bass. 235-280.

Miller, M. J. dan Miller, T.A. (2005). “Theoretical Application of Holland's Theory to individual decision-making styles: implications for career counselors”. Journal of Employment Counseling. Alexandria: Mar 2005. 42, (1): 20-29.

Munandir. (1999). Program bimbingan karier di sekolah, Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2TA.

Munandir. (1989). Bimbingan sekolah di Indonesia: Corak yang bagaimana? (Pidato Pengukuhan Guru Besar, Malarig: IKIP Malang).

Mutakin, A. (2007). Hakikat manusia dalam dinamika social budaya. Bandung: Universitas Penddikan Indonesia.

Naisbitt, J. (1982). Megatrends: Ten new directions transforming our lives. New York. Warner Brooks.

Nordvik, H. (1996). “Relationships between Holland’s vocational typology, Schain’s career anchor and Myers-Brigg’s types”. Journal of Occupation-al and OrganizationOccupation-al Psychology. Sep 1996. 69. 263 (13 hOccupation-alaman). Offer, M. (1999). “Making Vocational Choices: A Theory of Vocational

Personalities and Work Environments. British Journal of Guidance & Counseling. Cambridge. 27 (1): 153-154. Tersedia di


(4)

Osbom, D.S., Baggerly, J.N. (2004). “School Counselors' Perceptions of Career Counseling and Career Testing: Preferences. Priorities, and Predictors”. Journal of Career Development. New York: Fall 2004. 31,(1): 1-45

Osipow, S.H. (1983). Theories of Career Development. Englewood Cliffs, New Jersey: Printice-Hall.

Patton, W. dan McIlveen, P. (2009). ”Practice and research in career counseling and development---2008”. The Career Development Quarterly, 58 (2):118-161.

Depdiknas. (2007). Penataan pendidikan professional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Bandung: Jurusan Psikologi Bimbinan dan Konseling FIP UPI.

Payne, M.A. Sabaroche, H.F. (1985). “Personality an type and occupational preference: Testing Holland”s theory in Caribbean. International Journal for the Advencemen of Counseling, 8 (2): 147-156.

Perdue, S. V., Reardon, R. C., Peterson, G. W. (2007) “Person-environment congruence, self-efficacy, and environmental identity in relation to job satisfaction: a career decision theory perspective”. Journal of Employment Counseling. Alexandria: Mar 2007. 44, (1): 29-40.

Perry, S.R., Cabrera, A.F., dan Vogt, W.P. (2000). “Career Maturity and College Student Persistence”. Journal of College Student Retention. Amityville: 1999/2000. 1, (1): 41-59.

Pietrofessa, J.J. Hollman, A., Splete, H.H., dan Pinto, D.V. 1978. Counseling: Theory, Research, and Practice. Chicago: Rand McNally College.

Reardon, R.C., Wright, L.K. (1999). “The case of Mandy: Applying Holland's theory and cognitive information processing theory”. The Career Development Quarterly. Alexandria: Mar 1999. 47, (3): 195-2004.

Reardon,R. C., Bullock, E. E., Meyer, K. E. (2007). “A Holland Perspective on the U.S. Workforce From 1960 to 2000”. The Career Development Quarterly. Alexandria: Mar 2007. 55, (3): 262-275.

Rees, A. M., at all. (2007). “Relational Personality Theory and Holland's Typology Among Women: An Exploratory Investigation”. The Career Development Quarterly. Alexandria: Mar 2007. 55, (3):194-206.

Roe, A. (1987). “Personality development and career choice” Dalam Career choice and development. San Francisco: Jossey-Bass. 31-53.


(5)

Direktif dengan dan Tanpa Kontak Mata dalam Membantu Konseli Membuat Keputusan Program Studi. Disertasi Doktor. FPS IKIP Malang. Tidak ditebitkan.

Santamaria, J.O. (1991). Career Planning Work Book: A Guidefor Career Changers and for People in Career Transition. Manila: Career System. Shertzer, B. & Stone, S. C. (1981). Fundamentals of guidance. Dallas: Houghton

Mifflin Co.

Sidiropoulou-Damakakou, D., Mylonas, K., Argyropoulou, K. (2008). ”Holland’s hexagonal personality model for a sample of Greek university students”. International Journal Educational Vocational Guidance (8): 111-125. Soekanto, S. (1985). Dampak pada sistem sosial budaya. Majalah Ilmu Budaya.

Universitas Nasional. Jakarta.

Song,C., Glick, J.E. (2004). “College Attendance and Choice of College Majors Among Asian-American Students”. Social Science Quarterly. Austin: Dec 2004. 85, (5): 1401-1433.

Sugiyono. (2009). Metoda penelitian pendidikan: Pendekatan kwantitatif, kwalitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sullivan, B.A., Hansen, J. C. (2004). “Mapping associations between interests and personality: Toward a conceptual understanding of individual differences in vocational behavior”. Journal of Counseling Psychology. Washington: Jul 2004. 51, (3): 287

Super, D.E., dan Crites, J.O. (1962). Appraising Vocational Fitness. New York: Harper & Row.

Supriyadi, D. (1991). “Career Choice and Career Counseling. The Case Cognitive Deficits”. Makalah international conference on education in Asia the Pasific. Bandung: July 3-6.

Suranata, K. (2009). Hubungan antara kesesuaian tipe kepriibadian dan model lingkungan dengan kematangan arahan pilihan karier. Tesis Magister. FPS UNP Padang.Tidak diterbitkan.

Surya, M. (2003). Psikolgi konseling. Bandung: Bani Quraisy.

Surya, M. (1988). Dasar-dasar penyuluhan (Konseling). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti: P2LPTK.


(6)

Tien, H-L.S. (2007). “Practice and Research in Career Counseling and Development-2006”. The Career Development Quarterly. Alexandria: Dec 2007. 56, (2): 98-141. Tersedia di http://proquest.umi.com/pqdweb?index= 21 &did=1404437941 &Srch..

Thomson, J.M., Flynn, R.J., Griffith, S.A. (1994). “Congruence and coherence as predictors of conqruent employment outcomes” The Career Develop-ment Quarterly. Alexandria: Mar 1994. 42, (3): 271.

Tracy, T. J.G. (2007). ”Moderators of the interest congruence-occupational outcome relation”. International Journal for Educational and Vocational Guidance. Springer Science+Business Media. Tersedia pada Email: erence.Tracey@asu.edu.

Urich, M. (1990). “Self-Directed Search; Computer Version”. Journal ofMeasurement and Evaluation in counseling and Development. 23 (2): 92-95.

Weinrach, S.G. (1996). “The psychological and vocational interest patterns of Donald Super and John Holland”. Journal of Counseling and Development: JCD. Alexandria: Sep/Oct 1996. 75 (1): 5-17.

Weinrach, S.G. (1987). “Determinants of Vocational Choice: Holland’s Theory”. Dalam Career choice and development. San Francisco: Jossey-Bass. 61-93.

Weinrach, S.G. (1980). “Have hexagonal will travel: An interview with John Holland”. The Personel and Guidane Journal. Februari: 406-414.

Yusuf, S. (2009). Program bimbingan dan konseling di sekolah. Bandung: Rizqi.

Zikic, J. dan Hall, D.T. (2009). ”Toward a more complex view of career exploration”. The Career Development Quarterly, 58 (2):181-191.